LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1.
Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)
Cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya akan diisi sebanyak 2 g sampel lalu ditimbang (W1) kemudian dimasukkan ke dalam oven suhu 105 oC selama 1-2 jam. Cawan alumunium dan sampel yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Ulangi pemanasan sampel sampai dicapai bobot konstan (W2). Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan air yang hilang sebagai kadar air. Kadar Air (%) = W1-W2 X 100% W1 2.
Kadar Abu (AOAC, 1995)
Sebanyak 2 g contoh ditimbang dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya (A), kemudian diarangkan dengan menggunakan pemanas bunsen hingga tidak mengeluarkan asap lagi. Cawan porselin berisi contoh (B) yang sudah diarangkan kemudian dimasukkan ke dalam tanur bersuhu 600oC selama 2 jam untuk mengubah arang menjadi abu (C). Cawan porselin berisi abu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga mencapai bobot tetap. Kadar Abu (%) = C-A X 100% B 3.
Kadar Lemak (AOAC, 1995)
Sebanyak 2 g contoh bebas air diekstraksi dengan pelarut organik heksan dalam alat soxlet selama 6 jam. Contoh hasil ekstraksi diuapkan dengan cara diangin-anginkan dan dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC. Contoh didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kadar Lemak = Bobot Lemak X 100% Bobot Contoh 4.
Kadar Serat Kasar (AOAC, 1995)
Sebanyak 2 g contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 100 ml H 2SO4 0.325 N. Kemudian dihidrolisis dalam otoklaf selama 15 menit pada suhu 105oC dan didinginkan serta ditambahkan NaOH 1.25 N sebanyak 50 ml. Kemudian dilakukan dihidrolisis kembali dalam otoklaf selama 15 menit. Contoh disaring dengan kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kertas saring tersebut dicuci berturut-turut dengan air panas, 25 ml H2SO4 0.325 N lalu dengan air panas dan terakhir menggunakan aseton/alkohol 25 ml. Kertas saring tersebut dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC selama 1 jam dan dilanjutkan sampai bobotnya tetap. Kadar serat (%) ditentukan dengan rumus : a-b x 100% c
30
dimana :
5.
a= bobot residu serat dalam kertas saring (g) b= bobot kertas saring kering (g) c= bobot bahan awal (g)
Kadar Protein (AOAC, 1995)
Sebanyak 0.1 g contoh dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan 2.5 ml H2SO4 pekat, 1 g katalis dan beberapa butir batu didih. Laurtan didestruksi hingga menghasilkan larutan jernih kemudian didinginkan. Larutan hasil destruksi dipindahkan ke alat destilasi dan ditambahkan 15 ml NaOH 50%. Labu erenmeyer yang berisi 25 ml HCl 0.02 N dan 2-4 tetes indikator mengsel (campuran metil merah 0.02% dalam alkohol dan metil biru 0.02% dalam alkohol (2:1)) diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam dalam larutan HCl. Destilasi dilakukan sampai volume larutan dalam erlenmeyer mencapai 2 kali volume awal. Ujung kondensor dibilas dengan akuades (ditampung dalam erlenmeyer). Larutan yang berada dalam erlenmeyer dititrasi dengan NaOH 0.02 N hingga diperoleh perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Setelah itu dilakukan pula penetapan blanko. Kadar protein kasar = (a-b) x N x 0.014 x 6,25 X 100% W Keterangan : a = ml NaOH untuk titrasi balnko b = ml NaOH untuk titrasi contoh N = Normalitas NaOH W = Bobot Contoh (gram)
6.
Kadar Karbohidrat (By Difference)
Kadar karbohidrat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kadar karbohidrat (%) = 100% - (A+B+C+D) Dimana : A= Kadar Abu B = Kadar Protein C = Kadar Lemak D = Kadar Air 7.
Kadar Pati (Metode Luff Schroll) (AOAC,1995)
Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCL 3 %. Sampel kemudian dihidrolisis selama 1-3 jam di dalam otoklaf dengan suhu 105oC. Setelah terhidrolisis, sampel selanjutnya dinetralkan dengan NaOH 40%. Tetapi sebelumnya sampel harus didinginkan terlebih dahulu. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan ditambahkan air destilata sampai mencapai tanda tera. Sampel sebanyak 10 ml dipipet kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 25 ml larutan Luff Schroll. Larutan didihkan selama 10 menit pada pendingin tegak. Setelah itu, sampel didinginkan di bawah air mengalir (jangan dikocok). Kemudian pada sampel ditambahkan 20 ml H 2SO4 25%.
