TINGKAT KESEHATAN PD. BPR Kota Salatiga
TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh : ABDUL KHAFID NIM : 201 06 008
JURUSAN SYARI'AH PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lampiran
:
Hal
: Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamualaikum Wr.Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,maka tugas akhir saudara : Nama
: ABDUL KHAFID
NIM
: 201 06 008
Judul
: TINGKAT KESEHATAN PD. BPR KOTA SALATIGA
Dapat diajukan dalam sidang munaqosyah. Demikian untuk menjadi periksa Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Pembimbing
Nafis Irkhami, M.Ag.M.A. NIP. 19731026 200312 1 002
- ii -
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
JUDUL TUGAS AKHIR
: TINGKAT KESEHATAN PD BPR KOTA SALATIGA
NAMA
: ABDUL KHAFID
NIM
: 201 06 008
PROGRAM STUDI
: KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasah pada tanggal 20 Agustus 2009, dan dinyatakan lulus sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya.
Salatiga, Agustus 2009 Ketua
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag NIP.19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Drs. Mubasirun, M.Ag. NIP. 19590202 199003 1 001
Hikmah Endraswati, S.E., M.Si. NIP. 19770507 200003 2 001 Pembimbing
Nafis Irkhami, M.Ag.M.A. NIP. 19731026 200312 1 002
- iii -
MOTTO
Jangan katakan apa yang kamu ketahui, tapi ketahuilah yang kau katakan
Hidup itu susah, dengan seni jadi indah, dengan ilmu jadi terarah, dengan tabah jadi berkah, punya uang pergi ke mekkah.
Kesabaran itu pahit tetapi manis buahnya.
Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
- iv -
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir di PD. BPR Kota Salatiga, dengan berusaha sebaik mungkin. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada beliau Nabi agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa'atnya diakhirat nanti. Penulisan Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Keuangan dan Perbankan Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs Mubasirun, M.Ag Selaku Ketua Jurusan Syaria’ah STAIN Salatiga. 3. Bapak H.Agus Waluyo, M.Ag selaku ketua Progdi DIII Keuangan dan Perbankan Islam ( KPI ) STAIN Salatiga. 4. Bapak Drs. Nafis Irkhami, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan .
-v-
5. Seluruh dosen dan staf STAIN Salatiga yang telah memberi ilmu serta pelayanan yang baik selama penulis menuntut ilmu di STAIN Salatiga. 6. Bapak Habib Shaleh, SE selaku Direktur PD. BPR Kota Salatiga, yang telah memberi ijin, bimbingan dan arahan bagi penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.. 7. Bapak dan Ibu orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan do'a. 8. Seseorang yang selalu menemani penulis disaat pembuatan Tugas Akhir ini. 9. Kedua Adiku yang selalu memberikan dukungan motivasi dan doa. 10. Teman-teman DIII KPI angkatan tahun 2006, terimakasih atas persahabatannya. 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis akan sangat bahagia menerima saran maupun kritik yang sekiranya dapat penulis gunakan sebagai perbaikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Amin. Wassalamu'ailaikum Wr. Wb Salatiga,
Agustus 2009
Penulis
- vi -
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang berupa moril serta materiil juga do'a yang tiada henti dipanjatkan bagi penulis. 2. Seluruh anggota keluarga, yang selalu memberi dorongan semangat, inspirasi dan motivasi. 3. Dosen-dosen STAIN yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 4. Teman-teman D3 yang telah memberikan persahabatan yang begitu erat. 5. Para almamater. 6. seluruh karyawan PD, BPR Kota Salatiga yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 7. Para pembaca yang budiman
- vii -
ABSTRAK Tujuan dari laporan Tugas Akhir ini adalah ‘’ untuk mengetahui Tingkat Kesehatan PD. BPR Kota Salatiga dari aspek CAMEL’’, Sumber data yang digunakan dalam penilaian Tingkat Kesehatan PD. BPR Kota Salatiga meliputi data laporan keuangan dan laporan laba rugi tahun 2008. Berdasarkan analisis Tingkat Kesehatan dari aspek CAMEL yang meliputi faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Diperoleh data sebagai berikut: penilaian faktor permodalan sehat, penilaian factor kualitas asset sehat, penilaian faktor manajemen dalam kategori baik, penilaian faktor rentabilitas sehat, penilaian faktor likuiditas sehat. Keyword: CAMEL, Tingkat Kesehatan.
- viii -
DAFTAR ISI
Judul Tugas Akhir ...........................................................................................
i
Persetujuan Pembimbing .................................................................................
ii
Pengesahan ...................................................................................................... iii Motto ............................................................................................................... iv Persembahan ................................................................................................... vi Kata Pengantar ................................................................................................
v
Abstrak ............................................................................................................ viii Daftar Isi .......................................................................................................... ix Daftar Tabel .................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
2
C. Tujuan .................................................................................................
4
D. Metode Penulisan .................................................................................
3
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................
4
F. Sistematika Penulisan ..........................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ....................................................................................
