0
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG KESUKSESAN BISNIS UNTUK HILIRISASI AGROINDUSTRI PAPAIN
Diajukan sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah : SISTEM AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
Dosen : Bapak Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc. Agr.
Disusun Oleh : Ahmad Sapudin Adisti Bintang Latifah Fajar Adi Taufiq Awaluddin
Kekhususan Magister Manajemen Syariah Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor 2013
1
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica pepaya L.) merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Buah bercita rasa manis ini terbilang mudah tumbuh di alam Indonesia, karena itulah buah pepaya gampang ditemui di pasar. Pepaya bukan hanya penghasil buah, melainkan juga sayuran berupa daun, buah muda dan bunga. Bunga pepaya yang lazim dikonsumsi adalah bunga pepaya gantung. Selain itu, pepaya muda (mentah), juga dapat dipanen untuk bahan baku saus makan. Saus makan yang sering disebut “saus tomat”, tidak semuanya berbahan baku tomat. Saus makan murah meriah salah satu bahan bakunya adalah pepaya mentah. Selain buah, bagian tanaman pepaya lainnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai sebagai bahan makanan dan minuman, obat tradisional, pakan ternak, industri penyamakan kulit, kosmetik, dan sebagainya. Bahkan bijinyapun dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak dan tepung. Minyak biji pepaya berwarna kuning dan mengandung asam oleat (71,60%), asam palmitat (15,13%), asam linoleat (7,68%), asam strearat (3,60%), dan asam-asam lemak lainnya
dalam
prosentase
yang
relatif
kecil
(Rukmana,
1995
dalam
Cianjurkab.go.id, 2010). Sampai saat ini sebagian besar pepaya dikonsumsi dalam bentuk “buah segar”. Ditinjau dari segi bisnis, hal ini memang memberikan keuntungan yang menarik. Namun, nilai tambah dan nilai jual yang lebih tinggi bisa diperoleh jika dapat memanfaatkan bagian lain dari pepaya yaitu getah pepaya yang dapat diolah lebih lanjut menjadi papain. Menurut Daryono dan Sabari (1997) dalam Syarif dan Suliansyah (2010), salah satu hasil tanaman pepaya yang belum termanfaatkan secara optimal adalah getah pepaya. Getah pepaya mengandung suatu enzim proteolitik yang disebut dengan papain. Syarif dan Suliansyah (2010) menyatakan bahwa papain terdapat pada hampir semua bagian tanaman pepaya, kecuali biji dan akarnya. Namun diantara bagian-bagian tanaman, konsentrasi terbesar berada pada batang dan buahnya. Kandungan papain paling besar terdapat dalam buah pepaya yang masih muda.
2
Papain merupakan enzim proteolitik yang sangat dibutuhkan dalam industri farmasi, kosmetik, tekstil, makanan dan penyamakan kulit (Kalie, 1988 dalam Iriani, 1991). Penggunaannya sebagai bahan aditif dalam berbagai industri pangan dan minuman tetap tinggi karena aktivitas enzimatiknya yang relatif tinggi dan statusnya sebagai produk alam yang ramah atau aman untuk dikonsumsi. Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) mengklasifikasikan status papain ke dalam kelompok GRAS (generally regarded as safe). Badan sejenis di Inggris menggolongkan papain ke dalam Group A. Ini berarti bahwa papain dapat digunakan sebagai bahan aditif dalam pangan dan dalam pembuatan makanan (Chaplin and Buck, 1990 dalam Cianjurkab.go.id, 2010). Pangsa pasar papain dalam negeri masih terbuka lebar karena relatif belum banyaknya kompetitor dan mulai bergairahnya kembali dunia industri. Sedangkan pangsa pasar papain di luar negeri relatif bagus dan terus meningkat. Permintaan papain di Amerika dan Eropa senantiasa meningkat. Dengan laju 3 – 5% pertahun, pasar papain di Eropa diperkirakan beberapa ratus ton pertahun (IDEA, 2000 dalam Cianjurkab.go.id, 2010). Dengan harga papain di pasaran dunia relatif tinggi dan bervariasi tergantung kualitas papain, beberapa negara pengimpor, terutama Jepang, beberapa negara Eropa, dan juga Amerika Serikat memproses lebih lanjut dan mengekspornya kembali ke negara lain dalam bentuk olahan yang lebih murni. Sebetulnya, Indonesia sangat berpotensi menghasilkan papain dalam jumlah yang sangat besar, untuk kemudian dijual ke pasar dunia, karena menurut data dari FAO, sebagaimana dikutip www.deptan.go.id, Indonesia tercatat sebagai negara produsen pepaya utama keempat setelah Brazil, Meksiko, dan India. Tetapi ironisnya sampai sekarang Indonesia justru masih harus impor papain murni. Padahal, agroindustri papain murni, akan banyak menyerap tenaga kerja dan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Kemenperin (2011) menyatakan bahwa, telah terjadi pergeseran struktur perekonomian Indonesia secara perlahan dari sektor industri menuju sektor perdagangan. Fenomena ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja, karena dapat berimplikasi