31
Larutan dititrasi menggunakan Na2S2O3 0.1 N dengan indikator kanji (3-5 tetes) sampai hilang warnanya. Blanko dibuat dengan sampel berupa 25 ml air destilata dan 25 ml larutan Luff Schroll. Kadar pati (%) = (a x 0,9 x p) / (mg contoh) x 100% Keterangan : a : jumlah mg glukosa, fruktosa, gula invert (C6H12O6) p : faktor pengenceran ( jumlah mg C6H12O6 ditentukan berdasarkan selisih titrasi larutan tiosulfat antara blanko dan contoh). 8.
Kadar Lignin (AOAC, 1984)
Sampel sebanyak 1 g ditimbang dalam labu erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan H2SO4 20 ml. Selanjutnya didiamkan selama 2 jam dan dikocok perlahan-lahan. Sampel kemudian ditambahkan aquades sebanyak 250 ml, dipanaskan dalam waterbath pada suhu 100 0C selama 3 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobotnya (A). Erlenmeyer dan corong dibilas dengan aquades sebanyak 3 kali. Kertas saring beserta residu diovenkan pada suhu 1050C selama 1-2 jam atau pada suhu 500C selama 24 jam. Kertas saring didinginkan dan ditimbang bobotnya (B). Kertas saring dengan residu diabukan dengan muffle furnace pada suhu 6000C selama 3-4 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang (C). B–A–C Kadar lignin (%) =
x 100% Bobot contoh
Keterangan: B = bobot kertas saring dan residu setelah dioven (g) A = bobot kertas saring (g) C = bobot abu (g)
9.
Kadar NDF ( Van Soest, 1963)
Sampel sebanyak A g, dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran 500 ml serta ditambahkan dengan larutan NDS. Larutan NDS terdiri dari bahan kimia sebagai berikut: aquades 1 l; Natrium sulfat 30 g; EDTA 18.81 g; Natrium Borat 10 H 2O 6.81 g; di-Na-HPO4 anhidrat 4.5 g dan 2-etoksi etanol murni 10 ml. Selanjutnya menimbang filter glass G-3 (B). Sampel yang telah ditambahkan larutan NDS disaring dengan bantuan pompa vakum, dibilas dengan air panas dan aseton. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 105°C, setelah itu dimasukkan dalam desikator selama satu jam, kemudian dilakukan penimbangan terakhir (C).
C-B % NDF =
x 100% A
32
Keterangan : A = bobot sampel (g) B = bobot filter glass (g) C = bobot filter glass dan sampel setelah dioven
10. Kadar ADF dan Hemiselulosa ( Van Soest, 1963) Sampel sebanyak A g, dimasukkan ke dalam gelas piala serta ditambahkan dengan 50 ml larutan ADS. Larutan ADS terdiri dari : H2SO4; CTAB (cethyl trimethyl ammonium bromide). Sampel yang telah ditambahkan larutan tersebut dipanaskan selama satu jam di atas penangas listrik. Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vacum dengan juga menggunakan filter glass yang ditimbang (B). Pencucian dilakukan dengan aseton dan air panas. Dilakukan pengeringan dan memasukkan hasil penyaringan tersebut ke dalam oven. Setelah itu dimasukkan lagi ke dalam desikator untuk melakukan pendinginan dan ditimbang (C). C-B % ADF =
x 100% A
Keterangan : A = bobot sampel (g) B = bobot filter glass (g) C = bobot filter glass dan sampel setelah dioven
Kadar Hemiselulosa = % NDF - % ADF
11. Kadar Selulosa
Residu ADF (C) yang berada di dalam filter glass diletakkan di atas nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm. Kemudian ditambahkan H2SO4 setinggi ¾ bagian filter glass dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk-aduk. Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vacum dengan juga menggunakan filter glass. Pencucian dilakukan dengan aseton dan air panas. Dilakukan pengeringan dan memasukkan hasil penyaringan tersebut ke dalam oven. Setelah itu dimasukkan lagi ke dalam desikator untuk melakukan pendinginan dan ditimbang (D).