7
B. Kerangka Teoritik ............................................................................... 22 BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Sejarah berdirinya PD. BPR Kota Salatiga ......................................... 24 B. Visi dan Misi PD. BPR Kota Salatiga ................................................. 25 - ix -
C. Produk .................................................................................................. 26 D. Pembayaran listrik online .................................................................... 27 E. Western union ..................................................................................... 28 F. Modal .................................................................................................. 28 G. Pemasaran ........................................................................................... 28 H. Susunan Kepengurusan ....................................................................... 29 I. Struktur Organisasi PD. BPR Kota Salatiga ....................................... 29 J. Tugas dan Tanggung jawab masing-masing bagian ........................... 30 K. Mitra Kerja PD. BPR Kota Salatiga ................................................... 32 BAB IV ANALISIS A. Pembahasan ........................................................................................ 33 B. Penyajian data ..................................................................................... 33 C. Perhitungan Tingkat Kesehatan (TKS) ............................................... 38 BAB V PENUTUP A. Simpulan ............................................................................................. 45 B. Saran .................................................................................................... 46 Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup Lampiran-lampiran
-x-
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Laporan Neraca tahun 2007dan 2008 .......................................... 47 Tabel 4.2 : Laporan Rugi Laba 2007 dan 2008 ............................................. 47 Tabel 4.3 : Laporan komitmen dan komtinjensi tahun 2007 dan 2008 ......... 37
- xi -
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Penilaian Tingkat Kesehatan bank ........................... 23
- xii -
ABSTRAK Tujuan dari laporan Tugas Akhir ini adalah ‘’ untuk mengetahui Tingkat Kesehatan PD. BPR Kota Salatiga dari aspek CAMEL’’, Sumber data yang digunakan dalam penilaian Tingkat Kesehatan PD. BPR Kota Salatiga meliputi data laporan keuangan dan laporan laba rugi tahun 2008. Berdasarkan analisis Tingkat Kesehatan dari aspek CAMEL yang meliputi faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Diperoleh data sebagai berikut: penilaian faktor permodalan sehat, penilaian factor kualitas asset sehat, penilaian faktor manajemen dalam kategori baik, penilaian faktor rentabilitas sehat, penilaian faktor likuiditas sehat. Keyword: CAMEL, Tingkat Kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini lembaga keuangan baik bank maupun nonbank mempunyai peranan sangat penting dalam aktivitas perekonomian, peran tersebut dikarenakan bank sebagai wahana penghimpun dana dan penyalur dana kepada masyarakat yang berasaskan pada asas kepercayaan masyarakat. Berkembangnya dunia perbankan di Indonesia dapat dibuktikan dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan di beberapa daerah dari perkotaan sampai pelosok desa. Hal itu membuktikan bahwa perkembangan perbankan di Indonesia sangat signifikan. Dengan berkembangnya dunia perbankan di Indonesia membuat pemerintah semakin ketat dalam memberikan kebijkan kepada dunia perbankan. Hal itu terbukti dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatur tentang pengaturan jenis bank hanya dilihat fungsinya saja. Dalam pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa bank terdiri atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagaimana bunyi pasal 1 butir (2) dan (3) bahwa Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
1
2
Dalam perbedaan antara Bank Umum dan BPR dalam hal ini BPR mempunyai fungsi yang lebih sederhana dibanding dengan Bank Umum, sebagaimana dijelaskan dalam surat keputusan direksi Bank Indonesia No 32/35/KRP/Dir, bahwa untuk mendorong terciptanya perbankan nasional yang tangguh dan efisien, diperlukan BPR yang mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil baik pedesaan maupun perkotaan (Surat edaran BI,1999). PD. BPR Kota Salatiga yang terletak di Jalan Diponegoro Salatiga merupakan lembaga perbankan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Salatiga, dalam mengemban tugasnya sebagai bank milik Pemkot Salatiga BPR Kota Salatiga sudah banyak memberikan kontribusi, baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Agar tugas tersebut tetap terencana dengan baik, maka diperlukan jaminan kondisi yang sehat akan PD. BPR Kota Salatiga. Dari uraian di atas, maka penulis ingin meneliti laporan yang akan dituangkan dalam Tugas Akhir dengan judul “Tingkat Kesehatan PD. BPR Kota Salatiga” ditinjau dari aspek Capital, Asset, Management, Earning Liquidity (CAMEL).
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin penulis bahas adalah mengenai “Bagaimana tingkat kesehatan PD. BPR Kota Salatiga ditinjau dari aspek Capital, Asset, Management, Earning Liquidity (CAMEL)”?
3
C.
Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : Untuk mengetahui tingkat kesehatan PD. BPR Kota Salatiga dari aspek CAMEL. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dengan penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1. Bagi Mahasiswa Memberikan gambaran umum tentang penilaian tingkat kesehatan perbankan. 2. Bagi STAIN Salatiga Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan bagi para dosen dalam pembelajaran perkuliahan.
D.
Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual pada saat penelitian dilaksanakan, sehingga belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu yang akan datang. Yousda dan Arifin, (1993), bependapat bahwa penelitian deskriptif tidak selalu menuntut adanya hipotesis penelitian,
4
seperti halnya dalam penelitian ini, karena yang diteliti berkenaan dengan faktor CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) pada PD. BPR Kota Salatiga, maka penelitian ini tidak menggunakan hipotesis 2. Jenis-jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer; yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti dan kemudian diolah sendiri oleh peneliti, sehingga dapat diambil, diteliti, dan kemudian diolah sendiri oleh peneliti, sehingga dapat diambil kesimpulan (Sugiarto et al, 2003:11). b. Sumber data sekunder; yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber penelitian dengan mempelajari dokumen, buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini atau data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu diolah dan disajikan oleh pihak lain (Sugiarto et al, 2003:11).
E.
Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu: 1. Metode Studi Lapangan (Field Study) Studi lapangan adalah penelitian terhadap suatu obyek yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Metode yang digunakan adalah wawancara, yaitu komunikasi secara langsung antara peneliti dengan pihak yang mampu memberikan informasi.
5
2. Metode Studi Pustaka (Library Study) Metode studi pustaka adalah metode yang dipakai untuk memperoleh data dari buku literatur, majalah, dan media lainnya yang mendukung penelitian.
F.
Sistematika Penulisan BAB I :
PENDAHULUAN Bab ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang gambaran umum masalah yang akan diteliti, meliputi : A. Latar Belakang Masalah; B. Rumusan Masalah; C. Tujuan; D. Metode Penelitian; E. Metode Pengumpulam Data; F. Sistematika Penulisan.
BAB II :
LANDASAN TEORI Bab ini memuat gambaran umum tentang konsep dasar dalam memecahkan beberapa masalah dalam penilaian TKS, meliputi : A. Telaah Pustaka; B. Kerangka Teoritik.
BAB III : LAPORAN OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya PD. BPR Kota Salatiga; B. Visi dan Misi PD. BPR Kota Salatiga;
6
C. Produk; D. Pembayaran Listrik Online; E. Western Union; F. Modal; G. Pemaaran; H. Susunan Kepengurusan I. Struktur Organisasi PD. BPR Kota Salatiga; J. Mitra Kerja PD. BPR Kota Salatiga. BAB IV : ANALISIS A. Pembahasan: B. Penyajian Data; C. Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank. BAB V : PENUTUP A. Simpulan; B. Saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Telaah Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Tridayanti (2006), menyimpulkan bahwa dalam penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan sistem CAMEL harus ditambahkan dengan faktor kepatuhan terhadap ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Netto (PDN).
B.
Kerangka Teoritik 1. Konsep Perbankan Sebelum melangkah lebih lanjut dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, maka ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian bank. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup (pasal 1) (UU RI No.10. 1998). Dalam fungsi bank, bank berfungsi sebagai financial intermediary, karena Bank merupakan lembaga perantara bagi bertemunya pihak yang tidak memiliki dana dan yang mempunyai kelebihan dana. Selain itu, bank juga dapat memindahkan risiko dari dana yang ditanam kepadanya kepada pihak peminjam. Dengan kemampuan dana yang seperti itulah bank dapat dikatakan berfungsi sebagai lembaga yang memobilisasi dana masyarakat yang mungkin akan menganggur tanpa keberadaan bank.
