Lampiran 1. Prosedur Analisis 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Sebanyak 2 g contoh ditimbang secara teliti dalam cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 oC selama tiga jam. Cawan dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Pengeringan dilanjutkan lagi dan setiap setengah jam didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan berikut : Kadar air =
Bobot Awal − Bobot Kons tan x 100 % . Bobot Awal
2. Kadar Abu (AOAC, 1998) Sebanyak 2-5 g contoh ditimbang secara teliti dalam cawan porselen yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Cawan kemudian dipijarkan dan diabukan dalam tanur perabuan pada suhu 600 oC selama empat jam. Cawan dikeluarkan
dan
didinginkan
dalam
desikator,
kemudian
ditimbang.
Pengabuan dilanjutkan sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan di bawah ini. Kadar abu =
(( Bobot cawan + abu )− Bobot Kosong ) x 100 % . Bobot sampel
3. Kadar Protein (A0AC, 1970) Penentuan kadar protein ditentukan secara semi mikrokjeldhal. Contoh bekas analisis kadar air sebanyak 1 g dan 2 g serbuk katalis (CuSO4: Na2SO4 = 1.2 : 1) dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal, kemudian ditambahkan 2,5 ml larutan asam sulfat pekat. Contoh di dalam labu Kjeldhal didestruksi dalam ruang asam sampai warna hijau jernih. Setelah dingin, hasil destruksi didestilasi dengan menggunakan alat Kjeltec. Nitrogen anorganik hasil destruksi dimasukkan ke dalam tabung suling dengan pembilas aquades, dan diletakan dalam alat Kjeltec, alat Kjeltec dihidupkan, maka secara otomatis, tabung suling yang berisi sampel nitrogen anorganik akan terisi dengan larutan NaOH 6 N sampai warna cairan coklat kehitaman. Destilat ditampung dalam 58
labu erlenmeyer 300 ml yang berisi 25 ml larutan asam borat (H3BO3) 2 % serta diberi indikator mengsel sebanyak 3 tetes. Destilasi dilakukan selama kurang lebih empat menit atau sampai volume destilat dua kali volume semula. Selanjutnya dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai diperoleh warna yang berubah dari hijau menjadi ungu. Dilakukan juga pada titrasi blanko. Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut : Kadar Protein =
B − A x x 14,007 x 6.25 x 100 % C
Keterangan : A = jumlah titrasi contoh (ml) B = jumlah titrasi blanko (ml) C = bobot contoh (g).
Standarisasi Normalitas H2SO4 0,02 N Natrium karbonat (Na2CO3) hablur ditimbang sebanyak 0,05 g, kemudian
dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan aquades, dan ditambahkan hingga tanda tera. Larutan kemudian dipipet sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan indikator merah metil 2-3 tetes, dititrasi dengan larutan H2SO4 hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga. Standarisasi Normalitas H2SO4 dihitung sebagai berikut : Normalitas H2SO4 =
mg a 2CO3 BE a 2CO3 x ml H 2 SO 4 x fp.
