KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penuyusunan skripsi ini yang berjudul “Sejarah Perkembangan Museum Perdjoangan Bogor”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Karena beliau yang menjadi inspirasi terbesar untuk penulis. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa syukur sbagai implementasi dari rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Komarudin Hidayat. MA, selaku Rektor UIN Syahid Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 3. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 4. Bapak Usep Abdul Matin, SAg. MA. MA, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 5. Bapak Drs. Azhar Saleh, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik 6. Bapak Imam subchi, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga serta arahan dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
i
7. Seluruh pihak Pengurus Museum Perdjoangan Bogor yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dengan baik, sehinga penulis terbantu sekali untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis selama kuliah di Fakultas Adab dan Humaniora 9. Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang serta adik-adikku yang selalu memberikan bantuan, secara moril maupun materil, dukungan dan dorongan semangat yang selama ini telah menjadi motivasi dan inspirasi bagi penulis. 10. Teman-teman sePerdjoangan SPI angkatan 2002 yang saya sayangi terutama seseorang yang telah menjadi inspirasiku, Mahriani Silvana, Mahyuni, S.HUM, Nurkholilah, Syarifah Roziah, Nia Octaviani, dan Noviyati Widiyani yang selama ini banyak membantu dan memberikan semangat serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 11. Sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama Anengsih, S.Pd.I, Didin Ahmadi, Dede Farida S.Pd.I, Tugis Mulyana S.Pd,
beserta teman-teman lainnya yang ikut berperan dan
mendoakan hingga terselesaikanya skripsi ini.Semoga segala bantuan dan dukungan serta saran yang diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sebagai bahan pertimbangan bagi penulis. Bogor, Agustus 2010 Penulis
ii
ABSTRAKSI Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri pada tahun 1579. Ditengah kota Bogor berdiri sebuah bangunan yang anggun dan kokoh yaitu Museum Perdjoangan Bogor. Sebagai objek wisata, dengan daya tarik nilai kesejarahan berupa Perdjoangan yang dilakukan oleh para pejuang, terutama oleh Kapten Tubagus Muslihat dan Ny. Moedjasih Jusman Sarkani yang telah banyak berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan dengan koleksi yang cukup beragam mulai dari persenjataan, pakaian yang digunakan ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai salah satu bangunan peninggalan bersejarah yang terdapat di Bogor, Museum Perdjoangan telah menjadi bagian dari pembangunan industri pariwisata secara tidak langsung, yaitu sebagai objek wisata dengan muatan historis Perdjoangan sebagai daya tarik utamanya. Objek wisata yang berbasiskan pendidikan sejarah merupakan salah satu keunikkan materi wisata yang dikembangkan oleh pengelola Museum Perdjoangan. Museum Perdjoangan Bogor merupakan salah satu elemen dari mata rantai sejarah bangsa Indonesia khususnya kota Bogor. Museum ini bisa digunakan sebagai tempat belajar dan melihat masa lalu kota Bogor seperti terjadinya peristiwa Bojongkokosan, dan sebagainya. Penelitian ini bertujun untuk : (1) Mengetahui lebih jauh bagaimana latar belakang sejarah berdirinya Museum Perdjoangan Bogor. (2) Untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana kondisi Museum pada saat sebelum dan sesudah di resmikan menjadi Museum Perdjoangan Bogor. (3) Apa sebenarnya fungsi Museum bagi masyarakat. Penulisan skripsi ini pun diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang Museum yang berada di Bogor. Dan terutama tentang Museum Perdjoangan Bogor di daerah tersebut.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ............................................................................................
i
ABSTRAKSI ...........................................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................
vi
DAFTAR FOTO .....................................................................................................
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................................
6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
6
D. Metodologi Penelitian ......................................................................
7
E. Sistematika Penulisan ......................................................................
10
SEKILAS SEJARAH KOTA BOGOR ..............................................
12
A. Letak Geografis Wilayah Bogor dan Sejarahnya .............................
12
B. Kondisi Sosial dan keagamaan Masyarakat Bogor ..........................
16
C. Kondisi Masyarakat Aspek Ekonomi dan Politik ............................
23
D. Kondisi Masyarakat dalam Bidang Pendidikan ...............................
29
iv
BAB III
GAMBARAN UMUM MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR .......
33
A. Ruang Lingkup Museum Perdjoangan Bogor ..................................
33
B. Letak, Aksesibilitas, dan Topografi .................................................
34
C. Tujuan Pokok Museum Perjuangan Bogor ......................................
35
D. Struktur Organisasi Museum Perdjoangan Bogor ............................
36
E. Kondisi dan Bentuk Bangunan ........................................................
41
SEJARAH MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR ..........................
45
A. Museum Perdjoangan Bogor Sebelum Diresmikan .........................
45
B. Museum Perdjoangan Bogor Sesudah Diresmikan ..........................
50
C. Bentuk dan Lambang Bangunan ......................................................
54
D. Fungsi Museum Perdjoangan Bogor ................................................
56
E. Manfaat Museum Perdjoangan Bogor ............................................
58
PENUTUP .............................................................................................
