KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 (Audited)
Kementerian Luar Negeri Jl. Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KEMENTERIAN LUAR NEGERI LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 (DalamRupiah) 31 Desember 2015 Uraian
PENDAPATAN 1.
Cat.
% Realisasi terhadap Anggaran
Anggaran
Realisasi
Realisasi
Rp
471.605.861.620 Rp
618.025.747.638
131,05
Rp
567.039.214.808
Rp
471.605.861.620 Rp
618.025.747.638
131,05
Rp
567.039.214.808
B.1.
Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah Pendapatan BELANJA
2014
B.2.
1.
Belanja Pegawai
B.2.1.
Rp
3.139.079.340.000
Rp
2.943.209.807.559
93,76
Rp
2.510.726.428.548
2.
Belanja Barang
B.2.2.
Rp
3.048.356.974.000
Rp
2.686.053.918.754
88,11
Rp
2.485.677.216.075
3.
Belanja Modal
B.2.3.
Rp
396.269.341.000
Rp
272.880.022.274
68,86
Rp
343.421.805.267
Rp
6.583.705.655.000
Rp
5.902.143.748.587
89.65
Rp
5.339.825.449.890
Jumlah Belanja
-3-
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
II. NERACA KEMENTERIAN LUAR NEGERI NERACA PER 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 (Dalam Rupiah) NAMA PERKIRAAN
Cat.
31 Desember 2015
31 Desember 2014
ASET ASET LANCAR
C.1.
Kas di Bendahara Pengeluaran
C.1.1.
Rp
111.507.998.145
Rp
159.601.809.003
Kas di Bendahara Penerimaan
C.1.2.
Rp
41.657.654.980
Rp
19.588.607.037
Kas Lainnya dan Setara Kas
C.1.3.
Rp
85.085.635.340
Rp
126.273.723.177
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid)
C.1.4.
Rp
49.784.471.328
Rp
56.573.404.278
Piutang Bukan Pajak
C.1.5.
Rp
52.562.787.773
Rp
52.028.280.204
Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak
C.1.6.
Rp
(1.075.301.249)
Rp
(3.125.492.912)
Piutang Bukan Pajak (Netto)
C.1.7
Rp
51.487.486.524
Rp
48.902.787.292
Bagian Lancar Tagihan TP/TGR
C.1.8.
Rp
28.267.913.836
Rp
34.999.067.716
Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan TP/TGR
C.1.9.
Rp
(27.966.411.500)
Rp
( 34.585.797.466)
Bagian Lancar Tagihan TP/TGR (Netto)
C.1.10.
Rp
301.502.336
Rp
413.270.250
Persediaan
C.1.11.
Rp
45.572.848.748
Rp
46.325.175.117
Rp
385.397.597.401
Rp
457.678.776.154
JUMLAH ASET LANCAR ASET TETAP
C.2.
Tanah
C.2.1.
Rp
10.350.689.391.155
Rp
10.352.695.391.155
Peralatan dan Mesin
C.2.2.
Rp
1.488.806.440.928
Rp
1.371.180.061.931
Gedung dan Bangunan
C.2.3.
Rp
5.727.660.351.825
Rp
5.667.230.049.151
Jalan, Irigasi dan Jaringan
C.2.4.
Rp
46.164.708.740
Rp
46.071.208.740
Aset Tetap Lainnya
C.2.5.
Rp
90.080.284.466
Rp
89.711.917.802
Konstruksi Dalam Pengerjaan
C.2.6.
Rp
14.766.617.490
Rp
7.738.461.384
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
C.2.7.
Rp
(4.376.659.500.687)
Rp
(4.134.479.080.905)
Rp
13.341.508.293.917
Rp
13.400.148.009.258
JUMLAH ASET TETAP PIUTANG JANGKA PANJANG
C.3.
Piutang Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
C.3.1.
Rp
1.009.523.033
Rp
832.025.840
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – TP/TGR
C.3.2.
Rp
(7.165.284)
Rp
( 6.073.190)
-4-
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto)
C.3.3.
JUMLAH PIUTANG JANGKA PANJANG ASET LAINNYA
Rp
1.002.357.749
Rp
825.952.650
Rp
1.002.357.749
Rp
825.952.650
C.4.
Aset Tak Berwujud
C.4.1.
Rp
54.327.494.132
Rp
29.705.738.736
Dana Cadangan Perwakilan RI di Luar Negeri
C.4.2.
Rp
546.301.755.211
Rp
380.152.014.135
Aset Lain-Lain
C.4.3.
Rp
105.770.506.324
Rp
84.571.780.676
Aset Lainnya Reklasifikasi UP/TUP
C.4.4.
Rp
3.625.911.878
Rp
19.860.027.767
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya
C.4.5.
Rp
(61.145.137.700)
Rp
( 51.421.121.005)
JUMLAH ASET LAINNYA
Rp
648.880.529.845
Rp
462.868.440.309
JUMLAH ASET
Rp
14.376.788.778.912
Rp
14.321.521.178.371
KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
C.5.
Utang Kepada Pihak Ketiga
C.5.1.
Rp
28.439.086.486
Rp
27.489.852.934
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
C.5.2.
Rp
123.467.943
Rp
16.973.950.900
Hibah Yang Belum Disahkan
C.5.3.
Rp
20.018.680.343
Rp
0
Pendapatan Diterima Dimuka
C.5.4.
Rp
568.100.000
Rp
0
Utang Jangka Pendek Lainnya
C.5.6.
Rp
127.750.000
Rp
534.829.561
Uang Muka dari KPPN
C.5.5.
Rp
113.711.817.590
Rp
179.461.836.770
Rp
162.988.902.362
Rp
224.460.470.165
Rp
29.893.638.914
Rp
45.009.731.681
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Rp
29.893.638.914
Rp
45.009.731.681
JUMLAH KEWAJIBAN
Rp
192.882.541.276
Rp
269.470.201.846
Rp
14.183.906.237.636
Rp
14.052.050.976.525
JUMLAH EKUITAS
Rp
14.183.906.237.636
Rp
14.052.050.976.525
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Rp
14.376.788.778.912
Rp
14.321.521.178.371
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
C.6
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya
C.6.1.
EKUITAS Ekuitas
C.7.
-5-
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
III. LAPORAN OPERASIONAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI LAPORAN OPERASIONAL UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 (Dalam Rupiah) Nama Perkiraan
Cat.
31 Desember 2015
2014
KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PERPAJAKAN Pendapatan Pajak Penghasilan
-
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pendapatan Cukai Pendapatan Pajak Lainnya Pendpatan Bea Masuk Pendpatan Bea Keluar Jumlah Pendapatan Perpajakan PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
Rp
-
Rp
-
D.1.
Pendapatan Sumber Daya Alam Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
D.1.
Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak
Rp
579.203.569.545
Rp
-
Rp
579.203.569.545
Rp
-
Rp
-
PENDAPATAN HIBAH Pendapatan Hibah Jumlah Pendapatan Hibah
Rp
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL
Rp
579.203.569.545
Rp
-
BEBAN OPERASIONAL Beban Pegawai
D.2.
Rp
2.944.288.717.541
Rp
-
Beban Persediaan
D.3.
Rp
40.935.672.776
Rp
-
Beban Barang dan Jasa
D.4.
Rp
1.671.779.382.399
Rp
-
Beban Pemeliharaan
D.5.
Rp
325.746.644.531
Rp
-
Beban Perjalanan Dinas
D.6.
Rp
658.049.318.631
Rp
-
-6-
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat
D.7.
Rp
19.583.963.979
Rp
-
Rp
-
Beban Bunga Beban Subsidi Beban Hibah
.
Beban Bantuan Sosial
D.8.
Rp
-
Beban Penyusutan dan Amortisasi
D.9.
Rp
292.039.090.037
Rp
-
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
D.10.
Rp
(8.216.058.252)
Rp
-
D.11.
Rp
Rp
-
Beban Transfer Beban Lain-lain
-
Jumlah Beban Operasional
Rp
5.944.206.731.642
Rp
-
SURPLUS/DEFISIT DARI KEG. OPERASIONAL
Rp
(5.365.003.162.097)
Rp
-
Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar
Rp
6.552.464.540
Rp
-
Beban Pelepasan Aset Non Lancar
Rp
1.583.842.380
Rp
-
Jumlah Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non Lancar
Rp
4.968.622.160
Rp
-
SURPLUS/DEFISIT PELEPASAN ASET NON LANCAR
Rp
4.968.622.160
Rp
-
Rp
-
KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS/(DEFISIT) PELEPASAN ASET NONLANCAR
D.12.
Pendapatan Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Beban Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Jumlah Surplus/Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang SURPLUS/DEFISIT PENYELESAIAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Rp D.13
Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional Lainnya SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL POS LUAR BIASA
-
Rp
69.959.793.442
Rp
-
Rp
6.825.115.911
Rp
-
Rp
63.134.677.531
Rp
-
Rp
68.103.299.691
Rp
-
Rp
-
Rp
-
D.14
Beban Luar Biasa
Rp
SURPLUS/DEFISIT LAPORAN OPERASIONAL
Rp
-7-
(5.296.899.862.046)
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KEMENTERIAN LUAR NEGERI LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
(Dalam Rupiah)
URAIAN
Cat.
31 Desember 2015
2014
EKUITAS AWAL
E.1.
Rp
14.052.050.976.525
Rp
-
SURPLUS/DEFISIT – LO
E.2.
Rp
(5.296.899.862.406)
Rp
-
Rp
1.229.849.738
Rp
-
Rp
1.229.849.738
Rp
-
Rp
-
PENYESUAIAN NILAI TAHUN BERJALAN Penyesuaian Nilai Aset
E.3.
Penyesuaian Nilai Kewajiban DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI / KESALAHAN MENDASAR
Rp
0
E.4.
Rp
131.567.237.871
Rp
-
Koreksi Nilai Persediaan
E.5.
Rp
184.572.338
Rp
-
Selisih Revaluasi Aset Tetap
E.6.
Rp
Rp
-
Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi
E.7.
Rp
12.274.726.183
Rp
-
Lain-lain
E.8.
Rp
119.107.939.350
Rp
-
TRANSAKSI ANTAR ENTITAS
E.9.
Rp
5.295.958.035.908
Rp
-
KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS
E.10.
Rp
131.855.261.111
Rp
-
EKUITAS AKHIR
E.11.
Rp
14.183.906.237.636
Rp
-
-8-
0
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Penjelasan Umum
A.
Dasar Hukum
A.1. DASAR HUKUM 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri Visi Kementerian Luar Negeri
PENJELASAN UMUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-42/PB/ 2014tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 177/PMK.05/2015 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
A.2. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN LUAR NEGERI A.2.1.
VISI KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Guna mewujudkan Visi Pembangunan Tahun 2015 - 2019 yakni “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, serta guna mewujudkan Misi ke-3 Pemerintahan Presiden Joko Widodo yaitu “Politik Luar Negeri Bebas Aktif dan Memperkuat Jati Diri sebagai Negara Maritim”, Agenda Pembangunan Nasional, maka ditetapkanlah Visi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia periode 2015 – 2019 sebagai berikut: “Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat”
dengan penjelasan sebagai berikut: Terwujudnya Wibawa Diplomasi adalah terlaksananya penyelenggaraan hubungan Indonesia dengan negara lain yang disegani dan dihormati oleh dunia internasional karena peran aktif dan kepemimpinan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional. Memperkuat Jati Diri Bangsa adalah penguatan identitas/ciri khas yang menandai keberadaan bangsa Indonesia yang membedakannya dari bangsa lain di dunia. Negara Maritim adalah negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan mengelola wilayah lautnya untuk mempertahankan
-9-
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED kedaulatan dan meningkatkan kemakmuran serta membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan serta membangun konektivitas dan pertahanan maritim. Untuk Kepentingan Rakyat adalah pemenuhan kebutuhan dan hajat hidup masyarakat guna membawa kemakmuran bagi masyarakat luas, bangsa, dan negara. Pernyataan visi di atas menggambarkan komitmen yang akan diperjuangkan dan diwujudkan oleh Kementerian Luar Negeri, terutama melalui pelaksanaan tugas dan fungsinya (core competency) sebagai institusi penyelenggara hubungan dan pelaksana politik luar negeri dengan tekad kinerja Kementerian Luar Negeri “Diplomasi untuk Rakyat, Diplomasi Membumi”, yang berarti kinerja diplomasi yang dilaksanakan Kementerian Luar Negeri harus dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Misi Kementerian Luar Negeri
A.2.2.
MISI KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Dalam upaya mencapai visi tersebut, Kementerian Luar Negeri telah menetapkan 3 (tiga) misi yang akan dilaksanakan oleh seluruh Unit Organisasi dan Satuan Kerja selama kurun waktu 2015-2019, sebagai berikut:
Tujuan Kementerian Luar Negeri
1.
Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia sebagai negara maritim dalam kerja sama internasional untuk memajukan kepentingan nasional.
2.
Memantapkan peran Kementerian Luar Negeri sebagai penjuru pelaksana hubungan luar negeri dengan dukungan dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan nasional.
3.
Mewujudkan kapasitas Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI yang mumpuni.
A.2.3.
TUJUAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Tujuan Kementerian Luar Negeri disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang akan dihadapi dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kementerian Luar Negeri. 3 (tiga) Tujuan Kementerian Luar Negeri yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: 1.
Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional yang berpengaruh.
2.
Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri.
3.
Menguatnya kapasitas organisasi dan SDM Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI yang handal, modern, dan humanis. - 10 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri
A.2.4.
SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN LUAR NEGERI
8 (delapan) Sasaran Strategis utama Kementerian Luar Negeri yang hendak dicapai pada periode 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat. Kepemimpinan indonesia di ASEAN yang meningkat. Peran Indonesia di dunia internasional yang meningkat. Diplomasi Ekonomi yang kuat. Pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI dan Diaspora yang prima. Kebijakan Luar Negeri yang berkualitas. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional. Monitoring hasil Diplomasi yang efektif.
Sedangkan Sasaran Strategis Pendukung Kementerian Luar Negeri merupakan pendekatan dari aspek learning and growth perspective yang hendak dicapai pada periode 2015-2019 yaitu, Meningkatnya kapasitas organisasi, tata kelola, dan kompetensi SDM Kementerian Luar Negeri berbasis teknologi informasi. Program dan Kebijakan Kementerian Luar Negeri
A.2.5.
PROGRAM KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Kementerian Luar Negeri untuk 5 (lima) tahun mendatang akan melaksanakan 11 (sebelas) program dan 56 (lima puluh enam) kegiatan dalam rangka mencapai Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis yang telah ditetapkan. Adapun program yang dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri sebagai berikut: 1)
Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerja Sama ASEAN Program ini memiliki 2 (dua) sasaran program, yaitu: 1. Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat, dengan 1 (satu) indikator yaitu Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan. 2. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi terhadap kebijakan luar negeri terkait kesepakatan ASEAN, dengan 2 (dua) indikator yaitu Persentase masyarakat yang memahami integrasi Masyarakat ASEAN, dan Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN di tingkat nasional.
2)
Program Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral - 11 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Program ini memiliki 3 (tiga) sasaran program, yaitu:
3)
1.
Peningkatan peran Indonesia di forum multilateral, dengan 1 (satu) indikator yaitu Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral.
2.
Peningkatan kepemimpinan Indonesia di forum multilateral, dengan 1 (satu) indikator yaitu Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral.
3.
Implementasi kesepakatan multilateral dengan partisipasi pemangku kepentingan nasionaldengan 1 (satu) indikator yaitu Persentase rekomendasi untuk ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional.
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Program ini memiliki 1 (satu) sasaran program, yaitu: Peran Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat, dengan 2 (dua) indikator yaitu Presentase kesepakatan kerjasama bilateral yang ditindaklanjuti dan Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima dan ditindaklanjuti pada forum kerjasama intrakawasan.
4)
Program Optimalisasi Diplomasi Terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional Program ini memiliki 1 (satu) sasaran program, yaitu: Optimalisasi Diplomasi Terkait Dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional, dengan 3 (tiga) indikator yaitu Persentase jumlah perundingan yang berhasil diselenggarakan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah di laut serta penegasan dan pengelolaan batas wilayah di darat; Persentase hasil perundingan atau perjanjian internasional di bidang ekonomi, keuangan dan pembangunan baik di tingkat bilateral, regional maupun multilateral yang disepakati; serta Persentase produk hukum yang diselesaikan.
5)
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa Program ini memiliki 1 (satu) sasaran program, yaitu: Peran Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa yang meningkat, dengan 2 (dua) indikator yaitu Persentase kesepakatan kerjasama bilateral yang ditindaklanjuti, dan Persentase prakarsa/rekomendasi yang diterima dan ditindaklanjuti pada forum kerja sama intrakawasan.
6)
Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri - 12 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Program ini memiliki 1 (satu) sasaran program, yaitu: Rekomendasi kebijakan hubungan luar negeri yang berkualitas, dengan 1 (satu) indikator yaitu Persentase rekomendasi kebijakan luar negeri yang disetujui oleh Pimpinan Kementerian Luar Negeri. 7)
Program Peningkatan Kekonsuleran
Kualitas
Pelayanan
Keprotokolan
dan
Program ini memiliki 4 (empat) sasaran program, yaitu: 1. Meningkatnya kualitas pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI di Luar Negeri serta pemberdayaan Diaspora, dengan 3 (tiga) indikator yaitu, Indeks sistem kelembagaan perlindungan WNI dan BHI di Luar Negeri; Indeks penguatan diplomasi perlindungan; dan Indeks penyelesaian kasus WNI/BHI di Luar Negeri. 2. Meningkatnya kualitas dan kapasitas pelayanan Kekonsuleran, dengan 1 (satu) indikator yaitu, Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran. 3. Meningkatnya kualitas dan kapasitas pelayanan Keprotokolan, dengan 1 (satu) indikator yaitu, Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku. 4. Meningkatnya kualitas dan kapasitas pelayanan Fasilitas Diplomatik, dengan 1 (satu) indikator yaitu, Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP. 8)
Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik Program ini memiliki 1 (satu) sasaran program yaitu: Menguatnya Citra Positif Indonesia melalui peningkatan peran Indonesia di dunia Internasional, dengan 4 (empat) indikator yaitu, Persentase pemberitaan positif oleh media massa dan kehumasan badan publik terhadap kebijakan politik luar negeri Indonesia; Persentase dukungan konstituen domestik/internasional dan negara sahabat terhadap aset-aset diplomasi publik Indonesia; Persentase respon positif terhadap bantuan kerjasama teknik melalui mekanisme bilateral dan triangular; dan Persentase respon positif terhadap pengamanan perwakilan asing dan kegiatan internasional di Indonesia.
9)
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kementerian Luar Negeri Program ini memiliki 2 (dua) sasaran program, yaitu:
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang terencana, terukur, ekonomis, efektif & efisien, dengan 1 (satu) indikator yaitu, Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja.
2. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan, dengan 1 - 13 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED (satu) indikator yaitu, Persentase Laporan Keuangan (LK) Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). 10) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri Program ini memiliki 1 (satu) sasaran program, yaitu:Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia, dengan 5 (lima) indikator, yaitu Indeks kepuasan pegawai; Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Luar Negeri; Opini BPK; Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan; Persentase penerapan cetak biru teknologi informasi dan komunikasi Kementerian Luar Negeri. 11) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Luar Negeri Program ini memiliki 1 (satu) sasaran program, yaitu:Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis dalam sarana dan prasarana Kementerian Luar Negeri, dengan 1 (satu) indikator, yaitu Persentase sarana dan prasarana Kemlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri TA 2015 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya. Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri TA 2015 ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh Satuan Kerja Kementerian Luar Negeri baik Pusat dan Perwakilan sebanyak 144 Satuan Kerja, yang bertanggung jawab atas anggaran yang diberikan.
Basis Akuntansi
A.4.
BASIS AKUNTANSI
Kementerian Luar Negeri telah menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan - 14 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dasar Pengukuran
A.5.
DASAR PENGUKURAN
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Kementerian Luar Negeri dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Kebijakan Akuntansi
A.6.
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Luar Negeri. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri adalah sebagai berikut: Pendapatan-LRA
(1) Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum - 15 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Negara (KUN). Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. Pendapatan-LO
Belanja
(2) Pendapatan-LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
(3) Belanja
Beban
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(4) Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan
- 16 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset
(5) Aset Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap,Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya.
Aset Lancar
a.
Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihan atau yang dipersamakan, yang diharapkan diterima pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan disajikan sebagai Bagian Lancar Piutang.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TPA/TGR.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dicatat di neraca berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan:
harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian; harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya. Aset Tetap
b.
Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.
Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi
- 17 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED sebagai berikut:
a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah); b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah); c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
Penyusutan Aset Tetap
Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.
Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.
c.
Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.01/PMK.06/2013 sebagaimana diubah dengan PMK No. 90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat. Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap: a. Tanah; b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.
Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.
Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.
Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut: - 18 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tabel 1 Penggolongan Masa Manfaat Kelompok Aset Tetap
Piutang Jangka Panjang
Aset Lainnya
Kelompok Aset Tetap
Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin
2 s.d.20 tahun
Gedung dan Bangunan
10 s.d. 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi
5 s.d 40 tahun
Alat Tetap Lainnya (Alat Musik Modern)
4 tahun
d.
Piutang Jangka Panjang
Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Termasuk dalam Piutang Jangka Panjang adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.
TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintahyang dinilaisebesarnilainominaldari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
TP adalah tagihan yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada bendahara yang karena lalai atau perbuatan melawan hukum mengakibatkan kerugian Negara/daerah.
TGR adalah suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri atau bukan pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawaitersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.
e.
Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya. Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi. Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi. Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. - 19 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Kewajiban
Ekuitas
f.
Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a.
Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b.
Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
g.
Ekuitas Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Pertama Kali
h.
Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Pertama Kali Mulai tahun 2015 Pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan amanat PP No. 71 Tahun 2010 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan. Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan. Pertama, Pos-pos ekuitas dana pada neraca per 31 Desember 2014 yang berbasis cash toward accrual direklasifikasi menjadi ekuitas sesuai dengan akuntansi berbasis akrual. Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pertama kali mulai dilaksanakan tahun 2015.
