KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Alloh SWT berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Buku Profil Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013 dapat diselesaikan. Profil Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013 merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Salatiga. Profil kesehatn Kota Salatiga juga merupakan penyajian yang relative komprehensif dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum sert alingkungan yang berhubungan dengan kesehatn. Profil kesehatan menggunakan data yang bersumber dari pengelola program kesehatn di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Salatiga dan lintas sektor yang berkaitan dengan program kesehatan. Dalam melaksanakan upaya peningkatan pembanguanan kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Salatiga menempatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas utama pembangunan kesehatan, di samping pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin, penanggulangan penyakit menular dan gizi buruk. Semua ini juga tidak terlepas dari dukungan serta peran serta pihak masyarakat, pihak pemerintah maupun swasta, serta kerjasama dengan pihak lain yang terkait. Di samping memuat gambaran hasil kegiatan pembangunan kesehatan, Profil Kesehatan juga dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan data dan informasi di bidang kesehatan maupun bidang lain yang membutuhkan. Selanjutnya diharapkan kritik dan saran yang membangun, serta partisipasi dari berbagai pihak terutama dalam proses pengumpulan data yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan ini kami mengucapkan terima kasih. Salatiga, Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga
dr. SOVIE HARYANTI, M.Kes NIP. 19610802 198902 2 001
Profil Kesehatan Kota Salatiga
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………..……………..……………………………………...... DAFTAR ISI………………………………………….……………………………………………….. DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………………….. DAFTAR GRAFIK ………………………………………………….……………………………….. BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
i ii iii Iv
PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................. B. Sistematika Penyajian................................................................................. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Geografi........................................................................................ B. Keadaan Penduduk .................................................................................... C. Keadaan Ekonomi……................................................................................ D. Keadaan Pendidikan…………………………………………………………… SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian……………......................................................................... B. Angka Kesakitan………………………………….......................................... C. Angka Status Gizi Masyarakat………….........………………………………. SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar....................................................................... B. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan ……………………………………. C. Perilaku Hidup Masyarakat …………………………………………………… D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar……………………
1 1 1 4 4 5 7 7 9 9 14 24 28 28 62 70 70
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan........................................................................................ B. Tenaga Kesehatan........................................................................................ C. Pembiayaan Kesehatan................................................................................ KESIMPULAN A. Derajat Kesehatan………………………………………………………............ B. Situasi Upaya Kesehatan………………………………………………………. C. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan……………………………………… D. Perilaku Hidup Masyarakat……………………………………………………… E. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Dan Sanitasi Dasar……………………. F. Situasi Sumber Daya Kesehatan………………………………………………. G. Pembiayaan Kesehatan…………………………………………………………
75 75 80 83 85 85 87 91 91 92 93 94
LAMPIRAN
Profil Kesehatan Kota Salatiga
2
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1
Jumlah Penduduk Kota Salatiga Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Rasio Tahun 2013………………………………………………………………..……….
TABEL 2.2
TABEL 2.3
5
Jumlah Penduduk Kota Salatiga Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013………………………………………………………………………..…
6
Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Salatiga Tahun 2013……………………….
8
Profil Kesehatan Kota Salatiga
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Angka Kematian Bayi Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013.………………………..
11
Gambar 3.2
Angka Kematian Balita (AKABA) Kota SalatigaTahun 2009-2013……………….
12
Gambar 3.3
Angka Kematian Ibu di Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………………..
13
Gambar 3.4
Penemuan Kasus AFP di Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………………...
15
Gambar 3.5
Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) Kota Salatiga Tahun 2008-2013……..
17
Gambar 3.6
Jumlah Penderita Diobati dan Angka Kesembuhan TB Paru di Kota Salatiga
Gambar 3.7
Tahun 2006-2013…………………………………………………………………...
17
Balita dengan Pneumonia Yang Ditangani Di Kota Salatiga Tahun 2006-
18
2013….. Gambar 3.8
Jumlah Penemuan Kasus HIV/AIDS Kota Salatiga Tahun 2001-2013……………
19
Gambar 3.9
Penyakit Infeksi Menular Seksual Diobati Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013…..
20
Gambar 3.10
Kasus DBD Yang Ditangani Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………….
21
Gambar 3.11
Jumlah Kasus Diare dan Diare Pada Balita Di Kota Salatiga Tahun 2006-
22
2013….. Gambar 3.12
Kasus PD3I Kota Salatiga Tahun 2006-2013……………………………………….
23
Gambar 3.13
Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Di Kota Salatiga Tahun 2013…………….
24
Gambar 3.14
Jumlah Bayi BBLR Kota Salatiga Tahun 2006-2013………….…………………...
25
Gambar 3.15
Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2006-2013………………………………………..
26
Gambar 4.1
Cakupan kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Di Kota Salatiga Tahun 2006-
29
2013…... Gambar 4.2 Gambar 4.3
Cakupan Persalinan Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………………………..……………………………………….
31
Cakupan Pemberian Vitamin A Bagi Ibu Nifas Di Kota Salatiga Th 2006-
32
2013… Gambar 4.4
Bumil Risti Ditangani Tahun 2006-2013……………………………………………
Profil Kesehatan Kota Salatiga
33
4
Gambar 4.5
Prevalensi Ibu Hamil Anemia Kota Salatiga Tahun 2010-2013…………….………
Gambar 4.6
Cakupan Pemberian Tablet Fe Pada Bumil Kota Salatiga Tahun 2006-2013…….. 34
Gambar 4.7
Cakupan Kunjungan Neonatus Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………..
35
Gambar 4.8a
Cakupan Kunjungan Bayi Kota Salatiga Tahun 2007-2013………………………..
36
Gambar 4.8b
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita Dan Prasekolah Tahun 2006-
34
38
2013………………........................................................................................... Gambar 4.9
Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Tahun 2006-2013………………..
39
Gambar 4.10
Persentase Balita Ditimbang di Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………..
40
Gambar 4.11
Persentase Balita Yang Naik Berat Badanya Di Kota Salatiga Tahun 2010-
42
2013.… Gambar 4.12
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 bln) Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………………………………………………………….
Gambar 4.13a Gambar 4.13b
44
Cakupan Ibu Nifas Yang Mendapat Kapsul Vitamin A di Kota Salatiga Th. 20082013…………………………………………………………………………………..
45
Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Kota Salatiga Th. 2006-
46
2013… Gambar 4.14
Cakupan ASI Eksklusif Kota Salatiga Tahun 2008-2013…….…………………….
48
Gambar 4.15
Cakupan Peserta KB Aktif Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………………..
54
Gambar 4.16
Jenis Kontrasepsi Peserta KB Aktif Tahun 2013……………………………………
54
Gambar 4.17
Imunisasi Dasar Lengkap Bayi Thaun 2007-2013…………………………………
55
Gambar 4.18
DO Imunisasi DPT1 Campak Kota Salatiga Tahun 2006-2013………………........
56
Gambar 4.19
Pelayanan Gigi Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Kota Salatiga Tahun 2008-2013………………………………………………………………………………….
57
Peresentase Cakupan Murid SD/MI yang Diperiksa Kesehatan Gigi dan Mulut
54
Di Kota salatiga Tahun 2008-2013……………………………………………………..
58
Gambar 4.21
Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013…………………….
59
Gambar 4.22
Persentase Peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan Kota salatiga Tahun
63
Gambar 4.20
2013………
Profil Kesehatan Kota Salatiga
5
trata Posyandu Kota Salatiga Tahun 2008-2011………………………………….. Gambar 4.19
Cakupan ASI Eksklusif Kota salatiga Tahun 2008-2011…………………………..
56
Gambar 5.1
BOR RSU Pemerintah Di Kota Salatiga Tahun 2008-2011………………………..
61
Gambar 5.2
Persebaran Pegawai Di Sarana Pelayanan Kesehatan Di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2011……………………………………………….
64
Gambar 5.3
Rasio Dokter Spesialis Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011………………………...
65
Gambar 5.4
Rasio Dokter Umum Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011…………………………..
65
Gambar 5.5
Rasio Dokter Gigi Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011……………………………..
66
Gambar 5.6
Rasio Bidan Di Kota Salatiga Tahun 2006-2011……………………………………
66
Gambar 5.7
Persentase Anggaran Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2011………………………..
67
Profil Kesehatan Kota Salatiga
6
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Kota Salatiga Sehat upaya pembangunan kesehatan Kota Salatiga tidak bisa dilakukan oleh sektor kesehatan saja, tetapi harus dilakukan secara holistik bersama stakeholder, lintas sektor dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan program pembangunan kesehatan
yang dilakukan oleh sektor kesehatan maupun
non kesehatan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, merupakan data atau fakta yang perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi. Peran data dan informasi program pembangunan kesehatan terasa makin diperlukan guna pengambilan keputusan disetiap program, tahapan dan jenjang administrasi. Prioritas pembangunan kesehatan tahun 2013 menempatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas utama pembangunan kesehatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan masyarakat miskin, penanggulangan penyakit menular dan
gizi buruk. Program-program tersebut sangat berkaitan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat Kota Salatiga. Buku Profil Kesehatan Salatiga disusun guna menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat Kota Salatiga. Profil Kesehatan Kota Salatiga ini berisi Profil Kesehatan Kota Salatiga
7
data dan informasi yang menunjukkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan di Kota Salatiga. Oleh karena itu Profil Kesehatan Kota Salatiga
dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan di Kota Salatiga pada tahun yang bersangkutan. B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Adapun sistematika penyajian Profil Kesehatan Kota Salatiga adalah sebagai berikut :
Bab-1 : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika penyajiannya. Bab-2 : Gambaran Umum Bab ini menyajikan data-data tentang gambaran umum Kota Salatiga. Selain uraian tentang letak geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
8
Bab ini berisi uraian indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK) serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Salatiga. Bab-5 : Situasi Sumber Daya kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab-6 : Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari
profil
kesehatan
kota
Salatiga
pada
tahun
2013. Selain
keberhasilan–keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang
dianggap
masih kurang
dalam rangka
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
9
Lampiran Pada lampiran ini berisi resume (angka pencapaian Kota Salatiga) dan 87 tabel data indikator kesehatan termasuk indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. KEADAAN GEOGRAFI
Profil Kesehatan Kota Salatiga
10
Kota Salatiga di kelilingi wilayah Kabupaten Semarang. Terletak antara 007.17’
dan
007.17’.23”
Lintang
Selatan
dan
antara
110.27’.56,81”
dan
110.27’.56,81” dan 110.32’.4,64” Bujur Timur. Secara morfologi Kota Salatiga berada di daerah cekungan kaki gunung Merbabu, di antara gunung-gunung kecil antara lain Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong. Seluruh wilayah Kota Salatiga dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Semarang, yaitu:
Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watu serta Desa Agung)
Sebelah Selatan: Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono seta Desa Jetak ) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karang Duren)
Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo serta Desa Glawan) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton serta Desa Nyamat)
Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang (Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten serta Desa Gendongan) dan Kecamatan Getasan (Desa Polobogo). Secara administrasi Kota Salatiga
terbagi menjadi 4 kecamatan dan 22
kelurahan. Luas wilayah Kota Salatiga pada tahun 2013 tercatat sebesar 5.678,110
Profil Kesehatan Kota Salatiga
11
hektar atau
56.781 km2. Menurut pemanfaatannya (data tahun 2012), sebagian
besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan teknis 274.259 ha (44,26%), berpengairan setengah teknis 137.269 ha (22,15 %), berpengairan sederhana 61.178 ha (9,87%), dan tadah hujan 146.933 ha (23,71%). Lahan kering yang dipakai untuk tegal/kebon sebesar 79,26% dari total bukan lahan sawah. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Jumlah curah hujan beragam menurut bulan letak stasiun pengamat.Curah hujan
tertinggi (data tahun 2012)
sebesar 449 mm pada bulan Desember, sedangkan hari hujan terbanyak tercatat selama 16 hari pada bulan Februari.
B. KEADAAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2013 (sumber Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) sebanyak 192.291 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 3 jiwa untuk setiap kilometer persegi. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Sidomukti yaitu 3,80 jiwa per kilometer persegi dan yang terendah kepadatan penduduknya terjadi di Kecamatan Argomulyo yaitu 2,58 jiwa perkilometer persegi.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
12
Jumlah rumah tangga yang ada sebanyak 60.362 Rumah Tangga dengan rata-rata Anggota Rumah Tangga adalah 3,19 jiwa untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sidorejo sebanyak 54.534 jiwa dan terendah berada di Kecamatan Sidomukti yaitu 43.492 jiwa. 2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Jumlah Penduduk laki-laki di Salatiga 96.922 jiwa dan jumlah penduduk Perempuan di Salatiga 95.369 jiwa. Sehingga dapat kita dapatkan Rasio Jenis Kelaminnya sebesar 101,63. Rincian Data mengenai Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel.2.1. Jumlah Penduduk Kota Salatiga Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Rasio tahun 2013 No
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Sex Rasio
1
2
3
4
5
1
Sidorejo
27.559
26.935
102,47
2
Sidomukti
22.037
21.455
102,71
3
Argomulyo
23.847
23.995
99,38
4
Tingkir
23.439
22.984
101,98
Profil Kesehatan Kota Salatiga
13
Jumlah
96.922
95.369
98,00
Sumber : Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kota Salatiga
3. Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi penduduk Kota Salatiga menurut golongan umur dan jenis kelamin menunjukan bahwa penduduk
laki-laki maupun perempuan proposisi
terbesar berada pada kelompok umur 30-34 tahun. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2013 sebagai berikut :
Tabel.2.2. Jumlah Penduduk Kota Salatiga Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin NO
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0-4 5-9 10 - 14 15 - 19 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30-34 35-39 40-44 45-49
Tahun 2013 JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI
PEREMPUAN
LAKILAKI+PEREMPUAN
3
4
5
Profil Kesehatan Kota Salatiga
4,968 7,846 7,443 7,081 7,081 7,354 7,541 9,288 8,572 7,312 6,752
4,730 7,274 7,092 6,786 6,786 7,044 7,896 9,436 8,363 7,413 7,225
9,698 15,120 14,535 13,867 13,867 14,398 15,437 18,724 16,935 14,725 13,977
14
12 13 14 15 16 17
50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75
5,613 5,146 3,987 2,105 1,664 2,697
6,233 5,366 3,820 2,428 2,096 3,720
11,846 10,512 7,807 4,533 3,760 6,417
C. KEADAAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2012 yang ditunjukan oleh laju Pertumbuhan Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 4,02%. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011, di mana laju pertumbuhan sebesar 5,24%, maka pada tahun 2012 mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2010 yang ditunjukan oleh laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 5,01%. Jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009, dimana laju pertumbuhan sebesar 4,48%, maka pada tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh dampak dari krisis global yang terjadi pada akhir tahun 2008 dan sektor riil mengalami dampak yang paling besar. PDRB atas dasar harga konstan (dalam juta rupiah) tahun 2005 sebesar 722,051.44, tahun 2006 sebesar 752,149.21 , tahun 2007 sebesar 792,679.88, tahun 2008 sebesar 832,154.88, tahun 2009 869.452,99 dan tahun 2010 sebesar Profil Kesehatan Kota Salatiga
15
913.020,05. Dengan demikian
pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga tahun 2010
yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domistik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000 semakin membaik, sebesar 5,01 persen meningkat jika dibandingkan tahun 2008 sebesar 4,20 persen.
D. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi
kesehatan
serta
kemampuan
berperan
aktif
dalam
pembangunan
kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Situasi pendidikan penduduk Kota Salatiga tahun 2013 seperti pada tabel 2.3 berikut ini : Tabel.2.3. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Salatiga Tahun 2013.
N
Kecamatan
o 1
2
Tdk/Blm
Blm tamat
Tmt SD
SMP
SMA
sekolah
SD/MI
sederajat
sederajat
Sederajat
3
4
5
6
7
Profil Kesehatan Kota Salatiga
Diploma
Universitas
8
9
16
1
Sidorejo
7.910
6.019
9.298
7.822
15501
2.468
5516
2
Sidomukti
6.510
4.646
7.886
6.726
11903
1.870
3951
3
Argomulyo
7.006
5.628
9.898
7.834
12662
1.731
3083
4
Tingkir
6.580
5.777
8.254
7.369
13160
1.919
3364
Jumlah
28.006
22.070
35.336
29.751
53.226
7.988
15.914
Sumber : Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kota Salatiga
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Untuk mengetahui situasi derajat kesehatan masyarakat
dapat dilihat melalui
beberapa indikator antara lain angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Derajat kesehatan Kota Salatiga dapat digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu, situasi dan kondisi Angka Kesakitan (morbiditas), dan status gizi masyarakat, sebagaimana di bawah ini. Faktor lain yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, dan faktor lain.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
17
A. ANGKA KEMATIAN Perjalanan Angka kematian merupakan salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka kematian juga dapat dimanfaatkan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.
1. Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan sosial ekonomi. AKB di Kota Salatiga tahun 2013 sebanyak 40 kasus (15,9/1000 KH) meningkat jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 11,4 per 1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 31 kasus. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Salatiga kondisinya mengalami fluktuasi.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
18
dan faktor yang kurang dominan. Faktor penyebab kematian bayi tahun 2013 antara lain :
Faktor Penyebab
0-6 hari
7-28 hari
29 hari -1 bln
Asfiksia
18
3
0
BBLR
8
2
1
Kelainan kongenital
1
0
0
Bronchopneumonia
0
0
1
Diare
0
0
1
Lain-lain
2
0
3
Jumlah
29
5
6
Angka Kematian Bayi (AKB) dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu, status social, ekonomi, usia ibu, tingkat pedndidikan, staus gizi, budaya dll. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan, serta kesadaran masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern (lebih baik) dalam bidang kesehatan merupakan faktorfaktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
19
Diharapkan akan terjadi penurunan AKB, seiring dengan upaya-upaya yang dilakukan. Berbagai upaya yang telah dilakukan antara lain penanganan mulai dari perawatan masa kehamilan, yaitu pemberian tablet tambah darah / Fe 90 guna mencegah terjadinya pendarahan waktu melahirkan, upaya pemberian susu ibu hamil yang kurang energi kronis untuk mencegah Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR ). Disamping itu pemberian vitamin A dua kali pada ibu nifas akan dapat meningkatkan kesehatan dan daya tahan pada ibu dan bayinya. Upaya lain yaitu dengan meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dengan pengembangan manajemen asfeksia, dan BBLR, kunjungan neonatal oleh petugas kesehatan. Gambaran AKB tahun 2006-2013 dapat dillihat pada gambar dibawah ini.
Gambar.... Angka Kematian Bayi Kota Salatiga Tahun 2006-2013 18
15.96(40 ks)
16 14
12
11.58 9.8
10
9.6(29 ks)
11.4(31 ks)
8
7,4(21 ks)
6.8(25 ks)
6
5.8
4 2 0 2006
2007
2008
Profil Kesehatan Kota Salatiga
2009
2010
2011
2012
2013
20
2. Angka Kematian Balita ( AKABA ) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian Balita 0-5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan pada balita, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, pelayanan Posyandu, dan tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu serta faktor kondisi sanitasi lingkungan. AKABA tahun 2013 sebesar 17,3/1000 KH (43 kasus), tahun 2012 sebesar 12,5/1.000 KH (34 kasus), meningkat bila dibandingkan AKABA tahun 2011 sebesar 7,79/1.000 KH (22 Kasus). AKABA di Kota Salatiga tahun 2009-2012 secara umum meningkat, angka tersebut berturut-turut tahun 2009 sebesar 7,2/1000 kelahiran hidup (26 kasus), tahun 2010 sebesar 10,27/1000 kelahiran hidup (31 kasus), tahun 2011 sebesar 7,79/1000 kelahiran hidup (22 kasus) dan tahun 2012 sebesar 12,5 /1.000 KH (34 kasus), seperti dalam gambar berikut..
Profil Kesehatan Kota Salatiga
21
20
17.2
18 16 14
12.5
12
10.27 10 8 6
7.79
7.2
4 2 0
2009
2010
2011
2012
2013
3. Angka Kematian Ibu ( AKI ) Kematian ibu adalah kematian wanita pada masa kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah persalinan, baik sebagai akibat langsung dari kehamilan atau persalinanya, maupun sebagai akibat tidak langsung dari penyakit lain kecuali kecelakaan. Lebih 90% kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan, infeksi dan eklamsia. Ketiga penyebab langsung kematian ibu ini disebut komplikasi kebidanan (komplikasi obstetri). Selain itu, persalinan lama (lebih dari 12 jam) dan pengguguran kandungan (abortus terinfeksi) dapat berakibat perdarahan dan atau infeksi. Kurang dari 10% kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung, misalnya penyakit yang sudah diderita ibu sejak sebelum hamil atau penyakit lain yang diderita pada masa kehamilan. Keadaan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
22
gizi sejak sebelum hamil, kehamilan yang terlalu sering/dekat, terjadi pada usia terlalu muda atau tua dapat menambah risiko timbulnya gangguan. Kematian ibu juga diwarnai oleh penyebab mendasar, yaitu rendahnya status wanita, terutama di pedesaan, dan redahnya tingkat pendidikan. Di Kota Salatiga tahun 2013 terjadi 7 kasus kematian ibu. Penyebab kematian ibu adalah 85,7% (6 kasus) disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu thalasemia, TBC, HIV-AIDS, dicurigai keganasan usus besar, pecahnya pembuluh darah leher dan terjatuh. Sedangkan kematian ibu yang disebabkan oleh penyebab langsung yaitu eklampsia sebesar 14,3% ( 1 kasus). Hal ini berbeda dengan kasus kematian pada tahun sebelumnya yang lebih banyak didominasi oleh penyebab langsung. Pada tahun 2011 terdapat 6 kasus (212,5/100.000 KH) kematian ibu yang disebabkan karena penyebab langsung sebanyak 4 kasus dan penyebab tidak langsung sebanyak 2 kasus. Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 2 kasus (74,3/100.000 KH) kematian ibu yang disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu biasanya juga terjadi
karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
23
Berbagai upaya penurunan angka kematian ibu telah dilakukan antara lain penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang bertujuan untuk antisipasi dan deteksi dini resiko pada masa kehamilan dan persalinan yang berbasis masyarakat, Puskesmas PONED serta RS PONEK. Angka kematian Ibu di Kota Salatiga dapat di lihat pada gambar 3.3. dibawah ini.
279.2(7 ks)
300 250
212.5(6 ks)
200 150
64.7(2 ks) 100
55.14(2 ks)
99.4(3 Ks)
74.3(2 ks)
74.73 50 0 2006
0 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
B. ANGKA KESAKITAN 1. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) Dalam upaya membebaskan Indonesia dari Penyakit Polio, maka pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari
Profil Kesehatan Kota Salatiga
24
pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita maupun PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan survelans AFP. Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi dengan akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh karena rudapaksa. Kasus AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu. Definisi cakupan penemuan dan penanganan penyakit AFP adalah jumlah kasus AFP non polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk usia
< 15
tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu. Jumlah kasus AFP yang ditemukan dan ditangani tahun 2013 sebanyak 5 kasus. Penemuan kasus AFP sejak tahun 2006-2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
25
6
5
5
4 4
3
2
2
1
0 0 2006
2
2
2
1
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2. Tuberkulosis Paru Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis
menjadi
salah
satu
penyakit
yang
pengendaliannya
menjadi
komitmen global dalam MDGs. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan insiden (disefinisikan sebagai jumlah kasus baru dan kasus kambuh tuberkulosis yang muncul dalam periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satu tahun), prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu
Profil Kesehatan Kota Salatiga
26
titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu). Penemuan pasien baru TB Paru BTA (+) adalah penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit pelayanan kesehatan dalam satu wilayah kerja pada waktu tertentu. Angka penemuan pasien baru TB Paru BTA (+) atau Case Detection Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB Paru BTA (+) yang ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB Paru BTA (+) dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Angka penemuan kasus TB Paru BTA (+)sebesar tahun 2013 sebesar 142,72%, angka tersebut meningkat dikarenakan adanya perbedaan cara perhitungan sejak tahun 2012. Perhitungan tersebut adalah bahwa penderita TB Paru BTA (+) adalah semua penderita yang ditemukan di sarana pelayanan kesehatan tanpa melihat status domisili/tempat tinggal penderita. Sedangkan perhitungan pada sebelum tahu 2012, hanya penderita yang berdomisili di wilayah Kota Salatiga, sehingga angka penemuan penderita TB Paru BTA (+) sejak tahun 2012 meningkat. Perlu diketahui bahwa di Kota Salatiga terdapat RS khusus Paru dr Ario Wirawan dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM). Angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) dari tahun
Profil Kesehatan Kota Salatiga
27
2008-2013
dapat
dlihat
pada
gambar
berikut:
160
142.72 140 120 100
99.5
80 60
44.62
40
29.9
20 0 2008
30.9
26.9
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah penderita TB Paru BTA (+) yang diobati dan sembuh dari tahun 2006-2008 dapat dilihat pada angka kesesembuhan, berturut-turut yaitu 100%, 90,50%, dan 29,90%. Sedangkan tahun 2010-2013 adalah 80,85 %, 63,64%, ,69,17% dan 76,73%. Tahun 2013 target
Cure Rate atau angka kesembuhan
sebesar 90%.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
28
Grafik 3.6 Jumlah Penderita Diobati dan Angka Kesembuhan TB Paru di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013 250
200
150
100
50
0 Diobati CR/Sembuh
2006 53
2007 76
2008 47
2009 48
2010 48
2011 55
2012 240
2013 202
53
72
43
38
40
35
166
155
3. Presentase Balita Dengan Pneumonia Ditangani Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau kesukaran bernapas. Tatalaksana pneumonia adalah diberikannya pelayanan kesehatan sesuai klasifikasinya, untuk pneumonia ringan dan sedang diberikan antibiotika dan pneumonia berat dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih memadai. Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2013 sebesar 544(44%) penderita dari perkiraan kasus sebesar 1.225 sasaran. tahun 2012 sebesar 417 (33,28%) dari jumlah perkiraan 1.253. Angka penemuan Profil Kesehatan Kota Salatiga
29
penderita pneumonia dari tahun 2006-2013 berturut- turut adalah 20,39%, 8,77% 41,73%, 37,21%, 52,21%, 41,81%, 33,28% dan 44%. Masih rendahnya angka penemuan balita dengan pneumonia, dikarenakan petugas kesehatan masih sangat hati-hati untuk mendiagnosa bahwa pasiennya adalah pneumonia. Dari semua kasus yang ditemukan seluruhnya (100%) sudah mendapat penanganan.
Grafik 3.7 Balita dengan Pneumonia Yang Ditangani Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
2006 Perkiraan Jumlah Pneumonia 1182 Balita Pneumonia Balita Ditemukan/Ditangani
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
4400
1110
1185
1218
990
1253
1225
386
463
441
636
414
417
544
241
4. Persentase HIV/AIDS Ditangani
Profil Kesehatan Kota Salatiga
30
Sesuai
kebijakan
program
pencegahan
dan
pemberantasan
penyakit
HIV/AIDS, seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan pelayanan sesuai standar. Tata laksana penderita HIV/AIDS meliputi Voluntary Counseling Testing`(VCT) yaitu tes konseling secara sukarela, perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS, pengobatan Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik, dan rujukan kasus spesifik. Tahun 2013 ditemukan kasus baru penderita HIV/AIDS sebanyak 14 kasus dan tahun 2012 ditemukan kasus baru penderita HIV/AIDS sebanyak 17 kasus. Keseluruhan (100%) kasus HIV/AIDS di Kota Salatiga yang ditemukan tersebut sudah mendapatkan penanganan sesuai standar. Jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan dari tahun 2001-2013 di Kota Salatiga dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut ini:
Profil Kesehatan Kota Salatiga
31
30
27 25
23 20
17 15
17 14
14
12 Jml Kasus
10
9 7
5
2 0
1
6
6
0
-5
5. Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Yang termasuk PMS adalah Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger Ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus infeksi menular seksual yang ditemukan berdasarkan syndrome dan etiologi serta diobati sesuai standar. Jumlah kasus IMS di Kota Salatiga dari tahun ke tahun semakin meningkat. Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang Profil Kesehatan Kota Salatiga
32
ditemukan harus diobati sesuai standar. Di Kota Salatiga semua kasus IMS yang ditemukan sudah ditangani.
2500
2115
2000
2081
1337
1500
1177
1175
1000
953 500
14 0 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-500
6. Persentase DBD Ditangani Penderita DBD yang ditangani sesuai standar/SOP adalah penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/dirawat, ditindaklanjuti dengan Penanggulangan Fokus (PF). Definisi operasional penderita DBD yang ditangani adalah persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu wilayah dalam waktu satu tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan /dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
33
Jumlah penderita DBD dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan kasus. Hal ini disebabkan oleh karena cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan perkembangan jentik nyamuk yang tidak terkontrol. Jumlah kasus tersebut berturut-turut adalah tahun 2006 sebanyak 57 penderita IR: 38,9/100.000 penduduk, tahun 2007 sebesar 141 kasus (IR: 80, CFR:0,71), tahun 2008 sebesar 72 kasus (IR: 40, CFR:1,39%), tahun 2009 sebanyak 109 (IR:65, CFR:0,92%), tahun 2010 sebesar 155 kasus (IR:91). Pada tahun 2011 terjadi penurunan kasus yaitu sebesar 13 kasus (IR:7,4%), tahun 2012 sebanyak 13 kasus dan tahun 2013 sebanyak 61 kasus. Dari semua kasus yang ditemukan sudah mendapat penanganan sesuai dengan standar operasional. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam rangka penurunan kasus demam berdarah antara lain penggerakan pemberantasan
sarang
nyamuk,
pemeriksaan
jentik
berkala,
sosialisasi
penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue. Berikut gambar yang menggambarkan jumlah kasus DBD dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2013.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
34
100 91 80
80
65 60 55
55
55 Incidence Rate (IR)
40
CFR
40
38.9
31.72 20
20
20
20
20
target
20 12.83 7.4
0 0 2006
1.39
0.71 2007
2008
0.92 2009
0 2010
0 2011
1.6
0 2012
2013
-20
7. Persentase Balita Dengan Diare Ditangani Definisi operasional penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Jumlah kasus diare pada balita di tahun 2013 sebanyak 4.745 (115,3%) dan 2012 sebanyak 5.766 (75%) dari 7.691 kasus diare (perkiraan kasus). Semua kasus diare baik pada
balita
maupun non balita sudah mendpat
penanganan (100%).