4. Kadar Lemak (AOAC, 1985) Contoh bekas analisis kadar air ditimbang dua sampai tiga gram, kemudian dibungkus dengan kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan soxhlet yang dihubungkan dengan pendingin balik, labu lemak yang berisi beberapa butir batu didih dan hot plate. Pelarut yang digunakan adalah heksan dengan volume setengah volume labu didih atau sekitar 250 ml heksan. Ekstraksi dilakukan selama lima sampai enam jam atau sekitar 60 kali putaran. Bekas contoh yang telah terekstrak minyaknya dikeringkan dalam oven serta 59
ditimbang bobotnya sampai diperoleh bobot konstan. Kadar lemak dihitung dengan persamaan berikut : Kadar lemak =
Bobot contoh awal − Bobot contoh akhir x 100 % . Bobot Awal
5. Kadar Serat Kasar (AOAC, 1984) Sebanyak ± 2 g contoh bekas kadar lemak dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambah 100 ml larutan asam sulfat 0.325 N. Campuran contoh kemudian didihkan dengan dengan alat pendingin tegak selama kurang lebih 30 menit, kemudian ditambahkan lagi 50 ml larutan NaOH 1,25 N dan dididihkan lagi selama 30 menit. Campuran tersebut kemudian disaring dengan kertas saring Whatman no. 41 yang telah dikeringkan dan diketahi bobotnya. Pembilasan hasil saringan dilakukan berturut-turut dengan larutan asam sulfat 0,325 N, air panas dan etanol. Kertas saring dikeringkan dalam oven selama 1-2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Pengeringan diulangi setiap setengah jam, kemudian ditimbang sampai diperoleh bobot konstan. Kadar serat kasar dihitung dengan persamaan berikut : Kadar serat kasar =
Bobot endapan ker ing x 100 % . Bobot awal
6. Kadar Ca-Oksalat (Sumarna, 2002) Contoh ditimbang sebanyak 0,5 – 1 g ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambah larutan H2SO4 4 N dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml. Larutan dalam Erlenmeyer dipanaskan hingga suhunya ± 70 oC dan segera dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga titik akhir yaitu warna larutan merah jambu seulas. Kadar oksalat dihitung dengan persamaan berikut : Kadar Ca-oksalat =
144 (ml sampel − ml blanko) x x BE x x 100 %. mg sampel 126
60
Standarisasi KMnO4 Hablur oksalat sebanyak 500 mg ditimbang dengan teliti ke dalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dengan aquades hingga tanda garis. Larutan sebanyak 10 ml dipipet ke Erlenmeyer 100 ml, dibubuhi 10 ml larutan H2SO4 4 N lalu diencerkan samapai dengan 100 ml. Larutan dalam Erlenmeyer dipanaskan hingga suhunya ± 70 oC dan segera dititar dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga titik akhir yaitu warna larutan merah jambu seulas. Kenormalan larutan KMnO4 dapat dihitung dengan persamaan berikut : Normalitas KMnO4 =
ml asam oksalat fp x V x 63
7. Penentuan Rendemen Tepung Glukomanan Rendemen tepung glukomanan dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot tepung iles-iles yang diperoleh dengan bahan mentah yang digunakan. Rendemen tepung glukomanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini: Rendemen (%) =
Bobot Tepung Glukomanan x 100 % . Bobot Daging Umbi
8. +ilai Dextrose Equivalent (DE) a. Gula pereduksi Larutan hasil hidrolisis pati tepung glukomanan dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Larutan tersebut kemudian dinetralkan dengan larutan NaOH 0,1 N, dan ditambahkan larutan Pb-asetat dan asam pospat sampai terbentuk gumpalan putih, dan ditera hingga volume 10 ml. Larutan tersebut kemudian dienapkan hingga terbentuk larutan tidak berwarna pada bagian atas dan bagian bawah endapan putih. Larutan yang tidak berwarna pada bagian atas kemudian dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung ulir 10 ml, ditambahkan larutan dinitrosalisilat 6 ml, kemudian dimasukan ke dalam air mendidih selama lima menit, dan didinginkan dalam air mengalir dan terbentuk larutan berwarna jingga. Setelah itu diukur absorbansi larutan tersebut pada panjang gelombang 540 nm 61
menggunakan spektrofotometer. Absorbansi yang diperoleh kemudian dikonversi kedalam mg/ml gula pereduksi melalui persamaan deret standar glukosa. b. Total Gula Pereduksi Larutan hasil hidrolisis pati tepung glukomanan dipipet sebanyak 1 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Larutan tersebut kemudian dinetralkan dengan larutan NaOH 0,1 N, dan ditambahkan Pb-asetat dan asam pospat sampai terbentuk gumpalan putih, dan ditera hingga volume 10 ml. Larutan tersebut kemudian dienapkan hingga terbentuk larutan tidak berwarna pada bagian atas dan bagian bawah endapan putih. Larutan yang tidak berwarna pada bagian atas kemudian dipipet sebanyak 2 ml dan dimasukan ke dalam tabung ulir 10 ml, ditambahkan larutan fenol 5 % 1 ml dan larutan H2SO4