7
8
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan bank yaitu kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan oprasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank (TKS) tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 29 No 2, yaitu bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Dengan adanya aturan kesehatan ini diharapkan Bank selalu dalam kondisi sehat, sehingga bank tidak merugikan masyarakat (UU RI No.10. 1998). Adapun penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan beberapa aspek yang dikenal dengan istilah CAMEL. a. C (Capital) = Permodalan; yaitu perbandingan antara modal bank terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Permodalan dihitung dengan rumus : Modal Bank (inti pelengkap) x100% ATMR Rasio CAR NK (maksimal1 00) 0.1
Tasio CAR
NK: Nilai Kesehatan
9
Hasil penilaian : Sehat
: >= 8,0%
Kurang sehat
: >= 6,5%-<8,0%
Tidak sehat
: < 6,5%
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio) Kecukupan modal merupakan faktor yang terpenting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Pertimbang Menurut Risiko (ATMR BI, 2006). Modal bank terdiri dari : 1) Modal inti a) Modal Disetor Modal disetor yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b) Modal Sumbangan Modal sumbangan yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.
10
c) Cadangan Umum Cadangan umum yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendiriran atau anggaran masing-masing bank. d) Cadangan Tujuan Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. e) Laba yang Ditahan Laba yang ditahan yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. f) Laba Tahun Berjalan Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi pajak. Apabila pada tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari pemodal inti. 2) Modal Pelengkap a) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan.
11
Cadangan ini dibentuk untuk menampung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap adalah maksimum 25% dari ATMR. b) Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapatkan persetujuan Direktorat Jendral Pajak. c) Modal Pinjaman Modal pinjaman yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.
ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian menunjukann nilai aktiva yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.
12
Kriteria Penilaian ATMR Aktiva Neraca
Bobot Penilaian
1.1.
Kas
0,0%
1.2.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
0,0%
1.3.
Kredit yang dijm. dgn. depo. berjk. Pada bank yang bersangkutan
1.4.
Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain
0,0%
20,0%
1.5.
Kredit kepada bank lain atau Pemerintah Daerah
20,0%
1.6.
Kredit yang dijamin oleh bank atau Pemerintah Daerah
20,0%
1.7.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni
1.8.
1.9.
50,0%
Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh a. BUMN
100,0%
b. Perorangan
100,0%
c. Koperasi
100,0%
d. Perusahaan lainnya
100,0%
e. Lain-lain
100,0%
Aktiva Tetap dan Inventaris nilai buku
1.10. Aktiva lainnya selain yang tersebut di atas
100,0% 100,0%
A (Asset Quality) = Kualitas Aktiva, yaitu dengan komponen: 1) Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif. 2) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap penyusutan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.
13
Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Aktiva produktif meliputi: 1) Kredit yang diberikan; yaitu penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 2) Surat-surat; yaitu penanaman dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan sahamsaham serta obligasi yang diperdagangkan di pasar modal. 3) Penempatan dana pada bank lain, baik dalam negeri maupun luar negeri kecuali penanaman dana bentuk giro. 4) Penyertaan; yaitu penanaman dalam bentuk saham perusahaan lain yang tidak melalui pasar modal. Aktiva produktif yang dimiliki BPR ini kemudian digolongkan menjadi 4 golongan (lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet) sesuai dengan kolektibilitasnya. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran kembali pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanam dalam surat-surat berharga atau penanaman lainya.
14
Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan Aktiva produktif yang diklasifikasikan yaitu aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan
atau
menimbulkan
kerugian
bagi
bank.
Cara
pengklasifikasian ini mengikuti cara penilaian kolektibilitas yang diatur dalam SE BI No. 23/12/BPPP tanggal 28 Desember1991: 1) 0% dari aktiva produktif yang tergolong lancar; 2) 50% dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar; 3) 75% dari aktiva produktif yang tergolong diragukan; 4) 100% dairi aktiva produktif yang tergolong macet. Kriteria Penilaian Aktiva Produktif: 1) Lancar, tidak ada tunggakan; 2) Kurang lancar, mempunyai tunggakan 1 sampai dengan 3 bulan; 3) Diragukan, mempunyai tunggakan 3 sampai dengan 6 bulan; 4) Macet, mempunyai tunggakan melebihi 6 bulan. Rasio KAP diperhitungkan dengan rumus:
Aktiva Produktif yang diklasifik asikan x100% Total Aktiva Produktif 22.5% - Rasio KAP NK (maksimal 100) 0.15
Rasio KAP
NK : Nilai Kesehatan Hasil penilaian : Sehat
: < = 10.35%
Cukup sehat
: > 10.35% s.d 12.60%
15
Kurang sehat
: > 12.60% s.d 14%
Tidak sehat
: > 14.85%
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Rasio ini mengukur pemenuhan penyisihan penghapusan Aktiva produktif (PPAP) yang telah dibentuk oleh bank terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk oleh bank (PPAWD) yang diteptapkan oleh Bank Indonesia, sehubungan dengan adanya kewajiban bank untuk membentuk PPAP yang cukup untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang timbul dari penanaman aktiva produktifnya. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan PPAP adalah sebagai berikut. 1) 0.5% X Aktiva Produktif Lancar; 2) 10% X (Aktiva Produktif Kurang lancar – Nilai Agunan); 3) 50% X (Aktiva Produktif Diragukan – Nilai Agunan); 4) 100% X (Aktiva Produktif Macet – Nilai Agunan).