- 20 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Penjelasan atas Pos-pos Laporan RealisasiAnggaran Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah sebesar Rp.618.025.747.638
B. B.1.
PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah di Kemlu pada TA 2015 adalah sebesar Rp.618.025.747.638, atau mencapai 131,05% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.471.605.861.620. Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP sampai dengan tanggal pelaporan tersaji adalah sebagai berikut: Tabel 2 Rincian Estimasi Dan Realisasi Pendapatan No
Uraian
Estimasi Pendapatan
Realisasi
%
1
Pendapatan Penjualan Hasil Sitaan/Rampasan dan Harta Peninggalan
Rp
- Rp
600.000
-
2
Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya
Rp
- Rp
6.329.535.271
-
3
Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
Rp
235.000.000 Rp
4
Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin
Rp
- Rp
204.281.262
-
5
Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya
Rp
- Rp
5.769.769
-
6
Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya
Rp
- Rp
2.470.526
7
Pendapatan Surat Keterangan, Visa, Passport
Rp
27.877.487.500 Rp
553.050.000
8
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
Rp
9.220.000 Rp
9
Pendapatan dari Pemberian Surat Perjalanan RI
Rp
355.056.982.128 Rp
434.632.399.342
122,41
10
Pendapatan dari Jasa Pengurusan Dokumen Konsuler
Rp
83.946.380.251 Rp
75.631.262.583
90,09
11
Pendapatan Rutin Lainnya dari Luar Negeri
Rp
4.477.291.741 Rp
12
Pendapatan Hasil Pengembalian Uang Negara
Rp
- Rp
56.823.111
-
13
Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Rp Pemerintah
- Rp
21.923.000
-
14
Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan
Rp
- Rp
1.242.357.904
-
15
Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL
Rp
3.500.000 Rp
16
Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL
Rp
- Rp
718.415.638
-
17
Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL
Rp
- Rp
5.500.000
-
18
Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Lain-lain TAYL
Rp
- Rp
43.840.166
-
19
Pendapatan Anggaran Lain-lain
Rp
- Rp
3.415.270.359
-
Rp
471.605.861.620 Rp
618.025.747.638
131,05
Jumlah
3.183.678.965 1354,76
1,98
510.948.620 5541,74
90.209.626.820 2014,83
1.257.994.302 35942,69
Pencapaian realisasi PNBP Kemlu sebesar 131,05% per tanggal 31 Desember 2015, menunjukkan terlewatinya penetapan target PNBP untuk Semester II TA 2015. Hal ini disebabkan karena relatif tingginya penerimaan pendapatan non fungsional di Kementerian Luar Negeri, seperti misalnya Pendapatan Rutin
- 21 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Lainnya dari Luar Negeri dan Pendapatan Anggaran Lain-lain. Adapun jenis pendapatan yang relatif rendah realisasinya adalah Pendapatan Surat Keterangan dan Visa yang baru mencapai 1,98% atau sebesar Rp553.050.000 dari estimasi pendapatan sebesar Rp27.877.487.500. Berlakunya Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan yang membebaskan biaya visa kunjungan bagi warga Negara asing dari 45 negara, turut menjadi penyebab turunnya PNBP rutin yang diterima oleh Kemlu melalui satker di Perwakilan RI. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ke depan Kemlu harus segera menyesuaikan estimasi pendapatan Surat Keterangan, Visa dan Paspor merujuk kepada perubahan yang terjadi. Tabel 3 Perbandingan Realisasi PNBP 31 Desember 2015 dan 2014 No 1
Uraian Pendapatan Penjualan Hasil Sitaan/Rampasan dan Harta Peninggalan
31 Desember 2015
31 Desember 2014
%
Rp
600.000 Rp
-
-
2 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya
Rp
6.329.535.271 Rp
3.614.850.282
175,10
3 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
Rp
3.183.678.965 Rp
2.102.416.278
151,43
4 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin
Rp
204.281.262 Rp
82.227.369
248,43
5 Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya
Rp
5.769.769 Rp
1.073.160
-
6 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya
Rp
2.470.526 Rp
-
-
7 Pendapatan Surat Keterangan, Visa, Passport
Rp
553.050.000 Rp
638.562.394
86,61
8 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
Rp
510.948.620 Rp
510.738.668
100,04
9 Pendapatan dari Pemberian Surat Perjalanan RI
Rp
434.632.399.342 Rp
380.127.867.790
114,34
10 Pendapatan dari Jasa Pengurusan Dokumen Konsuler
Rp
75.631.262.583 Rp
81.917.842.575
92,33
11 Pendapatan Rutin Lainnya dari Luar Negeri
Rp
90.209.626.820 Rp
82.661.711.033
109,13
12 Pendapatan Layanan Jasa Perbankan
Rp
- Rp
6.299.971
-
13 Pendapatan Hasil Pengembalian Uang Negara
Rp
56.823.111 Rp
-
-
Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan 14 Rp Pemerintah
21.923.000 Rp
79.758.612
27,49
15 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan
Rp
1.242.357.904 Rp
-
-
16 Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL
Rp
1.257.994.302 Rp
3.658.750.212
34,38
17 Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL
Rp
718.415.638 Rp
-
-
18 Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL
Rp
5.500.000 Rp
-
-
19 Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Lain-lain TAYL
Rp
43.840.166 Rp
9.931.278.809
0,44
20
Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita oleh Negara
Rp
- Rp
862.932.877
-
21
Pendapatan dari Untung Selisih Kurs Uang Persediaan Satker Perwakilan RI
Rp
- Rp
804.725.299
-
22 Penerimaan Kembali Persekot / Uang Muka Gaji
Rp
- Rp
1.953,00
-
23 Pendapatan Anggaran Lain-lain
Rp
3.415.270.359 Rp
38.177.526
8.945,76
Jumlah
Rp
618.025.747.638 Rp
567.039.214.808
108,99
- 22 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Realisasi Belanja Negara sebesar
B.2. BELANJA NEGARA
Rp5.902.143.748.587
Kementerian Luar Negeri Tahun Anggaran 2015 mendapatkan pagu DIPA sebesar Rp6.583.705.655.000, yang terdiri atas: 1). Alokasi anggaran untuk Satuan Kerja Perwakilan (131 Perwakilan RI di luar negeri) sebesar Rp4.140.883.917.000, yang tersebar di seluruh penjuru dunia untuk mewakili Indonesia dalam berbagai kepentingan nasional. 2). Alokasi anggaran untuk Satuan Kerja Pusat (13 Satuan Kerja) sebesar Rp2.442.821.738.000 yaitu Satker Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, 7 Direktorat Jenderal, 1 Badan, 2 Pusat, dan PTRI ASEAN. Realisasi Anggaran Kementerian Luar Negeri yang telah dipertanggungjawabkan (berdasarkan SP2D) kepada KPPN Jakarta I sampai dengan akhir TA 2015 (per 31 Desember) adalah sebesar Rp5.902.143.748.587 (jumlah tersebut termasuk dispensasi pembebanan belanja untuk periode TA 2015) atau mencapai 89,65% dari pagu DIPA Kemlu TA 2015 sebesar Rp6.583.705.655.000 (Lampiran No. 15). Beberapa hal yang mempengaruhi realisasi Belanja Kemlu, yaitu: 1)
Postur Anggaran Kemlu masih belum ideal untuk mendukung programprogram Kementerian, dimana besaran anggaran Kemlu tidak berbeda dengan hitungan baseline-nya, yaitu anggaran Kemlu masih didominasi oleh anggaran belanja operasional dan mengikat saja. Oleh karena itu, dalam merealisasikan anggaran yang terkait program-program Kementerian, Kemlu sering harus melakukan revisi anggaran terlebih dahulu.
2)
Terjadinya beberapa kali revisi DIPA yang dilakukan oleh Satker-satker di Kemlu khususnya Satker Perwakilan RI mempengaruhi kemampuan Satker untuk melaksanakan beberapa kegiatan.
3)
Mengingat lebih dari 62% anggaran Kemlu merupakan anggaran Satker Perwakilan RI di Luar Negeri, yang menggunakan mata uang asing (US Dollar, Euro, Yen dan lain-lain), maka Kemlu dalam melakukan realisasi anggaran masih memerlukan proses transfer dan konversi mata uang dan berakibat munculnya selisih kurs transfer.
4)
Dalam TA 2015, sebagian anggaran belanja non-operasional Kemlu dianggarkan dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Demikian juga dengan anggaran Belanja Modal, sehingga realisasi anggarannya diwajibkan memenuhi terlebih dahulu target penerimaannya, yang kemudian pencairannya diperlukan proses yang cukup panjang dan memerlukan waktu.
5)
Anggaran Belanja Tambahan (ABT) selisih kurs baru diterima perwakilan pada akhir Desember 2015 atau awal Januari TA 2016, sehingga terdapat beberapa perwakilan yang tidak menggunakan anggaran tersebut (anggaran tidak dapat digunakan secara maksimal).
- 23 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2015 menurut program adalah sebagai berikut: Tabel 4 Rincian Anggaran Dan Realisasi Belanja Program TA 2015 Kode
Uraian
Anggaran
100 Program
Realisasi
%
Rp
- Rp
-
-
101
Progra Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri
Rp
5.060.616.362.000 Rp
4.609.875.098.579
91,09
102
Program Peningkatan Sarana dan Prasaranan Aparatur Kementerian Luar Negeri
Rp
341.134.491.000 Rp
218.701.266.204
64,11
103
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Luar Negeri
Rp
24.891.900.000 Rp
22.763.710.248
91,45
106
Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerjasama ASEAN
Rp
60.203.987.000 Rp
54.136.591.034
89,92
107
Program Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral
Rp
544.584.669.000 Rp
535.611.802.741
98,35
Rp
132.707.243.000 Rp
116.818.544.164
88,03
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri 108 serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika 109
Program Optimalisasi Diplomasi Terkait Dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional
Rp
39.117.444.000 Rp
37.489.127.288
95,84
110
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Rp serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa
44.345.059.000 Rp
41.174.695.238
92,85
111
Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri
Rp
28.621.087.000 Rp
27.801.854.006
97,14
112
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Rp Kekonsuleran
241.015.495.000 Rp
182.170.474.333
75,58
Rp
66.467.918.000 Rp
62.711.286.098
94,35
Realisasi Belanja Bruto
Rp
6.583.705.655.000 Rp
5.909.254.449.933
89,76
Pengembalian Belanja
Rp
- Rp
(7.026.001.319)
-
Realisasi Belanja Netto
Rp
6.583.705.655.000 Rp
5.902.228.448.614
89,65
113 Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik
Adapun rincian anggaran dan realisasinya berdasarkan Jenis Belanja adalah sebagai berikut: Tabel 5 Rincian Anggaran Dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Kode Jenis Uraian Jenis Belanja Blj.
Anggaran
Realisasi Belanja
%
51
Belanja Pegawai
Rp
3.139.079.340.000 Rp
2.943.209.807.559
93,76
52
Belanja Barang
Rp
3.048.356.974.000 Rp
2.686.053.918.754
88,11
53
Belanja Modal
Rp
396.269.341.000 Rp
272.880.022.274
68,86
Jumlah
Rp
6.583.705.655.000 Rp
5.902.143.748.587
89,65
- 24 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut:
Milyar
Kom posisi Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2015
Rp3.000 Rp2.500 Rp2.000 Rp1.500 Rp1.000 Rp500 RpBelanja Pegawai
Belanja Barang
Anggaran
Belanja Modal
Realisasi
Dibandingkan dengan TA 2014 sebesar Rp5.339.825.449.890 realisasi belanja TA 2015 sebesar Rp5.902.143.748.587,- mengalami kenaikan sebesar Rp562.318.298.697 atau 10,53%. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan signifikan pada Belanja Pegawai sebesar 17,23% dan pada Belanja Barang sebesar 8.06%. Penurunan penyerapan Belanja Modal sebesar 20,54% merupakan upaya Kementerian Luar Negeri untuk melakukan pembatasan Belanja Modal khususnya dalam optimalisasi alokasi anggaran pembelian untuk Belanja Modal luar negeri. Perbandingan Realisasi Belanja TA 2015 dan TA 2014 tersaji pada Tabel berikut ini Tabel 6 Perbandingan Realisasi Belanja 31 Desember 2015 dan 2014 Realisasi Belanja (Rp) Naik (Turun) %
Uraian Jenis Belanja 31-Des-15
31-Des-14
Belanja Pegawai
Rp
2.943.209.807.559 Rp
2.510.726.428.548
17,23
Belanja Barang
Rp
2.686.053.918.754 Rp
2.485.677.216.075
8,06
Belanja Modal
Rp
272.880.022.274 Rp
343.421.805.267
(20,54)
Rp
5.902.143.748.587 Rp
5.339.825.449.890
10,53
Jumlah
- 25 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Belanja Pegawai sebesar
B.2.1. BELANJA PEGAWAI
Rp2.943.209.807.559
Dari pagu anggaran Belanja Pegawai TA 2015 sebesar Rp3.139.039.340.000, realisasi Kemlu mencapai angka Rp2.943.209.807.559 atau 93,76%. Terjadi kenaikan sebesar 17,23% dibandingkan realisasi Belanja Pegawai tahun sebelumnya sebesar Rp2.510.726.428.548 Peningkatan realisasi Belanja Pegawai ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut: 1) Penguatan kurs US Dollar telah mengakibatkan Belanja Pegawai di Satker Perwakilan RI di Luar Negeri meningkat dari perkiraan anggaran yang direncanakan. 2) Terdapat peningkatan realisasi atas Belanja Pegawai/Belanja Gaji Pokok PNS, Belanja Tunjangan Suami/Isteri, Belanja Tunjangan Anak PNS, Belanja Tunjangan Fungsional PNS, Tunjangan Kinerja Pegawai Kemlu dan Belanja Tunjangan Beras PNS pada Satker Pusat. Walaupun demikian, realisasi Kemlu pada TA 2015 ini masih dihadapkan pada beberapa kendala utama, yaitu: 1) Proses mutasi di lingkungan Kemlu yang cukup tinggi dan prinsip penarikan staf di luar negeri (diplomat) tidak menunggu pengganti (overlapping), sehingga sering terjadi kekosongan staf (satu bulan atau lebih) di Satker Perwakilan RI di Luar Negeri, yang mengakibatkan tidak terealisasinya belanja pegawai dalam bulan tersebut. 2) Anggaran Pembayaran “Tunjangan Kinerja (Tunkin) Baru” yang sudah dianggarkan oleh seluruh Satuan Kerja di Pusat pada DIPA TA 2015 dan rencananya akan dibayarkan mulai bulan Mei 2015 ternyata tidak terpakai sama sekali karena sesuai petunjuk teknis pemberlakuan “Tunkin Baru” hanya berlaku mulai 1 November 2015 dan pembayarannya pun baru dapat dilaksanakan di bulan Januari 2016.
- 26 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rincian belanja pegawai TA 2015 dan 2014 disajikan dalam Tabel sebagai berikut: Tabel 7 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai 31 Desember 2015 dan 2014 Uraian Belanja Gaji Pokok PNS Belanja Pembulatan Gaji PNS Belanja Tunj. Suami/Istri PNS Belanja Tunj. Anak PNS Belanja Tunj. Struktural PNS Belanja Tunj. Fungsional PNS Belanja Tunj. PPh PNS Belanja Tunj. Beras PNS Belanja Uang Makan PNS Belanja Tunj. Kompensasi Kerja PNS
31-Des-15 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
132.951.679.480 3.263.398 9.560.265.194 2.732.870.903 9.209.325.000 12.022.590.000 3.863.381.898 7.488.085.640 12.727.552.640 2.122.400.000
Belanja Tunj. Sewa Rumah PNS (Staff di Rp LN)
Rp2.686.053.918.754
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
109.009.617.290 2.042.021 7.741.064.612 2.257.681.417 8.611.155.000 9.699.637.000 3.153.932.982 6.136.173.120 10.388.321.000 2.004.200.000
21,96 59,81 23,50 21,05 6,95 23,95 22,49 22,03 22,52 5,90
206.023.027.746 Rp
184.018.311.506
11,96
Belanja Tunj. Resti. Pengobatan PNS (Staff di LN)
Rp
68.239.508.962 Rp
60.228.277.102
13,30
Belanja TPLN untuk Home Staff (Staff di LN)
Rp
1.232.105.935.375 Rp
1.036.668.137.447
18,85
Belanja Tunj. Lain-lain termasuk uang duka PNS Dalam dan Luar Negeri
Rp
359.846.572.955 Rp
253.403.865.241
42,01
Belanja Lokal Staff Lainnya Belanja Tunjangan Umum PNS Belanja Gaji Pokok Pejabat Negara
Rp Rp Rp
791.217.060.137 Rp 2.820.660.000 Rp 4.216.500.000 Rp
731.548.166.768 2.905.361.477 -
8,16 (2,92) -
Belanja Pembulatan Gaji Pejabat Negara Rp
48.760 Rp
-
-
Rp
383.850.000 Rp
-
-
Belanja Tunjangan Anak Pejabat Negara Rp
41.130.000 Rp
-
-
Belanja tunjangan PPH Pejabat Negara
Rp
60.247.933 Rp
-
-
Belanja Tunjangan Beras pejabat Negara Rp
162.727.740 Rp
-
-
Belanja TunjanganSuami/Istri Pejabat Negara
Belanja Barang sebesar
Naik (Turun) %
31-Des-14
Belanja Uang Lembur
Rp
4.290.905.500 Rp
3.555.805.350
20,67
Belanja Pegawai (Tunjangan Khusus/Kegiatan)
Rp
83.745.565.250 Rp
86.856.608.290
(3,58)
Belanja Pegawai Transito Realisasi Belanja Bruto Pengembalian Belanja Realisasi Belanja Netto
Rp Rp Rp Rp
2.518.188.357.623 7.461.929.075 2.510.726.428.548
17,05 (41,57) 17,23
1.734.299.935 2.947.569.454.446 4.359.646.887 2.943.209.807.559
Rp Rp Rp Rp
B.2.2. BELANJA BARANG Dari pagu anggaran Belanja Barang TA 2015 sebesar Rp3.048.356.974.000, Kemlu mencapai realisasi serapan sebesar Rp2.686.053.918.754 atau 86,47%. Terjadi kenaikan sebesar 8,06% dibandingkan realisasi Belanja Barang tahun sebelumnya sebesar Rp2.485.677.216.075.
- 27 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rincian Belanja Barang disajikan dalam Tabel di bawah ini: Tabel 8 Perbandingan Realisasi Belanja Barang 31 Desember 2015 dan 2014
Uraian
31-Des-15
31-Des-14
Naik (Turun) %
Be. Barang Operasional
Rp
761.673.453.284 Rp
770.147.054.430
(1,10)
Bel. Barang Non Operasional
Rp
480.495.121.170 Rp
401.155.577.478
19,78
Bel. Jasa
Rp
456.443.710.465 Rp
455.835.834.782
0,13
Bel. Pemeliharaan
Rp
329.812.512.774 Rp
303.961.202.834
8,50
Bel. Perjalanan Dalam Negeri
Rp
161.498.157.966 Rp
90.142.896.251
79,16
Bel. Perjalanan Luar Negeri
Rp
498.880.627.554 Rp
467.513.243.782
6,71
Realisasi Belanja Bruto
Rp
2.688.803.583.213 Rp
2.488.755.809.557
8,04
Pengembalian Belanja
Rp
2.749.664.459 Rp
3.078.593.482
(10,68)
Realisasi Belanja Netto
Rp
2.686.053.918.754 Rp
2.485.677.216.075
8,06
Tidak tercapainya realisasi anggaran Belanja Barang secara maksimal tersebut, antara lain disebabkan hal-hal sebagai berikut: 1)
Dalam TA 2015, sebagian anggaran belanja non-operasional Kemlu dianggarkan dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Demikian juga dengan anggaran Belanja Modal, sehingga realisasi anggarannya diwajibkan memenuhi terlebih dahulu target penerimaannya, yang kemudian pencairannya diperlukan proses yang cukup panjang dan memerlukan waktu.
2)
Kemlu baru mendapatkan penambahan anggaran Belanja Barang NonOperasional (program) dari Kemkeu pada Bulan Maret 2015, sehingga pelaksanaan kegiatan/program Satker Perwakilan RI di Luar Negeri tidak optimal karena harus menunggu proses revisi anggaran.
3)
ABT sebesar Rp.104 milyar untuk Repatriasi WNI di luar negeri baru diterima oleh Ditjen Protkons pada bulan Oktober 2015, sehingga tidak dapat dipergunakan secara maksimal oleh Direktorat Perlindungan WNI/BHI untuk memulangkan para WNI bermasalah di Luar Negeri.
4)
Anggaran perjalanan mutasi bagi 33 (tiga puluh tiga) Duta Besar yang baru, tidak digunakan sama sekali di TA 2015.
5)
Pemberlakuan PMK 164.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri, khususnya Bab IX, Pasal 25 yaitu Pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada Pelaksana Perjalanan Dinas paling cepat 5 (lima) hari kerja sebelum Perjalanan Dinas dilaksanakan, juga mempengaruhi besarnya serapan anggaran di tahun berjalan.
- 28 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED 6)
Anggaran yang telah dialokasikan bagi penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di TA 2015 tidak dapat secara maksimal dimanfaatkan akibat: a) Penurunan jumlah negara peserta KAA yang semula dianggarkan sebanyak 109 negara, namun hanya 70 negara yang ikut serta dalam KAA; b) Biaya tiket (PP) yang disiapkan bagi 48 negara yang termasuk dalam kelompok negara kurang berkembang, dananya hanya terpakai oleh 18 negara.
Sehubungan dengan hal tersebut, guna terus meningkatkan capaian realisasi Kemlu, perlu kiranya ditingkatkan proporsi anggaran rupiah murni Kemlu dibandingkan anggaran PNBP di tahun-tahun mendatang. Peningkatan proporsi anggaran rupiah murni secara tidak langsung akan menjadi suatu dukungan nyata bagi pencapaian kinerja diplomasi Indonesia di Luar Negeri yang berdasarkan kepada kepentingan nasional Republik Indonesia. Belanja Modal sebesar Rp272.880.022.274
B.2.3.