Profil Kesehatan Kota Salatiga
35
Grafik 3.11. Jumlah Kasus Diare dan Diare Pada Balita Di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah perkiraan kasus diare
4970
4532
5924
6659
6554
7654
7691
4115
Jumlah Diare pada Balita dan ditangani
2979
4532
2003
2380
1994
4276
5766
4745
8. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus (Non Neonatorum), Tetanus Neonatorum, dan Hepatitis. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam), dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Dari tahun 2006 sampai dengan 2013 jumlah kasus PD3I yang dilaporkan adalah sebagai berikut:
Profil Kesehatan Kota Salatiga
36
Grafik 3.12 Kasus PD3I Kota Salatiga Tahun 2006 - 2012
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Hepatitis B
2006 7
2007 0
2008 0
2009 0
2010 0
2011 4
2012 0
Polio
0
0
0
0
0
0
0
Campak
28
42
53
115
198
168
94
T. Neonatorum
0
0
0
0
0
0
0
Tetanus
2
0
0
0
0
0
0
Pertusis
0
0
0
0
0
0
0
Difteri
2
0
0
0
0
0
0
9. Penyakit Tidak Menular Data kasus penyakit tidak menular yang diperoleh antara lain kanker servik, kanker mamae, kanker hati, kanker paru, diabetes mellitus, angina pektoris,
dekompensasio
kordis,
hipertensi,
stroke,
asma
bronkhial
dan
kecelakaan lalu lintas. Faktor resiko terjadinya penyakit tidak menular, dibagi menjadi dua yaitu faktor genetik yang merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk faktor), dan faktor resiko yang dapat diubah (change risk faktor), misalnya, pola makan
yang
tidak
seimbang,
makanan
yang
mengandung
zat
adiktif,
mengkonsumsi rokok, kurang berolah raga dan faktor kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
37
Penyakit tidak menular merupakan suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara medis, tetapi hanya bisa dikendalikan. Penyakit tidak menular juga merupakan penyebab utama kematian tertinggi bila dibandingkan dengan penyakit menular. Kasus penyakit tidak menular di Kota Salatiga tahun 2012 dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut: 0.35% 0%
Neoplasma
10.33% 10.20% 18.35%
Jantung
59.12% 1.62%
DM Stroke PPOK Asma Psikosis
C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT
1. Persentase BBLR Ditangani Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
38
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah di Kota Salatiga tahun 2012 sebesar 5,50% (150 bayi) meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 3,04% (84 bayi). Persentase bayi berat badan lahir rendah dari tahun 20062010 sebagai berikut 2,81%, 2,12%, 2,90%, 2,45 % dan 2,1 %. Cakupan penanganan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) untuk tahun 2006 sampai dengan 2012 selalu mencapai 100%.
Grafik 3.14 Jumlah Bayi BBLR Kota Salatiga Tahun 2006 - 2012 89
4000
81
62
90
2923
3099
61
84
150
3016
2823
2723
3000 2000
2882
3627
1000 0 200 6 81
200 7 62
200 8 90
200 9 89
201 0 61
201 1 84
201 2 150
Jml Lahir Hidup 2882
2923
3099
3627
3016
2823
2723
BBLR
Jml Lahir Hidup
BBLR
2. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk
Profil Kesehatan Kota Salatiga
39
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindaklanjuti dengan tindakan yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan Berat Badan dengan Umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan Berat Badan dengan Tinggi Badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke Rumah Sakit. Jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2012 sebesar 3 kasus meningkat dari tahun 2011 sebesar 2 kasus. Sejak tahun 2008 jumlah gizi buruk sebanyak 17
Profil Kesehatan Kota Salatiga
40
balita atau 0,18%, tahun 2009 sebanyak 4 kasus atau 0,04 %, dan tahun 2010 sebanyak 3 kasus (0,03%). Tabel.3.15. Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2006 -2012 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
Jml Balita
200 6
200 7
200 8
200 9
11758 12001 11863 12157
Jml Balita Gizi Buruk
26
3
17
4
201 0 9289 3
201 1
201 2
10111 12529 2
3
3. Persentase Balita Gizi Kurang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang
akan
berkontribusi
Profil Kesehatan Kota Salatiga
terhadap
kesehatannya
dan
juga
terhadap
41
kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan
klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku. Di Indonesia
baku antropometri yang sering digunakan adalah World Health OrganizationNational Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHONCHS status gizi dibagi empat: Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obsitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori
Malnutrition). Keempat, Gizi
buruk
untuk
severe
PCM,
termasuk
marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwarsiorkor. Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Kota Salatiga tahun 2012 sebesar 194 balita (2,01%).
4. Kecamatan Bebas Rawan Gizi Hasil pemantauan kerawanan pangan dan gizi di wilayah kecamatan di Kota Salatiga sejak tahun 2006 hingga 2012 memberikan hasil bahwa Kota Salatiga dengan empat (4) kecamatannya sudah bebas dari rawan pangan dan gizi.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
42
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
A.
PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada semester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trisemeter kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trisemester ketihga (usia kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini factor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7 T, yaitu: 1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 2. Pengukuran tekanan darah;
Profil Kesehatan Kota Salatiga
43
3. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); 4. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi; 5. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; 6. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana); 7. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb) dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya). Untuk menilai cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat digunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
44
Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa cakupan ibu hamil K4 di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 2.945 bumil
(93,46%) menurun jika
dibandingkan capaian tahun 2012 dan masih di bawah target (95%).
Gambar 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kota Salatiga 2006 - 2013
100.00% 98.00% 96.00% 94.00% 92.00% 90.00% 88.00% 86.00%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 K1 92.78% 98.10% 99.10% 91.50% 96.00% 96.30% 96.70% 99.02% K4 90.90% 96.03% 98.60% 91.20% 92.90% 96.60% 95.40% 93.46%
Berbagai kegiatan telah dilakukan guna peningkatan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu dengan semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan
yang
meningkatkan
berkualitas
cakupan
K4
kepada juga
masyarakat. makin
Selain
diperkuat
itu
untuk
dengan
telah
dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Kelas ibu hamil akan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku
ibu
hamil
dan
keluarganya
dalam
memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
45
Adanya
bantuan
dana
BOK
(Bantuan
Operasional
Kesehatan)
juga
berkontribusi dalam meningkatkan cakupan K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di posyandu, kunjungan rumah, dan sweeping kasus drop out. Di samping itu program Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping.
b. Persalinan Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih ( Cakupan Pn). Indikator ini memperlihatkan
tingkat
kemampuan
pemerintah
dalam
menyediakan
pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target (90%) yaitu sebesar 100%. Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target, namun angka kematian ibu masih
Profil Kesehatan Kota Salatiga
46
tinggi. Untuk itu program kesehatan ibu dan anak masih tetap menjadi program prioritas dibidang pembangunan kesehatan.
Untuk mengetahui
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini. Gambar 4.2 Cakupan Persalinan Yang Ditolong Oleh Nakes Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pertolongan persalinan 84.05% 107% 101.80% 99.60% 95.10% 94.80% oleh nakes terlatih Pertolongan persalian oleh dukun terlatih
3.50%
2.54%
0.66%
0.40%
4.90%
5.20%
2012
2013
95%
100%
0%
c. Pelayanan Ibu Nifas Masa sesudah persalinan (Masa Nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan ibu nifas meliputi pemberian vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan pasca persalinan untuk mengetahui apakah terjadi pendarahan pasca persalinan, keluar cairan berbau
Profil Kesehatan Kota Salatiga
47
dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit dan lain – lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan
petugas
kesehatan
biasanya
bersamaan
dengan
kunjungan
neonatus. Masa nifas merupakan masa yang rawab, karena ada beberapa resiko yang mungkin terjadi pada masa ini. Resiko yang mungkin terjadi antara lain anemia, pre eklampsia, eklampsia, perdarahan, infeksi nifas bhakan depresi post partum. Hasil pelayanan ibu nifas sbb: Gambar 4.3 Cakupan Pemberian Vit A bagi Ibu Nifas di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
100%
89.18% 93.40%
99.60% 95.00% 96.40% 95,00% 89,66%
74.83%
80% 60% 40% 20%
0% 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
% Cakupan Pemberian Vit A bagi Ibu Nifas
d. Ibu Hamil Risti/Komplikasi Ditangani Ibu
hamil dengan
resiko
tinggi adalah keadaan ibu hamil yang
mengancam kehidupannya maupun janinnya, misal umur, paritas, interval, dan tinggi badan. Sedang komplikasi pada proses persalinan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
adalah keadaan
48
dalam proses persalinan yang mengancam kehidupan dalam proses persalinan yang mengancam kehidupan ibu maupun janinnya, misalnya perdarahan, pre eklamsia, infeksi jalan lahir, letak lintang, partus lama, dan lain-lain. Ibu hamil risiko tinggi dan komplikasi ditangani adalah ibu hamil dengan risiko tinggi dan komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan oleh tenaga kesehatan. Cakupan ibu hamil risiko tinggi dan komplikasi yang ditangani tahun 2013 sebesar 100% (638 kasus) komplikasi. Cakupan penanganan ibu hamil resiko tinggi dan komplikasi pada tahun-tahun sebelumnya masih di
bawah 100%,
dengan adanya tahun 2012 sebesar 42,5%, menurun bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 77,28%. Hal ini disebabkan oleh karena kasus-kasus ibu hamil dengan resiko tinggi yang dilaporkan hanya yang dirujuk ke sarana Kesehatan lebih tinggi, untuk yang dapat ditangani di Puskesmas, datanya tidak dilaporkan. Untuk itu pemahaman petugas tentang pencatatan dan pelaporan perlu ditingkatkan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
49
Gambar 4.4 Cakupan Bumil Risti Yang Ditangani Di Kota Salatiga Tahun 2006-2013 120.00%
100.00%
92.42%
100%
99.80%
80.00%
100% 77.30%
69.31% 60.00%
Bumil Risti yg Ditangani
52.20% 42.12%
40.00% 20.00% 0.00% 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
e. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe Program penanggulangan
anemia
yang
dilakukan
adalah
dengan
memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (batasan anemi pada ibu hamil < 11 gram%). Anemi pada ibu hamil menyebabkan pendarahan sebelum atau saat persalinan, resiko melahirkan BBLR, meningkatnya resiko kematian ibu dan bayi.
Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil minimal 90 tablet selama
periode kehamilan. Indikator cakupan pemberian Fe yaitu Fe1 dan Fe3. Prevalensi ibu hamil anemia dan cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil dapat dilihat pada gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut ini:
Profil Kesehatan Kota Salatiga
50
Gambar 4.5 Prevalensi Ibu Hamil Anemia Kota Salatiga Tahun 2010-2013 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
4.06 3.53 2.53
2010
Profil Kesehatan Kota Salatiga
2011
2.11
2012
2013
51
Gambar 4.6 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Bumil Kota Salatiga Tahun 2006-2013 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
200 200 200 200 201 201 201 201 6 7 8 9 0 1 2 3 Jml Bumil 3234 2839 3197 3282 3254 3123 3003 3151 Fe1 221 180 2798 3004 2502 2984 2903 3009 Fe3 203 151 2747 2994 2972 3007 2870 2800
2. Pelayanan Kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Kunjungan Neonatus dibagi tiga yaitu KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari, KN2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1) di Kota Salatiga Tahun 2013 sebesar 99,28% dan KN3 sebesar 95,53%. Cakupan kunjungan neonatus di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 2.395 (95,53%)
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar
Profil Kesehatan Kota Salatiga
52
2.701 (99,19%). Cakupan kunjungan neonatus dari tahun 2006-2013 berturut-turut adalah 86,58%, 87,82%, 89,03%, 78,72%,
91,4% ,95,7%
,99,19% dan 95,53%. Berbagai upaya telah dilakukan guna pencapaian kunjungan neonates tersebut antara lain
adanya upaya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui bidan. Selain itu juga upaya peningkatan
kualitas
pelayanan
tenaga
kesehatan
melalui
pelatihan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA. Gambar 4.7 Cakupan Kunjungan Neonatus Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
20 06 Jumlah Bayi Lahir 3234 KN 2800
20 07 2923 2567
20 08 3099 2759
20 09 3222 2824
20 10 3016 2756
20 11 2823 2701
20 12 2723 2701
20 13 2507 2395
b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di luar kunjungan
neonatus.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
Setelah
usia
28
hari,
setiap
bayi
berhak
53
perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 95,3%, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 111,03%, Cakupan kunjungan bayi dari tahun 2007-2013 sebagai berikut: Gambar 4.8 Cakupan Kunjungan Bayi Kota Salatiga Tahun 2007-2013
120 100 80 60 40 20 0
Cakupan Kunjungan bayi Target
2007 100.9
2008 96.1
2009 103
2010 97.5
2011 95.68
2012 111
2013 95.3
90
90
90
90
90
90
90
c. Neonatal Risti/ Komplikasi Ditangani Yang dimaksud dengan resiko tinggi/ komplikasi pada neonatal adalah keadaan neonatal yang mengancam kehidupannya, misalnya Asfeksia, BBLR, Tetanus, Infeksi dan lain-lain. Cakupan neonatal risti ditangani Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 97,06% (365 bayi dari 376 sasaran) meningkat jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 42,36%. Cakupan tersebut sudah mencapai target. Jika dibandingan dengan tahun 2011 sudah ada peningkatan, tahun
Profil Kesehatan Kota Salatiga
54
2011 sebesar 28,3% (120 bayi dari 423 bayi). Cakupan tahun 2007 sebesar 100 % ( 386 bayi), tahun 2008 yaitu 100 % (361 bayi), tahun 2009 sebesar 83,5 % (446 bayi dari 534 bayi), dan tahun 2010 sebesar 68,0% (211 bayi dari 453).
d. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Tidak hanya bayi, Balita atau anak berumur di bawah lima tahun atau 12-59 bulan juga harus mendapatkan perhatian kesehatannya baik gizi maupun kesehatan secara umum, karena balita merupakan generasi penerus bangsa yang harus sehat, cerdas dan kuat. Balita di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 12.252 dan yang mendapat pelayanan kesehatan anak balita sebesar 9.847 balita (80,37%) dan tahun 2012 sebesar 12.529, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 10.121 (80,8%), meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 5.395 (53%) dari 10.182 balita yang ada. e. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan Prasekolah Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah yang dimaksudkan adalah anak usia 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali per tahun. Upaya pembinaan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
55
kesehatan fisik, mental dan sosial anak dengan perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan masa kritis atau periode emas tumbuh kembang. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah Kota Salatiga selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu 0,15 % pada tahun 2006 menjadi 19,02 % pada tahun 2008, pada tahun 2009 meningkat menjadi 53,02 % atau 7.617 balita dari 14.365 balita demikian juga tahun 2010 meningkat menjadi 65,2 %. Pada tahun 2011 sebesar 46,88%. Sejak tahun 2012 DDTK antara balita dan Anak Prasekolah dipisahkan karena sasarannya berbeda. DDTK Balita tahun 2012 sebesar 22,6% sedangkan anak prasekolah sebesar 74,5%. Tahun 2013 DDTK Balita sebesar 86% (9.847 balita) dan anak prasekolah sebesar 100% (4.447 anak). Secara rinci cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita seperti gambar 4.8 berikut: Gambar 4.8 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah Kota Salatiga Th. 2012-2013 100.00%
100%
80.00% 74.50%
60.00%
86% Balita
40.00%
20.00%
Apras
22.60%
0.00% 2012
Profil Kesehatan Kota Salatiga
2013
56
f. Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya meningkatkan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Salah satu upaya preventif yang dilaksanakan di sekolah adalah kegiatan penjaringan kesehatan anak sekolah (Health Screening), sebagai prosedur pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk mengelompokan anak sekolah dalam berbagai katagori sehat dan sakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut, serta mendapatkan gambaran kesehatan anak sekolah dan mengikuti perkembangan serta pertumbuhan anak sekolah sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan sekolah. Cakupan
pemeriksaan
kesehatan
siswa
SD/MI
oleh
tenaga
kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah pada tahun 2013 ,2012 dan 2011 dari seluruh siswa (100%) sudah mendapat pelayanan kesehatan tahun 2011 sebesar 3.169 siswa dan tahun 2012 sebesar 3.324 siswa. Dan tahun 2013 sebesar 3.554 siawa. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat dari tahun 2007-2010 adalah sebanyak 3.088 siswa, 3.094 siswa, 3.103 siswa dari 3.259 siswa (95,2 %), dan tahun 2010 sebanyak 3.112 (93,87%) siswa dari 3.315 siswa.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
57
Cakupan
Gambar.4.9. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Tahun 2006-2013 102 100 98 96 94
100
100
100
100
100
100 95.2 93.87
92 90 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
c. Pelayanan Kesehatan Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang dewasa, tetapi emosinya belum dapat mengikuti perkembangan jasmaninya, hal ini sering menimbulkan gejolak sehingga masa ini perlu mendapat perhatian. Salah satunya adalah pendidikan dan perhatian agar anak berperilaku sehat, baik secara fisik maupun mental. Pemeriksaan kesehatan remaja adalah pemeriksaan kesehatan siswa kelas 1 SLTP dan setingkat, kelas 1 SMU/SMK dan setingkat melalui penjaringan kesehatan oleh tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS/ kader kesehatan remaja. Cakupan pemeriksaan kesehatan remaja Kota Salatiga pada tahun 2008 sebesar 15,80 % (5.879 siswa dari 37.210 siswa) dengan target 80 %
Profil Kesehatan Kota Salatiga
58
(29.768 siswa), tahun 2009 dan 2010 sebesar 94,04% (7.729 siswa dari 8.218 siswa),
tahun 2011 sebesar 98% (8.145 siswa dari 8.249 siswa),
tahun 2012 68% dan tahun 2013 sebesar 78%.
3. Pelayanan Gizi a. Pemantauan Pertumbuhan Balita 1). Partisipasi Masyarakat Dalam Penimbangan Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi yang menitikberatkan pada pencegahan dan peningkatan keadaan gizi anak. Kegiatan penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di Posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan cakupan D/S tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A, cakupan imunisasi, dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Kunjungan balita ke posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S. Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke Posyandu. Permasalahan tersebut diantaranya adalah penggerakan
kegiatan
posyandu,
tingkat
pengetahuan
kader
dan
kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat
Profil Kesehatan Kota Salatiga
59
pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Cakupan penimbangan balita di Posyandu dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.10 Persentase Balita Ditimbang Kota Salatiga Tahun 2006-2013 82
80.1
80
79
78 77
76
75.6
74.22
74
74.48 72.34
72 70
71
68 66 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Dari gambar diatas dapat dilihat besar partisipasi masyarakat dalam penimbangan di Posyandu dengan digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Tahun 2013 balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita dari seluruh balita sebanyak 12.252 balita (74.48%). Angka tersebut masih di bawah target 90%. Hal ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat untuk membawa balitanya ke Posyandu masih kurang.
2). Balita Yang Berat Badannya Naik
Profil Kesehatan Kota Salatiga
60
Persentase Balita yang naik timbangannya dibandingkan dengan jumlah Balita yang ditimbang dapat menggambarkan keberhasilan kader Posyandu
dalam
memberikan
penyuluhan
gizi
kepada
masyarakat
diwilayahnya, sehingga orang tua dapat memberikan makanan cukup gizi kepada anaknya. Anak sehat bertambah umur akan bertambah berat badannya
dan
persentase
balita
yang
naik
timbangannya
dapat
menggambarkan tingkat kesehatan balita di wilayah kerja Posyandu. Beberapa hal yang
mempengaruhi tingkat pencapaian Balita yang naik
timbangannya antara lain pengetahuan keluarga tentang kebutuhan gizi Balita, penyuluhan gizi masyarakat dan ketersediaan pangan di tingkat keluarga. Tahun 2013
balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita dan
yang naik timbangannya sebanyak 6.651 balita (72,89%). Capaian tersebut masih di bawah target sebesar 80%. Penyebab rendahnya capaian N/D dikarenakan masih rendahnya peran serta masyarakat dalam kegiatan posyandu sehingga mempengaruhi keberhasilan program di posyandu. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan mengadakan lomba kader dan lomba posyandu baik di tingkat Kecamatan/ Puskesmas maupun di tingkat Kota. Diharapkan dengan kegiatan lomba tersebut diperoleh adanya
Profil Kesehatan Kota Salatiga
61
peningkatan pengetahuan kader dan kepedulian masyarakat terhadap Posyandu, sehingga akan berdampak pada peningkatan capaian program di Posyandu. Gambar 4.11 Menunjukan capaian N/D Kota Salatiga tahun 2010-2013. Gambar 4.11 Persentase Balita Yang Naik Berat Badanya Di Kota Salatiga Tahun 2010-2013 73.37 73.5
72.89
73 72.5
71.95 71.66
72 71.5 71 70.5 2010
2011
2012
2013
3). Balita Bawah Garis Merah (BGM) BGM adalah merupakan hasil penimbangan dimana berat badan Balita berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak semua BGM dapat menggambarkan gizi buruk pada Balita dilihat tinggi badannya, jika tinggi badan sesuai umur maka keadaan ini merupakan titik awal waspada bagi orang tua untuk tidak terlanjur menjadi lebih buruk lagi,
Profil Kesehatan Kota Salatiga
62
namun jika Balita ternyata pendek maka belum tentu anak tersebut berstatus gizi buruk. Jumlah balita di bawah garis merah (BGM) tahun 2013 sebanyak 108 balita (1,2%) dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita, tahun 2012 sebanyak 140 balita (1,5%) dari jumlah balita ditimbang sebanyak 9.647. Tahun 2008 sebanyak 349 balita atau sebesar 3,72 % dari jumlah balita yang ada di Kota Salatiga. Pada tahun 2009 jumlah balita dibawah garis merah menurun jadi 233 (2,58 %) balita dari 9.023 balita yang ditimbang. Tahun 2010 jumlah balita garis merah meningkat menjadi 235 (2,5%) balita dari 8.289 balita yang ditimbang, dan tahun 2011 menurun menjadi 2,1% atau sebesar 213 dari 10.111 balita yang ditimbang.
b. Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Salah satu upaya program perbaikan gizi masyarakat adalah melalui pemberian kapsul vitamin A. Program ini bertujuan untuk mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan Vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A berperan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
63
terhadap penurunan angka kematian dan kesakitan, karena Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Vitamin A juga bermanfaat untuk kesehatan mata dan membantu proses pertumbuhan. Oleh karena itu vitamin A sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian kapsul vitamin A diberkan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada balita usia 6-59 bulan.
Cakupan Balita yang mendapat Vitamin dari tahun 2006 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Profil Kesehatan Kota Salatiga
64
Gambar 4.12 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 bulan) di Kota salatiga Tahun 2006-2013 101 100
99.66
99.59 99.14
99
99.54
99.19
99.14
99.09
98 97 96
95
94.91
94 93
92 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
c. Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vitamin A Ibu
nifas
adalah
ibu
yang
baru
melahirkan
bayinya
yang
dilaksanakan di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 99,92% (2.526 dari 2.528 ibu nifas).
Profil Kesehatan Kota Salatiga
65
Gambar 4.13.Cakupan Ibu Nifas Yang Mendapat Kapsul Vitamin A di Kota Salatiga Tahun 2008-2013 120 100
89.66
102.3
95.98
99.92
80
63.18
60
54.44
40 20 0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
d. Ibu Hamil Mendapat Mendapat 90 Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamil dan ibu nifas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur). Anemia gizi yaitu suatu kondisi ketika kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan komponen Hb terutama zat besi ( Fe). Pemberian tablet besi ini diintegrasikan dengan pelayanan kunjungan ibu hamil ( antenatal care). Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat tergantung pada seberapa besar kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan. Cakupan pemberian tablet besi yang tinggi bisa tidak berdampak
Profil Kesehatan Kota Salatiga
66
pada penurunan anemia besi jika kepatuhan ibu hamil dalam menelan tablet besi masih rendah. Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibu hamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan. Pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjungan ibu hamil K4. Namun demikian cakupan kunjungan K4 ibu hamil pada tahun 2013 sebesar 93,46%, yaitu lebih besar dibandingkan dengan capaian pemberian tablet besi pada ibu hamil sebesar 92,62%. Hasil tersebut sudah bisa dikatakan ideal karena cakupan tersebut tidak jauh berbeda. Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil ada 2 indikator yaitu Fe1 dan Fe3. Cakupan Ibu Hamil mendapat tablet Fe adalah cakupan Ibu Hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil yang mendapat Fe-3 2013 sebesar 88,86% (2.800 dari
di Kota Salatiga tahun
3.151 ibu hamil) menurun bila
dibandingkan tahun 2012 sebesar 95,57% (2.870 dari 3.003 bumil). Cakupan sejak tahun 2007 sebesar 5,32%, tahun 2008 sebesar 85,92%. Pada tahun 2009 cakupan Fe-3 sebesar 84,49 % (2.897 dari 3.429 ibu
Profil Kesehatan Kota Salatiga
67
hamil), tahun 2010 sebesar 91,33 % (2.972 dari 3.254 ibu hamil) dan tahun 2011 sebesar 96,29% (3.007 dari 3.123 ibu hamil).
Gambar.4.13 Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2006 Fe 1
2007 6.34
2008 2009 87.52 91.5
2010 2011 2012 2013 76.89 95.55 96.67 95.49
Fe 3 72.39
5.32
85.92 84.49 91.33 96.29 95.57 88.86
e. Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6
Profil Kesehatan Kota Salatiga
68
(enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan UNICEF ( Feat About Breast Feeding) merupakan kekeliruan fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
69
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas capaian ASI Eksklusif Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 46,6% (418 dari 897 bayi usia 0-6 bulan),
2012 sebesar 45,12% (601 dari 1.332 bayi usia 0-6 bulan), terjadi
sedikit penurunan bila dibandingkan tahun 2011 yaitu 48,03% (550 dari 1.145 bayi usia 0-6 bln). Berbagai upaya promosi tentang ASI Ekslusif telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan beserta jaringannya. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya ruang-ruang laktasi di tempat-tempat kerja/perusahaan. Cakupan ASI Eksklusif Kota Salatiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar. 4.14 Cakupan ASI Eksklusif Kota Salatiga Th.2008-2013
60 50
48.03
47.36
40 30
45.12
46.6
35.9
35.46
20 10 0 2008
2009
2010
2011
2012
2013
cakupan ASI Ekslusif
Beberapa hal yang menghambat pemberiaan ASI eksklusif diantarannya adalah: 1. Rendahnnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar. Profil Kesehatan Kota Salatiga
70
2. Kurangnnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan. 3. Faktor sosial budaya. 4. Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja. 5. Gencarnya pemasaran susu formula. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberiaan ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu: 1) Sarana
pelayanan
Pemberiaan
Kesehatan
Air Susu
mempunyai
kebijakan
Ibu (PP-ASI) tertulis
yang
Peningkatan secara
rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas. 2) Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3) Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksana dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 4) Membantu ibu menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin ( inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
71
5) Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6) Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7) Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8) Membantu ibu menyusui semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9) Tidak memberikan dot atau kempeng bayi yang diberi ASI 10) Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan. Selain hal tersebut diatas, upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan
sosialisasi
agar
di
tempat-tempat
kerja
misalnya
perusahaan, untuk menyediakan pojok ASI.
f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin
Profil Kesehatan Kota Salatiga
72
Keluarga Miskin adalah keluarga yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota (TKK) dengan melibatkan Tim Desa dalam mengidentitaskan nama dan alamat gakin secara tepat sesuai dengan Gakin yang disepakati. Anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin diberikan makanan pendamping ASI. Data jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapatkan makanan tambahan ASI(MP-ASI)tahun 2013 0% dan tahun 2012 sebanyak 79,74% (968 dari 1.214 anak),menurun bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 100% (1.214 anak).
g. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
73
(BB/TB). Skrining pertama dilakukan di Posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus gizi buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan dan atau di rumah oleh tenaga kesehatan sesuai tata laksana gizi buruk. Perkembangan cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 adalah
sebesar 100 % kasus gizi buruk mendapat pelayanan. Jumlah
kasus gizi buruk tahun 2013 sebesar 2 kasus.
h. Wanita Usia Subur yang Mendapat Kapsul Yodium
Profil Kesehatan Kota Salatiga
74
Pemberian kapsul Yodium kepada sasaran wanita usia subur di daerah endemik berat dan sedang dimaksudkan untuk mencegah kretinisme pada bayi. Kota Salatiga tidak termasuk dalam daerah endemik
GAKY
yang memerlukan intervensi kapsul yodium. Kota Salatiga tidak merupakan daerah endemik GAKY sehingga tidak ada program pemberian kapsul Yodium bagi WUS.
i. Desa Dengan Garam Beryodium yang Baik Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan
identitas
mutu
garam
beryodium
yang
dikonsumsi
penduduk di suatu desa/kelurahan. Sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 sudah mencapai 100%
Kelurahan di Kota Salatiga masyarakatnya telah
mengkonsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat (mengandung KJO3 30-80 ppm). Sesuai Kepres No.69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung yodium. Kebijakan ini berakaitan dengan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia. GAKY merupakan masalah gizi yang serius karena dapat menyebabkan penyakit gondok atau kretin. Kekurangan unsur yodium dalam makananan sehari-hari dapat menurunkan tingkat kecerdasan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
75
seseorang. Dalam garam beryodium juga terdapat unsur natrium maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Untuk menghindari pengaruh sampingan dari onsumsi garam beryodium yang berlebihan maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari atau sekitar satu sendok teh setiap hari.
j. Keluarga Sadar Gizi Keluarga sadar gizi (KADARZI) adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Lima indikator kadarzi, yaitu: a.
Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan
b.
Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya, khususnya balita dan ibu hamil
c.
Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya
Profil Kesehatan Kota Salatiga
76
d.
Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberi ASI ekslusif
e.
Keluarga minum suplemen gizi sesuai anjuran
Indikator tersebut digunakan untuk menilai perubahan perilaku gizi anggota keluarga. Keberhasilan program Kadarzi harus diikuti dengan meningkatnya status gizi masyarakat. Pelakasanaan pendataan Kadarzi di Kota Salatiga di laksanakan di 4 Kecamatan yang meliputi 5 indikator, dengan hasil pada tahun 2013 sebagai berikut : a. Menimbang berat badan secara teratur sebesar 95,42%. b. Pemberian ASI eksklusif sebesar 66,81%. c. Makan aneka ragam makanan sebesar 86,5% d.
Mengkonsumsi garam beryodium sebesar 98,5%.
e. Mengkonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran sebesar 92,3%. Dari 1.136 sampel rumah tangga di Kota Salatiga terdapat 52,82% keluarga sudah mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi pada setiap anggota keluarganya (Kadarzi). Dari hasil survey keluarga sadar gizi diperoleh bahwa di wilayah kecamatan Sidomukti persentase keluarga sadar gizi paling kecil yaitu sebesar 43,25% sedangkan di Kecamatan Sidorejo
Profil Kesehatan Kota Salatiga
77
memperoleh persentase paling besar yaitu 67,5%.
Cakupan Keluarga Sadar
Gizi di Kota Salatiga belum mencapai target sebesar 80%. Untuk mencapai target 80% diperlukan adanya gerakan secara menyeluruh dan terpadu dari mulai keluarga, masyarakat, petugas dan Dinas Kesehatan. Cakupan keluarga sadar gizi di Kota Salatiga pada tahun 2008 adalah 25,72 %, tahun 2009 sebesar 77,9 %,
tahun 2011 sebesar 60,64% dan
tahun 2012 sebesar 63%.
4. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta KB Baru Peserta Keluarga Berencana (KB) Baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Jumlah peserta KB Baru Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 9,9% (2.824 akseptor). Bila dibandingkan terjadi penurunan 2012 sebesar 17,2% (5.075 akseptor). Demikian juga bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 19,4% (5.469 akseptor). Sumber data tersebut berasal dari Puskesmas (data pasien yang mendapatkan pelayanan di Puskesmas).
Profil Kesehatan Kota Salatiga
78
b. Peserta KB Aktif Cakupan peserta KB aktif tahun 2013 sebesar 69,6% (19.938 dari 28.636 PUS) menurun bila dibandingkan tahun 2012 sebesar 78,3% (23.071 dari 29.475 PUS). Cakupan peserta KB Aktif dari tahun 2007-2011 sebesar 96,02 % (26.827 PUS dari 27.938 PUS), 76,46 % (21.094 dari 27.938 PUS), 69,4 % (19.426 dari 27.981 PUS), 71,7% (20.312 dari 28.312 PUS). Dan 76,8% (21.664 dari 28.194 PUS). Cakupan peserta KB aktif secara rinci seperti pada gambar 4.7. sebagai berikut: Gambar. 4.15. Cakupan Peserta KB Aktif Tahun 2006-2013
100
90
90.02 76.46
Cakupan
80
71.7
69.4
76.8
78.27
69.6
60 40 20 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
tahun
Sedangkan jenis kontrasepsi peserta KB aktif pada tahun 2013 seperti pada gambar berikut :
Profil Kesehatan Kota Salatiga
79
Gambar 4.16 Jenis Kontrasepsi Peserta KB Aktif Tahun 2013 3227
1077
1667
4331
3091 9678
IUD
MOP/W
IMPLAN
SUNTIK
PIL
KONDOM
5. Pelayanan Imunisasi a. Persentase Desa yang Mencapai “Univeral Child Immunization” (UCI) Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/ kelurahan di mana minimal 85 % dari jumlah bayi yang ada di desa/ kelurahan tersebut sudah memperoleh imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan) meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis Hepatitis B dan 1 dosis campak. Cakupan desa/ kelurahan UCI di Kota Salatiga sejak tahun 2010 sampai 2013 sudah seluruh
kelurahan UCI. Cakupan kelurahan UCI sejak tahun
tahun 2006 sebesar 77,27 % (17 kelurahan), tahun 2007 sebesar 82,00 %
Profil Kesehatan Kota Salatiga
80
(18 kelurahan), tahun 2008 sebesar 54,50 % (12 kelurahan), tahun 2009 sebesar 95,5 % atau 21 Kelurahan.
b. Cakupan Imunisasi Bayi Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi, anak dan balita akibat penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio Hepatitis B dan Campak. Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 115,56%. Capaian tersebut melebihi 100 % dikarenakan adanya bayi luar
wiayah kerja diimunisasi di wilayah Kota Salatiga. Cakupan imunisasi
dasar lengkap bayi dari tahun 2007-2013 dapat dilihat
pada gambar 4.17
dibawah ini :
Profil Kesehatan Kota Salatiga
81
Gambar 4.17. Imunisasi Dasar Lengkap Bayi Tahun 2007-2013 140 120 100 80 60 40 20 0
108.06 115.56 97.56
2007
80
2008
93.7
2009
93.1
2010
96.71
2011
2012
2013
c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa/ kelurahan, analisis Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) harus diikuti tindak lanjut. Dengan gambar PWS akan terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan kecenderungannya setiap bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan pada periode berikutnya. Untuk kecenderungan cakupan dapat diketahui dengan indikator Droup Out (DO). Sesuai dengan kesepakatan kabupaten/kota se-Jawa Tengah indikator DO maksimal 5%. Droup Out imunisasi campak pada tahun 2013 sebesar -4.8. Hal ini dimungkinkan adanya bayi di luar wilayah yang melakukan imunisasi campak di wilayah Kota Salatiga.
DO imunisasi tahun 2006-2012 dapat dilihat pada
gambar berikut:
Profil Kesehatan Kota Salatiga
82
Gambar 4.18. DO Imunisasi DPT1-Campak Kota Salatiga Tahun 2006-2013
12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 DO imunisasi 1.09 11.19 3.91 2.5 7.81 3.4 0.4 -4.8
d. WUS Mendapat Imunisasi TT Imunisasi Tetanus Toksoid Wanita Usia Subur adalah pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur (15-39 tahun) sebanyak 5 dosis dengan interval waktu tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Jumlah ibu hamil tahun 2013 sebesar 3.003 yang mendapat TT I sebesar 1.748 (58,2%), TT2 sebesar 1.486 (49,5%),TT-2+ sebesar 1.665 (55,4%), TT5 sebesar 58 (1,9%)
6. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap
Profil Kesehatan Kota Salatiga
83
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif sebelum gigi tetap rusak dan harus dicabut, sedang pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif karena sudah tidak ada alternatif lainnya. Di tahun 2013 jumlah tumpatan gigi tetap sebanyak 4.987 tindakan dan jumlah pencabutan gigi tetap sebesar 3.356 tindakan. Dilihat dari ratio tumpatan dan pencabutan
gigi tetap (1,04) dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Kota Salatiga masih kurang memperhatikan kesehatan gigi. Gambar di bawah ini menyajikan jumlah dan ratio pelayanan dasar gigi Kota Salatiga pada beberapa kurun waktu terakhir :
Profil Kesehatan Kota Salatiga
84
Gambar 4.19. Pelayanan Gigi Tumpatan dan Pemcabutan Gigi Tetap di Kota Salatiga Tahun 2008-2013
8000 6000 4000 2000 0
4001 3246
4987 3870 3910 4185 3356
2660 4727 6438
4022 200 200 201 201 8 9 0 1 Tumpatan 2660 4727 6438 4022 Cabut Gigi 4001 3246 3870 3910
4345 201 201 2 3 4345 4987 4185 3356
Tumpatan
b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan UKGS meliputi pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan data murid yang memerlukan perawatan dasar gigi dan mulut. Presentase murid SD/MI Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 100%, tahun 2012 yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut sebesar 96,6%, dan tahun 2011 sebesar 100%.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
85
Gambar 4.20. Persentase Cakupan Murid SD/MI yang Diperiksa Kesehatan Gigi dan Mulut di Kota Salatiga Tahun 2008-2013 100.2 100 99.8 99.6 99.4 99.2 99 98.8 % Murid SD/MI Diperiksa
2008
2009
2010
2011
2012
2013
99.29
99.31
100
100
99.6
100
c. Murid SD/ MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut Tahun 2013 jumlah murid SD/MI yang perlu mendapat perawatan kesehatan gigi dan mulut sebesar 2.201 (70,8%) dari siswa yang mendapat memerlukan perawatan sebesar 3.109 siswa .Tahun 2012 jumlah murid SD/MI yang perlu mendapatkan perawatan gigi dan mulut sebesar 5.049 siswa.
7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan usia lanjut yang dimaksudkan adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan termasuk dalam kelompok usia lanjut adalah kelompok umur lebih atau sama dengan 60 tahun.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
86
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut tahun 2013 sebesar 72,29% (11.003 dari 15.221 orang),dan tahun 2012 sebesar 72,29% (10.788 orang dari 14.924 orang) meningkat bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 70,92%. Cakupan pelayanan kesehatan Usila dari
tahun 2008-2010 sebesar 79,08%,
84,3 % (37.700 orang dari 44.727 orang), dan tahun 2010 sebesar 71,07 %.
Gambar 4.21 Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Yankes Lansia
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2012
64
70
79.08
84.3
71.07 70.92 72.29 72.29
8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa a. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat
diakses
masyarakat
merupakan
sarana
kesehatan
yang
telah
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai
Profil Kesehatan Kota Salatiga
87
standard dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan resusitasi jantung paru otak ( Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah Rumah Sakit dan Puskesmas. Rumah Sakit yang mempunyai kemampuan pelayanan gawat darurat sebanyak 7 RS.
b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa Yang Ditangani < 24 jam Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering terjadi di wilayah Kota Salatiga adalah KLB yang disebabkan oleh penyakit menular dan keracunan makanan. Kejadian KLB seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Paralisys (AFP), keracunan makanan, difteri, campak, diare, bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban
Profil Kesehatan Kota Salatiga
88
kesakitan dan kematian juga berdampak pada produktivitas masyarakat yang menurun dan keresahan pada masyarakat. Kondisi tersebut menuntut upaya secara cepat dan tepat (< 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB. Data frekuensi KLB penyakit menular, keracunan makanan, dan bencana selama tahun Pada tahun 2013 terjadi KLB sebanyak 4 kasus yaitu chikungunya, keracunan makanan, Diphteri, dan Dengue Shock Syndrome. Chikungunya terjadi di 2 kelurahan dengan jumlah penderita sebanyak 128 orang dan jumlah penduduk terancam sebesar 2.240 orang. Keracunan makanan terjadi di 3 kelurahan dengan jumlah penderita sebesar 82 orang dengan jumlah penduduk terancam sebesar 860 orang. Diphteri terjadi di 2 kelurahan dengan jumlah penderita 1 orang dan penduduk yang terancam sebanyak 195 orang. Dengue Shock Syndrome terjadi di 1 kelurahan dengan jumlah kematian/penderita 1 orang dengan jumlah penduduk terancam sebanyak 246 orang.
9. Pelayanan Kesehatan Kerja a. Pelayanan Kesehatan Sektor Informal
Profil Kesehatan Kota Salatiga
89
Pekerja sektor informal adalah mereka yang bekerja dengan modal skala kecil dengan ciri-ciri antara lain : -
Bekerja dalam jam kerja yang tidak tetap dan umumnya mempergunakan tenaga kerja dari lingkungan keluarga sendiri
-
Resiko bahaya pekerjaan tinggi
-
Keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan kerja
-
Kesadaran tentang resiko bahaya pekerjaan rendah
-
Kondisi pekerjaan tidak ergonomis
-
Kurangnya pemeliharaan kesehatan Berdasarkan kesepakatan pertemuan koordinasi Upaya Kesehatan Kerja
Dinas Kesehatan Kota Salatiga Bulan April Tahun 2014 bahwa sektor informal adalah perusahaan non direktori (PND) dan Rumah Tangga (RT) dengan jumlah tenaga kerja kurang 20 orang.
Sedangkan sasaran pelayanan
kesehatan informal adalah semua pekerja informal yang ada di wilayahnya. Cakupan pekerja pada industri informal dan yang mendapat pelayanan kesehatan kerja di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 40,19% (95.502 dari 13.689). b. Pelayanan Kesehatan Sektor Formal
Profil Kesehatan Kota Salatiga
90
Sasaran pelayanan kesehatan kerja formal adalah semua pekerja pada perusahaan/tempat kerja formal yang ada di wilayah kerjanya. Sedangkan cakupan
pelayanan
kesehatan
kerja
formal
adalah
semua
pekerja
perusahaan/tempat kerja formal yang mendapat pelayanan kesehatan kerja paripurna. Cakupan pelayanan kesehatan pada pekerja di sektor formal di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 13,70% (2.573 dari 18.783 pekerja). 10. Upaya Penyuluhan Kesehatan Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang dilakukan pada kelompok sarana tertentu. Sedang penyuluhan massa adalah penyuluhan yang dilakukan
dengan sasaran massa seperti pameran,
pemutaran film, melalui media massa cetak dan elektronik. Penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga beserta jaringannya pada tahun 2013 sebanyak 440 kali penyuluhan kelompok dan 209 kali penyuluhan penyuluhan massa.
B.
AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Profil Kesehatan Kota Salatiga
91
1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangakan berbagai upaya kesehatan, salah satunya melalui program jaminan kesehatan. Tujuan pengembangan program ini adalah untuk merubah pola pembayaran langsung (out of Pocket) yang biasanya dibayar langsung setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksankan pra upaya. Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan terdiri dari kelompok penduduk non miskin yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya dan kelompok masyarakat miskin yang ditanggung oleh pemerintah melalui Program Jaminan
Kesehatan
Masyarakat
(Jamkesmas),
dimana
semua
biaya
pemeliharaan kesehatan untuk masyarakat miskin semua ditanggung oleh pemerintah.