(p)
5 ml, kemudian didiamkan pada suhu ruang hingga dingin dan
terbentuk larutan berwarna jingga seulas. Setelah itu diukur absorbansi larutan tersebut pada panjang gelombang 490 nm menggunakan spektrofotometer. Absorbansi yang diperoleh kemudian dikonversi kedalam mg/ml gula pereduksi melalui persamaan deret standar glukosa. DE =
Gula Pereduksi x 100 % Total Gula Pereduksi
Kurva Standar Glukosa Sebagai standar glukosa, dibuat larutan glukosa dengan konsentrasi 0, 50, 100, 150, 200, 250 ppm dari larutan glukosa 500 ppm. Kemudian dipipet sebanyak 1 ml dari masing-masing larutan glukosa tersebut, dan dimasukan ke dalam tabung ulir 10 ml, ditambahkan larutan dinitrosalisilat 6 ml, kemudian dimasukan ke dalam air mendidih selama lima menit, dan didinginkan dalam air mengalir dan terbentuk larutan berwarna jingga. Absorbansinya larutan tersebut
diukur
pada
panjang
gelombang
540
nm
menggunakan
spektrofotometer. Absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan ke dalam grafik sehingga diperoleh persamaan deret standar glukosa. Hasil deret standar glukosa dapat dilihat pada Lampiran 4.
62
9. Kadar Glukomanan (Ohtsuki, 1968) Pengukuran kadar tepung glukomanan dilakukan dengan menggunakan cara ekstraksi oleh etanol berdasarkan metoda Whistler dan Richards (1970) dan dilakukan Murtinah (1977) dalam mengisolasi kadar tepung glukomanan dari tepung iles-iles dengan menggunakan larutan etanol 96 % secara pengkristalan kembali. Contoh tepung glukomanan sebanyak satu gram ditambah dengan 30 ml air suling. Diekstraksi pada suhu 45 oC selama dua jam, dengan kecepatan pengadukan tetap dan kontinyu. Setelah ekstraksi selesai, larutan ekstraksi dipisahkan dari ampas tepung iles dengan sentrifuse. Larutan kental hasil ekstraksi yang diperoleh dimasukan dalam erlenmeyer, kemudian disimpan dalam lemari selama satu jam. Setelah disimpan dalam lemari es kemudian ditambahkan larutan alkohol 96% sebanyak 13 ml dengan dituangkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk hingga terjadi pengendapan glukomannan. Setelah pengendapan glukomanan terbentuk, biarkan endapan tersebut dalam campuran sampai terjadi pemisahan layer/lapisan antara glukomanan dan larutan. Endapan glukomanan
dipisahkan dengan jalan penyaringan dan
endapan kemudian dicuci dengan larutan alkohol 96 %. Glukomanan yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu antara 35-40 oC sampai bobot tetap. Glukomanan yang sudah kering berbentuk bubuk berwarna cokelat dan ditimbang untuk diketahui bobotnya, dan dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini Kadar Glukomanan (%) =
Bobot Endapan x 100 % . Bobot contoh
10. Kadar Pati (Djalil, 2003) Contoh sebanyak 1 g dihidrolisis dengan 100 ml larutan HCl 3 % selama tiga jam di bawah pendingin balik. Selanjutnya dilakukan penetralan dengan larutan NaOH 4 N dan dilakukan pengenceran hingga diperoleh volume 250 ml serta disaring. Filtrat sebanyak 5 ml dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 25 ml larutan Luff Schroll. Campuran tersebut kemudian diberi batu didih dan dididihkan selama 10 menit. Setelah 63
dilakukan pendinginan di bawah air mengalir ditambahkan 20 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan H2SO4 25% secara perlahan-lahan. Titrasi dilakukan dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga terbentuk larutan kuning pucat, kemudian ditambahkan indikator kanji 1 % (terbentuk warna biru). Titrasi kembali sampai warna biru hilang (a ml). Lakukan penetapan blanko (b ml). Kadar Pati (%) =
(b − a ) ml x mg sakar x fp x 0,9 x 100 % . Bobot contoh
11. Derajat Putih (Pomeranz, 1978) Pengukuran
derajat
putih
tepung
glukomanan
dilakukan
dengan
menggunakan fotovolt. Pada alat di atas diukur nilai-nilai L, a, dan b. Derajat putih dapat dihitung dengan rumus berikut. W = 100 – (100-L)2 + (a2 + b2) 0,5 Keterangan : W : derajat putih diasumsikan nilai 100 adalah yang paling sempurna L : nilai yang menunjukan kecerahan a
: nilai yang menunjukan warna merah bila bertanda (+) dan hijau bila (-)
b
: nilai yang menunjukan warna kuning bila bertanda (+) dan biru bila (-).