BELANJA MODAL
Pada dasarnya, telah terjadi penurunan realisasi Belanja Modal Kemlu, dari Rp343.421.805.267 atau 84,06% pada TA 2014, menjadi Rp272.880.022.274 atau 68,86% pada akhir TA 2015. Namun, dengan besarnya pagu anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan Belanja Modal Kemlu di TA 2015 sebesar Rp396.269.341.000, secara agregat jumlah serapan pada TA 2015 masih belum optimal. Hal ini secara umum disebabkan oleh beberapa hal berikut: 1) Mayoritas sumber pendanaan belanja modal Kemlu berasal dari PNBP (80%) yang hanya dapat direalisasikan setelah melalui proses panjang, sehingga penyerapan optimal hanya pada triwulan II dan III Tahun Anggaran berjalan (PNBP Triwulan I digunakan pada Triwulan II dan III, sedangkan dana PNBP TW IV (MP ke-5) baru dapat ditransfer ke Perwakilan pada bulan Desember 2015 sehingga menghambat penyerapan anggaran PNBP Triwulan IV dan tidak dapat digunakan secara optimal mengingat sudah mendekati akhir Tahun Anggaran. 2) Pelaksanaan Anggaran di Satker Perwakilan RI di Luar Negeri menggunakan mata uang asing, sehingga dapat dipastikan antara usulan pengadaaan dengan DIPA anggaran yang diberikan selalu mengalami perbedaan akibat selisih kurs. Hal ini terkadang menjadikan belanja modal sulit dilaksanakan karena terjadi kekurangan anggaran. Terlebih lagi, di TA 2015 kurs APBN-P sebesar US $ 1 = Rp12.500 telah berada jauh dari kurs pasar yang ada US $ 1 = Rp13.795 (per 31 Desember 2015), ini mengakibatkan banyak anggaran belanja modal yang menjadi berkurang setelah dikonversi ke mata uang asing US Dollar. 3) Proses pengadaan kendaraan dinas di Perwakilan RI hanya dapat dilakukan dengan metode peremajaan, yang mengharuskan dilakukannya penghapusan kendaraan dinas terlebih dahulu, sehingga cukup sulit dilakukan mengingat tingginya dinamika operasional di Perwakilan RI.
- 29 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED 4) Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di Satker Perwakilan RI di Luar Negeri yang relatif kecil mengakibatkan kekurangan pejabat/staf yang memiliki sertifikat Pengadaan Barang/Jasa di Perwakilan untuk dapat melaksanakan fungsi pengadaan. Rincian Belanja Modal disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 9 Perbandingan Realisasi Belanja Modal 31 Desember 2015 dan 2014
Uraian
31-Des-15
Naik (Turun) %
31-Des-14
Belanja Modal Tanah
Rp
246.738.052 Rp
-
-
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Rp
196.705.286.433 Rp
178.765.958.672
10,04
Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Peralatan dan
Rp
21.406.630
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Rp
63.034.573.186 Rp
157.411.680.314
(59,96)
Belanja Penambahan Nilai Gedung dan Bangunan
Rp
11.351.984.036
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Rp
93.500.000 Rp
88.000.000
6,25
Belanja Modal Lainnya
Rp
1.408.738.937 Rp
7.170.963.281
(80,35)
Belanja Penambahan Nilai Aset Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya
Rp
19.185.000
Jumlah Belanja Bruto
Rp
272.881.412.274 Rp
343.436.602.267
(20,54)
Pengembalian belanja
Rp
1.390.000 Rp
14.797.000
(90,61)
Jumlah Belanja Netto
Rp
272.880.022.274 Rp
343.421.805.267
(20,54)
- 30 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Penjelasan atas PosPos Neraca Aset
C.
Aset Lancar Rp 385.397.597.40 1
C.1.
PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA
ASET ASET LANCAR
Nilai Aset Lancar per 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing adalah sebesar Rp385.397.597.401 dan Rp457.678.776.154. Aset lancar merupakan aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Rincian Aset Lancar Kemlu per 31 Desember 2015 dan 2014 tersaji pada Tabel sebagai berikut: Tabel 10 Rincian Aset Lancar 31 Desember 2015 dan 2014 No
Jenis
31 Desember 2015
1
Kas di Bendahara Pengeluaran
Rp
111.507.998.145 Rp
159.601.809.003
2
Kas di Bendahara Penerimaan
Rp
41.657.654.980 Rp
19.588.607.037
3
Kas Lainnya dan Setara Kas
Rp
85.085.635.340 Rp
126.273.723.177
4
Belanja Dibayar di Muka
Rp
49.784.471.328 Rp
56.573.404.278
5
Piutang Bukan Pajak (Netto)
Rp
51.487.486.524 Rp
48.902.787.292
6
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan TP/TGR (netto)
Rp
301.502.336 Rp
413.270.250
7
Persediaan
Rp
45.572.848.748 Rp
46.325.175.117
Rp
385.397.597.401 Rp
457.678.776.154
TOTAL
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp111.507.998 .145
31 Desember 2014
C.1.1. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp111.507.998.145 dan Rp159.601.809.003. Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggungjawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetorkan ke Kas Negara per tanggal neraca.
- 31 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran per Eselon I tersaji pada tabel sebagai berikut. Tabel 11 Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran per Eselon l 31 Desember 2015 dan 2014 Kode 01
Uraian Eselon I
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Sekretariat Jenderal
Rp
110.444.314.818 Rp
159.266.911.560
- Perwakilan
Rp
111.014.063.612 Rp
159.266.738.781
- Setjen Pusat
Rp
(569.921.573) Rp
-
- Puskom
Rp
- Pusdiklat
Rp
- PTRI ASEAN
Rp
-
Rp
-
02
Ditjen Aspasaf
Rp
-
Rp
-
03
Ditjen Amerop
Rp
-
Rp
-
04
Ditjen KS ASEAN
Rp
- Rp
785.500
05
Ditjen Multilateral
Rp
-
06
Ditjen IDP
Rp
07
Ditjen HPI
Rp
-
Rp
-
08
Ditjen Prot & Kons
Rp
183.150.915
Rp
-
09
Inspektorat Jenderal
Rp
-
Rp
-
11
BPPK
Rp
-
Rp
-
Rp
111.507.998.145
Rp
159.601.809.003
Total
-
Rp
-
172.779 Rp
172.779
Rp
-
880.532.412 Rp
334.111.943
Besarnya nilai nominal Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2015 pada Satker Perwakilan sebesar Rp111.014.063.612, disebabkan karena sisa UP/TUP pada rekening bank di seluruh Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah disetorkan sebelum tanggal pelaporan namun masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat diterima oleh Kas Negara, karena kondisi masing – masing Perwakilan yang berbeda. Terkait dengan sisa UP/TUP pada Satker Perwakilan RI, Kementerian Luar Negeri akan berupaya untuk menelusuri sisa UP/TUP dengan berkoordinasi secara internal di Kementerian Luar Negeri maupun dengan pihak Kementerian Keuangan c.q. KPPN Jakarta I, mengingat metode perhitungan sisa UP/TUP yang berbeda pada Kementerian Luar Negeri maupun pada KPPN Jakarta I (Seksi Verifikasi dan Akuntansi dengan Seksi Pencairan Dana). Satker Ditjen IDP telah melakukan penyetoran kas di Bendahara Pengeluaran pada Kas Negara sebesar Rp880.532.412 pada tanggal 11 Januari 2016. Satker Ditjen Protokol dan Konsuler telah melakukan penyetoran kas di Bendahara Pengeluaran pada Kas Negara sebesar Rp183.150.915 pada tanggal 18 Januari 2016 dengan NTPN 0211 0402 0114 0607. Satker Pusdiklat telah melakukan penyetoran saldo kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp. 172.779 dalam beberapa tahap pada tahun 2014, yaitu : 1. Tanggal 07 Maret 2014 sebesar Rp. 1.044 NTPN 1106061201100510 - 32 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED 2. Tanggal 01 Juni 2014 sebesar Rp. 6.722 NTPN 0109130115000405 3. Tanggal 12 Agustus 2014 sebesar RP. 147.608 NTPN 0804111103000406 yang kemudian dilakukan reklas atas setoran-setoran tersebut pada tanggal 10 Maret 2015. Setoran sebesar Rp. 17.405 disetorkan pada tanggal 22 April 2014 NTPN 0014041512031504, yang kemudian dilakukan reklas atas setoran tersebut pada tanggal 30 April 2015. Kas di Bendahara Penerimaan Rp.41.657.654. 980
C.1.2. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing adalah sebesar Rp.41.657.654.980 dan Rp.19.588.607.037 yang mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak. Saldo kas ini mencerminkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh Bendahara Penerimaan selaku wajib pungut namun belum disetorkan ke Kas Negara per tanggal neraca. Besarnya saldo di Kas di Bendahara Penerimaan pada satker Perwakilan RI di Luar Negeri sebesar Rp.41.657.654.980 disebabkan oleh Satker Perwakilan yang belum menyetorkan dan proses Deposit in Transit Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Satker Perwakilan RI di Luar Negeri yang telah ditransfer ke Pusat sebelum tanggal 31 Desember 2015. Sedangkan saldo di Kas di Bendahara Penerimaan pada satker Setjen Pusat sebesar Rp.551.248 adalah merupakan Jasa Giro yang belum disetorkan ke Negara per tanggal 31 Desember 2015. Saldo Kas di Bendahara Penerimaan lingkup per Eselon I tersaji pada Tabel berikut. Tabel 12 Rincian Kas di Bendahara Penerimaan per Eselon I Per 31 Desember 2015 dan 2014 Kode 01
08
Uraian Eselon I
31 Desember 2014
Sekretariat Jenderal
Rp
41.657.654.980 Rp
19.571.137.037
- Perwakilan
Rp
41.657.103.732 Rp
6.890.730.305
- Setjen Pusat
Rp
551.248 Rp
12.680.406.732
Ditjen Prot & Kons
Rp
- Rp
17.470.000
Rp
41.657.654.980 Rp
19.588.607.037
Total Kas Lainnya dan Setara Kas Rp.85.085.635. 340
31 Desember 2015
C.1.3. KAS LAINNYA DAN SETARA KAS Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing sebesar Rp85.085.635.340 dan Rp126.273.723.177. Kas Lainnya dan Setara Kas merupakan kas berada di bawah tanggungjawab - 33 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED bendahara pengeluaran yang bukan berasal dari UP/TUP, baik saldo rekening di bank maupun uang tunai. Secara umum, akun Kas Lainnya dan Setara Kas terdiri dari dana Kas Besi yang dipinjam oleh Satker Perwakilan untuk digunakan pada akhir tahun anggaran. Tabel 13 Rincian Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran 31 Desember 2015 Satker
Uraian
Nilai (Rp)
Sekretariat Jenderal 1. Rekening Palestina
Rp
10.085.490.490
2. Tahanan Gaji
Rp
-
Bank
Rp
506.924.900
Tunai/Kas
Rp
45.539.400
3. Taspen
Rp
166.068.360
4. Tunjangan Kinerja pegawai bulan Desember
Rp
803.556.120
5. Uang lembur Pegawai bulan Desember
Rp
409.173.000
6. Uang Makan Pegawai bulan Desember
Rp
300.618.000
7. Gaji Dubes yang masih disimpan oleh BP
Rp
1.284.706.000
8. Sisa LS Bendahara untuk BPPR
Rp
46.278.466
Jumlah
Rp
13.648.354.736
Rp
(130.442.400)
KJRI Marseille KBRI Canberra
Kurang Pencatatan
Rp
(285.171.852)
KBRI London
Cicilan BPPR bulan Desember 2015
Rp
94.420.981
KBRI Moscow
Bunga Kas Besi bulan Desember 2015
Rp
2.531.071
Rp
3.024.283
KBRI Ottawa KBRI Oslo
Pendapatan Visa
Rp
(24.519.508)
KBRI Dili
Pendapatan Jasa Giro
Rp
290.661
Pusdiklat
Tahanan Gaji Tahun 2015 & 2014
Rp
782.242.200
Ditjen Multilateral
Tunjangan Kinerja & Uang Makan bulan Des 2015 Rp
619.696.200
KBRI Quito
Kesalahan Pencatatan atas Belanja Internet
Rp
18.482.127
Rp
15.019.483.395
Total
Tabel 14 Perbandingan Kas Lainnya dan Setara Kas 31 Desember 2015 dan 2014 No
Keterangan
31 Desember 2015
1 Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Rp
15,019,483,395 Rp
15,185,868,997
2 Kas Lainnya Reklasifikasi dari Kas Besi
Rp
70,066,151,945 Rp
111,087,854,180
Rp
85,085,635,340 Rp
126,273,723,177
Total
Belanja Dibayar Dimuka
31 Desember 2014
C.1.4. BELANJA DIBAYAR DIMUKA (PREPAID) - 34 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rp.49.784.471. 328
Saldo Belanja Dibayar Dimuka per 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing adalah sebesar Rp49.784.471.328 dan Rp56.573.404.278. Belanja Dibayar Dimuka merupakan hak yang masih harus diterima dari pihak ketiga setelah tanggal Neraca sebagai akibat dari telah dibayarkannya secara penuh belanja dan membebani anggaran tahun anggaran berjalan, namun barang atau jasa belum diterima. Rincian Belanja Dibayar Dimuka pada Tabel 15. Tabel 15 Rincian Belanja Dibayar Dimuka TA 2015 NO
1
Piutang Bukan Pajak Rp.52.562.787. 773
Uraian Eselon I Sekretariat Jenderal
Jenis Transaksi Belanja Pegawai Dibayar Dimuka Belanja Barang Dibayar Di Muka Belanja Modal Dibayar Di Muka JUMLAH
Jumlah Rp Rp Rp Rp
1.306.187.283 44.974.282.372 3.504.001.673 49.784.471.328
C.1.5. PIUTANG BUKAN PAJAK Nilai Piutang Bukan Pajak per tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing sebesar Rp52.562.787.773 dan Rp52.028.280.204 yang merupakan hak atau pengakuan pemerintah atas uang atau jasa terhadap pelayanan yang telah diberikan dan belum diselesaikan pembayarannya atau serah terimanya pada akhir tahun anggaran per tanggal Neraca. Rincian Piutang Bukan Pajak pada Kementerian Luar Negeri per 31 Desember 2015 tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16 Rincian Piutang Bukan Pajak - 35 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED TA 2015 dan TA 2014
Kode
Uraian Eselon I
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Naik/Turun
01 Sekretariat Jenderal Rp 52.549.475.818 Rp 52.013.468.249 Rp
536.007.569
- Perwakilan
Rp 48.188.764.659 Rp 47.652.757.090 Rp
- Setjen Pusat
Rp
4.360.711.159 Rp
4.360.711.159 Rp
-
- Puskom
Rp
- Rp
- Rp
-
- Pusdiklat
Rp
- Rp
- Rp
-
- PTRI ASEAN
Rp
- Rp
- Rp
-
02 Ditjen Aspasaf
Rp
- Rp
- Rp
-
03 Ditjen Amerop
Rp
- Rp
- Rp
-
04 Ditjen KS ASEAN
Rp
- Rp
- Rp
-
05 Ditjen Multilateral
Rp
- Rp
- Rp
-
06 Ditjen IDP
Rp
13.311.955 Rp
14.811.955 Rp
(1.500.000)
07 Ditjen HPI
Rp
- Rp
- Rp
-
08 Ditjen Prot & Kons
Rp
- Rp
- Rp
-
09 Inspektorat Jenderal Rp
- Rp
- Rp
-
11 BPPK
- Rp
- Rp
-
Rp 52.562.787.773 Rp 52.028.280.204 Rp
534.507.569
Total
Rp
536.007.569
Tabel 17 Rincian Piutang Bukan Pajak per Transaksi Per 31 Desember 2015 No
Uraian
31 Desember 2015
1
Saldo tiket mutasi perjalanan dinas Home Staff
Rp
4.360.711.159
2
Saldo Tagihan Pihak Ketiga Lainnya
Rp
13.311.955
3
Saldo cicilan BPPR Home Staff
Rp
48.188.764.659
Rp
52.562.787.773
TOTAL
Nilai Piutang Bukan Pajak TA 2015 terdiri dari: 1. Saldo tiket mutasi perjalanan dinas home staff (periode September 2010 sampai dengan Juni 2011) sebesar Rp4.360.711.159. Terdapat mutasi kurang sebesar Rp1.829.771.228 yang merupakan akumulasi dari koreksi nilai dan pelunasan hingga 31 Desember 2015. 2. Saldo Tagihan Pihak Ketiga Lainnya pada Satker Direktorat Jenderal IDP sebesar Rp13.311.955. - 36 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED 3. Saldo cicilan BPPR Home Staff sebesar Rp48.188.764.659. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Piutang Bukan Pajak Rp(1.075.301.2 49)
C.1.6. PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH - PIUTANG BUKAN PAJAK Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp(1.075.301.249) dan (Rp3.125.492.912). Tabel 18 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak Per 31 Desember 2015 NO 1 2 3
Piutang Bukan Pajak (Netto) Rp51.487.486. 524
PENYISIHAN PIUTANG BUKAN PAJAK
URAIAN Selisih Lumpsum Tiket Tagihan IDP BPPR Total
Rp Rp Rp Rp
(794.429.200) (66.560) (280.805.489) (1.075.301.249)
C.1.7. PIUTANG BUKAN PAJAK (NETTO) Piutang Bukan Pajak (Netto) merupakan hasil pengurangan Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2015 dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2015. Tabel 19 Perbandingan Piutang Bukan Pajak (Netto) 31 Desember 2015 dan 2014 No 1
Jenis Piutang Bukan Pajak (Netto) Total
Bagian Lancar Tagihan TP/TGR Rp.28.267.913. 836
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Rp
51.487.486.524
Rp
48.902.787.292
Rp
51.487.486.524
Rp
48.902.787.292
C.1.8. BAGIAN LANCAR TAGIHAN TUNTUTAN TUNTUTAN GANTI RUGI (TP/TGR)
PERBENDAHARAAN
/
Saldo Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) per tanggal 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp28.267.913.836 dan Rp34.999.067.716. Bagian Lancar Tagihan TP/TGR merupakan Tagihan TP/TGR yang belum diselesaikan pada tanggal Neraca yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan atau kurang. Rincian Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) per tanggal 31 Desember 2015 tersaji pada Tabel 20.
Tabel 20 - 37 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rincian Bagian Lancar Tagihan TP/TGR Per 31 Desember 2015 dan 2014 No
Uraian
1
Bagian Lancar Tagihan TP/TGR Total
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Rp
28.267.913.836
Rp
34.999.067.716
Rp
28.267.913.836
Rp
34.999.067.716
Sedangkan mutasi Bagian Lancar TP/TGR pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 21 Rincian Mutasi Bagian Lancar Tagihan TP/TGR TA 2015 Saldo per 31 Desember 2014
Rp34,999,067,716
Mutasi TA 2015: - TP/TGR
(Rp6,731,153,880)
Saldo per 31 Desember 2015
Rp28,267,913,836
Mutasi kurang sebesar Rp.6.731.153.880 merupakan penyelesaian atas kasus kerugian negara pada tahun 2015. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Bag. Lancar TP/TGR Rp(27.966.411. 500)
C.1.9. PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH-BAGIAN LANCAR TAGIHAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN/TUNTUTAN GANTI RUGI (TP/TGR) Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar minus Rp27.966.411.500 dan minus Rp34.585.797.466 yang merupakan estimasi atas ketidak tertagihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang ditentukan oleh kualitas masing-masing piutang jumlah penagihan yang telah dilakukan TPKN kepada tergugat. Rangkuman Perhitungan Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) tersaji pada Tabel 22.
Tabel 22 - 38 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rincian Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) Debitur Kualitas Nilai Piutang Nilai Penyisihan Jumlah Debitur % Wilayah ASIA Lancar 3,275,652.92 0.50% 16,378.26 7 Kurang Lancar 137,950,133.22 10.00% 13,795,013.32 10 Diragukan 166,249,063.00 50.00% 83,124,531.50 2 Macet 26,052,359,255.14 100.00% 26,052,359,255.14 27 Wilayah EROPA Lancar 0.00 0.50% 0.00 0 Kurang Lancar 0.00 10.00% 0.00 0 Diragukan 0.00 50.00% 0.00 0 Macet 465,124,692.74 100.00% 465,124,692.74 9 Wilayah AFRIKA DAN TIMUR TENGAH Lancar 621,361.29 0.50% 3,106.81 1 Kurang Lancar 0.00 10.00% 0.00 0 Diragukan 0.00 50.00% 0.00 0 Macet 630,769,163.45 100.00% 630,769,163.45 14 Wilayah AMERIKA DAN PASIFIK Lancar 81,864,199.81 0.50% 409,321.00 102 Kurang Lancar 9,878,085.00 10.00% 987,808.50 2 Diragukan 0.00 50.00% 0.00 0 Macet 719,822,229.48 100.00% 719,822,229.48 10 TOTAL 28,267,913,836.04 27,966,411,500.20 184 Rincian Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran yang disajikan per Eselon I, kualitas piutang, jumlah debitur, nilai piutang, dan nilai penyisihan piutang dirinci dalam lampiran laporan keuangan ini. Bagian Lancar Tagihan TP/TGR (Netto) Rp301.502.336
C.1.10. BAGIAN LANCAR TAGIHAN /TUNTUTAN GANTI RUGI (NETTO)
TUNTUTAN
PERBENDAHARAAN
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto) per 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing adalah sebesar Rp.301.502.336 dan Rp.413.270.250. Bagian Lancar tagihan TP/TGR (netto) merupakan hasil pengurangan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2015 dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih–Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2015. Tabel 23 Perbandingan Bagian Lancar Tagihan (Netto) TP/TGR TA 2015 dan TA 2014 No 1
Persediaan Rp45.572.848. 748
Jenis
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Naik/Turun
%
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar TP/TGR
Rp
301.502.336 Rp
413.270.250 Rp
(111.767.914)
(27,045)
Total
Rp
301.502.336 Rp
413.270.250 Rp
(111.767.914)
(27,045)
C.1.11. PERSEDIAAN Nilai Persediaan per 31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing adalah sebesar Rp45.572.848.748 dan Rp46.325.175.117. Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan - 39 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED (supplies) pada tanggal Neraca yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional dan untuk dijual, dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Rincian Persediaan per 31 Desember 2015 dan 2014 tersaji pada Tabel 25. Tabel 24 Perbandingan Persediaan 31 Desember 2015 dan 2014 No 1
Jenis
31 Desember 2015
Persediaan Total
31 Desember 2014
Rp
45.572.848.748
Rp
46.325.175.117
Rp
45.572.848.748
Rp
46.325.175.117
Nilai Persediaan merupakan nilai Persediaan dikurangi dengan nilai Persediaan yang belum diregister. Rincian persediaan per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 25 Rincian Persediaan 31 Desember 2015 dan 2014 Persediaan
TH 2015
Barang Konsumsi Amunisi Bahan untuk Pemeliharaan Suku Cadang Pita Cukai, Materai dan Leges Hewan dan Tanaman untuk dijual atau diserahkan Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan Aset Tetap Lainnya untuk diserahkan kepada Masyarakat Aset Lain-Lain untuk diserahkan kepada Masyarakat Barang Persediaan Lainnya untuk Dijual/Diserahkan Bahan Baku Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga - jaga Persediaan Lainnya Jumlah
Aset Tetap Rp13.341.508.29 3.917
TH 2014
23.246.924.868 2.265.471.085 52.808.280 62.033.527 17.536.796 97.503.442 19.191.614.610 45.812.501 124.539.600 468.604.039
21.436.705.021 2.037.525.681 70.807.179 18.551.605 18.465.622 34.083.010 22.082.233.757 67.956.745 161.120.987 397.725.510
45.572.848.748
46.325.175.117
Untuk seluruh jumlah rincian persediaan terlampir di dalam lampiran. C.2. ASET TETAP Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2015 Rp13.341.508.293.917 dan Rp13.400.148.009.258,
dan
2014
adalah
sebesar
Aset tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan dan digunakan dalam kegiatan operasional entitas. Perbandingan Aset Tetap Kementerian Luar Negeri per 31 Desember 2015 dan 2014 tersaji pada Tabel berikut ini: Tabel 26 Perbandingan Aset Tetap 31 Desember 2015 dan 2014
- 40 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED No.