Selain
Jamkesmas,
pemerintah
daerah/kota
juga
menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan tujuan agar masyarakat miskin yang belum tercakup Jamkesmas dapat tercakup Jamkesda.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
92
Kepesertaan jaminan kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013 terdiri dari: Askes (14,3%),
Jamsostek
(5,3%),
Askeskin/Jamkesmas
(19,7%),
Jamkesda
(12,1%), dan lain-lain (10,8 %).
Gambar 4.22 Persentase Peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2013
10.80%
14.30%
12.10%
ASKES
19.70%
5.30%
JAMSOSTEK JAMKESMAS
JAMKESDA LAINNYA
2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Di Puskesmas terdiri dari pelayanan rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, pelayanan gawat darurat, pelayanan transport untuk rujukan pasien dan persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan di rumah sakit terdiri pelayanan rawat jalan tingkat lanjut, rawat inap tingkat lanjut,
Profil Kesehatan Kota Salatiga
93
pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik, serta pelayanan tindakan dan operasi. Jumlah masyarakat miskin tahun 2013 berdasarkan sasaran peserta jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dan jaminan kesehatan masyarakat miskin kota Salatiga sebesar 61.158 jiwa. Pada tahun 2013 cakupan pelayanan kesehatan dasar (strata satu) rawat jalan sebesar 45,34%.
3.
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin Jumlah masyarakat miskin yang mendapat pelayanan kesehatan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan dasar (strata satu) tahun 2013 sebesar 100 orang (0,16%).
4. Cakupan Rawat Jalan Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan di sarana kesehatan di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 457.591 kunjungan, meningkat bila
Profil Kesehatan Kota Salatiga
94
dibandingkan tahun 2012 sebesar 451.183.dan tahun 2011 sebesar 407.936 pasien. Gambar 4.23 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2008-2013 500000
457.591
423.720
450000 400000
451.183 407.936
350000 300000
286.466 287.379
250000 200000 150000 100000 50000
0 2008
2009
2010
2011
2012
2013
kunjungan rawat jalan
5. Cakupan Rawat Inap Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintahan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kota Salatiga tahun 2013 sebanyak 25.735 kunjungan menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 25.986.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
95
Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Kesehatan Tahun 2008-2013 50000
45000
44.962
40000 35000 30000 25000
25.735 23.142
25.986
25.023
20000
19.789
15000 10000 5000 0 2008
2009
2010
2011
2012
2013
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran
sosialnnya. Data
yang
cakupan
pelayanan
kesehatan jiwa tahun 2013 sebanyak 5.523 (2,87% dari jumlah penduduk) kunjungan, meningkat jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 3.169 (1,69%) dan tahun 2011 sebesar 2.896 (1,62%). Data kunjungan pelayanan kesehatan jiwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Jumlah kunjungan pelayanan kesehatan jiwa di sarana kesehatan di wilayah Kota Salatiga tahun 2008-2013 dapat dilihat pada gambar berikut : Profil Kesehatan Kota Salatiga
96
Gambar 4.24 Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sarana Kesehatan Di Kota Salatiga Thaun 2008-2013 6000
5.253 (2,87%)
5000 4000
3.621 (2,12%)
3000
2830 (1,03%)
2000 1000 0 2008
3.169(1,69%) 2.896(1,62%)
811 (0.21%) 2009
2010
2011
2012
2013
7. Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS (GDR)
Gross Death Rate (GDR) yaitu angka kematian umum untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar. GDR tidak melihat berapa lama psien berada di Rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nila GDR yang baik tidak lebih dari 45 per 1.000 penderita keluar. Tahun 2013 Rumah Sakit di Kota Salatiga yang memiliki GDR tertinggi adalah RSUD Kota Salatiga sebesar 39,4 sedangkan tertinggi kedua adalah RS Sejahtera Bhakti sebesar 12,3 dan berturut turut RS Tk IV dr Asmir sebesar 10,3 RS dr Ario Wirawan sebesar 9,7, RS Ananda sebesar 7,3 dan RS Puri Asih sebesar 3,5 per 1.000 penderita keluar.
b. Angka Kematian Penderita yang Dirawat <48 jam (NDR)
Profil Kesehatan Kota Salatiga
97
Net Death Rate (NDR) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1.000 penderita keluar. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawtan 48 am berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengann kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal
kurang
dari
48
jam
masa
perawatan,
dianggap
faktor
keterlambaan psien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien
meninggal. Indikator ini dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1.000 penderita keluar. Pada tahun 2013 nilai NDR di rumah sakit di Kota saltiga masih di bawah angka 25/1.000 penderita keluar. Nilai NDR RSUD sebesar 18,3, RS dr Ario Wirawan sebesar 6,3, RS tk Iv dr Asmir sebesar 4,3 per 1.000 penderita keluar.
8. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit a. Pemakaian Tempat Tidur (BOR) Pelayanan kesehatan (rumah sakit) dapat diukur kinerjanya antara lain dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed
Occupation Rate (BOR). Pemanfaataan tempat tidur melalui indicator BOR
Profil Kesehatan Kota Salatiga
98
dengan memperhitungkan jumlah hari perawatan di rumah sakit terhadap jumlah tempat tidur dan jumlah hari dalam setahun. Angka BOR yang rendah menunjukan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Sedangkan BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Persentase rata-rata pemakaian tempat tidur RSU Pemerintah di Kota Salatiga pada tahun 2013 adalah 53,8%, RS yang memiliki BOR lebih dari 60% yaitu RS dr Asmir dan RS dr Ario wirawan.
Gambaran BOR RSU
Pemerintah tahun 2008-2013 di Kota Salatiga dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
99
Gambar 4.25. BOR RSU Pemerintah Di Kota Salatiga Tahun 2008-2013 80 70 60 50 40 30 20 10 0 RSUD RS ARIO WIRAWAN RS dr.ASMIR
200 9
201 0
201 1
201 2
201 3
60.3
60.3
60.2
67.8
57.3
65.1
64
69.5
75.8
68.5
28.4
24.9
63.2
69
71.4
b. Rata-Rata Lama Rawat Seorang Pasien (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) merupakan indicator yang mencerminkan rata-rata lama hari perawatan yang diperoleh dari perbandingan jumlah hari perawatan pasien keluar terhadap jumlah pasien keluar baik hidup maupun mati. ALOS yang ideal adalah antara 6-9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RSUD Pemerintah Kota Salatiga tahun 2013 sebanyak 4,6 hari, Rumkit Tk IV dr Asmir sebrsar 5,0 hari dan RSPAW sebesar 0,9 hari. ALOS di RSU Pemerintah di Kota Salatiga masih dalam interval ideal.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
100
Gambar. 4.26. AVLOS RS PEMERINTAH DI KOTA SALATIGA TH 2009-2013
6 4 2 0 RSUD
20 09 4.3 5.8
RSPAW Rumkit Tk IV dr 3.6 Asmir
20 10 4.5 4.2
20 11 4.4 5.6
20 12 4.1 5.5
20 13 4.6 0.9
4.2
4.9
4.6
5
c. Rata-Rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati (TOI) Rata-rata selang waktu pemakaian tempaat tidur di rumah sakit diukur melalui indikator TOI. Angka ideal untuk TOI adalah 1-3 hari. Tahun 2013 TOI RSUD sebesar 3,4 hari, RSPAW sebesar 0,4 hari dan Rumkit Tk.IV dr. Asmir sebesar 2,0 hari. Seluruh rumah sakit pemerintah di
Profil Kesehatan Kota Salatiga
101
kota
Salatiga
masih
angka
TOI
masih
dalam
angka
ideal.
Gambar 4.27. TOI RS PEMERINTAH DI KOTA SALATIGA TH 2009-2013
15 10 5 0
C.
RSUD
20 09 3
20 10 2.9
20 11 2.9
20 12 2
20 13 3.4
RSPAW
3.1
3.3
2.5
1.8
0.4
Rumkit dr.Asmir
9.1
12.7
2.9
2.1
2
PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumha tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatn di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau yaitu : (1) persainan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) member ASI ekslusif, (3) menimbang balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
102
air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberatas jentik di rumah sekali seminggu, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10) tidak merokok did ala rumah. Data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga pada tahun 2013 dari 1.938 RT yang dipantau sebanyak 1.814 (93,60%) sudah ber-PHBS sedangkan tahun 2012 dari 2.666 rumah tangga yang dipantau sebanyak 2.342 (87,8%) sudah ber PHBS.
D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi : (1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar (2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan (3) Pengendalian dampak risiko lingkungan (4) Pengembangan wilayah sehat.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
103
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat di mana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut serta berperan (Perindustriaan, Lingkungan Hidup, Pertaniaan, Cipta Karya dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik dan Departemen/ Dinas Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirya yaitu pengelolaan dampak kesehatan. Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut : 1. Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah
sehat
dan
nyaman
agar
penghuninya
dapat
berkarya
untuk
meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TB Paru dan lain-lain.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
104
Tahun 2013 jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 40.335 dan yang sehat sebanyak 30.077 rumah (74,57%), sedangkan tahun
2012 jumlah
rumah yang diperiksa 39.796 rumah dan jumlah rumah yang sehat sebesar 28.388 rumah (71,3%). Pada tahun 2010 rumah yang diperiksa sebanyak 16.870 rumah dan yang memenuhi kriteria rumah sehat sebanyak 13.220 rumah atau 78,36 %, kondisi ini menurun 14,6% dibandingkan tahun 2011 yaitu dari sampel rumah diperiksa sebesar 16.707 rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat sebesar 10.427 rumah (62,4%).
2. Akses Terhadap Air Bersih Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganan yang ditandatangani oleh Bappenas, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerjaan Umum memberikan dampak cukup berarti terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnnya di
daerah. Strategi
pelaksanaan yang
diantaranya meliputi
penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia,
Profil Kesehatan Kota Salatiga
105
kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Tahun 2013 jumlah keluarga yang diperiksa sbanyak 57.307 dan yang memiliki akses tyerhadap sarana air bersih sebanyak 89,4% (51.251 keluarga). Tahun 2012 jumlah keluarga yang diperiksa sebanyak 51.237 keluarga (100%) dan yang memiliki akes terhadap air bersih sebesar 78,1% (40.008 keluarga). Pada tahun 2011 jumlah keluarga yang diperiksa sebanyak 16.707 (35,3%) dari total keluarga yang ada sebesar 47.371 keluarga. 3. Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi kepemilikan jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Tahun 2013 dari keluarga yang diperiksa sebesar 57.307 keluarga, yang memiliki jamban sebesar 50.035 keuarga. Dari yang dipriksa sebanyak 45.782 (79,9%) keluaraga memiliki jamban memnuhi syarat kesehatan. Untuk tempat sampah, dari keluarga yang memiliki tempat sampah sebesar 57.307 (100%) keluarga, yang memiliki tempat sampah memenuhi syarat kesehatan sebesar 40.239 (70,2%) keluarga. Sedangkan untuk pengelolaan air limbah dari keluarga yang
Profil Kesehatan Kota Salatiga
106
memiliki sarana pengelolaan air limbah memernuhi syarat kesehatan sebesar 23.338 (75,5%).
4. Tempat-Tempat Umum Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi, dan sosial. - Sarana wisata, meliputi : hotel berbintang, losmen, salon/ pangkas rambut, usaha rekreasi, hiburan umum dan gedung pertemuan/ gedung pertunjukan. - Sarana ibadah, meliputi : masjid/ mushola, gereja, klentheng, pura, wihara. - Sarana transportasi, meliputi: terminal, stasiun, pelabuhan udara, pelabuhan laut, pangkalan sado.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
107
- Sarana ekonomi dan sosial, meliputi: pasar, pusat perbelanjaan, apotik, sarana/ panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan. Cakupan tempat – tempat umum yang sehat tahun 2013 sebesar 85,51% ,tahun 2012 sebesar 87,34%. dan tahun 2011 sebesar (93,06%). Gambar 4.28. PERSENTASE TUPM SEHAT KOTA SALATIGA TAHUN 2008-2013
100.00%
93.06%
84.98%
80.00%
85.51%
85.10%
70.93%
60.00%
87.34%
40.00% 20.00% 0.00% 2008
2009
2010
2011
2012
2013
5. Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Kondisi kesehatan lingkungan pada institusi meliputi institusi pendidikan, kesehatan, tempat ibadah, kantor dan sarana lain dititik beratkan pada aspek higiene sarana sanitasi yang erat kaitannya dengan kondisi fisik bangunan institusi tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kesehatan lingkungan di institusi adalah pengendalian faktor resiko lingkungan institusi,
Profil Kesehatan Kota Salatiga
108
pembinaan kesehatan lingkungan di institusi sekolah dan pondok pesantren, penilaian lomba sekolah sehat. Cakupan pembinaan kesehatan lingkungan di Kota Salatiga pada sarana pelayanan kesehatan sebesar 94,3% (34 sarana), di sarana pendidikan sebesar 96,2%(201 institusi), disarana ibadah sebesar 84,6% (385 sarana), di perkantoran sebesar 88,2% (75 sarana), di sarana lain 74,9%.
6. Rumah/ Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Salah satu kriteria rumah dikatakan sehat adalah bebas jentik nyamuk
aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue. Di Kota Salatiga , kasus demam berdarah berfluktuasi jumlahnya setiap tahun yang cenderung meningkat. Demikian juga wilayah yang terjangkit semakin bertambah luas. Salah satu upaya pengendalian penyakit Demam Berdarah adalah dengan pengendalian vektor. Pengendalian vektor adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menekan kepadatan jentik nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit di rumah atau bangunan yang meliputi perumahan, perkantoran, tempat umum, sekolah, gudang, dsb.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
109
Indikator keberhasilan program pengendalian vektor adalah rumah atau bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes aegypti. Cakupan bangunan/rumah bebas jentik nyamuk aedes aegypti di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 1.854 (84,27%) dari rumah/bangunan yang diperiksa 2.200 (5,459%).
Profil Kesehatan Kota Salatiga
110
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN 1. Ketersediaan Obat Sesuai Kebutuhan Ketersediaan obat sesuai kebutuhan adalah ketersediaan obat pelayanan kesehatan
dasar
di
unit
pengelola
obat
dan
perbekalan
kesehatan
Kabupaten/Kota disatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Dalam hal ini adalah ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Salatiga pada tahun 2013. Angka ketersediaan obat sesuai kebutuhan sebesar 94%. Obat pelayanan kesehatan dasar dikategorikan dalam obat esensial dan obat generik. Obat esesnsial adalah obat yang paling banyak diperlukan oleh suatu populasi dan ditetapkan oleh para ahli yang kemudian dibakukan dalam daftar Obat Esensial Nasional. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan
dalam
Farmakope
Indonesia
untuk
zat
berkhasiat
yang
dikandungnya. Ketersediaan obat esensial di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 94%, sedangkan ketersediaan obat generik sebesar 95%. Hal ini belum mencapai target sebesar 100%, karena terdapat beberapa item obat yang ketersediaanya belum mencapai 100%. Profil Kesehatan Kota Salatiga
111
2. Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakann ke dalam golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang yang kemudian ditetapkann dalam Keputusan Menteri Kesehatan. Psikotropika adalah zat atau obat baik ilmiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Ketersediaan narkotika dan psikotropika sesuai kebutuhan adalah ketersediaan narkotika dan psikotropika untuk pelayanan dasar di unit pengelola obat dan perbekalan kesehatan kabupaten/kota di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Ketersediaan narkotika dan psikotropika sesuai kebutuhan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 100%.
