KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat
Alah SWT, atas rahmat dan ridho‐NYA, penyusunan LAKIP tahun 2007 dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Kewajiban menyusun LAKIP didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Tahun 2007 merupakan tahun ke‐7, Departemen Kehutanan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Departemen Kehutanan (LAKIP Dephut), sebagai laporan pertanggungjawaban Departemen Kehutanan dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi.
Melalui LAKIP Dephut tahun 2007, Departemen Kehutanan
melaporkan kinerjanya yang diukur dari pencapaian kinerja misi, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007, sesuai yang tertuang dalam Rencana Stratejik Dephut 2005‐2009 dan Rencana Kinerja Dephut Tahun 2007. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan merujuk pada indikator kinerja input, output, dan outcome, yang telah ditetapkan dan direalisasikan per tahun. LAKIP Dephut Tahun 2007 disusun berdasarkan masukan dari seluruh unit kerja lingkup Dephut. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai seberapa jauh keberhasilan dan kegagalan Departemen Kehutanan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya pada tahun 2007. Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Jakarta, Maret 2008 Menteri Kehutanan ttd H.M.S. Kaban
IKHTISAR EKSEKUTIF Departemen Kehutanan dalam Rencana Stratejik tahun 2005-2009 telah menetapkan visi “Terwujudnya kelestarian hutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat”. Dari visi tersebut, telah ditetapkan 6 misi. Misi tersebut dipandang sebagai misi yang amat penting dan stratejik karena mendasari kebijakan, program, dan kegiatan Departemen Kehutanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Sesuai Dengan Renja Dephut tahun 2007, visi Departemen Kehutanan dicapai melalui 6 misi, 14 tujuan, dan 33 sasaran, yang dilaksanakan melalui 5 kebijakan prioritas, 10 program, dan 51 kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007. Sesuai pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang tertuang dalam surat keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 239/IX/6/8/2003 tahun 2003, kinerja Departemen Kehutanan diukur dengan mengukur pencapaian indikator kinerja (masukan, keluaran, dan hasil) kegiatan pembangunan kehutanan yang dilakukan pada tahun 2007. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kinerja Departemen Kehutanan pada tahun 2007 adalah sebesar 81,28%, sedangkan tahun 2006 sebesar 87,79% dan tahun 2005 sebesar 90,60%. Nilai pencapaian persentase (%) kinerja hasil ini menurun dari tahun ketahun, tetapi hasil fisik yang didapatkan jauh lebih besar karena anggaran yang tersedia jauh lebih besar dari tahun sebelumnya. Dari total anggaran pembangunan kehutanan yang tersedia pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.724.549.072.000,- realisasi pelaksanaannya sebesar 50,64% atau Rp. 3.405.613.613.000. Pelaksanaan anggaran ini sangat dipengaruhi oleh sistem penganggaran berbasis kinerja yang belum mantap. Pada sistem ini mekanisme pertanggungjawaban anggaran semakin kompleks dan ada ketentuan keharusan untuk seluas-luasnya melibatkan berbagai pihak dalam setiap kegiatan. Pencapaian kinerja hasil pembangunan kehutanan tahun 2007 per program, yang nilainya masing-masing adalah sebagai berikut:
ii
NO.
PROGRAM
Hasil Kinerja (%)
1
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
81,64
2
Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH
75,00
3
Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA
80,41
4
Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA
80,00
5
Pemantapan keamanan dalam negeri
74,81
6
Perlindungan dan konservasi SDA
72,84
7
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
84,99
8
Penelitian dan Pengembangan IPTEK
81,64
9
Pendidikan Kedinasan
80,70
10
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
96,83
Rata-rata
81,28
Melihat pencapaian hasil di atas, Departemen Kehutanan tahun 2007 memiliki kinerja sebesar 81,28%, dibandingkan tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 7,66% (tahun 2006 sebesar 88,94%). Hasil-hasil yang pelaksanaan kinerja pembangunan kehutanan tahun 2007, antara lain : 1. Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dengan hasil peta paduserasi provinsi Kalimantan Tengah; data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan di 12 provinsi; penyelesaian permasalahan pengukuhan kawasan hutan di 2 provinsi; penyelesaian proses tukar menukar kawasan hutan untuk pembangunan non kehutanan di 12 lokasi; sertifikasi pengelolaan hutan produksi lestari 19 sertifikat seluas 1.774.820 ha; ekspor panel kayu 2,67 juta ton dan
iii
wood working 1,6 juta ton; jumlah pulp yang dihasilkan tahun 2007 sebanyak 5,5 juta ton; pngkayaan dan pemeliharaan hasil pengkayaan di 4 provinsi (Sumbar, Kalbar, Kaltim, Kalsel); pnerimaan PNBP dari 16 provinsi penghasil; buku Pedoman actionplan pembangunn KPH tingkat nasional; pembangunan areal model HHBK seluas 295 ha. 2. Program Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH, dengan hasil data dan informasi neraca sumber daya hutan (NSDH) 33 provinsi; data luas dan persebaran penutupan lahan sebanyak 300 lembar peta; data penutupan lahan di Sumatera dan Sulawesi; data tematik kehutanan di 29 provinsi 3. Program Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA, dengan hasil pembangunan Gerhan dengan hutan tanaman reboisasi seluas 28.536 ha, tanaman hutan rakyat 51.016.944 ha, tanaman hutan mangrove 2.911 ha, dan tanaman silvikultur intensif 2.276 ha, HTI 447.982 ha, Perum Perhutani 201.564 ha, hutan meranti 2.799 ha; bangunan konservasi tanah (dam, embung, sumur resapan) sebanyak 2.568 unit; pembangunan areal model hutan rakyat 500 ha, dan areal model wanatani 140 ha; rencana teknik tahunan tahun 2007 di 23 DAS; Indonesia menanam 79 juta batang; perempuan menanam 12 juta batang; dan penanaman kemitraan dengan 32 ormas sebanyak 3,2 juta batang. 4. Program Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA, dengan hasil pembangunan hutan kemasyarakatan tahun 2007, program HKm melibatan masyarakat sebanyak 57 Kelompok Tani terbaik (6.742 KK), dengan luas lahan 8.811,06 Ha di Lampung, DIY, dan NTB. Untuk mendorong upaya pengentasan kemiskinan dan rehabilitasi kawasan hutan Negara, Wapres RI menetapkan target penetapan areal kerja dan ijin usaha pemanfaatan HKm seluas 400.000 Ha tahun 2009, dan 2,1 juta ha tahun 2015; pemberdayaan masyarakat (PHBM) di areal IUPHHK-HA 16.015 KK dan IUPHHK-HTI 30.557 KK; pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) 1,6 juta KK; peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi 425.764 KK di 1.333 desa; peningkatan usaha masyarakat di sekitar hutan produksi 29 provinsi, 58 desa, 1.160 KK. 5. Program Pemantapan Keamanan Dalam Negeri, dengan hasil pelatihan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC), Diklat Polhut dan PPNS sebanyak 8.153 orang, jumlah SPORC 893 orang 11 provinsi; operasi Represif dan operasi Polhut khusus 11 paket, dengan hasil
iv
operasi kayu 37.105 batang/126.928 m3, alat berat 8 unit, kapal 7 unit, truk 16 unit, mobil 3 unit, satwa 424 ekor, dan lahan perambahan 416,43 ha; rapat kerja pengamanan hutan dengan instansi terkait; penanganan perkara tindak pidana kehutanan 1 paket; pelanggaran pencurian kayu tahun 2007 sebanyak 293 kasus (2006 : 1422 kasus), kebakaran hutan 11 kasus (2006: 28 kasus), perambahan 39 kasus (2006 : 84 kasus). Terjadi penurunan kasus pelanggaran kehutanan pada tahun 2007; perbaikan tata usaha hasil hutan (SAKB, faktur, SKAU, log tracking atau barcode system). 6. Program Perlindungan dan Konservasi SDA, dengan hasil pemantauan hotspot di 25 provinsi, dimana tahun 2007 jumlah hotspot yang teridentifikasi dalam kawasan hutan 343 titik, dan di lahan 1.081 titik; koordinasi pengendalian kebakaran hutan, pengendalian kebakaran lahan dan hutan di di BKSDA/BTN rawan kebakaran di 11 porpinsi; pembentukan masyarakat peduli api di Bengkulu, Sumbar, Sumut, Sulsel, dan Kalbar; inventarisasi areal bekas kebakaran di Riau, Jambi, TN Ciremai, TN Gunung palung, dan kalimantan Tengah; Pengelolaan jasa lingkungan dan jasa wisata di 10 lokasi. 7. Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK, dengan hasil teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi sebanyak 55 kegiatan; teknologi peningkatan produktivitas hutan sebanyak 198 kegiatan; teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati sebanyak 141 kegiatan; teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan; tehnik pengkayaan dan inventarisasi hutan alam 17 kegiatan, dan model dan pola partisipasi masyarakat sebanyak 35 kegiatan. 8. Program Pendidikan Kedinasan, dengan hasil jumlah yang terdidik di SKMA Manokwari, Diploma IV penyuluhan dan S1 kerjasama, 253 orang; jumlah aparatur yang mengikuti diklat perencanaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan hutan dan pengamanan hutan, bidang administrasi kepemimpinan 3.463 orang. 9. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, dengan hasil laporan hasil pemeriksaan reguler, PNBP, khusus, lainnya, pencermatan kerjasama dan BLN, aset IKMN, evaluasi pencapaian DIPA th 2007, evaluasi pencermatan lainnya 369 LHA;
v
laporan evaluasi SAKIP dan SAI; laporan pembinaan wilayah 15 provinsi. 10. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan, dengan hasil arahan kebijakan Departemen kehutanan 288 dokumen; penerimaan negara bukan pajak Dana Reboisasi 1.358,78 milyar, PSDH 670,09 milyar, IHPH dan IHPHTI 76,01 milyar; fasilitasi konvensi internasional dan internalisasi konvensi internasional dan perencanaan kehutanan 33 propinsi; kerjasama lintas sektor dan international (Fleg, MOU dengan Inggris, China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Norwegia); penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan; Laporan perkembangan kredit KUK DAS, KUPA, KUHR
Penegakan hukum masalah hutan dan lingkungan masih menjadi masalah besar yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan. Kejahatan bidang kehutanan sangat komplek dan dampaknya tidak dirasakan secara langsung secara singkat tetapi dampak yang ditimbulkan jangka panjang. Tidak efektifnya penegakan hukum terutama disebabkan oleh kurangnya kemauan untuk melakukan tindakan. Sebaliknya, justru banyak faktor yang mendukung lemahnya penegakan hukum, antara lain: lemahnya kelembagaan, peraturan perundangan yang kurang realistis, lemahnya sistem pengawasan serta penyalahgunaan wewenang. Menghadapi permasalahan tersebut diatas, maka Departemen kehutanan akan terus meningkatkan kinerjanya, terutama kinerja dari 5 kebijakan prioritas dan dijabarkan ke daalam 19 fokus kegiatan yang telah ditetapkan. Peningkatan kinerja ini akan tercapai dengan meningkatkan kerjasama dengan semua pihak (stakeholders), terutama dengan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
vi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................
i
IKHTISAR EKSEKUTIF....................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................
vii
DAFTAR TABEL...........................................................
viii
DAFTAR GRAFIK..........................................................
ix
I.
II.
PENDAHULUAN...................................................
1
A.
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI..........
1
B.
STRUKTUR ORGANISASI.................................
1
C.
LINGKUNGAN STRATEGIS YANG BERPENGARUH.....
3
PERENCANAAN STRATEJIK...................................... A.
B.
III.
RENCANA STRATEJIK....................................
8
1.
VISI..................................................
8
2.
MISI.................................................
8
3.
TUJUAN ............................................
8
4.
SASARAN............................................
10
5.
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN.......
10
RENCANA KINERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2007.............................................
18
AKUNTABILITAS KINERJA.......................................
19
A.
19
PENGUKURAN KINERJA ................................. 1.
KINERJA PROGRAM PEMBANGUNAN KEHUTANAN....................
21
2.
KINERJA MISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN .....
28
3.
KINERJA VISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN.........................................
34
B.
ASPEK KEUANGAN.........................................
35
C.
PERMASALAHAN .............................................
36
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4.
Misi, Jumlah Sasaran, Program, dan Jumlah Kegiatan Sesuai Renstra Dephut 2005-2009 dan Renja Dephut 2007....................................... Hasil Pengukuran Kinerja Program.......................... Hasil Pengukuran Kinerja Sasaran, tujuan, dan misi Pembangunan Kehutanan Tahun 2007...................... Alokasi dan Realisasi Anggaran Departemen Kehutanan Tahun 2007......................................................
19 21 29 35
viii
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.
Sebaran Pegawai Departemen Kehutanan Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin ...............
3
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Matrik Renstra-Kl Departemen Kehutanan Tahun 2005-2009 ........................................
38
Lampiran 2.
Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2007 ..............
47
Lampiran 3.
Pengukuran Kinerja Kegiatan .........................
68
Lampiran 4.
Pengukuran Pencapaian Sasaran .....................
84
x
I. A.
PENDAHULUAN
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI Berdasarkan Keppres Nomor 187/M Tahun 2004 Tentang Susunan Kabinet Indonesia Bersatu, telah ditunjuk Menteri Kehutanan yang tergabung didalam Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu, untuk membantu melaksanakan sebaik–baiknya tugas Presiden didalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. Sementara itu, berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI, disebutkan bahwa Menteri memimpin Departemen dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah. Departemen Kehutanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kehutanan. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen Kehutanan menyelenggarakan fungsi:
B.
1.
perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang kehutanan;
2.
pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
3.
pengelolaan barang tanggungjawabnya;
4.
pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5.
penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
milik/kekayaan
negara
yang
menjadi
STRUKTUR ORGANISASI Untuk dapat menampung tugas dan fungsi pokok tersebut di atas, maka telah ditetapkan susunan organisasi Departemen sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005, sebagai berikut: a.
Menteri;
b.
Sekretaris Jenderal;
c.
Direktorat Jenderal;
d.
Inspektorat Jenderal;
e.
Badan dan/atau Pusat;
f.
Staf Ahli.
Susunan organisasi Departemen Kehutanan ditetapkan didalam peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi Dan
1
Tata Kerja Departemen Kehutanan. Tugas setiap unit kerja di dalam susunan organisasi Departemen Kehutanan, adalah sebagai berikut: 1.
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas dan administrasi Departemen.
2.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perlindungan hutan dan konservasi alam.
3.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial.
4.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan produksi kehutanan.
5.
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen.
6.
Badan Planologi Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan perencanaan makro di bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan.
7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan.
8.
Staf Ahli Bidang Kelembagaan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah kelembagaan dan sumberdaya manusia.
9.
Staf Ahli Bidang Ekonomi mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah ekonomi kehutanan.
10. Staf Ahli Bidang Lingkungan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah lingkungan hidup. 11. Staf Ahli Bidang Kemitraan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah kemitraan kehutanan. 12. Staf Ahli Bidang Penanganan Perkara Kehutanan mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah perkara kehutanan. Struktur organisasi Departemen Kehutanan adalah sebagai berikut: MENTERI KEHUTANAN SAM I s/d V
SETJEN
ITJEN
DITJEN BPK
DITJEN RLPS
DITJEN PHKA
BAPLAN
BALITBANG
2
C.
LINGKUNGAN STRATEGIS YANG BERPENGARUH Departemen Kehutanan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, dipengaruhi oleh kondisi lingkungan stratejik, baik internal maupun eksternal. Lingkungan internal berasal dari aspek-aspek sumberdaya manusia (SDM), peraturan perundang-undangan, sarana dan prasarana, keuangan, dan kelembagaan. Sedangkan lingkungan eksternal berasal dari aspek-aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, karena pembangunan kehutanan ke depan ditujukan untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang secara umum tercermin pada kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi. 1.
Lingkungan Internal a.
Aspek Sumber Daya manusia SDM sangat berpengaruh dalam pencapaian suatu program. Berdasarkan data 28 Desember 2007, jumlah pegawai Departemen Kehutanan sebanyak 17.170 orang. Berdasarkan pendidikan, pegawai Departemen Kehutanan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 78 orang S3, 845 orang S2, 4.192 orang S1/D4, 587 orang D3, 10.251 orang SLTA, 648 orang SLTP, dan 569 orang SD. Kondisi pegawai berdasarkan pendidikan dapat dilihat dalam grafik berikut:
Perempuan
12000
Laki-laki
10000 8000 6000 4000 2000 0 S3
S2
S1/D4
D3
SLTA SLTP
SD
Grafik 1. Sebaran Pegawai Departemen Kehutanan berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin Peningkatan kompetensi SDM Departemen Kehutanan telah dilakukan melalui pendidikan formal dan pelatihan di dalam dan luar negeri. Sedangkan untuk meningkatkan kinerja pegawai agar lebih profesional di bidang tugasnya, para pegawai Departemen
3
Kehutanan dianjurkan untuk meniti karir di jabatan fungsional (jabfung). a.
Aspek Peraturan Perundangan Perangkat perundang-undangan memberikan legitimasi yang diperlukan Departemen Kehutanan dalam melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya dengan mengingat pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan. Ketentuan perundang-undangan yang berlaku berupa produk legalilasi yang dicapai melalui berbagai tahap dan proses serta melibatkan banyak pihak yang berkepentingan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara prosedural ketentuan perundangundangan, dalam konteks kehutanan menjadi domain Departemen, telah mencerminkan perhatian, harapan, persepsi dari unsur-unsur pemangku kepentingan mengenai tugas pokok dan fungsi Departemen Kehutanan.
b.
Aspek Sarana dan Prasarana Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Departemen Kehutanan memiliki berbagai fasilitas utama, antara lain:
d.
•
Tanah senilai Rp 84,51 Milyar
•
Peralatan dan mesin senilai Rp 1,74 trilyun
•
Gedung dan bangunan senilai Rp 340,28 Milyar
•
Jalan, irigasi dan jaringan senilai Rp 35,23 Milyar
•
Asset tetap lainnya senilai Rp 39,28 Milyar
Aspek Sumber Daya Keuangan Sumber daya keuangan merupakan faktor yang menentukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi guna merealisasikan tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Pada tahun 2007 total alokasi anggaran Departemen Kehutanan adalah sebesar Rp6.724.549.072.000,00. Anggaran ini dibagi kedalam 2 jenis sumber anggaran, yaitu yang tercantum dalam DIPA 29 sebesar Rp2.503.920.399.000,00 dan dalam DIPA 69 Luncuran sebesar Rp1.259.672.026.000,00, dan DIPA 69 Murni sebesar Rp2.960.956.647.000,00.
e.
Aspek Kelembagaan Penyelenggaraan kehutanan, selain dilakukan oleh pemerintahan pusat (sesuai susunan organisasi di atas), juga dilakukan oleh pemerintahan daerah. Sesuai dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Penyelenggaraan Kehutanan di daerah terdiri dari :
4
1.
Desentralisasi/pelimpahan wewenang dan tanggung jawab berada di Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2.
Dekonsentrasi yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kehutanan;
3.
Perbantuan, tugas-tugas pusat dilaksanakan oleh daerah.
Dalam melaksanakan dekonsentrasi, Departemen Kehutanan memiliki 180 UPT yang terdiri dari Balai Pengelolaan DAS (36 unit); Balai Pemantapan Kawasan Hutan (17 unit); Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (2 unit); Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (8 unit), Balai Konservasi Sumberdaya Alam (19 unit), Balai Besar Taman Nasional (8 unit) Balai Taman Nasional (42 unit), Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (18 unit), Balai Besar Litbang (2 unit), Balai Litbang Kehutanan (14 unit), Balai Persuteraan Alam (1 unit), Balai Diklat Kehutanan (7 unit), Balai Perbenihan dan Tanaman Hutan (6 unit). Untuk mencapai sinkronisasi-koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kehutanan di pusat dan daerah melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 103/MenhutII/2004, Departemen kehutanan membentuk Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional di 4 Regional, masing-masing: Regional I wilayah Sumatra; Regional II wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara; Regional III wilayah Kalimantan, Regional IV wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. 2.
Lingkungan Eksternal a.
Aspek Ekologi Sampai dengan tahun 2007, dari kawasan hutan Indonesia seluas 120,35 juta ha, yang telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan adalah seluas 109,9 juta ha. Kawasan hutan tersebut terdiri dari hutan konservasi seluas 23,24 juta ha, hutan lindung seluas 29,1 juta ha, hutan produksi terbatas seluas 16,21 juta ha, hutan produksi seluas 27,74 juta ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 13,67 juta ha. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, hutan dan perairan Indonesia memiliki kekayaan alam hayati yang tinggi, tercermin dengan keanekaragaman jenis satwa dan flora. Sejauh ini kekayaan tersebut diindikasikan dengan jumlah mamalia 515 jenis (12% dari jenis mamalia dunia), 511 jenis reptilia (7,3% dari jenis reptilia dunia), 1.531 jenis burung (17% jenis burung dunia), 270 jenis amphibi, 2.827 jenis binatang tak bertulang, dan 38.000 jenis tumbuhan (Bappenas, 2003).
5
Populasi dan distribusi kekayaan tersebut saat ini mengalami penurunan sebagai akibat pemanfaatan Sumber Daya Hutan (SDH) yang kurang bijaksana antara lain: pemanfaatan yang berlebihan (flora/fauna), perubahan peruntukan kawasan hutan (legal dan illegal), bencana alam, dan kebakaran hutan. b.
Aspek Sosial Berdasarkan sensus penduduk BPS tahun 2003, mengindikasikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 220 juta orang. CIFOR (2004) dan BPS (2000) menggambarkan bahwa kurang lebih 48,8 juta diantaranya tinggal di sekitar kawasan hutan dan sekitar 10,2 juta orang diantaranya tergolong dalam kategori miskin. Penduduk yang bermata pencaharian langsung dari hutan sekitar 6 juta orang dan sebanyak 3,4 juta orang diantaranya bekerja di sektor swasta kehutanan. Secara tradisi, pada umumnya masyarakat tersebut memiliki mata pencaharian dengan memanfaatkan produk-produk hutan, baik kayu maupun bukan kayu (al. rotan, damar, gaharu, lebah madu). Keadaan pendidikan dan kesehatan penduduk sekitar hutan pada umumnya tidak sebaik di perkotaan. Akses terhadap fasilitas tersebut di atas dapat dikatakan rendah. Seiring dengan kondisi tersebut, sanitasi perumahan dan lingkungan serta fasilitas umum masih kurang memadai. Dengan meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk di dalam dan sekitar kawasan hutan, kondisi kualitas sosial penduduk di sekitar hutan secara umum menurun.
c.
Aspek Ekonomi Pemanfaatan hutan secara komersial terutama di hutan alam, yang dimulai sejak tahun 1967, telah menempatkan kehutanan sebagai penggerak perekonomian nasional. Indonesia telah berhasil merebut pasar ekspor kayu tropis dunia yang diawali dengan ekspor log, kayu kergajian, kayu lapis, dan produk kayu lainnya. Selama 1992 - 1997 tercatat devisa sebesar US$ 16.0 milyar, dengan kontribusi terhadap PDB termasuk industri kehutanan rata-rata sebesar 3,5 % (BPS, 2004). Pada tahun 2003 ekspor kehutanan secara resmi dilaporkan sejumlah US$ 6,6 milyar atau sekitar 13,7 % dari nilai seluruh ekspor non migas. Ekspor tersebut terdiri dari kayu lapis, kayu gergajian, dan kayu olahan sebesar US$ 2,8 milyar, pulp and paper sebesar US$ 2,4 milyar dan furniture sebesar US$ 1,1 milyar dan sisanya berasal dari kayu olahan lain. Tetapi menurut perkiraan, karena tidak tercatat seluruhnya jumlah tersebut dapat mencapai lebih dari US$ 8,0 milyar, (CIFOR, 2003). Sungguhpun demikian masa keemasan industri kehutanan mulai tahun 1990 mengalami penurunan. Hal tersebut digambarkan
6
antara lain dengan penurunan jumlah unit pengusahaan hutan (HPH) dari 560 unit (tahun 1990) dengan ijin produksi 27 juta m3, menjadi 270 unit HPH (tahun 2002) dengan ijin produksi 23,8 juta m3. Penurunan berlanjut pada tahun 2003 dengan ijin produksi 6,8 juta m3 dan tahun 2004 dengan ijin produksi 5,8 juta m3. Penerimaan pemerintah dari pungutan Dana Reboisasi (DR), Bunga Jasa Giro DR, Provisi Sumber Daya hutan (PSDH), dan Iuran Hak Pengusahaan Hutan pada tahun 2007 Rp. 2,10 trilyun. Pembangunan kehutanan sejauh ini memiliki kontribusi yang besar terhadap pembangunan wilayah. Hal ini ditunjukkan dengan terbukanya wilayah-wilayah terpencil melalui ketersedian jalan HPH bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan, bertambahnya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan pemerintah daerah dan masyarakat.
7
II. A.
PERENCANAAN STRATEJIK
RENCANA STRATEJIK 1.
VISI Sesuai dengan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 3, kondisi hutan dan kehutanan Indonesia serta persetujuan DPR-RI periode 2004-2009, visi pembangunan kehutanan ditetapkan sebagai berikut : ‘Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan untuk Kelestarian Hutan dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat’
Menjamin
Berdasarkan visi tersebut, Departemen Kehutanan menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari serta untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. 2.