1 Tanah 2 Peralatan dan Mesin
Naik/Turun
31 Desember 2014
%
Rp Rp
10.350.689.391.155 Rp 1.488.806.440.928 Rp
10.352.695.391.155 Rp 1.371.180.061.931 Rp
(2.006.000.000) 117.626.378.997
(0,02) 8,58
3 Gedung dan Bangunan Rp
5.727.660.351.825 Rp
5.667.230.049.151 Rp
60.430.302.674
1,07
Rp Rp Rp Rp Rp
40.268.701.330 1.110.118.247 4.785.889.163 90.080.284.466 14.766.617.490
40.268.701.330 1.110.118.247 4.692.389.163 89.711.917.802 7.738.461.384
Rp Rp Rp Rp Rp
93.500.000 368.366.664 7.028.156.106
1,99 0,41 90,82
Rp
(4.376.659.500.687) Rp
(4.134.479.080.905) Rp
(242.180.419.782)
5,86
Rp
13.341.508.293.917 Rp
13.400.148.009.258 Rp
(58.639.715.341)
(0,44)
4 Jalan dan Jembatan 5 Irigasi 6 Jaringan 7 Aset Tetap Lainnya 7 KDP Akumulasi 8 Penyusutan Jumlah Tanah Rp10.350.689.39 1.155
31 Desember 2015
Uraian
Rp Rp Rp Rp Rp
C.2.1. TANAH Nilai aset tetap berupa Tanah yang dimiliki Kementerian Luar Negeri per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp10.350.689.391.155 dan Rp10.352.695.391.155. Terdapat penurunan sebesar Rp2.006.000.000, hal ini terjadi disebabkan karena kesalahan akun pada perwakilan Mumbai yang sebenarnya diperuntukan untuk renovasi gedung. Rincian aset Tanah secara detail per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 disajikan dalam lampiran laporan keuangan ini. Sedangkan penambahan dan pengurangan nilai Tanah adalah sebagai berikut: Tabel 27 Rincian Mutasi Tanah TA 2015
Saldo per 31 Desember 2014 Mutasi Tambah: - Reklasifikasi Masuk - Pengembangan Nilai Aset - Pengembangan Melalui KDP - Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+) Mutasi Kurang: - Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-) - Reklasifikasi Keluar - Koreksi Pencatatan
Saldo per 31 Desember 2015
Rp10.352.695.391.155 9.071.278.301
(11.077.278.301)
Rp10.350.689.391.155
Nilai aset tetap berupa tanah yang dimiliki Kementerian Luar Negeri per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah sebesar Rp10.350.689.391.155 dan Rp10.352.695.391.155. Penurunan nilai Tanah karena adanya transaksi Reklasifikasi Masuk/Keluar pada KBRI Kopenhagen yang merupakan perbaikan kodefikasi barang sedangkan pada KBRI Manila dilakukan transaksi reklasifikasi keluar dikarenakan adanya koreksi pencatatan aset berupa tanah yang bukan Barang Milik Negara (BMN) . Peralatan dan Mesin Rp1.488.806.4 40.928
C.2.2. PERALATAN DAN MESIN Saldo Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah sebesar Rp1.488.806.440.928 dan Rp1.371.180.061.931. - 41 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Kenaikan nilai Peralatan dan Mesin tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 28 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin 31 Desember 2015 dan 2014 Saldo per 31 Desember 2014
Rp
1.371.180.061.931
Mutasi tambah:
Penambahan Saldo Awal Pembelian Transfer Masuk Hibah (Masuk) Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP Pembatalan Penghapusan Reklasifikasi Masuk Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset Tetap Pengembangan Nilai Aset Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
2.120.210.808 147.685.265.799 735.704.350 568.100.000 20.089.085.899 161.250.000 2.866.396.787 305.580.591 194.347.467 20.693.418
Mutasi kurang:
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-) Penghapusan Transfer Keluar Reklasifikasi Keluar Koreksi Pencatatan Usulan Barang Rusak Berat ke Pengelola Penghapusan semu karena reklasifikasi Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
(13.452.473.828) (2.260.750.174) (738.061.100) (3.369.427.391) (250.915.122) (1.801.245.011) (3.000) (35.247.380.496)
Saldo per 30 Juni 2015 Rp 1.488.806.440.928 Untuk seluruh rincian Peralatan dan Mesin terlampir di dalam lampiran.
Gedung dan Bangunan Rp5.727.660.3 51.825
C.2.3. GEDUNG DAN BANGUNAN Nilai Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp5.727.660.351.825 dan Rp5.667.230.049.151.
Mutasi Gedung dan Bangunan per tanggal pelaporan adalah sebagai berikut: Tabel 29 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan 31 Desember 2015 dan 2014
- 42 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Saldo per 31 Desember 2014 Mutasi tambah: Penambahan Saldo Awal Pembelian Reklasifikasi Masuk Pengembangan Nilai Aset Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+) Mutasi kurang: Penghapusan Reklasifikasi Keluar Koreksi Pencatatan Saldo per 31 Desember 2015
Rp
5.667.230.049.151
Rp Rp Rp Rp Rp
12.641.157.826 30.278.356.479 10.752.203.912 15.388.811.960 4.437.586.538
Rp Rp Rp
(1.969.966.957) (10.606.386.395) (491.460.689) Rp5.727.660.351.825
Transaksi penambahan aset berupa Gedung dan Bangunan berasal dari transaksi Penambahan Saldo Awal, Pembelian dan Reklasifikasi Masuk pada Satuan Kerja Sekretariat Jenderal, KBRI Cairo, KBRI Yangon, KBRI Singapura, KBRI Canberra, KBRI Kabul, KBRI New Delhi, KBRI Kiev, KBRI Manila dan KBRI Kopenhagen, sedangkan pengurangan merupakan transaksi Penghapusan, Reklasifikasi Keluar dan Koreksi Pencatatan pada KBRI Cairo, KBRI Kopenhagen dan KBRI Roma. Untuk rincian nilai penambahan dan pengurangan aset terlampir di dalam lampiran. Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp46.164.708. 740
C.2.4. JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp46.164.708.740 dan Rp46.071.208.740. Pada tahun 2015 terjadi mutasi tambah sebesar Rp93.500.000 yang merupakan penambahan jaringan kabel telepon pada Satuan Kerja Protokol dan Konsuler serta ruangan One Day Service (ODS). Mutasi transaksi terhadap Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada tanggal pelaporan adalah sebagai berikut: Tabel 30 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan 31 Desember 2015
Saldo per 31 Desember 2014 Mutasi Tambah: Pembelian Mutasi Kurang: Saldo per 31 Desember 2015 Aset Tetap Lainnya Rp90.080.284. 466
Rp
46.071.208.740
Rp
93.500.000
Rp46.164.708.740
C.2.5. ASET TETAP LAINNYA Saldo Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah Rp90.080.284.466 dan Rp89.711.917.802, yang merupakan Aset Tetap yang tidak dapat dikelompokkan dalam Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, - 43 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Jalan, Irigasi dan Jaringan. Aset tetap tersebut berupa barang bercorak kesenian dan bahan perpustakaan. Mutasi transaksi terhadap Aset Tetap Lainnya pada tanggal pelaporan adalah sebagai berikut: Tabel 31 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya TA 2015 dan TA 2014
Saldo per 31 Desember 2014 Mutasi Tambah: Penambahan Saldo Awal Pembelian Transfer Masuk Reklasifikasi Masuk Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
Rp
89.711.917.802
Rp Rp Rp Rp Rp
13.035.000 431.306.664 171.067.313 10.250.000 76.038.958
Mutasi Kurang: Penghapusan Reklasifikasi Keluar Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
Rp Rp Rp
(3.465.449,00) (10.250.000,00) (319.615.822)
Saldo per 31 Desember 2015
Rp
90.080.284.466
Untuk perincian aset tetap lainnya terlampir di dalam lampiran. Konstruksi dalam Pengerjaan Rp14.766.617. 490
C.2.6. KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (KDP) Saldo konstruksi dalam pengerjaan per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp14.766.617.490 dan Rp7.738.461.384. KDP tersebut antara lain : Tabel 32 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya TA 2015 dan TA 2014
Perwakilan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jumlah KDP Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Sekretariat Jenderal KBRI Berlin KBRI Kabul KBRI Kuala Lumpur KBRI Abuja KBRI London KJRI New York KBRI Tokyo
Total Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp(4.376.659.5 00.687)
2.416.765.341 2.898.765.129 2.346.892.792 42.971.401 3.937.660.601 1.123.204.115 1.465.110.940 535.247.171 14.766.617.490
C.2.7. AKUMULASI PENYUSUTAN ASET TETAP Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 30 Desember 2015 dan 2014 masingmasing adalah sebesar Rp(4.376.659.500.687) dan Rp(4.134.479.080.905).
- 44 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Akumulasi Penyusutan Aset Tetap merupakan kontra akun Aset Tetap yang disajikan berdasarkan pengakumulasian atas penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat Aset Tetap selain untuk Tanah dan Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP). Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2015 tersaji pada tabel berikut. Tabel 33 Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap TA 2015
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Piutang Jangka Panjang
C.3.
Aset Tetap Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan dan Jembatan Irigasi Jaringan Aset Tetap dalam Renovasi Aset Tetap Lainnya Konstruksi Dalam Pengerjaan Jumlah
Rp
Nilai BMN Akm. Penyusutan 10.350.689.391.155 0 Rp 1.488.806.440.928 1.046.260.650.331 Rp 5.727.660.351.825 3.283.728.879.035 Rp 40.268.701.330 40.098.112.315 Rp 1.110.118.247 354.994.749 Rp 4.785.889.163 827.530.526 Rp 2.103.601.318 171.067.313 Rp 87.976.683.148 5.218.266.418 Rp 14.766.617.490 0 Rp 13.294.266.361.852 Rp 4.376.659.500.687 Rp
Nilai Buku 10.350.689.391.155 442.545.790.597 2.443.931.472.790 170.589.015 755.123.498 3.958.358.637 1.932.534.005 82.758.416.730 14.766.617.490 13.341.508.293.917
PIUTANG JANGKA PANJANG
C.3.1. TUNTUTAN PERBENDAHARAAN/TUNTUTAN GANTI RUGI (TP/TGR) Tagihan Tuntutan Perbendaharaa n Rp1.009.523.0 33
Posisi nilai tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp1.009.523.033 dan nilai tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) per 31 Desember 2014 sebesar Rp832.025.840 Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan kepada Bendahara akibat kelalaiannya atau tindakannya yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian negara. Sedangkan Tuntutan Ganti Rugi adalah tagihan kepada pegawai bukan bendahara untuk penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara karena kelalaiannya.
Ringkasan perhitungan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) disajikan pada tabel berikut: Tabel 34 Rincian Tagihan TP/TGR - 45 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED 31 Desember 2015 No 1 2 3 4
Debitur Wilayah Asia Wilayah Eropa Wilayah Afrika dan Timur Tengah Wilayah Amerika dan Pasifik Jumlah
Jumlah 37,360,912 1,864,084 970,298,037 1,009,523,033
Sedangkan mutasi Tagihan TP/TGR pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 35 Rincian Mutasi Tagihan TP/TGR 31 Desember 2015 dan 2014 Saldo per 31 Desember 2014 Rp832.025.840 Mutasi Lebih: - TP/TGR Rp177.497.193 Saldo per 31 Desember 2015 Rp1.009.523.033 Mutasi sebesar Rp177.497.193 merupakan penambahan atas kasus kerugian negara pada tahun 2015. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Tuntutan Perbendaharaa n Rp(7.165.284)
C.3.2. PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH-TP/TGR Saldo Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) antara 31 Desember 2015 dan 2014, yaitu sebesar Rp(7.165.284) dan Rp(6.073.190). Nilai tersebut merupakan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih atas Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca yang disajikan sebagai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-TP/TGR. Penyisihan ini dicadangkan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201 Tahun 2010 tentang Kualitas Piutang dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih Pada Kementerian Negara/Lembaga. Mekanisme perhitungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku disajikan dalam lampiran pada Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri.
Tabel 36 Rincian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih TP/TGR TA 2015
- 46 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Debitur Wilayah ASIA
Wilayah EROPA
Wilayah AFRIKA DAN TIMUR TENGAH
Wilayah AMERIKA DAN PASIFIK
TOTAL
Tagihan Tuntutan Perbendaharaa n/Tuntutan Ganti Rugi (netto) Rp1.002.357.7 49
Kualitas Nilai Piutang % Lancar 15,069,662.08 Kurang Lancar 22,291,250.00 Diragukan 0.00 Macet 0.00 Lancar 0.00 Kurang Lancar 0.00 Diragukan 0.00 Macet 0.00 Lancar 1,864,083.86 Kurang Lancar 0.00 Diragukan 0.00 Macet 0.00 Lancar 970,298,036.59 Kurang Lancar 0.00 Diragukan 0.00 Macet 0.00 1,009,523,032.54
Nilai Penyisihan Jumlah Debitur 0.50% 75,348.31 8 10.00% 2,229,125.00 7 50.00% 0.00 0 100.00% 0.00 0 0.50% 0.00 10 10.00% 0.00 0 50.00% 0.00 0 100.00% 0.00 0 0.50% 9,320.42 1 10.00% 0.00 0 50.00% 0.00 0 100.00% 0.00 0 0.50% 4,851,490.18 58 10.00% 0.00 0 50.00% 0.00 0 100.00% 0.00 0 7,165,283.91 84
C.3.3. TAGIHAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN/TUNTUTAN GANTI RUGI (NETTO) Nilai Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) Netto per 31 Desember 2015 menjadi sebesar Rp1.002.357.749 setelah dikurangi dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih–TP/TGR. Nilai Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (netto) per 31 Desember 2014 sebesar Rp825.952.650.
Aset Lainnya Rp648.880.529 .845
C.4. ASET LAINNYA Saldo Aset Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah Rp648.880.529.845 dan Rp462.868.440.309 yang merupakan aset yang tidak dapat dikelompokkan baik ke dalam Aset Lancar maupun Aset Tetap. Rincian Saldo Aset Lainnya pada tanggal pelaporan tersaji pada tabel berikut: Tabel 37 Rincian Aset Lainnya 31 Desember 2015 dan 2014 No. 1 2 3 4 5
Uraian
2015
Aset Tak Berwujud Dana Cadangan Perwakilan RI di Luar Negeri Aset Lain-Lain Aset Lainnya dari Reklasifikasi UP/TUP Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya Jumlah
Aset Tak Berwujud Rp54.327.494. 132
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
54.327.494.132 546.301.755.211 105.770.506.324 3.625.911.878 (61.145.137.700) 648.880.529.845
2014 Rp Rp Rp Rp Rp Rp
29.705.738.736 380.152.014.135 84.571.780.676 19.860.027.767 (51.421.121.005) 462.868.440.309
C.4.1. ASET TAK BERWUJUD Saldo Aset Tak Berwujud (ATB) per 31 Desember 2015 dan 2014 adalah Rp54.327.494.132 dan Rp29.705.738.736. Aset Tak Berwujud merupakan aset - 47 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED yang dapat diidentifikasi dan dimiliki, tetapi tidak mempunyai wujud fisik. Aset Tak Berwujud pada lingkup Kementerian Luar Negeri berupa software yang digunakan untuk menunjang operasional kantor. Adapun rincian ATB per 31 Desember 2015 tersaji pada Tabel 38. Tabel 38 Rincian Aset Tak Berwujud TA 2015 dan TA 2014 No
Uraian
31 Desember 2015
31 Desember 2014
1
Hak Cipta
Rp
85,704,342
Rp
85,704,342
2
Software
Rp
53,240,074,265
Rp
28,858,472,732
3 4
Lisensi
Rp Rp
385,531,379 616,184,146
Rp Rp
372,276,379 389,285,283
Rp
54,327,494,132
Rp
29,705,738,736
Aset Tak Berwujud Lainnya Jumlah
Sedangkan mutasi Aset Tak Berwujud TA 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 39 Rincian Mutasi Aset Tak Berwujud TA 2015 Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 Mutasi tambah: Penambahan Saldo Awal Pembelian Pengembangan Nilai Aset Mutasi kurang: Penghapusan Koreksi Pencatatan Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
9.350.000 24.480.837.659 146.729.605 (6.304.926) (2.537.233) (6.319.709)
Saldo per 31 Desember 2015
Dana Cadangan Perwakilan RI di Luar Negeri Rp546.301.755 .211.
29.705.738.736
54.327.494.132
C.4.2. DANA CADANGAN PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI Dana Cadangan Perwakilan RI di Luar Negeri merupakan saldo dana Kas Besi Perwakilan RI di luar negeri pada akhir tahun anggaran 2015 dan 2014, dengan besaran masing-masing sebesar Rp546.301.755.211 dan Rp380.152.014.135. Tabel 40 Perbandingan Dana Cadangan Perwakilan RI di Luar Negeri 31 Desember 2015 dan 2014 NO
1
JENIS Dana Cadangan Perwakilan di Luar Negeri TOTAL
2015
2014
Rp
546.301.755.211 Rp
380.152.014.135
Rp
546.301.755.211 Rp
380.152.014.135
Saldo Kas Besi di atas merupakan saldo berdasarkan Bank Statement per 31 Desember 2015 masing-masing Satker Perwakilan RI di luar Negeri dengan menggunakan kurs tengah BI. Pencatatan Kas Besi Perwakilan RI di Luar Negeri disajikan dalam akun 163211 (Kas Besi Perwakilan). - 48 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Terkait penggunaannya, dana Kas Besi dipergunakan untuk keperluan berjaga-jaga pada Perwakilan RI apabila Uang Persediaan (UP) belum diterima atau mengalami keterlambatan dan untuk mengatasi keadaan darurat (evakuasi, perlindungan WNI, dll). Penggunaannya terutama pada belanja yang sifatnya mengikat, seperti belanja pegawai home staff dan local staff, belanja daya dan jasa, belanja sewa gedung kantor Perwakilan, dan belanja lain-lain kedinasan yang sifatnya mengikat. Jumlah Pagu Kas Besi yang telah ditetapkan melalui Surat Menteri Keuangan untuk 119 Perwakilan adalah sebesar US$.43.447.783,03, dan yang tercatat dalam Aplikasi SIMKEU adalah sebesar US$44.115.836,57 sehingga terdapat selisih sebesar US$.668.053,54 untuk 12 Perwakilan RI di Luar Negeri, yaitu: N O
PERWAKILAN
PAGU SESUAI SURAT MENKEU
PAGU SESUAI SIMKEU
SELISIH
1
KJRI Cape Town
$240,000.00
$239,458.61
-$541.39
2
KJRI Chicago
$186,000.00
$477,000.00
$291,000.00
3
KBRI Dili
$192,000.00
$189,000.00
-$3,000.00
4
KBRI Doha
$247,000.00
$243,576.25
-$3,423.75
5
KJRI Dubai
$265,493.92
$265,457.25
-$36.67
6
KJRI Hamburg
$328,000.00
$329,000.00
$1,000.00
7
KBRI Havana
$300,000.00
$260,167.70
-$39,832.30
8
KJRI Houston
$378,000.00
$678,000.00
$300,000.00
9
KJRI Jeddah
$370,000.00
$400,000.00
$30,000.00
10
KBRI Lima
$155,000.00
$252,857.09
$97,857.09
11
KBRI Lisabon
$356,000.00
$351,000.00
-$5,000.00
12
KBRI Suva
$225,596.44
$225,627.44
$31.00
Atas perbedaan pagu Kas Besi tersebut, Sekretariat Jenderal akan segera melakukan rekonsiliasi dan koordinasi dengan Perwakilan dan Kementerian Keuangan. sehingga diharapkan dapat diketahui penyebab perbedaan berikut dasar hukumnya Sementara itu saldo Kas Besi per 31 Desember 2015 berdasarkan Bank Statement adalah sebesar US$39.601.432 atau ekuivalen Rp.546.301.755.211 (berdasarkan kurs tengah BI per 31 Desember 2015 US$1 = Rp.13.795). Dengan demikian terdapat selisih antara jumlah Kas Besi pada Aplikasi SIMKEU dengan Bank Statement sebesar US$4.514.404,57 (US$44.115.836,57 - US$39.601.432) atau equivalen Rp62.276.211.043,15. Selisih tersebut disebabkan adanya penggunaan Dana Kas Besi oleh Perwakilan RI untuk pengeluaran-pengeluaran yang sesuai dengan ketentuan dan peruntukannya seperti PFK Minus, BPPR Minus, BPJ Minus yang sifatnya mengikat dan akan dilakukan penggantian apabila anggaran UP/TUP Perwakilan telah diterima. Terlampir rincian Kas Besi Perwakilan RI di luar negeri.