3
pada menurunnya kontribusi sektor industri pengolahan dalam menciptakan lapangan kerja Lebih lanjut Kemenperin (2011) menyatakan bahwa, hilirisasi agroindustri mampu untuk memecahkan persoalan ini. Ditengah situasi belum pulihnya perekonomian dunia akibat krisis global dan memburuknya perekonomian Uni Eropa karena krisis utang publik. Pengembangan sektor industri berdaya tahan terhadap krisis semakin diperlukan guna menopang pertumbuhan ekonomi. Agroindustri Pengembangan
merupakan hilirisasi
sektor
yang
agroindustri
dapat akan
menjawab
berdampak
tantangan pada
ini.
penciptaan
kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Keterkaitan yang tinggi mulai dari hulu hingga hilir merupakan salah satu cara untuk memperkuat agroindustri. Berdasarkan berbagai uraian diatas, disusunlah makalah ini dengan judul: “Analisis Faktor-faktor yang Mendukung Kesuksesan Bisnis untuk Hilirisasi Agroindustri Papain”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka perumusan masalah dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung kesuksesan bisnis untuk hilirisasi agroindustri papain? 2. Bagaimana strategi pengembangan hilirisasi agroindustri papain? 1.3. Tujuan penulisan Manfaat penulisan makalah ini antara lain: 1. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung kesuksesan bisnis untuk hilirisasi agroindustri papain. 2. Untuk mengetahui strategi pengembangan hilirisasi agroindustri papain.
4
2. Analisis
2.1. Faktor-faktor yang Mendukung Kesuksesan Bisnis untuk Hilirisasi Agroindustri Papain 2.1.1. Potensi Produksi dan Ketersediaan Bahan Baku Papain Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, menyebutkan bahwa produksi buah pepaya di Indonesia adalah sebesar 675.801 ton. Dimana Provinsi Jawa Timur merupakan daerah sentra produksi dengan jumlah produksi sebesar 202.000 ton (30% dari produksi nasional). Kemudian disusul oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Jawa Barat dengan produksi masingmasing sebesar 71.362 ton (11%) dan 62.101 ton (9%) (bps.go.id, 2010). Tabel 2.1. berikut ini menunjukkan Produksi Buah Pepaya di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2010. Tabel 2.1. Produksi Buah Pepaya di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2010. Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
Produksi (ton) 10 349 29 040 8 985 7 570 21 881 7 567 6 485 50 959 1 431 2 340 544 62 101 43 006 7 892 202 000 5 631 10 068 24 269 71 362 10 371
5
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
2 282 5 468 23 254 7 930 6 346 28 889 7 917 558 2 002 2 580 265 2 690 1 769 675 801
Sumber: BPS (2010). Produksi buah pepaya di Indonesia tumbuh signifikan rata-rata sebesar 13,1% selama periode 2007 hingga 2011 (bps.go.id, 2011). Tabel 2.2. berikut ini menunjukkan produksi dan pertumbuhan buah pepaya dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Tabel 2.2. Produksi Buah Pepaya di Indonesia Tahun 2007-2011. Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Produksi (ton) 621.524 717.899 772.844 675.801 958.251 Rata-rata
Pertumbuhan 16% 8% -13% 42% 13.10%
Sumber: BPS (2011). Berdasarkan data BPS tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki potensi produksi buah pepaya yang sangat tinggi sehingga dapat mendukung kesuksesan bisnis untuk hilirisasi agroindustri papain. Hal ini dikarenakan buah pepaya tersebut dapat digunakan sebagai media untuk menghasilkan getah pepaya yang akan menjadi bahan baku (raw material) papain. Untuk itu, Indonesia sangat berpotensi sebagai penghasil utama papain di dunia, karena didukung oleh produksi buah pepaya yang sangat banyak di Indonesia.