D-C % Selulosa =
x 100% A
Keterangan : A = bobot sampel (g) D = bobot filter glass dan residu ADF setelah dioven (g) C = bobot filter glass dan residu ADF awal (g)
33
Lampiran 2. Prosedur Analisis Hidrolisis Pati Sagu
1.
Kadar Total Gula dengan Metode Fenol Sulfat (AOAC,1995)
Sebelum melakukan pengujian sampel maka perlu diketahui kurva standar fenol yang digunakan. Pembuatan kurva standar fenol adalah sebagai berikut : 2 ml larutan glukosa standar yang mengandung 0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 µg glukosa masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan fenol 5% dan dikocok. Kemudian 5 ml asam sulfat pekat ditambahkan dengan cepat. Biarkan selama 10 menit, kocok lalu tempatkan dalam penangan air selama 15 menit. Absorbansinya diukur pada 490 nm. Total gula pada sirup glukosa sagu diukur dengan menggunakan metode fenol. Pengujian sampel sama dengan pembuatan kurva standar fenol hanya 2 ml larutan glukosa diganti dengan 2 ml sampel. 2.
Kadar Gula Pereduksi dengan Metode DNS (Apriyantono et al., 1989)
Sebanyak 10.6 g asam 3,5 dinitrosalisilat dan 19.8 NaOH dilarutkan dalam 1416 ml air. Ke dalamnya ditambahkan 306 g Na-k-tartarat, 7,6 ml fenol yang telah dicarikan pada suhu 105oC dan 8.3 g Na-metabisulfit. Bahan-bahan tersebut dicampur hingga rata. Keasaman dari pereaksi DNS yang dihasilkan ditentukan. Sebanyak 3 ml larutan DNS dengan HCL 0.1 N dengan indicator fenolftalein. Banyaknya titran berkisar 5-6 ml. Untuk setiap ml kekurangan HCL 0.1 N pada titrasi, ditambahkan 2 g NaOH. Sebanyak 1 ml larutan standar glukosa atau contoh dipipet, dan ditambahkan 3 ml pereaksi DNS. Larutan tersebut diletakkan dalam air mendidih selama 5 menit, kemudian didinginkan hingga suhu kamar. Pembacaan dengan spektrofotometer dilakukan dengan panjang gelombang 550 nm. Bila diperlukan, contoh diencerkan agar dapat terukur pada kisaran 20-80% . 3.
Ekuivalen Dekstrosa (Dextrosa Equivalent/DE) Ekuivalen dekstrosa (DE) diperoleh dengan membagi nilai gula pereduksi contoh dengan nilai total gula contoh tersebut. DE (%) = kadar gula pereduksi contoh (g/l) x 100% Total gula contoh (g/l) 4.
Derajat polimerisasi (DP) Derajat polimerisasi (DP) adalah jumlah unit monomer rata-rata dalam suatu campuran. Derajat polimerisasi diperoleh dengan membagi nilai total gula (metode fenol sulfat) dengan nilai gula pereduksi contoh. DP =
5.
Total gula contoh (g/l) kadar gula pereduksi contoh (g/l)
Kadar Hidroksimetilfurfural (HMF) (SNI 01-3545-2004)
Kadar Hidroksimetilfurfural (HMF) hidrolisat yang dihasilkan pada proses hidrolisis asam diuji dengan metode yang mengacu pada SNI untuk madu (SNI 01-3545-2004) berdasarkan metode
34
pada AOAC Official Method 980.23-1999. Prinsip pengujian kandungan HMF adalah perbedaan absorbansi sampel pada panjang gelombang 284 nm dan 336 nm dengan larutan natrium bisulfit (NaHSO3) sebagai pembanding. Pereaksi yang digunakan dalam pengujian yaitu larutan Carrez I, larutan Carrez II dan natrium bisulfit (NaHSO3) 0.20%. Larutan Carrez I dibuat dari 15 g kalium ferosianida K4Fe(CN)63H2O yang dilarutkan dengan air dan diencerkan sampai 100 ml. Larutan Carrez II dibuat dari 30 g seng asetat Zn(CH3COO)22H2) yang dilarutkan dengan air dan diencerkan sampai 100 ml, sedangkan natrium bisulfit 0.20% dibuat dengan melarutkan 0.2 g NaHSO3 dalam air dan diencerkan sampai 100 ml. Alat utama yang digunakan dalam pengukuran adalah spektrofotometer UV-Vis, pada panjang gelombang 284 nm dann 336 nm. Pengujian