12. Kadar Kekentalan Larutan (Perry dan Chilton, 1980) Kekentalan larutan glukomanan ditentukan menggunakan viscometer Brookfiled. Nilai kekentalan dalam satuan centipoise yang didapat dengan mengalikan faktor yang ada pada alat dengan nilai yang terbaca. Contoh sebanyak 2 g ditambahkan dengan 10 ml air dan diaduk, kemudian ditambahkan 90 ml air mendidih dan didinginkan sampai mencapai suhu ruang. Spindel yang digunakan adalah spindel nomor 4 dengan kecepatan 6 putaran per menit dan faktor konversi adalah 1000.
64
13. Absorbsi / Penyerapan Air (Sathe dan Salunkhe, 1981) Contoh tepung glukomanan ditimbang dengan teliti sebanyak 1 g, kemudian dicampur dengan 10 ml aquades selama 10 detik dan dibiarkan pada suhu ruang selama 30 menit. Selanjutnya disentrifuse pada kecepatan 5000 putaran per menit selama 30 menit. Filtrat yang diperoleh ditimbang dan penyerapan air dihitung dengan rumus berikut (densitas air diasumsikan = 1 g/ml). Penyerapan air (%) =
Vo − Vx x 100 % Bobot contoh
Keterangan : Vo : bobot air mula-mula Vx : bobot air supernatan.
14. Densitas Kamba Densitas kamba dihitung dengan cara memasukkan sejumlah tepung glukomanan ke dalam gelas piala atau gelas ukur yang telah diketahui bobotnya sampai mencapai volume 200 ml, kemudian gelas ukur yang berisi tepung tersebut ditimbang. Densitas kamba ditentukan dari bobot tepung glukomanan terhadap volume tepung tersebut. Densitas Kamba =
bobot tepung ( g ) . volume tepung ( ml )
15. +ilai pH Pengukuran nilai pH tepung glukomanan menggunakan pH-meter, yaitu sebanyak 2 g contoh dilarutkan dalam 100 ml air suling hingga terbentuk pasta, kemudian diukur pHnya dengan memasukkan elektroda pH-meter ke larutan sampel sebanyak tiga kali, dan hasilnya dirata-rata.
65
Lampiran 4. Data Hasil Penetapan Kurva Standar Glukosa Metode D+S
Kurva standar glukosa digunakan untuk mendapatkan persaman linieritas kurva standar glukosa, sehingga dengan dengan hubungan absorbansi glukosa dengan ppm glukosa dapat diketahui ppm (mg) sampel dengan absorbansi sampel yang
telah diketahui. Persamaan tersebut digunakan pada analisa pH optimum aktivitas enzim α-amilase, aktivas kerja enzim α-amilase, dan nilai DE Tabel 5. Data Absorbansi Standar Glukosa Konsentrasi Glukosa (ppm)
Absorbansi Glukosa (Abs)
100
0,248
150
0,419
200
0,562
250
0,758
y = 0.003x - 0.088 R² = 0.996
Gambar 21. Kurva Standar Glukosa
68
Lampiran 5. Visualisasi Tahapan Proses Pembuatan Tepung Glukomanan
1
2 Pengirisan umbi iles-iles dengan slicer
Umbi iles-iles
4
Perendaman irisan umbi iles-iles
5 Penggilingan keripik iles - iles dengan disc mill
Keripik iles-iles
7 Hasil Hidrolisis hidrolisis patitepung pada glukomanan tepung glukomanan
8 Pemisahan hidrolisat dengan glukomanan dengan sentrifugasi
10 Pemisahan endapan glukomanan dengan etanol 95 %
11 Pengeringan endapan glukomanan
3
6 Tepung glukomanan setelah pengayakan
9 Ekstraksi glukomanan dengan etanol 95 %
12 Tepung glukomanan (endapan glukomanan69 kering setelah digiling)
Lampiran 6. Hasil Analisis Sidik Ragam (Anova) dan Uji Duncan
1. Nilai DE Tabel 6. Tabel Analisis Ragam (Anova) Nilai DE Hidrolisat Pati Pada Tepung glukomanan Sumber Keragaman Suhu
db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Sig.