61
A. Kesimpulan ......................................................................................
61
B. Saran .................................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
66
BAB IV
BAB V
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Gedung Museum Perdjoangan Bogor Lampiran 2. Tabel Fasilitas Museum Perdjoangan Bogor Lampiran 3. Surat Acara Peresmian Pembukaan museum Perdjoangan Bogor Lampiran 4. Surat Keterangan Wawancara Lampiran 5. Foto-foto Koleksi Museum Perdjoangan Bogor Lampiran 6. Tabel Inventarisasi Koleksi Museum Perdjoangan Bogor
vi
DAFTAR FOTO
Foto 1.
Patung setengah badan Kapten Muslihat
Foto 2.
Surat Kabar dan Maklumat pada masa Revolusi Fisik 1945-1950
Foto 3.
Surat Kabar - Surat Kabar dan Maklumat
Foto 4.
Berita-berita sekitar Proklamasi
Foto 5.
Surat Kabar - Surat Kabar
Foto 6.
Mata Uang Masa Kolonial Belanda
Foto 7.
Mata Uang Masa Kolonial Belanda
Foto 8.
Lokasi Pabrik Senjata di Cisaat Sukabumi
Foto 9.
Peta Lokasi Pertempuran di Daerah Sukabumi
Foto 10.
Deskripsi Pertempuran-Pertempuran yang terjadi di Bogor
Foto 11.
Amanat Pertama Panglima Besar Tentara Jendral Sudirman
Foto 12.
Piagam Serah Terima
Foto 13.
Senjata-Senjata Rampasan Perang
Foto 14.
Mortir Jepang
Foto 15.
Mortir Jepang
Foto 16.
Mortir Jepang
Foto 17.
Tugu / Monumen yang ada di beberapa Kecamatan
Foto 18.
Gedung Museum Perdjoangan Bogor
Foto 19.
Halaman Depan Museum Perdjoangan Bogor
Foto 20.
Tugu Pahlawan
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri pada tahun 1579. 1 Pada abad ke-16 Bogor merupakan pusat kerajaan Pajajaran atau pusat kerajaan Hindu, namun setelah penyerangan pasukan Banten kota ini menjadi hancur dan hampir hilang ditelan sejarah selama satu abad. Saat VOC menguasai Banten wilayah Bogor berada di bawah pengawasan VOC. Dalam rangka membangun wilayah kekuasaanya, Pemerintah melakukan ekspedisi dan dari ekspedisi tersebut ternyata tidak diketemukan bekas reruntuhan Ibukota Pajajaran kecuali di daerah Cikeas, Citeureup, Kidung Halang dan Parung Angsana. 2 Parung Angsana ini diberi nama Kampung Baru dan dari sinilah cikal bakal Bogor dibangun. Parung Angsana sebagai tempat kedudukannnya merupakan pusat pemerintahan bagi kampung-kampung baru yang didirikan oleh Tanuwijaya beserta pasukannya seperti Parakan Panjang, Parung, Kujang, Panaragan, Bantarjati, Sempur, Baranang Siang, Parung Banten dan Cimahpar. Di kampung baru ini Gs. Baron Van Imhoaff (1740) mendirikan tempat peristirahatan, yang sekarang dikenal sebagai Istana Bogor. Sekitar 1745 Bogor ditetapkan sebagai kota Buitenzorg, dan disekitar peristirahatan tersebut dibangun Pasar Bogor (1808) dan Kebun Raya Bogor (1817). Perkembangan selanjutnya 1
Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, (Bogor: Pemda Kota Bogor, 1983), h. 1. Tim Strategic prog-PDPP Kota Bogor, Profil Kota Bogor, (Bogor: Bagian Bappeda Pemda Kota Bogor, 2004), h.1. 2
1
2
tahun 1941 Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia/Jakarta dan mendapatkan otonominya sendiri. Ditengah kota Bogor berdiri sebuah bangunan yang anggun dan kokoh yaitu Museum Perdjoangan Bogor. Secara garis besarnya Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu. Sedangkan secara khususnya Museum Sejarah adalah tempat memamerkan benda-benda bersejarah untuk menggambarkan peristiwaperistiwa historis yang dianggap penting. 3 Namun menurut definisi museum yang dianggap aktual dan resmi diakui dan dipergunakan di dunia permuseuman adalah pengertian museum menurut definisi ICOM (International Council of Museum) yaitu suatu badan kerjasama professional dibidang permuseuman yang didirikan oleh kalangan profesi permuseuman dunia, yang dirumuskan dalam Musyawarah Umum ke 11 Do Copenhagen (denmark) tanggal 14 juni 1974 yang berbunyi sebagai berikut : “A museum is a non-profit, permanent institution, in the service of society and it’s development. And open to the public, which aquires, conserves, researches, comumunicates and exhibits, for the purpose of study, education and enjoyment, material evidence of man and his environment.” (Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannnya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannnya). Melengkapi pengertian museum seperti yang dimaksud diatas, ICOM mengakui yang berikut sebagai yang sesuai dengan definisi di atas :
3
Save. M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, (Jakarta: LPKN, 1997), h. 693.