MISI Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No. 5 tahun 1990 tentang Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta persetujuan DPR-RI periode 2004-2009 tanggal 1 Desember 2004, Departemen Kehutanan telah menetapkan 6 misi dalam pembangunan kehutanan, yaitu:
3.
1)
Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.
2)
Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari.
3)
Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS).
4)
Mendorong peran serta masyarakat.
5)
Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
6)
Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah.
TUJUAN Tujuan yang ditetapkan Departemen Kehutanan berdasarkan misi yang diemban, adalah sebagai berikut: •
Tujuan dari misi 1: Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional, adalah untuk:
8
•
a.
Terselenggaranya pengukuhan kawasan hutan;
b.
Terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan.
Tujuan dari misi 2: Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari, adalah untuk: a.
Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan pengelolaan hutan;
b.
Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan rehabilitasi dan reklamasi hutan;
c.
Termanfaatkannya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian;
d.
Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan perencanaan kehutanan;
e.
Berperan aktif dalam memanfaatkan tentang kehutanan dan lingkungan;
f.
Meningkatkan efektifitas pengelolaan hutan di propinsi, kabupaten/kota;
g.
Terselenggaranya penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan.
perjanjian
global
•
Tujuan dari misi 3: Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), adalah untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem penyangga kehidupan.
•
Tujuan dari misi 4: untuk:
Mendorong peran serta masyarakat, adalah
a.
Terbangunnya masyarakat pembangunan kehutanan;
untuk
berperan
serta
dalam
b.
Mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa.
•
Tujuan dari misi 5: Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan, adalah untuk mewujudkan ketahanan usaha di bidang kehutanan.
•
Tujuan dari misi 6: Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah, adalah untuk mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan.
9
4.
SASARAN Sasaran prioritas pencapaian visi jangka menengah Departemen Kehutanan (2005-2009), adalah sebagai berikut: 1)
Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang didukung oleh stakeholder dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendorong pelestarian sumberdaya hutan;
2)
Pemberantasan pencurian kayu dan perdagangan kayu ilegal;
3)
Penerapan prinsip pengelolaan hutan lestari antara lain dengan membangun minimal satu unit pengelolaan hutan di setiap provinsi:
4)
Penambahan pembangunan hutan tanaman sehingga mencaapai seluas 5 juta ha dan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 5 juta ha;
5)
Pembentukan 20 unit Taman Nasional mmodel;
6)
Revitalisasi dan pengembangan hutan rakyat terutama di luar pulau Jawa;
7)
Revitalisasi 282 DAS prioritas agar berfungsi secara optimal;
8)
Pengembangan aneka usaha kehutanan non kayu dan jasa lingkungan secara komersial;
9)
Peningkatan penyerapan tenaga tenaga kerja sebesar 3-10% dan pendapatan masyarakat di dalam dan sekitar hutan sebesar 3-4%;
10) Pengukuhan kawasan hutan seluas 12 juta ha. Berdasarkan visi dan misi Departemen Kehutanan dan dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, maka sesuai dengan tujuan di atas, telah ditetapkan sasaran pembangunan kehutanan selama 5 tahun (2005-2009) sejumlah 35 sasaran. 5.
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN Cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, dilakukan melalui kebijakan, program, dan kegiatan pokok, sebagai berikut: a.
Kebijakan Untuk mencapai sasaran pembangunan jangka menengah sebagaimana diuraikan sebelumnya, Departemen Kehutanan menetapkan 5 kebijakan prioritas periode 2005-2009, yang
10
ditetapkan melalui surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.456/Menhut-VII/2004, yaitu sebagai berikut: 1)
2)
3)
Pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu illegal; Kebijakan ini dimaksudkan : a)
Menegakkan kepastian hukum dibidang kehutanan.
b)
Mendorong iklim usaha di bidang kehutanan secara sah dan benar.
c)
Meningkatkan partisipasi berbagai pihak masyarakat dalam melestarikan hutan.
d)
Menjamin keberadaan pembangunan.
hutan
sebaagai
serta model
Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan; kebijakan ini dimaksudkan : a)
Menciptakan industri kehutanan yang tangguh dan mampu bersaing secara global serta mewujudkan struktur industri pengolahan kayu yang efisien dan berwawasan lingkungan yang dapat menghasilkan produk bernilai tinggi dan berdaya saing global.
b)
Mewujudkan produk kehutanan yang memenuhi standar nasional dan internasional, termasuk standar PHL.
c)
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
d)
Meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara.
e)
Mewujudkan PHL mendukung pengembangan industri kehutanan.
Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan; kebijakan ini dimaksudkan : a)
Menjaga dan memelihara keutuhan ekosistem hutan dan fungsinya.
b)
Mempercepat pemulihan hutan dan lahan kritis, termasuk rehabilitasi hutan mangrove dan hutan pantai.
c)
Meningkatkan daya dukung lingkungan lokal, nasional, dan global.
d)
Meningkatkan masyarakat.
e)
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memelihara hutan dan berusaha di sektor kehutanan.
manfaat
hutan
bagi
kesejahteraan
11
4)
5)
6)
f)
Meningkatkan pennyerapan tenaga kerja.
g)
Meningkatkan dan menjaga daya dukung DAS.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan; kebijakan ini dimaksudkan : a)
Meningkatkan peran serta pembangunan kehutanan.
masyarakat
b)
Meningkatkan akses pemanfaatan hutan.
c)
Meningkatkan lapangan pekerjaaan bagi masyarakat setempat.
d)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
masyarakat
setempat
dalam dalam
Pemantapan kawasan hutan; kebijakan ini dimaksudkan: a)
Menjamin keberadaan kawasan hutan dan penutupan hutan.
b)
Menjamin berjalannya unit-unit pengelolaan hutan untuk berbagai pemanfaatan hutan dan hasil hutan.
c)
Menjamin intensifikasi pengelolaan hutan dan hasil hutan.
d)
Menjamin kelestarian kehidupan dari hutan.
usaha
dan
daya
dukung
Kebijakan Pendukung; kebijakan ini dimaksudkan : a)
Menjamin terselenggaranya proses desentralisasi pembangunan kehutanan yang mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan hutan lestari.
b)
Menjamin ketersediaan rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan.
c)
Menjamin kesinambungan Litbang IPTEK.
d)
Menjamin keberlanjutan pengembangan SDM.
e)
Menjamin kesinambungan monitoring evaluasi pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan.
12
Kebijakan tersebut didasari oleh kehendak Departemen Kehutanan untuk tetap mementingkan perlindungan pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) secara lestari dengan tidak mengurangi kontribusi kehutanan terhadap perekonomian Nasional, terutama pengembangan ekonomi skala pedesaan. Langkah ini diharapkan selain meningkatkan peran produksi hasil hutan bukan kayu (Non Timber Forest Product/NTFP) dan jasa lingkungan juga dapat mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan usaha kecil sektor kehutanan terutama yang berada di sekitar hutan.
Dismaping itu, untuk mengimplementasikan sasaran strategis setiap kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di atas, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 421/Menhut-II/2006 ditetapkan fokus-fokus Kegiatan Pembangunan Kehutanan untuk setiap kebijakan prioritas, meliputi : 1. Pemberantasan penebangan liar (illegal logging) dan perdagangan kayu illegal, dengan dua fokus kegiatan, yaitu: a. Pengamanan Kawasan Hutan b. Penertiban Peredaran Hasil Hutan 2. Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, dengan empat fokus kegiatan, meliputi a. Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Alam Produksi b. Pengelolaan Pemanfaatan Hutan Tanaman c. Pengelolaan Kawasan Yang Belum Dibebani Hak d. Restrukturisasi Industri Primer Kehutanan 3. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan. a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan b. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai c. Pengendalian Kebakaran Hutan d. Pengelolaan Kawasan Konservasi (KPA/KSA/TB dan Hutan Lindung) e. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Produk Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL). f. Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alat 4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan. a. Pengembangan Hutan Rakyat b. Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu c. Pengembangan Hutan Kemasyarakatan 13
5. Pemantapan kawasan hutan. a. Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan b. Pengembangan Informasi Sumberdaya Hutan c. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Kawasan Hutan b. Program Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan, Departemen Kehutanan menetapkan 10 program pembangunan kehutanan periode 2005-2009 yang telah diintegrasikan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20042009. Program-program tersebut adalah sebagai berikut : 1)
Program Pemantapan Keamanan Dalam Negeri;
2)
Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan;
3)
Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam;
4)
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam;
5)
Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup;
6)
Program Peningkatan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
7)
Program Pendidikan Kedinasan;
8)
Program Penelitian Pengembangan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi;
9)
Program Peningkatan Aparatur Negara.
Pengawasan
10) Program Penyelenggaraan Kepemerintahan
Pimpinan
dan
Akuntabilitas
Kenegaraan
dan
Pada tataran pelaksanaan kebijakan prioritas Departemen Kehutanan dan program jangka menengah nasional, dituangkan dalam kegiatan pokok Departemen Kehutanan. c. Kegiatan prioritas Kegiatan prioritas yang mendukung kebijakan prioritas pembangunan Departemen Kehutanan tahun 2007 adalah sebagai berikut: 1)
Pemberantasan pencurian kayu (illegal logging) dan perdagangan kayu illegal, dengan kegiatan pokok antara lain: a)
Penyempurnaan peraturan perundangan dan kerjasama pemberantasan kejahatan kehutanan dan meningkatnya
14
kegiatan-kegiatan operasi penanggulangan logging sesuai Inpres Nomor 4 tahun 2005.
2)
3)
illegal
b)
Tersedianya basis data sebagai bahan kajian bagi pelaksanaan pemberantasan pencurian kayu (illegal logging dan perusakan hutan lain) dalam rangka tertib tata usaha hasil hutan dan pemenuhan bahan baku industri primer yang legal.
c)
Meningkatnya penertiban penggunana peralatan eksploitasi di hutan alam maupun di areal-areal Ijin Penebangan Kayu (IPK)
d)
Terbitnya pedoman-pedoman dalam rangka penertiban perdagangan hasil hutan ilegal di lingkup internal dan eksternal Departemen.
Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, dengan kegiatan pokok antara lain : a)
Deregulasi peraturan-peraturan menyangkut hutan tanaman yang berisikan insentif dan desinsentif serta deregulasi alokasi pembangunan hutan tanaman.
b)
Pengembangan dan pembinaan usaha hutan tanaman skala kecil dengan jenis unggulan lokal.
c)
Berkembangnya kelembagaan dan investasi unit kelola usaha pemanfaatan hasil hutan serta promosi melalui program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) serta pengembangan kajian restrukturisasi dan pemolaan industri hasil hutan.
d)
Tersedianya sistem informasi pengelolaan produksi yang didukung data yang handal.
hutan
Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan, dengan kegiatan pokok antara lain : a)
Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaaan DAS dan RHL dengan didukung basis data dan informasi tentang penutupan lahan dan tingkat erosi tanah.
b)
Terselenggaranya kegiatan konservasi tanah yang efektif dengan didukung oleh sistem monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan.
c)
Terlatihnya kader-kader ormas dan mitra bidang RHL serta terlaksananya penanaman sebanyak 1 juta batang bibit pada setiap wilayah kerja BP-DAS.
d)
Deregulasi tentang pemanfaatan Taman Nasional, dan terselenggaranya pengelolaan TN Model yang didukung oleh stakeholders.
15
4)
5)
e)
Terbitnya rencana-rencana pengelolaan KSA/KPA/TB, pembinaan habitat dan berkembangnya pengelolaan KSA/KPA/TB kolaboratif bersama masyarakat/mitra.
f)
Meningkatnya kegiatan inventarisasi jasa lingkungan dalam rangka pengembangan basis data serta pengelolaan publikasi pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam.
g)
Terbitnya penyempurnaan peraturan perundangan bidang kebakaran lahan dan hutan serta penyuluhan dan kampanyenya.
h)
Terbitnya regulasi penangkaran flora dan satwa liar serta pemanfaatan dan perdagangan sumberdaya alam yang dilindungi serta pengelolaan/pembinaan habitat spesies yang dilindungi dan yang tidak dilindungi.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan, dengan kegiatan pokok antara lain : a)
Berkembangnya upaya-upaya pengelolaan hutan rakyat terutama diluar Pulau Jawa.
b)
Tersedianya data dna informasi kondisi ekonomi dan sosial-budaya masyarakat sekitar kawasan hutan dalam rangka pengembangan kelembagaan dan kemitraan masyarakat dalam usaha-usaha kehutanan dan pemanfaatan jasa lingkungan.
c)
Berkembangnya model-model usaha kehutanan non kayu dan model hutan kemasyarakatan pada DAS priorittas di 10 provinsi yaitu Bengkulu, Lampung, DIY, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
d)
Deregulasi peraturan perundangan pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam (JLWA) dan Tumbuah dan Satwa Liar (TSL) dan terbitnya pedoman dan kritera pemanfaatan JLWA dan TSL.
e)
Terbentuknya Lembaga Keuangan Alternatif (LKA) untuk investasi/pemodalan untuk usaha pemanfaatan lingkungan, wisata alam dan TSL oleh masyarakat.
Pemantapan kawasan hutan, dengan kegiatan pokok antara lain : a)
Terbitnya kriteria dan standar penyusunan NSDH (Nerara Sumber Daya Hutan) serta terbukanya NSDH
16
tahun 2006 sesuai dengan standar dan kriteria yang berlaku.
6)
b)
Penunjukan kawasan hutan Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Kalteng, Gorontalo, Maluku Utara, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat dan penunjukan kawasan hutan partial di 30 lokasi.
c)
Penetapan kawasan hutan seluas 6 juta ha.
d)
Tersedianya sistem informasi kehutanan yang memuat data dan informasi spatial dan non spatial pemanfaatan hutan, penutupan lahan dan perubahan fungsi kawasan hutan.
e)
Terbitnya rencana aksi pembangunan KPH dan fasilitasi strukturisasi institusi pengelola KPH, serta implementasi rancangan pembangunan KPH model sebanyak 21 unit.
Kebijakan Penunjang a)
Terselenggaranya pengembangan DIKLAT Kehutanan yang menghasilkan SDM kehutanan handal.
b)
Optimalisasi penerimaan,verifikasi pelaksanaan anggaran dan perbendahaaraan serta pengurusan dan pengembangan pengadaan sarana dan prasarana.
c)
Terselenggaranya monitoring dan evaluasi barang dan inventaris milik negara dengan optimal.
d)
Kerjasama bilateral dan multilateral bidang kehutanan berjalan dengan baik.
e)
Kordinasi penyusunan rencana rencana kegiatan dan anggaran pembangunan kehutanan di setiap tingkatan (Pusat, Provinsi, Kab/Kota) dengan sektor lain.
f)
Desentralisasi pembangunan kehutanan untuk menjamin terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan pengelolaan hutan lestari.
g)
Terselenggaranya pelaksanaan PDRB hijau di beberapa daerah.
h)
Tersusunnya rencana pembangunan dan rencana makro kegiatan kehutanan yang diacu semua pihak.
Visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program Departemen Kehutanan selama 5 tahun (2005–2009) tersaji dalam lampiran 1. Rencana Stratejik.
17
B.
RENCANA KINERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2007 Pembangunan Kehutanan tahun 2007 merupakan kelanjutan Pembangunan Kehutanan tahun 2005 dan 2006 yang menekankan pada upaya pemberantasan pencurian kayu dan perdagangan kayu illegal, revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan, rehabilitasi dan konservasi SDA, pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan serta pementapan kawasan hutan. Kelima fokus tersebut merupakan penjabaran Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 456/Menhut-VII/2004 tentang Lima Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu serta telah dijabarkan dalam Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) Departemen Kehutanan tahun 2005-2009 (Peraturan Menteri Kehutanan no. P.04/Menhut-II/2005 tanggal 14 Pebruari 2005). Kebijakan tersebut didasari oleh kehendak Departemen Kehutanan untuk tetap mementingkan perlindungan pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati (SDAH) secara lestari yang tidak mengurangi kontribusi kehutanan terhadap perekonomian Nasional, terutama pengembangan ekonomi skala pedesaan. Kegiatan-kegiatan pembangunan kehutanan pada dasarnya dirancang sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan pokok yang tertuang dalam Renstra Departemen Kehutanan periode 2005-2009, dan disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009, serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2007 termasuk didalamnya 9 (tujuh) prioritas pembangunan nasional tahun 2007 yaitu: 1) Penanggulangan kemiskinan, 2) Peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor, 3) Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan pedesaan, 4) Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan, 5) Penegakan hukum dan HAM, pemberantasan korupsi, dan reformasi birokrasi, 6) Pemantapan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan dan ketertiban serta penyelesaian konflik, 7) Mitigasi dan Penanggulangan Bencana; 8) Percepatan pembangunan insfrastruktur, serta 9) Pembangunan Daerah Perbatasan dan wilayah terisolir. Kegiatan-kegiatan pembangunan kehutanan tahun 2007 tercatat sebanyak 35 kegiatan pokok yang diarahkan untuk menunjang 5 (lima) kebijakan prioritas Departemen Kehutanan. Dalam mencapai visi pembangunan kehutanan maka Departemen Kehutanan pada tahun 2007 mempunyai 6 misi, 14 tujuan, 31 sasaran, yang akan dicapai melalui 5 kebijakan prioritas, 10 program, dan 149 kegiatan pembangunan kehutanan.
18
III. A.
AKUNTABILITAS KINERJA
PENGUKURAN KINERJA Untuk mengetahui kinerja Departemen Kehutanan pada tahun 2007, maka pada laporan ini dilakukan pengukuran kinerja terhadap misi, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan Departemen Kehutanan pada tahun 2007. Sesuai dengan Rencana Startejik Departemen Kehutanan 2005-2009 dan Rencana Kinerja Departemen Kehutanan tahun 2007, misi, sasaran, program, dan kegiatan yang diukur kinerjanya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Misi, Jumlah Sasaran, Program, dan Jumlah Kegiatan sesuai Renstra Dephut 2005-2009 dan Renja Dephut 2007 Misi
Jumlah Tujuan
Jumlah Sasaran
1
Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.
2
5
2
Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari.
7
18
Kebijakan Prioritas Pemantapan Kawasan Hutan
Pemberantasan
3
Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS)
1
1
pencurian kayu di dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya hutan Pemantapan kawasan hutan Kebijakan Pendukung
Rehabilitasi dan konservasi hutan
Program
Kegiatan Pokok
• Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH • Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH
4
- Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH • Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA • Pengembanga n Kapasitas Pengelolaan SDA • Pemantapan Keamanan Dalam Negeri • Perlindungan dan Konservasi SDA • Litbang dan IPTEK
24
• Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA
2
19
Misi
Jumlah Tujuan
Jumlah Sasaran
Kebijakan Prioritas
4
Mendorong peran serta masyarakat.
2
4
o Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan o Kebijakan pendukung
5
Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
1
1
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan
6
Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah.
1
2
Kebijakan pendukung
Σ
6
14
33
5+1
Program
Jumlah Kegiatan
• Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH • Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan SDA • Pendidikan Kedinasan • Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara
7
• Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH
1
• Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara. • Pengembanga n Kapasitas Pengelolaan SDA
15
10
51
Pada tahun 2007, Departemen Kehutanan melaksanakan seluruh misi dan tujuan yang ada di dalam Renstra, yaitu 6 misi dan 14 tujuan. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2007 sebanyak 33 sasaran Renstra. Misi, tujuan dan sasaran tersebut dicapai melalui pelaksanaan 10 program dan 5 kebijakan prioritas. Sesuai Renja 2007, maka pada tahun 2007 dilaksanakan sebanyak 51 kegiatan pokok. Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara melihat prosentase realisasi terhadap target yang telah ditetapkan. Target yang ditetapkan, telah diuraikan didalam indikator kinerja untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan. Pada laporan ini, indikator kinerja yang diukur adalah indikator input (masukan), output (keluaran), dan outcome (hasil). Hasil pengukuran kinerja terhadap misi, sasaran, program dan kegiatan, dapat dilihat pada tabel RKT (Rencana Kerja Tahunan), PKK (Pengukuran Kinerja Kegiatan), dan PPS (Pengukuran Pencapaian Sasaran), sebagaimana yang ada dalam lampiran.
20
1.
KINERJA PROGRAM PEMBANGUNAN KEHUTANAN Pengukuran kinerja program pembangunan kehutanan, dapat diuraikan sebagai berikut:
Program yang diselenggarakan Departemen Kehutanan tahun 2007 ada sebanyak 10 program.
Pencapaian indikator kinerja suatu program dihitung dengan merata-ratakan pencapaian indikator kinerja kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai program dimaksud.
Pencapaian kinerja suatu program dihitung dengan merata-ratakan pencapaian kinerja indikator masukan, keluaran dan hasil dari program tersebut.
Hasil pengukuran kinerja program dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil Pengukuran Kinerja Program Pencapaian kinerja
No
Program
Jumlah Kegiatan
Masukan
Keluaran
Hasil
1
2
3
4
5
6
1
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
12
49,51
82,20
81,64
2
Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH
2
43,42
100,00
75,00
3
Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA
5
56,31
78,33
80,41
4
Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA
1
31,97
100,00
80,00
5
Pemantapan keamanan dalam negeri
3
36,48
93,33
74,81
6
Perlindungan dan konservasi SDA
8
37,31
85,75
72,84
7
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
13
73,59
96,79
84,99
8
Penelitian dan Pengembangan IPTEK
1
80,30
98,14
81,64
9
Pendidikan Kedinasan
3
77,54
80,70
80,70
10
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
3
76,34
98,35
96,83
57,51
87,85
81,28
Rata-rata
21
Dari tabel di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pencapaian kinerja hasil pembangunan kehutanan tahun 2007 sebesar 81,28%, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 88,94%, dan tahun 2005 sebesar 90,46%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pencapaian kinerja program Dephut mengalami penurunan rata-rata sebesar 5,21%.
2) Program 1: Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan -
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan hutan alam dan hutan tanaman secara lestari, meningkatkan produksi hasil hutan non kayu, meningkatkan kinerja industri perkayuan agar mampu bersaing di pasar internasional, dan mewujudkan prakondisi pengelolaan hutan yang mantap melalui pengukuran, penataan batas, serta penyiapan unit-unit pengelolaan hutan.
-
Pencapaian kinerja program ini digambarkan dengan nilai rata-rata sebesar 81,64%, dengan hasil pelaksanaan program antara lain : •
Peta paduserasi provinsi Kalimantan Tengah
•
Data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan di 12 provinsi
•
Penyelesaian permasalahan pengukuhan kawasan hutan di 2 provinsi
•
Surat Keputusan penetapan kawasan hutan sebanyak 75 buah
•
Peta kawasan hutan yang sesuai dengan peta dasar tematik kehutanan di seluruh Indonesia.
•
Penyelesaian proses tukar menukar kawasan hutan untuk pembangunan non kehutanan di 12 lokasi
•
Penyelesaian masalah pertanahan dalam kawasan hutan di 10 lokasi
•
Rencana pemanfaatan areal eks HPH/HTI untuk HHBK 4 provinsi
•
Unit manajemen hutan tanaman 11 lokasi
•
Penilaian kinerja pembangunan hutan alam
•
Sertifikasi pengelolaan hutan sertifikat seluas 1.774.820 ha
•
Ekspor panel kayu 2,67 juta ton dan wood working 1,6 juta ton
produksi
lestari
19
22
-
•
Jumlah pulp yang dihasilkan tahun 2007 sebanyak 5,5 juta ton
•
Pengkayaan dan pemeliharaan hasil pengkayaan di 4 provinsi (Sumbar, Kalbar, Kaltim, Kalsel)
•
Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003
•
Sistem informasi penatausaahaan PSDH/DR secara online 1 paket
•
Penerimaan PNBP dari 16 provinsi penghasil
•
Buku Pedoman actionplan pembangunn KPH tingkat nasional
•
Modul lokalatih personil pelaksana KPH model 6 judul
•
Pembangunan areal model HHBK seluas 295 ha
Hambatan dan permasalahan pencapaian kinerja, antara lain:
yang
•
Penyelesaian penetapan kawasan hutan
•
Penataan batas kawasan hutan
mempengaruhi
3) Program 2: Peningkatan kualitas dan akses informasi SDA dan LH -
Program ini bertujuan untuk menyiapkan data dan informasi sumberdaya hutan yang lengkap, akurat, baik spatial maupun bukan spatial bagi kepentingan pengambilan kebijakan dan perancanaan pembangunan kehutanan.
-
Kinerja program ini pada tahun 2007 sebesar 75,00%, dengan hasil program antara lain : •
Data dan informasi neraca sumber daya hutan (NSDH) 1 judul
•
Data luas dan persebaran penutupan lahan sebanyak 300 lembar peta
•
Data penutupan lahan di Sumatera dan Sulawesi
•
Data digital kontur 300 lembar
•
Data tematik kondisi kawasan hutan provinsi 300 lembar
•
Data tematik kehutanan di 29 provinsi
4) Program 3: Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA -
Program ini bertujuan untuk meningkatkan penutupan hutan pada lahan kritis di 282 DAS prioritas, meningkatkan lapangan kerja dalam pembangunan hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, dan meningkatkan usaha perbenihan.
