LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M UNDIKSHA
PELATIHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PRAKTIKUM IPA MEMANFAATKAN BAHAN ALTERNATIF (SUPLEMEN DAN KOMPLEMEN) BAGI TENAGA LABORATORIUM IPA SMP SE-KABUPATEN BULELENG
Oleh Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd. Ni Nyoman Widiasih, SE
(NIP. 196704241999031 007) (NIP. 197204131998022 002) (NIP. 197408052000032001)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2014 SPK Nomor : 023-04.2.552581/2014 tanggal : 5 Desember 2013
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014 i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT a.
Judul Program
b. c. d.
Jenis Program Bidang Kegiatan Identitas Pelaksana
: Pelatihan Pengembangan Perangkat Praktikum IPA Memanfaatkan Bahan Alternatif (Suplemen dan Komplemen) Bagi Tenaga Laboratorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng : Pelatihan : Pengabdian kepada Masyarakat :
1. Ketua Nama NIP Pangkat/Gol Alamat Kantor Alamat Rumah
: : : : :
Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. 19670424199903 1 007 Penata/III.c Kampus Undiksha, Jl. Udayana Singaraja Jl. Srikandi, Gg. Mawar I/4, Singaraja
2. Anggota 1 Nama NIP Pangkat/Gol Alamat Kantor Alamat Rumah
: : : : :
I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd. 197204131998022 002 Penata Tk. I/III.d Kampus Undiksha, Jl. Udayana Singaraja Jl. Jendral Sudirman, G.V/2 Singaraja
: : : : :
Ni Nyoman Widiasih, SE 197408052000032001 Penata Muda Tk.I/III.b Kampus Undiksha, Jl. Udayana Singaraja Jl. Pulau Bali, Gg.ID. No.15, Singaraja
e. f.
3. Anggota 2 Nama NIP Pangkat/Gol. Alamat kantor Alamat Rumah Biaya yang diperlukan Lama Kegiatan
: Rp 10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) : 8 (delapan) bulan
ii
.
Ringkasan Telah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) dalam bentuk pelatihan Pengembangan Perangkat Praktikum IPA Memanfaatkan Bahan Alternatif (Suplemen dan Komplemen) Bagi Tenaga Laboratorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng untuk mengatasi keterbatasan bahan praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium. Pelaksanaan inti kegiatan dalam bentuk in service dan on service mulai tanggal 2-24 Agustus 2014. Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, I Gst Ayu Sri Wahyuni,S.Pd, dan Ni Nyoman Widiasih, SE. Materi pelatihan meliputi identifikasi topik-topik praktikum IPA SMP, praktek pengembangan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau bahan pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium, dan praktek (uji coba) perangkat praktikum menggunakan bahan alternatif. Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan kerja sama. Evaluasi proses dilakukan terhadap aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil karya praktek (perangkat praktikum) IPA dengan memanfaatkan bahan alternatif dan uji kelayakan produk. Penskoran dilakukan dengan skala Likert (dengan bantuan rubrik penilaian) dan dianalisis secara deskriptif. Simpulannya, kegiatan P2M ini disambut positif dan antusias oleh peserta pelatihan, setelah mengikuti pelatihan ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta kegiatan P2M dalam memanfaatkan bahan alternatif yang diperoleh dari lingkungan sebagai pengganti dan pelengkap bahan praktikum IPA yang tidak tersedia di laboratorium. Kata-kata kunci: pelatihan, pengembangan perangkat praktikum, suplemen dan komplemen Summary Has implemented community service activities (P2M) in the form of Divice Development Practice of science training Utilizing Alternative Materials (supplement and complement) for junior high laborant of science laboratory of Buleleng regency. This activity aims to enhance the skills of the competence of junior high laborant of science laboratory in Buleleng to overcome the limitations of lab materials by utilizing alternative materials as a supplement (supplement) or substitute (complement) materials that are not available in the laboratory. Implementation of the core activities in the form of in-service and on service start date of 2 to 24 August 2014 Resource persons at the event were Drs. I Dewa Putu Subamia, M Ed, I Gst Ayu Sri Wahyu, S. Pd, and Ni Nyoman Widiasih, SE. The training materials include identifying topics junior high science lab, practicum software development practices by utilizing alternative materials as a supplement (supplement) or substitutes (complements) materials that are not available in the laboratory, and practice (testing) lab devices using alternative materials. Evaluation of this activity is carried out on processes and products. Evaluation process with regard to attendance, following the spirit of the activities, and cooperation. Evaluation process carried out on the activity of the participants during the activity. Evaluation of products carried on the work of the practice (the science practicum) by utilizing alternative materials and test the feasibility of the product. Scoring is done by Likert scale (with the help of an assessment rubric) and analyzed descriptively. In conclusion, this P2M activity positively and enthusiastically welcomed by the trainees, after training there was an increase in knowledge and skills of the participants in the P2M in utilizing alternative materials obtained from the environment as a substitute and complement science lab materials which are not available in the laboratory. Key words: training, divice development laboratory, supplement and complement iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), karena berkat rahmat serta tuntunan-Nya penyelenggaraan kegiatan P2M sampai penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tanpa hambatan. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng untuk mengatasi keterbatasan bahan praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium dalam menunjang berlangsungnya pembelajaran IPA SMP. Dalam perencanaan sampai dengan penulisan laporan P2M ini
kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu sepatutnya kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha atas penugasan dan dana yang diberikan untuk menyelenggarakan P2M ini. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang telah merekomendasi pelaksanaan kegiatan ini. 3. Kepala sekolah serta staf/tenaga laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng yang telah ikut serta dalam pelatihan ini. 4. Rekan-rekan staf laboran dan staf dosen serta mahasiswa FMIPA yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang juga telah membantu dalam penyelenggaraan kegiatan P2M ini. Akhirnya, kami berharap semoga laporan P2M ini ada manfaatnya, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang keterampilan pengembangan perangkat praktikum memanfaatkan bahan alternatif. Saran dan kritik dari pembaca juga
sangat kami harapkan. Terima kasih.
Singaraja, 10 September 2014 Tim Pelaksana P2M
iv
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN DAN SUMMARY KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN
……………………………. …………………………… …………………………… …………………………… …………………………… ……………………………
ii iii iv v vii vi
1.1 Analisis Situasi …………………………………………………. 1
BAB II
BAB III
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ……………………………
2
1.3 Tujuan Kegiatan …………………………………………………
3
1.4 Manfaat Kegiatan ………………………………………………..
3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Strategis Laboratorium dalam Pembelajaran IPA
5
2.2 Standar Kualifikasi dan Standar Kompetensi Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah 2.3 Bahan- Bahan Praktikum di Laboratorium IPA
6
2.4 Topik-topik Percobaan IPA SMP
8
2.5 Hasil Kegiatan P2M Pendukung
9
7
MOTODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah ………………………………….
10
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah …………………………………..
13
3.3 Khalayak Sasaran Strategis ……………………………………..
13
3.4 Keterkaitan ……………………………………………………… 13 3.5 Metode yang Digunakan ………………………………………...
13
3.6 Evaluasi …………………………………………………………. 15 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian ……………………….. 17 4.2 Pembahasan …………………………………………………….. 22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………………………………………………………….
24
5.2 Saran ……………………………………………………………...
24 25
DAFTAR PUSTAKA
v
LAMPIRAN Lampiran 1 : Foto-foto Dokumentasi Kegiatan Lampiran 2: Foto-Foto Produk Model Alat Hasil Pelatihan Lampiran 3: Jadwal Kegiatan Pelatihan Lampiran 4: Daftar hadir peserta pelatihan Lampiran 5: Makalah Materi Pelatihan
DAFTAR TABEL Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.1
Alternatif Pemecahan Masalah
10
3.2
Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan
14
3.3
Matrik Indikator Kegiatan dan Cara Pengukurannya
15
4.1
Hasil Penilaian Kinerja
18
4.2
Hasil Penilaian Produk Duplikasi Alat
19
4.3
Rekap Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan
21
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Dokumen wawancara tim dengan kepala sekolah dan guru IPA
hal. 1
Gambar 2 : Diagram alur pemecahan masalah
hal.11
Gambar 3: Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
hal.15
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Hasil identifikasi keberadaan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa umumnya kualifikasi pendidikan tenaga yang ditugaskan di laboratorium IPA belum memenuhi persyaratan standar tenaga laboratorium sekolah. Para guru IPA yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium maupun staf yang ditugaskan sebagai tenaga laboratorium (laboran/teknisi) kurang memperoleh pelatihan keterampilan laboratorium. Di sisi lain, tindakan atau inovasi peningkatan kompetensi tenaga laboratorium sekolah di Kabupeten Buleleng masih sangat minim. Data yang diperoleh dari bincang-bincang dengan sejumlah guru IPA SMP di Kabupaten Buleleng, menyatakan bahwa sebagian besar guru IPA masih mengalami masalah untuk melakukan praktikum tentang topik-topik tertentu, tidak semua konsepkonsep IPA eksperimentatif dapat diajarkan dengan praktikum karena keterbatasan alatalat dan bahan yang tersedia. Input yang diperoleh dari tenaga laboratorium IPA SMP di Buleleng, bahwa frekuensi penggunaan laboratorium IPA SMP di Kab. Buleleng, masih rendah. Salah satu kendala yang menghambat kelancaran pelaksanaan pembelajaran IPA di laboratorium adalah terbatasnya (tidak sesuainya) jumlah dan/atau jenis bahan praktikum yang tersedia. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan hasil observasi di SMPN 4 dan di SMPN 3 Banjar diperoleh informasi bahwa guru-guru IPA di sekolah tersebut masih mengalami kesulitan dalam menerapkan praktikum sebagai penunjang kegiatan pembelajaran IPA.
Gambar 1. Wawancara anggota tim pelaksana (tengah) dengan seorang guru mitra (kanan) dan kepala sekolah (kiri) di SMPN 4 Banjar 1
Kondisi tersebut diantaranya disebabkan terbatasnya jumlah dan/atau jenis alat/bahan yang tersedia. Mereka masih mengalami masalah untuk melakukan praktikum tentang topik-topik tertentu dan tidak semua konsep-konsep IPA eksperimentatif dapat diajarkan dengan praktikum karena keterbatasan alat-alat dan bahan yang tersedia. Sementara belum ada upaya untuk menambah pengadaan alat dan bahan praktikum. Analisis situasi yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa tindakan pelatihan pengembangan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen) bagi pengelola laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng sangat diperlukan. Pernyataan ini diperkuat oleh keterangan beberapa tenaga laboratorium, kepala sekolah SMP serta Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang menyatakan bahwa pelatihan pengembangan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (bahan suplemen dan komplemen) bagi pengelola laboratorium IPA SMP di Buleleng sangat diperlukan.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Beranjak dari kondisi yang dipaparkan pada analisis situasi di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan antara lain: a) Kompetensi pengelolaan laboratorium yang dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP di Buleleng masih rendah dan laboratorium IPA belum diberdayakan secara optimal; b) Keberadaan jumlah dan/atau jenis bahan-bahan laboratorium untuk keperluan praktikum tidak memadai dan tidak sesuai dengan kebutuhan bahan yang tertera di dalam penuntun praktikum pegangan guru; c) Keterampilan khusus tenaga laboratorium (guru-guru) IPA SMP di Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau pengganti (komplemen) bahan yang tidak ada belum terlatih secara optimal; d) Kemampuan dan kesempatan untuk mengikuti pelatihan keterampilan laboratorium bagi tenaga laboratorium (guru-guru IPA SMP) masih minim. Dari permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. ”Kemampuan dan keterampilan untuk mengembangkan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen) untuk mengatasi keterbatasan bahan praktikum bagi tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng masih perlu ditingkatkan”