kadar HMF diawali dengan penimbangan larutan sampel sebanyak 5 g (sampai ketelitian 1 mg) dalam gelas piala kecil, kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan dibilas dengan air sampai volume larutan 25 ml. Setelah itu larutan Carrez I ditambahkan sebanyak 0.50 ml dan dikocok, kemudian ditambahkan larutan Carrez II sebanyak 0.50 ml, dikocok kembali dan diencerkan dengan air sampai dengan tanda garis. Setetes alcohol ditambahkan pada larutan untuk menghilangkan busa pada permukaan. Larutan tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring dengan cara 10 ml saringan pertama dibuang, saringan berikutnya yang ditampung dan digunakan sebagai sampel pengujian HMF. Larutan sampel hasil penyaringan sebanyak 5 ml dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung raksi, kemudian ditambah dengan 5 ml aquades dan dikocok menggunakan vortex mixer agar tercampur dengan sempurna. Pada tabung reaksi lainnya siapkan 5 ml sampel dan ditambahkan dengan 5 ml natrium bisulfit kemudian dikocok sebagaimana larutan sampel yang pertama. Tabung reaksi yang berisi dengan campuran natrium bisulfit dan sampel digunakan sebagai blanko pada proses pengukuran menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 284 nm dan 336 nm, sedangkan sampel diukur dari larutan pada tabung reaksi berisi sampel dan aquades. Pembacaan absorbansi dilakukan pada sampel dan diusahakan hasil pembacaan absorbansi tidak melebihi 0.6. Apabila nilai absorbansi lebih tinggi dari 0.6 untuk memperoleh hasil yang teliti larutan sampel diencerkan dengan air sesuai dengan kebutuhan. Demikian juga dengan larutan pembanding (larutan natrium bisulfit) diencerkan dengan cara sama dengan menggunakan larutan NaHSO 3 0.1%, nilai absorbansi yang diperoleh dikalikan dengan faktor pengenceran sebelum perhitungan. Perhitungan HMF sebagai berikut : HMF (mg/100 g sampel) = (A284-A336) x 14.97 x 5 Bobot sampel (g) Faktor : 126 x 1000 x 100 = 14.97 16830 10 5 Keterangan : 126 : bobot molekul HMF 16830 : absorbansi molar HMF pada panjang gelombang 284 nm 1000 : mg/g 10 : sentiliter/l 100 : g sampel yang dilaporkan 5 : bobot sampel yang diambil dalam g
35
Lampiran 3. Prosedur Analisa Cairan Fermentasi
1.
pH (AOAC, 1995)
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter. Setelah dicuci dengna aquades, elektroda dapat dimasukkan ke dalam contoh yang akan diukur pH-nya. Nilai pH adalah nilai yang ditampilkan setelah menunjukkan nilai konstan. 2.
Total Asam
Total asam ditentukan dengan cara titrasi dan dinyatakan sebagai asam laktat. Sebanyak 1 ml contoh dipipet ke dalam Erlenmeyer 50 ml, ditambahkan dengan 9 ml air destilata, kemudian dipanaskan untuk menghilangkan CO2 yang ada. Campuran kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1N dengan indicator fenofftalein.
3.
Total asam (g/l) = ml NaoH X N NaOH X 9 X faktor pengencer ml contoh Total Biomasssa
Pengukuran biomassa dilakukan dengan penyaringan cairan fermentasi menggunakan kertas saring berpori kecil (Whatman No. 42). Biomassa yang tertahan pada kertas saring kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 105 oC, dan ditimbang hingga bobotnya konstan. Biomassa (g/l) = (bobot kertas saring + contoh) – bobot kertas saring 4.
Efesiensi Pemanfaatan Substrat
Efisiensi pemanfaatan substrat diperoleh dengan membagi selisih nilai gula pereduksi awal (A0 dan gula pereduksi akhir fermentasi (B). Nilai gula pereduksi diukur dengan menggunakan metode DNS (seperti terlihat pada lampiran 3).
5.