1777,105
2
888,552
585,520*
0.000
Dosis Enzim
812,675
2
406,337
267,760*
0.000
Suhu * Dosis
554,404
4
138,601
91,332*
0.000
Error
13,658
9
1,518
Total
10788,907
18
Keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % Tabel 7. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Nilai DE Hidrolisat Pati Pada Tepung glukomanan Perlakuan
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Kode
Batas Atas
Suhu : 65 80 95
11,437 15,933 34,400
0,503 0,503 0,503
10,299 14,796 33,262
12,574 17,071 35,538
A B C
Dosis Enzim : 1 2 3
14,447 17,383 29,940
0,503 0,503 0,503
13,309 16,246 28,802
15,584 18,521 31,078
A B C
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata
70
2.
Kadar Pati Tabel 8. Tabel Analisis Ragam (Anova) Kadar Pati Tepung glukomanan Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
db
F
Sig.
Suhu
11,508
2
5,754
615,774*
0,000
Dosis Enzim
20,173
2
10,086
1079,408*
0,000
Suhu * Dosis
3,354
4
0,839
89,744*
0,000
Error
,084
9
0,009
Total
198,925
18
Keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % Tabel 9. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Kadar Pati Tepung glukomanan Perlakuan
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Suhu : 65 80 95 Dosis Enzim : 1 2 3
Kode
Batas Atas
4,2433 3,1467 1,6600
0,039 0,039 0,039
1,571 3,057 4,154
1,749 3,236 4,333
A B C
3,9700 3,0667 2,0133
0,503 0,503 0,503
0,039 0,039 0,039
3,881 2,977 1,924
A B C
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata 3.
Kadar Glukomanan Tabel 10. Tabel Analisis Sidik Ragam Kadar Glukomanan terhadap Tepung glukomanan Sumber Keragaman Suhu
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
db
F
Sig.
414,918
2
207,459
119,398*
,000
Dosis Enzim
1108,476
2
554,238
318,977*
,000
Suhu * Dosis
311,024
4
77,756
44,750*
,000
Error
15,638
9
1,738
Total
74940,719
18
71
keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % Tabel 11. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Kadar Glukomanan terhadap Tepung glukomanan Perlakuan
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Kode
Batas Atas
Suhu : 65 80 95
53,0400 66,4600 71,6683
0,538 0,538 0,538
51,823 65,243 70,451
54,257 67,677 72,886
A B C
Dosis Enzim : 1 2 3
60,8000 59,8767 70,4917
0,538 0,538 0,538
59,583 58,659 69,274
62,017 61,094 71,709
A B C
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata 4.
Rendemen Tepung Glukomanan Tabel 12. Tabel Analisis Sidik Ragam Rendemen Tepung glukomanan Sumber Keragaman Suhu
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Db
F
Sig.
102,190
2
51,095
4,536
,043
Dosis Enzim
30,095
2
15,047
1,336
,310
Suhu * Dosis
44,680
4
11,170
,992
,460
Error
101,388
9
11,265
Total
41138,609
18
keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % Tabel 13. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Rendemen Tepung glukomanan Perlakuan Suhu : 65 80 95 Dosis Enzim : 1 2 3
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Kode
Batas Atas
46,310 49,394 47,230
1,370 1,370 1,370
43,210 46,295 44,130
49,409 52,494 50,330
A A A
47,6327 44,7325 50,5688
1,370 1,370 1,370
41,633 44,533 47,469
50,733 50,732 53,669
AB A B
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata 72
5.