2
1.3 Tujuan Kegiatan Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng untuk mengatasi keterbatasan bahan praktikum.
Secara spesifik tujuan
pelatihan keterampilan dasar laboratorium ini adalah sebagai berikut. 1) Memberi solusi alternatif untuk menanggulangi kendala yang menghambat terlaksananya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA akibat tidak tersedianya bahan-bahan yang dibutuhkan. 2) Melatih keterampilan khusus tenaga laboratorium (guru-guru) IPA SMP Kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat praktikum
di
dengan
memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium. 3) Memfasilasi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan inovatif untuk mengembangkan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif . 4) Meningkatkan kompetensi (keterampilan) tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten buleleng untuk mengatasi keterbatasan bahan praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen). 1.4 Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan bermanfaat baik bagi tenaga laboratorium (guru-guru) IPA, bagi pihak sekolah, maupun bagi masyarakat pendidikan secara umum. Hasil kegiatan akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kinerja dan profesionalisme tenaga laboratorium sekolah yang bermuara pada meningkatnya kualitas pembelajaran IPA di SMP di Kabupaten Buleleng. Secara eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi tenaga laboratorium yang terlibat dalam kegiatan ini memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan khusus yang bermanfaat untuk mengembangkan perangkat praktikum alternatif. Selanjutnya pengetahuan dan keterampilan dimaksud diharapkan dapat diimbas kepada pihak-pihak terkait lainnya. 2) Bagi sekolah, secara ekonomis bermanfaat sebagai solusi alternatif untuk mengatasi keterbatasan anggaran untuk pengadaan bahan-bahan praktikum IPA. Secara tidak langsung pihak sekolah juga memperoleh manfaat dari meningkatnya kualitas SDM 3
yang dimiliki. Peningkatan kompetensi keterampilan yang dimiliki tenaga laboratorium akan berkorelasi terhadap kualitas proses pembelajaran yang tentunya sangat bemanfaat bagi sekolah. 3) Bagi masyarakat pebelajar, secara umum memperoleh manfaat dari dampak peningkatan
kualitas
kegiatan
laboratorium
terhadap
peningkatan
kualitas
pembelajaran IPA di SMP. 4) Manfaat yang diperoleh bagi staf akademik Universitas Pendidikan Ganesha adalah dapat mewujudkan terlaksananya salah satu dharma dari tri dharma perguruan tinggi, yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posisi Laboratorium dalam Pembelajaran IPA Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.03/Januari/2010). Menurut Padmawinata, dkk (1981), laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat di mana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Lebih lanjut, Konsorsium Ilmu Pendidikan membuat definisi operasional tentang laboratorium sebagai perangkat kelengkapan akademik, di samping buku dan media lainnya, yang di dalamnya menyangkut prasarana, sarana, dan mekanisme. Khusus untuk laboratorium IPA, sebagai sebuah perangkat akademik, fungsi laboratorium tidaklah sekedar pendukung pembelajaran, tetapi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran IPA. Apalagi, ilmu pengetahuan alam, walaupun tidak seutuhnya, merupakan ilmu yang berbasis eksperimen. Dalam posisi tersebut fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk memahami konsep-konsep IPA, membuktikan berbagai konsep IPA, dan melakukan penelitian ilmiah. Laboratorium menjadi tempat yang paling ideal dalam pembelajaran proses dan sikap ilmiah. Selanjutnya, pendekatan yang paling utama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan menemukan sendiri (inkuiri), melalui langkah-langkah kerja ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, mengukur, memaknai data, menarik kesimpulan, dan sebagainya (Depdibud, 1995). Lewat kegiatan tersebut pebelajar akan memperoleh pengalaman langsung, yang sering disebut “pengalaman tangan pertama.” Peranan laboratorium pada kegiatan pendidikan adalah merupakan bagian dari proses belajar-mengajar berupa praktikum yang obyeknya sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (Dtjen Dikti, 2002). Di samping melatih keterampilan, kegiatan laboratorium juga berperan dalam melatih dan mengembangkan nilai – nilai sikap ilmiah seperti kritis, objektif, kreatif, skeptis, terbuka, disiplin, tekun, mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri dan lain – lain. Keberadaan 5
laboratorium penelitian dan laboratorium terpadu biasanya ditujukan untuk menunjang kegiatan penelitian baik untuk program lanjutan, penelitian mandiri, maupun untuk pengembangan pendidikan (Curiculum Development). Milo Koretsky (2011), menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara signifikan respon siswa meningkat pada kelompok yang diberikan model eksperimen. Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai laboratorium juga memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Hal senada juga dilaporkan oleh Santoso (2010), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan alam sekitar sebagai laboratorium dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa laboratorium IPA memberi pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu diperlukan suasana laboratorium yang cukup baik, yakni memungkinkan para praktikan dapat berinteraksi/berperan aktif dalam melakukan praktikum, terciptanya situasi diskusi yang berkaitan dengan materi praktikum, menjamin terlaksananya praktikum yang berkesinambungan (cukup tersedia bahan/alat praktikum).
Namun kondisi riil di lapangan menunjukkan bahwa ketersediaan
bahan/sarana praktikum di sekolah SMP di Buleleng relative masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sutaya (2008), diketahui bahwa banyak kendala yang dihadapi guru-guru dalam pelaksanaan praktikum di laboratorium. Salah satu diantaranya adalah ketersediaan bahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan praktiukum. Konskuensinya, frekuensi penggunaan laboratorim rendah. Suja (2011), menyebutkan bahwa hasil identifikasi alat-alat laboratorium menunjukkan bahwa ketersediaan bahan dan alat laboratorium tidak sesuai dengan kebutuhan praktikum. Subamia (2012), kemampuan dan keterampilan tenaga pengelola laboratorium IPA di SMP masih terus harus ditingkatkan 2.2 Standar Kualifikasi dan Standar Kompetensi Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah Menurut Permen Diknas RI No. 26 tahun 2008, tentang standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah, setidaknya ada 4 dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga laboratorium (laboran/teknisi) sekolah/madrasah. Keempat kompetensi tersebut mencakup kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi administrasi,
dan
kompetensi
profesional.
Kompetensi
profesional
meliputi
keterampilan merawat ruang laboratorium, kompetensi mengelola bahan dan peralatan 6
laboratorium, kompetensi melayani kegiatan praktikum, dan kompetensi menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah/madrasah. Sub kompetensi yang dipersyaratkan antara lain kreatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan tugas profesinya, membuat peralatan praktikum sederhana, membuat paket bahan siap pakai untuk kegiatan praktikum, memperbaiki kerusakan peralatan laboratorium, dan lain-lain. 2.3 Bahan- Bahan Praktikum di Laboratorium IPA Bahan praktikum di laboratorium IPA mencakup bahan kimia, bahan biologis dan bahan untuk praktikum fisis. Salah satu hal penting yang perlu diketahui tentang zat kimia adalah pengetahuan sifat-sifatnya, baik sifat fisik maupun sifat kimianya. 1. Bahan/Zat Kimia Beberapa sifat yang perlu diketahui adalah : wujud, warna, bau, titik nyala (mudah terbakar atau tidak), bersifat racun atau bukan, higroskopis atau tidak, sensitifitas terhadap cahaya, dapat tidaknya merusak kulit, kayu, ubin, kertas, mudah terurai atau tidak, mudah menguap atau tidak, mudah bereaksi dengan zat tertentu atu tidak dan sifat-sifat lainnya. Berikut akan diperkenalkan terlebih dahulu macam-macam zat kimia yang diperdagangkan. Macam-macam zat kimia yang diperdagangkan Zat kimia yang diperdagangkan menurut penggunaannya dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu : 1) Reagens, zatkimia yang digunakan di laboratorium sekolah/universitas. 2) Farmaseutika (Pharmaceuticals), zat kimia untuk obat-obatan. 3) Zat diagnostis (Diagnostics), zat kimia untuk keperluan diagnosis yang digunakan dalam bidang kedokteran. 4) Zat kimia pertanian (Argochemicals), zat kimia yang digunakan dalam bidang pertanian. 5) Zat warna (Dyes), zat kimia yang digunakan untuk zat warna yang dipakai sebagai bahan celup dalam bidang industry tekstil. 6) Pigmen, zat kimia berwarna yang digunakan untuk pembuatan cat. Bahan kimia yang dipergunakan memiliki tingkat kemurnian yang berbeda dan harganya pun berbeda. Umumnya tingkat kemurnian zat kimia yang diperdagangkan dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu : 7
a) Pro Analyse (PA) atau Garanteed Reagent (GR) atau Analar (AR). Zat kimia yang termasuk kelompok ini memiliki tingkat kemurnian yang tinggi (99%). Label pada wadah zat kimia mencantumkan kadar kemurnian zat itu dan kotoran-kotoran yang dikandungnya. Zat kimia ini digunakan untuk analisis dalam penelitian yang cermat dan banyak digunakan dalam laboratorium analitik. Zat kimia PA/GR/AR harganya sangat mahal. b) Chemical Pure (CP), General Purpose Reagents (GPRS) Zat kimia yang termasuk kelompok ini mempunyai kemurnian yang lebih rendah (90%-95%. c) Technis, bahan untuk keperluan teknis, tidak menuntut kemurnian tinggi. 2. Bahan biologis Macam-macam bahan praktikum yang dijumpai di laboratorium IPA antara lain: preparat, alkohol, formalin, tanaman, awetan, dll. Bahan penunjang praktikum sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem pernapasan. 3. Bahan Praktikum Aspek Fisika - optik : prisma, cermin, lensa, serbuk besi - listrik : kabel, kawat tembaga, minyak pelumas, dll 4. Bahan Alternatif Bahan alternatif adalah bahan-bahan atau alat-alat pengganti bahan/alat yang tidak tersedia di laboratorium yang bisa didapat dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkunganm sekitar. Alam atau lingkungan sekitar sangat potensial dijadikan sabagai sumber untuk mendapatkan bahan-bahan untuk keperluan pembelajaran (praktikum). Sebagai contoh, untuk keperluan praktikum pengenalan senyawa asam-basa bahan dapat memanfaatkan ekstrak buah-buahan, batu kapur, air laut dll. Demikian pula sebagai bahan indikator dapat memanfaaatkan bahan alam seperti berbagai ekstrak kembang, umbi-umbian, daun-daunan, dll. 2.4 Topik-topik Percobaan IPA SMP Topik-topik percobaan IPA SMP meliputi materi Fisika, Biologi dan Kimia, sebagai berikut. Prcobaan Pengukuran,Besaran dan Satuan Percobaan tentang Kalor Pemuaian Zat 8
Unsur, Senyawa, Campuran Asam, Basa, dan Garam Kimia Rumah Tangga Uji Makanan Optik Gerak Pesawat Sederhana Tekanan Zat Cair Getaran dan Gelombang Bunyi Hidroponik Kelistrikan Kemagnetan Fotosintesis 2.5 Hasil Kegiatan P2M Pendukung Hasil kegiatan sejenis yang telah dilakukan terdahulu antara lain sebagai berikut. Pelatihan Manajemen Laboratorium Sains bagi Guru dan Laboran SMA N 1 Tabanan pada bulan Juni tahun 2008. Pelatihan serupa juga telah dilakukan bagi Guru-Guru Sains SMP Se-Bali pada bulan Juli tahun 2008. Pelatihan Manajemen Laboratorium Sains bagi Guru-Guru Sains SMP Kab. Karangasem, Badung, Kelungkung tahun 2009. Pengabdian Masyarakat berupa Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Laboratory Skill) Bagi Tenaga Laboratorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng tahun 2012. Pengabdian masyarakat berupa Pelatihan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi dan duplikasi) alat-alat laboratorium IPA bagi staf laboratorium SMP sekabupaten Buleleng Hasil kegiatan-kegiatan tersebut dijadikan pendukung program yang akan dikembangkan pada kegiatan P2M yang akan dilaksanakan.