Efisiensi pemanfaatan substrat (%) = (B-A) x 100% A Kadar Etanol (AOAC, 1995)
Penentuan kadar etanol diukur dengan metode Gas Chromatography (GC), dilakukan dengan membandingkan waktu retensi contoh dengan waktu retensi standar etanol. Konsentrasi standar etanol yang diinjeksikan adalah 1% (v/v). Kadar etanol yang terdapat dalam contoh dihitung menggunakan persamaan berikut. Kadar etanol (%) = Luas area contoh x [Standar] Luas area standar
36
Lampiran 4. Data Karakterisasi Filtrat dan Residu 1. Data Nilai Volume Filtrat Hidrolisat Perlakuan
Otoklaf
Konsentrasi
Power level
Konsentrasi
Waktu
padatan (%)
(%)
asam (M)
(menit)
0,2
15
84
0,3
15
82
0,2
15
82
0,3
15
81
0,2
1
77
2
74
3
71
1
75
2
74
3
73
1
71
2
65
3
64
1
71
2
63
3
61
1
76
2
72
3
70
1
75
2
71
3
68
1
70
2
68
3
58
1
65
2
64
3
60
8
(Kontrol) 10
8
8
10
GM
10
8
8
10
10
50
50
50
50
70
70
70
70
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
Nilai (ml)
37
2. Data Nilai Kejernihan Hidrolisat Perlakuan
Otoklaf
Konsentrasi
Power level
Konsentrasi
Waktu
padatan (%)
(%)
asam (M)
(menit)
0,2
15
0.107
0,3
15
0.095
0,2
15
0.075
0,3
15
0.055
0,2
1
0.106
2
0.143
3
1.167
1
0.074
2
0.141
3
1.220
1
0.154
2
0.232
3
1.220
1
0.082
2
0.138
3
1.182
1
0.156
2
0.573
3
1.170
1
0.104
2
0.332
3
1.235
1
0.166
2
0.431
3
1.237
1
0.567
2
0.901
3
1.253
8
(Kontrol) 10
8
8
10
GM
10
8
8
10
10
50
50
50
50
70
70
70
70
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
Nilai (abs)
38
3. Data nilai bobot residu hidrolisat Perlakuan Konsentrasi Power level
Konsentrasi
Waktu
padatan (%)
asam (M)
(menit)
0,2
15
76.5
0,3
15
79.25
0,2
15
64.1
0,3
15
65.7
0,2
1
90.375
2
86.5
3
83.75
1
89.625
2
86.125
3
83.625
1
73.4
2
71.4
3
70.5
1
70.3
2
67.2
3
66
1
81.5
2
81.125
3
79
1
81
2
79.375
3
78.875
1
70.5
2
69.2
3
68.8
1
69.8
2
67.7
3
65.5
Otoklaf
(%)
8
(Kontrol) 10
8
8
10
GM
10
8
8
10
10
50
50
50
50
70
70
70
70
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
Nilai (%)
39
4. Data Nilai Total Gula Hidrolisat Perlakuan Konsentrasi Power level
Konsentrasi
Waktu
Nilai
padatan (%)
asam (M)
(menit)
(g/l)
0,2
15
292
0,3
15
287
0,2
15
294
0,3
15
299
0,2
1
20
2
35
3
58
1
31
2
40
3
63
1
32
2
40
3
66
1
27
2
41
3
69
1
184
2
251
3
261
1
200
2
254
3
296
1
201
2
261
3
282
1
266
2
272
3
285
Otoklaf
(%)
8
(Kontrol) 10
8
8
10
GM
10
8
8
10
10
50
50
50
50
70
70
70
70
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
40
5. Data Nilai Gula Pereduksi Hidrolisat Perlakuan Konsentrasi Power level
Konsentrasi
Waktu
Nilai
padatan (%)
asam (M)
(menit)
(g/l)
0,2
15
120
0,3
15
184
0,2
15
133
0,3
15
150
0,2
1
13
2
15
3
28
1
13
2
18
3
29
1
13
2
16
3
30
1
13
2
17
3
31
1
133
2
170
3
227
1
150
2
175
3
240
1
163
2
181
3
338
1
153
2
194
3
258
Otoklaf
(%)
8
(Kontrol) 10
8
8
10
GM
10
8
8
10
10
50
50
50
50
70
70
70
70
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
41
6. Data nilai DE dan DP Hidrolisat Perlakuan Konsentrasi Power padatan (%) level (%)