Aset Lain-Lain Rp105.770.506 .324
C.4.3. ASET LAIN-LAIN Saldo Aset Lain-lain per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah Rp105.770.506.324 dan Rp84.571.780.676.
- 49 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Aset Lain-lain terdiri dari Deposito Sewa Gedung dan Barang Milik Negara (BMN) yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi digunakan dalam operasional lingkup Kementerian Luar Negeri serta dalam proses penghapusan dari BMN. Pemberlakukan Sistem Akuntansi Basis Akrual pada Kementerian Luar Negeri menjadikan Deposito Sewa Gedung masuk dalam akun Aset Lain – lain (sebelumnya termasuk dalam kategori Piutang Bukan Pajak). Adapun rincian Aset Lain - lain per 31 Desember 2015 tersaji pada Tabel 42. Tabel 41 Mutasi Aset Lain-lain TA 2015
Saldo per 31 Desember 2014
Rp
84.571.780.676
Rp
35.573.316.027
Penghapusan (BMN yang dihentikan)
Rp
(3.488.320.947)
Koreksi Pencatatan (BMN yang dihentikan)
Rp
(254.202.625)
Usulan Barang Rusak Berat ke Pengelola
Rp
(22.607.957.157)
Usulan Barang Hilang ke Pengelola
Rp
(29.066.658)
Penggunaan kembali BMN yang sudah dihentikan
Rp
(305.580.591)
Saldo per 31 Desember 2015
Rp
93.459.968.725
Mutasi tambah: Reklasifikasi Dari Aset Tetap ke Aset Lainya Mutasi kurang:
Tabel 42 Rincian Aset Lain-lain TA 2015 dan TA 2014 No 1 2
Aset Lainnya dari Reklasifikasi UP/TUP sebesar Rp3.625.911.8 78
Uraian Aset Lain-lain Aset Tetap yang Tidak Digunakan dalam Operasi Pemerintah Jumlah
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Rp 12.310.537.599
(Rp 124.945.000)
Rp 93.459.968.725
Rp 84.696.725.676
Rp105.770.506.324
Rp 84.571.780.676
C.4.4. ASET LAINNYA DARI REKLASIFIKASI UP/TUP Saldo Aset Lainnya dari Reklasifikasi UP/TUP per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah Rp3.625.911.878 dan Rp19.860.027.767
- 50 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tabel 43 Perbandingan Aset Lainnya dari Reklasifikasi UP/TUP TA 2015 dan TA 2014 No
Jenis
31 Desember 2015
1 Aset Lainnya dari Reklasifikasi UP/TUP Total
31 Desember 2014
Rp
3.625.911.878 Rp
19.860.027.767
Rp
3.625.911.878 Rp
19.860.027.767
Tabel 44 Rincian Aset Lainnya dari Reklasifikasi UP/TUP TA 2015 dan TA 2014 No
Jenis
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Kenaikan/penurunan
1 PFK Minus
Rp
2.998.785.405 Rp
12.071.566.166 Rp
(9.072.780.761)
2 BPJ Minus
Rp
658.803.725 Rp
5.124.273.345 Rp
(4.465.469.620)
3 BPPR Minus
Rp
(31.677.252) Rp
2.664.188.256 Rp
(2.695.865.508)
Rp
3.625.911.878 Rp
19.860.027.767 Rp
(16.234.115.889)
Total
Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri telah melakukan pembahasan bersama Kementerian Keuangan untuk menyediakan akun khusus PFK Minus, BPPR dan BPJ Minus. Selain itu, Kementerian Luar Negeri telah menyampaikan ke Kementerian Keuangan melalui surat Nomor 06907/KU/05/2013/20 tanggal 28 Maret 2013 perihal Kas di Bendahara Pengeluaran Kementerian Luar Negeri. Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan telah menanggapi melalui surat Nomor: S-2951/PB/2013 tanggal 24 April 2013 perihal Pemecahan Akun 166311. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat penambahan 3 (tiga) akun baru yaitu: Aset Lainnya Reklasifikasi dari Kas di Bendahara Pengeluaran – PFK Minus (166311); Aset Lainnya Reklasifikasi dari Kas di Bendahara Pengeluaran – BPPR Minus (166312); dan Aset Lainnya Reklasifikasi dari Kas di Bendahara Pengeluaran – BPJ Minus (166313). Akumulasi Penyusutan/Am ortisasi Aset Lainnya Rp(61.145.137. 700)
C.4.5. AKUMULASI PENYUSUTAN/AMORTISASI ASET LAINNYA Nilai Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp(61.145.137.700) dan Rp(51.421.121.005). Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya merupakan Penyusutan Aset yang tidak digunakan dalam operasional pemerintahan.
Kewajiban
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek Rp162.988.902 .362
C.5. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Nilai Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2015 dan 2014 tersaji sebesar - 51 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rp162.988.902.362 dan Rp224.460.470.165. Kewajiban Jangka Pendek merupakan kelompok kewajiban yang diharapkan segera diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Penerapan Sistem Akuntansi Basis Akrual pada Kementerian Luar Negeri menjadikan Saldo Pendapatan yang Ditangguhkan masuk dalam kategori Ekuitas. Selain itu, terdapat tambahan akun Hibah yang Belum Disahkan dan Pendapatan Diterima Dimuka dalam kategori Kewajiban Jangka Pendek. Rincian Kewajiban Jangka Pendek tersaji pada Tabel 45. Tabel 45 Rincian Kewajiban Jangka Pendek 31 Desember 2015 dan 2014 No
Aset Lancar
C.5.1.
31 Desember 2014
1
Utang Kepada Pihak Ketiga
Rp
28.439.086.486
2
Utang Bunga Pinjaman
Rp
123.467.943
2
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Rp
20.018.680.343
3
Hibah Yang Belum Disahkan
Rp
568.100.000
4
Pendapatan Diterima Dimuka
Rp
127.750.000
5
Uang Muka dari KPPN
Rp
6
Utang Jangka Pendek Lainnya Total
Utang Kepada Pihak Ketiga sebesar Rp28.439.086. 486
31 Desember 2015 Rp
27.489.852.934
Rp
16.973.950.900
113.711.817.590
Rp
179.461.836.770
Rp
-
Rp
534.829.561
Rp
162.988.902.362
Rp
224.460.470.165
UTANG KEPADA PIHAK KETIGA
Saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp28.439.086.486 dan Rp27.489.852.934. Utang kepada Pihak Ketiga merupakan belanja yang masih harus dibayar dan merupakan kewajiban yang harus segera diselesaikan kepada pihak ketiga lainnya dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan. Utang kepada Pihak Ketiga di Kementerian Luar Negeri meliputi Belanja Akrual seperti: Belanja Pegawai, Belanja Daya dan Jasa dan Kas Setara Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran. Adapun rincian Utang Pihak Ketiga Kementerian Luar Negeri per tanggal pelaporan tersaji pada tabel berikut: Tabel 46 Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga - 52 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED 31 Desember 2015 No
Uraian
Jumlah
1
Belanja Pegawai yang Masih Harus Dibayar
Belanja Barang yang Masih Harus Dibayar 3 Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya 2
Total Utang Biaya Pinjaman sebesar Rp.123.467.94 3
C.5.2.
Rp2.917.093.807 Rp8.341.828.028 Rp17.180.164.651 Rp28.439.086.486
UTANG BIAYA PINJAMAN
Saldo Utang Biaya Pinjaman per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp.123.467.943 dan Rp.0. Utang Bunga Pinjaman merupakan utang bunga luar negeri atas pinjaman kepada PT Bank Mandiri Tbk. untuk pengadaan gedung kantor pada KJRI Cape Town dan tanah/gedung bangunan KBRI Berlin. Utang Bunga Pinjaman dibayarkan oleh perwakilan setiap bulan bersamaan dengan pembayaran pokok utang sampai dengan berakhirnya perjanjian kredit (loan agreement). Rincian saldo Utang Bunga Pinjaman Kementerian Luar Negeri per 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut: 1. Utang Bunga Pinjaman KJRI Cape Town sebesar Rp.50.403.950. 2. Utang Bunga Pinjaman KBRI Berlin sebesar Rp.73.063.993.
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang sebesar Rp20.018.680. 343
C.5.3.
BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG
Saldo Bagian Lancar Utang Jangka Panjang per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp20.018.680.343 dan Rp16.973.950.900. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang merupakan bagian dari Utang Jangka Panjang yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang di Kementerian Luar Negeri berupa utang sewa beli (leasing) Barang Milik Negara (a.l.: tanah gedung/bangunan) di Perwakilan RI di luar negeri, termasuk utang bunga kredit dari Bank. Tabel 47 Rincian Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 31 Desember 2015 No
Uraian
Jumlah
1 KBRI Berlin
Rp15.406.037.211
2 KJRI Cape Town
Rp4.612.643.132
Total Uang Muka dari KPPN sebesar Rp568.100.000
C.5.4.
Rp20.018.680.343
HIBAH YANG BELUM DISAHKAN
Hibah Yang Belum Disahkan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp568.100.000 dan Rp0.
- 53 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Hibah Yang Belum Disahkan antara lain berupa hibah peralatan dan mesin dengan rincian sebagai berikut: 1.
Hibah kursi rotan yang diterima oleh KBRI Melbourne dari pengusaha Indonesia/ Cane Jaya sebesar Rp35.000.000.
2.
Hibah alat musik yang diterima oleh KBRI Warsawa dari masyarakat Indonesia sebesar Rp533.100.000.
Rincian Hibah Yang Belum Disahkan pada tanggal pelaporan yang masih dikuasai satuan kerja lingkup Kementerian Luar Negeri disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini. Pendapatan Diterima Dimuka Rp127.750.000
C.5.5.
PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
Pendapatan Diterima di Muka per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 sebesar Rp127.750.000 dan Rp0. Pendapatan Diterima di Muka adalah pendapatan PNBP yang telah diterima tetapi belum menjadi hak sepenuhnya karena masih melekat kewajiban untuk memberikan barang/jasa. Pendapatan Diterima di Muka berupa pendapatan sewa tanah, gedung, dan bangunan. Rincian Pendapatan Diterima di Muka dari pihak ketiga pada tanggal pelaporan yang masih dikuasai satuan kerja lingkup Kementerian Luar Negeri disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini. Uang Muka dari KPPN Rp113.711.817 .590
C.5.6.
UANG MUKA DARI KPPN
Uang Muka dari KPPN per per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masingmasing sebesar Rp113.711.817.590 dan Rp179.461.836.770. Uang Muka dari KPPN merupakan Uang Persediaan (UP) atau Tambahan Uang Persediaan (TUP) yang diberikan KPPN sebagai uang muka kerja yang masih berada pada atau dikuasai oleh Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan. Tingginya besaran Uang Muka Dari KPPN yang masih dalam penguasaan Bendahara Pengeluaran sebagian besar disebabkan karena rentang waktu yang dibutuhkan oleh bank di seluruh penjuru dunia untuk melakukan transfer dana sisa UP/TUP yang tidak terpakai ke Kas Negara. Rincian Uang Muka dari KPPN pada tanggal pelaporan yang masih dikuasai satuan kerja lingkup Kementerian Luar Negeri disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini.
Utang Jangka Pendek Lainnya Rp 0 Kewajiban Jangka Panjang Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya
C.5.7.
UTANG JANGKA PENDEK LAINNYA
Utang Jangka Pendek Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp0 dan Rp534.829.561. C.6. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG C.6.1.
UTANG JANGKA PANJANG DALAM NEGERI LAINNYA
- 54 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Rp29.893.638. 914
Utang Jangka Panjang Dalam Negeri per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing sebesar Rp29.893.638.914 dan Rp45.009.731.681. Utang Jangka Panjang Dalam Negeri berasal dari sisa cicilan atas transaksi sewa beli aset gedung bangunan yang belum dibayarkan, sesuai kontrak atau perjanjian. Berdasarkan kontrak dengan Bank Mandiri cabang Hong Kong nomor BMHK.BD/LA/021/2008, KBRI Berlin mempunyai utang pokok sebesar USD10.110.000 dengan masa tenor pembayaran selama 120 bulan dan cicilan setiap bulan sebesar USD117.385,67. Utang Jangka Panjang KBRI Berlin untuk pembelian tanah sebesar Rp29.893.638.914 (terlampir schedule pembayaran dan bunga utang jangka panjang).
EKUITAS Ekuitas Rp14.183.906. 237.636
C.7. EKUITAS Ekuitas per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp14.183.906.237.636 dan Rp14.052.050.976.525. Ekuitas adalah merupakan kekayaan bersih entitas yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban. Penjelasan lebih lanjut tentang ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
- 55 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED D. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN OPERASIONAL Pendapatan PNBP Rp579.203.569.545
D.1. PENDAPATAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK Jumlah Pendapatan pada Kementerian Luar Negeri untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp579.203.569.545 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 48 Perbandingan Rincian Pendapatan TA 2015 dan TA 2014 URAIAN
TH 2015
%NAIK (TRN)
TH 2014
Pendapatan PNBP Lainnya Pendapatan dari Pengelolaan BMN Pendapatan Penjualan Hasil Sitaan/Rampasan dan Harta Peninggalan Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, Bangunan Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya Jumlah Pendapatan dari Pengelolaan BMN Pendapatan Jasa Pendapatan Surat Keterangan, Visa, Paspor Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) Pendapatan dari Pemberian Surat Perjalanan RI Pendapatan dari Jasa Pengurusan Dokumen Konsuler Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya Pendapatan Rutin Lainnya dari Luar Negeri Jumlah Pendapatan Jasa Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi Pendapatan Hasil Pengembalian Uang Negara Jumlah Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi Pendapatan Iuran dan Denda Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah Jumlah Pendapatan Iuran dan Denda Pendapatan Lain-lain Pendapatan Anggaran Lain-Lain Jumlah Pendapatan Lain-lain Jumlah Pendapatan PNBP Lainnya
Beban Pegawai Rp2.944.288.717.541
600.000 3.056.756.665 204.281.262 5.769.769 3.267.407.696
-
-
2.072.343.554 542.034.472 445.233.562.332 85.107.078.886 2.470.526 39.172.991.211 572.130.480.981
-
-
-
-
56.823.111 56.823.111
-
-
23.313.000
-
-
23.313.000
-
-
3.725.544.757 3.725.544.757
-
-
579.203.569.545
-
-
D.2. BEBAN PEGAWAI Beban Pegawai untuk Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp2.944.288.717.541 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut.
- 56 -
LAPORAN KEUANGAN AUDITED KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tabel 49 Perbandingan Rincian Beban Pegawai TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS BEBAN
Beban Gaji dan Tunjangan PNS Beban Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara
TH 2015
2.849.815.864.512
Beban Persediaan Rp40.935.672.776
-
-
-
-
-
-
4.859.904.533
Beban Lembur Beban Tunj. Khusus dan Beban Pegawai Transito Jumlah
NAIK (TURUN) %
TH 2014
3.835.802.700 85.777.145.796 2.944.288.717.541
D.3 BEBAN PERSEDIAAN Beban Persediaan pada Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp40.935.672.776 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 50 Perbandingan Rincian Beban Persediaan TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS BEBAN Beban Persediaan Konsumsi Beban Persediaan Pita Cukai, Materai dan Leges
NAIK TH 2014 (TURUN) %
40.059.426.104
-
20.044.178
-
-
Beban Persediaan Bahan Baku
340.595.261
Beban Persediaan untuk Tujuan Strategis/Berjaga-jaga
378.888.560
-
Beban Persediaan Lainnya
136.718.673
-
-
40.935.672.776
-
-
Jumlah Beban Persediaan Beban Barang dan Jasa Rp1.671.779.382.399
TH 2015
D.4. BEBAN BARANG DAN JASA Beban Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp1.671.779.382.399 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut.
- 57 -
LAPORAN KEUANGAN AUDITED KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tabel 51 Perbandingan Rincian Beban Barang dan Jasa TA 2015 dan TA 2014
URAIAN JENIS BEBAN
TH 2015
TH 2014
Beban Barang Operasional
745.688.043.946
-
Beban Barang Non operasional
472.647.852.122
-
-
Beban Langganan Daya dan Jasa
169.699.371.172
-
-
-
-
Beban Jasa Pos dan Giro
130.005.199
Beban Jasa Konsultan
15.412.098.263
Beban Sewa
238.184.098.293
Beban Jasa Profesi
22.654.367.897
Beban Jasa Lainnya
7.252.510.327
Beban Aset Ekstrakomtabel Peralatan dan Mesin
110.554.642
Beban Aset Ekstrakomtabel Aset Tetap Lainnya
280.538
Beban Aset Ekstrakomtabel Aset Tak Berwujud
200.000
-
1.671.779.382.399
-
Jumlah Beban Pemeliharaan Rp325.746.644.531
NAIK (TURUN) %
D.5. BEBAN PEMELIHARAAN Beban Pemeliharaan Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp325.746.644.531 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 52 Perbandingan Rincian Beban Pemeliharaan TA 2015 dan TA 2014
URAIAN JENIS BEBAN
TH 2015
NAIK (TURUN) %
Beban Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
198.785.530.456
-
Beban Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
123.437.948.821
-
-
62.475.217
-
-
325.746.644.531
-
-
Beban Persediaan Bahan untuk Pemeliharaan Beban Persediaan Suku Cadang Jumlah Beban Perjalanan Dinas Rp658.049.318.631
TH 2014
3.460.690.037
D.6. BEBAN PERJALANAN DINAS Beban Perjalanan Dinas Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp658.049.318.631 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut.
- 58 -
LAPORAN KEUANGAN AUDITED KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tabel 53 Perbandingan Rincian Beban Perjalanan Dinas TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS BEBAN
TH 2015
NAIK (TURUN) %
Beban Perjalanan Dinas Dalam Negeri
161.290.058.962
-
-
Beban Perjalanan Dinas Luar Negeri
496.759.259.669
-
-
658.049.318.631
-
-
Jumlah Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat Rp19.583.963.979
TH 2014
D.7. BEBAN BARANG UNTUK DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat untuk Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp19.583.963.979 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 54 Perbandingan Rincian Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS BEBAN Beban Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
7.671.026
Beban Barang Fisik Lainnya untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
18.366.366
Beban Barang Lainnya untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda Beban Barang Persediaan Lainnya untuk Dijual/Diserahkan ke Masyarakat Jumlah
Beban Bantuan Sosial Rp0
TH 2015
19.435.111.682
TH 2014
NAIK (TURUN) %
-
-
-
-
-
-
122.814.905 19.583.963.979
D.8. BEBAN BANTUAN SOSIAL Beban Bantuan Sosial Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp0 dan Rp0.
Beban Penyusutan dan Amortisasi Rp292.039.090.037
D.9. BEBAN PENYUSUTAN DAN AMORTISASI Jumlah Beban Penyusutan dan Amortisasi Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp292.039.090.037 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut
- 59 -
LAPORAN KEUANGAN AUDITED KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tabel 55 Perbandingan Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS PENYUSUTAN
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp(8.216.058.252)
TH 2015
TH 2014
NAIK (TURUN) %
Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan Beban Penyusutan Jalan dan Jembatan Beban Penyusutan Irigasi Beban Penyusutan Jaringan Beban Penyusutan Aset Tetap Lainnya Beban Penyusutan Aset Tetap yang Tidak Digunakan
128.716.727.584 161.193.932.665 72.453.809 35.691.363 155.925.750 265.147.217 1.599.211.649
-
-
-
-
Jumlah
292.039.090.037
-
-
D.10. BEBAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH Jumlah Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp(8.216.058.252) dan Rp0. Tabel 56 Perbandingan Rincian Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS BEBAN
-
-
1.092.094
-
-
(8.216.058.252)
-
-
TH 2015
Beban Penyisihan Piutang PNBP
(1.597.764.380)
Beban Penyisihan Piutang Tagihan TP/TGR
(6.619.385.966)
Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Jangka Panjang Jumlah Beban Lain-Lain Rp0
TH 2014
NAIK (TURUN) %
D.11. BEBAN LAIN-LAIN Tidak ada Beban Lain – Lain pada Necara Kementerian Luar Negeri Tahun Anggaran 2015.
Surplus/ Defisit Pelepasan Aset Non Lancar Rp4.968.622.160
D.12. SURPLUS/DEFISIT PELEPASAN ASET NON LANCAR Jumlah Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non Lancar Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing Rp4.968.622.160 dan Rp0, dengan rincian sebagai berikut
- 60 -
LAPORAN KEUANGAN AUDITED KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Tabel 57 Perbandingan Rincian Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non Lancar TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS BEBAN
TH 2015
Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar
6.552.464.540
Beban Pelepasan Aset Non Lancar
(1.583.842.380)
Jumlah
4.968.622.160
- 61 -
TH 2014
NAIK (TURUN) %
-
-
-
-
LAPORAN KEUANGAN AUDITED KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Surplus/ Defisit Dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Rp63.134.677.531
D.13. SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA Jumlah Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp63.134.677.531 dan Rp0 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 58 Perbandingan Rincian Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya TA 2015 dan TA 2014 URAIAN JENIS BEBAN Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
69.959.793.442
Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan
-1.224.134.746
Pendapatan dari Selisih Kurs yang Terealisasi
2.648.170.401
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu
1.304.272.768
Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu
734.863.798
Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang Lalu Penerimaan Kembali Belanja Lain-Lain Tahun Anggaran Yang Lalu Pendapatan Selisih Kurs yang Belum Terealisasi Pendapatan Perolehan Aset Lainnya
TH 2014
NAIK (TURUN) %
-
-
-
-
-
-
4.000.000 43.840.166 66.018.413.911 430.367.144
Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Beban Rugi Selisih Kurs Uang Persediaan Satker Perwakilan RI/Atase Teknis Beban karena Selisih Kurs Satker Perwakilan RI/Atase Teknis BA Beban Beban Lain-lain Selisih Kurs Terealisasi Kerugian Persediaan Rusak/Usang Beban Kerugian Selisih Kurs Belum Terealisasi Jumlah Pos-Pos Luar Biasa Rp0
TH 2015
6.825.115.911
127.680.046 8.047.218 1.662.232.985 66.556.695 4.960.598.967 63.134.677.531
D.14. POS-POS LUAR BIASA Tidak ada Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional pada Neraca Kementerian Luar Negeri Tahun 2015.
- 62 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Penjelasan Atas PosPosLaporan Perubahan Ekuitas
E.