Derajat Putih Tepung Glukomanan Tabel 14. Tabel Analisis Sidik Ragam Derajat Putih Tepung glukomanan Sumber Keragaman Suhu
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Db
F
Sig.
130,459
2
65,230
62,008*
0,000
Dosis Enzim
16,548
2
8,274
7,865*
0,011
Suhu * Dosis
21,335
4
5,334
5,070*
0,020
Error
9,468
9
1,052
Total
10619,914
18
keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % Tabel 15. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Derajat Putih Tepung glukomanan Perlakuan
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Kode
Batas Atas
Suhu : 65 80 95
25,269817 26,627183 20,359850
0,419 0,419 0,419
25,680 19,413 24,323
27,574 21,307 26,217
A B C
Dosis Enzim : 1 2 3
23,786467 23,089833 25,380550
0,419 0,419 0,419
22,839 22,143 24,433
24,734 24,037 26,328
A A B
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata
73
6.
Nilai pH Tepung Glukomanan Tabel 16. Tabel Analisis Sidik Ragam Nilai pH Tepung glukomanan Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Db
F
Sig.
Suhu
0,163
2
0,081
1,701
0,236
Dosis Enzim
0,029
2
0,014
0,299
0,749
Suhu * Dosis
0,022
4
0,006
0,115
0,974
Error
0,430
9
0,048
Total
474,143
18
keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % 7.
Daya Serap Air Tepung Glukomanan Tabel 17. Tabel Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air Tepung glukomanan Sumber Keragaman Suhu
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Db
F
Sig.
32040,726
2
16020,363
2,933
,105
Dosis Enzim
140874,262
2
70437,131
12,895*
,002
Suhu * Dosis
366509,653
4
91627,413
16,774*
,000
Error
49161,683
9
5462,409
Total
43436030,242
18
keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % Tabel 18. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Daya Serap Air Tepung glukomanan Perlakuan
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Kode
Batas Atas
Suhu : 65 80 95
1503,2017 1524,0800 1601,2950
30,173 30,173 30,173
1434,946 1455,824 1533,039
1571,457 1592,336 1669,551
A A A
Dosis Enzim : 1 2 3
1449,5267 1661,6800 1517,3700
30,173 30,173 30,173
30,173 30,173 30,173
1381,271 1449,114 1593,424
A B A
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata
74
8.
Kekentalan Tepung Glukomanan Tabel 19. Tabel Analisis Sidik Ragam Kekentalan Tepung glukomanan Sumber Keragaman Suhu
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Db
F
Sig.
11313611,111
2
5656805,556
13,143*
,002
Dosis Enzim
783611,111
2
391805,556
,910
,436
Suhu * Dosis
1513055,556
4
378263,889
,879
,513
Error
3873750,000
9
430416,667
Total
147357500,000
18
keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 %
Tabel 20. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Kekentalan Tepung glukomanan Perlakuan
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Kode
Batas Atas
Suhu : 65 80 95
2816,6667 2850,0000 2391,6667
267,836 267,836 267,836
2244,113 1785,780 2210,780
3455,887 2997,554 3422,554
A A A
Dosis Enzim : 1 2 3
2791,6667 3600,0000 1666,6667
267,836 267,836 267,836
2185,780 1060,780 2994,113
3397,554 2272,554 4205,887
A A B
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata 9.
Densitas Kamba Tepung Glukomanan Tabel 21. Tabel Analisis Sidik Ragam Densitas Kamba Tepung glukomanan Sumber Keragaman
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Db
F
Sig.