23
-
Pencapaian kinerja program pada 80,41%, dengan 5 kegiatan pokok.
tahun 2007 sebesar
-
Hasil dari pelaksanaan program adalah kegiatan: •
Pembangunan Gerhan dengan hutan tanaman reboisasi seluas 28.536 ha, tanaman hutan rakyat 51.016.944 ha, tanaman hutan mangrove 2.911 ha, dan tanaman silvikultur intensif 2.276 ha, HTI 447.982 ha, Perum Perhutani 201.564 ha, hutan meranti 2.799 ha.
•
Bangunan konservasi tanah resapan) sebanyak 2.568 unit
•
Pembangunan areal model hutan rakyat 500 ha, dan areal model wanatani 140 ha
•
Rencana teknik tahunan tahun 2007 di 23 DAS
•
Pembangunan perbenihan masyarakat 6 unit
•
Data dan informasi perbenihan 4 BPTH
•
Indonesia menanam 79 juta batang
•
Perempuan menanam 12 juta batang
•
Penanaman kemitraan dengan 32 ormas sebanyak 3,2 juta batang
(dam,
embung,
sumur
5) Program 4: Pengembangan Kapasitas pengelolaan SDA -
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengembangan kelembagaan penyuluhan kehutanan, pemberdayaan masyarakat madani kehutanan, serta pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan hutan dan ekosistemnya.
-
Nilai pencapaian kinerja program ini, yaitu sebesar 80,00%, dengan hasil program antara lain : •
Pembangunan hutan kemasyarakatan tahun 2007 seluas 50 ha
•
Hasil evaluasi tahun 2007, program HKm melibatan masyarakat sebanyak 57 Kelompok Tani terbaik (6.742 KK), dengan luas lahan 8.811,06 Ha di Lampung, DIY, dan NTB. Untuk mendorong upaya pengentasan kemiskinan dan rehabilitasi kawasan hutan Negara, Wapres RI menetapkan target penetapan areal kerja dan ijin usaha pemanfaatan HKm seluas 400.000 Ha tahun 2009, dan 2,1 juta ha tahun 2015Hutan kemasyarakatn/SF 250 ha.
24
•
Pemberdayaan masyarakat (PHBM) di areal IUPHHK-HA 16.015 KK dan IUPHHK-HTI 30.557 KK
•
Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) 1,6 juta KK
•
Peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi 425.764 KK di 1.333 desa
•
Peningkatan usaha masyarakat di sekitar hutan produksi 29 provinsi, 58 desa, 1.160 KK.
6) Program 5: Pemantapan Keamanan Dalam Negeri -
Program ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dengan aparatur penegak hukum(Kepolisian, Kejaksanaan dan Kehakiman) untuk menanggulangi pencurian kayu pada kawasan hutan negara dan praktek-praktek penyelundupan kayu ke luar negeri, serta menyeret pelakunya ke pengadilan.
-
Kinerja program ini yaitu sebesar 74,81%, dengan hasil pelaksanaan program antara lain : •
Penyusunan rencana penyidikan dan perlindungan 10 judul
•
Pelatihan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC), Diklat Polhut dan PPNS sebanyak 8.153 orang, jumlah SPORC 893 orang 11 provinsi.
•
Operasi Represif dan operasi Polhut khusus 11 paket, dengan hasil operasi kayu 37.105 batang/126.928 m3, alat berat 8 unit, kapal 7 unit, truk 16 unit, mobil 3 unit, satwa 424 ekor, dan lahan perambahan 416,43 ha.
•
Rapat kerja pengamanan hutan dengan instansi terkait
•
Penanganan perkara tindak pidana kehutanan 1 paket
•
Advokasi penanganan perkara 1 paket
•
Pelanggaran pencurian kayu tahun 2007 sebanyak 293 kasus (2006 : 1422 kasus), kebakaran hutan 11 kasus (2006: 28 kasus), perambahan 39 kasus (2006 : 84 kasus). Terjadi penurunan kasus pelanggaran kehutanan pada tahun 2007
•
Perbaikan tata usaha hasil hutan (SAKB, faktur, SKAU, log tracking atau barcode system)
25
7) Program 6: Perlindungan dan Konservasi SDA -
Program ini bertujuan untuk meningkatkan perlindungan, pencegahan, dan penanggulangan kebakaran hutan, pengelolaan Taman Nasional dan pengelolaan kawasan konservasi lainnya.
-
Kinerja program ini pada tahun 2007 digambarkan dari pencapaian kinerja 8 kegiatan yang rata-ratanya sebesar 72,84%. Pencapaian kinerja tahun 2007 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006 sebesar 83,58%.
-
Beberapa hambatan yang mempengaruhi hasil pencaapaian kinerja antara lain : pengembangan 20 TN model/mandiri karena belum tersedianya pola optimalisasi pengelolaan TN model dan mandiri; dan pengembangan kerjasama kemitraan bidang KSDAHE karena belum terselesaikannya kasus tumpang tindih kawasan.
-
Hasil pelaksanaan program ini antara lain: •
Pemantauan hotspot di 25 provinsi, dimana tahun 2007 jumlah hotspot yang teridentifikasi dalam kawasan hutan 343 titik, dan di lahan 1.081 titik
•
Koordinasi pengendalian kebakaran hutan
•
Pengendalian kebakaran lahan dan hutan BKSDA/BTN rawan kebakaran di 11 porpinsi
•
Pembentukan masyarakat peduli Sumbar, Sumut, Sulsel, dan Kalbar
•
Inventarisasi areal bekas kebakaran di Riau, Jambi, TN Ciremai, TN Gunung palung, dan kalimantan Tengah
•
Pengelolaan jasa lingkungan dan jasa wisata di 10 lokasi
•
Pengkajian kebijakan perburuan satwa liar
api
di
di
di
Bengkulu,
8) Program 7: Penelitian dan Pengembangan IPTEK -
Program ini bertujuan untuk menyelenggarakan penelitian dalam rangka mendukung peningkatan pengelolaan hutan.
-
Kinerja program ini tahun 2007 sebesar 81,64%, sementara pada tahun 2006 sebesar 90,44%.
-
Hasil kinerja program antara lain: •
Teknologi pengembangan jenis-jenis rehabilitasi sebanyak 55 kegiatan
pohon
dan
26
•
Teknologi peningkatan produktivitas hutan sebanyak 198 kegiatan
•
Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati sebanyak 141 kegiatan
•
Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan
•
Tehnik pengkayaan dan inventarisasi hutan alam 17 kegiatan
•
Model dan pola partisipasi masyarakat sebanyak 35 kegiatan
9) Program 8: Pendidikan Kedinasan -
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pengelolaan diklat, pengembangan tenaga kediklatan, serta pengembangan organisasi kediklatan.
-
Pencapaian kinerja program ini pada tahun 2006 sebesar 80,70%, sedangkan tahun 2006 sebesar 97,24%.
-
Hasil kinerja program ini antara lain: •
Jumlah yang terdidik di SKMA Manokwari, Diploma IV penyuluhan dan S1 kerjasama, 253 orang
•
Jumlah aparatur yang mengikuti diklat perencanaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan hutan dan pengamanan hutan, bidang administrasi kepemimpinan 3.463 orang
10) Program 9: Peningkatan Aparatur Negara
Pengawasan
dan
Akuntabilitas
-
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan dalam menjalankan tugas pembangunan dan pelayanan umum terhadap masyarakat, serta pengendalian terhadap kinerja pemerintah.
-
Kinerja program ini tahun 2007 sebesar 96,83%, sedangkan tahun 2006 sebesar 86,06%
-
Hasil kinerja program ini antara lain: •
Laporan hasil pemeriksaan reguler, PNBP, khusus, lainnya, pencermatan kerjasama dan BLN, aset IKMN, evaluasi pencapaian DIPA th 2007, evaluasi pencermatan lainnya 369 LHA
27
•
Laporan evaluasi SAKIP dan SAI
•
Laporan pembinaan wilayah 15 provinsi
11) Program 10: Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
2.
-
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan perencanaan, pengembangan SDM dan kepegawaian, pengembangan hukum dan kerjasama luar negeri, serta pengendalian pembangunan kehutanan.
-
Pencapaian kinerja program pada tahun 2007, yaitu sebesar 84,99%, sedangkan tahun 2006 sebesar 89,86%.
-
Hasil dari program ini antara lain: •
Arahan kebijakan Departemen kehutanan 288 dokumen
•
Penerimaan negara bukan pajak Dana Reboisasi 1.358,78 milyar, PSDH 670,09 milyar, IHPH dan IHPHTI 76,01 milyar
•
Fasilitasi konvensi internasional dan internalisasi konvensi internasional dan perencanaan kehutanan 33 propinsi
•
Kerjasama lintas sektor dan international (Fleg, MOU dengan Inggris, China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Norwegia)
•
Penyusunan kehutanan
•
Laporan perkembangan kredit KUK DAS, KUPA, KUHR
•
Tersedianya sarana dan prasaran kehutanan
•
Pengendalian pembangunan kehutanan di tingkat provinsi
peraturan
perundang-undangan
bidang
KINERJA MISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN Departemen Kehutanan pada tahun 2007 melaksanakan 6 misi pembangunan, dengan 8 tujuan dan 19 sasaran. Pencapaian kinerja misi dihitung dari rata-rata pencapaian kinerja tujuan. Pencapaian kinerja tujuan dihitung dari rata-rata pencapaian kinerja sasarannya. Sedangkan perhitungan kinerja sasaran dihitung berdasarkan rata-rata pencaapaian kinerja kegiatan. Hasil dari pencapaian kinerja sasaran, tujuan, dan misi pembangunan kehutanan tahun 2007, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
28
Tabel 3. Hasil pengukuran kinerja sasaran, tujuan, dan misi pembangunan kehutanan tahun 2007 KINERJA SASARAN
KINERJA TUJUAN
MISI
TUJUAN
SASARAN
1. Menjamin Keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional
1. Terselenggaranya pengukuhan kawasan hutan
1. Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabk an) sebgaai bahan pengambilan kebijakan pengelolaan hutan lestari
75,00
2. Tercapainya penunjukkan kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan
41,67
2. Terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan.
Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali
66,11
66,11
1. Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan pengelolaan hutan
1. Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI
75,00
91,63
2. Terwujudnya hutan tanaman yang produktif
100,00
3. Tercapainya pengelolaan hutan lestari
100,00
4. Terwujudnya efisiensi Industri Primer Kehutanan
100,00
5. Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan
100,00
2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari
2. Terselenggaranya Pengaturan dan pengurusan rehabilitasi dan
6. Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara
74,81
Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di
95,00
63,89
KINERJA MISI 64,44
85,85
95,00
29
MISI
TUJUAN
SASARAN
KINERJA SASARAN
reklamasi hutan
kabupaten sesuai kebutuhan
3. Termanfaat kan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian.
1. Terbentuknya dan beroperasinya Taman Nasional Model
66,67
2. Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif
50,00
3. Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatera
85,71
4. Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari
50,29
KINERJA TUJUAN
63,16
4. Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan perencanaan kehutanan
Terwujudnya rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunan kehutanan dan sektor lain
100,00
100,00
5. Terwujud nya pemantapan pengelolaan hutan di provinsi, kabupaten/kota
1. Terbangun dan beroperasinya KPH di setiap provinsi
100,00
83,87
6. Terselenggaranya penelitian danpengembangan,pendidik an dan latihan serta penyuluhan kehutanan
2. Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung
62,50
3. Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal
89,12
Terwujudnya RISTEK kehutanan yang menjadi acuan pembangunan nasional
84,48
KINERJA MISI
84,48
30
MISI 3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai
4. Mendorong peran serta masyarakat
TUJUAN 1. Memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem penyangga kehidupan
1. Terbangunnya masyarakat untuk turut berperan serta dalam pembangunan kehutanan
SASARAN
KINERJA SASARAN
Terkendainya erosi, sedimentasi dan banjir di DAS Prioritas
77,50
Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA)
95,00
Tercapainya penambahan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat
100,00
Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari
93,12
Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan
75,00
Terwujudnya kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat
85,00
KINERJA TUJUAN
KINERJA MISI
86,25
86,25
89,90
82,32
5 . Menjamin Distribusi Manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan
Mewujudkan ketahanan usaha di bidang kehutanan
Berkembangnya model pengelolaaan hutan berbasis masyarakat
80,00
80,00
80,00
6. Memantapkan koordinasi Pusat dan Daerah
1. Mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan, kebijakan, rencana dan penganggaran, koordinasi pembangunan, dan kesekretariatan pembangunan kehutanan
1. Tercapainya penegakan hukum dan penanggulangan kejahatan kehutanan secara efektif
52,50
64,16
79,52
31
MISI
TUJUAN
SASARAN
KINERJA SASARAN
KINERJA TUJUAN
2. Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan
50,00
3. Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan
90,00
2. Tercapainya pemanfaatan perjanjian global tentang kehutanan dan lingkungan
Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan ansional
67,50
67,50
3. Mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa
Terwujudnya SDM Kehutanan yang berkualitas, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional
90,62
93,72
Terbentuknya PNS Kehutaanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya
96,82
KINERJA MISI
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari tabel di atas, antara lain: 1) Misi 1: Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional. •
Pencapaian kinerja misi ini sebesar 64,44%.
•
Misi 1 mempunyai 2 tujuan. Melalui pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, tujuan pertama misi ini, yaitu terselenggaranya pengukuhan kawasan hutan, dapat dicapai kinerjanya sebesar 63,89%. Tujuan ini dicapai melalui pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan perpetaan sumber daya hutan; pengembangan sistem informasi kehutanan, pengukuhan kawasan hutan. Nilai pencapaian kinerja kurang begitu baik karena tidak selesainya kegiatan penyelesaian penetapan kawasan hutan.
32
•
Sedangkan tujuan kedua (terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan) hanya dicapai sebesar 66,11%. Tujuan ini dicapai melalui pelaksanaan kegiatan penyiapan dan evaluasi penggunaan dan perubahan kawasan hutan.
•
Pada tahun 2006, misi ini mencapai nilai yang lebih besar, yaitu 63,28%.
2) Misi 2: Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari. •
Pencapaian kinerja misi ke-2 ini, tahun 2007 yaitu sebesar 85,25%.
•
Misi ini mempunyai 6 tujuan dan 16 sasaran. Kegiatan yang mendukung misi ini antara lain pengelolaan hutan produksi alam yang tidak dibebani hak, pengembangan hutan tanaman, pengelolaan hutan produksi alam, restrukturisasi industri primer kehutanan, penertiban tata usaha hasil hutan, operasi pengamanan hutan, penyelesaian kasus kejahatan hutan, pembangunan sumber benih, pengelolaan taman nasional, pengendalian kebakaran hutan, pengelolaan keanekaragaman hayati, penyusunan rencana kehutanan, pembangunan KPH, pengelolaan hutan lindung.
•
Pada tahun 2006, kinerja misi-2,sebesar 86,99%.
3) Misi 3: Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pencapaian kinerja misi pada tahun 2007 adalah sebesar 86,25%, sedangkan pencapaian kinerja misi ini pada tahun 2006 dinilai sebesar 84,72%.
Tujuan misi ini adalah memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem penyangga kehidupan. Sedangkan kegiatannya adalah pengelolaan DAS, rehabilitasi hutan dan lahan (RHL).
Kecilnya pencapaian kinerja misi ini pada tahun 2007 adalah karena belum selesainya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
4) Misi 4: Mendorong peran serta masyarakat
Kinerja misi ini pada tahun 2007, yaitu sebesar 82,32%, sedangkan pada tahun 2006 kinerjanya mencapai sebesar 95,60%.
Kinerja misi ini dicapai dari pencapaian kinerja kegiatan, yaitu melalui pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat, pengembangan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK),
33
pengembangan daerah penyangga di konservasi, pengembangan RHL swadaya.
sekitar
kawasan
5) Misi 5: Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan
Pada tahun 2007, misi yang mempunyai 1 tujuan dan 1 sasaran ini, hanya dapat dilihat dari kinerja pelaksanaan satu kegiatan, yaitu kegiatan pengembangan hutan kemasyarakatan. Pencapaian kinerja kegiatan ini tahun 2007 sebesar 80,00%, sedangkan pada tahun 2006 pencapaian kinerja misi 5, mencapai sebesar 96,40%.
6) Misi 6: Memantapkan koordinasi antara pusat dan daerah
3.
Pada tahun 2007, kinerja misi ini dinilai sebesar 79,52%, sedangkan pencapaian kinerja misi ini pada tahun 2006, yaitu sebesar 91,26%.
Tujuan dari misi ini adalah untuk mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan, kebijakan, rencana dan penganggaran, koordinasi pembangunan, dan tercapainya pemanfaatan perjanjian, serta mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa. Dalam misi dilakukan melalui kegiatan pembinaan hukum dan peraturan perundangan, desentralisasi kehutanan, pengembangan rencana dan penganggaran, pengembangan organisasi.
PENCAPAIAN KINERJA VISI PEMBANGUNAN KEHUTANAN a.
Dari hasil pencapaian kinerja keenam misi tersebut di atas, maka pencapaian kinerja Departemen Kehutanan pada tahun 2007 sebesar 76,34%, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 yang pencaapaian kinerjanya mencapai sebesar 87,79%.
b.
Nilai kinerja ini menurun dari nilai kinerja yang dicapai Departemen Kehutanan tahun 2006. Namun sesungguhnya hasil yang dicapai pada tahun 2006 jauh lebih besar, karena anggaran yang tersedia juga jauh lebih besar dibandingkan tahun 2005.
c.
Pencapaian kinerja yang menurun lebih banyak disebabkan karena dengan belum mantapnya pelaksanaan sistem anggaran berbasis kinerja (unified budgeting).
34
B.
ASPEK KEUANGAN Table 4. Alokasi dan Realisasi Anggaran Dephut Tahun 2007 Jenis Dokumen DIPA BA 29 DIPA BA 69 (Luncuran) DIPA BA 69 Murni Total
a.
2.503.920.399 1.259.672.026
Realisasi X Rp. 1000 1.494.194.317 911.373.595
% 59,67 72,35
2.960.956.647
1.000.045.701
33,77
6.724.549.072
3.405.613.613
50,64
Pagu X Rp.1000
Total anggaran Departemen Kehutanan (dalam Bagian Anggaran 29) tahun 2007 adalah sebesar Rp. 2.503.920.399.000, yang terdiri dari: - Rupiah Murni
: Rp. 1.546.824.727.000
- Bantuan Luar Negeri : Rp. - PNBP Kehutanan
12.818.182.000
: Rp. 944.277.490.000
Apabila dibandingkan dengan anggaran Dephut dari BA 29 tahun 2006, maka anggaran BA 29 tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 34%. Anggaran tersebut pada tahun 2007 dialokasikan ke dalam 205 Satker dan terbagi dalam 10 program b.
Disamping anggaran yang dialokasikan melalui BA 29, Dephut juga mendapatkan alokasi anggaran BA 69 Cadangan Dana Reboisasi sebesar Rp.4.220.628.673.000,- (terdiri dari luncuran Rp1.259.672.026.000,dan dan BA 69 murni Rp2.960.956.647.000) yang dilaksanakan oleh 580 satker.
c.
Dengan demikian total anggaran yang harus dilaksanakan oleh Dephut (termasuk UPT, Dishut Prop, dan Dishut Kab/Kota) pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 6.724.549.072.000,-.
d.
Anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran 29 digunakan untuk melaksanakan kegiatan rutin dan pembangunan kehutanan, sedangkan anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran 69 digunakan untuk membiayai 2 kegiatan pokok (GERHAN dan Pengamanan Hutan) serta untuk relokasi peralatan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) dan fasilitasi kegiatan kerjasama luar negeri.
e.
Pelaksanaan anggaran Departemen Kehutanan Tahun 2007 sampai dengan bulan Desember 2007 sebesar 50,64%, yaitu pelaksanaan anggaran BA 29 sebesar 59,67% dan pelaksanaan anggaran BA 69 luncuran 72,35% dan BA 69 murni sebesar 33,77%.
35
f.
C.
Rendahnya realisasi penyerapan anggaran sampai saat ini antara lain disebabkan : -
Untuk DIPA BA 29, adanya pemotongan belanja perjalanan dinas tidak mengikat berdampak pada kegiatan kegiatan teknis lapangan yang memerlukan perjalanan dinas, seperti pengukuran, tata batas, pengamanan hutan, perlindungan hutan, dan penelitian, dll.
-
Setoran PNBP Kehutanan, sebagai salah satu sumber pembiayaan DIPA Dephut, baru dapat direalisasikan 100% pada bulan Oktober 2007.
-
Untuk DIPA BA 69, sebagian besar adalah kegiatan pengadaan bibit dan penanaman untuk Gerhan yang pelaksanaannya menunggu musim hujan. Untuk TA 2007 hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi kemarau panjang dimana permulaan musim hujan jatuh pada bulan Desember.
PERMASALAHAN 1. Penegakan hukum masalah hutan dan lingkungan masih belum sesuai yang diharapkan. Kejahatan bidang kehutanan sangat komplek dan dampaknya tidak dirasakan secara langsung secara singkat tetapi dampak yang ditimbulkan jangka panjang. Tidak efektifnya penegakan hukum terutama disebabkan oleh kurangnya kemauan untuk melakukan tindakan. Sebaliknya, justru banyak faktor yang mendukung lemahnya penegakan hukum, antara lain: lemahnya kelembagaan, peraturan perundangan yang kurang realistis, lemahnya sistem pengawasan serta penyalahgunaan wewenang. 2. Upaya penegakan hukum dalam pengendalian penebangan liar sudah dilakukan sesuai dengan UU Nomor 5 tahun 1990, UU Nomor 23 tahun 1997 dan UU Nomor 41 tahun 1999, dan mengajukan kepengadilan perusahaan-perusahaan yang diduga melakukan pembakaran. Namun upaya ini belum memberikan hasil yang memadai karena kendala dalam penyidikan (pembuktian sesuai kaidah hukum) sehingga hukumannya masih bersifat administratif. 3. Persoalan mendasar yang dihadapi dalam industri kehutanan saat ini adalah tidak terpenuhinya kebutuhan pasok kayu bulat bagi industri pengolahan kayu nasional. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan sumber daya hutan memasok kebutuhan industri. 4. Ketimpangan supply-demand tersebut dipercaya menjadi salah satu penyebab utama berlangsungnya kegiatan illegal logging, pencurian kayu dan lain-lain kerusakan hutan. Persoalan yang tengah dihadapi sektor kehutanan ini memberikan pemahaman bahwa industri kehutanan nasional tengah menuju kebangkrutan. Oleh karena itu upaya revitalisasi
36
industri kehutanan, menjadi prioritas bagi terwujudnya pembangunan kehutanan berkelanjutan. 5. Saat ini, luasnya lahan kritis yang harus direhabilitasi jauh melampaui kapasitas institusi pemerintah sebagai fasilitator dan regulator dalam kegiatan tersebut. Di lain pihak, jumlah masyarakat miskin di sekitar hutan juga sangat besar. Oleh karena itu, kiat kebijakan pemerintah yang diambil dalam rangka rehabilitasi sumber daya hutan, harus efektif yaitu didekati dengan pemberdayaan masyarakat, pemulihan fungsi lingkungan, dan pembiayaan rehabilitasi. 6. Masih belum sinkronnya peraturan perundangan yang berlaku, antara lain UU No. 41/1999 tentang Kehutanan dengan UU No. 32/2000 tentang Pemerintahan Daerah. (desentralisasi). Hal ini disebabkan UU No. 41/1999 lebih menitikberatkan pada aspek-aspek pengelolaan hutan secara ideal. Sementara itu, aspek kewenangan dalam melaksanakan pengelolaan hutan (siapa melakukan apa) tidak dijelaskan dalam undangundang tersebut. Pada sisi lain, UU Nomor 22/1999 sebagai acuan pelaksanaan otonomi daerah lebih banyak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan pemerintah daerah, tanpa menjelaskan lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik sumber daya yang harus dikelola. Pelaksanaan desentralisasi diharapkan dapat memberikan peluang lebih besar bagi peningkatan kegiatan rehabilitasi sumber daya hutan, dengan didukung oleh penyelenggaraan pemanfaatan yang efisien dan efektif. Perbedaan persepsi antara peraturan perundangan yang berlaku membuat hubungan antara pusat dan daerah belum harmonis. Hal ini menjadi suatu kendala dalam mendapatkan data dan informasi dari daerah dan kegiatan yang seharusnya dapat dilaksanakan secara bersama-sama tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. 7. Penundaan perjalanan tidak mengikat telah berpengaruh pada kegiatankegiatan teknis lapangan yang memerlukan perjalanan ke lapangan, seperti patroli rutin kehutanan, operasi pengamanan hutan, survey dan identifikasi satwa, pengukuran dan penatagunaan hutan, penyelesaian kasus-kasus pertanahan di dalam kawasan hutan. Kegiatan tersebut telah berpengaruh pada kegiatan teknis yang lain, yang berakibat pada penyerapan anggaran Dephut. Menghadapi permasalahan tersebut diatas, maka Departemen kehutanan selanjutnya bertekad untuk terus meningkat kinerjanya, terutama kinerja dari 5 kebijakan prioritas dan dijabarkan ke daalam 19 fokus kegiatan yang telah ditetapkan. Peningkatan kinerja ini akan tercapai dengan meningkatkan kerjasama dengan semua pihak (stakeholders), terutama dengan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
37
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
1. Menjamin Keberadaan hutan dengan 1 luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional
Terselenggaranya pengukuhan kawasan hutan
1
2. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem perairan yang meliputi fungsi konservasi, lindung dan produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari
INDIKATOR
Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabkan) sebagai bahan pengambilann kebijakan pengelolaan hutan lestari
2 Tercapainya penunjukan kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN KEBIJAKAN
PROGRAM
Data dan informasi SDH spatial dan non spatial berikut ini tersedia dalam sistem informasi:(- Penutupan lahan, - Tematik sumberdaya hutan, - Neraca Sumberdaya Hutan (NSDH) Nasional. - Pemanfaatan hutan produksi, - Perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan)
Pemantapan Kawasan Hutan
Pengembangan kapasitas SDH dan LH; dan Peningkatan kualitas akses informasi SDA dan LH
-
Keputusan Menteri tentang penunjukan kawasan hutan di seluruh Indonesia
Pemantapan Kawasan Hutan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
-
Penunjukan kawasan hutan diacu oleh sektor lain
-
Penetapan kawasan hutan yang telah ditata batas mencapai 12 juta ha (prioritas pada kawasan konservasi)
-
Minimal 70% penggunaan kawasan yang bermasalah selesai dievaluasi
Pemantapan Kawasan Hutan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Deregulasi Pengelolaan Hutan Alam
Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
2
Terjamin dan optimalnya luas dan fungsi kawasan hutan.