3. Penulisan Resep Obat Generik
Profil Kesehatan Kota Salatiga
112
Penulisan obat generik adalah penulisan resep obat generik di fasilitas sarana kesehatan pemerintah. Data yang masuk dari Puskesmas, BKPM dan Rumah Sakit Pemerintah di wilayah Kota Salatiga untuk penulisan resep obat generik diperoleh sebesar 95%.
4. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam waktu tertentu. Kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dimaksud adalah upaya pelayanan penunjang medik untuk mendukung dalam pelayanan medik, dimana untuk menegakan diagnosis dokter di rumah sakit.
5. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar Keseluruhan (100%) Rumah Sakit yang ada di Kota Salatiga sudah menyelenggarakan
empat
pelayanan
kesehatan
spesialis
dasar.
Empat
pelayanan kesehatan spesialis dasar yaitu spesialis penyakit kebidanan dan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
113
kandungan, spesialis penyakit dalam, psesialis bedah, dan spesialis anak. Penyelenggaraan empat spesialis dasar berkaitan dengan persyaratan perizinan pendirian Rumah Sakit.
6. Data Dasar Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah merupakan sarana pelayanan masyarakat di tingkat dasar. Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah Puskesmas di Kota Salatiga pada tahun 2013 adalah 6 puskesmas ( 5 Puskesmas Non Perawatan, 1 Puskesmas Perawatan), dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk per Puskesmas, maka
satu Puskesmas melayani sekitar 32.000 penduduk.
Ini
berarti bahwa di Kota Salatiga dengan jumlah 6 puskesmas sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk.
7. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah
Profil Kesehatan Kota Salatiga
114
Sarana Pelayanan Kesehatan terdiri dari 3 (tiga) Rumah Sakit, 1(satu) Puskesmas Perawatan, 5(lima) Puskesmas Non Perawatan, 1(satu) Balai Kesehatan Paru Masyarakat, 22 Pustu, 1(satu) buah Instalasi Farmasi.
8. Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta
terdiri dari Rumah Sakit Umum
sebanyak 3 buah, Rumah Sakit Bersalin 4 buah, Balai Pengobatan/klinik sebanyak 17 buah, Apotek sebanyak 26 buah, praktek dokter perorangan sebanyak 218 buah.
9.
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat terdiri atas Kelurahan Siaga dan Posyandu. Kelurahan Siaga sebanyak 22 buah (100%) dan Posyandu sebanyak 287 buah. Desa/Kelurahan siaga adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah
kesehatan,
bencana,
dan
kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
115
Posyandu
merupakan
diselenggarakan
dari,
salah oleh,
satu untuk
bentuk dan
UKBM
yang
bersama
dikelola
masyarakat
dan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya lima program prioritas yang meliputi (KB, KIA, GIZI, Imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA) degan tujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. a.
Persentase Posyandu Aktif Jumlah posyandu di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 287
posyandu dengan kategori pratama sebesar 17,07% (49 posyandu), kategori madya sebesar 28,92% (83 posyandu), kategori purnama sebesar 39,02% (112
posyandu),
kategori
mandiri
sebesar
14,98%
(43
posyandu).
Perkembangan stata Posyandu dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kota Salatiga
116
Gambar 5.1. Strata Posyandu Kota Salatiga Th.2008-2013 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
2009 2010 2011 2012 2013
Pratama 7.6 8.87 14.13 18.73 17.07
Madya 41.8 43.62 30.04 26.5 28.92
2009
2010
Purnama 41.5 36.52 40.28 38.87 39.02
2011
2012
Mandiri 9.02 10.99 15.55 15.9 14.98
2013
a. Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau cakupan kelima kegiatan utamanya dari 50%, mampu menyelenggarakan
program
tambahan,
serta
telah
memperoleh
sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Posyandu yang mencapai strata purnama pada tahun 2013 sebanyak 112 posyandu
Profil Kesehatan Kota Salatiga
117
(39,02%) meningkat bila dibandingkan tahun 2012 mencapai 110 posyandu (38,87%), b. Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah Posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program
tambahan,
serta
telah
memperoleh
sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Pada tahun 2013 jumlah Posyandu mandiri sebesar 43 buah (14,98%). Gambar. 5.2.Jumlah Posyandu Mandiri Kota Salatiga Tahun 2008-2013 50 44
40
43
31
30 25
20 10
45
Jml Posyandu Mandiri
15
0 2008 2009 2010 2011 2012 2013
B. TENAGA KESEHATAN
Profil Kesehatan Kota Salatiga
118
1. Persebaran Tenaga Kesehatan Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan fisik dan penambahan sarana prasarana, penambahan peralatan dan ketenagaan serta pemberian biaya operasional dan pemeliharaan. Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin meningkat. Untuk itu dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil dan mempunyai kompetensi serta professional. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan pelatihan-pelatihan guna meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan kepada masyarakat. Jumlah tenaga kesehatan di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 382 pegawai. Secara kuantitatif jumlah tersebut sudah mencukupi kebutuhan tenaga Kesehatan di Kota Salatiga, tetapi secara kualitatif masih dibutuhkan tenaga dengan kualifikasi tertentu, misalnya dokter gigi, dan bidan. Demikian juga persebaran yang tidak merata pada sarana pelayanan Kesehatan yang ada di wilayah Kota Salatiga. Persebaran tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan dan jaringannya pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar berikut:
Profil Kesehatan Kota Salatiga
119
Gambar. 5.3. Persebaran Pegawai Di Sarana Pelayanan Kesehatan Di Lingkungan
Dinas
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kesehatan
Kota
Salatiga
Tahun
2013
MEDIS PARAMEDIS
DKK
Pkm. Pkm.Teg Pkm.ma Pkm.Ceb Pkm. Pkm. Kalicacin alrejo ngunsari ongan Sid.Kidul Sid.Lor g
NON MEDIS
BKPM
MEDIS
11
6
8
5
10
8
9
5
PARAMEDIS
70
19
18
19
42
29
33
17
NON MEDIS
24
5
5
6
9
4
9
11
2. Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis Jumlah Dokter Spesialis di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 52 orang dengan rasio per 100.000 penduduk sebesar 27,04 (jumlah penduduk 192.291 jiwa), tahun 2012 rasio per 100.000 penduduk sebesar 24,6 ( jumlah penduduk 187.132). Rasio tersebut telah melampaui target Indonesia Sehat 2010 dan standar dari WHO sebesar 6 Per 100.000 penduduk.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
120
Gambar 5.4 Rasio dr. Spesialis di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013 40 35 30 25 20 15 10 5 0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Rasio dr. spesialis 14.14 14.95 11.97 15.88 18.9
35.3
24.6 27.04
b. Rasio Tenaga Dokter Umum Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk tahun 2013 sebesar 56,68 dan tahun 2012 sebesar 59,9. Rasio tersebut telah melampaui target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk. Gambar 5.5. Rasio Dokter Umum di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
62 60 58 56 54 52 50 48 46 44
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
20 13
Rasio dr umum 53.9 53.8 50.3 52.3 56.1 60 59.9 56.7 c. Rasio Tenaga Dokter Gigi
Profil Kesehatan Kota Salatiga
121
Rasio dokter gigi di Kota Salatiga per 100.000 penduduk tahun 2013 sebesar 13,0 sedangkan tahun 2012 sebesar 15,5. Pada tahun 2009 sebesar 15,2 (26 drg), tahun 2010 sebesar 16,1 (29 dokter gigi), dan tahun 2011 sebesar 9,5
(20 dokter gigi). Rasio tersebut menurun
dan masih dibawah target nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk.
Gambar 5.6 Rasio Dokter Gigi di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Rasio Drg
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
15.57
15.54
13.58
15.2
16.1
9.5
15.5
13
d. Rasio Tenaga Bidan Jumlah tenaga bidan di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 135 orang dengan rasio terhadap 100,000 penduduk sebesar 70,21. Pada tahun 2012 sebesar 132 bidan dengan rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar 55.
Ratio tahun 2009 sebesar 59,4 (101 bidan),
Profil Kesehatan Kota Salatiga
tahun 2010 sebesar
122
60,2 (114 bidan), dan tahun 2011 sebesar 47 (112 bidan). Rasio tersebut masih di bawah target nasional sebesar 100 per 100.000 penduduk.
Gambar 5.7. Rasio Bidan di Kota Salatiga Tahun 2006 - 2013 80 70 60 50 40 30 20 10 0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rasio Bidan 26.34 26.31 24.89 59.4
60.2
47
55
70.21
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN 1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dan RSU anggaran kesehatan bersumber APBD Kota Salatiga tahun 2013 sebesar Rp.60.780.575.046,-
dari
total
APBD
Kota
Salatiga
sebesar
Rp.855.343.918.000,- atau sekitar 9,27 %. Tahun 2012 jumlah anggaran belanja langsung kesehatan sebesar Rp. 72.264.494.000,- dari anggaran belanja keseluruhan Kota Salatiga sebesar Rp. 628.860.331.000,- atau sebesar 11,49%. Apabila dihitung dengan belanja tidak langsung maka prosentase Profil Kesehatan Kota Salatiga
123
anggaran kesehatan terhadap total APBD Kota Salatiga sebesar 18,56%. Pada tahun 2009, jumlah anggaran belanja langsung kesehatan sebesar Rp. 32.293.887.896 (6,66%) dari anggaran belanja keseluruhan Kota Salatiga sebesar Rp.485.111.548.463. Tahun 2010 jumlah anggaran belanja langsung Kesehatan sebesar Rp. 30.961.690.159,-( 6,79%) dari anggaran belanja keseluruhan Kota Salatiga sebesar Rp. 405.276.646.000,-, dan tahun 2011 sebesar
Rp. 30.644.409.900 (6,32%) dari anggaran belanja keseluruhan
sebesar Rp.429.996.499.000.
2. Pembiayaan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan a. Cakupan
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Keluarga
Miskin
dan
Masyarakat Rentan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin dan Rentan merupakan proposisi masyarakat miskin dan masyarakat rentan yang terlindungi oleh JPK (subsidi pemerintah dan Pemda). Diperoleh dari jumlah masyarakat miskin dan masyarakat rentan yang memiliki kartu Askeskin/JPK Maskin per jumlah seluruh masyarakat miskin/rentan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
124
Jumlah berdasarkan
masyarakat
miskin
Kota
Salatiga
tahun
2013
data sasaran peserta Jamkesmas dan JKMMS (Jamkesda)
Kota Salatiga sebesar 61.158 jiwa. Tahun 2013 jumlah peserta Asusarnsi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) sebesar 37.813 jiwa (19,7 %) dari jumlah penduduk 192.291 jiwa. Sedangkan peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sebesar 23.345 jiwa Pembiayaan
peserta
( 12,15%).
Jamkesmas
oleh
APBN
dan
peserta
Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Salatiga (JKMMS) atau Jamkesda oleh APBD Kota Salatiga.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
125
BAB VI KESIMPULAN
A.
DERAJAT KESEHATAN a. Mortalitas/Angka Kematian i.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 7,4 per 1000 kelahiran hidup (21 kasus),meningkat pada tahun 2012 meningkat menjadi 11,4 per 1000 kelahiran hidup (31 kasus) dan tahun 2013 sebesar 16,0 per 1000 kelahiran hidup (40 kasus).
ii.
Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 7,79 per 1000 Kelahiran hidup (22 kasus)meningkat pada tahun 2012 sebesar 12,5 per 1000 Kelahiran hidup (34 kasus) dan tahun 2013 sebesar 17,15 per 1000 kelahiran hidup (43 kasus).
iii.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 212,5 per 100.000 kelahiran hidup (6 kasus), tahun 2012 sebesar 73,4 per 100.000 kelahiran hidup (2 kasus) dan tahun 2013 sebesar 279,2
per 100.000
kelahiran hidup (7 kasus)
b. Angka Kesakitan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
126
i.
Pada Tahun 2013 di Kota Salatiga ditemukan penderita AFP sebanyak 5 kasus, sedangkan KLB yang terjadi adalah kasus chikungunya, keracunan makanan, Diphteri, dan Dengue Shock Syndrome.
ii.
Jumlah penderita TB Paru BTA (+) yang diobati dan sembuh tahun 2011 sebanyak 35 (63,64%) penderita dari 55 penderita dan tahun 2012 sebesar 166 (69,17%) penderita dari 240 penderita serta tahun 2013 sebesar 155 (76,73%) penderita dari 202 penderita.
iii.
Penderita pnemounia yang ditemukan dan ditangani tahun 2011 sebesar 414 (41,8%) dari perkiraan penemuan penderita yang ditargetkan sebesar 990 penderita, tahun 2012 sebesar 417 (33,28%) dari jumlah diperkirakan sebesar 1.253 dan tahun 2013 sebesar 544 (44%) dari jumlah diperkirakan sebesar 1.225 penderita.
iv.
Kasus baru HIV/AIDS sebanyak
17
kasus,
tahun 2011 sebanyak 6 kasus, tahun 2012 dan
tahun
2013
sebanyak
14
kasus
dan
keseluruhannya sudah mendapatkan penanganan sesuai standar. v.
Pada tahun 2011 ditemukan kasus IMS sebanyak 1.175 penderita, tahun 2012 sebanyak 953 penderita, dan tahun 2013 sebanyak 1.337 penderita dan seluruhnya mendapat pengobatan.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
127
vi.
Penderita DBD yang ditangani pada tahun 2011 sebesar 13 kasus,dan tahun 2012 sebanyak 24 kasus, dan tahun 2013 sebanyak 61 kasus dan semua kasus sudah ditangani sesuai dengan standar.
vii.
Jumlah penderita diare balita yaitu tahun 2011 sebanyak 7.654 kasus, tahun 2012 sebanyak 5.766 kasus, dan tahun 2013 sebanyak 4.745 kasus dan keseluruhannya telah mendapatkan penanganan.
viii.
Jumlah kasus PD3I yang ditemukan yaitu penderita campak pada tahun 2011 sebesar 168 kasus, tahun 2012 sebesar 64 kasus, dan tahun 2013 ditemukan 1 kasus dhipteri.
c. Angka Status Gizi Masyarakat i.
Cakupan kunjungan neonatus di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 95,7%, tahun 2012 sebesar 99,19%, dann tahun 2013 sebesar 95,53%.
ii.
Cakupan kunjungan bayi di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 95,7%, tahun 2012 sebesar 111,03%, dan tahun 2013 sebesar 95,33%.
iii.
Jumlah BBLR tahun 2011 sebesar 84 kasus (3,4%), tahun 2012 meningkat menjadi 150 bayi (5,50%) dan tahun 2013 sebesar 138 (5,5%).
iv.