3
1. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan pameran yang secara tetap diselengggarakan oleh perpustakan dan pusat-pusat kearsipan. 2. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan etnografis, peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat. 3. Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk- makhluk hidup seperti kebun-kebun tanaman dan binatang-binatang, akuarium, makhluk serta tetumbuhan lainnya, dan sebagainya. 4. Suaka alam 5. Pusat- Pusat pengetahuan dan planetarium 4 Museum Perdjoangan Bogor dapat dimasukan ke dalam kategori butir dua sebagai institusi yang terkait dengan definisi museum, yaitu peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan etnografis, peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat. Perkembangan museum di Indonesia saat ini secara kuantitatif sebenarnya cukup menggembirakan. Berdasarkan data yang berasal dari Direktorat Permuseuman dijelaskan bahwa jumlah museum di Indonesia pada tahun 2000 yang lalu mencapai 262 museum. 5 Jumlah tersebut belum mencakup museum yang berdiri setelah tahun tersebut hingga sekarang. Melihat perkembangan
4
Timothy Ambrose dan Crispine Paine, Museum Basic, (Denmark: Tim Ambrose, 1993),
h. 319. 5
Basrul Akram, dkk, Pedoman Tata Pameran di Museum, (Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman, 1997), h. 44.
4
museum di Indonesia secara kuantitatif tentu cukup mengagumkan tetapi akan berbeda apabila dilihat dari kualitas museum sendiri walaupun demikian tidak dapat disamakan secara keseluruhan seperti itu karena ada perbedaan yang cukup mendasar pada setiap jenis museum, baik museum umum maupun museum khusus. Pada tanggal 10 November 1957 tepat pada peringatan hari Pahlawan, Museum ini dibuka secara resmi oleh Ibu Kartinah TB Muslihat (istri mendiang Kapten Muslihat) dan dituangkan dalam Surat Keputusan Pelaksana Kuasa Militer Daerah Res.Inf 8/III no.Kpts/3/7/PKM/57. 6 Museum Perdjoangan Bogor diharapakan memiliki visi ke depan dan perencanaan strategis untuk menghadapi perubahan-perubahan yang begitu cepat dewasa ini. Karena kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi yang tidak bisa dihindari, tetapi harus dihadapi dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya. Bangunan yang berdiri kokoh diantara keramaian kota ini merupakan salah satu dari sejumlah bangunan cagar budaya yang keberadaannya perlu dilestarikan. Gedung tersebut diperlukan demi pendidikan dan diharapkan menjadi sarana pembinaan bagi generasi muda. Selain itu, keberadaanya sangat menunjang dunia kepariwisataan, khususnya di daerah Bogor. Walaupun pada kenyataannya sebagian masyarakat ada yang belum mengetahui keberadaannya dibandingkan
6
Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen: Acara Peresmian Pembukaan Gedung Museum Perdjoangan Bogor, (Bogor: Percetakan Archipel Bogor, 1958), h. 5.
5
dengan keindahan Kebun Raya Bogor, dan kerapkali para pelajar hanya diperkenalkan dengan Museum Zoologi, Istana Bogor dan Prasasti Batu Tulis. 7 Benda cagar budaya merupakan warisan budaya dan sejarah serta bukti kehidupan sejarah bangsa yang mempunyai nilai sangat penting bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan bangsa Indonesia. Di Bogor banyak peninggalan benda cagar budaya yang tidak bergerak berupa bangunan bersejarah, bangunan tersebut menyimpan kenangan masa lalu yang merupakan saksi proses berjalannya sejarah dan sebagai objek penelitian sejarah yang bisa bercerita tentang Bogor di masa lampau. Museum Perdjoangan Bogor berhubungan erat, baik dan buruknya dengan nasib puluhan ribu penduduk Bogor dari berbagai daerah. Sejak awal berdirinya sebagai gudang ekspor komoditas pertanian milik Wilhelm Gustaaf Wisneer seorang pengusaha Belanda hingga sekarang sebagai Museum Perdjoangan Bogor. Peranan gedung ini beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan pemerintah yang sedang berkuasa. 8 Oleh karena itu betapa pentingnya peranan yang dimainkan oleh Museum Perdjoangan Bogor bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi Kota Bogor. Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas. Dari peranan yang begitu kompleks tersebut., penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi
ini yaitu tentang
“SEJARAH PERKEMBANGAN MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR”.