Otoklaf
8
(Kontrol) 10
8
8
10
GM
10
8
8
10
10
50
50
50
50
70
70
70
70
Konsentrasi asam (M)
Waktu (menit)
Nilai DE
DP
0,2
15
40.97
2.44
0,3
15
63.75
1.57
0,2
15
45.20
2.21
0,3
15
50.01
2.00
0,2
1
65.21
1.53
2
42.69
2.34
3
47.28
2.12
1
42.22
2.37
2
44.77
2.23
3
45.30
2.21
1
40.47
2.47
2
39.00
2.56
3
45.14
2.22
1
49.73
2.01
2
40.52
2.47
3
45.40
2.20
1
72.52
1.38
2
67.86
1.47
3
86.81
1.15
1
75.16
1.33
2
68.84
1.45
3
81.17
1.23
1
81.04
1.23
2
69.53
1.44
3
84.36
1.19
1
57.58
1.74
2
71.38
1.40
3
90.45
1.11
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
42
7. Data Nilai Uji HMF Hidrolisat Perlakuan Konsentrasi Power level
Konsentrasi
Waktu
Nilai
padatan (%)
asam (M)
(menit)
(g/l)
0,2
15
0.17
0,3
15
0.22
0,2
15
0.16
0,3
15
0.24
0,2
1
0.0066
2
0.0071
3
0.0075
1
0.0074
2
0.0078
3
0.0080
1
0.0069
2
0.0072
3
0.0074
1
0.0075
2
0.0079
3
0.0082
1
0.0085
2
0.0088
3
0.0090
1
0.0091
2
0.0094
3
0.0097
1
0.0089
2
0.0091
3
0.0094
1
0.0095
2
0.0097
3
0.0100
Otoklaf
(%)
8
(Kontrol) 10
8
8
10
GM
10
8
8
10
10
50
50
50
50
70
70
70
70
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
43
Lampiran 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Produk Hasil Hidrolisis
1. Analisis Ragam Bobot Residu Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
JK
Df
KT
F
Sig.
Konsentrasi Padatan
3610.375
1
3610.375
113.691
0.000
Konsentrasi Asam
58.050
1
58.050
1.828
0.183
Power Level
262.205
1
262.205
8.257
0.006
Waktu Pemanasan
168.153
2
84.076
2.648
0.081
JK
Df
KT
F
Sig.
Konsentrasi Padatan
1152.000
1
1152.000
31.963
0.000
Konsentrasi Asam
32.000
1
32.000
0.888
0.351
Power Level
60.500
1
60.500
1.679
0.201
Waktu Pemanasan
567.750
2
283.875
7.876
0.001
KT
F
Sig.
2. Analisis Ragam Volume Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
3. Analisis Ragam Kejernihan Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
JK
Df
Konsentrasi Padatan
0.123
1
0.123
4.592
0.037
Konsentrasi Asam
0.011
1
0.011
0.415
0.522
Power Level
0.827
1
0.827
30.843
0.000
Waktu Pemanasan
13.707
2
6.854
255.703
0.000
JK
Df
KT
F
Sig.
Konsentrasi Padatan
2.793E9
1
2.793E9
2.124
0.152
Konsentrasi Asam
2.916E9
1
2.916E9
2.217
0.143
Power Level
7.740E11
1
7.740E11
588.410
0.000
Waktu Pemanasan
3.321E10
2
1.660E10
12.624
0.000
4. Analisis Ragam Total Gula Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
44
5. Analisis Ragam Gula Pereduksi Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
JK
Df
KT
F
Sig.
Konsentrasi Padatan
4.819E9
1
4.819E9
2.508
0.120
Konsentrasi Asam
1.527E8
1
1.527E8
0.079
0.779
Power Level
5.762E11
1
5.762E11
299.877
0.000
Waktu Pemanasan
5.650E10
2
2.825E10
14.701
0.000
Df
KT
F
Sig.
6. Analisis Ragam DP Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
JK
Konsentrasi Padatan
0.393
1
.393
13.702
0.001
Konsentrasi Asam
0.107
1
.107
3.742
0.059
Power Level
15.327
1
15.327
534.286
0.000
Waktu Pemanasan
0.415
2
.208
7.237
0.002
Df
KT
F
Sig.