6
2.1.2. Permintaan dan Penawaran Papain Terdapat tiga jenis papain yang sangat populer di pasar dunia, yaitu papain kasar (crude papain), papain bersih (refined papain) dan papain murni (pure papain). Papain tersebut digunakan sebagai pengempuk daging untuk industri pengolahan daging, restoran dan hotel, sebagai penstabil minuman, sebagai bahan tambahan
pada
industri
kosmetika,
farmasi,
dan
suplemen
makanan
(Murdokowiyoto, 2003). Namun, belum semua permintaan papain terpenuhi oleh para produsen papain. Pada saat ini, sekitar 90% dari produksi papain digunakan untuk memenuhi kebutuhan papain di Amerika Serikat dan Jepang. Negara-negara Eropa dan Australia hanya mampu memasok 10% dan sisanya masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan papain dari negara-negara tersebut yang jumlahnya sekitar 55% (Muhidin, 1999 dalam Tohir, 2003). Lebih lanjut Tohir (2003) menyebutkan bahwa Negara-negara di benua Afrika menjadi produsen terbesar papain. Negara-negara tersebut antara lain Zaire, Uganda dan Tanzania. Negara-negara Asia yang menjadi produsen dari papain adalah India, Srilanka, dan Thailand. Belakangan Negara-negara di Amerika Latin seperti Brazil dan Argentina juga menjadi produsen dari papain. Senada dengan pendapat tersebut, Cianjurkab.go.id (2010) melansir bahwa eksportir utama komoditi papain saat ini adalah negara-negara Afrika, terutama Uganda dan Kongo. Ekspor dari Uganda pada tahun 1996 sebesar 223 ton atau setara dengan 25% pangsa pasar. Negara ekportir lainnya adalah Australia, India, dan Sri Lanka. Impor langsung ke Amerika Serikat sebagian besar berasal dari India. Dalam jumlah yang relatif kecil, suplai juga berasal dari China, Kongo, dan Indonesia. Berdasarkan laporan Quenum (2002) dalam Tohir (2003), Negara-negara di benua Eropa, yang termasuk Negara maju, melakukan pengembangan industri papain yang fokusnya adalah kegiatan di hilir yaitu dengan menggunakan crude papain impor dari negara-negara di Benua Asia, Benua Afrika atau Amerika Latin untuk mengembangkan berbagai jenis produk. Data permintaan papain pada tahun 2002 disajikan pada Tabel 2.3 berikut ini.