Suhu
2733,564
2
1366,782
,655
0,542
Dosis Enzim
6753,617
2
3376,808
1,619
0,251
Suhu * Dosis
17333,358
4
4333,340
2,078
0,166
Error
18770,452
9
2085,606
Total
9689002,963
18
keterangan : * : Berpengaruh nyata dengan uji statistik pada α = 5 % 75
Tabel 22. Hasil Uji Lanjut Metode Duncan Densitas Kamba Tepung glukomanan Perlakuan
Rataan
Galat standar
Selang kepercayaan 95% Batas Bawah
Kode
Batas Atas
Suhu : 65 80 95
714,9467 737,1200 743,7717
18,644 18,644 18,644
672,771 701,596 694,944
757,122 785,947 779,296
A A A
Dosis Enzim : 1 2 3
717,1033 719,4283 759,3067
18,644 18,644 18,644
674,928 677,253 717,131
759,279 761,604 801,482
A A A
Keterangan : kode yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukan perlakuan berbeda nyata
76
Lampiran 2. Data Hasil Analisis Proksimat
Tabel 3. Karakteristik Komposisi Kimia Umbi Iles-Iles Kuning dan Tepung Iles-Iles Kuning Umbi iles-iles kuning
Tepung iles-iles kuning
Tepung glukomanan pemisahan secara fisik
Komponen (% bb)
(% bk)
(% bb)
1. Air
81,05
83,3*
-
-
11,10
2. Abu
0,82
1,22*
4,31
7,30*
2,99
0,12
0,19*
0,85
1,14*
3. Protein
1,21
0,92*
6,38
4. Lemak
0,19
0,02*
17,43
- Glukomanan - Serat Kasar
- Ca-Oksalat
5. Karbohidrat
(% bk)
(% bb)
(% bk)
11,63
6,7*
3,36
3,33
7,88*
3,77
8,45*
0,76
1,03
0,61
-
0,89
-
5,51*
2,92
3,29
0,12
0,92*
0,14
3,66*
0,98
0,12*
0,04
0,04
0,12
-
0,14
-
12,04*
91,79
72,10*
85,18
95,64
87,52
84,5*
98,83
87,89*
4,46
3,58*
23,52
21,44*
20,49
23,10
28,75
64,98*
32,53
69,65*
2,01
2,50*
10,61
14,97*
2,74
3,08
2,19
5,90*
2,58
6,32*
Keterangan (*) : Syaefullah (1990)
66
Lampiran 3. Data Hasil Analisis Fisiko Kimia Tabel 4. Karakteristik Fisiko Kimia Tepung Glukomanan Hasil Pemurnian Secara Enzimatis dan Nilai DE pada Hidrolisat Pati
Komersil
-
58,20
-
Kadar Glukomanan (% bb) 35,000
A0B0
-
-
10,630
A1B1
11,120
44,350
A1B2
10,385
A1B3
73,310
>10.000,00*
1402,000*
Densitas Kamba (kg/m3) 849,000
33,200
21,260
16.833,33
1464,750
741,650
6,58
4,760
53,960
24,760
3450,00
1693,125
641,480
5,21
50,159
4,560
42,350
23,370
3925,00
1467,980
727,005
5,18
12,805
48,389
3,420
62,810
27,680
3425,00
1348,500
776,355
5,31
A2B1
11,995
43,264
4,760
65,060
25,030
3250,00
1503,202
773,220
5,15
A2B2
12,450
45,066
2,450
66,185
28,340
3125,00
1288,780
704,520
5,15
A2B3
23,355
45,868
2,230
68,135
26,510
2000,00
1696,290
753,575
5,15
A3B1
20,225
51,315
2,390
63,380
19,480
1750,00
1587,170
736,610
5,05
A3B2
29,315
52,959
2,200
71,095
19,650
1500,00
1524,080
726,760
4,90
A3B3
53,660
47,433
0,400
80,530
21,950
1750,00
1366,675
747,990
5,06
Sampel
Rendemen (% bb)
Nilai DE
Kadar Pati (% bb)
Derajat Putih (% bb)
Kekentalan (Cps)
Keterangan : Tepung glukomanan komersial dikutip dari Syefullah (1990) dan (*) Wiyani (1988)
Penyerapan Air (% bb)
Nilai pH 6,20
67