Keterangan Nilai Agunan Nilai Agunan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPAP diatur dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 8/9/PBI/2006 pasal 12 ayat (3) ditetapkan sebesar:
16
1) 100% (seratus perseratus) dari agunan yang bersifat likuit, berupa Sertifikat Bank Indonesia, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas dan logam mulia; 2) 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai hak tanggungan untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersertifikat, hak milik (SHM), atau hak guna bangunan (SHGB) yang diikat dengan hak tanggungan; 3) 60% (enam puluh perseratus) dari nilai objek pajak untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik (SHM), atau hak bangunan (HGB), hak pakai dan hak tanggungan; 4) 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak untuk bangunan berupa tanah dengan bukti kepemilikan berupa surat girik (leter D) yang dilampiri Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) terakhir; 5) 50% (lima puluh perseratus) dari nilai pasar untuk agunan berupa kendaraan bermotor yang desertai bukti kepemilikan dan diikat sesuai ketentuan yang berlaku. PPAP dapat dihitung dengan rumus :
Rasio PPAP
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) x100% PPAP yang Wajib Dibentuk
PPAP yang wajib dibentuk merupakan PPAP yang sudah diperhitungkan dengan nilai agunan:
17
a. Lancar
(0.5%)
b. Kurang lancar
(100%)
c. Diragukan
(50%)
d. Macet
(100%)
Perhitungan = Rasio PPAP X1 (maksimal 100) Perhitungan = Rasio PPAP X 1 (maksimal 100) Hasil penilaian Sehat
: > 81.00%
Cukup sehat
: >= 66.00% s.d <81.00%
Kurang sehat
: >= 51.00% s.d <66.00%
Tidak sehat
: < 51.00%
Penilaian pendekatan kuantitatif faktor asset antara lain dilakukan melalui penilaain terhadap komonen-komponen sebagai berikut. 1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif; 2) Debitur kredit di luar terkait dibandingkan dengan total kredit; 3) Perkembangan aktiva bermasalah atau non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif; 4) Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP); 5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif; 6) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
18
b. M (Management) = dengan Komponen Manajemen Umum dan Manajemen Risiko. Faktor judgement sangat dominan dalam penilaian kualitas manajemen dari suatu bank. Penilaian ini biasanya dilakukan dengan wawancara terhadap pimpinan bank untuk mengetahui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen di dalam bank yang bersangkutan. Dalam penilaian terhadap faktor manajemen ini antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut. 1) Manajemen umum; 2) Penetapan sistem manajemen risiko, dan 3) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan pihak lainya.
c. E (Earning) = Rentabilitas dengan komponen 1) Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama; 2) Rasio beban operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap periode yang sama. Penilaian pendekatan kualitatif faktor rentabilitas, antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut.
19
1) Return on asset (ROA) Pada dasarnya rasio ini digunakan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan pihak manajemen dalam menghasilkan income bagi bank dari pengelolaan asset yang dipercayakan pada manajemen yang bersangkutan. ROA dapat dihitung dengan rumus:
Laba Sebelum Pajak x100% Total Aset Rasio ROA Nilai Kredit (maksimal 100) 0.015
Rasio ROA
Hasil penilaian : Sehat
: > = 1.215%
Cukup sehat
: > = 0.999% - <1.215%
Kurang sehat
: > = 0.765% - < 0.999%
Tidak sehat
: < 0.765%
2) Biaya Oprasional dibandingkan dengan Pendapatan Oprasional (BOPO). Pada dasarnya rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pendapatan oprasional perusahaan dalam membiayai atau menutup biaya-biaya oprasional perusahaan. BOPO dapat dihitung dengan rumus : Rasio BOPO = Biaya Oprasioanal 12 bulan X 100% Pendapatan Oprasional 12 bulan Perhitungan NK = 100 – Rasio BOPO ( maksimal 100) 0.08
20
Hasil penilaian : Sehat
: < = 93.52%
Cukup sehat
: > 93.52% - < = 94.72%
Kurang sehat
: > 94.72% - < = 95.92%
d. L (Liquidity) = Likuiditas dengan komponen : 1) Rasio alat likuid terhadap hutang lancar (Cash Ratio); 2) Rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima (LDR). Semua bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan (tabungan, giro, dan deposito) pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Pendekatan kuantitatif faktor ini antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut. 1) Loan to Deposit Ratio (Rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima Bank). Rasio ini digunakan mengukur tingkat likuiditas bank yang banyak digunakan, dan lebih mendekati sifat dari kegiatan bank yang murni. Semakin tinggi nilai rasio ini maka tingkat likuiditasnya akan semakin kecil, karena jumlah yang dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin banyak.
21
LDR dapat dihitung dengan rumus:
LDR
Total Kredit yang diberikan x100% Dana yang diterima
Hasil penilaian : Sehat
: < = 94.75%
Cukup sehat
: > 94.75% - <= 98.50%
Kurang sehat
: > 98.50% - <= 102.25%
Tidak sehat
: > 102.25%
2) Cash Rasio Rasio ini menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali simpanan para deposannya dengan alat-alat yang paling likuid yang dimiliki oleh pihak bank. Cash Rasio dapat dihitung dengan rumus :
Alat Likuid x100% Hutang Lancar Rasio CR Perhitunga n NK (maksimum 100) 0.05
Cash Rasio
Hasil penilaian : Sehat
: >= 4.05%
Cukup sehat
: >= 3.30% - <4.05%
Kurang sehat
: >= 2.25% - <= 3.30%
Tidak sehat
: > 2.55%
22
Untuk memproses penetapan peringkat tersebut di atas ada pokokpokoknya, dengan ketentuan antara lain: a) Tingkat kesehatan BPR dapat digolongkan : 1) SEHAT 2) CUKUP SEHAT 3) KURANG SEHAT 4) TIDAK SEHAT b) Penggolongan TKS adalah : 1) 81 -100
: SEHAT
2) 66 - < 81
: CUKUP SEHAT
3) 51 - < 66
: KURANG SEHAT
4) 0 - < 51
: TIDAK SEHAT
Dalam dunia perbankan, agar bank bisa berkembang dengan baik perlu didukung pula sistem keuangan yang baik pula. Untuk mengetahui sistem keuangan yang baik maka perlu dibutuhkan media yang dapat dipakai untuk mengetahui kondisi kesehatan perbankan. Media tersebut berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laba rugi, dan laporan posisi keuangan (laporan sumber dan penggunaan dana) yang saling terkait. Untuk mengetahui kriteria penilaian tingkat kesehatan bank, apakah bank tersebut sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat, maka dibutukan beberapa penilaian. Penilaian yang sering dipakai dalam tingkat kesehatan bank adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan data satu dengan data yang
23
lainnya, penilaian yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah CAMEL, yang meliputi rasio permodalan, rasio aktiva produktif, manajemen risiko, rasio rentabilitas, dan rasio likuiditas. LAPORAN LABA / RUGI NERACA, KINERJA MANAJEMEN TAHUN 2007
Kinerja PD. BPR Kota Salatiga
Capital atau permodalan
Asset quality atau kualitas
asset
Management atau manajemen
Earning atau Rentabilitas
Tingkat kesehatan : 1. sehat 2. cukup sehat 3. kurang sehat 4. tidak sehat
Gambar 2.1 Kerangka Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Likuidity atau Likuiditas
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menggambarkan secara umum tentang obyek penelitian tugas akhir sebagai langkah awal untuk mendapatkan informasi mengenai PD. BPR Kota Salatiga sebagai berikut. A.