Ekuitas Awal Rp14.052.050.976.525
E.1. EKUITAS AWAL
PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Nilai ekuitas pada tanggal 1 Januari 2015 dan 1 Januari 2014 adalah masingmasing sebesar Rp14.052.050.976.525 dan Rp0. Surplus(defisit) LO Rp(5.296.899.862.406)
E.2. SURPLUS (DEFISIT) LO Jumlah Surplus (Defisit) LO untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah defisit sebesar Rp(5.296.899.862.406) dan Rp0. Surplus (Defisit) LO merupakan penjumlahan selisih lebih antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa.
Penyesuaian Nilai Aset Rp1.229.849.738
E.3. PENYESUAIAN NILAI ASET Jumlah penyesuaian nilai aset untuk tahun 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp1.229.849.738 dan Rp0.
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi/Kesalahan Mendasar Rp131.567.237.871
E.4. DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN AKUNTANSI/KESALAHAN MENDASAR
KEBIJAKAN
Jumlah Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi/Kesalahan Mendasar untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah defisit sebesar Rp131.567.237.871 dan Rp0. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi/Kesalahan Mendasar adalah dampak nilai kumulatif atas perubahan akuntansi/kesalahan mendasar yang terjadi pada periode sebelumnya dan baru diketahui pada periode berjalan.
Koreksi Nilai Persediaan Rp184.572.338
E.5. KOREKSI NILAI PERSEDIAAN Koreksi nilai persediaan untuk tahun 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp184.572.338 dan Rp0. Koreksi Nilai Persediaan mencerminkan koreksi atas nilai persediaan yang diakibatkan karena kesalahan dalam penilaian persediaan yang terjadi pada periode sebelumnya.
- 63 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Selisih Revaluasi Aset Tetap Rp0
E.6. SELISIH REVALUASI ASET TETAP Selisih Revaluasi Aset Tetap untuk tahun 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar Rp0,- dan Rp0. Selisih Revaluasi Aset Tetap merupakan merupakan penjumlahan selisih dari nilai evaluasi periode tahun sebelumnya dengan tahun berjalan.
Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi Rp12.274.726.183
E.7. KOREKSI NILAI ASET TETAP NON REVALUASI Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi untuk tahun 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp12.274.726.183 dan Rp0. Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi adalah koreksi nilai Gedung dan Bangunan Non Revaluasi.
Koreksi Lain-lain Rp119.107.939.350
E.8. KOREKSI LAIN-LAIN Nilai Lain-lain untuk Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp119.107.939.350 dan Rp0.
Transaksi Antar Entitas Rp5.295.958.035.908
E.9. TRANSAKSI ANTAR ENTITAS Nilai Transaksi untuk Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp5.295.958.035.908 dan Rp0.
Kenaikan/Penurunan Ekuitas Rp131.855.261.111
E.10. KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS Kenaikan/Penurunan Ekuitas untuk Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp131.855.261.111 dan Rp0.
Ekuitas Akhir Rp14.183.906.237.636
E.11. EKUITAS AKHIR Nilai Ekuitas Akhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp14.183.906.237.636 dan Rp0.
- 64 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED Pengungkapan Penting Lainnya
F.
Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan 2007 2014
F.1. TINDAK LANJUT TEMUAN PEMERIKSAAN TAHUN 2007 - 2014
PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA
Berikut ini adalah perkembangan tindak lanjut Kementerian Luar Negeri terhadap temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada Laporan Keuangan TA 2007 – 2014 yang masih dalam proses penyelesaian. Sedangkan temuan BPK lainnya telah ditindaklanjuti oleh Kementerian Luar Negeri sesuai dengan rekomendasi yang ada, sehingga statusnya dinyatakan selesai. Tabel 59 Tindak Lanjut Temuan BPK RI 2007 NO
Temuan
Tindak Lanjut
1.
Tanah Persil KBRI Bangkok Belum Dapat Diakui Sebagai Aset Tetap Aset Tetap Berupa Tanah, Gedung/Bangunan dan Peralatan/Mesin Pada Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tidak Dapat Diyakini Kebenarannya
Dalam rangka penyelesaian status kepemilikan tanah KBRI Bangkok, Pemerintah RI dalam hal ini diwakili oleh pejabat dari Kementerian Luar Negeri RI dan pejabat KBRI Bangkok telah mengadakan pertemuan dengan pejabat Kementerian Luar Negeri Thailand pada tanggal 12 Maret 2008. Dalam proses pembicaraan mengenai status kepemilikan tanah KBRI Bangkok, telah disepakati tentang penerapan azas resiprositas bagi kepemilikan tanah berikut gedung KBRI Bangkok dan tanah beserta gedung milik Perwakilan Thailand di Jakarta. Sesuai ketentuan di Indonesia yaitu UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan PP No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB dan Hak Pakai dimana pada pasal 39 diatur bahwa bagi Perwakilan negara asing dan Perwakilan badan Internasional diberikan Hak Pakai. Dalam hal ini pihak Thailand memahami pemberian status Hak Pakai yang diberikan kepada tanah dan gedung Perwakilan Thailand di Jakarta. Secara resiprositas kepada pihak Indonesia akan diberikan Hak Milik terhadap tanah dan gedung KBRI yang dibeli pada tanggal 7 Februari 1952. Pihak Thailand meminta kepada Pemerintah RI untuk memberikan pembebasan pajak penjualan (Tax Exemption) apabila suatu saat Pemerintah Thailand menjual tanah dan gedung Kedutaan Thailand di Jakarta. Guna menjamin hak masing-masing, pihak Thailand meminta agar antara Pemerintah RI dan Pemerintah Thailand dibuat suatu persetujuan bilateral mengenai status tanah masingmasing. Draft persetujuan bilateral disusun oleh Kementerian Luar Negeri Thailand dan dalam waktu dekat disampaikan kepada Pemerintah Indonesia. Setelah adanya persetujuan bilateral, pihak Land Department Thailand akan menyelesaikan pengalihan nama pemilik tanah KBRI untuk mendapat status Hak Milik (Rights of Ownership).
- 65 -
Status Masih Dalam Proses
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Tabel 60 Tindak Lanjut Temuan BPK RI 2010 NO
Temuan
Tindak Lanjut
1.
Terdapat Pengeluaran Anggaran yang Membebani Keuangan Perwakilan RI di Luar Negeri
Sampai akhir TA 2011, Kementerian Luar Negeri telah secara aktif berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan BPKP untuk menyelesaikan PFK minus. Tim penyelesaian PFK minus telah terbentuk dengan mengikutsertakan pihak Kementerian Keuangan dan BPKP.
Status Masih Dalam proses
Setelah melakukan serangkaian koordinasi dan rapat yang dipimpin oleh Sekjen Kemlu, maka telah dilakukan penelusuran data-data dukung Perwakilan untuk penyelesaian PFK minus tersebut. BPKP yang didukung oleh Kemlu telah melakukan audit terhadap Perwakilan-perwakilan yang memiliki PFK minus tersebut. Kementerian Luar Negeri saat ini masih menunggu Laporan hasil audit dari BPKP guna menyelesaikan PFK Minus tersebut. Laporan hasil audit BPKP akan dijadikan dasar Kementerian Luar Negeri untuk meminta penyelesaian secara tuntas kepada Kementerian Keuangan. Sebelum diajukan untuk audit BPKP, Tim Penyelesaian PFK Minus internal Kementerian Luar Negeri (Biro Keuangan, Inspektorat Jenderal dan BPO)telah melakukan inventarisasi dan verifikasi atas temuan BPK TA 2010 untuk PFK minus. Dari temuan BPK pada TA 2010 terdapat 69 Perwakilan yang memiliki PFK minus, berdasarkan data per 30 Juni 2012, PFK minus menjadi 65 (enam puluh lima) Satker Perwakilan. PFK minus tersebut kemudian diklasifikasi menjadi PFK minus sampai dengan TA 2010 dan PFK minus tahun berjalan (TA 2011). Dari hasil tersebut, Tim penyelesaian PFK Minus telah menyampaikan permintaan audit ke BPKP. Perwakilan yang telah selesai diaudit sebanyak 40 Perwakilan, sisanya belum tuntas diaudit disebabkan dokumen pertanggungjawaban belum cukup tersedia dan adanya permasalahan yang membutuhkan pendalaman audit. Laporan hasil audit BPKP akan dijadikan dasar Kementerian Luar Negeri untuk meminta penyelesaian secara tuntas kepada Kementerian Keuangan. Untuk mengatasi terdapatnya Saldo BPPR dan BPJ baik plus dan minus pada Perwakilan ke depannya, saat ini sedang dikaji secara komprehensif bersama Biro Kepegawaian dan BPO untuk mengalokasikan dana BPPR dan BPJ diberikan pada DIPA masingmasing Satker Perwakilan di luar negeri.
- 66 -
Masih Dalam Proses
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Adapun terkait dengan kas tekor KBRI Bogota akibat adanya penggelapan, Inspektorat Jenderal telah mencari upaya penyelesaian atas masalah tersebut:
Masih dalam proses
1. Sesuai surat Karo Keuangan kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara, DJPB No. 1597/KU/XII/2007/20/E, menanyakan usulan penghapusan kerugian negara akibat perampokan. 2. SKTJM atas nama Sdr. M. Dipa Daradjat tanggal 4 Februari 2004. 3. Itjen sedang menginventarisir temuan-temuan hasil pemeriksaan BPK RI yang tidak dapat ditindaklanjuti dengan klasifikasi: a. Pejabat yang bersangkutan meninggal dunia b. Pejabat yang bersangkutan pensiun. c. Pejabat yang bersangkutan dijatuhi hukuman pengadilan. 4. Temuan terhadap Sdr. M. Dipa Daradjat merupakan temuan hasil pemeriksaan Itjen. Dalam kaitan ini, Itjen berkoordinasi dengan tim penyelesaian kerugian negara (TPKN) telah menyusun klasifikasi temuan-temuan hasil pemeriksaan Itjen yang tidak dapat ditindaklanjuti, termasuk temuan atas nama Sdr. M. Dipa Daradjat karena ybs tidak mampu untuk menyelesaikan kewajibannya. 2.
Pelaksanaan Anggaran Berdasarkan Permenlu No.4 Tahun 2009 pada Kementerian Luar Negeri Tidak Sesuai Ketentuan
Terkait selisih TPLN atas pemberlakuan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 4 Tahun 2009 (mulai MeiOktober 2010) dan berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-178/MK.02/2011 tanggal 4 April 2011, telah dilakukan audit oleh Inspektorat Jenderal. Sesuai surat Menteri Keuangan, maka yang harus dikembalikan hanya selisih TPLN. Dari hasil audit Inspektorat Jenderal maka terdapat 615 Home Staff Perwakilan yang menerima selisih TPLN karena penerapan Permenlu dimaksud. Pada Bulan Agustus 2011, Pimpinan Kemlu telah meminta semua Home Staff tersebut untuk mengembalikan selisih TPLN dimaksud.
Masih Dalam proses
3.
Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) pada Kementerian Luar Negeri tidak Sesuai Ketentuan
Pimpinan Kementerian Luar Negeri telah menginstruksikan ke seluruh Perwakilan untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset yang tersedia di Perwakilan sesuai ketentuan yang berlaku.
Masih Dalam Proses
Terkait dengan tanah KBRI Berlin di Herman-Hesse, belum ada keputusan rencana pemanfaatan tanah tersebut. (Rencana awal adalah untuk membangun gedung diatas tanah tersebut. Namun perlu dilihat ketersediaan anggaran). 4.
Proses Penjualan Aset Ex KBRI Bonn Belum Direalisasikan
Kementerian Luar Negeri telah mengirimkan Tim terpadu yang terdiri dari unit-unit di Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keuangan terkait untuk mencari solusi penyelesaian penjualan tanah dan gedung ex-KBRI Bonn. Kementerian Keuangan telah menyetujui batas limit penjualan bisa merujuk dari penilaian eksternal Negara setempat.
- 67 -
Masih Dalam Proses
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
5.
Tanah milik KBRI Berlin belum dimanfaatkan
Terkait tanah milik KBRI Berlin di Pankauw, anggaran untuk perencanaan gedung sudah dialokasikan namun masih diblokirmengingatmasih memerlukan perpanjangan izin prinsip dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Pekerjaan Umum.
Masih Dalam proses
Tabel 61 Tindak Lanjut Temuan BPK RI 2012 NO
Temuan
Tindak Lanjut
1.
Rumah Negara yang sudah alih status menjadi rumah negara golongan III masih tercatat dalam neraca Kementerian Luar Negeri Per 31 Desember 2012 Upaya Kementerian Luar Negeri untuk mendapatkan haknya terkait Aset Tetap berupa Tanah dan Bangunan belum optimal Penyelenggaraan Aplikasi SIMKEU pada KJRI Ho Chi Minh City dan KBRI Kuala Lumpur tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya Penerimaan Negara atas sewa tanah dan bangunan pada Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri tidak sesuai ketentuan
Biro Perlengkapan membahas bersama pihak Kementerian PU dan DJKN Kementerian Keuangan, terkait penatausahaan BMN.
Masih Dalam Proses
Sekjen akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pihakpihak terkait baik dengan Kementerian Pertahanan maupun Kementerian Keuangan terkait hal ini.
Masih Dalam Proses
Berkoordinasi dengan pihak Kementerian Keuangan untuk menyelesaikan masalah pembukuan dalam SIMKEU terkait di KBRI Kuala Lumpur dan KJRI Ho Chi Minh City.
Masih Dalam Proses
1)
Melakukan revisi kontrak dengan tariff yang sesuai dengan PMK No. 33/2012.
Masih Dalam Proses
Penerimaan atas sewa tanah dan bangunan pada Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri belum memiliki pengendalian yang memadai
1)
Meninjau kembali surat-surat perjanjian sewa dengan pihak ketiga dan bila perlu melakukan revisi sesuai dengan ketentuan dan tariff yang berlaku;
Masih Dalam Proses
2)
Menagih denda atas keterlambatan sewa kepada pihak ketiga dan untuk disetorkan kepada kas Negara.
Masih Dalam Proses
2.
3.
4.
5.
Status
Tabel 62 Tindak Lanjut Temuan BPK RI 2013 NO
Temuan
TindakLanjut
1.
Proses Penyusunan Laporan Keuangan Belum memadai
Sedang diatur pemberian sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada Perwakilan yang tidak menindaklanjuti Nota Hasil Verifikasi (NHV).
Masih Dalam Proses
2.
Pengelompokkan Jenis Belanja pada Kementerian Luar Negeri Belum Sesuai Kegiatan yang dilakukan.
Telah diberikan sanksi administratif berupa teguran tertulis dari KPA Dit. Aspasaf kepada Operator SIMKEU;
Masih Dalam Proses
Surat Sekjen kepada Satker untuk menaati ketentuan tentang pelaksanaan DIPA dan pengelolaan keuangan negara.
- 68 -
Status
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
3.
4.
Penatausahaan Aset Tetap Pada Kemlu Belum Memadai
1. Kepala Perwakilan menginstruksikan Kepala agar memberikan sanksi administrasi kepada operator SIMAK BMN dalam pengelompokan BMN dengan teliti
Dalam proses
2. Kepala Kanselerai melakukan pengawasan secara intensif atas pengelolaan BMN
Dalam proses
3. Satker terkait melakukan koreksi angka aset tetap.
Dalam Proses Dalam Proses
Pembayaran Restitusi Pengobatan Home Staff pada beberapa Perwakilan RI tidak sesuai SK Menteri Luar Negeri tentang Penggantian Biaya Pengobatan/Perawatan
1. Kelebihan pembayaran restitusi pengobatan sebesar Rp26.301.584,50 dari Home Staff terkait sedang dalam proses penarikan kembali; 2. Pemberian sanksi administratif kepada Kepala Kanselerai dan Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan (BPKRT) yang kurang teliti dalam memverifikasi pengajuan restitusi pengobatan, sedang dalam proses.
Belum ditindak lanjuti
5.
Bantuan Biaya Pendidikan Anak di luar negara akreditasi tidak sesuai dengan surat dan peraturan Menteri Keuangan.
Pemberian sanksi administratif kepada para pejabat yang bertanggungjawab terhadap pembayaran BBPA tersebut sedang dalam proses
Belum ditindak lanjuti
6.
Pembayaran Tiket Perjalanan Dinas Tidak Sesuai Ketentuan
1. Menarik kembali kelebihan pembayaran biaya refund, cancellation fee dan refund tiket untuk disetorkan ke kas negara selanjutnya salinan bukti setor disampaikan kepada BPK
Dalam Proses
2. Memberi sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada pegawai yang tidak dapat mempertanggungjawabkan tiket sesuai data manifest Garuda Indonesia serta sanksi kepada agen travel yang menaikkan harga tiket 3. Memberikan sanksi administrasi sesuai ketentuan yang berlaku kepada Pengelola Keuangan pada Ditjen IDP dan Pusdiklat karena tidak memberikan data rekapitulasi perjalanan dinas beserta data dukungnya kepada BPK.
Belum ditindak lanjuti
1. Instruksi dari Eselon I kepada seluruh penanggungjawab kegiatan dan PPK untuk lebih selektif dalam melaksanakan kegiatan di luar kantor dan di luar kota sesuai ketentuan sedang dalam proses.
Dalam Proses
Menginstruksikan kepada PPK agar menagih jaminan pelaksanaan sesuai Surat PPK kepada PT. MMS No. 008/PPK-Setjen/04/2014 tanggal 10 April 2014 perihal Perintah Penyetoran Jaminan Pelaksanaan sebesar Rp127.116.000 untuk disetor ke Kas Negara, salinan bukti setor disampaikan ke BPK Memberikan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada Kepala Biro Keuagan, KPA, Kepala Kanselerai, BPKRT BSB yang lalai melakukan koordinasi terkait dengan pemungutan PPN dan PPH saat pembangunan gedung BSB
Dalam Proses
7.
8.
9.
Kegiatan Rapat Kerja dan Sosialisasi yang diselenggarakan di luar kantor dan di luar kota memboroskan keuangan negara minimal sebesar Rp.691.097.797. Pemutusan kontrak dalam pengerjaan pengadaan genset pada Pusdiklat Kemlu tidak sesuai dengan Perpres 54 Tahun 2010 PPN dan PPH atas pembangunan Bandar Sri Begawan Tidak Dipungut
- 69 -
Belum ditindak lanjuti
Belum ditindak lanjuti
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Tabel 63 Tindak Lanjut Temuan BPK RI 2014 NO.
TEMUAN PEMERIKSAAN
REKOMENDASI
1
Pengendalian Dalam Proses Penyusunan Laporan Keuangan Belum memadai
Belum ditindak lanjuti
2
Pengendalian atas Penyajian dan Pengungkapan Belanja Dibayar Dimuka Lemah
BPK merekomendasikan kepada Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Sekretaris Jenderal: Meningkatkan kualitas reviu terhadap Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri; dan BPK merekomendasikan kepada Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Sekretaris Jenderal: 2. Meningkatkan kualitas reviu terhadap Laporan Keuangan
Dalam Proses
3
4
5
6
7
Penyajian Utang Bunga Belum Sepenuhnya Sesuai SAP
BPK merekomendasikan kepada Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Sekretaris Jenderal: 1. Berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan mengenai penyajian utang bunga pada aplikasi SAKPA;dan
Belum ditindak lanjuti
2. Berkoordinasi dengan Perwakilan RI di Berlin dan Cape Town untuk menyajikan utang bunga dalam Laporan Keuangan Perwakilan;
Belum ditindak lanjuti
Penghitungan Penyusutan pada Empat Perwakilan Belum Sepenuhnya Sesuai Standar Akuntansi dan Peraturan Menteri Keuangan
BPK merekomensasikan kepada Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Sekretaris Jenderal untuk:
Sebanyak 13 Unit Rumah Negara Dikuasai dan Ditempati Pihak Yang Tidak Berhak serta 22 Unit Rumah Negara Dalam Kondisi Rusak Berat dan Tidak Dimanfaatkan
BPK merekomensasikan kepada Menteri Luar Negeri agar memerintahkan Sekjen Kemlu:
Pengelolaan Kas Besi Belum Sepenuhnya Tertib
Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pekerjaan Pengadaan Jasa Kebersihan, Pembersihan Kaca Luar dan Pembuangan Sampah di Lingkungan Kementerian Luar Negeri Tahun 2014 Tidak Optimal
STATUS
Memerintahkan Kepala Biro Perlengkapan serta Kepala Perwakilan dan atau Kepala Kanselerai pada empat Perwakilan tersebut melakukan penelahaan dan perhitungan penyusutan BMN sesuai dengan bukti pendukung yang valid;dan
Dalam Proses
1. Secara intensif melakukan berbagai upaya untuk memperoleh kembali hak dan penguasaanya atas 13 unit RN; 2. Mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perbaikan dan pemeliharaan RN dalam kondisi rusak berat BPK merekomendasikan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan Sekjen Kemlu untuk memerintahkan:
Belum ditindak lanjuti Belum ditindak lanjuti
1. Kepala Biro Keuangan melaksanakan koordinasi dan rekonsiliasi dengan Perwakilan dan Kementerian Keuangan mengenai perbedaan pagu Kas Besi dan ketiadaan Kas Besi pada 12 Perwakilan; dan
Dalam Proses
2. Kepala Biro Keuangan melaksanakan evaluasi keberadaan, kecukupan dan jumlah Kas Besi di seluruh Perwakilan;
Belum ditindak lanjuti
BPK merekomendasikan Menteri Luar Negeri agar menginstruksikan: Sekjen Kemlu untuk mempertimbangkan pengalokasian seluruh anggaran pemeliharaan gedung dan bangunan seluruh Satker pada DIPA Setjen Kementerian Luar Negeri; dan Mempertimbangkan proses penyediaan jasa kebersihan pada akhir tahun anggaran untuk pelaksanaan tahun anggaran berikutnya.