9
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam pengabdian masyarakat ini berkaitan dengan terbatasnya bahan/sarana praktikum yang tersedia di laboratorium IPA SMP serta masih kurangnya kreativitas/inovasi tenaga laboratorium di kabupaten Buleleng. Berbagai alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Alternatif Pemecahan Masalah No
Permasalahan
1
- Rendahnya kompetensi pengelolaan laboratorium dan laboratorium IPA belum diberdayakan secara optimal - Keberadaan jumlah dan/atau jenis bahan laboratorium yang tidak memadai/tidak sesuai dengan kebutuhan - Tenaga laboratorium tidak terlatih berkreatifitas/ berinovasi
2
3
4
- Kurang trampilnya tenaga laboraorium untuk mengembangkan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium
Akar masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
- Minimnya sosialisasi, kesempatan, dan perhatian terhadap keberadaan tenaga laboratorium - Keterbatasan dana pengadaan bahanbahan laboratorium
- Pendidikan, ceramah dan diskusi menyangkut aspek-aspek kompetensi tenaga laboratorium
- kesempatan untuk mengikuti pelatihan keterampilan laboratorium bagi tenaga laboratorium (guru-guru IPA SMP) masih minim. - Minimnya upaya pemberdayaan sumber daya manusia yang ada - Minimnya kesempatan melatih keterampilan khusus pengembangan perangkat praktikum
- Memfasilitasi kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan mendorong para tenaga laboratorium untuk berkrativitas/berinovasi
10
- Optimalisasi pemanfaatan bahan yang ada, pemanfaatan bahan alternatif sebagai pengganti/pelengkap
- Pemberian pelatihan keterampilan khusus pengembangan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau bahan pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium bagi tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng
Alur Pemecahan Masalah Permasalahan
Alternatif Pemecahan Masalah
1. Pengelolaan Laboratorium dengan apa adanya dan laboratorium IPA belum di berdayakan secara optimal
1. Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya pendukung(SDP) labratorium
2. Rendahnya pengetahuan tenaga laboratorium IPA SMP tentang kompetensi khusus yang harus dimiliki tenaga laboratorium sekolah
2. Pendidikan, ceramah, diskusi, dan sosialisasi panduan (SOP) tugas kerja dan standar kompetensi tenaga laboratorium 3. Pengadaan bahan-bahan laboratorium, meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengelola bahan, mengadakan bahan alternatif pengganti.
3. Keberadaan jumlah dan/atau jenis bahan laboratorium tidak memadai/tidak sesuai dengan kebutuhan, sejumlah bahan sudah rusak karena tidak tertangani.
4. Program pelatihan keterampilan khusus pengembangan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau bahan pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium bagi tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng
4. Rendahnya keterampilan tenaga laboraorium untuk mengembangkan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium
5. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk lebih sering menyelenggarakan dan memberi kesempatan diklat bagi tenaga laboratorium SMP/Mts Negeri/swasta
5. Kurangnya kemampuan dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Pemecahan Masalah Pelatihan keterampilan bagi tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif dari lingkungan sebagai bahan pelengkap (suplemen) atau bahan pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium
Bentuk Kegiatan 1. Pelatihan/pendampingan identifikasi dan rekapitulasi bahan-bahan alternatif dan penyusunan perangkat praktikum. 2. Praktek /workshop membuat perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pengganti/pelengkap bahan yang tidak tersedia. Gambar 2. Diagram alur pemecahan masalah
Permasalahan kualifikasi dan kompetensi tenaga laboratorium merupakan faktor esensial untuk mewujudkan laboratorium IPA yang benar- benar mampu menjadi
11
wahana pembelajaran, wahana penelitian siswa dan guru. Disamping itu, ketersediaan sarana penunjang seperti alat dan bahan yang memadai juga tidak kalah pentingnya. Berdasarkan rumusan alternatif pemecahan masalah dalam Tabel 1 di atas, solusi yang diambil untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah pemberian pelatihan keterampilan bagi tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng untuk mengembangkan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif dari lingkungan sebagai bahan pelengkap (suplemen) atau bahan pengganti (komplemen) bahan-bahan yang tidak tersedia di laboratorium. Bentuk kegiatan yang direncanakan adalah pelatihan/pendampingan dan workshop mencakup ceramah dan diskusi untuk meningkatan pemahaman dan keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP. 3.2 Realisasi Pemecahan Masalah Realisasi kegiatan P2M ini dimulai dengan penjajagan dan sosialisasi khalayak sasaran untuk minginformasikan program dan waktu pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan acara pembukaan oleh ketua LPM Undiksha (Prof. Dr. Ketut Suma, M.S). Kegiatan dilaksanakan dalam dua tahap in service dan on service. Pelaksanaan kegiatan in servis mulai tanggal 2-4 Agustus 2014. Kegiatan berlangsung di Laboratorium FMIPA Undiksha dalam bentuk penyajian materi oleh nara sumber, diskusi dan praktek keterampilan menyususn perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternative sebagai suplemen (pelengkap) dan komplemen (pengganti) bahan/alat lab yang tidak ada/tidak sesuai dengan kebutuhan praktikum. Dilanjutkan dengan kegiatan on service dalam bentuk magang (penerapan keterampilan) di sekolah masing-masing. Kegiatan magang berlangsung dari tanggal 5-9 Agustus 2014. Dilanjutkan lagi dengan kegiatan in servis II (praktek (uji coba) perangkat praktikum dan presentasi dari tanggal 23-24 Agustus 2014. Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, staf laboran Jurusan pendidikan Kimia FMIPA Undiksha, Gusti Ayu Sri ahyuni, S.Pd, staf Pranata Laboratorium Pendidikan Fisika, Ni Nyoman Wiasih, staf PLP Biologi, dan I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si (staf dosen D3 Analis Kimia FMIPA Undiksha).
12
3.3 Khalayak Sasaran Strategis Sebagai khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan P2M yang bisa mengikuti adalah 22 orang tenaga laboratorium IPA SMP yang berasal dari 16 sekolah yang tersebar di kabupaten Buleleng. Dengan rincian SMPN 3 Singaraja =1 orang, SMP N 4 Kubutambahan = 1 orang, SMP N 5 Kubutambahan = 1 orang, SMP N 4 Banjar = 1 orang, SMP Katolik Santo Paulus Singaraja = 1 orang, SMP N 1 Banjar = 1 orang, SMP LAB Undiksha Singaraja = 2 orang, SMP Mutiara Singaraja = 1 orang, SMP Bhaktiyasa Singaraja = 1 orang, SMP N 2 Singaraja = 3 orang, SMP N 3 Seririt = 1 orang, SMPN 1 Sukasada = 2 orang, SMP N 2 Banjar = 1 orang, SMP N 5 Singaraja = 1 orang, SMP N 3 BANJAR = 3 orang, SMPN 6 Singaraja = 1 orang.
Peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, nantinya diharapkan dapat mengimbas kepada tenaga laboratorium yang lainnya. 3.4 Keterkaitan Kegiatan P2M ini melibatkan instansi Undiksha (FMIPA), Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, dan SMP-SMP di Kabupaten Buleleng. Instansi-instansi yang terlibat ini mendapat keuntungan secara bersama-sama (mutual benefit). 1) Guru (tenaga laboratorium) dan sekolah sasaran akan memperoleh manfaat dalam hal peningkatan kualitas SDM tenaga laboratoriumnya, terutama dalam bidang keterampilan pengembangan perangkat praktiukum IPA. Peningkatan kualitas SDM tenaga laboratorium akan berkontribusi terhadap kualitas pembelajaran IPA di sekolah tersebut. 2) Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng sebagai pihak pemberi rekomendasi secara tidak langsung juga mempunyai kaitan kepentingan untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan pendidikan di Buleleng khususnya. 3) Bagi Universitas Pendidikan Ganesha (Lembaga Pengabdian pada Masyarakat) keterkaitannya dapat dilihat dari sisi terrealisasinya program pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu kewajiban (dharma) dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Penyelenggaraan P2M merupakan wahana straregis bagi civitas akademik untuk mengabdikan (mengimplementasikan) pengetahuan dan teknologi pada masyarakat (dunia pendidikan khususnya). Secara tidak langsung kegiatan tersebut merupakan bagian pencitraan institusi.
13
3.5 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan adalah metode pendidikan-pelatihan- dan pendampingan dalam bentuk ceramah-diskusi dan praktek (learning by doing). Penerapan gabungan metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan khalayak berkaitan dengan keterampilan khusus laboratorium. Keterkaitan antara masalah dan metode kegiatan yang dipakai untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan No
Rumusan masalah
Metode
Bentuk Kegiatan
1
- Rendahnya kompetensi pengelolaan laboratorium dan laboratorium IPA belum diberdayakan secara optimal
Ceramah - Pendidikan pengetahuan tentang bahan praktikum Diskusi - Ceramah dan diskusi aspek-aspek keterampilan kerja di laboratorium
2
- Keberadaan jumlah dan/atau jenis bahan laboratorium yang tidak memadai, kerusakan bahan, dan ketidaksesuaian bahan yang dibutuhkan - Rendahnya keterampilan tenaga laboraorium untuk mengembangkan perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pelengkap (suplemen) atau pengganti (komplemen) bahan yang tidak tersedia di laboratorium
Praktek
- Pelatihan dan pendampingan identifikasi dan pengujian bahan alternatif dari lingkungan sebagai pengganti/pelengkap bahan yang tidak tersedia di laboratorium.
Praktek
- Pelatihan/pendampingan identifikasi dan rekapitulasi bahan-bahan alternatif dan penyusunan perangkat praktikum. - Workshop membuat perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif sebagai pengganti/pelengkap bahan yang tidak tersedia.
3
1) Ceramah dan Diskusi Kegiatan ceramah dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman peserta tentang kompetensi keterampilan laboratorium IPA SMP serta landasan teori yang mencakup teknik-teknik preparasi bahan. Materi yang diberikan oleh staf dosen dan staf laboratorium IPA Undiksha yang ahli dan telah banyak menggeluti bidang pengelolaan laboratorium IPA. Materi yang diberikan memuat pengetahuan dan teknik pengembangan perangkat laboratorium IPA SMP. Ceramah dan diskusi telah menyasar tujuan dari kegiatan ini. 14
2) Praktek Kegiatan ini merupakan lanjutan dari ceramah dan diskusi yang secara khusus bertujuan untuk meningkatkan keterampilan merancang, perangkat praktikum IPA SMP. Kegiatan praktek dibimbing dan didampingi oleh staf dosen dan laboran Undiksha serta praktisi yang memiliki keahlian dan pengalami yang relevan. 3.6 Evaluasi 3.6.1 Prosedur dan Alat Evaluasi Prosedur dan alat evaluasi untuk manilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan digambarkan seperti Gambar 2. AWAL KEGIATAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
- Identifikasi dan eksplorasi pengetahuan awal - Tes lisan,angket
AKHIR KEGIATAN
- Observasi - Penilaian otentik - Rubrik
Uji kelayakan produk
Gambar 3. Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan kerja sama. Evaluasi proses dilakukan selama kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil karya praktek (perangkat praktikum) IPA dengan memanfaatkan bahan alternatif dan uji kelayakan produk. Evaluasi produk dilakukan pada akhir kegiatan. Penskoran dilakukan dengan skala Likert (dengan bantuan rubrik penilaian) dan dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi proses dan produknya minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,40-4,19 menurut skala Likert (dengan skor - 5). 3.6.2 Teknik Analisis Data, Kreteria Indikator, dan Tolak Ukur Keberhasilan Kegiatan Cara mengevaluasi program P2M yang akan dilaksanakan dirancang seperti pada tabel 3 berikut. Tabel 3 Matrik Indikator Kegiatan dan Cara Pengukurannya No. Indikator
Teknik analisis data
Tolak ukur
1
Eksplorasi pengetahuan awal- post-tes (tes diagnostik)
Signifikansi perubahan pemahaman (perbedaan pengetahuan tentang bahan alternatif sesudah dan sebelum pelatihan) Hasil evaluasi produknya
2
Perubahan pemahaman dan pengetahuan terhadap bahan pengganti/bahan pelengkap kebutuhan praktikum IPA SMP Ketekunan dan keseriusan peserta pelatihan
Lembar observasi Penskoran dilakukan 15
mengikuti kegiatan
3
Produk kegiatan karya praktek)
dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif (hasil Penilaian produk kinerja. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif
minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala Likert (dengan skor 1 – 5).