7
Tabel 2.3. Data permintaan papain pada tahun 2002 Negara Amerika Serikat Jepang Inggris Korea Selatan Total Permintaan
Kebutuhan Papain (ton/tahun) 300 90 20 7 417
Sumber : Quenum (2002) dalam Tohir (2003). Sedangkan penawaran papain dapat diketahui dengan melihat data produksi papain di dunia. Dibawah ini disajikan Data Negara dan Jumlah Produksi Papain pada Tahun 2002. Tabel 2.4. Data Negara dan Jumlah Produksi Papain pada Tahun 2002 Negara Produsen Zaire Uganda Tanzania Srilanka Total Produksi
Produksi papain (ton/ha) 59 175 14 30 278
Sumber: Quenum (2002) dalam Tohir (2003). Negara-negara tujuan ekspor papain seperti negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, menentukan kriteria tertentu untuk papain yang akan masuk ke negaranya. Botanical Derivatives Catalogue dari Dr. Madist Laboratories, Inc. USA., menyebutkan spesifikasi papain yang biasa dijual di pasaran Amerika Serikat, dapat dilihat pada Tabel 2.5. berikut ini. Tabel 2.5. Kriteria Papain di Amerika Serikat Jenis Kriteria Crude papain Warna Putih sampai kecoklatan Bau dibolehkan Zat tidak larut air sampai 30% Kadar air sampai 18% Total abu sampai 14% Pasir sampai 5% Serangga dan bagiannya banyak Total bakteri sampai 300 juta/gr Hilang aktivitas (dalam 6 bulan) sampai 50% Aktivitas proteolitik 50-70 unit/gr Sumber: www.jains.com dalam Tohir (2003).
Refined Papain Putih kelabu tidak dibolehkan Maks. 0,05 Maks 6% Maks 5% Tidak ada Tidak ada Maks. 1000/gr sampai 5% 700-1000 unit/gr
8
Oleh karena belum semua papain dapat dipenuhi dengan suplai dari negara-negara produsen papain, dan diiringi dengan peningkatan jumlah permintaan, maka dapat menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan (excess demand) terhadap papain. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk pengembangan hilirasasi agroindustri papain. Sehingga dapat dikatakan adanya kelebihan permintaan tersebut dapat mendukung kesuksesan hilirisasi agroindustri tersebut. 2.1.3. Nilai Tambah Bisnis Dilihat dari nilai tambah bisnis, agroindustri papain menjadi salah satu industri yang prospektif untuk dikembangkan ke depan. Karena, selain dapat menjual buah pepaya di pasar lokal atau nasional bahkan internasional, dari pepaya juga dapat diperoleh nilai tambah bisnis berupa getah pepaya yang dapat diolah menjadi papain. Berdasarkan Iriani (1991), menunjukkan bahwa varietas pepaya memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah getah dan kualitas getah pepaya yang dihasilkan. Sehingga untuk mendukung kesuksesan hilirisasi agroindustri papain perlu memanfaatkan getah pepaya sebagai bahan baku hilirasasi agroindustri papain, dari varietas pepaya yang menghasilkan jumlah dan kualitas getah pepaya yang baik. Oleh karena itu, pemerintah harus berusaha mendorong pengembangan produk turunan papain baik untuk keperluan bahan baku industri pangan ataupun industri non pangan, dengan tujuan untuk diversifikasi produk hasil panenan pepaya guna mengurangi resiko terhadap produksi dan fluktuasi harga. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mendorong pendirian pabrik industri papain baru dan pengembangan kapasitas pabrik industri papain yang telah ada guna meningkatkan nilai tambah bisnis. Atau dengan kata lain, semakin besar nilai tambah bisnis, maka semakin besar peluang untuk dapat mendukung kesuksesan hilirisasi agroindustri papain. 2.1.4. Lokasi Penyebaran dan Kapasitas Pabrik Berdasarkan luas panen, produksi serta pangsanya, maka terdapat empat provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat serta Nusa Tenggara Timur yang mempunyai peluang besar sebagai daerah pengembangan agroindustri
9
papain di Indonesia (Murdokowiyoto, 2003). Di Jawa Timur yang merupakan daerah penghasil pepaya terbesar di Indonesia telah ada perusahaan pengolahan papain yang merupakan usaha berorientasi komersial dengan sistem kemitraan antara pengusaha dan petani yaitu PT. Has Farm yang terletak di Kabupaten Kediri (Tohir, 2003). Tohir (2003) lebih lanjut menyatakan di provinsi Jawa Tengah juga telah berdiri perusahaan sejenis yaitu PT Agro Java Papain yang berlokasi di Kota Semarang. Perusahaan ini memproduksi papain dalam bentuk powder dan liquid serta pectin dalam bentuk padat. Kapasitas produksi per bulan adalah 14.000 Kg (14 ton) untuk papain powder, 2500 Liter untuk papain liquid dan 10.000 Kg (10 ton) pectin. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat yang merupakan pemasok terbesar ketiga produksi pepaya nasional, satu-satunya pabrik pengolah papain adalah PT Warsons yang terletak di Kabupaten Bandung (daerah penghasil pepaya terbesar ke-2 di Jawa Barat). Sehingga dapat dikatakan semakin luas lokasi penyebaran dan semakin besar kapasitas pabrik (baik yang sudah ada, atau yang akan didirikan) maka semakin besar kemungkinan kesuksesan bisnis hilirisasi agroindustri papain.