3
Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali
1
Terselenggaranya pengaturan dan pengurusan pengelolaan hutan
4
Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI
-
5 Terwujudnya hutan tanaman yang produktif -
Sebanyak 50% dari luas kawasan hutan bekas HPH dan HPTI yang tidak dibebani hak (21 juta ha), dikelola kembali dalam bentuk IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HT-Rakyat, dan IUPHHBK Deregulasi pembangunan HT
Luas hutan tanaman bertambah menjadi 5 juta ha dengan potensi produksi 100 m3/ha
38
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN INDIKATOR
-
Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam HT sebesar 7 % per tahun
6 Tercapainya pengelolaan hutan lestari
-
7 Terwujudnya efisiensi Industri Primer Kehutanan
-
Sebanyak 59 pemegang IUPHHK-HA dan HT memiliki sertifikat PHL mandatori dan mampu menyelenggarakan pengelolaan hutan secara lestari Hasil produksi industri pengelolaan hasil hutan meningkat sebesar 10% dan mampu bersaing di pasar global
8 Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan
9 Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara
-
Industri primer dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku sebesar 10%
-
Industri primer dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 9%
-
Diversifikasi produk olahan
-
Data administratif aliran hasil hutan sesuai dengan data fisik/penerimaan iuran kehutanan
-
Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 10%
-
Pencurian kayu di hutan negara menurun secara nyata, khususnya pada provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Maluku, Irian jaya Barat dan Papua
-
Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif
-
Koordinasi penanggulangan pencurian kayu antar instansi penegak hukum berjalan efektif
KEBIJAKAN
PROGRAM
Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pemberantasan pencurian Pemantapan Pemanfaatan kayu di dalam hutan potensi SDH negara dan perdagangan kayu illegal
Pemberantasan pencurian Pemantapan keamanan dalam kayu di dalam hutan negeri negara dan perdagangan kayu illegal
39
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
3
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN INDIKATOR
2. Terselenggaranya Pengaturan dan pengurusan rehabilitasi dan reklamasi hutan
10
Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di kabupaten sesuai kebutuhan
Terkelolanya sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara optimal berdasarkan prinsip kelestarian
11
Terbentuknya dan beroperasinya Taman Nasional Model
Terbangunnya perbenihan tanaman Rehabilitasi dan hutan/sumber benih prioritas seluas 4.500 ha Konservasi Sumberdaya di 12 provinsi hutan
Sebanyak 20 Taman Nasional model terbentuk dan dikelola dengan optimal serta mendapat dukungan penuh dari stakeholder
-
TN model mampu melaksanakan penggalangan dana dari luar pemerintah
-
TN model meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat sebesar 5%
12 Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif
Pengelolaan 200 unit KSA/KPA berjalan secara optimal dan mendapat dukungan penuh dari stakeholders
-
Pengelolaan 200 unit KSA/KPA dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat
-
Pengendalian dan penurunan frekuensi kebakaran hutan secara nyata di Sumatera dan Kalimantan
-
Informasi dan deteksi dini kebakaran hutan berfungsi optimal
-
Pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan di tingkat masyarakat berjalan efektif
-
Populasi TSL langka menigkat
-
Penangkaran TSL langka komersil berkembang
13 Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatra
14 Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari
KEBIJAKAN
PROGRAM Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA
Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan
Perlindungan dan Konservasi SDA
Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan
Perlindungan dan konservasi SDA
Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan
Perlindungan dan konservasi SDA
Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan
Perlindungan dan konservasi SDA
40
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
4
Terselenggara nya pengaturan dan pengurusan perencanaan kehutanan
5 Terwujudnya pemantapan pengelolaan hutan di provinsi, kabupaten/kota
15
Terwujudnya rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunankehutanan dan sektor lain
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN INDIKATOR
-
Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan SDAH meningkat
-
Pengelolaan TSL langka di kawasan konservasi berjalan optimal dan mendapat dukungan dari stakeholders
-
Rencana Kerja (Renja-KL Tahun 2007 s.d. 2010) dan rencana Strategis Tahun 20102014)
-
Evaluasi RPJP Kehutanan
-
PDRB Hijau Propinsi dan Kabupaten
-
Sosialisasi komitmen internasional departemen pada tingkat global
-
Fasilitasi pembangunan kehutanan wilayah perbatasan
-
Evaluasi rencana dan kebijakan kehutanan
-
Rencana makro kegiatan kehutanan
KEBIJAKAN
PROGRAM
Pendukung kebijakan Prioritas
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
16
Terbangun dan beroperasinya KPH di setiap provinsi
Penetapan, pembangunan dan beroperasinya Pemantapan Kawasan KPH di seluruh provinsi di Indonesia Hutan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
17
Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung
Penetapan Menteri tentang lembaga pengelolaan hutan lindung
Perlindungan dan konservasi SDA
-
Rehabilitasi dan konservasi SDH
Fungsi kawasan hutan lindung sebagai penyangga tata air berjalan optimal
41
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
18
6
Terselenggaranya penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan
19
Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal
Terwujudnya RISTEK Kehutanan yang menjadi acuan pembangunan nasional
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN INDIKATOR
KEBIJAKAN
PROGRAM
-
Lembaga pengelolaan hutan lindung beroperasi dan mendapat dukungan penuh stakeholders
-
PNBP produk TSL dan jasa lingkungan meningkat sebesar 3%
-
Penyerapan tenaga kerja pada TSL dan pada pengelolaan jasa lingkungan/wisata alam meningkat sebesar 4%
-
Hasil IPTEK dapat meningkatkan produktivitas kehutanan lestari sebesar 5%
Pendukung kebijakan Prioritas
Penelitian dan pengembangan IPTEK
-
Hasil IPTEK dapat meningkatkan partisipasi, pendapatan/usaha di bidang kehutanan sebesar 4%
Pendukung kebijakan Prioritas
Penelitian dan pengembangan IPTEK
-
Hasil IPTEK dapat diakses oleh masyarakat luas
Pendukung kebijakan Prioritas
Penelitian dan pengembangan IPTEK
-
Tersedianya SDM kehutanan yang handal di setiap strata dan dalam jumlah yang memadai
Pendukung kebijakan Prioritas
Pendidikan kedinasan
-
Terbentuknya masyarakat kehutanan madani yang mengetahui, memahami turut serta dalam pembangunan kehutanan
Pendukung kebijakan Prioritas
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
-
Sertifikat produk barang dan jasa kehutanan Indonesia diterima ditingkat nasional dan global
Pendukung kebijakan Prioritas
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
-
Produk barang dan jasa kehutanan dapat bersaing secara global
Pendukung kebijakan Prioritas
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
Rehabilitasi dan konservasi SDH
Perlindungan dan konservasi SDA
42
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
3. Meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai
1
Memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk mendukung sistem kehidupan
20
21
4. Mendorong peran serta masyarakat
1
Terbangunnya masyarakat untuk turut berperan serta dalam pembangunan kehutanan
22
Terkendalinya erosi, sedimentasi dan banjir di DAS prioritas
Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA)
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN INDIKATOR
-
Ancaman bahaya erosi, sedimantasi, dan tanah longsor dapat dihindari dan atau menurun
-
Pengelolaan 282 DAS prioritas mendapat dukungan penuh stakeholders
KEBIJAKAN
PROGRAM
Rehabilitasi dan konservasi hutan
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
-
Pengelolaan DAS dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 10%
-
RHL di 282 DAS prioritas mencapai 5 juta ha Rehabilitasi dan dengan ratio 60% dalam kawasan hutan dan konservasi hutan 40% diluar kawasan hutan
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
-
Sebanyak 80% dari hasil penanaman RHL di 282 DAS prioritas tumbuh dengan baik
-
Master plan RHL (MP-RHL) tersedia di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders
-
RHL di 282 DAS prioritas mendapat dukungan p[enuh stakeholders dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10%
Tercapainya penambahan hutan rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat
Luas HR dan HTR bertambah 500.000 ha
-
Produksi kayu dari hutan rakyat mampu mencapai 40 m3/ha
-
Masyarakat yang berusaha dalam pembangunan HR dan HTR meningkat sebesar 3, dan kesejahteraannya meningkat sebesar 4%
Pemberdayaan ekonomi Rehabilitasi dan pemulihan masyarakat di dalam dan cadangan SDA sekitar hutan
Pemberdayaan ekonomi Pemantapan Pemanfaatan masyarakat di dalam dan potensi SDH sekitar hutan
43
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
INDIKATOR -
Tercapainya
23
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari
KEBIJAKAN
PROGRAM
Penyerapan tenaga kerja di bidang HR dan HTR meningkat 3%
Pemanfaatan HHBK secara lestari dan komersial meningkat 3 % per tahun
-
Pemanfaatan HHBK dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3%, dan kesejahteraan masyarakat setempat meningkat
-
Pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)
Pemberdayaan ekonomi Pemantapan Pemanfaatan masyarakat di dalam dan potensi SDH sekitar hutan
24
Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan
Kawasan penyangga berfungsi optimal, masyarakat yang tinggal di daerah penyangga sejahtera dan terlibat dalam pengelolaan kawasan
Pemberdayaan ekonomi Perlindungan dan Konservasi masyarakat di dalam dan SDA sekitar hutan
25
Terwujudnya kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat
Kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehablitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat secara nyata
Rehabilitasi dan konservasi SDH
Pengelolaan hutan berbasis masyarakat dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3% dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 4% Produk hukum bidang kehutanan dapat diimplementasikan secara efektif
Pengembangan ekonomi Pengembangan kapasitas masyarakat di dalam dan pengelolaan SDA di sekitar kawasan hutan
-
5 . Menjamin Distribusi Manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan
1 Mewujudkan ketahanan usaha di bidang kehutanan
26 Berkembangnya model pengelolaan hutan berbasis masyarakat
6. Memantapkan koordinasi Pusat dan Daerah
1 Mewujudkan sinkronisasi peraturan perundangan, kebijakan, rencana dan pengenggaran, koordinasi pembangunan, dan kesekretariatan pembangunan kehutanan
27 Tercapainya penegakan hukum dalam penanggulangan kejahatan kehutanan secara efektif
-
-
Pendukung kebijakan prioritas
Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penegakan hukum dan peraturan perundangundangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil
44
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN 28 Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN INDIKATOR
-
-
29 Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan
KEBIJAKAN
PROGRAM
Desetralisasi /regulasi pembangunan Pendukung kebijakan kehutanan secara menyeluruh dapat prioritas meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan Sinkronisasi pembangunan kehutanan pusat dan daerah
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar dan sesuai dengan tata waktu
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penyelenggaraan pembangunan kehutanan terpadu dan terkoordinasi di setiap regional
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, Pendukung kebijakan dan alokasi dana berjalan sesuai aturan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia secara proporsional pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pendukung kebijakan Informasi pembangunan kehutanan prioritas berlangsung secara objektif, didukung dengan data yang benar dan disajikan secara terus menerus kepada stakeholders nasional dan global
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Regulasi dan deregulasi pembangunan kehutanan Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan dengan benar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian hutan
45
Lampiran 1. MATRIK RENSTRA-KL DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2005-2009 VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat
MISI
SASARAN
TUJUAN URAIAN
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN INDIKATOR
KEBIJAKAN
Organisasi dan tata laksana institusi Pendukung kebijakan kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif prioritas dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehutanan pada setiap tingkatan
2 Tercapainya pemanfaatan perjanjian global tentang kehutanan dan lingkungan
3 Mewujudkan aparatur kehutanan yang bersih dan berwibawa
30 Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan nasional
31 Terwujudnya SDM kehutanan yang berkualita, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional
Berperan aktif dalam melaksanakan ketentuan dan kesepakatan global yang berkaitan dengan kehutanan
PROGRAM Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pendukung kebijakan prioritas
Pemantapan pemanfaatan potensi SDH
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pendukung kebijakan prioritas
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
Kerjasama dan dukungan internasionall bidang kehutanan meningkat Misi dan program kehutanan dapat berjalan dengan benar dan tercapai
Tercapainya kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh SDM kehutanan 32 Terbentuknya PNS kehutanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya
Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat Jumlah kasus penyelewengan/KKN menurun drastis dan signifikan Pembangunan kehutanan dapat terselenggara lebih efektif dan efisien
46
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
1.1.1
1 Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabkan) sebagai bahan pengambilann kebijakan pengelolaan hutan lestari
INDIKATOR
TARGET
Data dan informasi SDH spatial dan Pedoman penyusunan NSDH hasil non spatial berikut ini tersedia dalam penyempurnaan (1 judul) sistem informasi:(- Penutupan lahan, - Tematik sumberdaya hutan, Neraca Sumberdaya Hutan (NSDH) Nasional. - Pemanfaatan hutan produksi, - Perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan)
KEBIJAKAN
Pemantapan Kawasan Hutan
PROGRAM
Pengembangan kapasitas SDH dan LH; dan Peningkatan kualitas akses informasi SDA dan LH
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Inventarisasi dan perpetaan SDH
Input
:
Kriteria dan standar NSDH (1 judul)
Buku NSDH daerah/prop (30 judul) dan nasional (1 judul) tahun 2006
Perangkat keras, aplikasi, sistem jaringan SIAPHUT Peralatan 1 unit HW/SW komputer dimasing-masing 11 BPKH tersedia Buku standar pembakuan hasil penafsiran yang telah disempurnakan dan sesuai dengan Standar nasional Indonesia
Pengembangan Sistem Informasi Assessment Pembangunan kehutanan (SIAPHUT)
Data titik kontrol 450 titik 14 propinsi
Dana
Rp
SDM
Orang
RENCANA TINGKAT CAPAIAN 58.980.622.000
653
Output
:
Kriteria dan standar NSDH
Judul
Outcome
:
Kriteria dan standar NSDH
%
100
Input
:
Dana
Rp
20.899.604.500
SDM
Orang
Peta perkembangan pemasangan jatikon
lembar
8
Aplikasi SIAPHUT hasil penyempurnaan
judul
1
tersedianya data dan informasi posisi titik kontrol yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemetaan kawasan hutan
%
Tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan yang lebih lengkap dan akurat, dan memudahkan pengguna informasi
%
Output
:
Data spasial digital tematik dan turunan dalam mendukung perencanaan dan pembangunan Peta SDH 4 prop (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar), peta tematik kehutanan, peta bahan bakar hutan 5 propinsi
SATUAN
Outcome
:
1
390
100
47
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
1.1.2
2 Tercapainya penunjukan kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
-
Keputusan Menteri tentang penunjukan kawasan hutan di seluruh Indonesia
Draft SK dan peta penunjukan Pemantapan kawasan hutan propinsi Riau, Kepri, Kawasan Hutan kalteng, Gorontalo, maluku Utara, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat dan kawasan hutan parsial di 30 lokasi (termasuk KHDTK)
-
Penunjukan kawasan hutan diacu oleh sektor lain
SK pelepasan kawasan hutan, kumulatif seluas 6 juta ha
-
Penetapan kawasan hutan yang telah ditata batas mencapai 12 juta ha (prioritas pada kawasan konservasi)
SK dan penetapan terdesiminasi kepada pihak-pihak kunci di kab/kota, prop, dan sektor lain terkait
PROGRAM
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengukuhan kawasan hutan
Input
Output
:
:
Peta draft paduserasi sebagai justifikasi keberadaan kawasan hutan tahun 2006 Naskah dan peta kesepakatan yang ditandatangani oleh Bappeda, BPN, BPKH, Dinas terkait propinsi
Outcome
:
Kesepakatan peta lokasi kawasan hutan yang ditunjuk
1.2.1
3 Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali
-
Minimal 70% penggunaan kawasan yang bermasalah selesai dievaluasi
Pertimbangan teknis atas permohonan Pemantapan penggunaan kawasan hutan Kawasan Hutan Data/informasi pemenuhan kewajiban penggunaan KH oleh pemegang izin pinjam pakai KH (laporan hasil evaluasi) Data dan peta lokasi, luas, fungsi kawasan hutan yang dipinjampakaikan, pemehang izin, jangka waktu izin, legalitas (KP, Persetujuan Menhut, KepMenhut)
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Input Penyiapan dan evaluasi penggunaan dan perubahan kawasan hutan
Output
:
:
Status penggunaan kawasanhutan (letak lokasi, pemenuhan kewajiban) tahun 2005 Data dan peta digital penggunaan kawasan hutan tahun 2005
Outcome
:
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Dana
Rp
10.236.109.000
SDM
Orang
297
Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK
lokasi
30
Data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan
provinsi
12
tersedianya bahan penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK
lokasi
30
Terlenbgkapinya data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan
provinsi
12
Dana
Rp
SDM
Orang
1.075
Laporan hasil kajian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan
lokasi
9
Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan
lokasi
30
Rekomendasi hasil kajian terpadu dalam rangka perubahan fungsi kawasan hutan
lokasi
9
Tersedianya data dan informasi dalam rangka lokasi pemberian rekomendasi penggunaan kawasan hutan
30
13.847.270.800
48
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
2.1.1
INDIKATOR
4 Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI
-
TARGET
Deregulasi Pengelolaan Hutan Alam
Regulasi dan deregulasi pengelolaan hutan alam
Sebanyak 50% dari luas kawasan hutan bekas HPH dan HPTI yang tidak dibebani hak (21 juta ha), dikelola kembali dalam bentuk IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HTRakyat, dan IUPHHBK
Deregulasi alokasi lahan untuk pemanfaatan (IUPHHK-HA/IUPHHKHT, HTR) Kawasan HP yang tidak dibebani hak teridentifikasi dan terpetakan
KEBIJAKAN
PROGRAM
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
5 Terwujudnya hutan tanaman yang produktif
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Identifikasi dan Input pemetaan kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
:
Dana
Rp
Output
:
Site plan pemanfataan hutan produksi
judul
3
Outcome
:
teridentifikasinya kawasan HP yang tidak dibebani hak
judul
3
Input
:
Dana
Rp
Terlaksananya identifikasi dan pemetaan kawasan HP yang tidak dibebani hak (pra FS)
Output
:
Rencana penataan pemanfaatan areal eks HPH
paket
8
Terselenggaranya perencanaan pemanfaatan areal dalam kerangka persiapan lelang dan pelelangan IUPHHK-HA/HT
Outcome
:
Tersusunnya rencana penataan pemanfaatan paket areal eks HPH
8
Input
:
Dana
Output
:
pelaksanaan koordinasi perencanaan dan provinsi pelaksanaan kegiatan pemantauan dan kelola lingkungan pada areal unit manajemen
3
Data dan informasi investasi hutan tanaman
1
Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan
Terlaksananya pembinaan, pengendalian, dan pengelolaann produksi dan monitoring dan penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan alam
2.1.2
KEGIATAN POKOK
Deregulasi pembangunan HT
Terwujudnya restrukturisasi/pengembangan hutan tanaman rakyat murni (areal ditetapkan/ditunjuk oleh pemerintah) atau hutan tanaman rakyat pola kemitraan
-
Luas hutan tanaman bertambah menjadi 5 juta ha dengan potensi produksi 100 m3/ha
Terlaksananya deregulasi dan debirokratisasi alokasi lahan dan pemanfaatan hutan tanaman dalam mendorong investasi HT/HTR sebagai tindak lanjuut Inpres No. 3/2006
-
Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam HT sebesar 7 % per tahun
Terwujudnya disain lokasi hutan tanaman rakyat seluas 5000 ribu ha dan hutan tanaman rakyat pola mandiri seluas 500 ribu ha Terlaksananya pembangunan hutan tanaman rakyat (HTR) Pola Kemitraan seluas 125 ribu ha (5% dari total 2,5 juta ha hutan tanaman yang hendak dibangun hingga tahun 2009)
Perencanaan dan pemantapan pemanfaatan areal dalam kerangka lelang
Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pengembangan hutan tanaman
Outcome
:
Rp
6.603.550.000
6.121.000.000
19.711.604.000
paket
Adanya kesamaan pemahaan pentingnya provinsi kegiatan kelola lingkungan dalam menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman
3
49
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
dibangun hingga tahun 2009)
2.1.3
6 Tercapainya pengelolaan hutan lestari
-
Sebanyak 59 pemegang IUPHHK-HA dan HT memiliki sertifikat PHL mandatori dan mampu menyelenggarakan pengelolaan hutan secara lestari
Terlaksananya penilaian kinerja dan sertifikasi pada 15 IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan tanaman oleh LPI
Revitalisasi sektor Pemantapan kehutanan Pemanfaatan potensi khususnya industri SDH kehutanan
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Terwujudnya persepsi masyarakat yang baik terhadap pembangunan hutan tanaman
1 paket
:
Dana
Rp
Output
:
Penilaian kinerja PHAPL pada unit manajemen paket IUPHHK-HA
1
Outcome
:
tersedianya data dan informasi sebagai bahan paket masukan pengambilan keputusan kinerja IUPHHK
1
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003
paket
1
Hasil evaluasi industri kehutanan
paket
1
Tersedianya acuan dalam perencanaan pemenuhan bahan baku industri primer
paket
1
Tersedianya bahan pembinaan dan pengendalian IPHHK
paket
1
Pegelolaan Input (pemanfaatan) hutan produksi alam
Terlaksananya sertifikasi dalam pengembangan sistem insentif untuk IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan tanaman yang berhasil
SATUAN
1
54.481.364.000
Terselenggaranya penguatan kelembagaan dan kapasitas IUPHHKHA/HT terselenggaranya pembinaan rencana kerja IUPHHK-HA dan kelembagaan dan investasi IUPHHK-HA
2.1.4
7 Terwujudnya efisiensi Industri Primer Kehutanan
-
Hasil produksi industri pengelolaan Deregulasi perizinan IPHHK dan hasil hutan meningkat sebesar 10% bukan kayu (IPHHBK) dan mampu bersaing di pasar global
-
Industri primer dapat meningkatkan Deregulasi pengunaan bahan baku efisiensi pemanfaatan bahan baku sebesar 10%
-
Industri primer dapat meningkatkan Deregulasi insentif dan disintensif penyerapan tenaga kerja sebesar 9%
-
Diversifikasi produk olahan
Revitalisasi sektor kehutanan termasuk industri kehutanan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Restrukturisasi industri primer kehutanan
28.003.662.500
Terselenggaranya pembinaan/pengendalian/penilaian kinerja IPHHK Terselenggaranya pengkajian dan pemolaan untuk restrukturisasi industri kehutanan
Outcome
:
50
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
2.1.5
8 Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan
INDIKATOR
TARGET
-
Data administratif aliran hasil hutan Diterapkannya sistem informasi sesuai dengan data fisik/penerimaan peredaran dan pemantauan produksi iuran kehutanan hasil hutan secara on-line di seluruh propinsi
-
Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 10%
System Operating Procedure (SOP) operasi penertiban IUPHHK dan IPHHK illegal bersama instansi terkait dan strategi pembangunan/pengembangan industri kehutanan nasional
KEBIJAKAN
PROGRAM
Pemantapan Pemberantasan pencurian kayu di Pemanfaatan potensi SDH dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Penertiban tata usaha hasil hutan
SATUAN
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Sistem informasi penatausahaan PSDH /DR secara on line
paket
Terlaksananya operasi penertiban IPHH ilegal dan operasi penertiban peredarann pada daerah rawan
RENCANA TINGKAT CAPAIAN 42.830.486.000
1
Data dan informasi produksi dan pelaksanaan provinsi lelang hasil hutan illegal
Penguatan kapasitas kelembagaan penertiban hasil hutan dan upaya pencegahan pencurian hasil hutan
Outcome
:
Tidak terjadi kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 2%
33
Terlaksananya implementasi sistem informasi paket penatausahaan PSDH/DR secara on line Terlaksananya penertiban dan lelang hasil hutan illegal
provinsi
:
Dana
Rp
1
33
Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan 2.1.6
9 Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara
Pencurian kayu di hutan negara menurun secara nyata, khususnya pada provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Maluku, Irian jaya Barat dan Papua
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang standar pelaksanaan perlindungan dan pengamanan serta pedoman kerjasama pemberantasan pencurian kayu di hutan negara, sebagai penjabaran dari PP No. 45/2004
Pemberantasan Pemantapan keamanan pencurian kayu di dalam negeri dalam hutan negara dan perdagangan kayu illegal
Operasi Input pengamanan hutan
6.340.744.000
-
Pengamanan hutan oleh masyarakat Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang berjalan efektif pedoman, standar, kriteria, prosedur operasionalisasi clearing house untuk data/informasi pencurian kayu di hutan
Output
:
Operasi intelijen
lokasi
-
Koordinasi penanggulangan pencurian kayu antar instansi penegak hukum berjalan efektif
Outcome
:
Meningkatkanya pencegahan tindak kejahatan kehutanan
%
100
Input
:
Dana
Rp
20.923.712.500
Output
:
Peningkatan dan pengembangan tenaga pengamanan
paket
Data dan informasi yang akurat dan mutakhir tentang kasus-kasus pencurian kayu Clearing house dan sistem layanan informasi di tingkat porpinsi dan di tingkat nasional yang terkoneksi, diakui, dan digunakan/dirujuk Penguatan dukungan berbagai sumberdaya untuk pemberantasan pencurian kayu lebih efektif
Penguatan kapasitas kelembagaan
10
2
51
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
Koordinasi antar instansi penegak hukum dalam penanggulangan pencurian kayu berjalan efektif
Outcome
Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di kabupaten sesuai kebutuhan
%
90
:
Dana
Rp
1.050.150.000
:
Penanganan perkara tindak pidana kehutanan paket
Outcome
:
Meningkatnya penyelesaian kasus-kasus tindak pidana kehutanan
%
90
Input
:
Dana
Rp
12.123.135.000
Terbangunnya sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi)
Sumber benih dan tanaman unggulan lokal
unit
Berkembang dan beroperasinya sistem peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayahh BPTH
Rencana perbenihan
BPTH
Penyelesaian kasus Input hukum pelanggaran/kejaha tan hutan Output
Terbangunnya perbenihan tanaman Tersusunnya regulasi /pengaturan hutan/sumber benih prioritas seluas mekanisme pengadaan benih dan 4.500 ha di 12 provinsi bibit tanaman hutan
Rehabilitasi dan Rehabilitasi dan Konservasi Pemulihan cadangan Sumberdaya hutan SDA
Berkembangnya kelembagaan usaha perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH di tingkat masyarakat dan UKM
2.3.1
11
Terbentuknya dan beroperasinya Taman Nasional Model
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Meningkatnya kinerja pengamanan hutan
Terlaksananya kegiatan-kegiatan preventif, represif, dan pre-emptive dalam penertiban peredaran hasil hutan Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif
10
SATUAN
:
Sinkronisasi rencana-rencana aksi pencegahan dan penanganan pencurian kayu
2.2.1
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
-
Sebanyak 20 Taman Nasional model terbentuk dan dikelola dengan optimal serta mendapat dukungan penuh dari stakeholder
PermenhutSK Dirjen PHKA baru yang Rehabilitasi dan Perlindungan dan memuat standar, kriteria, pedoman konservasi Konservasi SDA untuk pengembangan pengelolaan TN sumberdaya hutan model
-
TN model mampu melaksanakan penggalangan dana dari luar pemerintah
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedoman dan tata cara investasi di TN model
Pembangunan sumber benih
Outcome
Pengelolaan Taman Input Nasional
Output
:
1
20
6
Diperolehnya benih yang berkualitas dan jelas % asal usulnya
100
Mekanisme kegiatan perbenihan dapat terlaksana dengan baik
%
100
:
Dana
Rp
1.521.610.000
:
Evaluasi kondisi pengelolaan TN model
unit
21
52
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
-
2.3.2
12 Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif -
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
TN model meningkatkan penyerapan SK Dirjen tentang pedoman tenaga kerja dan pendapatan restorasi/pengelolaan habitat masyarakat sebesar 5%
Pengelolaan 200 unit KSA/KPA berjalan secara optimal dan mendapat dukungan penuh dari stakeholders
Review/revisi kebijakan dan pedoman Rehabilitasi dan Perlindungan dan untuk percepatan penyusunan konservasi konservasi SDA rencana pengelolaan sumberdaya hutan
Pengelolaan KSA/KPA/TB
Pengelolaan 200 unit KSA/KPA dapat Pedoman (standar, kriteria, prosedur) meningkatkan penyerapan tenaga kerjasama kemitraan dalam kerja setempat pemanfaatan serta rehabilitasi/restorasi KSA/KPA/TB Implementasi program/kegiatan mengacu pada rencana pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengelolaan masing-masing KSA/KPA/TB: a) pemulihan fungsi di 41 unit (30 KSA, 11 KPA)
2.3.3
13 Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatra
Pengendalian dan penurunan frekuensi kebakaran hutan secara nyata di Sumatera dan Kalimantan
Permenhut/SK Dirjen PHKA (baru/revisi) tentang pedoman (standar, kriteria) pengendalian kebakaran hutan
Rehabilitasi dan Perlindungan dan konservasi konservasi SDA sumberdaya hutan
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengendalian kebakaran hutan
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Outcome
:
Terkelolanya TN secara efektif
%
90
Input
:
Dana
Rp
10.943.906.000
Output
:
Supervisi evaluasi fungsi KPA/KSA dan TB
lokasi
Outcome
:
Terlaksananya KPA/KSA/TB sesuai fungsi
%
100
Input
:
Dana
Rp
23.618.333.500
77
-
Informasi dan deteksi dini kebakaran Inpres tentang Pedoman Dalkarhut hutan berfungsi optimal
Output
:
Laporan pemantauan hotspot
provinsi
25
-
Pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan di tingkat masyarakat berjalan efektif
Outcome
:
Tersedianya bahan peringatan dini bahaya kebakaran hutan
%
75
Input
:
Dana
Rp
84.141.640.000
Output
:
Tersedianya tenaga dan sarpras serta paket kelembagaan pengendalian kebakaran hutan
Seluruh elemen lingkup Dephut (di pusat dan daerah), pemda, dan masyarakat di 10 provinsi rawan kebakaran hutan mengetahui pedoman-pedoman pengendalian dan sistem peringatan dini kebakarn hutan Data daninformasi (spasial dan non spasial) lokasi-lokasi rawan kebakaran hutan (perkebunan, lahan gambut, HTI, kawasan HP open access) sebagai bahan untuk strategi antisipasi kebakaran hutan terselesaikannya kasus hukum pelaku pembakaran hutan dan lahan
Penguatan kapasitas kelembagaan pengendalian kebakaran
3
53
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
koordinasi antar para pihak, danpenanggulangan kebakaran hutan berjalan efektif
2.3.4
2.4.1
2.5.1
14 Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari
15
16
Terwujudnya rencanarencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunankehutanan dan sektor lain
Terbangun dan beroperasinya KPH di setiap provinsi
-
Populasi TSL langka menigkat
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedomannnn pengelolaan spesiesspesies kunci/prioritas
-
Penangkaran TSL langka komersil berkembang
-
Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan SDAH meningkat
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang arah kebijakan dan pengelolaan pusat penyelamatan dn rehabilitasi satwa Sistem informasi data/informasi seluruh spesies TSL kunci/prioritas clearing house data/informasi (PIKA)
-
Rencana Kerja (Renja-KL Tahun 2007 s.d. 2010) dan rencana Strategis Tahun 2010-2014)
Pedoman penyusunan rencana makro Pendukung kegiatan kehutanan kebijakan Prioritas
-
Evaluasi RPJP Kehutanan
hasil perhitungan PDRB hijau provinsi da kabupaten
-
PDRB Hijau Propinsi dan Kabupaten
Rencana-rencana keutanan, seperti: Rencana Kerja (Renja-KL) tahun 20088 dan rencana makro konservasi sumberdaya alam
-
Sosialisasi komitmen internasional departemen pada tingkat global
-
Fasilitasi pembangunan kehutanan wilayah perbatasan
Komitmen-komitmen internasional yang telah disepakati dapat diinternalisasi ke dalam rencana pembangunan kehutanan
-
Evaluasi rencana dan kebijakan kehutanan
-
Rencana makro kegiatan kehutanan Hasil evaluasi pelaksanaan rencana dan kebijakan npembangunan kehutanan
-
Penetapan, pembangunan dan beroperasinya KPH di seluruh provinsi di Indonesia
Rehabilitasi dan Perlindungan dan konservasi konservasi SDA sumberdaya hutan
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pengelolaan keanekaragaman hayati
Rencana investasu dan studi kelayakan pembangunan pada setiap KPH di 27 provinsi
Meningkatnya kinerja petugas penegndalian kebakaran hutan
%
88
Input
:
Dana
Rp
19.421.183.000
Output
:
pembinaan, pengendalian, pemanfaatan dan paket peredaran TSL
Outcome
:
Berkembangnya penangkaran TSL langka komersial
%
100
:
Dana
Rp
58.611.922.850
SDM
Orang
Dokumen Renja-KL, RKP Dephut
judul
2
Data dan informasi kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih, PDRB hijau
judul
2
Tersedianya acuan pelaksanaan pembangunan kehutanan
%
Rekomendasi mengenai kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih
rekom
Dana
Rp
SDM
Orang
Outcome
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pembangunan KPH
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
:
Output
Pemantapan Kawasan Hutan
SATUAN
Outcome
Penyusunan Input Rencana Kehutanan
Pembangunan kehutanan wlayah perbatasan dapat terfasilitasi melalui konsep desentralisasi
Pedoman pembangunan KPH (5 paket)
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Input
:
:
:
8
271
100
1
9.181.640.000
319
54
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Formulasi kebijakan SDM Tk. Nasional (1 paket) dan Tk Provinsi (27 paket)Action plan pembangunan KPH (Tk. Nasional 1 paket, provinsi 27 paket, kabupaten 27 paket dan KPH 27 unit)
Output
:
Lokakarya pemahaman pedoman penyusunan rancangan pembangunan KPH model 2 paket Koordinasi pembangunan KPH oleh sekretariat pembangunan KPH nasional 1 paket
Outcome
:
Data dan rekomendasi pembangunan KPH
2.5.2
2.5.3
17
18
Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung
Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal
-
Penetapan Menteri tentang lembaga Penetapan lembaga pengelolaan pengelolaan hutan lindung hutan lindung di 27 provinsi
-
Rehabilitasi dan konservasi SDH
Perlindungan dan konservasi SDA
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Draft formulasi kebijakan SDM Tingkat Nasional
judul
1
Buku action plan pembanguan KPH tingkat nasional
judul 1
1
Tersedianya bahan sebagai acuan untuk pemenuhan peronal pengelola KPH
paket
1
tersedianya arahan bagi action plan kegiatan paket pembangunan KPH tingkat nasional
1
Input
:
Dana
Rp
Fungsi kawasan hutan lindung Rencanan pengelolaan hutan lindung sebagai penyangga tata air berjalan di 27 provinsi optimal
Output
:
Evaluasi fungsi dan status huutan lindung
lokasi
-
Lembaga pengelolaan hutan lindung Kualitas dan kuantitas penutupan beroperasi dan mendapat dukungan hutan pada hutan lindung meningkat penuh stakeholders gangguan terhadap hutan lindung berkurang
Outcome
:
Teridentifikasinya kondisi dan kelembagaan hutan lindung
%
80
-
PNBP produk TSL dan jasa lingkungan meningkat sebesar 3%
Permenhut tentang pedoman Rehabilitasi dan (standar, kriteria) pemanfaatan jasa konservasi SDH lingkungan, wisata alam, dan TSL oleh masyarakat sekitar KSA/KPA/TB
Input
:
Dana
Rp
449.081.000
-
Penyerapan tenaga kerja pada TSL dan pada pengelolaan jasa lingkungan/wisata alam meningkat sebesar 4%
Permenhut tentang pedoman (standar, kriteria) pengelolaan KSA/KPA/TB
Output
:
Data dasar JLWA, BCA dan PM
lokasi
54
Dokumen rencana program kegiatan untuk layanan masyarakat sekitar KSA/KPA/TB
Outcome
:
Tersedianya bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan pengembangan lebih lanjut
%
85
Perlindungan dan konservasi SDA
Pengelolaan hutan lindung
SATUAN
Pengembangan data base JLWA, BCA dan PM
782.750.000
5
55
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
kesepakatan kerjasama kemitraan dengan kelompok-kelompok masyarakat: KSA/KPA/TB, investor/donors, buyers
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Input Penguatan kapasitas organisasi dan SDM dalam pengembangan kemitraan dan pemanfaatan JLWA Output dan TSL
Kelompok masyarakat yang bermitra memiliki pengetahuan dan keterampilan baru
Model pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam, dan TSL oleh masyarakat di 132 desa (68 desa model di balai TNN dan 64 desa model di BKSDA)
19
Terwujudnya RISTEK Kehutanan yang menjadi acuan pembangunan nasional
-
Hasil IPTEK dapat meningkatkan produktivitas kehutanan lestari sebesar 5%
Regulasi dan deregulasi penelitian dan pengembangan kehutanan
Dana
Rp
:
Laporan hasil evaluasi, asistensi, bimbingan dalam rangka penguatan kapasitas
judul
:
Diketahuinya permasalahan dalam pemanfaatan pariwisata alam
%
100
:
Dana
Rp
836.500.000
Output
:
Draft pedoman pemanfaatan jasa lingkungan judul air di kawasan hutan
Outcome
:
terarahnya pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan
Outcome
-
Hasil IPTEK dapat meningkatkan partisipasi, pendapatan/usaha di bidang kehutanan sebesar 4%
-
Hasil IPTEK dapat diakses oleh masyarakat luas
Hasil-hasil penelitian dan pengembangan dapat diakses oleh masyarakat luas dan dapat diterapkan secara efektif untuk pengembangan pengelolaan hutan alam produksi dan hutan tanaman; pengelolaan DAS; pengelolaan keanekaragaman hayati; pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman; peningkatan pemanfaatan HHBK oleh UKM; pemanfaatan jasa lingkungan; pemantapan kelembagaan serta pengemabangan tekno ekonomi pemanfaatan SDH, dan pengembangan biologi hutan
Pendukung kebijakan Prioritas
Penelitian dan pengembangan IPTEK
Teknologi dan kelembagaan rehabilitasi dan pencegahan degradasi SDH
Teknologi dan kelembagaan pengelolaan hutan
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
:
Penyusunan model Input pengelolaan pemanfaatan JLWA dan TSL
2.6.1
SATUAN
Input
:
1.346.950.000
9
2
%
Dana
Rp
SDM
Orang
100
4.878.862.000
267
Output
:
Teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi
Laporan penelitian
55
Outcome
:
Tersedianya rekomendasi kebijakan rehabilitasi
%
60
Menurunnya lahan terdegradasi
%
60
Dana
Rp
14.384.910.000
Input
:
56
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
URAIAN p g tanaman
Teknologi dan kelembagaan pengelolaan dan pelestarian keragaman hayati
Teknologi pemanfaatan dan pemasaran HHBK dan jasa hutan
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Output
:
teknologi peningkatan produktivitas hutan
Laporan penelitian
Outcome
:
Tersedianya teknik budidaya jenis-jenis prioritas yang dapat menghasilkan peningkatan hasil hutan tanaman
%
60
Input
:
Dana
Rp
3.817.450.000
SDM
Orang
186
198
141
Output
:
Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati
Laporan penelitian
Outcome
:
Tersedianya paket teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati
%
60
Input
:
Dana
Rp
2.702.965.000
SDM
Orang
194
Output
:
Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan
Laporan penelitian
35
Outcome
:
Meningkatnya pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan
%
60
:
Dana
Rp
1.275.955.000
SDM
Orang
71
Teknologi dan Input kelembagaan sistem pengelolaan hutan lestari
Kajian pengembangan social forestry dan tata niaga hasil hutan
INDIKATOR KINERJA
Output
:
Teknik pengayaan dan inventarisasi hutan alam
Laporan penelitian
17
Outcome
:
Adanya pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengolahan hutan alam produksi lestari
%
60
Input
:
Dana
Rp
3.148.636.000
SDM
Orang
173
57
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
:
Model dan pola partisipasi masyarakat
Laporan penelitian
35
Outcome
:
Tersedianya rekomendasi kelembagaan partisipasi masyarakat dan tata niaga hasil hutan
%
60
Input
:
Dana
Rp
73.580.025.562
Output
:
Jurnal, info, pedoman, dan hasil-hasil penelitian
Buku
Kualitas dan kuantitas SDM peneliti meningkat
Alih teknologi, gelar teknologi, temu lapang, seminar, diskusi
kali
Rencana penyelenggaraan litbang
Sarana prasarana penelitian
paket
31
Meningkatnya penyebarluasan produk litbang skala komersial
%
71
Meningkatnya sarana prasarana badan litbang
%
68
43.385.794.000
Sistem penunjang kelitbangan dan penerapan hasil litbang kehutanan
Hasil-hasil litbang termanfaatkan Kualitas dan kuantitas kelembagaan litbang meningkat
Hasil-hasil penelitian terdata dan terevaluasi pemanfaatannya
Outcome
:
Sarana dan prasarana (peralatan) litbang bertambah secara proporsional
Tersedianya SDM kehutanan yang handal di setiap strata dan dalam jumlah yang memadai
SATUAN
Output
Perpustakan berfungsi dan dimanfaatkan serta dilengkapi dengan koleksi yang diperlukan
-
INDIKATOR KINERJA
Regulaasi dan deregulasi pengembangan diklat kehutanan
Pendidikan kedinasan
Pengembangan Diklat Kehutanan
117
Input
:
Dana
Rp
Kualitas dan kuantitas SDM diklat meningkat
Output
:
Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan dan aparatur serta masyarakat yang mengikuti diklat
orang
9.441
Kualitas dan kuantitas fasilitas diklat meningkat
Outcome
:
Meningkatnya kualitas SDM dan tersedianya aparatur yang memiliki kompetensi
orang
9.441
Input
:
Dana
Rp
Output
:
terpeliharanya sarana diklat
paket
72
Outcome
:
Sarana danprasana diklat terpenuhi
unit kerja
10
Input
:
Dana
Rp
Output
:
kurikulum dan silabus
judul
kurikulum diklat sesuai kebutuhan dan mutakhir
Pendukung kebijakan Prioritas
78
Pengembangan fasilitas diklat
Kelembagaan diklat kehutanan semakin memadai
Pengembangan kurikulum diklat
57.071.048.000
7.311.557.000 84
58
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
-
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
20
Terkendalinya erosi, sedimentasi dan banjir di DAS prioritas
URAIAN
INDIKATOR KINERJA
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Outcome
:
Terarahnya pelaksanaan diklat sesuai kebutuhan
judul
Input
:
Dana
Rp
Kualitas, kuantitas dan fasilitas penyuluh kehutanan meningkat sesuai kebutuhan
Output
:
tersedianya materi penyuluhan dalam bentuk media elektronik
judul
11
Aktivitas penyuluhan kehutanan meningkat sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan
Outcome
:
Tersebarluaskannya materi penyuluhan
judul
11
Input
:
Dana
Rp
Output
:
terselengaranya kegiatanpenyuluhan
propinsi
9
Outcome
:
Tumbuhnya kesadaran masyarakat
propinsi
9
Input
:
Dana
Rp
Terbentuknya masyarakat kehutanan Regulasi dan deregulasi madani yang mengetahui, pengembangan penyuluhan memahami turut serta dalam kehutanan pembangunan kehutanan
Pendukung kebijakan Prioritas
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kehutanan meningkat
3.1.1
KEGIATAN POKOK
Pengembangan materi penyuluhan
Pengembangan penyuluhan
-
Sertifikat produk barang dan jasa kehutanan Indonesia diterima ditingkat nasional dan global
Regulasi dan deregulasi standarisasi produk barang dan jasa kehutanan
-
Produk barang dan jasa kehutanan dapat bersaing secara global
Kualitas produk barang dan jasa kehutanan meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya
Output
:
Penerapan Standar nasional Indonesia bidang kehutanan oleh produsen maupun konsumen
lokasi
Produk barang dan jasa kehutanan Indonesia memenuhi standar internasional dan diakui
outcome
:
Produsen dan konsumen dapat saling memberikan keuntungan kualitas berdasarkan SNI
%
-
Ancaman bahaya erosi, sedimantasi, RPP tentang penetapan pengelolaan dan tanah longsor dapat dihindari DAS teroadu dan atau menurun
-
Pengelolaan 282 DAS prioritas mendapat dukungan penuh stakeholders
Tersedianya data dan informasi kondisi karakteristik 282 DAS prioritas
Pendukung Penyelenggaraan kebijakan Prioritas Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
Rehabilitasi dan Rehabilitasi dan konservasi Sumber pemulihan cadangan Daya Hutan SDA
Standarisasi produk barang dan jasa kehutanan
Pengelolaan DAS
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Data dan informasi karakteristik DAS
DAS
84
4.036.675.000
6.834.425.000
5.099.710.000
3
100
34.711.470.000
16
59
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
-
Pengelolaan DAS dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 10%
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Tersusunnya review urutan prioritas DAS, 31 wilayah PDAS
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Data dan informasi penanganan bencana
lokasi
5
DAS dapat dikelola dengan metode dan teknik yang tepat
%
100
Termitigasinya bencana alam dengan baik
%
100
Dana
Rp
4.034.475.544.000
Rencana RHL 5 tahun di 22 BPDAS
BPDAS
Bibit tanaman GERHAN
Ha
Tersusunnya hasil identifikasi lokasi (rawan) bencana banjir, longsor, dan kekeringan di 31 wilayah kerja BPAS Terbangunnya tanaman pada MDM sebagai model pengelolaan DAS, di 31 model mikro seluas 775 ha
3.1.2
4.1.1
21
22
Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA) -
Tercapainya penambahan hutan rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat
Outcome
RHL di 282 DAS prioritas mencapai 5 Tersusun dan tersedianya Master Plan Rehabilitasi dan juta ha dengan ratio 60% dalam RHL (MP-RHL) di seluruh Indonesia konservasi hutan kawasan hutan dan 40% diluar dan mendapat dukungan stakeholders kawasan hutan
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)
Sebanyak 80% dari hasil penanaman Terselenggaranya GERHAN di 282 DAS / 33 prop, berupa: reboisasi RHL di 282 DAS prioritas tumbuh (lahan kritis HP, HL, HK dan LOA), dengan baik penghijauan (hutan rakyat, lingkungan, hutan kota, turus jalan), mangrove, sipil teknis, pemeliharaan dan kelembagaan
-
Master plan RHL (MP-RHL) tersedia di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders
-
RHL di 282 DAS prioritas mendapat dukungan p[enuh stakeholders dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10%
-
Luas HR dan HTR bertambah 500.000 ha
Tersusunnya draft deregulasi peraturan pengelolaan hutan rakyat dan tata usaha hasil hutan rakyat
-
Produksi kayu dari hutan rakyat mampu mencapai 40 m3/ha
Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kemitraan usaha hutan rakyat pada 12 provinsi (Jabar, jatim, jateng, banten, Sumut, riau, Sumsel, Lampung, Kalsel, Kalbar, kaltim, Sulsel), 6 kelompok kemitraan
:
Input
:
Output
: 22
:
1.279.191
Rencana gerakan penanaman swadaya bersama organisasiorganisasi kemasyarakatan 40.000 ha dan 11 ormas/mitra Outcome
Sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi) dan pengendalian peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH, pengembangan usaha dan kelembagaan perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
Pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat
Input
:
:
Output
Outcome
:
Tersedianya cuan dalam penyusunan RTT
%
100
tersedianya bibit untuk merehabilitasi hutan dan lahan
%
100
Dana
Rp
8.600.201.000
Terbangunnya Hutan rakyat
Ha
275
Bertambahnya luas hutan rakyat dan penutupan lahan
%
100
60
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
4.1.2
23
Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari
INDIKATOR
TARGET
-
Pemanfaatan HHBK secara lestari dan komersial meningkat 3 % per tahun
-
Pemanfaatan HHBK dapat Rencana inventarisasi potensi meningkatkan penyerapan tenaga pengembangan HHBK pada 31 kerja setempat sebesar 3%, dan wilayah BPDAS kesejahteraan masyarakat setempat meningkat
-
Pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)
Peraturan Menteri Kehutanan tentang penyempurnaan ijin pemanfaatan dan pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
KEBIJAKAN
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan
PROGRAM
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
KEGIATAN POKOK
Pengembangan Input pemanfaatan HHBK
Rencana pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara, di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)
Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan
-
Kawasan penyangga berfungsi Regulasi pengelolaan kawasan optimal, masyarakat yang tinggal di penyangga di sekitar kawasan daerah penyangga sejahtera dan konservasi terlibat dalam pengelolaan kawasan Rencana-rencana pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi Kemampuan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi meningkat
Perlindungan dan Konservasi SDA
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Rp
10.180.271.000
Terbentuknya areal model dan terpeliharanya Ha tanaman AUK, madu, rotan, gaharu, persuteraan alam, bambu
2.370
:
Berkembangnya areal model dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
%
100
Input
:
Dana
Rp
1.035.250.000
Output
:
Data dan informasi produksi HHBK
paket
1
Outcome
:
tersedianya bahan kebijakan HHBK
paket
1
Input Pemantauan kegiatan PMDH kemitraan dan Output fasilitasi pelaksanaan pengelolaan PHBM Outcome
:
Dana
Rp
2.109.393.000
:
data dan informasi kelola sosial, pengelolaan UM hutan berbasis masyarakat
35
:
Tersedianya bahan masukan kelola sosial dan judul pengelolaan hutan berbasis masyarakat
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Supervisi pengembangan daerah penyangga di KSA, KPA, TB
lokasi
Outcome
:
Terbentuknya daerah penyangga KSA, KPA, TB
%
Pengendalian penerbitan ijin pemungutan dan penyusunan pola pengembangan HHBK
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar hutan
Dana
SATUAN
Outcome
Pemeliharaan dan pengembangan tanaman HHBK seluas 2.605 ha
24
:
Output
Meningkatnya kapasitas kelembagaan usaha HHBK melalui penguatan jejaring kerja dan usaha HHBK dan temu usaha tani, serta bimbingan teknik dan pelatihan peserta model pengembangan usaha HHBK
4.1.3
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi
3
1.546.760.000
5
80
61
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
4.1.4
25
INDIKATOR
Terwujudnya kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat
Kemampuan dan peran masyarakat madani dalam upaya Rehablitasi Hutan dan Lahan (RHL) meningkat secara nyata
TARGET
Pedoman kerjasama Dephut dengan mitra
KEBIJAKAN
Rehabilitasi dan konservasi SDH
PROGRAM
Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengembangan RHL Input Swadaya
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
:
Dana
Rp
4.151.568.000
terselenggaranya pengembangan kader ormas melalui pelatihan dalam rangka pengembangan RHL swadaya
Output
:
Areal model wanatani
ha
150
Terealisasinya penanaman bibit oleh kader-kader ormas di wilayah kerja BPDAS
Outcome
:
Pengembangan wanatani dalam skala luas
%
100
Input
:
Dana
Rp
2.884.422.000
Terselenggaranya fasilitasi penguatan kelembagaan, pengembangan usaha, dan pemantapan kawasan dalam rangka pengembangan HKm sebagai unit model HKm pada 12 provinsi, seluas 25.000 ha
Output
:
Hutan kemasyarakatan dan tanaman agroforestry di perbatsasan negara
provinsi
Terselengaranya fasilitasi penguatan dan pengembangan kelembagaan Pemda dan masyarakat dalam pengembangan HKm
Outcome
:
masyarakat dapat mengelola hutan dan meningkatkan pendapatannya
%
100
Input
:
Dana
Rp
14.939.762.000
Terselenggaranya fasilitas dalam rangka penandatangan MoU
5.1.1
26 Berkembangnya model pengelolaan hutan berbasis masyarakat
-
Pengelolaan hutan berbasis masyarakat dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3% dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 4%
Tersusunnya peraturan-peraturan, penyusunan sistem insentif dan disinsentif, serta penetapan areal kerja HKm model pada 12 propinsi
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan
Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA
Pengembangan hutan kemasyarakatan
12
Terselenggaranya insentif pengembangan dan pemeliharaan unit areal kerja HKm, 22 unit areal kerja HKm pada 19 provinsi.