7
Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, Buku Panduan Wisata Kota Bogor (The Guidance Book of Bogor City Tourism), (Bogor: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2005), h. 10. 8 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen: Acara Peremian, h. 4.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa Museum Perdjoangan Bogor adalah bangunan bersejarah yang keberadaaanya perlu diakui sebagai sarana atau tempat pelestarian benda-benda bersejarah, khususnya yang berkaiatan dengan sejarah kota Bogor. Juga perannannya yang pada awalnya sebagai gudang ekspor komoditas pertanian milik Wilhelm Gustaaf Wisneer yang kemudian mengalami berbagai perubahan peranan sesuai dengan kebutuhan pemerintah yang berkuasa, hingga sekarang dijadikan Museum Perdjoangan Bogor. Selain itu pengetahuan tentang Bogor sangat berkaitan dengan penulisan ini, karena tema yang diambil oleh penulis tidak hanya mengetahui tentang perkembangan Museum Perdjoangan Bogor, tetapi juga sekilas tentang sejarah Bogor akan dibahas dalam tulisan ini. Namun agar penulisan ini lebih terarah dan tidak terjadi penulisan yang menyimpang, maka penulis membatasi penulisan ini dengan : 1. Bagaimana sejarah berdirinya Museum Perdjoangan Bogor ? 2. Bagaimana kondisi/keadaan museum : a. Pada saat sebelum di resmikan (1879-1958) b. Pada saat setelah diresmikan ( 1958-2008) 3. Apa fungsi dari Museum Perdjoangan Bogor?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana latar belakang sejarah berdirinya Museum Perdjoangan Bogor
7
2. Untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana kondisi Museum pada saat sebelum dan sesudah di resmikan menjadi Museum Perdjoangan Bogor 3. Apa sebenarnya fungsi Museum bagi masyarakat umum Penulisan skripsi ini pun diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang Museum yang berada di Bogor. Dan terutama tentang Museum Perdjoangan Bogor di daerah tersebut.
D. Metodologi Penelitian Berbagai hal menjadi bagian metodologi yang dipergunakan dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MPB yang beralamat di Jalan Merdeka Bogor no.56 ( dulu disebut Jalan Tjikeumeuh Bogor No. 28 ). 2. Sumber Data Jenis sumber data yang akan di manfaafkan dalam penelitian ini meliputi : a. Informan yang terdiri dari pengelola museum dan pengunjung museum/masyarakat b. Bangunan gedung dan koleksi museum yang disajikan diruang pameran, dan berbagai sarana dan prasarana pendukung lainnya. c. Tempat/lokasi yang berkaitan dengan penelitian
8
d. Arsip dan dokumen resmi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, baik arsip maupun dokumen yang berkaitan dengan kebijakankebijakan museum. 3. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam mengumpulkan data penelitian yaitu : a. Wawancara Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang memfokus dan relevan dengan permasalahan yang dikaji dengan orang yang mengetahui tentang Museum Perdjoangan Bogor, diantaranya : Kepala Museum, Sekretaris Museum, Pengunjung Museum dan Masyarakat sekitar Museum. Untuk pengumpulan data tentang pengelola museum, sejarah museum, pandangan, kesan-kesan, dan harapan pengunjung museum terhadap keberadaan Museum Perdjoangan Bogor, penampilan gedung/bangunan museum, sajian koleksi museum dan sarana dan prasarana pendukung lainnya. b. Observasi Langsung Cara ini digunakan untuk mengetahui secara lengkap keberadaan Museum Perdjoangan Bogor ini, kondisi dan kelengkapan data koleksi museum yang disajikan di ruang pameran, bangunan dan lingkungan pendukungnya. c. Dokumen dan Arsip
9
Mencatat dokumen dan arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. 4. Tehnik Cuplikan (sampling) Teknik cuplikan yang di gunakan yaitu cuplikan yang bersifat purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dapat di percaya untuk menjadi Responden. 5. Validitas Data Untuk menjamin validitas data yang di peroleh dalam penelitian ini maka peningkatan validitas data yang akan dilakukan dengan cara triangulasi data yaitu mengumpulkan data dari berbagai sumber data berbeda yang kebenaran data yang satu diuji oleh data yang di peroleh dari data yang lain. 10 6. Tehnik Analisis Yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model analisis interaktif atau model analisis mengalir11 dalam model ini, tiga komponen analisis yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai proses siklus. Teknik analisisnya berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Ketiga kegiatan analisis ini juga saling berhubungan dan berkelanjutan terus menerus selama penelitian dilakukan. Sehingga analisis ini merupakan kegiatan yang kontinue dari awal sampai akhir penelitian.
10
Heribertus Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret, 1988), h. 31. 11 Matthew B. Miles, dan A. Micheal Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Penerbit UI-Press : 1992), h. 14.
10
Reduksi data yang dimaksud didalam penelitian ini yaitu merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanann data (data mentah) yang ada dalam field note (catatan lapangan). Pemfokusan ini ditujukan pada hal-hal penting dan sekaligus membuang yang tidak penting atau yang tidak terkait datanya. Reduksi data ini berlangsung sepanjang pelaksaan penelitian. Sedangkan sajian data dan kejelasaan sistematikannya dapat berupa skema dan jaringan kerja kegiatan, tabel, semuanya dirancang guna menyusun informasi secara teratur dan mudah dimengerti. Kesimpulan merupakan upaya mencari makna data yang dikumpulkan dari awal pengumpulan sampai akhir penelitian dengan cara mencari pola, tema, hubungan, pertautan dari data. Kesimpulaan awal ini bersifat tentatif, kabur, diragukan tetapi dengan bertambahnya data, kesimpulan dapat lebih dipercaya, sehingga kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. 12
E. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis akan menguraikan secara sistematis bab perbab. Karena bab satu dengan yang lainnya merupakan satu rangkaian serta mempunyai kaitan yang erat. Skripsi ini pun dibagi menjadi lima bab Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
12
Heribertus Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif, h. 34-36.