2.2. Strategi Pengembangan Hilirisasi Agroindustri Papain Berdasarkan Iriani (1991), tahapan-tahapan untuk mendapatkan papain murni terdiri dari penyadapan, penyaringan, pengeringan, penggilingan dan pemurnian. Dalam diagram dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
10
Buah pepaya muda (6400 buah/Ha)
Penyadapan : Getah pepaya (25.600 kg/ha) Penyaringan : Getah pepaya bersih (96% getah pepaya yaitu 24.576 kg/ha) Pengeringan : Getah pepaya kering (18% getah pepaya bersih yaitu 4.423 kg/ha) Penggilingan : Papain kasar (98% getah bersih yaitu 4.335 kg/ha) Pemurnian Papain Murni (40% papain kasar yaitu 1.734 kg/ha) Gambar 1. Teknologi Proses Industri Pemurnian Papain (Sumber: Iriani, 1991 pp. 74) 2.2.1. Peningkatan Areal Penanaman dan Produksi Pepaya Untuk menghasilkan getah pepaya dalam jumlah besar, maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan perluasan areal penanaman dan produksi pepaya. Upaya ini perlu didorong oleh pemerintah, melalui departemen terkait. Petani selaku pelaku pertanian, dapat diberikan insentif berupa pemanfaat lahan atau dengan memberikan bantuan bibit dan pupuk. Selain itu, diperlukan pembinaan dan penyuluhan guna efisiensi dan peningkatan produktifitas hasil pertanian. Sedangkan peran akademisi dalam mensukseskan hilirisasi adalah dengan melakukan penelitian varietas pepaya yang dapat menghasilkan buah yang manis dan juga menghasilkan jumlah dan kualitas getah pepaya yang tinggi. Buah pepaya yang diambil getahnya tidak akan mengurangi rasa dan vitamin yang terkandung didalamnya, karena hanya melukai bagian kulit dari pepaya tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan dan pembinaan terhadap petani guna meningkatkan produksi getah pepaya yang dapat dihasilkan. Sehingga buah pepaya yang dihasilkan petani tetap dapat diterima oleh pasar, walaupun
11
telah disadap terlebih dahulu. Oleh karena itu, peran pemerintah dan akademisi dalam pelatihan dan pembinaan tentang tahapan-tahapan penyadapan getah pepaya, dapat memberikan dampak positif terhadap kesuksesan hilirisasi agroindustri papain. 2.2.2. Desentralisasi Proses dan Nilai Tambah Keterlibatan petani dalam kesuksesan hilirisasi agroindustri papain sangatlah penting, karena proses penyadapan dilakukan ditingkat petani. Kemudian getah pepaya yang dihasilkan oleh petani akan melalui proses penyaringan. Melalui desentralisasi proses dan nilai tambah, getah pepaya yang telah disadap oleh petani dibawa ke pedagang pengumpul untuk dilakukan proses penyaringan Dalam proses penyadapan, petani harus mengetahui usia buah pepaya, dimana usia terbaik yaitu 70 – 80 hari setelah berbunga, dengan irisan setiap buahnya yaitu sebanyak 4 irisan dengan kedalaman 1 – 2 mm dari pangkal buah hingga ujung buah. Waktu yang paling tepat untuk melakukan proses penyadapan yaitu pagi hari sebelum matahari naik (pukul 06.00 – 08.00) dan sore hari sebelum matahari terbenam (pukul 15.00 – 17.00), dan dilakukan dengan interval 4 hari sekali dan maksimal disadap hanya sampai 4 kali (Tohir, 2003). Setelah dilakukan penyadapan, petani harus segera membawa getah pepaya ke pedagang pengumpul yang berada di dekat lokasi pertanian petani untuk dilakukan proses penyaringan getah pepaya. Sehingga dengan upaya desentralisasi proses dan nilai tambah ditingkat petani adalah salah satu strategi pengembangan hilirisasi agroindustri papain. 2.2.3. Peningkatan Teknologi Industri Pengolahan Pedagang pengumpul yang telah melakukan proses penyaringan getah pepaya, maka dapat segera membawanya ke lokasi unit usaha pengeringan getah pepaya atau pedagang pengumpul juga dapat berinvestasi untuk pengadaan teknologi pengeringan getah pepaya. Investasi terhadap teknologi pengeringan yang digunakan untuk menghasilkan crude papain sangat beragam tergantung metode pengeringan dan kualitas crude papain yang diinginkan.