Kasus gizi buruk tahun 2011 sebanyak 2 kasus (0,02%) dan tahun 2012 sebanyak 3 kasus (0,03%) dan tahun 2013 sebanyak 2 kasus (0,03%).
Profil Kesehatan Kota Salatiga
128
v.
Kota Salatiga dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 dengan empat ( 4 ) kecamatannya sudah bebas dari rawan pangan dan gizi.
D. SITUASI UPAYA KESEHATAN 11)
Pelayanan Kesehatan
a.
Pelayanan Kesehatan Ibu i.
Cakupan K4 di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 96,6%, tahun 2012 sebesar 95,44%, dan tahun 2013 sebesar 93,46%.
ii.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 94,8%,
tahun 2012 sebesar 95%, dan
tahun 2013 sebesar 99,96%. iii.
Cakupan pemberian Vitamin A bagi ibu nifas di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar
89,66%, tahun 2012 sebesar 95%, dan tahun 2013
sebesar 99,92%. iv.
Cakupan ibu hamil resti dan komplikasi yang ditangani tahun 2011 sebesar 77,3%, tahun 2012 sebesar 42,5%, dan tahun 2013 sebesar 100%.
v.
Capaian Fe 1 dan Fe 3 di Kota Salatiga
tahun 2011 untuk
Fe-1
sebesar 95,55% dan Fe-3 sebesar 96,29%, tahun 2012 Fe-1 sebesar
Profil Kesehatan Kota Salatiga
129
96,66% dan Fe-3 sebesar 95,57%., dan tahun 2013 Fe-1 sebesar 95,49% dan Fe-3 sebesar 88,86%.
b. Pelayanan Kesehatan Anak i.
Cakupan kunjungan neonatus di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 2.701 (95,7%), tahun 2012 sebesar 99,19% , dan tahun 2013 sebesar 95,53%.
ii.
Cakupan kunjungan bayi Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 95,68% , tahun 2012 sebesar 111,03%, dan tahun 2013 sebesar 93,66%.
iii.
Cakupan neonatal resti yang tertangani pada tahun 2011 sebesar 28,3%,
tahun 2012 sebesar 42,36%, dan tahun 2013 sebesar
97,06%.. iv.
Balita di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 12.252 dan yang mendapat pelayananan kesehatan sebesar 9.847 (80,37%), tahun 2012 sebesar 12.529
dan yang mendapatkan pelayanan kesehatn
sebesar 10.121 (80,8%), dan tahun 2011 sebesar 5.395 (53%) dari 10.182 balita yang ada.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
130
v.
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan anak pra sekolah di Kota Salatiga pada tahun 2012 sebesar 22,6% dan tahun 2011 sebesar 46,88%,
vi.
Cakupan
pemeriksaan
kesehatan
siswa
SD/MI
oleh
tenaga
kesehatan/ guru UKS / kader kesehatan sekolah pada tahun 2011 sebesar 3,169 siswa (100%), tahun 2012 sebesar 3.324 siswa (100%), tahun 2013 sebesar 3.554 siswa (100%) vii.
Cakupan pemeriksaan kesehatan remaja Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 98% (8.145 siswa dari 8.249 siswa), tahun 2012 sebesar 94,25% ( 8.117 siswa dari 8.612 siswa) dan tahun 2013 sebesar 78%.
3)
Pelayanan Gizi i.
Capaian D/S di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 80,1%, tahun 2012 sebesar 77%, dan tahun 2013 sebesar 74,5%
ii.
Tahun 2013
balita yang ditimbang sebanyak 9.125 balita dan yang
naik timbangannya sebanyak 6.65 balita (72,9%), tahun 2012 balita yang ditimbang sebanyak 9.647 balita dan yang naik timbangannya sebanyak 7.160 balita (74,2%).
Profil Kesehatan Kota Salatiga
131
iii.
Jumlah balita di bawah garis merah di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 2,1% (213 balita), tahun 2012 sebesar 1,5% (140 balita), dan tahun 2013 sebesar 1,2 % (102 balita).
iv.
Capaian balita mendapat kapsul vitamin A
pada tahun 2011 balita
dapat Vitamin A sebesar 99,48% (10.129 balita) dan ibu nifas 89,66% (2.671 bufas), dan tahun 2012 balita dapat Vitamin A sebesar 99,09% (10.416 balita) dan ibu nifas 95,98% (2.752 bufas), tahun 2013 balita dapat Vitamin A sebesar 99,8% (10.353 balita) dan ibu nifas 99,92% (2.526 bufas). v.
Cakupan ibu hamil mendapat Fe3 di Kota Salatiga manjadi 96,29%,
tahun 2011
tahun 2012 sebesar 95,57%, dan tahun 2013
sebesar 88,86%. vi.
Capaian ASI Eksklusif di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 48,03%,
tahun 2012 sebesar 45,12%, dan tahun 2013 sebesar
46,60%. vii.
Cakupan bayi BGM Gakin mendapatkan MP-ASI di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 100%, dan tahun 2012 sebesar 79,74%, dan tahun
2013
tidak
ada
kegiatan
tersebut
dikarenakan
terdapat
kesalahan petunjuk teknis pengadaan MP-ASI.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
132
viii.
Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan tahun 2006 sampai dengan 2013 sebesar 100 %.
ix.
Berdasarkan jumlah sampel rumah tangga yang dipantau, persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 100%, tahun 2012 sebesar 87,8%, dan tahun 2013 sebesar 93,60%.
x.
Dari 1.136 sampel rumah tangga di Kota Salatiga terdapat 52,82% keluarga sudah mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi pada setiap anggota keluarganya (Kadarzi).
4)
Pelayanan Keluarga Berencana i.
Jumlah peserta KB Baru Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 9,86% (2.824 akseptor), tahun
2012 sebesar 17,2% yaitu sebesar 5.075
akseptor dan tahun 2011 sebesar 19,4% (5.469 akseptor). ii.
Pada tahun 2011 cakupan peserta KB aktif sebesar 76,84%, tahun 2012 sebesar 90,63%, dan tahun 2013 sebesar 69,63%.
5) Pelayanan Imunisasi
Profil Kesehatan Kota Salatiga
133
i.
Cakupan desa/kelurahan UCI di Kota Salatiga sejak tahun 2010, samapi dengan tahun 2013 sebesar 100% (22 Kelurahan) artinya semua kelurahan yang ada di wilayah Kota Salatiga sudah UCI.
ii.
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi telah mencapai standar 80 % yaitu tahun 2011 sebesar 96,7%, tahun 2012 sebesar 108,6%, dan tahun 2013 sebesar 115,56%.
iii.
DO Imunisasi pada tahun
tahun 2011 sebesar 3,4 %. tahun 2012
sebesar 0,4%, dan tahun 2013 sebesar -4,85%. iv.
Jumlah ibu hamil tahun 2013 3.151 yang mendapat TT I sebesar 850 (27%), TT2 sebesar 803 (25,5%),TT-2+ sebesar 949 (30,1%).
6) Pelayanana Kesehatan Gigi i. Pada tahun 2011 di Kota Salatiga rasio tumpatan dan pencabutan gigi sebesar 1,03 % , tahun 2012 sebesar 1,04%. Dan tahun 2013 sebesar 1,49%. ii. Persentase murid SD/MI di Kota Salatiga pada tahun 2011 yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan mulut sebesar 100 %, ,tahun 2012 sebesar 96,6%, dan tahun 2013 sebesar 100% 7)
Pelayanan Kesehatan Usia Lajut
Profil Kesehatan Kota Salatiga
134
i. Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebesar 70,92%, tahun 2012 sebesar 72,29% dan tahun 2013 sebesar 72,19%.
8) Pelayanan Gawat Darurat Dan KLB i. Data frekuensi KLB penyakit menular, keracunan makanan dan bencana alam di Kota Salatiga terjadi tahun 2011 terjadi 2 KLB keracunan susu yaitu di kelurahan Blotongan dan Kelurahan Kalicacing. Pada tahun 2012 terjadi KLB chikungunya di 2 kelurahan dan KLB keracunan susu di 1 kelurahan. Tahun 2013 terjadi 4 KLB yaitu chikungunya, keracunan makanan, Diphteri, dan Dengue Shock Syndrome.
9) Pelayanan Kesehatn Kerja i. Cakupan pekerja pada industri informal dan yang mendapat pelayanan kesehatan kerja di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 40,19% (95.502 dari 13.689).
Profil Kesehatan Kota Salatiga
135
ii. Cakupan pelayanan kesehatan pada pekerja di sektor formal di Kota Salatiga tahun 2013 sebesar 13,70% (2.573 dari 18.783 pekerja).
E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
a. Pada Tahun 2011 di Kota Salatiga cakupan kunjungan rawat jalan di sarana kesehatan sebesar 407.936 kunjungan, tahun 2012 sebesar
451.183
kunjungan, dan tahun 2013 sebanyak 457.591 kunjungan. b. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan tahun 2011 sebesar 25.023 kunjungan,
tahun 2012 sebanyak 25.986 kunjungan dan tahun 2013
sebanyak 25.735 kunjungan. c. Cakupan pelayanan kesehatan jiwa di Kota Salatiga tahun 2011 sebesar 2.896 pasien, tahun 2012 sebesar 3.621 pasien, dan tahun 2013 sebesar 5.523 kunjungan. d. Persentase rata-rata pemakaian tempat tidur RSU Pemerintah di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 53,76%. e. Rata-rata lama rawat seorang pasien di RSU Pemerintah Kota Salatiga tahun 2013 sebanyak 2,27 hari.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
136
f. Capaian Turn Of Internal (TOI) rumah sakit umum pemerintah Kota Salatiga pada tahun 2013 sebesar 1,95 hari
F. PERILAKU MASYARAKAT a. Data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga pada tahun 2013 yang dilakukan terhadap 1.938 rumah tangga sebanyak 1.814 (93,6%) sudah ber PHBS.
G. PEMBINAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
a. Pada tahun 2011 cakupan rumah sehat sebesar 62,4% dengan memiliki akses terhadap air bersih sebesar 82,1%, tahun 2012 cakupan rumah sehat sebesar 71,3% dengan akses terhadap air bersih sebesar 78,1%, dan tahun 2013 cakupan rumah sehat sebesar 74,57% dengan akses terhadap air bersih sebesar 89,4%. b. Sarana sanitasi dasar di Kota Salatiga tahun 2011 jamban sehat sebesar 76,6%, tempat sampah sebesar 60,31 % dan pengelolaan air limbah yang
Profil Kesehatan Kota Salatiga
137
memenuhi syarat sebesar 56,5%, tahun 2012 jamban sehat sebesar 92%, tempat sampah sebesar 96,3% dan pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat sebesar 67,1%, dan tahun 2013 jamban sehat sebesar 79,89%, tempat sampah sebesar 70,22% dan pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat sebesar 75,48%. c. Cakupan tempat-tempat umum yang diperiksa dan yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2011 sebesar 93,06% (416 TUPM), tahun 2012 sebesar 87,34%, dan tahun 2013 sebesar 85,51%. d. Pada tahun 2011 cakupan pembinaan kesehatan lingkungan di institusi di Kota Salatiga sarana kesehatan 83,0 %, sarana pendidikan 95,6 %, sarana ibadah 53,4 % dan perkantoran 55,9 %, tahun 2012 cakupan pembinaan kesehatan lingkungan di institusi di Kota Salatiga sarana kesehatan 86,1 %, sarana pendidikan 95,7 %, sarana ibadah 86,6 % dan perkantoran 92 %, dan tahun 2013 cakupan pembinaan kesehatan lingkungan di institusi di Kota Salatiga sarana kesehatan 94,3%, sarana pendidikan 96,2%, sarana ibadah 84,6% dan perkantoran 88,2 %. e. Cakupan rumah bebas jentik nyamuk aedes aegypti di Kota Salatiga
tahun
2011 sebesar 79,42% , tahun 2012 sebesar 93,35%, dan tahun 2013 sebesar 84,27%.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
138
H. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 1. SARANA KESEHATAN a. Ketersediaan obat tahun 2013 sebesar 94%, obat esessial sebesar 94%, obat geberik sebesar 95% obat narkotika dan psikotropika sebesar 100%. b. Tahun 2013 penulisan resep obat generik
di Kota Salatiga mencapai
sebesar 95 %. c. Keseluruhan RS yang ada di Kota Salatiga pada tahun 2013 sudah menyelenggarakan 4 pelayanan kesehatan spesialis dasar. d. Jumlah puskesmas di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 6 puskesmas dan sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk
Kota
Salatiga. e. Sarana pelayanan kesehatan pemerintah di Kota Salatiga tahun 2013 terdiri 2 RSU pemerintah, 1 RS Khusus pemerintah, 1 Puskesmas Perawatan, 5 Puskesmas Non Perawatan, 22 Pustu, dan sarana pelayanan kesehatan
Profil Kesehatan Kota Salatiga
139
swasta yang terdiri RSU sebanyak 3 buah, RSB 1 buah, RB, BP/ Klinik, Apotek, Toko obat dan Praktek dokter perorangan. f. UKBM di Kota Salatiga pada tahun 2013 sebanyak 309 buah yang terdiri dari posyandu sebesar 287 posyandu dan kelurahan siaga sebanyak 22 kelurahan.
2. Tenaga Kesehatan a. Jumlah tenaga kesehatan di Kota Salatiga pada tahun 2011 sebanyak 967 pegawai yang tersebar di DKK, Puskesmas, Rumah Sakit dan Institusi kesehatan lainnya, tahun 2012 sebanyak 1.210 pegawai, dan tahun 2013 sebanyak 1.544 tenaga di fasilitas kesehatan dengan tenaga kesehatan sebesar 1.374 dan non kesehatan 170 tenaga . b. Rasio tenaga dokter spesialis tahun 2013 ratio dokter spesialis sebesar 27,04, dokter umum 56,68 dan dokter gigi sebesar 13 per 100.000 penduduk. c.
Rasio tenaga bidan tahun 2013 sebesar
70,21 % dan tahun 2012
sebesar 55 per 100.000 penduduk.
I. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Profil Kesehatan Kota Salatiga
140
a. Pada tahun 2010 di Kota Salatiga besarnya pembiayaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Salatiga sebesar
6,6 % pada tahun 2010, tahun 2011
menjadi 6,32%, tahun 2012 sebesar 18,56% , dan tahun 2013 sebesar 9,27 % dari total APBD Kota Salatiga. b. Jumlah masyarakat miskin Kota Salatiga Tahun 2012 yang menjadi peserta Jamkesmas sebanyak 37.813 jiwa, masyarakat miskin yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sebanyak 23.345 jiwa. Demikian gambaran hasil pembangunan kesehatan di Kota Salatiga tahun 2013 sebagai wujud nyata kinerja seluruh jajaran sektor kesehatan dan non kesehatan di Kota Salatiga dalam upaya mewujudkan kesehatan masyarakat Kota Salatiga.
Profil Kesehatan Kota Salatiga
141
Profil Kesehatan Kota Salatiga
142