6.1.1
27 Tercapainya penegakan hukum dalam penanggulangan kejahatan kehutanan secara efektif
-
Produk hukum bidang kehutanan dapat diimplementasikan secara efektif
Produk hukum bidang kehutanan ditetapkan sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pembinaan hukum dan peraturan perundangan
62
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
-
6.1.2
6.1.3
28 Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan
TARGET
KEBIJAKAN
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Output
:
tersusunnya Draft RUU, RPP, Permenhut
buah
40
Otcome
:
Terwujudnya landasan hukum
%
40
Input
:
Dana
Rp
1.904.819.655
Output
:
Sosialisasi produk hukum
paket
2
Outcome
:
Meningkatnya pemahaman produk hukum
paket
2
Input
:
Dana
Rp
pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar, dan sesuai dengan tata waktu
Output
:
Arahan kebijakan Dephut
dokumen
288
Kemajuan pelaksanaan anggaran diketahui setiap periode 3 bulan
Outcome
:
Selarasnya rancangan kegiatan pusat dan daerah
RKAKL
288
:
Dana
Rp
:
Laporan hasil monev keuangan dan kegiatan buku pembangunan
Desetralisasi /regulasi pembangunan Regulasi dan deregulasi desentralisasi Pendukung kehutanan secara menyeluruh dapat pembangunan kehutanan kebijakan prioritas meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan
-
Sinkronisasi pembangunan kehutanan pusat dan daerah
Pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar dan sesuai dengan tata waktu
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Penegakan hukum dan peraturan Penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan bidang perundangan bidang kehutanan kehutanan diterapkan dengan tegas diterapkan dengan tegas dan adil dan adil
-
29 Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Desentralisasi kehutanan
Produk hukum desentralisasi dapat tersosialisasikan dan diimplementasikan secara efektif dalam pembangunan kehutanan
Regulasi dan deregulasi pengelolaan penadanaan pembangunan kehutanan
Tersusunnya dokumen hasil evaluasi dan monitoring dan kegiatan
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Koordinasi penyusunan rencana kegiatan dan anggaran
Monitoring dan Input evaluasi penyerapan anggaran Output
5.914.350.000
10.086.500.000
26
63
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Outcome
Penyelenggaraan pembangunan Tercapainya koordinasi pembangunan Pendukung kehutanan terpadu dan terkoordinasi kehutanan antara pusat dengan kebijakan prioritas di setiap regional daerah (pusat- propinsi-kabupaten) Regulasi dan deregulasi pembangunan kehutanan
Regulasi dan deregulasi sinkronisasi pembangunan kehutanan di pusat dan daerah
Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan dengan benar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian hutan
Tercapainya sinkronisasi proses perencanaan kehutanan antara pusat dan daerah
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
:
Tersedianya data dan informasi pelaksanaan keuangan dan kegiatan
laporan
:
Dana
Rp
:
Laporan dan masukan kepada pimpinan dan judul stakeholder dalam koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan
Outcome
:
Adanya interaksi informasi dari para pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kehutanan
%
100
Input
:
Dana
Rp
3.373.036.000
Output
:
tersusunnya pedoman pengurusan pengelolaan keuangan
buku
59
Outcome
:
terarahnya pengurusan keuangan
judul
17
Input
:
Dana
Rp
Output
:
tersusunnya data setoran DR, PSDH, IIUPH, TP GR
buku
40
Outcome
:
termonitor dan meningkatnya penerimaan PNBP
laporan
80
Input Penguatan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan regional Output
19
24.184.708.000
36
Hasil musyawarah rencana pembangunan propinsi dan reginal
Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan
Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan
Regulasi dan deregulasi pengelolaan keuangan Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pembinaan administrasi pengelolaan keuangan
Terlaksananya pembinaan dan pengelolaan admnistrasi keuangan Tertibnya administasi dan penatausahaan PNBP Telaksananya pembinaan dan penatausahaan optimalisasi PNBP
Penertiban administrasi dan penatausahaan PNBP
8.074.050.000
64
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
Sarana dan prasarana pendukung Kriteria dan indikator publikasi dapat pembangunan kehutanan tersedia tersusun sesuai perkembangan secara proporsional pada setiap pembangunan Dephut instansi kehutanan pusat dan daerah
KEBIJAKAN
Pendukung kebijakan prioritas
PROGRAM
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
KEGIATAN POKOK
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengembangan urusan umum
SATUAN
Rp
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Input
:
Dana
191.790.010.000
Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa dapat terlaksana sesuai peraturan perundangan yang berlaku
Output
:
terlaksananya pengadaan dan pemantauan paket barang dan jasa, sistem kearsipan, dan BIMN
Inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana dapat dilaksanakan
Outcome
:
Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana
%
100
Input
:
Dana
Rp
8.056.651.000
Output
:
Berita kehutanan di media cetak dan elektronik
bulan
12
Outcome
:
bulan Tersiarnya berita kehutanan, hubungan mutualisma Dephut-Media massa, kerjasama antar humas dan DPR
12
:
Dana
Rp
Output
:
Pertemuan forwahut, sosialisasi, lokakarya penanganan kasus, pembinaan dan partisipasi
paket
25
Outcome
:
Terbitnya majalah MKI, leaflet, poster, siaran paket pers, partisipasi LSM
25
Input
:
Dana
22
Laporan hasil monitoring barang inventaris milik negara Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah
Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara objektif, didukung dengan data yang benar dan disajikan secara terus menerus kepada stakeholders nasional dan global
Regulasi dan deregulasi pengelolaan informasi kehutanan
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penyelenggaraan publikasi, promosi pembangunan dan kebijakan Dephut
Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara obyektif, didukung dengan data yang benar, dan disajikan secara terus menerus kepada para pihak nasional daninternasional
Penyebaran informasi kehutanan melalui media masa berjalan efektif dan mutakhir
Organisasi dan tata laksana institusi Regulasi dan deregulasi pengembangan organisasi dan kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai ketatalaksanaan tuntutan pembangunan kehutanan pada setiap tingkatan
Penyelenggaraan Input pemanfaatanjaringa n komunikasi sosial
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pengembangan organisasi dan tatalaksana
Rp
8.564.830.000
5.048.652.000
65
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR pada setiap tingkatan
6.2.1
30 Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan nasional
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehtanan di semua tingkatan
Berperan aktif dalam melaksanakan ketentuan dan kesepakatan global yang berkaitan dengan kehutanan
Terselenggaranya pertemuan Pendukung pertemuan bilateral, regional, dan sub kebijakan prioritas regional bidang kehutanan
Kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan meningkat
Ditandatanganinya agreement/kesepakatam di berbagai fokus (pemberantasan illegal logging, peningkatan kapasitas SDM dan teknologi, dll)
Pemantapan pemanfaatan potensi SDH
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengembangan kerjasama internasional dan perjanjian global bidang kehutanan
Terwujudnya pertukaran informasi dan pengetahuan dalam kerangka kerjasama bilateral, regional dan sub regional
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
Output
:
Tersusunnya 15 draft Permenhut dan 1 RPP buah urusan Bidang Kehutanan
15
Outcome
:
Terwujudnya susunan organisasi, tahubja, prosedur kerja, dan uraian jabatan yang mantap
%
100
Input
:
Dana
Rp
27.196.046.000
Output
:
Laporan perkembangan, pemantauan dan evaluasi kerjasama bilateral, regional, dan pertemuan/sidang
judul
14
Outcome
:
Terjalinnya kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan
%
80
Input
:
Dana
Rp
1.084.100.000
Kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan meningkat
6.3.1
31 Terwujudnya SDM kehutanan yang berkualita, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional
Misi dan program kehutanan dapat berjalan dengan benar dan tercapai
SK Menteri/deregulasi tentang pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender
Tercapainya kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh SDM kehutanan
Terselenggaranya pengembangan SDM dan penyelenggaraan admnistrasi kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Output
:
Buku evaluasi impelementasi PUG dibidang kehutanan
buku
2
Terselenggaranya diklat SDM kehutanan sesuai kebutuhan
Outcome
:
Terdatanya pekerja berwawasan gender di lingkup Dephut
judul
2
Berkembangnya institusi UPT kehutanan di daerah dapat berjalan secara efektif
Input
: Dana
Rp
Output
:
Peraturan perundangan pengembangan SDM dapat tersusun melalui koordinasi inter dan antar sektor
Pendukung kebijakan prioritas
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penyelenggaraan agenda PUG
Penyelenggaraan administrasi kepegawaian
18.674.721.000,00
Proses penilaian dan pengurusan administrasi paket kepegawaian
39
66
LAMPIRAN 2. RENCANA KINERJA TAHUNAN VISI : Terwujudnya Penyelenggaraan Kehutanan Untuk Menjamin Kelestarian Hutan Dan Peningkatan Kemakmuran Rakyat CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN
SASARAN
URAIAN
INDIKATOR
TARGET
KEBIJAKAN
PROGRAM
KEGIATAN POKOK
Misi dan program pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender dapat berjalan dengan benar dan tercapai 6.3.2
32 Terbentuknya PNS kehutanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya
Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat
Regulasi dan deregulasi penyelenggaraan pengawasan aparatur negara
Jumlah kasus penyelewengan/KKN menurun drastis dan signifikan
Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat
Outcome
Pendukung kebijakan prioritas
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
Penyusunan peraturan penyelenggaraan pengawasan
Pembangunan kehutanan dapat Laporan dan rekomendasi hasil terselenggara lebih efektif dan efisien pengawasan Koordinasi dansinkronisasi pengawasan dengan lembaga pengawasan daerah meningkat
INDIKATOR KINERJA
URAIAN
evaluasi dan pemantauan hasil pengawasan
SATUAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
: Terlaksananya pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian
%
80 20.217.200.000
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Buku UPKPT, dokumen PKPT dan buku data dan informasi pengawasan
judul
Outcome
:
terarahnya koordinasi pengawasan antar APIP %
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Laporan hasil pemeriksaan
judul
Outcome
:
Termanfaatkannya asil pemeriksaan sebagai bahan pemeriksaan selanjutnya
%
100
:
Dana
Rp
11.290.500.000
:
Laporan
LHA
:
terselesaikannya kasus-kasus pelanggaran
%
Input Audit kinerja komprehensif, operasional keuangan, Output optimalisasi penerimaan negara dan audit khusus Input
6
100
2.512.600.000
18
404
53
67
LAMPIRAN 3. PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN % (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Pengembangan kapasitas SDH dan LH; dan Peningkatan kualitas akses informasi SDA dan LH
Inventarisasi dan perpetaan SDH
Pengembangan Sistem Informasi Assessment Pembangunan kehutanan (SIAPHUT)
Input
Rp
SDM
Orang
58.980.622.000
13.201.665.640
22,38
653
653
100,00
1
1
100,00
:
Kriteria dan standar NSDH
Judul
Outcome
:
Kriteria dan standar NSDH
%
100
50
50,00
Input
:
Dana
Rp
20.899.604.500
13.470.729.174
64,45
SDM
Orang
390
368
94,36
Peta perkembangan pemasangan jatikon
lembar
8
8
100,00
Aplikasi SIAPHUT hasil penyempurnaan
judul
1
1
100,00
Tersedianya data dan informasi posisi titik % kontrol yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemetaan kawasan hutan
100
100
100,00
Tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan yang lebih lengkap dan akurat, dan memudahkan pengguna informasi
%
100
100
100,00
Dana
Rp
10.236.109.000
2.507.590.200
24,50
SDM
Orang
297
195
65,66
Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK
lokasi
30
15
50,00
12
4
33,33
Outcome
Pengukuhan kawasan hutan
Dana
Output
Output
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
:
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN
Input
Output
:
:
:
:
Data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan provinsi
68
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Outcome
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Penyiapan dan evaluasi penggunaan dan perubahan kawasan hutan
Input
Output
Outcome
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Identifikasi dan pemetaan kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak
Perencanaan dan pemantapan pemanfaatan areal dalam kerangka lelang
:
:
:
:
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN 30
15
50,00
12
4
33,33
13.847.270.800
3.484.489.000
25,16
tersedianya bahan penunjukan kawasan hutan partial dan KHDTK
lokasi
Terlenbgkapinya data dan dokumen pengukuhan kawasan hutan
provinsi
Dana
Rp
SDM
Orang
1.075
636
59,16
Laporan hasil kajian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan
lokasi
9
5
55,56
Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan
lokasi
30
23
76,67
Rekomendasi hasil kajian terpadu dalam rangka lokasi perubahan fungsi kawasan hutan
9
5
55,56
30
23
76,67
6.603.550.000
1.963.586.700
29,74
Tersedianya data dan informasi dalam rangka pemberian rekomendasi penggunaan kawasan hutan
lokasi
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Site plan pemanfataan hutan produksi
judul
3
3
100,00
Outcome
:
teridentifikasinya kawasan HP yang tidak dibebani hak
judul
3
3
100,00
Input
:
Dana
Rp
6.121.000.000
5.013.189.000
81,90
Output
:
Rencana penataan pemanfaatan areal eks HPH paket
8
6
75,00
Outcome
:
Tersusunnya rencana penataan pemanfaatan areal eks HPH
8
6
75,00
paket
69
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pengembangan hutan tanaman
Input
:
Dana
Rp
Output
:
pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan kelola lingkungan pada areal unit manajemen
Outcome
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pegelolaan (pemanfaatan) hutan produksi alam
Restrukturisasi industri primer kehutanan
SATUAN
:
RENCANATINGKAT CAPAIAN 19.711.604.000
11.589.489.391
58,80
provinsi
3
3
100,00
Data dan informasi investasi hutan tanaman
paket
1
1
100,00
Adanya kesamaan pemahaan pentingnya kegiatan kelola lingkungan dalam menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman
provinsi
3
3
100,00
Terwujudnya persepsi masyarakat yang baik terhadap pembangunan hutan tanaman
1 paket
1
1
100,00
54.481.364.000
38.467.521.464
70,61
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Penilaian kinerja PHAPL pada unit manajemen IUPHHK-HA
paket
1
1
100,00
Outcome
:
tersedianya data dan informasi sebagai bahan masukan pengambilan keputusan kinerja IUPHHK
paket
1
1
100,00
Input
:
Dana
Rp
28.003.662.500
11.648.413.693
41,60
Output
:
Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003
paket
1
1
100,00
Hasil evaluasi industri kehutanan
paket
1
1
100,00
Tersedianya acuan dalam perencanaan pemenuhan bahan baku industri primer
paket
1
1
100,00
Tersedianya bahan pembinaan dan pengendalian IPHHK
paket
1
1
100,00
Outcome
:
70
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Penertiban tata usaha hasil Input hutan
:
Dana
Rp
42.830.486.000
22.728.037.200
53,07
:
Sistem informasi penatausahaan PSDH /DR secara on line
paket
1
1
100,00
Data dan informasi produksi dan pelaksanaan lelang hasil hutan illegal
provinsi
33
33
100,00
Terlaksananya implementasi sistem informasi penatausahaan PSDH/DR secara on line
paket
1
1
100,00
Terlaksananya penertiban dan lelang hasil hutan illegal
provinsi
33
33
100,00
:
Dana
Rp
6.340.744.000
1.271.177.030
20,05
Output
:
Operasi intelijen
lokasi
10
8
80,00
Outcome
:
Meningkatkanya pencegahan tindak kejahatan kehutanan
%
100
80
80,00
Input
:
Dana
Rp
20.923.712.500
11.718.988.042
56,01
Output
:
Peningkatan dan pengembangan tenaga pengamanan
paket
2
2
100,00
Outcome
:
Meningkatnya kinerja pengamanan hutan
%
90
65
72,22
:
Dana
Rp
1.050.150.000
356.990.200
33,99
Output
:
Penanganan perkara tindak pidana kehutanan
paket
1
1
100,00
Outcome
:
Meningkatnya penyelesaian kasus-kasus tindak % pidana kehutanan
90
65
72,22
Input
:
Dana
12.123.135.000
10.649.252.500
87,84
Output
Outcome
Pemantapan keamanan dalam negeri
Operasi pengamanan hutan Input
Penguatan kapasitas kelembagaan
Penyelesaian kasus hukum Input pelanggaran/kejahatan hutan
Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA
Pembangunan sumber benih
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN
:
Rp
71
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Output
Outcome
Perlindungan dan Konservasi SDA
Perlindungan dan konservasi SDA
Perlindungan dan konservasi SDA
Pengelolaan Taman Nasional
Pengelolaan KSA/KPA/TB
Pengendalian kebakaran hutan
Pengelolaan keanekaragaman hayati
:
Sumber benih dan tanaman unggulan lokal
unit
20
17
85,00
Rencana perbenihan
BPTH
6
6
Diperolehnya benih yang berkualitas dan jelas asal usulnya
100,00
%
100
90
90,00
Mekanisme kegiatan perbenihan dapat terlaksana dengan baik
%
100
90
90,00
1.521.610.000
521.013.000
34,24
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Evaluasi kondisi pengelolaan TN model
unit
21
20
95,24
Outcome
:
Terkelolanya TN secara efektif
%
90
60
66,67
Input
:
Dana
Rp
10.943.906.000
2.631.691.900
24,05
Output
:
Supervisi evaluasi fungsi KPA/KSA dan TB
lokasi
77
10
12,99
Outcome
:
Terlaksananya KPA/KSA/TB sesuai fungsi
%
100
50
50,00
Input
:
Dana
Rp
23.618.333.500
7.323.742.518
31,01
Output
:
Laporan pemantauan hotspot
provinsi
25
25
100,00
Outcome
:
Tersedianya bahan peringatan dini bahaya kebakaran hutan
%
75
75
100,00
:
Dana
Rp
84.141.640.000
48.362.167.447
57,48
:
Tersedianya tenaga dan sarpras serta kelembagaan pengendalian kebakaran hutan
paket
3
3
100,00
Outcome
:
Meningkatnya kinerja petugas penegndalian kebakaran hutan
%
88
63
71,43
Input
:
Dana
Rp
19.421.183.000
6.694.746.700
34,47
Penguatan kapasitas Input kelembagaan pengendalian Output kebakaran
Perlindungan dan konservasi SDA
:
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN
72
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Penyusunan Rencana Kehutanan
pembinaan, pengendalian, pemanfaatan dan peredaran TSL
paket
Outcome
:
Berkembangnya penangkaran TSL langka komersial
%
100
50,29
50,29
Input
:
Dana
Rp
58.611.922.850
41.491.270.074
70,79
SDM
Orang
271
271
100,00
Dokumen Renja-KL, RKP Dephut
judul
2
2
100,00
Data dan informasi kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih, PDRB hijau
judul
2
2
100,00
Tersedianya acuan pelaksanaan pembangunan kehutanan
%
100
100
100,00
Rekomendasi mengenai kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih
rekom
1
1
100,00
Dana
Rp
9.181.640.000
3.654.113.880
39,80
SDM
Orang
319
237
74,29
Draft formulasi kebijakan SDM Tingkat Nasional judul
1
1
100,00
Buku action plan pembanguan KPH tingkat nasional
judul
1
1
100,00
Tersedianya bahan sebagai acuan untuk pemenuhan peronal pengelola KPH
paket
1
1
100,00
tersedianya arahan bagi action plan kegiatan pembangunan KPH tingkat nasional
paket
1
1
100,00
Dana
Rp
782.750.000
230.535.000
29,45
Input
Output
Outcome
Perlindungan dan konservasi SDA
Pengelolaan hutan lindung
100,00
:
Outcome
Pembangunan KPH
8
Output
Output
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN 8
Input
:
:
:
:
:
:
73
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Perlindungan dan konservasi SDA
Pengembangan data base JLWA, BCA dan PM
Penguatan kapasitas organisasi dan SDM dalam pengembangan kemitraan dan pemanfaatan JLWA dan TSL
Penyusunan model pengelolaan pemanfaatan JLWA dan TSL
Penelitian dan pengembangan IPTEK
Teknologi dan kelembagaan rehabilitasi dan pencegahan degradasi SDH
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN 5
5
100,00
Output
:
Evaluasi fungsi dan status huutan lindung
lokasi
Outcome
:
Teridentifikasinya kondisi dan kelembagaan hutan lindung
%
80
50
62,50
Input
:
Dana
Rp
449.081.000
403.607.000
89,87
Output
:
Data dasar JLWA, BCA dan PM
lokasi
54
48
88,89
Outcome
:
Tersedianya bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan pengembangan lebih lanjut
%
85
75
88,24
Input
:
Dana
Rp
1.346.950.000
556.303.800
41,30
Output
:
Laporan hasil evaluasi, asistensi, bimbingan dalam rangka penguatan kapasitas
judul
9
8
88,89
Outcome
:
Diketahuinya permasalahan dalam pemanfaatan pariwisata alam
%
100
90
90,00
Input
:
Dana
Rp
836.500.000
757.539.000
90,56
Output
:
Draft pedoman pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan
judul
2
2
100,00
Outcome
:
terarahnya pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan
%
100
90
90,00
4.878.862.000
4.093.624.801
83,91
267
267
100,00
Input
:
Dana
Rp
SDM
Orang
Output
:
Teknologi pengembangan jenis-jenis pohon dan rehabilitasi
Laporan penelitian
55
54
98,18
Outcome
:
Tersedianya rekomendasi kebijakan rehabilitasi
%
60
53
88,33
Menurunnya lahan terdegradasi
%
60
49
82,22
74
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Teknologi dan kelembagaan pengelolaan hutan tanaman
Teknologi dan kelembagaan pengelolaan dan pelestarian keragaman hayati
Teknologi pemanfaatan dan pemasaran HHBK dan jasa hutan
Teknologi dan kelembagaan sistem pengelolaan hutan lestari
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN 14.384.910.000
11.558.300.600
80,35
198
196
98,99
Input
:
Dana
Rp
Output
:
teknologi peningkatan produktivitas hutan
Laporan penelitian
Outcome
:
Tersedianya teknik budidaya jenis-jenis prioritas yang dapat menghasilkan peningkatan hasil hutan tanaman
%
60
53
87,78
Input
:
Dana
Rp
3.817.450.000
3.378.368.500
88,50
SDM
Orang
186
186
100,00
141
140
99,29
Output
:
Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati
Laporan penelitian
Outcome
:
Tersedianya paket teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati
%
60
52
86,67
Input
:
Dana
Rp
2.702.965.000
2.470.413.400
91,40
SDM
Orang
194
194
100,00
Output
:
Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan
Laporan penelitian
35
35
100,00
Outcome
:
Meningkatnya pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan
%
60
54
90,00
Input
:
Dana
Rp
1.275.955.000
823.615.025
64,55
SDM
Orang
71
36
50,70
Output
:
Teknik pengayaan dan inventarisasi hutan alam
Laporan penelitian
17
16
94,12
Outcome
:
Adanya pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengolahan hutan alam produksi lestari
%
60
31
51,67
75
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Kajian pengembangan social forestry dan tata niaga hasil hutan
Sistem penunjang kelitbangan dan penerapan hasil litbang kehutanan
Input
Pengembangan Diklat Kehutanan
Pengembangan fasilitas diklat
Dana
Rp
SDM
Orang Laporan penelitian %
2.504.449.875
79,54
173
173
100,00
35
35
100,00
60
45
74,17
73.580.025.562
54.346.798.398
73,86
78
78
100,00
117
112