11
Bab II Membahas tentang keadaan daerah Kota Bogor, kondisi geografis wilayah Bogor dan sejarahnya, Kondisi Sosial Keagamaan yang mencakup dalam bidang Sosial dan Agama, dalam bidang Ekonomi dan Politik serta dalam bidang Pendidikan. Bab III Membahas tentang gambaran Museum Perjuangn Bogor, tentang ruang lingkup museum, Letak aksebilitas dan topografi, tujuan dirikannya, struktur organisasi dan perkembangan bangunan. Bab IV Membahas tentang bagaimana sejarah Museum Perdjoangan Bogor dari awal pendiriannya, bagaimana fungsi sebelum dan sesudah diresmikan menjadi Museum, kondisi bentuk bangunan, fungsi gedung, dan manfaat museum. Bab V Berisi Penutup yang melingkupi Kesimpulan dan Saran yang diambil oleh Penulis.
BAB II SEKILAS SEJARAH KOTA BOGOR
A. Letak Geografis Wilayah Bogor dan Sejarahnya Bogor merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat, yang secara geografis cukup strartegis keberadaanya. Bogor cukup berpengaruh dalam berbagai kepentingan, baik kepentingan sosial, politik, ekonomi, budaya, agama, dan lainlainnya. Bogor terbagi atas dua wilayah, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Kota Bogor yang secara geografis berada tepat ditengah-tengah Bogor yang kemudian berbatasan dengan Kabupaten yang memiliki beberapa Kecamatan, antara lain Kecamatan Kota Bogor Barat, Kota Bogor Timur, Kota Bogor Utara, Kota Bogor Selatan dan Kecamatan Tanah Sareal yang terdiri dari beberapa Kelurahan/desa yang tersebar di wilayah Kota Bogor. Begitu pula Kabupaten Bogor yang memiliki beberapa Kecamatan, antara lain Ciampea, Leuwiliang, Jasinga, Cigudeg, Cibinong, Citeurup, Jonggol, Cilengsi, Cisarua, Parung, Ciseeng, dan lain-lain. Kabupaten Bogor adalah daerah-daerah atau Kecamatan-kecamatan yang berada diluar batas-batas Kota Bogor. Bogor (kota/kabupaten) termasuk daerah dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan, juga beberapa daerah disekitarnya, antara lain disebelah barat dengan Kabupaten Rangkas Bitung dan Lebak, sekarang Propinsi Banten. Disebelah barat daya dengan Kabupaten Tanggerang yang masuk dalam Propinsi Banten, disebelah timur dengan Kabupaten Karawang dan Bekasi, disebelah tenggara dengan Kabupaten Cianjur,
12
13
disebelah selatan dengan Kabupaten Sukabumi dan disebelah utara dengan DKI Jakarta. Bogor berdiri pada tanggal 3 juni 1482 M. 1 Terlepas betul atau tidak kebenaran tersebut, berdasakan penuturan sejarah beserta para ahlinya, para tokoh masyarakat Bogor serta para Pejabat setempat dan pendapat orangtua dulu sebagai penduduk asli Bogor yang bisa dipercaya pendapatnya. Oleh karena itu, muncul beberapa catatan, literatur-literatur atau manuskrip yang berkaitan dengan sejarah Bogor. Riwayat nama “Bogor” dilihat dari latar belakangnya, banyak dari ahli sejarah mengemukakan pendapat yang berbeda. Antara lain : Bogor berasal dari kata “Buitenzorg” yaitu nama yang digunakan pada masa Kolonial Belanda. 2 kata Buitenzorg ketika dilafalkan oleh orang Sunda awam pada masa itu mengalami perubahan bunyi sehingga menjadi kata Bogor. Namun pendapat ini tidak mendapat respon dari banyak kalangan. Adapula yang mengemukakan, bahwa kata Bogor berasal dari kata ”Bokor” yang berarti sejenis batu logam yang terbuat dari kuningan. 3 Pendapat berikutnya yang cukup diterima oleh banyak pihak, khususnya para ahli sejarah bahwa Bogor berarti “Tunggal Kawung” (pohon, enau, aren). 4 Pendapat yang terakhir ini pun dapat ditemukan dalam salah satu pantun Bogor yang berjudul Ngadeungna Dayeuh Pajajaran. Bogor merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat dan bersuku Sunda, maka bahasa yang digunakannya pun tidak jauh
1
Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, (Bogor: Pemda Kota Bogor, 1984), h. 12.. Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h.1 3 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h. 2 4 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h. 3 2
14