1) Eksplorasi Pengetahuan Awal dan Penilaian Produk Eksplorasi pengetahuan awal dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman yang telah dimiliki tenaga laboratorium mengenai bahan-bahan alternatif sebelum pelatihan. Sedangkan post-tes dilakukan di akhir kegiatan untuk mengetahui perubahan pemahaman staf/tenaga laboratorium terhadap bahan-bahan alternative sebagai suplemen/komplemen bahan kebutuhan praktikum sesudah mengikuti kegiatan pelatihan. Data eksplorasi pengetahuan awal dan post-tes dikumpulkan menggunakan tes diagnostik (Sapriati, 2000). Tes diagnostik ini mengungkap pemahaman staf/tenaga laboratorium peserta pelatihan terhadap bahan-bahan suplemen/komplemen. 2) Observasi Observasi terhadap pelaksanaan program mencakup ketekunan dan keseriusan staf/tenaga laboratorium dalam mengikuti kegiatan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan rubrik penilaian. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas peserta pelatihan yang mencirikan prilaku dan kemampuan tenaga laboratorium. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala Likert dengan rentang 1-5. 3) Penilaian Kinerja (Produk) Produk kegiatan, yaitu modul pelatihan yang dapat dijadikan pedoman bagi tenaga
laboratorium
selama
pelatihan
dan
pedoman
lebih
lanjut
dalam
mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan laboratorium setelah pelatihan. Produk lain berupa jasa keterampilan khusus bagi tenaga laboratorium IPA SMP. Produk fisik berupa hasil karya model perangkat praktikum dengan memanfaatkan bahan alternatif. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi produknya minimal tergolong layak, dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala Likert (dengan skor 1–5). 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian a. Kegiatan Penyajian Materi dan Diskusi Kegiatan penyajian materi dan diskusi yang telah dilaksanakan bertujuan untuk memberikan pemahaman peserta tentang kompetensi keterampilan laboratorium IPA SMP serta landasan teori yang mencakup teknik-teknik membuat rancangan perangkat dan set alat praktikum IPA. Penyajian materi dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini. Materi yang diberikan memuat pengetahuan, teknik dan keterampilan memodifikasi alat laboratorium dan perangkat praktikum IPA SMP. Hasil penyajian materi dan diskusi yang telah dilakukan pada kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Secara umum kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Peserta sangat antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti sesion demi sesion sajian materi pelatihan yang disajikan oleh nara sumber. Demikian pula kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Respon peserta maupun tanggapan dari nara sumber berlangsung baik. Banyaknya pertanyaan yang muncul dari peserta menunjukkan adanya respon positif dari peserta terhadap materi pelatihan, disamping juga menunjukkan bahwa banyak hal yang masih perlu diketahui terkait dengan keterampilan repasrasi, modifikasi dan duplikasi alat laboratorium. 2) Hal lain yang dapat direkam dari kegiatan diskusi adalah bahwa pengetahuan awal peserta tentang keterampilan dasar laboratorium relatif masih kurang terutama keterampilan merancang perangkat praktikum. Namun setelah diberikan pelatihan, tingkat pemahaman peserta pelatihan menunjukkan hasil yang baik. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil angket peserta pelatihan (Tabel 4.3). a. Observasi dan Penilaian Kegiatan Praktek Penilaian praktek keterampilan merancang perangkat dan penggunaannya dilakukan selama selang kegiatan praktek. Penilaian dilakukan dengan penilaian kinerja. Aspek-aspek keterampilan yang dinilai mencakup 10 aspek kinerja antara lain : Kehadiran peserta,
Pemilihan topik/konsep strategis, pemilihan bahan alternatif, semangat
mengikuti kegiatan, keterampilan modifikasi, keterampilan menggunakan alati, inovasi, kreasi, dan kerja sama.
17
Hasil penilaian menunjukkan keterampilan peserta pelatihan rata-rata terkategori baik dengan skor rata-rata = 4,0 pada skala Likert (1-5) atau persentase penguasaan rata-rata = 80,3%. Tabel 4.1: Hasil Penilaian Kinerja Kode Pst P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 Rerata
A1 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4.8
A2 5 5 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 3 5 4.6
A3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.5
A4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
SKOR A5 A6 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.0 4.0
A7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
Keterangan: P = peserta; A = aspek yang dinilai A1 = Kehadiran peserta A2 = Pemilihan topik A3 = Pemilihan bahan alternatif A4 = Semangat mengikuti kegiatan A5 = Keterampilan mereparasi A6 = Keterampilan modifikasi A7 = Keterampilan duplikasi A8 = Inovasi A9 = Kreasi A10 = Kerja sama 18
A8 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
A9 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4.8
A10 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.5
Penguasaan Rata2 % 4.0 80 4.2 84 3.6 72 4.2 84 3.5 70 3.9 78 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84 3.7 74 4.2 84 3.9 78 4.2 84 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84 3.7 74 4.2 84 4.0 80.3
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Kriteria Acuan Penilaian Tingkat Penguasaan Materi (%) 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39
Kategori Amat Baik Baik Cukup Kurang Amat Kurang
(Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011)
Catatan: Mi = 3 SD = 0.7
Kategori respon masing-masing responden Skor: 2,65 – 3.35; Kategori Sedang Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi keterampilan Reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat No. 1 2 3 4 5
Kriteria >(Mi + 1,5 SDi) (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) < (Mi -1,5 SDi)
Kategori Sangat baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
(diadaptasi dar: Dantes, 2001) Hasil penilaian menunjukkan keterampilan peserta pelatihan mereparasi, modifikasi dan duplikasi alat-alat laboratorium setelah diberi pelatihan rata-rata terkategori baik dengan skor rata-rata = 4,0 pada skala Likert (1-5) atau persentase penguasaan rata-rata = 80,3%. b. Penilaian Produk Penilaian produk dilakukan terhadap produk model alat-alat modifikasi yang dihasilkan. Penilaian menggunakan rubrik penilaian, mencakup aspek-aspek: Keterkaitan dengan Bahan Ajar, Nilai Pendidikan, Ketahanan Alat, Keakuratan Alat, Efisiensi Alat, Keamanan bagi peserta didik,dan Estetika. Hasil penilaian produk yang dilakukan oleh
tiga orang expert menunjukkan nilai rata-rata terkategori baik (dengan skor rerata = 79,2). Data selengkapnya seperti tertera pada Tabel 4.2, berikut. Tabel 4.2 : Hasil Penilaian Produk Duplikasi Alat Kode Peserta P1 P2
Sekolah Asal
Skor Rerata
T1
T2
T3
SMP N 3 Seririt
90
90
85
88.3 Amat Baik
SMP Laboratorium Undiksha Singaraja
90
90
90
90.0 Amat Baik
19
Kategori
P3
SMP Laboratorium Undiksha Singaraja
75
75
75
75.0 Baik
P4
SMP N 5 Kubutambahan
95
90
90
91.7 Amat Baik
P5
SMP N 3 Sukasada
75
75
75
75.0 Baik
P6
SMP Katolik Santo Paulus Singaraja
75
75
75
75.0 Baik
P7
SMP N 4 Banjar
80
85
85
83.3 Baik
P8
SMPN 5 Tejakula
85
85
85
85.0 Amat Baik
P9
SMP N 2 Banjar
80
80
80
80.0 Baik
P10
SMP Mutiara Singaraja
90
90
90
90.0 Amat Baik
P11
SMP Bhaktiyasa Singaraja
90
90
90
90.0 Amat Baik
P12
SMP N 4 Kubutambahan
80
80
80
80.0 Baik
P13
SMP N 4 Kubutambahan
75
80
75
76.7 Baik
P14
SMP N 6 Singaraja
65
70
65
66.7 Cukup
P15
SMPN 5 Singaraja
65
70
65
66.7 Cukup
P16
SMPN 4 Sukasada
70
70
70
70.0 Baik
P17
SMPN 4 Sukasada
65
70
65
66.7 Cukup
P18
SMPN 1 Sukasada
85
80
85
83.3 Baik
P19
SMPN 1 Sukasada
85
85
85
85.0 Amat Baik
P20
SMPN 2 Singaraja
70
65
70
68.3 Cukup
P21
SMPN 2 Singaraja
70
70
70
70.0 Baik
P22
SMPN 3 Singaraja
85
85
85
85.0 Amat Baik
Rata-rata
79,2 Baik
Ket: P = peserta; T = testee (penilai) Kriteria Acuan Penilaian Tingkat Penguasaan Materi (%) Kategori 85-100 Amat Baik 70-84 Baik 55-69 Cukup 40-54 Kurang 0-39 Amat Kurang (Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011)
c. Laporan Kegiatan Mandiri Terpantau Berdasarkan laporan kegiatan mandiri (praktek penerapan pelatihan) di sekolah masing-masing dapat direkam beberapa informasi sebagai berikut. Kreativitas guruguru mengembangkan perangkat praktikum memanfaatkan bahan alternatif dari 20
lingkungan sekitar sebagai suplemen atau komplemen bahan yang tidak tersedia di laboratorium cukup variatif. Namun demikian nampaknya masih perlu didampingi lebih intensif. d. Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Tabel 4.3: Rekap Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Kode
Skor Respon terhadap masing-masing pernyataan (statemen)
Rata
Kategori
Rspd
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
Rata
P1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4.0
SB
P2
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4.4
SB
P3
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4.6
SB
P4
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
3
4.5
SB
P5
5
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4.1
SB
P6
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4.7
SB
P7
4
5
4
4
5
4
4
5
3
4
4
4.2
SB
P8
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4.3
SB
P9
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4.4
SB
P10
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4.7
SB
P11
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
3
4.5
SB
P12
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4.7
SB
P13
5
5
5
5
5
5
4
3
4
3
4
4.4
SB
P14
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4.0
SB
P15
4
5
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4.4
SB
P16
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4.4
SB
P17
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4.5
SB
P18
4
5
3
4
4
3
3
5
4
4
4
3.9
SB
P19
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4.9
SB
P20
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4.7
SB
P21
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4.0
SB
P22
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4.4
SB
Rerata
4.5
4.5
4.6
4.7
4.4
4.2
4.2
4.5
4.3
4.4
4.0
4.4
SB
Kategeri
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
Catatan: Kategori respon masing-masing responden Mi = 3 Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik SD = 0.7 Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi Respon Peserta No. 1 2 3 4 5 (Dantes, 2001)
Kriteria >(Mi + 1,5 SDi) (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) < (Mi -1,5 SDi) 21
Kategori Sangat baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
Berdasarkan data hasil angket, dapat diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat positif (rerata skor 4,4). Analisis hasil angket respon peserta pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta memberi respon sangat baik. Demikian juga respon terhadap masing-masing pernyataan yang diajukan, direspon sangat baik oleh peserta
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penilaian produk diketahui dari 22 orang peserta pelatihan 18,2 % (4 orang) peserta pemahamannya terkategori cukup, 45,5 % (10 orang) terkategori baik, dan 36,3 % (8 orang) terkategori sangat baik. Secara keseluruhan ratarata pemahaman mereka terkategori baik (rerata 79,2). Variasi pemahaman ini dapat didinjau dari aspek latar belakang peserta. Peserta ada yang berlatar belakang profesi sebagai guru IPA (PNS) yang diberi tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium, ada yang berlatar belakang sebagai guru IPA (belum PNS) yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium, ada pula pegawai administrasi (non PNS) yang ditugaskan di laboratorium. Variasi juga dapat dilihat dari pengalaman bekerja di laboratorium. Berdasarka data identifikasi calon peserta diketahui, ada peserta yang memiliki masa kerja (pengelaman kerja) di laboratorium kurang dari 1 tahun, 2-5 tahun, 5- 10 tahun, bahkan ada yang telah memiliki masa kerja di atas 10 tahun. Disamping itu, motivasi kerja, kesungguhan dan ketulusan dalam menggeluti profesinya juga menjadi alasan yang cukup menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Perbedaan latar belakang tersebut tentu memberi pengaruh terhadap semangat dan motivasi mengikuti kegiatan pelatihan. Namun walaupun demikian, secara keseluruhan rata-rata pemahaman mereka terkategori baik (rerata 79,2) , menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan keterampilan dasar laboratorium tersebut telah tercapai. Penilaian kinerja mencakup 10 aspek. Dari 10 aspek keterampilan yang dinilai antara lain: kehadiran peserta, pemilihan topik, pemilihan bahan alternatif, semangat mengikuti kegiatan, keterampilan merancang, keterampilan modifikasi, keterampilan membuat, inovasi, kreasi, dan kerja sama. Hasil penilaian kinerja menunjukkan kinerja peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan terkategori baik (rerata skor = 80.3). Hal ini menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan rata-rata terkategori baik telah tercapai. 22
Berdasarkan laporan kegiatan mandiri terpantau (praktek penerapan pelatihan) di sekolah diketahui bahwa keterampilan peserta setelah diberi pelatihan menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil rekaman cukup variatifnya jenis maupun jumlah bahan-bahan alternatif
yang dipilih (dimanfaatkan). Hal ini menunjukkan,
kegiatan magang sebagai kegiatan on service untuk melatih penerapan pengetahuan yang diperolah dalam kegiatan in service sangat penting dilaksanakan. Penerapan lebih lanjut dalam praktek sehari-hari tentu lebih penting lagi. Oleh karena itu diharapkan hasil pelatihan ini bisa diimplementasikan oleh peserta dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil angket peserta, diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat positif (rerata skor 4,4). Mereka sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan reparsi alat lebih intensif lagi (rerata skor 4,7). Mereka juga sangat setuju, materi pelatihan keterampilan dasar laboratorium sangat relevan dengan kebutuhan di lapanagan (rerata skor 4,4). Terhadap pernyataan masih banyak persoalan-persoalan di laboratorium belum terjawab dalam pelatihan ini, mereka merespon sangat setuju (rerata skor 4,2). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan serupa masih sangat dibutuhkan pada kesempatan-kesempatan berikutnya secara berkesinambungan. Dari hasil angket dan wawancara, mereka menyampaikan bahwa apa yang diharapkannya sebelum mengikuti kegiatan ini semua tercapai. Mereka mendapatkan informasi
cukup
banyak
tentang
pengembangan
perangkat
praktikum
IPA
Memanfaatkan Bahan Alternatif (Suplemen dan Komplemen) dari lingkungan . Berdasarkan indikator-indikator yang telah terukur di depan, serta kriteria keberhasilan menurut skala Likert yang tidak kurang dari 3,35 (batas minimal skor baik), maka proses kegiatan P2M ini dinyatakan berhasil (dengan rerata skor 4 dan rerata skor respon peserta 4,4 atau terkategori baik).