12
Menurut Tohir (2003), proses pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai metode dengan kualitas hasil yang berbeda. Metode pengeringan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Metode Pengeringan Getah Pepaya Metode Pengeringan Freeze Drying Vacuum Drying Spray Drying Cabinet Drying Sun Drying
Kualitas Crude Papain 700 MCU 600 MCU 600 MCU 550-600 MCU 200 MCU
(Sumber: Tohir, 2003) Setelah melalui proses pengeringan, getah pepaya kering kemudian melalui proses penggilingan untuk menghasilkan bubuk papain kasar (crude papain powder). Harga crude papain powder ditingkat internasional sangat beragam tergantung kualitasnya. Semakin tinggi kualitas crude papain powder maka semakin tinggi harganya di pasar internasional. Namun untuk mensukseskan hilirisasi agroindustri papain, sebaiknya crude papain powder diolah lebih lanjut melalui proses pemurnian untuk menghasilkan papain murni (pure papain). Pengukuran terhadap kualitas papain didasarkan pada aktivitas proteolitik papain. Beberapa satuan pengukuran diantaranya adalah FCCU (food chemical codes unit), MCU (milk chlotting unit), CDU (casein digestion unit) dan SU (soxhlet unit). Diantara keempat satuan tadi yang paling banyak disepakati adalah MCU (Muhidin, 1999 dalam Tohir, 2003). Dapat dikatakan, diperlukan kapitalisasi yang cukup besar untuk investasi di industri pengolahan papain, sehingga investasi untuk teknologi industri pengolahan yang dikeluarkan oleh pengusaha pengolahan papain disektor hilir sanagat diperlukan. Oleh karena itu, peran pengusaha dan dukungan lembaga keuangan menjadi penting dalam mendukung kesuksesan hilirisasi agroindustri papain. 2.2.4. Strategi Pemasaran Papain yang dihasilkan, baik itu crude papain atau pure papain, merupakan komoditas hasil pertanian yang telah melalui proses industri
13
pengolahan lebih lanjut, sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran terhadap papain yang dihasilkan berdasarkan 4 bauran pemasaran (marketing mix), yaitu Produk (product), Pendistribusian (place), Promosi (promotion) dan Harga (price). Crude papain sebenarnya dapat langsung dijual ke pasar dalam negeri ataupun pasar internasional, namun setelah melalui proses pemurnian, dijual kembali ke pasar dalam negeri dalam bentuk pure papain untuk berbagai industri. Sehingga untuk strategi product, sebaiknya crude papain diolah terlebih dahulu melalui proses pemurnian untuk menghasilkan produk akhir berupa pure papain, karena harga jual pure papain lebih tinggi dibandingkan crude papain. Pada strategi place, pengiriman produk merupakan hal yang penting. Beberapa negara mensyaratkan pengiriman dengan menggunakan media kemasan dan kuantitas tertentu, karena kemasan menentukan umur simpan dari papain. Seperti negara Perancis menyukai kemasan platik dengan isi 50 kg yang dibungkus lagi dengan karung goni, sementara para importir papain di Inggris lebih suka pengemasan dengan drum yang dilapisi polietilen dengan kapasitas 25 kg. sedangkan importir Amerika Serikat dan Jerman tertarik dengan papain yang dikemas dalam kemasan plastik yang berisi gas nitrogen yang kemudian dimasukkan kedalam kaleng. Strategi promotion yang dapat dilakukan adalah melalui personal selling kepada pembeli potensial (potensial