berbeda dengan beberapa daerah/kota yang ada di Jawa Barat, yaitu Bahasa Sunda. Mungkin hanya berbeda pada dialeknya saja. Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, Jawa Barat dikenal sebgai tanah Sunda atau Pasundan dan Bangsa Belanda menyebutnya “Soendalandens”, baru pada tahun 1925 Belanda meresmikan tanah Sunda ini menjadi daerah propinsi Jawa Barat. 5 Menurut beberapa sumber dan para ahli sejarah, penduduk Bogor terdiri dari: Pertama, penduduk asli suku Sunda Bogor. Sebagian besar berdomisili di daerah Jasinga, Leuwiliang, Cijeruk, Cisarua, Jonggol, Cileungsi, dan lain-lain. Kedua, adalah penduduk keturunan asing, seperti keturunan Cina. Mereka kebanyakan berdomisili di Parung, Ciseeng, Tenjo, Cibarusa, Ciampea, dan lainlain. Penduduk keturunan Cina lebih banyak mendominasi pusat-pusat perdagangan, seperti disepanjang Jalan Siliwangi (Pasar Bogor) atau tepatnya sepanjang jalan didepan pintu gerbang utama Kebun Raya Bogor. Penduduk keturunan lainnya, yaitu penduduk keturunan Arab. Kegiatan mereka selain berdagang, juga menyebarkan Agama Islam yang berpusat di daerah Empang sebelah selatan kota Bogor yang kemudian dikenal dengan nama ‘Kampung Arab’. Yang ketiga adalah penduduk yang berdekatan dengan perbatasan Jakarta atau yang bersentuhan dengan suku adat Betawi sehingga terjadi akulturasi dengan suku Sunda (Bogor). Umumnya mereka berdomisili di daerah Cimanggis, Sawangan, Depok, Parung dan Cibinong, mereka ini disebut dengan orang-orang ‘Melayu Ora’. 6
5
R. Mohammad Ali, Penulisan Sejarah Jawa Barat Sekitar Permasalahannya, (Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1990). h. 12 6 Subeni, Sumbangan Foklore Bogor terhadap Perkembangan Bahasa di Jawa Barat, (Bandung: IKIP, 1978), h.3.
15
Pada zaman Kolonial Belanda mereka menyebut Bogor dengan kata Buitenzorg. Padahal kata tersebut lebih ditujukan kepada sebuah bangunan yang ada dilingkungan Kebun Raya Bogor, yaitu Gedung Istana Bogor yang kini terkenal tidak hanya di Indonesia tapi juga diseluruh dunia. Karena ketika orang bicara Bogor tidak akan lepas dari Kebun Raya dan Istana Bogor. Mengingat pada satu masa di zaman Kolonial Belanda pada tahun 1745, ada salah seorang Gubernur Jendral yang bernama Baron Van Imhoff yang selalu mengadakan perjalanan ke beberapa tanah jajahannya untuk memantau penduduk dan perkembangan pembangunan kekuasaan Belanda. 7 Dalam hal ini Baron sering mengunjungi daerah Cipanas, namun dalam kegiatan perjalannya, beliau membutuhkan suatu tempat untuk singgah sebagai tempat peristirahatan. Karena itulah, kemudian dibangun sebuah rumah sederhana bergaya arsitektur Eropa disekitar Kebun Raya yang sekarang dikenal sebagai Istana Bogor. 8 Penggunaan Istana Bogor oleh para Gubernur Jendral Belanda pada massanya tidak hanya digunakan sebagai tempat singgah. Tapi juga sebagai tempat menyepi untuk mengakrabkan diri dengan alam sekitar, mencari inspirasi dan yang paling penting sebagai tempat melepas lelah dari hiruk pikuk kesibukan Kota Batavia (Jakarta). Tempat-tempat seperti Villa, Bungallaw, Pondok, wisma menurut orang Perancis disebut “Sans Souci” yang berarti tanpa kesibukan atau tanpa urusan. Namun orang-orang Belanda menerjemahkan hal tersebut ke dalam Bahasa
7 8
Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h. 861. Ibid, h. 88.
16
mereka menjadi “Buitenzorg”. 9 Pada perkembangan sejarah selanjutnya kata Buitenzorg tidak ditujukan hanya kepada sebuah bangunan Istana, melainkan juga ke seluruh Wilayah Bogor. Karena akhirnya, Bangsa Belanda menyebut Bogor dengan Buitenzorg.
B. Kondisi Sosial dan Keagamaan Masyarakat Bogor Pada masa sebelum kemerdekaan, bahkan setelah masa kemerdekaan secara umum Negara Indonesia belum stabil. Baik dari aspek politik, sosial, ekonomi, pendidikan maupun keamanan kehidupan masyarakat tidak menentu. Indonesia mengalami masa-masa transisi belum tegak seperti Negara. Sekalipun sudah diproklamirkan kemerdekanannya pada tanggal 17 agustus 1945 oleh tokoh Dwi Tunggal yang mewakili Indonesia (Soekarno dan Moh Hatta). Pada masamasa kemerdekaan masih mencari ‘jati diri’ kenegarannya dengan meminta pengakuan dari berbagai Negara di dunia atas kemerdekaan yang diraihnya. Indonesia
mungkin
benar
sudah
merdeka
melalui
proklamasi
kemerdekaannya, tapi ternyata hal itu belum menjamin kebebasan, kemakmuran dan kesejahteraan yang sebenar-benarnya. Melainkan bangsa Indonesia baru melepaskan diri dari belenggu penjajah (Belanda dan Jepang). Hal itu terbukti masih terjadi kerisuhan, keresahan, dan konflik sosial yang dirasakan masyarakat, seperti bentrokan, perampokan, pembunuhan sampai pada pemberontakan oleh kelompok-kelompok tertentu, seperti TKI, DI/TII, dan lain-lain yang menentang pemerintah.