23
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rekap hasil dan pembahasan di depan, simpulan kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini mampu meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Secara spesifik dapat dirinci sebagai berikut. 1) Kegiatan pelatihan ini mampu memberi solusi alternatif untuk menanggulangi kendala yang menghambat terlaksananya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA di SMP. 2) Kegiatan ini mampu memfasilasi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen) bagi staf laboratorium IPA SMP seKabupaten Buleleng. 3) Pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen) bagi peserta pelatihan (terkategori baik). 4) Pelatihan
yang
telah
diselenggarakan
mampu
meningkatkan
kompetensi
(keterampilan) tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng untuk mengatasi permasalahan keterbatasan alat/bahan laboratorium yang tersedia. 5) Peserta pelatihan menyambut positif kegiatan ini karena mereka mendapatkan banyak informasi tentang pengetahuan dan keterampilan pengembangan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen) yang diperoleh dari lingkungan sekitar.
5.2. Saran Sejalan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1) Peserta sebaiknya menerapkan dan mengembangkan dalam tugas keseharian keterampilan mengembangkan perangkat praktikum IPA memanfaatkan bahan alternatif (suplemen dan komplemen) bahan yang btidak tersedia di laboratorium 24
IPA, sehingga keterbatasan persediaan alat/bahan tidak menjadi alasan tidak berlangsungnya kegiatan praktikum. 2) Pihak terkait seperti Dinas Pendidikan perlu memberi perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya laboratorium IPA SMP, sehingga keberadaan laboratorium benar-benar bisa berfungsi sebagai bagian esensial yang memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPA. 3) Kegiatan pelatihan serupa perlu dilaksanakan secara berkesinambungan secara lebih intensif dengan melibatkan lebih banyak peserta dan melibatkan pihakpihak terkait (seperti Dinas Pendidikan, LPMP, Perguruan Tinggi) secara kolaboratif integratif.
DAFTAR PUSTAKA Academy Savant, e-Learning Science. 2012. Practical Laboratory www.academysavant.com/elearning. Diakses 24 Pebruari 2012
Skills.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1995:Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA: Jakarta Dikti 2004. Standar kompetensi guru pemula IPA (SKGP), Diterbitkan oleh Dikti, Jakarta. ISO 17025-2005, Panduan Persyaratan Sistem Manajemen Laboratorium. Jones,
Stewart. 2001. Laboratory Safety. Australian Goverment Analytical Laboratories (Makalah pada Workshop Tentang Keselamatan Kerja di Laboratorium)
Khasani, Soeinanto Imam. 2001. Material Safety Data Sheet (MSDS) Vol III. Bandung: Pusat Penelitian IPA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Koesmadji Wirjosoemarto, dkk, 2000, Teknik Laboratorium Kimia. FMIPA UI: Jakarta Koretsky M., Kelly Christine, and Gummera, E. 2011. Student Perceptions of Learning in the Laboratory: Comparison of Industrially Situated Virtual Laboratories to Capstone Physical Laboratories. Oregon State University, Education Northwest. Journal of Engineering Education. July 2011, Vol. 100, No. 3, pp. 540–573© 2011 ASEE. http://www.jee.org Padmawinata, Dj., dkk., 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA –II. Jakarta: Depdikbud. Permanasari Anna, 2007. Pengelolaan Laboratorium IPA. Makalah. Disampaikan pada Technical Assistance Pengelolaan Laboratorium IPA di Program Pendidikan IPA FMIPA UNDIKSA.
25
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.03/Januari/2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan dan Angka Kreditnya. Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008. Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Tentang
Standar
Santoso, Toni Tulus. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan. Jurnal Pendidikan Kimia Tentang Media Lingkungan Sekitar. Soemanto Imamkhasani. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. ISBN: 978-979-16832-1-0. Subamia dan Wiratini. 2008. Penataan, Penyimpanan dan Perawatan Alat dan Bahan (P3AB) di Laboratorium IPA. Modul Pelatihan Manajemen Laboratorium bagi Guru dan laboran SMA se Bali. Tidak diterbitkan. Subamia, I. D. P. 2011. Penelusuran Kinerja Laboratorium IPA SMP. Laporan Studi Pendahuluan Analis Kebutuhan pada Pengelolaan Laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Subamia, I.D.P, dkk. 2012. Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Skill Laboratory) Bagi Staf Laboraorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng. Jurnal pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana Undiksha: Edisi Juli 2012. ISSN: 1410-4269. Suja, I W., 2011. Pemantapan Praktikum Bagi Guru-guru Kimia SMA Se-Kabupaten Buleleng. Laporan Hasil P2M tidak dipublikasikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Sutaya, I.W. 2008. Profil Manajemen Laboratorium dalam Menunjang Proses Pembelajaran Kimia. (Studi pada SMA NegeridiKabupaten Tabanan). Tesis. Undiksha. Tidak dicetak. Thantris. 2006. Pengelolaan Laboratorium dan Sistem Evaluasi Kegiatan Praktikum Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng). Tesis. Tidak Diterbitkan. The University of New Sout Wals. 2011. Laboratory Hazardous Waste Disposal Guideline Version: 3.0, 14/04/2011. Page 4 of 26 Widarto. 2005. Bahan Praktikum dan Penyimpanannya. Yogyakarta: UNY.
26
Lampiran 1: Foto-Foto Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Foto: Pembukaan pelaksaaan kegiatan P2M (oleh: Ka LPM Undiksha, Prof. Dr. Ketut Suma,M.S (kiri), dihadiri Kabid Dikdas Kab. Buleleng (tengah), Ketua Pelaksana, Drs. I Dewa Putu Subamia (kanan).
Foto: Peserta Pelatihan dalam menyimak sajian materi pelatihan FOTO-FOTO PRAKTEK Uji Coba praktek Indikator bahan Alam
Sambutan Kabid Dikdas Kab. Buleleng, pada acara Pembukaan Pelatihan Keterampilan Reparasi, Modifikasi dan Duplikasi Alat Lab IPA SMP (2 Agustus 2014, di Undiksha)
27
Foto: Praktek Uji Coba Alat Hasil Modifikasi Alat Titrasi
FOTO-FOTO: PRESENTASI DAN PERAGAAN PRODUK ALAT PERAGA ALTERNATIF
Praktek pembuatan Indikator asam-basa dari bahan alam (Sumber: Dok. Tim pelaksana) Foto: Peragaan model alat Respirometer
28
Foto: Peragaan model alat Peraga Kerja Paru-Paru
Foto: Peragaan Model Alat Fermentasi
29
Lampian 2: FOTO-FOTO PRODUK MODEL ALAT HASIL PELATIHAN
Foto 5: Cernin datar lipat dari plastik mika
Foto 1: Model Alat Cara Kerja Paru-Paru
Foto 6: Model Ginjal dari botol bekas
Foto 2: Model Alat Respirometer Foto 7: Model Baterai jeruk
Foto 3: Model Alat Fermemtasi Sederhana Foto 8: Model Molekul dari buah jeruk
Foto 4: Model Alat Distilasi Sederhana dari Pipa dan Bolan Bekas Gambar: Model Alat Elektromagnetisasi 30
Lampiran 3: Jadwal Kegiatan Pelatihan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Alamat: Jl. Udayana 12 C, Singaraja
Telp. (0362) 26327 Fax. (0362)25735 Kode Post 81117
Jadwal Kegiatan Pelatihan Pengembangan Perangkat Praktikum IPA Memanfaatkan Bahan Alternatif (Suplemen dan Komplemen) Bagi Tenaga Laboratorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng No Hari/Waktu 1
Sabtu, 2 Agustus 2014 13.00 - 13.30
Alokasi Waktu (Jam)
17.45 – 19.00 19.00 – 21.00 Minggu, 3 Agustus 2014 09.00 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 12.30
Tempat
Petugas/ Penanggung jawab
Registrasi Peserta + Pembagian Perlengkapan Pembukaan Istirahat + Snack Kunjungan dan Pengenalan Lab IPA Pretest Materi I: Pengembangan alat peraga praktikum IPA Istirahat Kegiatan Mandiri (Baca Materi)
Gedung MIPA
Panitia
R. Seminar MIPA
Ka. LPM/KadisdikKab. Buleleng Panitia Team Pelaksana
Lab Media Jurdik Kimia/ Instrumen AAS
Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd
Materi Pelatihan II: Identifikasi topik-
Lab. Kimia Dasar Jurdik Kimia
Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd
topik praktikum IPA SMP Istirahat/ Snack Materi Pelatihan III: Praktek Membuat
Lab. Kimia Dasar Jurdik
8
13.30 – 14.30 14.30 – 15.00 15.00 – 16.00 16.00 – 16.45 16.45 -17.45 Penyajian Materi pelatihan I
2
Kegiatan
Lab. Fisika, Biologi, Kimia
8
31
Panitia Gst Ayu Sri Wahyuni, S.Pd
Perangkat Praktikum dengan Memanfaatkan Bahan Alternatif 12.30 – 13.30 13.30 – 15.00
Istirahat/ Makan Siang Materi Pelatihan IV: Modifikasi Alat dan Bahan Praktikum IPA Diskusi + Tanya Jawab
15.00 – 17.00 3
Senin, 4 Agustus 2014 13.00 - 14.30 14.30 – 14.45 14.45 – 16.00
18.30 – 19.00 5 -9 Agustus 2014
5 6
23 Agustus 2014 24 Agustus 2014
Lab. Kimia Dasar Jurdik Kimia
Panitia Ni Nyoman Widiasih, SE, dkk Team Pelaksana
8
16.00 – 16.45 16.45 – 17.00 17.00 -18.30
4
Kimia
5 hr @5j = 25 j 8 8
Materi V : Praktek 2, Indikator bahan alam Istirahat/ Snack Materi VI: Praktek 3, Uji Coba Model Peraga IPA Diskusi Istirahat Materi VII: Praktek 4 Pemisah campuran dari bahan alam Tugas Mandiri Magang Penerapan (Tugas Mandiri terpantau) Praktek 5: Penyempurnaan Perangkat Seminar/Presentasi (Peragaan) Produk Pelatihan Post tes Penutupan
Total Catatan : Jadwal dapat bersifat tentatif
32
Lab. Kimia Dasar
I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si
Lab. Kimia Dasar Lab. Kimia Dasar
Nara Sumber Panitia I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si
-
Tim Pemantau + Kasek
Sekolah masing-masing Lab. Kimia Dasar
Drs. I Dw Pt Subamia, M.Pd
Lab. Media Jurdik Kimia Lab. Media Jurdik Kimia
Tim Pelaksana Ketua Pelaksana