Sejarah Berdirinya PD. BPR Kota Salatiga PD. BPR Kota Salatiga merupakan lembaga keuangan milik Pemerintah Kota Salatiga yang bergerak di bidang perbankan. Bermula dari keinginan Pemerintah Kota Salatiga yang ingin memiliki Bank Pasar, maka pada Tahun 1989 Pemerintah Kota Salatiga mendirikan Bank Pasar Kota Salatiga. Seiring dengan berkembangnya perbankan di Indonesia, Pemerintah melalui Bank Indonesia, maka pada tahun 1997 Bank Pasar Salatiga dikukuhkan menjadi Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan KEputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep 323/Km.17/1997. Mulai sejak itu Bank Pasar Kota Salatiga
berubah
menjadi
PD.BPR
Kota
Salatiga.
Seiring
dengan
berkembangnya PD. BPR Kota Salatiga semakin tahun semakin meningkat, maka pada tanggal 26 Agustus 2008 PPD. BPR Kota Salatiga mendirikan cabang di Jalan Soekarno Bawen Kabupaten Semarang hal itu bertujuan untuk melayani nasabah yang berada di daerah Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Pada bulan Agustus ini Direktur Utama Bpk Habib Shaleh, SE ingin merubah nama PD. BPR Kota Salatiga menjadi Bank Salatiga, yang pada saat ini
24
25
menunggu keputusan dari Bank Indonesia untuk mengesahkan nama Bank Salatiga. Sebagai bank milik Pemerintah Kota Salatiga, PD. BPR Kota Salatiga mempunyai tugas yang sangat berat, yaitu mengembankan perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah, dalam tugasnya yang mempunyai fungsi menghimpun dana dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka yang selanjutnya disalurakan kembali kepada masyarakat baik pedagang maupun pengusaha dalam bentuk kredit. Pelayanan PD. BPR Kota Salatiga memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat baik pedagang, pengusaha, pegawai dan karyawan dari instansi di wilayah Salatiga dan sekitarnya. Dalam menjaga dana pihak ketiga, PD. BPR Kota Salatiga terdaftar dalam Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui Bank Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menjaga kepercayaan nasabah terhadap bank. Sehingga dana yang ada pada PD. BPR Kota Salatiga dijamin pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
B.
Visi dan Misi PD. BPR Kota Salatiga 1. Visi PD. BPR Kota Salatiga Menjadikan PD. BPR Kota Salatiga sebagai lembaga keuangan yang terpercaya, dengan selalu mengutamakan pelayanan terbaik sehingga menjadi mitra uaha sejati nasabah.
26
2. Misi a. Menghimpun dana dari masyarakat; b. Mengembangkan usaha bagi pedagang kecil dan menengah serta melakukan pembinaan kepada debitur pengelolaan modal kerja; c. Memberi kontribusi pembangunan Kota Salatiga, dengan menjadi sumber pendapatan asli daerah yang diandalkan; d. Membantu perkembangan ekonomi Kota Salatiga.
C.
Produk PD. BPR Kota Salatiga berkomitmen tinggi pada pemberdayaan pelaku ekonomi menengah ke bawah berbagai fasilitas dan produk perbankan disediakan untuk mengakomodasikan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Saat ini produk-produk yang disediakan adalah : 1. Tabungan Produk tabungan merupakan produk yang diutamakan untuk masyarakat Kota Salatiga yang rajin menabung. Hal ini terbukti dengan adanya banyak nasabah pasar yang senang menabung di PD. BPR Kota Salatiga, adapun produk-produk yang ditawarkan bagi masyarakat adalah Tabungan Masa Depan atau TAMASDEP, Tabungan Wajib Debitur, Tabungan Tahapan BPR, Tabungan Teladan dan Tabungan Arisan Tarzan Kota.
27
2. Deposito Deposito merupakan tabungan berjangka yang memberikan peluang bagi masyarakat untuk berinvestasi yang sangat mengutungkan bagi masyarakat. Adapun bunga yang diberikan sangat tinggi, deposito yang disimpan dijamin pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), waktu yang ditawarkan antara lain : a. 1 bulan; b. 3 bulan; c. 6 bulan; d. 12 bulan. 3. Kredit Kredit yang diberikan oleh PD. BPR Kota Salatiga mempunyai tujuan untuk membantu masyarakat Kota Salatiga yang kekurangan dana, selain itu bertujuan untuk membantu meningkatkan ekonomi Kota Salatiga. Beberapa layanan kredit yang diberikan adalah : a. Kredit Umum; b. Kredit Pegawai.
D.
Pembayaran Listrik Online Layanan ini merupakan layanan masyarakat yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam pembayaran listrik pada PLN. Mekanisme pembayaran sangat mudah, hanya dengan membawa nomor identitas pelanggan PLN, seseorang dapat langsung membayar tanpa antri melalui Teller.
28
E.
Western Union Layanan ini merupakan layanan cara kirim uang cepat dalam hitungan detik ke berbagai kota Indonsesia, Western Union adalah jasa pengiriman uang ke berbagai dunia yang menggunakan teknologi elektronik yang online dan real time. Adapun produk jasa layanan yang diberikan adalah : 1. Will call : penerima uang adalah perorangan/individu non badan usaha; 2. Quick pay : penerima uang adalah badan usaha. Keunggulan Western Union : 1. Biaya pengiriman yang terjangkau; 2. Tidak perlu punya rekening bank atau punya domilisi di suatu tempat; 3. Dalam hitungan detik uang dapat diambil; 4. Aman, karena delengkapi dengan sistem yang aman; 5. Tidak ada jumlah minimal uang yang dikirim.
F.
Modal PD. BPR Kota Salatiga dimiliki 100% oleh Pemerintah Kota Salatiga (PEMKOT) dengan modal dasar Rp. 1000.000.000,-
G.
Pemasaran Dalam meningkatkan perkembangan PD. BPR Kota Salatiga perlu adanya promosi yang memacu pada perkembangan PD. BPR Kota Salatiga, promosi antara lain : 1. Memberikan sofenir pada nasabah;
29
2. Pembuatan spanduk di jalan-jalan; 3. Dengan pembuatan fitlet; 4. Mengadakan presentasi pada instansi-instansi pemerintah maupun swasta.
H.