7. Analisis Ragam DE Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
JK
Konsentrasi Padatan
40.846
1
40.846
8.501
0.005
Konsentrasi Asam
113.477
1
113.477
23.618
0.000
Power Level
16682.642
1
16682.642
3.472E3
0.000
Waktu Pemanasan
1033.593
2
516.797
107.562
0.000
JK
Df
KT
F
Sig.
Konsentrasi Padatan
0.099
1
0.099
69.956
0.000
Konsentrasi Asam
0.008
1
0.008
5.531
0.023
Power Level
0.120
1
0.120
85.112
0.000
Waktu Pemanasan
0.015
2
0.007
5.283
0.008
8. Analisis Ragam HMF Hasil Hidrolisis Sumber Keragaman
45
Lampiran 6. Nilai Parameter Fermentasi Etanol 1. Nilai Parameter Fermentasi Etanol dari Glukosa Teknis Hasil Pengukuran Volume Pembentukan CO2 Substrat
Fermentasi jam
Volume pembentukkan CO2 (ml)
ke-
Sirup glukosa teknis
U1
U2
Rata-rata
0
0
0
0
3
6
4
5
6
12
13
12.5
9
19
24
21.5
12
26
36
31
18
44
55
49.5
24
108
110
109
30
135
140
137.5
36
162
163
162.5
42
184
183
183.5
48
205
202
203.5
60
222
220
221
72
228
227
227.5
Hasil Parameter Fermentasi Parameter
U1
U2
pH sebelum fermentasi
5
pH setelah fermentasi
3.14
Total asam sebelum fermentasi
2.7
Total asam setelah fermentasi
3.6
Total gula sebelum fermentasi (g/l)
85
Total gula setelah fermentasi (g/l)
63
Gula pereduksi sebelum fermentasi (g/l)
82
Gula pereduksi setelah fermentasi (g/l)
58
U3
Rata-rata 5
3.23
3.26
3.21 2.7
4.5
3.6
3.9 85
61
58
61 82
59
58
58
46
2. Nilai Parameter Fermentasi Etanol dari Hidrolisat Otoklaf Hasil pengukuran Volume Pembentukan CO2 Substrat
Fermentasi jam
Volume pembentukkan CO2 (ml)
ke-
Otoklaf
U1
U2
U3
Rata-rata
0
0
0
0
0
3
5
2
3
3
6
19
14
13
15
9
37
29
24
30
12
54
49
37
47
18
89
82
64
78
24
109
95
79
94
30
116
104
89
103
36
116
104
89
103
42
116
104
89
103
48
116
104
89
103
60
116
104
89
103
72
116
104
89
103
Hasil Parameter Fermentasi Parameter
U1
U2
pH sebelum fermentasi
5
pH setelah fermentasi
3.5
Total asam sebelum fermentasi
6.3
Total asam setelah fermentasi
7.2
Total gula sebelum fermentasi (g/l)
88
Total gula setelah fermentasi (g/l)
72
Gula pereduksi sebelum fermentasi (g/l)
86
Gula pereduksi setelah fermentasi (g/l)
70
U3
Rata-rata 5
3.5
3.0
3.33 6.3
8.1
9.0
8.10 88
70
67
70 86
69
68
69
47
3. Nilai Parameter Fermentasi Etanol dari Hidrolisat GM Hasil pengukuran Volume Pembentukan CO2 Substrat
Fermentasi jam
Volume pembentukkan CO2 (ml)
ke-
GM
U1
U2
U3
Rata-rata
0
0
0
0
0
3
6
4
4
5
6
15
12
9
12
9
24
20
15
20
12
34
29
24
29
18
57
47
43
49
24
87
72
70
76
30
94
77
74
82
36
94
77
74
82
42
94
77
74
82
48
94
77
74
82
60
94
77
74
82
72
94
77
74
82
Hasil Parameter Fermentasi Parameter
U1
U2
pH sebelum fermentasi
5
pH setelah fermentasi
3.5
Total asam sebelum fermentasi
5.4
Total asam setelah fermentasi
6.3
Total gula sebelum fermentasi (g/l)
84
Total gula setelah fermentasi (g/l)
70
Gula pereduksi sebelum fermentasi (g/l)
82
Gula pereduksi setelah fermentasi (g/l)
65
U3
Rata-rata 5
3.0
3.0
3.17 5.4
6.3
7.2
6.60 84
68
67
68 82
62
65
64
48