95,73
Output
:
Model dan pola partisipasi masyarakat
Outcome
:
Tersedianya rekomendasi kelembagaan partisipasi masyarakat dan tata niaga hasil hutan
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Jurnal, info, pedoman, dan hasil-hasil penelitian
Buku
Alih teknologi, gelar teknologi, temu lapang, seminar, diskusi
kali
Sarana prasarana penelitian
paket
31
29
93,55
Meningkatnya penyebarluasan produk litbang skala komersial
%
71
67
94,78
Meningkatnya sarana prasarana badan litbang
%
68
66
97,06
43.385.794.000
30.695.072.570
70,75
Outcome
Pendidikan kedinasan
:
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN 3.148.636.000
:
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan dan aparatur serta masyarakat yang mengikuti diklat
orang
9.441
6.223
65,91
Outcome
:
Meningkatnya kualitas SDM dan tersedianya aparatur yang memiliki kompetensi
orang
9.441
6.223
65,91
Input
:
Dana
Rp
57.071.048.000
49.281.960.597
86,35
76
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengembangan kurikulum diklat
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
Pengembangan materi penyuluhan
Pengembangan penyuluhan
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN 72
72
100,00
10
10
100,00
7.311.557.000
5.522.377.880
75,53
Output
:
terpeliharanya sarana diklat
paket
Outcome
:
Sarana danprasana diklat terpenuhi
unit kerja
Input
:
Dana
Rp
Output
:
kurikulum dan silabus
judul
84
64
76,19
Outcome
:
Terarahnya pelaksanaan diklat sesuai kebutuhan
judul
84
64
76,19
Input
:
Dana
Rp
4.036.675.000
3.650.552.777
Output
:
tersedianya materi penyuluhan dalam bentuk media elektronik
judul
11
23
209,09
Outcome
:
Tersebarluaskannya materi penyuluhan
judul
11
23
209,09
Input
:
Dana
Rp
6.834.425.000
3.207.548.203
46,93
Output
:
terselengaranya kegiatanpenyuluhan
propinsi
9
6
66,67
Outcome
:
Tumbuhnya kesadaran masyarakat
propinsi
9
6
66,67
90,43
77
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
Standarisasi produk barang dan jasa kehutanan
Pengelolaan DAS
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Penerapan Standar nasional Indonesia bidang kehutanan oleh produsen maupun konsumen
lokasi
outcome
:
Produsen dan konsumen dapat saling memberikan keuntungan kualitas berdasarkan SNI
%
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)
77,43
3
3
100,00
100
100
100,00
34.711.470.000
16.143.211.935
46,51
16
12
75,00
5
5
100,00
Dana
Rp
Output
:
Data dan informasi karakteristik DAS
DAS
Data dan informasi penanganan bencana
lokasi
DAS dapat dikelola dengan metode dan teknik yang tepat
%
100
80
80,00
Termitigasinya bencana alam dengan baik
%
100
75
75,00
Dana
Rp
4.034.475.544.000
784.900.503.000
19,45
Rencana RHL 5 tahun di 22 BPDAS
BPDAS
Bibit tanaman GERHAN
Ha
Tersedianya cuan dalam penyusunan RTT
%
100
100
100,00
tersedianya bibit untuk merehabilitasi hutan dan lahan
%
100
90
90,00
Dana
Rp
8.600.201.000
6.175.017.500
71,80
Terbangunnya Hutan rakyat
Ha
275
150
54,55
Bertambahnya luas hutan rakyat dan penutupan lahan
%
100
55
55,00
:
Input
:
Output
:
Outcome
Pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman rakyat
3.948.525.900
:
:
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
5.099.710.000
Input
Outcome
Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN
Input
:
:
Output Outcome
:
22
19
86,36
1.279.191
355.913
27,82
78
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pemantapan Pemanfaatan potensi SDH
Pengembangan pemanfaatan HHBK
Pemantauan kegiatan PMDH kemitraan dan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan PHBM
Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA
:
Output
Pengendalian penerbitan ijin pemungutan dan penyusunan pola pengembangan HHBK
Perlindungan dan Konservasi SDA
Input
Pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi
Pengembangan RHL Swadaya
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN
Dana
Rp
10.180.271.000
5.636.015.000
55,36
Terbentuknya areal model dan terpeliharanya tanaman AUK, madu, rotan, gaharu, persuteraan alam, bambu
Ha
2.370
1.779
75,06
Outcome
:
Berkembangnya areal model dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
%
100
79
79,38
Input
:
Dana
Rp
1.035.250.000
488.526.800
47,19
Output
:
Data dan informasi produksi HHBK
paket
1
1
100,00
Outcome
:
tersedianya bahan kebijakan HHBK
paket
1
1
100,00
Input
:
Dana
Rp
2.109.393.000
612.717.911
29,05
Output
:
data dan informasi kelola sosial, pengelolaan hutan berbasis masyarakat
UM
35
32
91,43
Outcome
:
Tersedianya bahan masukan kelola sosial dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat
judul
3
3
100,00
Input
:
Dana
Rp
1.546.760.000
217.766.000
14,08
Output
:
Supervisi pengembangan daerah penyangga di KSA, KPA, TB
lokasi
5
5
100,00
Outcome
:
Terbentuknya daerah penyangga KSA, KPA, TB %
80
60
75,00
Input
:
Dana
Rp
4.151.568.000
2.322.836.000
55,95
Output
:
Areal model wanatani
ha
150
150
100,00
Outcome
:
Pengembangan wanatani dalam skala luas
%
100
85
85,00
79
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Pengembangan kapasitas pengelolaan SDA
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pengembangan hutan kemasyarakatan
Pembinaan hukum dan peraturan perundangan
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Desentralisasi kehutanan
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Koordinasi penyusunan rencana kegiatan dan anggaran
Monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran
SATUAN
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Hutan kemasyarakatan dan tanaman agroforestry di perbatsasan negara
provinsi
Outcome
:
masyarakat dapat mengelola hutan dan meningkatkan pendapatannya
Input
:
Output
RENCANATINGKAT CAPAIAN 2.884.422.000
922.023.000
31,97
12
3
25,00
%
100
80
80,00
Dana
Rp
14.939.762.000
8.680.033.685
58,10
:
tersusunnya Draft RUU, RPP, Permenhut
buah
40
21
52,50
Otcome
:
Terwujudnya landasan hukum
%
40
21
52,50
Input
:
Dana
Rp
1.904.819.655
1.302.005.053
68,35
Output
:
Sosialisasi produk hukum
paket
2
1
50,00
Outcome
:
Meningkatnya pemahaman produk hukum
paket
2
1
50,00
Input
:
Dana
Rp
5.914.350.000
4.798.118.803
81,13
Output
:
Arahan kebijakan anggaran Dephut
dokumen
288
288
100,00
Outcome
:
Selarasnya rancangan kegiatan pusat dan daerah
RKAKL
288
288
100,00
Input
:
Dana
Rp
10.086.500.000
8.925.350.178
88,49
Output
:
Laporan hasil monev keuangan dan kegiatan pembangunan
buku
26
24
92,31
Outcome
:
Tersedianya data dan informasi pelaksanaan keuangan dan kegiatan
laporan
19
17
89,47
80
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penguatan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan regional
Pembinaan administrasi pengelolaan keuangan
Input
:
Dana
Rp
24.184.708.000
19.130.008.423
79,10
Output
:
Laporan dan masukan kepada pimpinan dan stakeholder dalam koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan
judul
36
36
100,00
Outcome
:
Adanya interaksi informasi dari para pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kehutanan
%
100
75
75,00
Input
:
Dana
Rp
3.373.036.000
2.360.539.800
69,98
Output
:
tersusunnya pedoman pengurusan pengelolaan buku keuangan
59
54
91,53
Outcome
:
terarahnya pengurusan keuangan
judul
17
12
70,59
:
Dana
Rp
8.074.050.000
6.563.982.050
81,30
:
tersusunnya data setoran DR, PSDH, IIUPH, TP buku GR
40
38
95,00
Outcome
:
termonitor dan meningkatnya penerimaan PNBP
laporan
80
80
100,00
Input
:
Dana
Rp
191.790.010.000
118.027.059.000
61,54
Output
:
terlaksananya pengadaan dan pemantauan barang dan jasa, sistem kearsipan, dan BIMN
paket
22
20
90,91
Outcome
:
Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana %
100
75
75,00
Penertiban administrasi dan Input penatausahaan PNBP Output
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pengembangan urusan umum
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN
81
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penyelenggaraan publikasi, Input promosi pembangunan dan Output kebijakan Dephut
Penyelenggaraan pemanfaatan jaringan komunikasi sosial
Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Pemantapan pemanfaatan potensi SDH
Pengembangan organisasi dan tatalaksana
SATUAN
6.938.930.300
86,13
:
Dana
:
Berita kehutanan di media cetak dan elektronik bulan
12
12
100,00
Outcome
:
Tersiarnya berita kehutanan, hubungan mutualisma Dephut-Media massa, kerjasama antar humas dan DPR
bulan
12
12
100,00
Input
:
Dana
Rp
8.564.830.000
5.861.248.499
68,43
Output
:
Pertemuan forwahut, sosialisasi, lokakarya penanganan kasus, pembinaan dan partisipasi
paket
25
25
100,00
Outcome
:
Terbitnya majalah MKI, leaflet, poster, siaran pers, partisipasi LSM
paket
25
25
100,00
Input
:
Dana
Rp
5.048.652.000
3.617.078.500
71,64
Output
:
Tersusunnya 15 draft Permenhut dan 1 RPP urusan Bidang Kehutanan
buah
15
15
100,00
Outcome
:
Terwujudnya susunan organisasi, tahubja, prosedur kerja, dan uraian jabatan yang mantap
%
100
80
80,00
:
Dana
Rp
27.196.046.000
11.640.085.000
42,80
:
Laporan perkembangan, pemantauan dan evaluasi kerjasama bilateral, regional, dan pertemuan/sidang
judul
14
11
78,57
:
Terjalinnya kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan
%
80
54
67,50
Pengembangan kerjasama Input internasional dan perjanjian Output global bidang kehutanan
Outcome
Rp
RENCANATINGKAT CAPAIAN 8.056.651.000
82
% (PERSENTASE TINGKAT CAPAIAN)
KEGIATAN POKOK PROGRAM
REALISASI INDIKATOR KINERJA
URAIAN Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Penyelenggaraan agenda PUG
Penyelenggaraan administrasi kepegawaian
Penyusunan peraturan penyelenggaraan pengawasan
evaluasi dan pemantauan hasil pengawasan
889.596.100
82,06
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Buku evaluasi impelementasi PUG dibidang kehutanan
buku
2
2
100,00
Outcome
:
Terdatanya pekerja berwawasan gender di lingkup Dephut
judul
2
2
100,00
Input
:
Dana
Rp
18.674.721.000,00
14.496.137.995,00
77,62
Output
: Proses penilaian dan pengurusan administrasi kepegawaian
paket
39
39
100,00
Terlaksananya pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian
%
80
65
81,25
20.217.200.000
13.498.680.021
66,77
6
6
100,00
Outcome
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
SATUAN
RENCANATINGKAT CAPAIAN 1.084.100.000
:
Input
:
Dana
Rp
Output
:
Buku UPKPT, dokumen PKPT dan buku data dan informasi pengawasan
judul
Outcome
:
terarahnya koordinasi pengawasan antar APIP
%
100
100
100,00
Input
:
Dana
Rp
2.512.600.000
2.053.676.354
81,74
Output
:
Laporan hasil pemantauan dan pengawasan
judul
18
18
100,00
Outcome
:
Termanfaatkannya hasil pemeriksaan sebagai bahan pemeriksaan selanjutnya
%
100
100
100,00
:
Dana
Rp
11.290.500.000
9.089.561.626
80,51
:
Laporan hasil pemeriksaan
LHA
404
384
95,05
:
terselesaikannya kasus-kasus pelanggaran
%
53
48
90,48
Audit kinerja komprehensif, Input operasional keuangan, Output optimalisasi penerimaan negara dan audit khusus Input
83
LAMPIRAN 4. PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN
SASARAN
1.1.1
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
URAIAN
INDIKATOR
Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan (SDH) serta informasi lokasi pemanfaatan hutan di seluruh Indonesia yang lebih berkualitas (akurat, mutakhir, dapat dipertanggungjawabkan) sebagai bahan pengambilann kebijakan pengelolaan hutan lestari
Data dan informasi SDH spatial dan non spatial berikut ini tersedia dalam sistem informasi:(- Penutupan lahan, Tematik sumberdaya hutan, - Neraca Sumberdaya Hutan (NSDH) Nasional. Pemanfaatan hutan produksi, Perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan)
KELUARAN
REALISASI
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Pedoman penyusunan NSDH hasil penyempurnaan (1 judul)
Kriteria dan standar NSDH 1 judul
1 judul
100,00
Kriteria dan standar NSDH (1 judul)
Penyempurnaan aplikasi SIAPHUT 1 judul
1 judul
100,00
8 lembar
100,00
Draft SK dan peta penunjukan 15 lokasi Draft SK dan peta penunjukan kawasan hutan propinsi Riau, Kepri, kalteng, Gorontalo, maluku kawasan hutan pantai dan KHDTK 30 Utara, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat dan lokasi kawasan hutan parsial di 30 lokasi (termasuk KHDTK)
50,00
SK pelepasan kawasan hutan, kumulatif seluas 6 Data dan dokumen pengukuhan juta ha kawasan hutan 12 propinsi
33,33
Buku NSDH daerah/prop (30 judul) dan nasional Peta pemasangan jatikon 8 lembar (1 judul) tahun 2006 Perangkat keras, aplikasi, sistem jaringan SIAPHUT Peralatan 1 unit HW/SW komputer dimasingmasing 11 BPKH tersedia Buku standar pembakuan hasil penafsiran yang telah disempurnakan dan sesuai dengan Standar nasional Indonesia Data spasial digital tematik dan turunan dalam mendukung perencanaan dan pembangunan Peta SDH 4 prop (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar), peta tematik kehutanan, peta bahan bakar hutan 5 propinsi Data titik kontrol 450 titik 14 propinsi
1.1.2
Keputusan Menteri tentang penunjukan Tercapainya penunjukan kawasan hutan di seluruh Indonesia kawasan hutan di Indonesia dan penetapannya seluas 30% dari seluruh kawasan hutan Penunjukan kawasan hutan diacu oleh sektor lain Penetapan kawasan hutan yang telah ditata batas mencapai 12 juta ha (prioritas pada kawasan konservasi)
4 propinsi
SK dan penetapan terdesiminasi kepada pihakpihak kunci di kab/kota, prop, dan sektor lain terkait
84
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Peta draft paduserasi sebagai justifikasi keberadaan kawasan hutan tahun 2006 Naskah dan peta kesepakatan yang ditandatangani oleh Bappeda, BPN, BPKH, Dinas terkait propinsi Kesepakatan peta lokasi kawasan hutan yang ditunjuk 1.2.1
Penggunaan dan perubahan kawasan hutan di seluruh Indonesia terkendali
Minimal 70% penggunaan kawasan yang bermasalah selesai dievaluasi
Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan
Laporan hasil kajian terpadu dalam rangka usulan perubahan fungsi kawasan hutan 9 lokasi
5 lokasi
55,56
Data/informasi pemenuhan kewajiban penggunaan KH oleh pemegang izin pinjam pakai KH (laporan hasil evaluasi)
Pertimbangan teknis atas permohonan penggunaan kawasan hutan 30 lokasi
23 lokasi
69,70
Data dan peta lokasi, luas, fungsi kawasan hutan yang dipinjampakaikan, pemehang izin, jangka waktu izin, legalitas (KP, Persetujuan Menhut, KepMenhut) Status penggunaan kawasanhutan (letak lokasi, pemenuhan kewajiban) tahun 2005 Data dan peta digital penggunaan kawasan hutan tahun 2005
2.1.1
Terkelolanya kawasan hutan bekas HPH dan HPHTI
Deregulasi Pengelolaan Hutan Alam
Regulasi dan deregulasi pengelolaan hutan alam Site plan pemanfataan hutan produksi 3 judul
Sebanyak 50% dari luas kawasan hutan bekas HPH dan HPTI yang tidak dibebani hak (21 juta ha), dikelola kembali dalam bentuk IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, HT-Rakyat, dan IUPHHBK
Deregulasi alokasi lahan untuk pemanfaatan (IUPHHK-HA/IUPHHK-HT, HTR)
3 judul
100,00
Kawasan HP yang tidak dibebani hak teridentifikasi dan terpetakan
85
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Terlaksananya pembinaan, pengendalian, dan pengelolaann produksi dan monitoring dan penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan alam Terlaksananya identifikasi dan pemetaan kawasan HP yang tidak dibebani hak (pra FS) terselenggaranya perencanaan pemanfaatan areal dalam kerangka persiapan lelang dan pelelangan IUPHHK-HA/HT
2.1.2
Terwujudnya hutan tanaman yang produktif
Deregulasi pembangunan HT
Terwujudnya restrukturisasi/pengembangan hutan tanaman rakyat murni (areal ditetapkan/ditunjuk oleh pemerintah) atau hutan tanaman rakyat pola kemitraan
Luas hutan tanaman bertambah menjadi 5 juta ha dengan potensi produksi 100 m3/ha
Terlaksananya deregulasi dan debirokratisasi alokasi lahan dan pemanfaatan hutan tanaman dalam mendorong investasi HT/HTR sebagai tindak lanjuut Inpres No. 3/2006
Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam HT sebesar 7 % per tahun
Terwujudnya disain lokasi hutan tanaman rakyat seluas 5000 ribu ha dan hutan tanaman rakyat pola mandiri seluas 500 ribu ha
pelaksanaan koordinasi perencanaan 3 propinsi dan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan kelola lingkungan pada areal unit manajemen 3 propinsi Data dan informasi investasi hutan 1 paket tanaman 1 paket
100,00
100,00
Terlaksananya pembangunan hutan tanaman rakyat (HTR) Pola Kemitraan seluas 125 ribu ha (5% dari total 2,5 juta ha hutan tanaman yang hendak dibangun hingga tahun 2009)
2.1.3
Tercapainya pengelolaan hutan lestari
Sebanyak 59 pemegang IUPHHK-HA dan HT memiliki sertifikat PHL mandatori dan mampu menyelenggarakan pengelolaan hutan secara lestari
Terlaksananya penilaian kinerja dan sertifikasi Penilaian kinerja PHAPL pada unit pada 15 IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan manajemen IUPHHK-HA 1 paket tanaman oleh LPI
1 paket
100,00
Terlaksananya sertifikasi dalam pengembangan sistem insentif untuk IUPHHK hutan alam dan IUPHHK hutan tanaman yang berhasil Terselenggaranya penguatan kelembagaan dan kapasitas IUPHHK-HA/HT terselenggaranya pembinaan rencana kerja IUPHHK-HA dan kelembagaan dan investasi IUPHHK-HA
86
SASARAN URAIAN 2.1.4
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
Terwujudnya efisiensi Industri Hasil produksi industri pengelolaan Primer Kehutanan hasil hutan meningkat sebesar 10% dan mampu bersaing di pasar global
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Deregulasi perizinan IPHHK dan bukan kayu (IPHHBK)
Penyempurnaan Permenhut pengganti Kepmenhut No. 326/Menhut-II/2003 1 paket
1 paket
100,00
Industri primer dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku sebesar 10%
Deregulasi pengunaan bahan baku
Hasil evaluasi industri kehutanan 1 paket
1 paket
100,00
Industri primer dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 9%
Deregulasi insentif dan disintensif
Diversifikasi produk olahan
Terselenggaranya pembinaan/pengendalian/penilaian kinerja IPHHK
1 paket
100,00
Terselenggaranya pengkajian dan pemolaan untuk restrukturisasi industri kehutanan
2.1.5
Tidak terjadi pelanggaran tata Data administratif aliran hasil hutan usaha hasil hutan sesuai dengan data fisik/penerimaan iuran kehutanan
Diterapkannya sistem informasi peredaran dan Sistem informasi penatausahaan pemantauan produksi hasil hutan secara on-line PSDH /DR secara on line 1 paket di seluruh propinsi
Tidak ada kebocoran PNBP kehutanan, System Operating Procedure (SOP) operasi dan PNBP kayu meningkat sebesar penertiban IUPHHK dan IPHHK illegal bersama instansi terkait dan strategi 10% pembangunan/pengembangan industri kehutanan nasional
33 propinsi Data dan informasi produksi dan pelaksanaan lelang hasil hutan illegal 33 propinsi
100,00
Terlaksananya operasi penertiban IPHH ilegal dan operasi penertiban peredarann pada daerah rawan Penguatan kapasitas kelembagaan penertiban hasil hutan dan upaya pencegahan pencurian hasil hutan Tidak terjadi kebocoran PNBP kehutanan, dan PNBP kayu meningkat sebesar 2% Tidak terjadi pelanggaran tata usaha hasil hutan
87
SASARAN
2.1.6
URAIAN Tidak terjadi pencurian kayu skala besar di hutan negara
INDIKATOR Pencurian kayu di hutan negara menurun secara nyata, khususnya pada provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Maluku, Irian jaya Barat dan Papua
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang standar pelaksanaan perlindungan dan pengamanan serta pedoman kerjasama pemberantasan pencurian kayu di hutan negara, sebagai penjabaran dari PP No. 45/2004
Operasi intelijen 10 lokasi
8 lokasi
80,00
Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedoman, standar, kriteria, prosedur operasionalisasi clearing house untuk data/informasi pencurian kayu di hutan
Peningkatan dan pengembangan tenaga pengamanan 2 paket
2 paket
100,00
Koordinasi penanggulangan pencurian kayu antar instansi penegak hukum berjalan efektif
Data dan informasi yang akurat dan mutakhir tentang kasus-kasus pencurian kayu
Penanganan perkara tindak pidana kehutanan 1 paket
1 paket
Tersusunnya regulasi /pengaturan mekanisme pengadaan benih dan bibit tanaman hutan
Sumber benih dan tanaman unggulan lokal 20 unit
17 unit
85,00
Terbangunnya sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi)
Rencana perbenihan 6 BPTH
6 BPTH
100,00
Clearing house dan sistem layanan informasi di tingkat porpinsi dan di tingkat nasional yang terkoneksi, diakui, dan digunakan/dirujuk Penguatan dukungan berbagai sumberdaya untuk pemberantasan pencurian kayu lebih efektif Koordinasi antar instansi penegak hukum dalam penanggulangan pencurian kayu berjalan efektif Sinkronisasi rencana-rencana aksi pencegahan dan penanganan pencurian kayu Terlaksananya kegiatan-kegiatan preventif, represif, dan pre-emptive dalam penertiban peredaran hasil hutan Pengamanan hutan oleh masyarakat berjalan efektif 2.2.1
Tersedianya bibit yang memenuhi persyaratan untuk RHL tersedia dan tersebar di kabupaten sesuai kebutuhan
Terbangunnya perbenihan tanaman hutan/sumber benih prioritas seluas 4.500 ha di 12 provinsi
88
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Berkembang dan beroperasinya sistem peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayahh BPTH Berkembangnya kelembagaan usaha perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH di tingkat masyarakat dan UKM
2.3.1
2.3.2
Terbentuknya dan Sebanyak 20 Taman Nasional model PermenhutSK Dirjen PHKA baru yang memuat Evaluasi kondisi pengelolaan TN beroperasinya Taman Nasional terbentuk dan dikelola dengan optimal standar, kriteria, pedoman untuk pengembangan model 21 unit Model serta mendapat dukungan penuh dari pengelolaan TN model stakeholder
Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan kawasan KPA/KSA/TB secara efektif
TN model mampu melaksanakan penggalangan dana dari luar pemerintah
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedoman dan tata cara investasi di TN model
TN model meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat sebesar 5%
SK Dirjen tentang pedoman restorasi/pengelolaan habitat
Pengelolaan 200 unit KSA/KPA berjalan Review/revisi kebijakan dan pedoman untuk secara optimal dan mendapat percepatan penyusunan rencana pengelolaan dukungan penuh dari stakeholders Pengelolaan 200 unit KSA/KPA dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat
Supervisi evaluasi fungsi KPA/KSA dan TB 77 lokasi
20 unit
95,24
10 lokasi
12,99
Pedoman (standar, kriteria, prosedur) kerjasama kemitraan dalam pemanfaatan serta rehabilitasi/restorasi KSA/KPA/TB Implementasi program/kegiatan mengacu pada rencana pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengelolaan masing-masing KSA/KPA/TB: a) pemulihan fungsi di 41 unit (30 KSA, 11 KPA)
2.3.3
Terwujudnya pengendalian kebakaran hutan yang efektif di Kalimantan dan Sumatra
Pengendalian dan penurunan frekuensi Permenhut/SK Dirjen PHKA (baru/revisi) tentang Laporan pemantauan hotspot 25 kebakaran hutan secara nyata di pedoman (standar, kriteria) pengendalian provinsi Sumatera dan Kalimantan kebakaran hutan
25 provinsi
100,00
Informasi dan deteksi dini kebakaran hutan berfungsi optimal
3 paket
100,00
Inpres tentang Pedoman Dalkarhut
Tersedianya tenaga dan sarpras serta kelembagaan pengendalian kebakaran hutan 3 paket