Susunan Kepengurusan 1. Pemilik
: Pemerintah Kota Salatiga
2. Dewan Pembina : Walikota Salatiga 3. Dewan Pengawas : Ketua 4. Sekretaris merangkap anggota 5. Direksi
: Direktur Utama
6. Direktur 7. Kepala Bagian 8. Staf
I.
Struktur Organisasi PD. BPR Kota Salatiga DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR
SPI
BAGAN DANA
BAGIAN UMUM
BAGIAN KREDIT
BAGIAN KAS
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PD. BPR Kota Salatiga
BAGIAN PEMBUKUAN
30
J.
Tugas dan Tanggung Jawab dari Masing-Masing Bagian
1. Dewan Pengawas Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum, melaksanakan pengendalian dan dan pembinaan. a. Pengawasan dilakukan untuk pengendalian dan pembinaan terhadap cara penyelenggaraan tugas direksi: 1) Secara periodik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan; 2) Sewaktu-waktu apabila dipandang perlu. b. Pengendalian dilakukan dalam bentuk petunjuk dan pengarahan direksi dalam pelaksanaan tugas. c. Pembinaan dilakukan dalam bentuk meningkatkan dan menjaga kelangsungannya. Fungsi Dewan Pengawas a. Penyusunan tata cara pengawasan dan pengelolaan; b. Pelaksanaan dan pengawasan atas pengurusan; c. Penetapan kebijaksanaan anggaran dan keuangan; d. Pembinaan dan pengembangan. 2. Direktur Tugas direksi dalam hal ini adalah : a. Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh kegiatan oprasional; b. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam upaya pengembangan; c. Menyelenggarakan RUPS tahunan.
31
Fungsi Direktur a. Melaksanakan manajemen berdasarkan kebijaksanaan umum; b. Penyusunan dan penyampaian laporan perhitungan hasil usaha setiap triwulan dan tahunan. 3. SPI (Satuan Pengawas Intern) a. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, penyelenggaraan tata kerja dan prosedur dari unit-unit pelayanan menurut ketentuan yang berlaku serta pengawasan keamanan dan ketertiban; b. Memberikan penilaian kegiatan oprasional secara periodik; c. Memberikan saran dan pertimbangan tentang langkah-langkah dan atau tindakan yang perlu diambil dalam melaksanakan tugas tersebut bertanggung jawab kepada Direktur Utama melalui Direktur. 4. Bagian Umum a. Melakukkan urusan surat menyurat dan kearsipan; b. Melakukan perencanaan kebutuhan pegawai dan pendidikan pegawai; c. Melakukan pengadaan dan pemeliharaan peralatan dan barang inventaris dalam melaksanakan tugas bagian umum bertanggung jawab kepada Direktur. 5. Bagian Dana a. Melakukan administrasi keluar masuk dana; b. Melakukan pengembangan dana. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Direktur
32
6. Bagian Kredit a. Mencari new potensial market atau segmen pasar baru; b. Memfokuskan perencanaan dan pemberian kredit; c. Bertanggung jawab atas penyimpanan dan pemeliharaan dokumendeokumen. Pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur 7. Bagian Pembukuan a. Melakukan laporan pembukuan harian, bulanan, triwulan, semesteran, dan tahunan; b. Melakukan evaluasi dari laporan-laporan setiap bagian; c. Mengusulkan dan membuat anggaran. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur (Sumber Panduan PD. BPR Kota Salatiga).
K.
Mitra Kerja PD. BPR Kota Salatiga
1. PERBARINDO (Persatuan Bank Republik Indonesia); 2. PERBAMIDA (Persatuan Bank Milik Daerah); 3. BMPD (Bank Milik Pemerintah Daerah).
BAB IV ANALISIS
A.
Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari PD. BPR Kota Salatiga, maka dapat diketahui beberapa laporan yang berkaitan dengan tingkat kesehatan PD. BPR Kota Salatiga berdasarkan CAMEL.
B.
Penyajian Data Untuk mengetahui laporan PD. BPR Kota Salatiga berikut laporanlaporan PD. BPR Kota Salatiga tahun 2008.
33
34
Tabel 4.1. NERACA PD. BPR KOTA SALATIGA PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 AKTIVA Kas Antarbank Aktia Penempatan pada Bank Umum Penempatan pada Bank BPR Jumlah Kredit Yang Diberikan Pihak Terkait dengan Bank Pihak Tidak Terkait Jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Jumlah bersih kredit AKTIVA TETAP DAN INVENTARIS Inventaris Kantor Akumulasi Penyusutan Inventaris Kantor Nilai buku aktiva tetap dan inventaris Rupa-Rupa Aktiva TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Segera Dibayar Tabungan Pihak Terkait dengan Bank Pihak Tidak Terkait Jumlah Deposito Berjangka Pihak Terkait dengan Bank Pihak Tidak Terkait Jumlah Antarbank Pasiva Rupa-Rupa Pasiva JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS
Catt. 3.1.
3.2. 3.3.
3.4. 3.5.
31 Des'2008-Rp 463.281.227
31 Des'2007-Rp 650.964.392
4.219.528.469 272.848.757 4.492.377.226
1.213.056.159 91.275.270 1.304.331.429
222.316.400 41.607.729.669 41.830.046.069
201.968.300 22.142.239.566 22.344.207.866
(543.711.427) 41.286.334.642
(404.237.662) 21.939.970.204
707.140.375
337.789.204
(232.379.471)
(165.402.397)
3.6. 3.7.
474.760.904 483.157.195 47.199.911.193
172.386.807 146.272.245 24.213.934.078
Catt. 3.8.
31 Des'2008-Rp 92.310.294
31 Des'2007-Rp 69.659.298
3.9.
55.641.182 4.877.006.833 4.932.648.015
52.954.688 2.095.357.519 2.148.312.207
39.736.121 30.508.765.442 30.548.501.563 6.774.780.078 150.821.454 42.499.061.404
527.308.781 13.235.619.137 13.762.927.918 5.497.366.092 112.193.336 21.590.458.852
3.10. 3.11. 3.12.
35
Modal Saham Modal Pinjaman Cadangan Umum Cadangan Tujuan Laba Tahun Berjalan JUMLAH EKUITAS JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
3.13. 3.14. 3.15 3.16 3.17
2.000.000.000 1.000.000.000 516.252.424 162.569.014 1.021.728.351 4.700.849.790
1.500.000.000
47.199.911.193
24.213.934.078
421.303.204 67.319.795 634.852.228 2.623.475.227
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
36
Tabel 4.2. LAPORAN RUGI LABA PD. BPR KOTA SALATIGA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2008 DAN 2007
PENDAPATAN & BEBAN OPERASIONAL
Catt
PENDAPATAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga yang Diterima 4.1. Pendapatan Provisi dan Komisi Kredit 4.2. Pendapatan Lainnya 4.3 JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL BEBAN OPERASIONAL Beban Bunga yang Dibayar Beban Personalia Beban Administrasi dan Umum Beban Penghapusan Aktiva Produktif Beban Lainnya JUMLAH BEBAN OPERASIONAL
Catt 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8.