buyer) baik di dalam negeri atau di pasar internasional. Sales promotion (promosi penjualan) dapat dilakukan untuk mendapatkan pembeli baru atau mempertahankan pembeli lama. Selain itu, dengan mengirimkan contoh produk (product sample) diharapkan dapat meyakinkan pembeli baru di pasar internasional. Harga pasaran papain relatif tinggi karena adanya kelebihan permintaan baik di pasar dalam negeri atau di pasar internasional. Oleh karena itu, untuk menentukan strategi harga (price), dilakukan dengan menetapkan potongan harga (price discount) untuk pembelian dengan jumlah tertentu. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk penetrasi pasar dan penjualan dalam jumlah yang relatif besar dapat dicapai dalam waktu yang singkat.
14
3. Kesimpulan dan Saran
3.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor potensi produksi dan ketersediaan bahan baku papain, faktor permintaan dan penawaran papain, faktor nilai tambah bisnis, dan faktor lokasi penyebaran dan kapasitas pabrik merupakan faktor-faktor yang dapat mendukung kesuksesan bisnis untuk hilirisasi agroindustri papain. 2. Peningkatan areal penanaman dan produksi pepaya, desentralisasi proses dan nilai tambah, peningkatan teknologi industri pengolahan dan strategi pemasaran merupakan strategi pengembangan untuk mensukseskan bisnis hilirisasi agroindustri papain.
3.2. Saran Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran atau rekomendasi dari penulisan makalah ini yang mungkin dapat ditindaklanjuti adalah sebagai berikut: 1. Hasil yang menunjukkan adanya kelebihan permintaan dan melimpahnya ketersediaan bahan baku papain di Indonesia, sudah semestinya Indonesia menjadi negara eksportir utama papain di dunia, dengan mengembangkan hilirisasi agroindustri papain, yaitu sebagai upaya keterkaitan nilai tambah dari hulu hingga hilir. 2. Hasil yang menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang utama adalah adanya peran pemerintah, akademisi dan pengusaha untuk mensukseskan hilirisasi agroindustri papain di Indonesia.
15
Daftar Referensi
Badan Pusat Statistik RI. 2010. Produksi Buah-buahan Berdasarkan Provinsi Tahun 2010. www.bps.go.id. Diakses tanggal 15 September 2013. Badan Pusat Statistik RI. 2011. Produksi Buah-buahan di Indonesia Tahun 2007– 2011. www.bps.go.id. Diakses tanggal 15 September 2013. Cianjurkab.go.id.
2010.
Agribisnis
Budidaya
Pepaya
dan
Papain.
Cianjurkab.go.id/content/static/pdf/pepaya.pdf. diakses pada tanggal 15 September 2013 Iriani, Evi Savitri. 1991. Pengaruh Varietas Buah Pepaya dan Metode Pemurnian Terhadap Mutu Papain yang Dihasilkan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Kementerian Perindustrian RI. 2012. Outlook Industri 2012 : Strategi Perluasan dan Percepatan Agroindustri. ISBN: 979-97810-12. Jakarta. Murdokowiyoto, Koko. 2003. Strategi Pemasaran Papain dan Pengembangan Produk Pengempuk Daging di KUB Agropaptin Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Tesis. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB. Bogor. Syarif, Auzar dan Suliansyah, Irfan. 2010. Pengembangan Tanaman Pepaya Sebagai Bahan Baku Agroindustri Papain. Tohir, Mochamad. 2003. Perencanaan Industri Pengolahan Papain di Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.