9
Ibid, h. 90.
17
Memang kerisuhan, keresahan, dan konflik tak pernah berhenti sekalipun Indonesia sudah merdeka, namun hal itu tidak terjadi merata diseluruh daerah, melainkan dibeberapa daerah saja. Artinya masih ada segelintir daerah yang kondisinya biasa saja, seperti dibeberapa desa pinggiran Bogor penduduknya mengalami kehidupan yang wajar. Meskipun begitu belum sepenuhnya aman. Dalam kaitan ini, secara umum kondisi masyarakat Bogor pada masa-masa sebelum dan sesudah kemerdekaan memang mengalami masa-masa sulit, karena efek yang terjadi di Jakarta, juga tekanan dari pasukan Belanda dan Jepang. Pada masa penjajahan Belanda, warga masyarakat Bogor khususnya para pejuang sering kali bertempur dengan pasukan Belanda yang tak lain untuk mempertahankan daerahnya supaya tidak diduduki oleh Belanda, dan juga untuk membebaskan diri dari penderitaan serta perlakuan bangsa Belanda terhadap penduduk pribumi. Karena itu sempat terjadi petempuran di daerah Bogor, antara lain di Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Citeurup, Kecamatan Cibinong, Depok, Darmaga dan lain-lain. 10 Ketika zaman penjajahan Balanda kondisi masyarakat cukup menderita berada dibawah propaganda Belanda, seakan menjadi tamu dirumah sendiri, diperlakukan secara kasar khususnya bagi warga yang bertentangan dengan kebijakan pemerintahan Belanda. Pada masa-masa suasana proklamasi pun sekitar akhir bulan Agustus sampai September 1945 di Bogor terjadi insiden-insiden kecil. Hal ini terjadi karena pemindahan kekuasan gedung-gedung dan perlucutan senjata dari pasukan
10
Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor.
18
Jepang yang diwarnai sedikit kerisuhan. Pada tanggal 5 September 1945, gedung Istana Bogor berhasil direbut oleh para pejuang Bogor dan Sang Merah Putih berkibar diatas gedung Istana Bogor. 11 Pada tanggal 29 september 1945, para pemuda berhasil menyita sembilan wagon bahan pakaian yang hendak diangkut oleh Jepang kedalam kampnya diluar kota. 12 Pada tanggal 1 oktober 1945 dengan resmi dilakukan pemindahan kekuasaan dari penguasa pendudukan Jepang oleh Residen Iyok Mohammad Siradz Hardjawinagun dan disaksikan oleh beribu-ribu rakyat yang berkerumun disepanjang jalan dan didepan kantor keresidenan, dan upacara Sang Merah Putih dan Presiden membacakan proklamsi, bahwa kekuasan pendudukan Jepang sudah dipegang oleh Republik. 13 Setelah proklamasi masyarakat Indonesia, khususnya daerah-daerah yang dekat ke Jakarta secara umum terpecah. Mereka ada yang pro-RI, juga ada yang pro-NICA. Oleh karena itu, masyarakat ada yang dicurigai bersengkongkol dengan NICA sehingga terjadi pertempuran antar warga masyarakat karena saling mencurigai. Salah satunya terjadi pertempuran didistrik Depok pada pertengahan September 1945, dimana penduduk yang beragama Kristen yang dahulunya terkenal rapat dengan Belanda, bahkan mereka dicurigai sebagai agen-agen NICA. 14 Tanggal 22 Oktober 1945 tentara Inggris masuk ke Bogor dengan tidak mendapat gangguan dari rakyat dan pejuang Bogor. Pasukan Inggris yang masuk 11
A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, (Bandung: PT. Angkasa, 1979), h. 341. 12 Ibid, h. 341. 13 Ibid. h. 342. 14 Ibid, h. 342.