LABA OPERASIONAL PENDAPATAN & BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional 4.9. Beban Non Operasional 4.10. LABA (RUGI) NON OPERASIONAL LABA SEBELUM PAJAK Taksiran Pajak Penghasilan Badan LABA SESUDAH PAJAK
4.11.
PERIODE TAHUN BUKU 2008-Rp 2007-Rp
5.589.140.307 738.650.500 684.812.023 7.012.602.830
3.583.090.655 421.326.000 321.105.155 4.325.521.810
3.493.063.435 1.106.319.646 271.805.122 288.277.624 397.325.008 5.556.790.835
2.248.913.174 656.304.056 210.296.850 123.398.191 203.992.569 3.442.904.840
1.455.791.995
882.616.971
10.156.399 31.336.465 (21.180.065)
5.245.007 5.930.224 (685.217)
1.434.611.930
881.931.754
412.883.579 1.021.728.351
247.079.526 634.852.228
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
37
Tabel 4.3. LAPORAN KOMITMEN DAN KOMTINJENSI PD. BPR KOTA SALATIGA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2008 DAN 2007
PERIODE TAHUN BUKU 2008-Rp
2007-Rp
KOMITMEN TAGIHAN KOMITMEN Fasilitas Pinjaman yang Diterima dan belum Digunakan
5.1.
500.000.000
1.000.000.000
Pendapatan Bunga dalam Penyelesaian
5.2.
316.171.000
157.637.000
Penerusan Kredit (Chenneling)
5.3.
722.966.000
5.4.
60.467.677
60.467.677
1.099.604.677
218.104.677
KONTINJENSI TAGIHAN KONTINJENSI
-
KEWAJIBAN KONTINJENSI Aktiva Produktif yang Dihapuskan
JUMLAH KOMITMEN DAN KONTINJENSI
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
38
C.
Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank (TKS) Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai-nilai rasio perhitungan adalah sebagai berikut : 1.
Capital (Permodalan) Penilaian yang dilakukan terhadap faktor ini adalah komponen rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), maka rumus yang digunakan adalah : Modal Bank (inti pelengkap) x100% ATMR 4.403.705.583 x100% 31.536.001.702
Rasio CAR
= 13.96% (Sumber: Permodalan dan Perhitungan ATMR PD. BPR Kota Salatiga Periode 31 Desember 2008)
Hasil penilaian (nilai rasio) Sehat
: > = 8%
Kurang sehat
: > = 6.5% - <8.0%
Tidak sehat
: TS < 6.5%
Berdasarkan nilai rasio dan nilai kredit tersebut maka permodalan PD. BPR Kota Salatiga masuk dalam kategori sehat (> = 8%), karena masuk dalam kategori sehat maka PD. BPR Kota Salatiga telah mampu menyediakan lebih kebutuhan modal minimum yang telah ditentukan.
39
2.
Asset Quality (kualitas aktiva) Faktor kualitas aktiva produktif dinilai dari faktor aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif atau dikenal dengan nama rasio KAP. Rasio KAP dapat dihitung dengan rumus : Rasio CAP
Aktiva Produktif yang diklasifik asikan x100% Total Aktifa Produktif
1.096.300.225 x100% 44.069.960.694 = 2.49%
(Sumber: Kualitas Aktiva Produktif PD. BPR Kota Salatiga periode 31 Desember 2008)
Hasil penilaian Sehat
: 0.001% - <10.35%
Cukup Sehat
: > 10.35% - < = 12.60%
Kurang Sehat
: >12.60% - < = 14.85%
Tidak Sehat
: > 14.85%
Untuk mempermudah pembahasan rasio KAP, maka kita harus mengetahui pos-pos yang berada dalam komponen aktiva produktif tersebut adalah pos kredit yang diberikan dibagi 4 kriteria, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Dari penjumlahan komponen tersebut maka akan deperoleh komponen aktiva produktif. Adapun aktiva produktif yang diklasifikasikan ini hanya berisi tentang kredit-kredit yang dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu kurang lancar, diragukan, dan macet. Kemudian untuk kriteria kredit lancar dikalikan 0%, kurang lancar dikalikan 50%, diragukan dikalikan 75%, sedang macet dikalikan 100%.
40
Dari hasil analisis yang diperoleh nilai KAP sebesar 2.49% maka PD. BPR Kota Salatiga termasuk dalam kriteria sehat (0.00%-< = 10.35%), sehingga PD. BPR Kota Salatiga mampu untuk menanggulangi sejumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan, dalam hal ini kreditkredit yang bermasalah selama tahun 2008. 3.
Management (Faktor Manajemen) Penilaian faktor ini didasarkan pada sejumlah kriteria-pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen PD. BPR Kota Salatiga, berikut beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen PD. BPR Kota Salatiga, serta penilaian.
NO
KRITERIA PERTANYAAN
1
Manajemen Umum a) Rencana kerja tahunan Bank digunakan sebagai dasar acuan kegiatan usaha Bank selama 1 tahun b) Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan Bank dan tidak terdapat jabatan yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas c) Bank memiliki batasan tugas dan wewenang yang jelas untuk masing-masing karyawannya yang tercermin pada kegiatan oprasionalnya d) Kegiatan oprasional dari pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur tertulis e) Pencatatan setiap transaksi dilakukan secara akurat dan laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku f) Bank mempunyai sistem pengamanan yang baik terhadap semua dokumen penting g) Pimpinan senantiasa melakukukan pengawasan terhadap perkembangan dan pelaksanaan kegiatan bawahannya
0
1
2
3
4
X
X
X
X
X X
X
41
h) Pengambilan keputusan-keputusan yang bersifat oprasional dilakukan oleh direksi secara independen i) Pimpinan Bank komit untuk menangani permasalahan Bank yang diahadapi serta senantiasa melkukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan j) Direksi dan karyawan memiliki tertib kerja yang meliputi disiplin kerja serta komitmen dan didukung sarana kerja yang memadahi dlam melaksanakan pekerjaan
X
X
X
Perhitungan Setiap jawaban diberi nilai 0, 1, 2, 3, 4 Nilai 0
: Kondisi Lemah
Nilai 1, 2, 3
: Kondidi Sedang
Nilai 4
: Kondisi Baik Sehingga berdasarkan tabel di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dari segi faktor manajemennya PD. BPR Kota Salatiga masuk dalam kategori sehat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pihak manajemen PD. BPR Kota Salatiga telah mampu mengelola PD. BPR Kota Salatiga sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4.