33
34
35
36
37
Lampiran: 5 MAKALAH PELATIHAN PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PRAKTIKUM IPA MEMANFAATKAN BAHAN ALTERNATIF
Disampaikan Pada Kegiatan P2M Undiksha
Tim Pelaksana P2M Undiksha Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd. Ni Nyoman Widiasih, SE
(NIP. 196704241999031 007) (NIP. 197204131998022 002) (NIP. 197408052000032001)
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2014 1
I. Pendahuluan
Laboratorium menjadi tempat yang paling ideal dalam pembelajaran proses dan sikap ilmiah. Selanjutnya, pendekatan yang paling utama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan menemukan sendiri (inkuiri), melalui langkah-langkah kerja ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, mengukur, memaknai data, menarik kesimpulan, dan sebagainya (Depdibud, 1995). Lewat kegiatan tersebut pebelajar akan memperoleh pengalaman langsung, yang sering disebut “pengalaman tangan pertama.” Menurut Padmawinata, dkk (1981), laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat di mana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Lebih lanjut, Konsorsium Ilmu Pendidikan membuat definisi operasional tentang laboratorium sebagai perangkat kelengkapan akademik, di samping buku dan media lainnya, yang di dalamnya menyangkut prasarana, sarana, dan mekanisme. Khusus untuk laboratorium IPA, sebagai sebuah perangkat akademik, fungsi laboratorium tidaklah sekedar pendukung pembelajaran, tetapi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran IPA. Alat praktikum IPA (API) mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu untuk: 1) Menjelaskan konsep, sehingga peserta didik, memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan guru; 2). Memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari; dan 3) Mengembangkan keterampilan. Di samping peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, AP IPA juga mempunyai fungsi yang dapat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran IPA di sekolah, fungsi tersebut menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1999) adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006), Sekolah Menengah harus memiliki sarana: perabot, peralatan pendidikan, media, bahan habis pakai, dan perlengkapan lainnya; serta prasarana laboratorium. Keberadaan peralatan laboratorium IPA merupakan sarana yang harus diupayakan guna meningkatkan mutu pembelajaran IPA di sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan, kondisi fasilitas sarana dan prasarana laboratorium khususnya untuk pembelajaran IPA di SMP, hingga saat ini: 1) sangat minim fasilitas, alat dan bahan (zat kimia) yang ada; 2) adanya kecenderungan biaya yang dialokasikan sekolah untuk penunjang kegiatan laboratorium 2
tidak mencukupi; 3) Adanya kecenderungan pengguna laboratorium IPA tidak dapat menyelesaikan praktikumnya dengan baik karena waktu yang tersedia tidak mencukupi; 4) Praktikum yang telah direncanakan, sering tertunda pelaksanaannya karena beberapa bahan dan alat yang tersedia jumlahnya kurang sesuai dengan kebutuhan kegiatannya; 5) Belum dilakukan penataan terhadap fasilitas, alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan IPA; 6) Penggunaan fasilitas dan peralatan yang tersedia di laboratorium IPA belum secara optimal; 7) Laboratorium kurang difungsikan secara optimal sebagai tempat melaksanakan eksperimen. Kondisi seperti digambarkan di atas mengakibatkan laboratorium IPA, alat dan fasilitas lainnya di SMP tersebut kurang efektif dan pada akhirnya belum dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Terlepas dari kondisi kelengkapan fasilitas laboratorium IPA, pendidikan hendaknya dapat terus diselenggarakan tanpa harus menunggu lengkapnya fasilitas. Keterbatasan sarana ini dapat dipenuhi dengan menggunakan alat peraga IPA sederhana yang bahan-bahannya mudah didapat di sekitar sekolah, tanpa mengurangi pemahaman terhadap konsep pembelajaran IPA. Menjaga kelangsungan pendidikan IPA melalui praktikum/eksperimen, perlu dikembangkan alternatif alat peraga praktik (APP) IPA yaitu APP sederhana (buatan sendiri) agar pembelajaran IPA dapat berjalan secara optimal. Hal tersebut penting bagi guru/sekolah dengan alasan sebagai berikut: Pertama, APP IPA sederhana sebagai upaya melengkapi peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Para guru dapat memberdayakan berbagai sumber daya yang ada di sekitar sekolah dan tempat tinggal peserta didik untuk pengembangan alat peraga praktik IPA sederhana. Kedua, APP IPA sederhana ini dapat dijadikan sebagai alternatif peralatan laboratorium; meningkatkan kreativitas guru dan peserta didik; sebagai upaya meragamkan sumber belajar peserta didik; agar peserta didik dapat membangun pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang sesuai dengan kompetensi yang disarankan dalam kurikulum. Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa salah satu kompetensi guru adalah guru harus dapat menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dengan kompetensi inti dapat menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di lapangan dan menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. 3
1. Membuat Indikator Alami Alat dan bahan a. Alat-alat : 1) Blender
6) Pisau
2) Indikator Universal Kertas
7) Pipet
3) Tabung reaksi (14 buah)
8) Spatula
4) Rak tabung reaksi ( 3 buah)
9) Spidol
5) Gelas kimia 200 mL (3 buah)
10) Saringan teh 11) Label
b. Bahan-bahan : 1) Kol ungu (Brassica oleracea), rimpang kunir, bunga kembang sepatu, bunga mawar 2) Aquades (200 mL) 3) Alkohol 70% (300 mL) Prosedur Pembuatan a. Bahan indikator alam (missal: kol ungu ± 50 gram) diblender sampai halus, kemudian dilarutkan dalam campuran 50 ml aquades dan 50 ml etanol 70 %. b. Aduk dan saring sehingga diperoleh filtrat sebagai larutan indikator alam yang siap digunakan (lihat gambar berikut).
4
Membuat Pita Warna pH Indikator 1) Menyiapkan larutan standar yang akan di uji yang memiliki pH 1 – 14 dan tempatkan 100 mL masing-masing larutan tersebut ke dalam gelas kimia, kemudian diuji pH-nya dengan indikator universal kertas untuk mamastikan bahwa larutan standar tersebut memiliki pH 1 – 14. 2) Ambil masing-masing larutan tersebut sebanyak 4 mL dan tempatkan pada tabung reaksi 3) Berikan label dengan menuliskan besar pH pada masing-masing tabung reaksi (pH = 1 s/d pH = 14) 4) Uji masing-masing larutan tersebut dengan menambahkan 10 tetes indikator kol ungu, goyang setiap tetes penambahan indikator kol ungu dan baca warna yang dihasilkan setelah penambahan indikator kol ungu. 5) Urutkan warna keempatbelas tabung reaksi menurut kenaikan pH 6) Perhatikan warna yang terjadi dan buat pita warna indikator larutan uji yang telah diketahui pH nya dengan bantuan komputer berdasarkan warna larutan. 7) Mencetak pita warna indikator kol ungu dan siap dijadikan pedoman warna pH setiap percobaan penentan pH dengan larutan indikator kol ungu.
Hasil pembuatan pita warna pH indikator kol ungu: Rentang perubahan warna indikator kol ungu dalam suasana asam dan basa seperti ditampilkan pada gambar berikut: 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
8) Pita warna siap digunakan sebagai pedoman untuk menentukan pH larutan dengan indikator kol ungu. Semakin asam
Netral
Semakin basa
Gambar: Pita Warna pH Indikator 2.
Modifikasi Alat Praktikum Modifikasi adalah upaya mengubah atau menyesuaikan. Mengenai pengertian
modifikasi, Bahagia (2010:13), mengemukakan bahwa : Modifikasi dapat diartikan sebagai upaya melakukan perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian baik dalam segi fisik material maupun dalam tujuan dan cara (metoda). Dalam hal ini modifikasi adalah perubahan-perubahan yang diterapkan pada alat baik melalui penggantian, penambahan, maupun pengurangan komponen sehingga alat dapat berfungsi lebih baik daripada keadaan sebelumnya. Modifikasi adalah membuat berdasarkan contoh dengan memberikan perubahan (penambahan, pengurangan) tertentu atas warna, bentuk, ukuran, fungsi, prinsip kerja, dan atau bahan baku.
1
3.
Duplikasi Alat Duplikasi adalah upaya menggandakan jumlah alat dengan meniru model alat
yang telah ada. Berikut beberapa contoh model duplikasi alat praktikum. Duplikasi Duplikasi adalah membuat duplikat atau meniru atau membuat tiruan. Proses duplikasi yang benar mungkin adalah dengan izin dan lisensi dari pemilik hak paten. Dupklikasi alat peraga fisika adalah membuat alat peraga fisika dengan cara meniru persis alat peraga asli yang dibuat oleh pencipta atau pemilik hak paten penciptaannya. Biasanya duplikasi terpaksa dilakukan dengan alasan yang dimiliki jumlahnya kurang dan mutlak harus ditambah, yang dimiliki sudah rusak tetapi mutlak dibutuhkan dengan jumlah tertentu, bukan untuk kepentingan komersial mencari keuntungan. 1. Model Duplikasi Cara Kerja Ginjal Cara Membuat Alat Peraga Duplikatif kerja Nefron Ginjal A. Bagian Bagian Alat a. Bagian luar yang berperan sebagai kapsula Bowman untuk menampung hasil saringan terbuat dari bool plastik air minuman mineral bekas yang ukurannya lebih besar. b. Bagian dalam yang berperansebagai saringan terbuat dari botol air minuman mineral bekas yang agak kecil. c. Selang pelasik dengan diameter 1 cm, 0,5 cm dan 0,2 cm yang berperan sebagai Tubulus konorti distal, tubulus kontorti proksimal, lengkung henle dan pembuluh arteri B. Bahan yang diperlukan b. c. d. e.