- 70 -
Belum ditindak lanjuti Belum ditindak lanjuti
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
8
Pembukuan Fihak Ketiga (PFK) Minus USD4,116,219.47 Belum Terselesaikan
BPK merekomendasikan Menteri Luar Negeri agar:.Segera menginstruksikan tim TPKN memproses TP/TGR terhadap PFK Minus yang menjadi beban individu sesuai rekomendasi BPKP
Dalam Proses
9
Beberapa Kegiatan di Perwakilan Batal Dilaksanakan Sebagai Dampak Berlarut-larutnya Pengajuan ABT dan Melemahnya Nilai Rupiah
BPK merekomendasikan Menteri Luar Negeri agar berkoordinasi dengan Menteri Keuangan supaya permasalahan terkait ABT tidak terulang dimasa yang akan datang
Belum ditindak lanjuti
10
Pembebanan Anggaran Belanja Pusat Perjalanan Dinas (BPJ) dan Beban Pusat Pengeluaran Rutin (BPPR) pada Satker Kemlu di Luar Negeri Belum Terselesaikan
BPK merekomendasikan Menteri Luar Negeri agar memerintahkan Sekjen Kemlu untuk:
11
12
Penyelesaian Selisih Tunjangan Penghidupan Luar Negeri (TPLN) Telah Mencapai 90,36 persen atau sebesar USD317.596,62
F.2.
Penetapan Tarif Atas Jenis PNBP Belum Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku Kelebihan Pembayaran Honorarium Tim sebesar Rp196.330.000,00
Memerintahkan pengelola keuangan pada KBRI Brussel, Bogota dan Moscow untuk segera menyetorkan kembali saldo BPJ Plus ke pusat masing-masing sebesar USD5,989.61 equivalen Rp74.510.748,40, USD8,179.87 equivalen Rp101.757.582,80 dan USD10,533.50 equivalen Rp131.036.740,00 Memerintahkan Kepala Perwakilan RI di Ankara dan Istanbul agar segera menyesuaikan tarif PNBP sesuai ketentuan yang berlaku; dan BPK merekomendasikan Menteri Luar Negeri agar menginstuksikan kepada:
Dalam Proses
a. Menarik Kelebihan pembayaran honorarium kepada pegawai yang bersangkutan dan menyetorkan kembali ke Kas Negara; dam
Dalam Proses
b. Memperingatkan penanggung jawab kegiatan dan pengelola keuangan yang lalai melaksanakan ketentuan yang berlaku
Dalam Proses
Belum ditindak lanjuti
PENYELESAIAN PENGEMBALIAN SELISIH TUNJANGAN PENGHIDUPAN LUAR NEGERI (TPLN) ATAS PEMBERLAKUAN PERMENLU 04 TAHUN 2009
Sesuai dengan instruksi Sekretaris Jenderal melalui kawat ke 97 (sembilan puluh tujuh) Perwakilan yang menerapkan kenaikan TPLN berdasarkan Permenlu No. 04 Tahun 2009, para Home Staff yang menerima Tunjangan Penghidupan Luar Negeri (TPLN) sesuai Permenlu No. 04 Tahun 2009 harus mengembalikan selisih TPLN tersebut ke Kas Negara. Bagi Atase Teknis, surat tagihan disampaikan kepada Kementerian teknis terkait, sedangkan bagi Home Staff yang telah kembali ke Indonesia, maka surat tagihan disampaikan langsung kepada yang bersangkutan.Tercatat 615 Home Staffyang harus mengembalikan kelebihan TPLN dengan nilai total sebesar USD351.464,54. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2015, telah terjadi penyelesaian sebesar eqv USD317.596,62 atau sebesar 90,36 persen. Sementara, untuk 63 orang lainnya masih terus diupayakan penyelesaian kewajibannya dengan jumlah pengembalian sebesar USD33.867,92. Dikarenakan Rapat TPKN belum menetapkan Pengembalian selisih TPLN tersebut sebagai Tuntutan Ganti Rugi (TGR), maka pada TA 2015 Kemlu - 71 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
melakukan koreksi untuk mengeluarkan saldo dimaksud dari Neraca Kementerian Luar Negeri pada akun Piutang Bukan Pajak. Pada Laporan Keuangan Kemlu pada TA 2015, nilai tersebut disajikan pada Neraca sebagai Piutang Bukan Pajak. Penyelesaian Selisih Lumpsum Tiket MutasiTelah Mencapai 71,32 persen atau sebesar Rp8.570.198.431,-
F.3. PENYELESAIAN SELISIH LUMPSUM TIKET MUTASI LUAR NEGERI PADA PERWAKILAN RI Menindaklanjuti hasil temuan BPK atas Laporan Keuangan Kemlu TA 2011, Sekretariat Jenderal c.q. Biro Keuangan bersama Inspektorat Jenderal melakukan penghitungan atas kelebihan pembayaran tiket mutasi luar negeri periode September 2010 sampai dengan Juni 2011. Dalam rangka penyajian nilai Selisih Lumpsum Tiket Mutasi Luar Negeri tersebut di dalam Laporan Keuangan Semester I Kemlu TA 2012, telah dilakukan penghitungan perkiraan awal sebesar Rp12.939.112.350 dari sejumlah 284 orang yang harus melakukan penyetoran pengembalian Selisih Lumpsum Tiket Mutasi Luar Negeri dimaksud. Setelah reviu Itjen, maka perkiraan awal tersebut berubah menjadi sebesar Rp12.131.569.670 mengingat terdapatnya penyesuaian klasifikasi kelas untuk tiket yang digunakan oleh Home Staff beserta keluarga dan perhitungan selisih kurs berjalan. Selanjutnya terdapat penyesuaian nilai yang harus dikembalikan oleh 3 orang home staff dari tanda bukti pembelian tiket at cost, sehingga jumlah keseluruhan pengembalian selisih tiket per 31 Desember 2015 menjadi sebesar Rp12.017.376.288. Sejak Desember 2012 sampai dengan 31 Desember 2015, pengembalian selisih lumpsum tiket mutasi penempatan Home Staff ke Perwakilan RI di Luar Negeri periode September 2010 s/d Juni 2011 yang telah disetorkan ke kas negara adalah sebesar Rp8.570.198.431 atau 71.32% dari nilai keseluruhan. Sementara yang belum disetorkan oleh pegawai adalah sebesar Rp3.447.177.857 atau 28.68% dari nilai keseluruhan, dengan rincian penyelesaian sebagai berikut: -
-
-
229 orang telah melakukan pelunasan atas pengembalian selisih lumpsum tiket penempatan dengan jumlah Rp7.756.792.783 dan nilai setoran Rp7.743.269.888, sehingga terdapat kelebihan setor sebesar Rp13.522.895 karena selisih kurs saat penyetoran. 20 orang telah melakukan cicilan pengembalian selisih lumpsum tiket penempatan dengan cicilan sebesar Rp826.928.543, sehingga sisa yang masih harus dicicil sebesar Rp1.739.380.957. 35 orang belum melakukan pengembalian selisih lumpsum tiket penempatan dengan jumlah Rp1.707.796.900.
Untuk TA 2015 terdapat pengembalian selisih lumpsum tiket penempatan sebesar Rp913.533.302 dari sisa tagihan per 31 Desember 2014 dengan rincian adalah sebagai berikut:
- 72 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Keterangan Pembayaran 1. Lancar *) 2. Macet *) Jumlah
Tabel 64 Pengembalian Selisih Lumpsum Tiket Saldo Pengurangan Saldo Penambahan per 31/12/2014 /Pelunasan per 31/12/2015 2.088.548.539 349.167.582 1.739.380.957 2.272.162.620 564.365.720 1.707.796.900 4.360.711.159 913.533.302 3.447.177.857
Keterangan: *) Lancar = pengembalian dicicil pegawai secara rutin setiap bulan Macet = pengembalian dicici/dibayar pegawai tidak rutin atau > 6 bulan
Terkait dengan belum selesainya pengembalian selisih lumpsum tiket penempatan Home Staff ke Perwakilan RI di Luar Negeri periode September 2010 s/d Juni 2011 tersebut, Kemlu terus mengupayakan penyelesaiannya sesuai mekanisme dan ketentuan yang berlaku. Pencatatan pengembalian selisih lumpsum tiket penempatan Home Staff pada TA 2014 diakui sebagai Piutang Lainnya pada Piutang Bukan Pajak. Namun sesuai hasil rapat Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN), pengembalian selisih tiket penempatan ini pada TA 2015 tidak termasuk dalam Piutang Bukan Pajak karena belum ada penetapan resmi atas pengembalian tersebut. Penyelesaian PFK Minus TA 2015 sebesar USD.2,320,322.03
F.4. PEMBUKUAN FIHAK KETIGA (PFK) MINUS PADA PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI Pada beberapa Perwakilan RI di Luar Negeri, terdapat pengeluaran belanja yang melampaui pagu anggaran DIPA yang telah dialokasikan. Pengeluaran Belanja tersebut sebagian besar diakibatkan pada selisih kurs antara kurs yang ditetapkan dalam DIPA berbeda dengan kurs transfer dana Uang Persediaan (UP) yang diterima Perwakilan. Dengan berkurangnya dana UP yang diterima Perwakilan untuk pengeluaran Belanja suatu kegiatan mengakibatkan terpakainya dana Kas Besi Perwakilan. Sementara menunggu disetujuinya Anggaran Belanja Tambahan (ABT) yang diusulkan Perwakilan ke Pusat c.q. Biro Perencanaan dan Organisasi (BPO), pengeluaran yang menggunakan dana Kas Besi kemudian dibukukan sebagai Pihak Ketiga (PFK) minus. Setjen bersama Itjen dan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (BPKP) terus berupaya untuk menyelesaikan permasalahan PFK (-) di Satker Perwakilan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran melalui opsi: Revisi Anggaran dengan sumber dana dari Pusat (Cadangan Sekretariat Jenderal); Revisi Anggaran dengan sumber dana melalui Optimalisasi Anggaran Satuan Kerja yang bersangkutan. Revisi Anggaran dengan sumber dana antar Satuan Kerja; - 73 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Upaya-upaya penyelesaian PFK Minus Perwakilan RI yang telah dilakukan di Tahun Anggaran 2015, antara lain:
Kementerian Luar Negeri mampu mengurangi PFK Minus melalui mekanisme Optimalisasi Anggaran dan Anggaran Belanja Tambahan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran.
Untuk mempermudah upaya penyelesaian, Kementerian Luar Negeri telah menyusun roadmap Penyelesaian PFK Minus yang antara lain berisi rangkaian kegiatan dan waktu pelaksanaan (timetable) berupa:
o Pendataan nilai PFK Minus dan progress penyelesaiannya; o Pelaksanaan Revisi Anggaran untuk penyelesaian PFK Minus. Proses penyelesaian PFK Minus dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu bila terjadinya masih dalam satu tahun anggaran, dapat didefinitifkan langsung (pembukuan SIMKEU Realtime) menggunakan anggaran Perwakilan, bila sudah melewati tahun anggaran, sesuai PMK No.257/PMK.02/2014 mengenai Tata Cara Revisi TA 2015, jumlah PFK Minus di bawah Rp.200.000.000,- menggunakan SPTJM KPA, Rp.200.000.000 s/d Rp.2.000.000.000 harus diverifikasi APIP (Itjen), di atas Rp.2.000.000.000 harus diverifikasi oleh BPKP. Setelah keluar hasil verifikasinya, Perwakilan dapat melakukan revisi, baik melalui revisi menggunakan anggaran Perwakilan (optimalisasi) ataupun mendapat anggaran tambahan dari dana cadangan sekjen. Setelah proses revisi selesai dan telah disahkan, Perwakilan dapat mendefinitifkan PFK Minus tersebut.
Sumber dana penyelesaian PFK Minus yang telah dilakukan sampai dengan 31 Desember 2015: a. dari dana cadangan sekjen : US$.510,906.63 (Untuk 9 Perwakilan: Los Angeles (US$.151,384.88); Ankara (US$.12,400); Brussel (US$.89,713.82); Buenos Aires (US$.61,753); Jeddah (US$.65,268.5); Moskow (US$.24,463.61); PTRI New York (US$.40,178.17); Washington DC (US$.48,158.79); Cape Town (US$.17,585.86) b. dari dana optimalisasi anggaran perwakilan : US$.1,809,415.40 Perincian penyelesaian PFK Minus per 31 Desember 2015, adalah sebagai berikut:
- 74 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Tabel 65 Perincian Penyelesaian PFK Minus 31 Desember 2015 Keterangan
Eq. USD
Saldo PFK Minus per 31 Des’14 (PFK Minus s/d TA 2014)
3.284.400,70
Jumlah Penyelesaian PFK Minus s/d TA 2014 per 31 Des’15
2.320.322,03
Saldo PFK Minus s/d TA 2014 per 31 Des’15 Jumlah PFK Minus yang timbul pada TA 2015 Total Saldo PFK Minus per 31 Des’15
964.078,67 733.007,19 1.697.085,86
Saldo PFK minus Kementerian Luar Negeri per 31 Desember 2014 yang masih harus diselesaikan adalah sebesar US$.3,284,400.70, sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 telah berhasil diselesaikan sebesar US$.2,320,322.03. Dengan demikian saldo akhir PFK minus per 31 Desember 2015 adalah sebesar US$.1,697,085.86. Pemberlakuan Aplikasi SAIBA (Sistem Aplikasi Akuntansi Instansi Basis Akrual)
F.5. PEMBERLAKUAN APLIKASI SAIBA (SISTEM AKUNTANSI INSTANSI BERBASIS AKRUAL) Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Nomor S-6496/PB/2014 tanggal 6 Oktober 2014 perihal Penggunaan Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Basis Akrual (SAIBA) untuk Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Berbasis Akrual pada tahun 2015, maka dalam rangka persiapan penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) basis akrual secara penuh, Kementerian Keuangan (Kemkeu) terus mengembangkan Aplikasi SAIBA yang diperuntukkan bagi seluruh K/L agar dapat diterapkan pada Laporan Keuangan tahun 2015. Kemkeu dalam upaya pengembangan dan perbaikan aplikasi SAIBA tersebut, telah menetapkan beberapa K/L sebagai Pilot Project atas pengunaan aplikasi dimaksud, termasuk diantaranya adalah Kementerian Luar Negeri. Sehubungan dengan hal tersebut, Kemkeu dan Kemlu telah melaksanakan serangkaian uji coba dan pembahasan atas penggunaan aplikasi SAIBA dalam penyusunan Laporan Keuangan Basis Akrual, diantaranya adalah:
1) Sumber Daya Manusia Proses penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan Kementerian Luar Negeri telah dilakukan dalam tiga kelompok utama, yaitu: - 75 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
a) Penyiapan SDM Tingkat Kementerian i) Pelatihan Awal SAP Berbasis Akrual (SAIBA), tanggal 24 – 28 ii) iii)
Agustus 2014 di Kementerian Keuangan. Pelatihan Intenal SAP Berbasis Akrual (SAIBA) di Lingkungan Biro Keuangan, Kemlu, tanggal 25 – 27 September 2014. Pelatihan Master Trainer SAP Berbasis Akrual (SAIBA) di lingkungan Kemlu, pada tanggal 02-22 November 2014 di Pusdiklat Kementerian Keuangan.
b) Penyiapan SDM Tingkat Satker Pusat i) Pelatihan Intenal SAP Berbasis Akrual (SAIBA) di Lingkungan ii)
Satker Pusat Tahap I, tanggal 09 – 11 Oktober 2014. Pelatihan Intenal SAP Berbasis Akrual (SAIBA) di Lingkungan Satker Pusat Tahap II, tanggal 25 - 27 November 2014.
c) Penyiapan SDM Tingkat Satker Perwakilan RI i) Sosialisasi SAP Berbasis Akrual (SAIBA) di Lingkungan Satker ii)
Perwakilan RI, pada Januari 2015, yang menggunakan fasilitas video conference. Bimbingan Teknis SAP Berbasis Akrual (SAIBA) bagi Satker Perwakilan RI pada sepuluh kawasan di luar negeri (Kawasan Asia Selatan+ASEAN, Kaw. Asia Timur+ASEAN, Kaw. Asia Pasifik, Kaw. Afrika, Kaw. Timur Tengah, Kaw. Amerika Utara, Kaw. Amerika Selatan, Kaw. Eropa Barat, Kaw. Eropa Tengah dan Kaw. Eropa Timur) yang dilaksanakan secara bertahap dari tanggal 25 Oktober – 30 November 2015.
2) Sarana dan Prasarana Proses penyiapan sarana dan prasarana di lingkungan Kementerian Luar Negeri telah dilakukan dalam dua aspek utama yaitu, yaitu:
a) Penyiapan Hardware (Perangkat Keras) Secara umum, kesiapan hardware untuk SAP Berbasis Akrual dan SAIBA di lingkungan Kementerian Luar Negeri sejalan dengan upaya implementasi Master Plan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kemlu yang telah dicanangkan sejak tahun 2011. b). Penyiapan Software (Perangkat Lunak) Proses persiapan software lebih difokuskan kepada ujicoba serta kompatibilitas aplikasi SAIBA yang dikeluarkan oleh Kemkeu:
i)
ii) iii)
Pilot Project (uji coba) Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Akrual Semester I TA 2014 dengan aplikasi SAIBA, tanggal 13 – 16 November 2014 di Jakarta. Uji coba dilakukan pada 2 (dua) Satker yaitu Sekretariat Jenderal (Setjen) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin. Pembahasan Akun-akun Neraca (akun-akun Akrual) pada Aplikasi SAIBA pada Satker Perwakilan RI di Luar Negeri, pada bulan Mei 2015. Penyusunan pedoman manual jurnal aplikasi SAIBA untuk Satker Perwakilan RI, yang dilakukan secara kontinu dari bulan Agustus – Oktober 2015 antara Kemlu dan Kemkeu. - 76 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
3) Helpdesk SAP Berbasis Akrual Secara informal Bagian Perhitungan Anggaran, Biro Keuangan, Sekretariat Jenderal, Kementerian Luar Negeri telah menjadi satuan Helpdesk atas SAP Berbasis Akrual. Ini mengingat belum adanya pembentukan atau penunjukan secara formal bagi pelaksanaan tugas dan fungsi dari helpdesk dimaksud. 4) Inventarisasi PNBP Proses inventarisasi PNBP di lingkungan Kementerian Luar Negeri telah dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu: a). Rapat Pembahasan Penyusunan Petunjuk Teknis Akuntansi Penerimaan Negara Bukan Pajak Kementerian Luar Negeri (Juknis PNBP Kemlu), tanggal 20 - 21 Agustus 2015. b). Penyelesaian Draft Petunjuk Teknis Akuntansi Penerimaan Negara Bukan Pajak Kementerian Luar Negeri (Juknis PNBP Kemlu), tanggal 28 - 30 September 2015. Dari berbagai persiapan tersebut, dapat diidentifikasi dan diusulkan beberapa perbaikan yang harus dilakukan pada aplikasi SAIBA agar proses penyusunan LK basis akrual di lingkungan Kementerian Luar Negeri dapat menghasilkan laporan yang akurat dan akuntabel, sebagaimana yang terlampir dalam surat nomor 12350/KU/06/2015/20 tanggal 17 Juni 2015 perihal Permintaan Fasilitasi Transaksi Satker Kementerian Luar Negeri pada Aplikasi SAIBA. Namun demikian, sampai dengan Laporan Keuangan Kemlu Per 31 Desember TA 2015 Audited ini disusun, aplikasi SAIBA 2.8, SIMAK BMN 514 dan Persediaan 513 tersebut masih belum dapat diterapkan secara sempurna karena pada saat dilakukan penggabungan data dari aplikasi SIMAK BMN ke aplikasi SAIBA, masih terjadi selisih angka. Penyajian Belanja Akrual Periode TA 2015
F.6. PENYAJIAN BELANJA AKRUAL PERIODE TA 2015 Belanja Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dari peristiwa lainnya pada saat hak dan atau kewajiban timbul. Nilai Belanja Akrual yang disajikan dalam sisi kewajiban di Neraca sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Nilai Belanja Akrual Kementerian Luar Negeri yang disajikan dalam Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun Anggaran 2015 telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK.05/2014 Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Pusat. Berdasarkan PMK tersebut, maka penyajian/penyesuaian akun akrual di Periode Tahun 2015 akan mencakup akun-akun: 1. 2. 3. 4. 5.
Pendapatan Diterima Di Muka Pendapatan yang Masih Harus Diterima Beban Dibayar di Muka Beban Yang masih Harus Dibayar Penyisihan Piutang Tak Tertagih - 77 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
6. 7. 8. 9. 10. 11.
Penyusutan Persediaan Kas Di Bendahara Penerimaan Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Koreksi Antar Beban Reklasifikasi Aset
Namun demikian, mengingat urgensinya maka Kementerian Luar Negeri juga melakukan penyajian/penyesuaian akun akrual pada akun Kas Besi Satker Perwakilan RI di Luar Negeri. Beban Pusat Persekot Resmi Kementerian Luar Negeri
F.7. BPPR (BEBAN PUSAT PERSEKOT RESMI) KEMENTERIAN LUAR NEGERI Beban Pusat Persekot Resmi adalah pinjaman resmi kepada Home Staff yang anggarannya berasal dari DIPA Sekretariat Jenderal Pusat. BPPR diberikan kepada pejabat-pejabat Home Staff yang ditempatkan pada Perwakilan RI di Luar Negeri atau dipindahkan dari suatu Perwakilan RI ke Perwakilan RI lain di luar negeri. Pemberian pinjaman tersebut dimaksudkan untuk memberi kelayakan hidup pada Home Staff di masa awal penempatan di luar negeri yang dapat digunakan untuk membeli keperluan dalam rangka membantu penyesuaian diri dengan tempat baru di Perwakilan. Pinjaman BPPR tersebut diatur dalam SK Menlu No. SP/4/PLN/66 tanggal 23 Februari 1966 tentang Pemberian Uang Muka Tunjangan Luar Negeri Kepada Pejabat Yang Ditempatkan di Luar Negeri sebagaimana juga diatur dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor: 2/PB/2013 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Perwakilan RI di Luar Negeri, SK Menlu No. SP/6/PLN/66 tanggal 28 Februari 1966 tentang Pemberian Uang Muka Atas Sewa Rumah Atau Uang Jaminan Sewa Rumah, dan SK Menlu No. KU/SK.026 A/III/92/02 tanggal 31 Maret 1992 tentang Perubahan Jumlah Uang Persekot Pembelian Mobil Pribadi. Tata cara pengembalian BPPR dimulai 2 (dua) bulan setelah BPPR diberikan dan dicicil 20 kali sesuai dengan jenis persekot resmi.