Earning (Faktor Rentabilitas) Penilaian faktor rentabilitas ini dilihat melalui penilaian terhadap rasio ROA dan rasio BOPO. a. Yang dimaksud dengan rasio ROA adalah rasio atau perbandingan antara komponen laba sebelum pajak dan komponen total aset suatu bank. Dalam makalah ini yang dimaksud dengan komponen total aset
42
adalah total dari semua aktiva yang dimiliki oleh PD. BPR Kota Salatiga. Maka ROA dapat dihitung dengan rumus : Jumlah Laba 12 Bulan x100% Rata - rata VU dalam 12 Bulan
ROA
1.434.611.930 x100% 36.451.538.554
= 3.94 % (Sumber: RAO dan BOPO PD. BPR Kota Salatiga Periode 31 Desember 2008)
Hasil penilaian Sehat
: > = 1.215%
Cukup Sehat
: > = 0.999% - < 1.215%
Kurang Sehat
: > 0.765% - < 0.999%
Tidak Sehat
: < 0.765%
Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari segi rentabilitas khususnya pada komponen ROA, PD. BPR Kota Salatiga termasuk dalam kategori sehat (> = 1.215%), maka dapat dikatakan kemempuan perusahaan dalam menghasilkan laba dikatakan efektif. b. Rasio BOPO Rasio ini membandingkan antara biaya oprasional dengan pendapatan oprasional, maka rasio BOPO dapat dihitung dengan rumus :
43
Biaya Operasional 12 Bulan x100% Pendapatan Operasional 12 Bulan 5.556.790.834 x100% 7.012.582.830
BOPO
= 79.24% (Sumber: RAO dan BOPO PD. BPR Kota Salatiga Periode 31 Desember 2008)
Hasil penilaian Sehat
: < = 93,52%
Cukup Sehat : > 93,52%- < = 94,72% Kurang Sehat : > 94,72% - < = 95,92% Tidak Sehat
: > 95,92%
Berdasarkan dari nilai tersebut maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa PD. BPR Kota Salatiga termasuk dalam kategori sehat (< = 93,52). Maka dapat dikatakan bahwa pendapatan operasional selama kurun waktu tahun 2008 masih cukup untuk menutup biaya operasionalnya. 5.
Liquidity (Faktor Likuiditas) Dalam menentukan faktor likuiditas maka diperlukan rumus untuk menilai sehat tidaknya suatu BPR dilihat dari sisi faktor likuiditas ini, yaitu :
Alat Likuid x100% Hutang Lancar 3.249.535.723 x100% 35.573.459.872
Cash Rasio
= 9,13% (Sumber: Likuiditas (Cash Ratio & Loan to Deposit Ratio) PD. BPR Kota Salatiga periode 2008)
44
Hasil Penilaian Sehat
: > = 4.05%
Cukup Sehat
: > = 3.30% - < 4.05%
Kurang Sehat
: > 2.25% - <= 3.30%
Tidak Sehat
: > 2.55%
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa PD. BPR Kota Salatiga masuk dalam kategori sehat (> = 4.05%), maka dapat dikatakan bahwa PD. BPR Kota Salatiga tetap mampu melakukan pembayaran kepada para deposan dengan alat-alat likuid yang dimilikinya.
BAB V PENUTUP A.
Simpulan Setelah penulis menguraikan hal-hal dalam analisis tingkat kesehatan dengan analisis CAMEL pada PD. BPR Kota Salatiga, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penilaian faktor permodalan dari hasil perhitungan diperoleh rasio sebesar 13.96%. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa PD. BPR Kota Salatiga masuk dalam kriteria sehat (> = 8.0%);. 2. Dari hasil penilaian terhadap faktor asset quality dari hasil perhitungan diperoleh rasio sebesar 2.49%. berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa PD. BPR Kota Salatiga termasuk dalam kategori sehat (0.00% - < = 10.35%); 3. Dari hasil penilaian faktor manajemen dari hasil peniliaan diperoleh nilai 4 pada setiap opsi, maka dapat dapat disimpulkan bahwa manajemen PD. BPR Kota Salatiga termsuk dalam kategori kondisi baik (nilai 4 = kondisi baik); 4. Dari hasil penilaian earning atau rentabilitas pada PD. BPR Kota Salatiga, diperoleh rasio ROA 3.49% dan BOPO 79.24% maka dapat disimpulkan, bahwa PD. BPR Kota Salatiga termasuk dalam kategori sehat ROA (> = 1.215%), BOPO sehat (< = 93.52%); 5. Dari hasil penilaian faktor likuiditas diperoleh rasio sebesar 9.13%, maka dapat disimpulkan, bahwa PD. BPR Kota Salatiga termasuk dalam kategori sehat (> = 4.05%). 6. Manajemen umum baik, tetapi komponen sistem manajemen resiko dan kepatuhan belum dapat disimpulkan, karena keterbatasan data.
45
46
B.
Saran Dari kesimpulan di atas dapat dijelaskan bahwa seluruh kinerja PD. BPR Kota Salatiga pada tahun 2008 masuk dalam kategori sehat, tetapi juga diperlukan perbaikan-perbaikan yang berkaitan dengan kinerja karyawan dan pengembangan SDM, dikarenakan hal itu dapat menjadikan visi dan misi PD. BPR Kota Salatiga dapat terwujud dengan baik. Selain itu juga diperhatikan dalam mempertahankan citra sebagai lembaga perbankan milik PEMKOT, maka perlu dilakukan terus-menerus melakukan pembaruan dalam pelayanan, sehingga masyarakat percaya terhadap peran BPR milik Pemerintah Kota Salatiga dalam mensejahterakan ekonomi rakyat. Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dengan harapan semoga dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak.
47
DAFTAR PUSTAKA Tridayanti, Eka Suji, 2006. Yousda, Ine Amirma, Arifin, Zaenal, 1993. Pendidikan dan Staf Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara. Bank Indonesia. 2006. Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/30DPBPR tanggal 12 Desember 2006 perihal Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat, Jakarta. ________. 2000. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992. BP. Pasca Usaha, Jakarta. ________. 2002. Pedoman Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Semarang.