Botol plastik air minum mineral bekas Lem powerglu Selang plastik dengan diameter 1 cm, 0,5 cm dan 0,2 cm Gunting
C. Langkah Langkah Pembuatan Alat Peraga: 1) Gunting atau potong bagian depan botol bekas minuman mineral 2 buah yang kecil dan 2 buah yang besar. Seperti gambar berikut:
2
2) Kedua bagian yang kecil disatukan seperti gambar berikut 3) Buatkan lubang kecil kecil pada botol yang sudah disatukan tadi lubang ini berperan sebagai alat penyaring. 4) Salah satu bagian depan botol besar diperbesar lubangnya supaya bagian kecil dapat dimasukkan kedalamnya, kemudian dilem dengan menggunkan lem powerglu supaya keduanya menyatu dan tidak bocor pada waktu alat digunakan. Perhatikan gambar berikuut. 5) Satukan kedua botol besar dengan menggunakan lem powerglu sehingga bentuknya seperti gambar berikut. 6) Tambahkan selang plastik yang berdemeter 1 cm pada mulut botol yang kecil sebayak dua buah seperti gambar berikut. 7) Satukan selang plastik diameter .1 cm dan diameter .0,5 cm seperti pada gambar berikut. 8) Pasang selang plastik yang berdiameter 0,2 cm pada selang plastik yang sudah disatukan tadi seperti gambar gerikut. 9) Pasang selang plastik yang sudah dirangkai pada langkah 8 tersebut pada mulut botol yang besar sehingga susunannya seperti gambar berikut. D. Cara kerja alat model duplikasi kerja nefron ginjal ini adalah sebagai berikut: 1) Jika dimasukkan air yang didalamnya terdapat partikel partikel berukuran lebih besar dari lubang saringan pada botol kecil melalui selang pelatik yang ada di bagian atas maka air dan partikel tadi akan masuk kedalam botol kecil seperti gambar berikut 2) Air akan keluar dari lubang saringan saringan botol kecil dan tertampung didalam botol besar ( filtrat Glumerolus) sedangkan partikel yang berukuran besar akan keluar dari alam botol kecil melalui sekang pelastik bagian bawah. Peristiwa ini menunjukkan adaya proses penyaringan zat yang berukuran besar seperti terjadi di glumerolus dan ditampung di kapsula bowmen yaitu peristiwa filtrasi. 3) Air hasil saringan tadi akan mengalir melalui selang pelastik yang berbeda diameternya dan diibaratkan tubulus kontorti distal, lengkung henle dan tubulus kontorti proksimal. Di selang plastik yang berdiameter 1 cm sebelum selang plastik berukuran kecil berdiameter 0,5 cm dan selang plastik berdiameter 1 cm sebagian air akan keluar dan masuk kedalam selang plstik dengan diameter 0,2 cm dan menuju jantung, peristiwa ini menggambarkan peristiwa reabsorsi pada
3
tubulus kontorti proksimal dan lengkung henle yaitu penyerapan kembali zat zat yang masih diperlukan disini terbentuk urin primer. 4) Sisa Air yang tidak keluar akan terus mengalir ke selang plastik setelah selang yang melengkung, disini akan terjadi penambahan zat lain yang tidak diperlukan melalui selang plastik yang berdiameter 0,2 cm berasal dari seluruh tubuh peristiwa ini diibaratkan augmentasi ( penambahan zat yang tidak diperlukan) terjadi di tubulus kontorti distal dan terbentuklah urin sekunder atau urin sesunguhnya dan selesai pembentukan urin. 2. Alat Fermentasi Sederhana A. Dasar teori Fermentasi merupakan peristiwa pemecahan senyawa organik oleh mikroorganisme yang berlangsung pada keadaan anaerob untuk mendapatkan energi, namun energi tersebut dalam jumlah satuan zat yang sama akan diperoleh energi yang lebih rendah. Selain itu dihasilkan juga senyawa sampingan yang menjadi racun bagi organisme itu sendiri. B. Tujuan pembuatan Mengamati peristiwa fermentasi, dengan perantara larutan indikator yang bersifat basa C. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan alat fermentasi sederhana terdiri atas
Botol plastik air mineral volume 250 ml yang memiliki tutup sebanyak 2 buah. Selang plastik 1 meter Jara. Korek api. Lilin Sedotan kecil Glukosa fermipan Fenoltalin. Air kapur. Kertas label
D. Prosedur Pembuatan Alat Pembuatan alat fermentasi sederhana tersusun sebagai berikut :
Tutup botol plastik air mineral dilubangi menggunakan jara yang telah dipanasi dengan lilin. Untuk memudahkan dalam melubanginya sebaiknya tutup botol tetap melekat pada mulut botol.
4
Gambar : Moidel alat fermentasi sederhana
Menandai kedua gelas plastik menggunakan kertas label sebagai gelas A dan gelas B. Kemudian memasukan selang plastik ke dalam botol plastik tersebut. Selang plastik yang dimasukan diusahakan tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Pada gelas A dimasukan campuran glukosa dan fermipan sedangkan pada gelas B dimasukan fenoptalin dengan air kapur. Campuran air kapur dengan fenoptalin tersebut menghasilkan warna merah. Untuk mengeluarkan gas-gas lain yang yang tidak diperlukan dalam praktikum ini, pada gelas B dimasukan sedotan plastik kecil. Campuran glukosa dan fermipan akan mengalami reaksi kimia dan menghasilkan gelembung air pada campuran fenoptalin dan air kapur. Campuran air kapur dengan fenoptalin tersebut menghasilkan warna merah. Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
Sketsa Alat Fermentasi Sederhana
5
Botol plastik sebelah kanan diisi dengan fermipan dan glukosa. Campuran antara fermipan dan glukosa menimbulkan reaksi kimia Peristiwa yang terjadi dapat menggambarkan mekanisme fermentasi. Reaksi fermentasi glukosa oleh ragi (Saccharomyces) adalah sebagai berikut: C6H12O6 ¬¬ 2 C2H5OH + 2CO2 +21 kal Ragi yang digunakan merupakan contoh mikroorganisme ideal dalam mekanisme fermentasi. Dwidjoseputro (Ridwan, 2006) mengatakan bahwa sel-sel ragi merupakan contoh mikroorganisme yang mendapatkan energi yang dibutuhkannya dengan respirasi anaerob. Lebih lanjut dijelaskan pernapasan anaerob sebenarnya dapat juga berlangsung di dalam udara bebas akan tetapi proses ini tidak menggunakan O2 yang tersedia di dalam udara itu. Pernapasan anaerob juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi itu anaerob. Tujuan fermentasi sama saja dengan tujuan respirasi yaitu untuk memperoleh energi. 3. Spirometer Sederhana A. Dasar teori : Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas udara pernapasan pada manusia. Prinsip pengukuran dalam spirometer berbeda-beda bergantung bentuk tipe, dan spesifikasi alat. Ada spirometer yang mengukur kapasitas udara pernapasan menggunakan grafik sehingga dapat dilihat volume udara komplementer, suplementer, dan tidalnya. Ada juga spirometer yang menggunakan turbin yang sudah diberi skala tertentu sehingga jika udara pernapasan ditiupkan maka turbin akan bergerak dan dapat dilihat volume udara yang terbaca pada skala turbin. B. Tujuan pembuatan alat Mengukur volume udara pernafasan pada manusia C. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan spirometer sederhana ini terdiri atas :
Balon Selang Botol plastik air mineral volume 1500 ml Korek api Paku Lilin Meteran Baju Kertas skala Gambar: Model Spirometer
6
D. Pembuatan Spirometer sederhana Prosedur pembuatan spirometer sederhana tersusun sebagai berikut :
Lubangi sisi atas kedua botol air mineral di tempat yang sama Hubungkan kedua botol tersebut dengan selang yang penjangnya kurang lebih satu meter Tempelkan milimeter blok pada botol B untuk menunjukan ketinggian air yang berpindah Masukan air yang telah diberi pewarna kedalam botol A Tiup balon sebagai tempat untuk udara hasil pernafasan yang akan kita ukur Tempelkan mulut balon dengan mulut botol, usahakan tidak ada udar yang keluar Udara dalam balon akan menekan air untuk berpindah ke botol B
Pengukuran volume udara pernapasan manusia dapat dilakukan dengan menggunakan rumus volume bola atau volume tabung. Prinsip pengukuran volume balon udara didahului dengan menentukan keliling balon udara yang telah ditiup menggunakan meteran baju. Kemudian mencari jari-jari dengan rumus ; K = π.d d = k/ π……………….(1) 2r = d r = d/2………………..(2) memasukan persamaan (1) ke dalam persamaan (2) r = k/2 π k = keliling balon (cm) r = jari-jari balon (cm) π = 22/7 V = 4/3 . 22/7 . r 3 Volume udara pernapasan juga dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran volume tabung, yaitu : V = πr2.h; π = 22/7
V = volume tabung r = jari-jari botol air sebesar 4 cm h = tinggi air pada botol 2
7
4. Alat Peraga Model Paru Manusia Untuk batang tenggorok dari batang pena kosong yang bening. Untuk cabang tenggorok dari potongan spidol kecil 3,0 atau 3, 5 cm. Untuk diafragma dari satu balon merah besar yang ujungnya dipotong sedikit. Untuk paru dari dua balon kecil merah. Untuk rongga dada dari botol plastik air mineral ukuran 1 atau 1,5 liter.
Gambar: Komponen utama model paru manusia. Kedua balon merah kecil disarungkan pada ujung-ujung potongan batang spidol kecil. Kemudian diikat dengan karet gelang. Tampak pada gambar berikut.
Gambar: Model Trakea dan Bronkus Potongan batang spidol kecil dilubangi di bagian tengah. Bila disatukan dengan batang pena kosong akan membentuk huruf T. Meskipun tak membentuk seperti huruf Y, alat ini dapat difungsikan. Cara kerja alat: Dengan cara menarik ke bawah dan melepas lembaran balon di bawahnya, dua balon kecil akan mengembang dan mengempis, seperti gerakan paru manusia. Ini gambaran inspirasi pernapasan.
8
5. Alat Peraga Cermin Datar Lipat dari Plastik Mika Pencahayaan dapat menggunakan lilin menyala atau cahaya dari lampu pijar kecil 2,5 V
dan baterai besar 2 buah @ 1,5 V. Bingkai terbuat dari Styrofoam dan kertas jilid. Untuk busur derajat dilukis di kertas jilid dengan spidol besar berwarna hitam. Bila menggunakan nyala lilin, berhati-hatilah, karena plastik jilid dapat mengerut terkena panas. Engsel terbuat dari potongan kertas jilid. Gambar tersebut menunjukkan jumlah bayangan 3 buah, karena sudutnya 90 derajat. 6. Model Alat Elektromagnetisasi
Gambar: Model Alat Elektromagnetisasi Bahan: Untuk contoh alat elektromagnetisasi yang dikemukakan di atas, bahan-bahan baku yang Dibutuhkan adalah sebagi berikut ini. 1. Seutas kawat tunggal berisolasi sepanjang kurang lebih 150 cm 2. Satu capit buaya hitam dan satu capit buaya merah 3. Karton duplek kurang lebih 8 cm x 10 cm untuk membuat pipa 4. Sebuah paku kayu yang panjangnya 10 cm 5. Sebuah paku beton yang panjangnya 10 cm 6. Paku-paku kecil secukupnya 7. Plat logam 8. Satu baterai 1,5 volt 9
9. Multiplek 9 mm 10. Karet gelang 11. Celotape, dan 12. Ampelas nomor nol 13. Paku uril kecil 14. Timah solder Perkakas yang dibutuhkan untuk membuatnya adalah seperti yang dikemukakan berikut ini. 1. Gergaji triplek 2. Pahat kayu 0,5 cm 3. Palu karet 4. Palu logam 5. Gunting kaleng 6. Tang pengelupas kabel 7. Solder 8. Obeng minus
Cara membuat: Buat pola pemotongan dan pembentukandan sistem penyambungan bahan-bahan dengan bentuk dan ukuran tertentu seperti pada gambar di bawah ini. Urutan pekerjaan membuatnya adalah seperti yang dikemukakan berikut ini. - Ujung kabel dikelupas isolasinya lebih kurang 0,5 cm. - Karton digulung menjadi pipa dan dicelotape bagian luarnya. - Multiplek dipotong, dilubangi dan diampelas sesuai gambar rancangan. - Plat logam digunting dan dibentuk untuk dudukan kutub-kutub baterai. - Kabel dililitkan pada pipa karton dengan lilitan yang rapat menjadi sebuah kumparan. - Kedua ujung kumparan diberi celotape. - Batang statif dipasang pada alas statif. - Dudukan kutub-kutub baterai dipaku pada triplek alas dudukan baterai. - Capit buaya di pasang pada kedua ujung kawat kumparan. - Pipa karton dan kumparannya dipasang pada batang statif dengan karet gelang. - Paku kayu dimasukkan vertikal dari atas ke pipa kumparan pada statif. - Baterai dipasang pada dudukan baterai. - Beberapa paku kecil disimpan di atas alas statif tepat di bawah paku kayu.
10
Gambar: Pola pemotongan bahan Alat Elektromagnetisasi 7. Alat Peraga Murah : Baterai Jeruk Dalam merancang dan menyiapkan Alat Peraga Murah (APM) dengan memanfaatkan barang/bahan bekas dan lingkungan sekitar sebagai sumber dan bahan belajar. Mata Pelajaran Sains/IPA memberikan banyak inspirasi untuk menciptakan sumber energi alternatif,seperti energi listrik dan cahaya yang sangat efektif membantu guru membelajarkan siswa-siswanya. Salah satunya adalah “Baterai Buah Jeruk”. Alat dan Bahan :
1. 2. 3. 4. 5.