Beban Pusat Perjalanan Dinas Kementerian Luar Negeri
F.8. BEBAN PUSAT PERJALANAN DINAS (BPJ) KEMENTERIAN LUAR NEGERI Beban Pusat Perjalanan Dinas adalah biaya resmi yang diberikan kepada Home Staff Kementerian Luar Negeri yang anggarannya berasal dari DIPA Sekretariat Jenderal Pusat dalam rangka proses perjalanan mutasi/pindah, terutama biaya terkait tiket dan 2 bulan penampungan hotel (akomodasi). Dalam pelaksanaan proses mutasi, biaya perjalanan kepulangan atau kepindahan antar perwakilan (cross posting) Home Staff dibebankan terlebih dahulu kepada Satker Perwakilan, untuk kemudian dimintakan penggantian ke Pusat. Hal ini diinformasikan ke Perwakilan melalui Berita Sekjen Kemlu No.R-04366/KEMLU/120604 tanggal 4 Juni 2012 bahwa pembayaran lumpsum tiket mutasi one way untuk mutasi penarikan - 78 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
pegawai dibayarkan di Perwakilan sebagai BPJ dan dapat dimintakan penggantiannya ke Pusat merujuk Peraturan Menteri Keuangan No.97/PMK.05/2010. Mekanisme Pencairan Anggaran Kementerian Luar Negeri
F.9. MEKANISME PENCAIRAN ANGGARAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Proses pencairan Uang Persediaan (UP) perdana untuk Satker Perwakilan dimulai dengan pengajuan SPM-UP Perwakilan oleh Sekretariat Jenderal c.q. Biro Keuangan ke KPPN. KPPN menyetujuinya dengan menerbitkan SP2D, untuk kemudian UP dikirim sesuai SP2D yang terbit. Adapun Satker Pusat mengajukan SPM-UP perdana dan dilakukan langsung ke KPPN untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan UP perdana.
Dalam penggunaan Uang Persediaan sebagai Belanja, Perwakilan mempunyai kewajiban setiap bulan untuk membuat SPP dan SPTB sebagai pertanggungjawaban UP dan dikirim ke Biro Keuangan. SPTB ditandatangani oleh KPA, PPK dan BPKRT. Setelah SPP dan SPTB mencapai nilai revolving, Biro Keuangan mengajukan SPM atas dasar SPP yang dibuat Perwakilan ke KPPN untuk mendapatkan penggantian UP. KPPN akan menerbitkan SP2D dan pencairan UP revolving dilakukan oleh Biro Keuangan. Biro Keuangan kemudian mengirimkan UP revolving ke Perwakilan. Satker Pusat melakukan pertanggungjawaban atas SPP dan SPM yang telah terserap 75 persen atau lebih setiap triwulan pada tahun berjalan. Dari SPP dan SPM yang diajukan tersebut, KPPN akan mengirimkan penggantian UP sesuai dengan anggaran yang telah terserap.
Setiap bulan pada tahun anggaran berjalan, Satker Pusat secara mandiri melakukan rekonsiliasi serapan Anggaran Belanja dengan Kementerian Keuangan c.q. KPPN untuk menghitung realisasi Belanja yang telah dipertanggungjawabkan. Adapun Satker Perwakilan RI di Luar Negeri sampai saat ini masih diwakilkan oleh Biro Keuangan untuk melakukan rekonsiliasi serapan Anggaran Belanja dengan KPPN. Mekanisme Pencairan Anggaran digambarkan di bawah ini:
- 79 -
Kementerian
Luar
Negeri
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Status Tanah Kementerian Luar Negeri di Cijantung dan Cibubur
F.10. BANGUNAN GEDUNG KOMUNIKASI RADIO MILIK PUSAT
KOMUNIKASI KEMENTERIAN LUAR NEGERI DIBANGUN DI ATAS TANAH YANG BELUM JELAS STATUSNYA Bangunan gedung peralatan komunikasi radio milik Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri seluas 324 m2 dibangun di atas lahan tanah yang awalnya seluas ± 19 Ha berlokasi di Cijantung. Tanah di Cijantung ini awalnya merupakan aset yang dikelola oleh Komando Tertinggi (KOTI). Menyusul pembubaran KOTI, pada tahun 1973 lahan di Cijantung diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri untuk pembangunan jaringan sistem komunikasi terpadu stasiun pemancar/penerima luar negeri. Sementara itu, lahan di Cibubur diserahkan kepada Kementerian Pertahanan untuk stasiun pemancar/penerima dalam negeri. Namun pembagian tersebut tanpa dilakukan dengan dokumen hukum sehingga kemudian menciptakan ketidak-jelasan status. Status kepemilikan tanah di Cijantung dan Cibubur mulai mengemuka sejak tahun 1992 ketika Kementerian Luar Negeri mengajukan sertifikasi ke BPN pada tahun 1991 dan BPN juga mendapat permohonan sertifikasi atas tanah yang sama dari Kemenhan pada Maret 1992. Menanggapi adanya 2 (dua) pengajuan sertifikasi tanah tersebut, BPN merekomendasi agar Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan mengupayakan penyelesaiannya. Sejak diketahui adanya upaya sertifikasi oleh Kementerian Pertahanan tersebut pada 1992, Kementerian Luar Negeri telah melakukan upaya-upaya perundingan dengan Kementerian Pertahanan untuk mencari solusi atas status tanah Cijantung dan Cibubur tersebut, antara lain: 1. Pada tahun 1992 Kementerian Luar Negeri menyurati Sekjen Kementerian Pertahanan untuk memintakan bantuan kelancaran pelaksanaan sesuai prosedur. Sejak itu dilakukan komunikasi, baik melalui pertemuan di tingkat teknis dan pejabat Eselon 1 mau pun melalui surat-menyurat dengan pihak Kementerian Pertahanan (Sekjen dan Dirjen Strahan) dan dengan TNI AD. 2. Pada tanggal 23 April 2012, Sekjen Kementerian Luar Negeri bertemu dengan Dirjen Strahan Kementerian Pertahanan namun tidak juga membuahkan kesepakatan. Pada Agustus 2013, Sekjen Kementerian - 80 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Luar Negeri kembali bersurat kepada Kementerian Pertahanan menyampaikan keinginan Kementerian Luar Negeri untuk segera menuntaskan permasalahan secara musyawarah mufakat dalam rangka tertib administrasi BMN. 3. Pada tanggal 14 November 2014 Kepala Biro Perlengkapan bertemu dengan Direktur Fasilitas dan Jasa, Ditjen Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan berharap adanya win-win solution. Sementara menunggu keputusan penyelesaian akhir, Kementerian Luar Negeri melalui Puskom tidak terputus memanfaatkan lahan tersebut sebagai stasiun penguat pemancar dan juga menempatkan personilnya di Cijantung. Selain itu, pembangunan berbagai fasilitas komunikasi dan pemancar luar negeri oleh Kementerian Luar Negeri dilakukan mengingat kebutuhan Kementerian Luar Negeri untuk meningkatkan sarana komunikasi. Pada tahun 2015 juga telah dibangun Pusat Server Informasi Data. Kementerian Luar Negeri juga mencatat berlanjutnya pendudukan Kementerian Pertahanan pada beberapa bagian lahan di Cijantung ini, sehingga secara efektif tanah yang saat ini dikuasai Kementerian Luar Negeri tinggal 97.474 m2.
Kemenlu akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan guna mendorong penyelesaian status hukum lahan tanah di Cibubur dan Cijantung ini dan memperhatikan bahwa upaya penyelesaian pada tingkat teknis sudah exhaustive, akan didorong pembahasannya pada tingkat yang tertinggi.
Masalah Tanah Kavling Milik Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri
F.11. SEBAGIAN TANAH KAVLING MILIK SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI DI KOMPLEK PERUMAHAN PONDOK AREN, CIPADU JURANG MANGU DAN KREO DIKUASAI PIHAK LAIN DAN DIMANFAATKAN TIDAK SESUAI PERUNTUKKANNYA Kementerian Luar Negeri telah melakukan pendataan atas 54 tanah kavling yang terletak di kompleks perumahan Kementerian Luar Negeri di Pondok Aren, Cipadu, Jurangmangu dan Kreo. Dari pendataan tersebut dijumpai adanya beberapa masalah a.l. pemindah-tanganan rumah di atas kavling tanah Kementerian Luar Negeri tanpa izin ke pihak ketiga, tanah tidak dibangun atau saat ini dihuni oleh pensiunan pegawai Kementerian Luar Negeri. Berbeda dengan perumahan Kementerian Luar Negeri lainnya, terhadap ke-54 kavling tanah tersebut pegawai hanya diberikan hak pakai atas tanah dengan biaya pembangunan rumah yang harus ditanggung sendiri. Sementara itu, Surat Ijin Penghunian (SIP) yang diberikan kepada pegawai Kementerian Luar Negeri untuk menghuni tanah dan rumah yang dibangun Kementerian Luar Negeri di komplek perumahan yang sama justru dapat dimiliki dengan angsuran. Kementerian Luar Negeri telah meminta pengembalian kavling yang tidak dibangun dalam jangka waktu 2 (dua) tahun dan mencabut izin pemakaian. Pada tahun 2013 dan Mei 2015 Kementerian Luar Negeri juga melakukan - 81 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
pemanggilan terhadap sejumlah pegawai yang diketahui telah memindahkan hak pakai atas tanah kavling kepada pihak ketiga tanpa izin. Permasalahan lanjutan yang muncul berhubungan dengan permintaan uang pengganti (ganti rugi) terhadap biaya pembangunan rumah yang telah dibangun atas biaya sendiri oleh masing-masing pegawai yang memperoleh izin hak pakai, atau kelanjutan status hak pakai jika para pegawai telah pensiun/meninggal mengingat tidak adanya jangka waktu pemberian hak pakai dalam SK Menteri Luar Negeri yang memberikan hak pakai tersebut. Mencermati kondisi tersebut, sepanjang tahun 2015 Kementerian Luar Negeri telah berkoordinasi dengan Direktprat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan untuk meminta kejelasan perihal status hukum tanah kavling dan prosedur pengalihannya kepada pegawai Kementerian Luar Negeri mengingat adanya perlakuan hukum yang berbeda di dalam komplek perumahan pegawai Kementerian Luar Negeri. Berdasarkan pertimbangan pemanfaatan tanah seperti disebutkan dalam surat keputusan Menteri Luar Negeri, tampaknya pemanfaatan tanah kavling di perumahan Kementerian Luar Negeri untuk menghindari menjadi BMN idle pada dasarnya untuk memanfaatkan tanah kosong yang belum dapat dibangun karena terbatasnya dana pembangunan perumahan Kementerian Luar Negeri. Dalam tanggapannya, DJKN Kementerian Keuangan menyampaikan beberapa hal penting sebagai berikut: 1.
Secara prinsip, tanah yang sejak awal dibeli oleh K/L untuk perumahan dapat dialihkan kepemilikan karena sesuai dengan peruntukannya sebagai lahan perumahan. Hal ini berbeda dengan tanah kavling untuk kantor yang kemudian dibangun perumahan sehingga tidak dapat dialihkan kepemilikannya. Untuk itu, perlu dilihat tujuan pembelian tanah kavling tersebut;
2.
Masalah 54 tanah kavling Kementerian Luar Negeri belum diatur secara tegas di dalam undang-undang, dan untuk itu Kemenkeu akan membuat Focus Group Discussion (FGD) yang akan melibatkan K/L terkait;
3.
Kementerian Luar Negeri perlu dukungan bukti bahwa perencanaan dan penganggaran pembelian kavling dimaksud dilakukan dengan dana APBN. Hal ini akan digunakan sebagai dasar untuk pengalihan status kepemilikan tanah kavling kepada pegawai sebagaimana yang terjadi di tanah kavling DPR RI.
Terkait hal tersebut, Kementerian Luar Negeri telah menyampaikan data dukung perencanaan dan anggaran pengadaan tanah kavling tersebut kepada Kemenkeu pada tanggal 25 April 2016.
- 82 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Aset Bersejarah
F.12. ASET BERSEJARAH Kementerian Luar Negeri memiliki aset bersejarah (heritage asset) yang dikelola oleh satuan kerja pada Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, aset tersebut sebanyak 67 (enam puluh tujuh) unit yang merupakan aset dari Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung.Sesuai dengan SK Direktur Jenderal Informasi Diplomasi Publik dan Perjanjian Internasional No. 2079/PL/XII/2006/07 tanggal 29 Desember 2006, disebutkan bahwa Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) beserta barangbarang yang digunakan saat konferensi berlangsung merupakan Museum Sejarah Perjuangan Politik Luar Negeri RI. Museum tersebut saat ini menjadi salah satu koleksi Museum KAA Bandung yang dipamerkan kepada publik dan memiliki nilai sejarah. Tabel 66 Daftar Aset Bersejarah Saldo Awal Periode (dlm sat. kuantitas)
Mutasi Bertambah (dlm sat. kuantitas)
Mutasi Berkurang (dlm sat. kuantitas)
Saldo Akhir Periode (dlm sat. kuantitas)
Lampu studio
-
2
-
2
Mesin manual standard
-
2
-
2
Box Camera
-
5
-
5
Kursi Kayu
-
43
-
43
Sice
-
5
-
5
Meja Rapat
-
1
-
1
Stabilisator
-
2
-
2
Alat Hiasan
-
1
-
1
Handy Camera
-
1
-
1
Tripod Camera
-
1
-
1
Camera Film
-
3
-
3
Printer
-
1
-
1
Jumlah
-
67
-
67
Nama Aset
Aset bersejarah di Museum Konferensi Asia Afrika di Bandung dikelompokkan menjadi 6 (enam) barang inventaris berdasarkan jenis bahannya, terdiri atas:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Koleksi dengan bahan dasar logam sebanyak 17 unit. Koleksi dengan bahan dasar kayu sebanyak 64 unit. Koleksi dengan bahan dasar tekstil sebanyak 498 unit. Koleksi dengan bahan kertas sebanyak 207 unit. Koleksi dengan bahan dasar audio-visual sebanyak 139 unit. Koleksi dengan bahan dasar lain-lain sebanyak 16 unit.
- 83 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
Tabel 67 Daftar Aset Bersejarah Per Jenis Bahan Saldo Awal Periode (dlm sat. kuantitas)
Mutasi Bertambah (dlm sat. kuantitas)
Mutasi Berkurang (dlm sat. kuantitas)
Saldo Akhir Periode (dlm sat. kuantitas)
Bahan terbuat dari kayu
-
145
-
145
Bahan terbuat dari besi
-
226
-
226
Bahan terbuat dari keramik
-
41
-
41
Bahan terbuat dari kristal
-
33
-
33
Bahan terbuat dari karpet
-
7
-
7
Foto dokumen
-
17
-
17
Bahan terbuat dari tekstil
-
27
-
27
Bahan terbuat dari kaca
-
6
-
6
Peralatan Audio
-
17
-
17
Bahan terbuat dari logam
-
2
-
2
AC
-
1
-
1
Wireless
-
1
-
1
Faksimile
-
1
-
1
Jumlah
-
524
-
524
Nama Aset
Aset yang berada pada Gedung Pancasila pengelolaannya berada di Sekretariat Jenderal sebanyak 524 (lima ratus dua puluh empat) buah. Tuntutan hukum mantan Pegawai Setempat terhadap Perwakilan RI di Luar Negeri
F.13. TUNTUTAN HUKUM MANTAN PEGAWAI SETEMPAT TERHADAP PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI Terdapat tuntutan hukum Pegawai Setempat dari 7 (tujuh) Perwakilan RI di Luar Negeri yang mengundurkan diri, berhenti atau kontrak kerjanya tidak diperpanjang, namun hak pesangon atau hak pesangon yang dibayarkan dianggap tidak sesuai dengan hukum ketenagakerjaan di negara setempat. Dari 7 (tujuh) tuntutan tersebut, 1 (satu) tuntutan sudah berhasil diselesaikan dan beberapa tuntutan telah mendapatkan Putusan Hukum yang telah inkracht. Untuk tuntutan yang telah mendapatkan Putusan Hukum yang telah inkracht tersebut, Kementerian Luar Negeri berkewajiban untuk memenuhi tuntutan yang berupa sejumlah nominal sebagai ganti rugi. Namun demikian, anggaran untuk menyelesaikan tuntutan tersebut akan dialokasikan dalam DIPA Satker Perwakilan terkait, apabila pengajuannya telah dilengkapi dengan dokumen pendukung sudah sesuai hukum yang berlaku. Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena: 1. Tidak terdapat kemungkinan besar pemerintah mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; - 84 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
2. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal. Data dari Direktorat HPI menyatakan sampai dengan 31 Desember 2015 terdapat 6 kasus gugatan hukum atas Pemerintah RI cq. Perwakilan RI di Luar Negeri yang sudah mempunyai putusan pengadilan setempat dengan kekuatan hukum tetap (inkracht). Penyajian dalam CaLK disebabkan karena sampai dengan tanggal pelaporan, nilai kewajiban tersebut belum dianggarkan pembayarannya dalam APBN. (Data lengkap tuntutan tersebut dapat dilihat pada lampiran No. 17) Adapun tuntutan hukum Pegawai Setempat dimaksud adalah sebagai beikut: 1.
Kementerian Luar Negeri telah berhasil menyelesaikan tuntutan mantan Pegawai Setempat KBRI Vatikan (Sdr. Antonio Maio) secara damai, yaitu pada tanggal 17 Desember 2015. telah dibayarkan kompensasi penyelesaian tuntutan kepada Sdr. Antonio Maio sebesar Rp1.075.862.000, biaya Pengacara KBRI di Vatikan sebesar Rp84.775.000 dan biaya administrasi pengadilan sebesar Rp33.112.000. Seluruh dana tersebut bersumber dari Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun 2015 sebesar Rp.1.193.749.000. Gugatan tersebut dinyatakan selesai.
2.
Kasus gugatan mantan Pegawai Setempat KBRI di Roma yang diajukan oleh Sdr. Luigi Mancone (Euro 206.081.87), Sdr. Romeo Biasio (Euro 336.584.30) dan Sdr. Roberto Saroli (Euro 83.112.79), karena tidak setuju dengan hak pensiun yang diberikan oleh KBRI di Roma yang besarnya tidak sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan di Italia. Terkait tuntutan tersebut, Pengadilan Roma telah mengabulkan kompensasi bagi ketiga mantan pegawai setempat KBRI Roma tersebut, dengan jumlah sesuai dengan tuntutan yaitu Euro 625.778.96.
3.
Gugatan mantan Pegawai Setempat KBRI di Madrid yang diajukan oleh Sdr. Firman Fattah Soerya Atmadja, Sdr. Kuswandi Isnaeni, Sdr. Arnisatijo Tjondrobuwono Soekarno, Sdr. Robert Kusumohadi, Sdri. Francisca Pena Higueras dan Sdri. Gusti Umi Salamah, karena menolak sistem kontrak kerja per 2 tahun dan besaran pesangon yang diberikan oleh KBRI di Madrid, dianggap tidak sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan di Spanyol. Tuntutan tersebut telah mendapatkan putusan Pengadilan Sosial Madrid yang berkekuatan hukum tetap (inkracht). Jumlah yang dituntut per akhir bulan September 2013 adalah sebesar Euro.969.490,52.
4.
Gugatan mantan Pegawai Setempat KBRI di Nairobi yang diajukan oleh Sdr. Odima Busera karena menolak pemutusan kontrak kerja dan besaran pesangon yang diberikan oleh KBRI di Nairobi, telah ditolak oleh Pengadilan Industri Kenya di Nairobi atas dasar kekebalan diplomatik yang dimiliki oleh KBRI Nairobi, namun demikian mengingat adanya tekanan dari Pemerintah Kenya kepada KBRI di Nairobi untuk menyelesaikan masalah tersebut maka sampai saat ini masih dilakukan negosiasi dengan pihak penggugat secara out of court. Pada Maret 2016 besarnya tuntutan Sdr. Odima Busera mencapai sekitar US$. 46.000,-
- 85 -
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN 2015 AUDITED
5.
Gugatan mantan Pegawai Setempat KBRI di Caracas yang diajukan oleh Sdr. Jose Delgado, telah bekerja selama 25 Tahun, namun pada akhir Desember 2005, kontrak kerjanya tidak diperpanjang dan tidak mau menerima pesangon yang diberikan oleh KBRI di Caracas sebesar US$. 5.400,- karena dinilai tidak mencukupi untuk biaya hidup. Atas bantuan pengacaranya, Jose Delgado mengajukan tuntutan terhadap KBRI di Caracas uang pesangon sebesar US$. 28.907, namun KBRI di Caracas menolak permintaan tersebut. Pada bulan Maret 2008, Pengadilan memenangkan gugatan Jose Delgado dan memutuskan KBRI di Caracas untuk membayar tuntutan kepada Jose Delgado sebesar Bs 143.000 atau US$.66.500. Selanjutnya Jose Delgado dan KBRI di Caracas melakukan upaya damai sehingga diperoleh kesepakatan penurunan jumlah tuntutan dari US$.66.500 menjadi US$.17.000 dan biaya Saksi Bs.11.600.
6.
Sdr. Pedro Manuel de Silverta Machado Braz Monteiro (Pedro), mantan Pegawai Setempat KBRI di Lisabon, telah diberhentikan karena dianggap melakukan tindakan indisipliner. Atas putusan tersebut, Sdr. Pedro menggugat KBRI di Lisabon untuk membayar ganti rugi sebesar Euro. 12.985,54. Pada Desember 2008, Pengadilan Perburuhan Lisabon telah memenangkan gugatan Sdr. Pedro secara in absentia dengan nilai ganti rugi sebesar Euro. 8.257,11. Namun hingga tahun 2011, jumlah ganti rugi tersebut membengkak menjadi Euro.38.860,03.
7.
Sdr. Juraci Alves Alcantara (Juraci) adalah mantan tukang kebun KBRI di Brazil yang diberhentikan pada tanggal 13 Desember 2005. Sdr. Juraci telah menggugat KBRI di Brazil untuk membayar biaya lembur dan Dana Jaminan Masa Kerja sesuai dengan hukum perburuhan di Brazil. Atas gugatan ini, Pengadilan Tinggi Brazil telah memutuskan gugatan tersebut dan telah berkekuatan hukum tetap. Dan sesuai dengan putusan pengadilan tanggal 10 Oktober 2006, KBRI di Brazil harus membayar ganti rugi sebesar R $8.829,74, namun demikian per tanggal 31 Januari 2014, jumlah ganti rugi ini berkembang menjadi R $12.579,52 equivalen US$.5.445,67.
- 86 -