89
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR Pencegahan dan pemadaman Seluruh elemen lingkup Dephut (di pusat dan kebakaran hutan di tingkat masyarakat daerah), pemda, dan masyarakat di 10 provinsi berjalan efektif rawan kebakaran hutan mengetahui pedomanpedoman pengendalian dan sistem peringatan dini kebakarn hutan
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Data daninformasi (spasial dan non spasial) lokasi-lokasi rawan kebakaran hutan (perkebunan, lahan gambut, HTI, kawasan HP open access) sebagai bahan untuk strategi antisipasi kebakaran hutan terselesaikannya kasus hukum pelaku pembakaran hutan dan lahan koordinasi antar para pihak, danpenanggulangan kebakaran hutan berjalan efektif
2.3.4
2.4.1
Tercapainya pengelolaan SDAH secara lestari
Terwujudnya rencana-rencana kehutanan yang menjadi acuan dalam implementasi kegiatan pembangunankehutanan dan sektor lain
pembinaan, pengendalian, pemanfaatan dan peredaran TSL 8 paket
8 paket
100,00
Rencana Kerja (Renja-KL Tahun 2007 Pedoman penyusunan rencana makro kegiatan s.d. 2010) dan rencana Strategis Tahun kehutanan 2010-2014)
Dokumen Renja-KL, RKP Dephut 2 judul
2 judul
100,00
Evaluasi RPJP Kehutanan
hasil perhitungan PDRB hijau provinsi da kabupaten
Data dan informasi kondisi pembangunan kehutanan tahun 2020 berdasarkan kondisi terpilih, PDRB hijau 2 judul
2 judul
100,00
PDRB Hijau Propinsi dan Kabupaten
Rencana-rencana keutanan, seperti: Rencana Kerja (Renja-KL) tahun 20088 dan rencana makro konservasi sumberdaya alam
Populasi TSL langka menigkat
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang pedomannnn pengelolaan spesies-spesies kunci/prioritas
Penangkaran TSL langka komersil berkembang
Permenhut/SK Dirjen PHKA tentang arah kebijakan dan pengelolaan pusat penyelamatan dn rehabilitasi satwa liar
Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan SDAH meningkat
Sistem informasi data/informasi seluruh spesies TSL kunci/prioritas clearing house data/informasi (PIKA)
90
SASARAN URAIAN
INDIKATOR Sosialisasi komitmen internasional departemen pada tingkat global Fasilitasi pembangunan kehutanan wilayah perbatasan
2.5.1
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
REALISASI
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Komitmen-komitmen internasional yang telah disepakati dapat diinternalisasi ke dalam rencana pembangunan kehutanan
Evaluasi rencana dan kebijakan kehutanan
Pembangunan kehutanan wlayah perbatasan dapat terfasilitasi melalui konsep desentralisasi
Rencana makro kegiatan kehutanan
hasil evaluasi pelaksanaan rencana dan kebijakan npembangunan kehutanan
Terbangun dan beroperasinya Penetapan, pembangunan dan KPH di setiap provinsi beroperasinya KPH di seluruh provinsi di Indonesia
KELUARAN
Pedoman pembangunan KPH (5 paket)
Draft formulasi kebijakan SDM Tingkat Nasional 1 judul
1 judul
100,00
Rencana investasu dan studi kelayakan pembangunan pada setiap KPH di 27 provinsi
Buku action plan pembanguan KPH tingkat nasional 1 judul
1 judul
100,00
Evaluasi fungsi dan status huutan lindung 5 lokasi
5 lokasi
100,00
Formulasi kebijakan SDM Tk. Nasional (1 paket) dan Tk Provinsi (27 paket)Action plan pembangunan KPH (Tk. Nasional 1 paket, provinsi 27 paket, kabupaten 27 paket dan KPH 27 unit) Lokakarya pemahaman pedoman penyusunan rancangan pembangunan KPH model 2 paket Koordinasi pembangunan KPH oleh sekretariat pembangunan KPH nasional 1 paket Data dan rekomendasi pembangunan KPH
2.5.2
Tercapainya peningkatan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung
Penetapan Menteri tentang lembaga pengelolaan hutan lindung
Penetapan lembaga pengelolaan hutan lindung di 27 provinsi
Fungsi kawasan hutan lindung sebagai Rencanan pengelolaan hutan lindung di 27 penyangga tata air berjalan optimal provinsi
91
SASARAN URAIAN
2.5.3
Tercapainya peningkatan pemanfaatan TSL dan jasa lingkungan secara optimal
INDIKATOR Lembaga pengelolaan hutan lindung beroperasi dan mendapat dukungan penuh stakeholders
PNBP produk TSL dan jasa lingkungan meningkat sebesar 3%
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Kualitas dan kuantitas penutupan hutan pada hutan lindung meningkat gangguan terhadap hutan lindung berkurang
Permenhut tentang pedoman (standar, kriteria) Data dasar JLWA, BCA dan PM 54 pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam, dan lokasi TSL oleh masyarakat sekitar KSA/KPA/TB
Penyerapan tenaga kerja pada TSL dan Permenhut tentang pedoman (standar, kriteria) pada pengelolaan jasa pengelolaan KSA/KPA/TB lingkungan/wisata alam meningkat sebesar 4% Dokumen rencana program kegiatan untuk layanan masyarakat sekitar KSA/KPA/TB
48 lokasi
88,89
Laporan hasil evaluasi, asistensi, bimbingan dalam rangka penguatan kapasitas 9 judul
8 judul
88,89
Draft pedoman pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan 2 judul
2 judul
100,00
kesepakatan kerjasama kemitraan dengan kelompok-kelompok masyarakat: KSA/KPA/TB, investor/donors, buyers Kelompok masyarakat yang bermitra memiliki pengetahuan dan keterampilan baru Model pemanfaatan jasa lingkungan, wisata alam, dan TSL oleh masyarakat di 132 desa (68 desa model di balai TNN dan 64 desa model di BKSDA)
2.6.1
Terwujudnya RISTEK Hasil IPTEK dapat meningkatkan Regulasi dan deregulasi penelitian dan Kehutanan yang menjadi produktivitas kehutanan lestari sebesar pengembangan kehutanan acuan pembangunan nasional 5% Hasil IPTEK dapat meningkatkan Hasil-hasil penelitian dan pengembangan dapat partisipasi, pendapatan/usaha di bidang diakses oleh masyarakat luas dan dapat kehutanan sebesar 4% diterapkan secara efektif untuk pengembangan pengelolaan hutan alam produksi dan hutan Hasil IPTEK dapat diakses oleh tanaman; pengelolaan DAS; pengelolaan masyarakat luas keanekaragaman hayati; pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman; peningkatan pemanfaatan HHBK oleh UKM; pemanfaatan jasa lingkungan; pemantapan kelembagaan serta pengemabangan tekno ekonomi pemanfaatan SDH, dan pengembangan biologi h t
Teknologi pengembangan jenis-jenis 54 Laporan penelitian pohon dan rehabilitasi 55 laporan penelitian
98,18
Teknologi peningkatan produktivitas 196 Laporan hutan 198 laporan penelitian penelitian
98,99
Teknologi pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati 141 laporan penelitian
140 Laporan penelitian
99,29
Teknologi pembuatan, pengelolaan, pemanfaatan HHBK dan jasa hutan 35 laporan penelitian
35 Laporan penelitian
100,00
92
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Teknik pengayaan dan inventarisasi hutan alam 17 laporan penelitian
16 Laporan penelitian
94,12
Model dan pola partisipasi masyarakat 35 laporan penelitian
35 Laporan penelitian
100,00
Perpustakan berfungsi dan dimanfaatkan serta dilengkapi dengan koleksi yang diperlukan
Jurnal, info, pedoman, dan hasil-hasil 78 buku penelitian 78 buku
Hasil-hasil litbang termanfaatkan
Alih teknologi, gelar teknologi, temu lapang, seminar, diskusi 117 kali
Kualitas dan kuantitas kelembagaan litbang meningkat
Sarana prasarana penelitian 31 paket 29 paket
112 kali
100,00
95,73
93,55
Kualitas dan kuantitas SDM peneliti meningkat Rencana penyelenggaraan litbang hasil-hasil penelitian terdata dan terevaluasi pemanfaatannya Sarana dan prasarana (peralatan) litbang bertambah secara proporsional
Tersedianya SDM kehutanan yang handal di setiap strata dan dalam jumlah yang memadai
Regulaasi dan deregulasi pengembangan diklat Jumlah siswa yang mengikuti kehutanan pendidikan dan aparatur serta masyarakat yang mengikuti diklat 9.441 orang Kualitas dan kuantitas SDM diklat meningkat
6.223 orang
terpeliharanya sarana diklat 72 paket 72 paket
Kualitas dan kuantitas fasilitas diklat meningkat kurikulum dan silabus 84 judul
64 judul
65,91
100,00
76,19
kurikulum diklat sesuai kebutuhan dan mutakhir Kelembagaan diklat kehutanan semakin memadai
93
SASARAN URAIAN
INDIKATOR Terbentuknya masyarakat kehutanan madani yang mengetahui, memahami turut serta dalam pembangunan kehutanan
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
Regulasi dan deregulasi pengembangan penyuluhan kehutanan
tersedianya materi penyuluhan dalam bentuk media elektronik 11 judul
23 judul
Kualitas, kuantitas dan fasilitas penyuluh kehutanan meningkat sesuai kebutuhan
terselengaranya kegiatan penyuluhan 9 provinsi
6 provinsi
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%) 209,09
66,67
Aktivitas penyuluhan kehutanan meningkat sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kehutanan meningkat
3 lokasi Penerapan Standar nasional Indonesia bidang kehutanan oleh produsen maupun konsumen 3 lokasi
100,00
RPP tentang penetapan pengelolaan DAS teroadu
Data dan informasi karakteristik DAS 12 DAS 16 DAS
75,00
Pengelolaan 282 DAS prioritas mendapat dukungan penuh stakeholders
Tersedianya data dan informasi kondisi karakteristik 282 DAS prioritas
Data dan informasi penanganan bencana 5 lokasi
Pengelolaan DAS dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 10%
Tersusunnya review urutan prioritas DAS, 31 wilayah PDAS
Regulasi dan deregulasi standarisasi produk Sertifikat produk barang dan jasa kehutanan Indonesia diterima ditingkat barang dan jasa kehutanan nasional dan global Produk barang dan jasa kehutanan dapat bersaing secara global
Kualitas produk barang dan jasa kehutanan meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya
Produk barang dan jasa kehutanan Indonesia memenuhi standar internasional dan diakui
3.1.1
Terkendalinya erosi, Ancaman bahaya erosi, sedimantasi, sedimentasi dan banjir di DAS dan tanah longsor dapat dihindari dan prioritas atau menurun
5 lokasi
100,00
Tersusunnya hasil identifikasi lokasi (rawan) bencana banjir, longsor, dan kekeringan di 31 wilayah kerja BPAS
94
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Terbangunnya tanaman pada MDM sebagai model pengelolaan DAS, di 31 model mikro seluas 775 ha
3.1.2
4.1.1
4.1.2
Tercapainya perbaikan penutupan lahan kritis di DAS prioritas, termasuk perlindungan Daerah Tangkapan Air (DTA)
Tercapainya penambahan hutan rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat
Tercapainya pemanfaatan hasil hutan non kayu secara optimal dan lestari
RHL di 282 DAS prioritas mencapai 5 juta ha dengan ratio 60% dalam kawasan hutan dan 40% diluar kawasan hutan
Tersusun dan tersedianya Master Plan RHL (MP- Rencana RHL 5 tahun di 22 BPDAS RHL) di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders
Sebanyak 80% dari hasil penanaman RHL di 282 DAS prioritas tumbuh dengan baik
Terselenggaranya GERHAN di 282 DAS / 33 Bibit tanaman GERHAN 1.279.191 ha 355.913 Ha prop, berupa: reboisasi (lahan kritis HP, HL, HK dan LOA), penghijauan (hutan rakyat, lingkungan, hutan kota, turus jalan), mangrove, sipil teknis, pemeliharaan dan kelembagaan
Master plan RHL (MP-RHL) tersedia di seluruh Indonesia dan mendapat dukungan stakeholders
Rencana gerakan penanaman swadaya bersama organisasi-organisasi kemasyarakatan 40.000 ha dan 11 ormas/mitra
RHL di 282 DAS prioritas mendapat dukungan p[enuh stakeholders dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10%
Sumber benih seluas 1.500 ha di 32 lokasi (12 provinsi) dan pengendalian peredaran benih/bibit tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH, pengembangan usaha dan kelembagaan perbenihan tanaman hutan pada 6 wilayah BPTH
Luas HR dan HTR bertambah 500.000 ha
Tersusunnya draft deregulasi peraturan pengelolaan hutan rakyat dan tata usaha hasil hutan rakyat
Produksi kayu dari hutan rakyat mampu mencapai 40 m3/ha
Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kemitraan usaha hutan rakyat pada 12 provinsi (Jabar, jatim, jateng, banten, Sumut, riau, Sumsel, Lampung, Kalsel, Kalbar, kaltim, Sulsel), 6 kelompok kemitraan
Pemanfaatan HHBK secara lestari dan komersial meningkat 3 % per tahun
Peraturan Menteri Kehutanan tentang penyempurnaan ijin pemanfaatan dan pemasaran Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Terbangunnya Hutan rakyat 275 ha
19 BPDAS
150 ha
1.779 Ha Terbentuknya areal model dan terpeliharanya tanaman AUK, madu, rotan, gaharu, persuteraan alam, bambu 2.370 ha
86,36
27,82
54,55
75,06
95
SASARAN URAIAN
INDIKATOR Pemanfaatan HHBK dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3%, dan kesejahteraan masyarakat setempat meningkat Pengembangan tanaman agroforestry dalam rangka penanganan kawasan perbatasan negara di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, Sulut, NTT dan Irjabar)
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET) Rencana inventarisasi potensi pengembangan HHBK pada 31 wilayah BPDAS
KELUARAN
REALISASI
Data dan informasi produksi HHBK 1 1 paket paket
Rencana pengembangan tanaman agroforestry data dan informasi kelola sosial, dalam rangka penanganan kawasan perbatasan pengelolaan hutan berbasis negara, di 7 provinsi (NAD, Kepri, Kalbar, Kaltim, masyarakat 35 UM Sulut, NTT dan Irjabar)
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%) 100,00
32 UM
91,43
Supervisi pengembangan daerah penyangga di KSA, KPA, TB 5 lokasi
5 lokasi
100,00
Areal model wanatani 150 ha
150 ha
100,00
Meningkatnya kapasitas kelembagaan usaha HHBK melalui penguatan jejaring kerja dan usaha HHBK dan temu usaha tani, serta bimbingan teknik dan pelatihan peserta model pengembangan usaha HHBK Pemeliharaan dan pengembangan tanaman HHBK seluas 2.605 ha 4.1.3
Terwujudnya daerah penyangga kawasan konservasi yang berfungsi menjaga keutuhan kawasan
Kawasan penyangga berfungsi optimal, Regulasi pengelolaan kawasan penyangga di masyarakat yang tinggal di daerah sekitar kawasan konservasi penyangga sejahtera dan terlibat dalam pengelolaan kawasan Rencana-rencana pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi Kemampuan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan daerah penyangga di sekitar kawasan konservasi meningkat
4.1.4
Terwujudnya kemampuan dan Kemampuan dan peran masyarakat Pedoman kerjasama Dephut dengan mitra peran masyarakat madani madani dalam upaya Rehablitasi Hutan dalam upaya Rehabilitasi dan Lahan (RHL) meningkat secara Hutan dan Lahan (RHL) nyata meningkat terselenggaranya pengembangan kader ormas melalui pelatihan dalam rangka pengembangan RHL swadaya Terealisasinya penanaman bibit oleh kaderkader ormas di wilayah kerja BP-DAS
96
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Terselenggaranya fasilitas dalam rangka penandatangan MoU
5.1.1
Berkembangnya model pengelolaan hutan berbasis masyarakat
Pengelolaan hutan berbasis masyarakat Tersusunnya peraturan-peraturan, penyusunan sistem insentif dan disinsentif, serta penetapan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja setempat sebesar 3% dan areal kerja HKm model pada 12 propinsi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 4%
Hutan kemasyarakatan dan tanaman 3 provinsi agroforestry di perbatsasan negara 12 provinsi
25,00
tersusunnya Draft RUU, RPP, Permenhut 40 buah
21 buah
52,50
Sosialisasi produk hukum 2 paket
1 paket
50,00
Terselenggaranya fasilitasi penguatan kelembagaan, pengembangan usaha, dan pemantapan kawasan dalam rangka pengembangan HKm sebagai unit model HKm pada 12 provinsi, seluas 25.000 ha Terselengaranya fasilitasi penguatan dan pengembangan kelembagaan Pemda dan masyarakat dalam pengembangan HKm Terselenggaranya insentif pengembangan dan pemeliharaan unit areal kerja HKm, 22 unit areal kerja HKm pada 19 provinsi.
6.1.1
6.1.2
Tercapainya penegakan Produk hukum bidang kehutanan dapat hukum dalam penanggulangan diimplementasikan secara efektif kejahatan kehutanan secara efektif Penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil
Regulasi dan deregulasi desentralisasi pembangunan kehutanan secara menyeluruh
Tercapainya desentralisasi pembangunan kehutanan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan
Desetralisasi /regulasi pembangunan kehutanan secara menyeluruh dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan
Regulasi dan deregulasi desentralisasi pembangunan kehutanan
Sinkronisasi pembangunan kehutanan pusat dan daerah
Produk hukum desentralisasi dapat tersosialisasikan dan diimplementasikan secara efektif dalam pembangunan kehutanan
Produk hukum bidang kehutanan ditetapkan sesuai kebutuhan dan perkembangan pembangunan kehutanan Penegakan hukum dan peraturan perundangan bidang kehutanan diterapkan dengan tegas dan adil
97
SASARAN
6.1.3
URAIAN Tersedianya dana, sarana, prasarana yang proporsional untuk mendukung pembangunan kehutanan
INDIKATOR Pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar dan sesuai dengan tata waktu
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Regulasi dan deregulasi pengelolaan pendanaan Arahan kebijakan anggaran Dephut pembangunan kehutanan 288 dokumen
288 dokumen
100,00
pendanaan pembangunan kehutanan sesuai dengan prioritas, teralokasi dengan benar, dan sesuai dengan tata waktu
Laporan hasil monev keuangan dan kegiatan pembangunan 26 buku
24 buku
92,31
Laporan dan masukan kepada pimpinan dan stakeholder dalam koordinasi dan sinkronisasi pembangunan kehutanan 36 judul
36 judul
100,00
Regulasi dan deregulasi pengelolaan keuangan
tersusunnya pedoman pengurusan pengelolaan keuangan 59 buku
54 buku
96,43
Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan
tersusunnya data setoran DR, PSDH, 38 buku IIUPH, TP GR 40 buku
95,00
Kemajuan pelaksanaan anggaran diketahui setiap periode 3 bulan Tersusunnya dokumen hasil evaluasi dan monitoring dan kegiatan Tercapainya koordinasi pembangunan Penyelenggaraan pembangunan kehutanan terpadu dan terkoordinasi di kehutanan antara pusat dengan daerah (pusatpropinsi-kabupaten) setiap regional Regulasi dan deregulasi pembangunan Regulasi dan deregulasi sinkronisasi kehutanan pembangunan kehutanan di pusat dan daerah Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan dengan benar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian hutan
Tercapainya sinkronisasi proses perencanaan kehutanan antara pusat dan daerah
Hasil musyawarah rencana pembangunan propinsi dan reginal Desentralisasi pembangunan kehutanan berjalan
Pengelolaan dana kehutanan sesuai prioritas, dan alokasi dana berjalan sesuai aturan
Terlaksananya pembinaan dan pengelolaan admnistrasi keuangan
98
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Tertibnya administasi dan penatausahaan PNBP
Telaksananya pembinaan dan penatausahaan optimalisasi PNBP
Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia secara proporsional pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah
Kriteria dan indikator publikasi dapat tersusun sesuai perkembangan pembangunan Dephut
terlaksananya pengadaan dan 20 paket pemantauan barang dan jasa, sistem kearsipan, dan BIMN 22 paket
100,00
Berita kehutanan di media cetak dan 12 bulan elektronik 12 bulan
100,00
Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa dapat terlaksana sesuai peraturan perundangan yang berlaku Inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana dapat dilaksanakan Laporan hasil monitoring barang inventaris milik negara Sarana dan prasarana pendukung pembangunan kehutanan tersedia pada setiap instansi kehutanan pusat dan daerah Informasi pembangunan kehutanan berlangsung secara objektif, didukung dengan data yang benar dan disajikan secara terus menerus kepada stakeholders nasional dan global
Regulasi dan deregulasi pengelolaan informasi kehutanan
Informasi pembangunan kehutanan berlangsung Pertemuan forwahut, sosialisasi, secara obyektif, didukung dengan data yang lokakarya penanganan kasus, benar, dan disajikan secara terus menerus pembinaan dan partisipasi 25 paket kepada para pihak nasional daninternasional
25 paket
100,00
Penyebaran informasi kehutanan melalui media masa berjalan efektif dan mutakhir
99
SASARAN URAIAN
INDIKATOR Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehutanan pada setiap tingkatan
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET) Regulasi dan deregulasi pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan
KELUARAN
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
REALISASI
Tersusunnya 15 draft Permenhut 15 buah dan 1 RPP urusan Bidang Kehutanan 15 buah
100,00
Organisasi dan tata laksana institusi kehutanan pusat dan daerah berjalan efektif dan responsif sesuai tuntutan pembangunan kehtanan di semua tingkatan
6.2.1
Peran aktif Indonesia dalam tataran global bidang kehutanan dan SDAH serta kerjasama internasional yang berkontribusi positif pada pembangunan kehutanan nasional
Berperan aktif dalam melaksanakan ketentuan dan kesepakatan global yang berkaitan dengan kehutanan
Terselenggaranya pertemuan -pertemuan bilateral, regional, dan sub regional bidang kehutanan
Laporan perkembangan, pemantauan dan evaluasi kerjasama bilateral, regional, dan pertemuan/sidang 14 judul
11
78,57
Kerjasama dan dukungan internasional Ditandatanganinya agreement/kesepakatam di bidang kehutanan meningkat berbagai fokus (pemberantasan illegal logging, peningkatan kapasitas SDM dan teknologi, dll) Terwujudnya pertukaran informasi dan pengetahuan dalam kerangka kerjasama bilateral, regional dan sub regional Kerjasama dan dukungan internasional bidang kehutanan meningkat
6.3.1
Terwujudnya SDM kehutanan yang berkualita, kompeten, serta terdistribusi secara proporsional
Misi dan program kehutanan dapat berjalan dengan benar dan tercapai
SK Menteri/deregulasi tentang pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender
Tercapainya kesetaraan hak dan Terselenggaranya pengembangan SDM dan kewajiban bagi seluruh SDM kehutanan penyelenggaraan admnistrasi kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Buku evaluasi impelementasi PUG dibidang kehutanan 2 buku
2 buku
100,00
Proses penilaian dan pengurusan administrasi kepegawaian 39 paket
39 paket
100,00
Terselenggaranya diklat SDM kehutanan sesuai kebutuhan Berkembangnya institusi UPT kehutanan di daerah dapat berjalan secara efektif
100
SASARAN URAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
KELUARAN
REALISASI
INDIKATOR
PRESENTASE PENCAPAIAN TINGKAT CAPAIAN (%)
Peraturan perundangan pengembangan SDM dapat tersusun melalui koordinasi inter dan antar sektor Misi dan program pengembangan SDM kehutanan dan kesetaraan gender dapat berjalan dengan benar dan tercapai
6.3.2
Terbentuknya PNS kehutanan yang dapat menjalankan tugas secara benar sesuai dengan ketentuan dan kompetensinya
Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat
Regulasi dan deregulasi penyelenggaraan pengawasan aparatur negara
Buku UPKPT, dokumen PKPT dan buku data dan informasi pengawasan 6 judul
6 judul
100,00
Jumlah kasus penyelewengan/KKN menurun drastis dan signifikan
Kualitas dan kuantitas pengawasan penyelenggaraan pembangunan kehutanan meningkat
Laporan hasil pemantauan dan pengawasan 18 judul
18 judul
100,00
Pembangunan kehutanan dapat terselenggara lebih efektif dan efisien
Laporan dan rekomendasi hasil pengawasan
Laporan hasil pemeriksaan 404 LHA
384 LHA
95,05
Koordinasi dansinkronisasi pengawasan dengan lembaga pengawasan daerah meningkat
101