Jeruk nipis 5 biji Lempeng seng ukuran 5 cm x 0,5 cm sebanyak 5 lembar Lempeng tembaga 5 batang ukuran 5 cm x 0,5 cm Kabel halus Lampu LED
Gambar: Model Baterai Buah Jeruk 11
Cara kerja :
1. Setiap jeruk ditusuk 4 lempeng seng,yang berfungsi sebagai kutub negatif (),dan satu lempeng tembaga yang berfungsi sebagai kutub positif (+), dalam satu belahan yang sama pada jeruk. 2. Lempeng seng pada jeruk yang satu dihubungkn dengan lempeng tembaga pada jeruk yang lain melalui kabel kecil. 3. Hubungkan dengan lampu LED. Hasil/kegunannya:
1. Lampu akan menyala 2. Menunjukkan atau membuktikan sumber energi listik. 8. Model Alat Destilasi Destilasi merupakan suatu teknik pemisahan campuran dalam fasa cair homogen dengan cara penguapan dan pengembunan. Campuran masing-masing komponen dapat terpisahkan karena adanya perbedaan titik didih diantaranya. Adapun alatnya dengan gambar sebagai berikut :
Gambar: Rangkaian alat destilasi Duplikasi Alat Destilasi Dari Barang Bekas Bola lampu sebagai labu dasar bulat
termometer
Destilat
Pendingin Leibig dari pipa logam bekas
Gambar : Alat Pengganti Destilasi (Narawati, 2009) 12
Proses pembuatan labu dasar bulat
Bola lampu bekas Alat Destilasi
Bola lampu sebagai labu dasar bulat
Air teh yang didestilasi
Destilat (hasil destilasi)
Alat Pengganti Pendingin Leibig
9. Sel Elektrolisis Sel elektrolisis terdiri dari dua elektrode, yaitu anode dan katode yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Katode dihubungkan dengan kutub negatif dan anode dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus listrik. Pada katode akan terjadi reaksi reduksi dan anode terjadi reaksi oksidasi. Sel elektrolisis umumnya dimanfaatkan pada proses industri salah satunya yaitu penyepuhan logam. Rangkaian alatnya sebagai berikut :
Gambar: Rangkaian alat sel elektrolisis 13
Duplikasi Alat Praktikum Elektrolisis Dari Barang Bekas Tabung U dari
lampu TL bekas
baterai
Gambar: Duplikasi Alat Pengganti Elektrolisis (Narawati, 2009) 10. Model Molekul dari bola pimpong/buah jeruk Alat/Bahan: - Pisau - Buah Jeruk Berbagai ukuran - Bambu/kawat - Model Molekul (molimod) Cara Kerja: - Siapkan potongan bambu ukuran ± 5-10 cm - Siapkan buah jeruk nipis berbagai ukuran - Rangkai membentuk model-model molekul
B. Membuat Kotak KIT IPA Sederhana Alat/bahan - Perkakas Pertukangan Kayu - Toolkit - Kayu - Papan - Paku - Engsel
Gambar : Model Kotak KIT IPA
14
11. Pemisahan Campuran Materi yang terdapat di alam semesta ini tidaklah murni, melainkan masih berupa campuran. Seperti halnya udara yang kita hirup setiap hari sampai air laut yang berada di samudera. Udara sendiri terdiri dari beberapa macam zat seperti oksigen, nitrogen, air dan yang lainnya. Sedangkan air laut terdiri dari air, garam, dan zat yang lainnya. Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau skelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis lab). Pemisahan komponen-komponen penyusun campuran dapat dipisahkan dengan beberapa cara, diantaranya: 1) Penyaringan, 2) Pengkristalan dengan penguapan, 3) Sublimasi, 4) Destilasi 5), Kromatografi , 6) Dekantasi A. Mengetahui perbedaan campuran homogen dan heterogen Alat/bahan - Gelas kimia - Sendok - Air - Garam dapur Kegiatan: 1. Timbang 5 gram garam dapur. Masukkan ke dalam gelas kimia. Tambahkan air hinggga semua garam larut. 2. Masukkan larutan tadi ke dalam labu ukur (volume 100 ml). Tambahkan air hingga tanda batas batas (menunjukkan volume 100 ml). 3. Beri label Gelas X! 4. Masukkan satu sendok pasir ke dalam segelas air. Aduk secara optimal. Beri label Gelas Y! 5. Lakukan pengamatan pada Gelas X! Apakah kamu dapat membedakan air dan gula dalam larutan gula tersebut? Jelaskan hasil pengamatanmu! 6. Amati gelas. Apakah kamu dapat membedakan air dan pasir pada campuran air dan pasir tersebut? Jelaskan hasil pengamatanmu! 7. Catatlah hasil pengamatanmu, bandingkan antara gelas X dan Y. 8. Hitung konsentrasi garam dalam labu X! 9. Lakukan diskusi dengan teman-teman kelompokmu. Buatlah kesimpulan dari aktivitas diskusi!
B. Memisahkan Garam Dapur dari Pengotor Tujuan: Memisahkan garam dapur dari zat pengotor dengan cara penyaringan/filtrasi dan penguapan/evaporasi. Alat dan Bahan : Alat: -
Bahan : - Garam dapur kotor. - Aquades - Kaki tiga - Kawat kasa - Pembakar spirtus
Kertas saring Corong gelas Gelas kimia Labu Erlenmeyer Cawan penguap Batang pengaduk 15
Kegiatan: 1. Larutkan garam dapur kotor sebanyak 3 sendok spatula dengan aquades secukupnya dalam gelas kimia. 2. Siapkan kertas saring dan lipat dengan cara sebagai berikut:
3. Letakkan kertas saring di dalam corong dan semprotkan sedikit air sampai kertas saring menempel pada corong. 4. Letakkan corong di atas labu Erlenmeyer atau letakkan corong pada alat penyangganya. 5. Masukkan filtrat (hasil saringan) ke dalam cawan penguap. 6. Panaskan filtrat tersebut sampai mendidih dan airnya menguap. 7. Zat apakah yang tersisa pada cawan penguap? Diskusi 1. Mengapa garam kotor harus dilarutkan terlebih dahulu? 2. Apa fungsi dari penguapan? 3. Apa kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaaan di atas?
C. Kristalisasi Tujuan: Membuat kristal tembaga (II) sulfat atau terusi dari larutannya Alat dan Bahan : Alat Spatula Batang Pengaduk Gelas kimia Kaca arloji
Bahan Tembaga(II) sulfat (Terusi) Aquades Gelas ukur
Kegiatan : 1. Siapkan 20 cm3 aquades di dalam gelas kimia, masukkan serbuk tembaga(II) sulfat sedikitsedikit, aduk terus sampai serbuk tidak dapat larut lagi. 2. Tuangkan sedikit larutan kedalam kaca arloji, simpan ditempat terbuka dan biarkan beberapa saat sampai terjadi kristal tembaga(II) sulfat 3. Amati bentuk dan warna kristal yang terjadi! Catat hasil pengamatan! Diskusi : 1. Adakah perbedaan antara serbuk tembaga(II) sulfat sebelum kristalisasi dengan kristal yang dihasilkan 2. Jelaskan prinsip pemisahan campuran dengan metode kristalisasi?
16
D. Sublimasi: Memisahkan Kapur Barus dari Pengotor Tujuan: Memisahkan kapur barus dari bahan pengotor dengan prinsip sublimasi Alat dan Bahan : Alat: Bahan : - Cawan penguap - Kapur barus - Kaca arloji - Pasir/tanah - Kaki tiga - Es batu - Kawat kasa - Lup - Pembakar spirtus - Lumpang dan alu Kegiatan : 1. Masukkan satu sendok campuran iodin dengan garam ke dalam pinggan penguap! 2. Tutup pinggan dengan sepotong kertas yang telah diberi lubang-lubang dengan jarumnya. Letakkan sebuah corong dengan sedikit kapas! 3. Panaskan pinggan dengan nyala api yang kecil. Perhatikan uap yang naik melalui lubanglubang pada kertas dan pembentukan kristal-kristal dalam corong! 4. Amati bentuk kristal yang dihasilkan dengan menggunakan kaca pembesar! Bandingkan dan simpulkan hasil pengamatan kelompok kamu dengan kelompok yang lain!
Gambar: Metode Sublimasi (Sumber: Dok.Kemdikbud) Pengamatan : No 1 2
Bahan Campuran (kapur barus dan pengotor) Campuran setelah dipanaskan
Hasil Pengamatan Wujud : ……………………… Warna : …………………….. Wujud : …………………… Warna : ……………………..
Diskusi: 1. Mengapa campuran tersebut harus dipanaskan? 2. Apa kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaaan di atas? 3. Carilah bahan-bahan lain yang dapat menyublim!
E. Kromatografi Kertas Tujuan: Memisahkan zat warna dalam campuran Alat dan Bahan : Alat Spidol berbagai macam warna Kertas saring Gelas kimia
Bahan Tinta hitam dan warna lain Aquades
17
Kegiatan: 1. Siapkan kertas saring (atau dapat diganti dengan kertas tisu yang agah tebal) berukuran 3 x 10 cm, buat garis pada bagian bawah dengan jarak 2 cm dari tepi kertas. 2. Berilah tanda titik dengan menggunakan spidol hitam pada garis pensil tersebut. Gulung bagian ujung kertas kromatografi tersebut hingga membentuk suatu silinder sangga dengan bantuan lidi. Kemudian, ujung kertas yang berisi tinta dicelupkan pada gelas kimia yang berisi suatu pelarut (air) seperti pada gambar!
3. Pelarut akan merambat naik ke atas kertas. Angkat keluar dari gelas kimia kemudian keringkan! 4. Ukurlah warna terjauh dari titik awal. Simpulkanlah hasil pengamatanm 5. Lakukan hal yang sama dengan spidol berwarna merah, oranye, biru, dan hijau pada titik yang berbeda pada garis pensil tersebut! 6. Catat hasil pengamatanmu! Pengamatan : No 1 2
Bahan Spidol hitam Spidol biru Setelah dilakukan kromatografi kertas
Hasil Pengamatan Warna : …………………….. Warna : …………………….. Warna : …………………….., ………………………..
Diskusi: 1. Mengapa zat warna pada tinta dapat teruai didalam kertas kromatografi? 2. Apa kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaaan di atas?
F. Menerapkan metode pemisahan filtrasi dalam kehidupan sehari-hari Kegiatan: 1. Buatlah kelompok kerja untuk melakukan kegiatan observasi di bawah ini. Setiap kelompok terdiri atas lima orang! 2. Ambil masing-masing satu gelas campuran pasir dengan air, larutan gula, sirup, dan air sumur yang keruh. Saring dengan menggunakan kertas saring! 3. Pada campuran mana saja penyaringan dapat dilakukan? 4. Catat semua hasil pengamatanmu, kelompokkan hasil pengamatanmu berdasarkan dapat tidaknya campuran tersebut disaring. 5. Bandingkan hasil kegiatan observasi kelompok kamu dan bandingkan dengan kelompok yang lain. Kesimpulan apa yang kamu peroleh?
18
Sumber Gambar: www.inds.co.uk Gambar : Gambar penyaringan air
Penutup Pengembangan kreativitas pengadaan media termasuk alat peraga praktik IPA sederhana (buatan sendiri) dapat dilakukan oleh guru (pendidik dan tenaga kependidikan) IPA sebagai alternatif pemecahan masalah ketidak-adaan, keterbatasan, mahalnya, dan inovasi pengadaan alat peraga praktik dan bahan (zat kimia) di sekolah. Gagasan pengadaan alat peraga praktik (APP) IPA sederhana dapat diwujudkan sebagai prototipe (model) atau padanan dengan proses: disain, perencanaan, pembuatan, pengujian, hingga dapat diimplementasikannya dalam pembelajaran IPA. Pelatihan
pengadaan media praktikum ini hanyalah sebuah pemicu yang
diharapkan dapat memberi inspirasi-inspirasi bagi guru IPA untuk meningkatkan kompetensi, efisiensi, keefektifan, pemanfaatan, dan akuntabilitas kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan pembuatan alat peraga praktik IPA sederhana (buatan sendiri). Dengan demikian diharapkan permasalahan keterbatasan tersedianya alat/bahan praktikum di laboratorium dapat teratasi. PUSTAKA Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1995:Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA: Jakarta Subamia, I.D.P, dkk. 2012. Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Skill Laboratory) Bagi Staf Laboraorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng. Jurnal pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana Undiksha: Edisi Juli 2012. ISSN: 1410-4269. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Biologi Sederhana Untuk SMA. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
19
20