19
ke Bogor terdiri dari satuan yang tergabung dalam brigade infantri India ke-26 dengan Kolonel Greenway sebagai komandannya, Mayor Syahwar Khan sebagai perwira staf dan Kapten Skobay sebagai perwira intelejen yang kemudian diganti oleh Kapten Ruthford. 15 Masuknya pasukan Inggris di Bogor tersebut disebabkan Panglima Besar Tentara Sekutu di Indonasia, Letnan Jendral Sir Philip Christison berhasil membujuk pemerintah RI untuk menempatkan pasukannya di Bogor dan di Bandung. 16 Tanggal 24 Oktober 1945 tentara Inggris dipimpin oleh Kolonel Greenway mengadakan perundingan dengan markas ‘Barisan Rakyat`, yang diwakili oleh tokoh-tokoh BKR, seperti Gatot Mangkupradja, Dule Abdullah, Kustija, Basuki, dan Amdjah di markas tentara Inggris Batalyon 15. 17 Dalam perundingan tersebut, Inggris meminta Istana Bogor untuk dijadikan sebagai markas besarnya di Bogor, akan tetepi para wakil dari ‘Markas Barisan Rakyat` menolak keinginan Inggris tersebut. Pada saat itu Istana Bogor merupakan markas para pejuang. Setelah perundingan menemui jalan buntu Kolonel Greenway menyarankan untuk mengadakan perundingan susulan di markas besar Inggris di Jakarta (sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan di Jl. Merdeka Barat). Perundingan susulan dilangsungkan pada tanggal 27 Oktober 1945 tetapi pihak Inggris menyandera para utusan tersebut dan membuangnya ke pulau Onrust (Kepulauan Seribu di Jakarta). Pada bulan
15
Emi Maschurah, Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah dalam Mempertahankan Republik Indonesia di Bogor (1945 – 1947), Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 68. 16 Ibid, h. 69 17 Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, Sejarah Perdjoangan di Kabupaten DT. II Bogor (1942 – 1949), (Bogor : Pemerintah Kabupaten DT. II Bogor, 1986), h. 46.
20
Desember terjadi pertempuran yang mengakibatkan suasana di Bogor terasa genting. Inggris yang tidak berhasil menguasai Istana Bogor dengan cara diplomasi, kemudian melakukan penyerbuan ke Istana. Pada tanggal 9 Desember 1945 pasukan Inggris bergerak melakukan penyerangan secara besar-besaran dengan menggunakan mobil lapis baja, sehingga terjadi pertempuran disekitar Istana Bogor. 18 Kemudian, terjadi pula insiden lain pada tanggal 10 Desember 1945, tentara Inggris dan Gurka dengan bersenjata lengkap bergerak di sekitar Bogor dan sebagian menuju Ciburial, bahkan mereka sempat menggedor-gedor beberapa rumah tokoh masyarakat/pejuang dan terkadang menganiayanya, juga merusak gedung-gedung pemerintah Bogor atau fasilitas umum lainya. Antara lain, kantor Kabupaten Bogor yang mendapat kerusakan yang sangat parah, yakni bagian kesehatan, bagian sekretariat dan kemakmuran, brankas yang ada disitu pun didobrak, tapi untung sebelumnya sudah dikosongkan terlebih dahulu. 19 Bulan
Oktober
1946
Pemerintah
Jawatan
Karesidenan
Bogor
mengeluarkan maklumat yang isinya antara lain: a. Pada tanggal 23 Oktober 1946 pos-pos tentara Inggris yang berada diluar kota, diantaranya Ciburial, Dermaga, Kedung Badak
dan
Jembatan Satu Duit akan ditinggalkan oleh tentara Inggris dan digantikan oleh tentara Belanda.
18 19
Ibid, h. 47 Museum Perdjoangan Bogor, Koran Gelora Rakyat, 21 Januari 1945.
21
b. Pada tanggal 24 Oktober 1946 pos-pos tentara Inggris di dalam kota diganti oleh Belanda, selanjutnya kepada umum diminta supaya tetap tenang. 20 Begitu pula kondisi masyarakat dalam kehidupan beragama sempat terjadi stagnasi, karena ada tekanan-tekanan dari pihak pemerintah Belanda. Aktifitas para kyai dengan ceramah-ceramahnya di masyarakat dicurigai oleh pemerintah Belanda, karena dikhawatirkan akan mempengaruhi kelanggengan pemerintah Belanda. Hal itu dituduhkan kepada beberapa kyai, seperti KH. Muhammad Falak, KH. Soleh Iskandar, Mama Kyai Bakom Ciawi, Mohamad Bakri, dan lainlain. Karena ceramah-ceramahnya yang terkesan menghasut rakyat setempat, membakar semangat mereka dan membuat manuver-manuver untuk bergerak berjuang melawan Belanda. Fenomena tersebut memang sudah umum terjadi pada masa penjajahan, karena posisi kyai/tokoh agama cukup strategis berada ditengah masyarakat. Para kyai, selain sebagai tokoh guru di pesantren atau di lembaga pendidikan bagi para santri, juga sebagai tempat bertanya bagi masyarakat sekitarnya, terlebih lagi bagi tokoh pejuang ketika itu. Selain itu, tidak sedikit para kyai pada masa penjajahan yang ikut turun berjuang untuk membela kemerdekaan dan membebaskan rakyat dari penderitaan. Pada akhirnya banyak bermunculan para pahlawan Nasional dari unsur kyai/ustadz yang berjuang melawan para penjajah dibeberapa daerah di Indonesia dengan melalui perlawanan rakyat. Seperti di Jawa Barat, antara lain KH. Zaenal 20
Siaran Kilat Pemerintah Jawatan Penerangan Karesidenan Bogor, (Bogor: Arsip Museum Perdjoangan Bogor, 1946).
22
Mustofa di Tasikmalaya (Tahun 1944), Kyai Emas di Indramayu, H. Madrijas, H.Hasan pada pertempuran Cimareme, H.Kartiwa, Kyai Srengseng, Kyai Kusen, Kyai Mukasan (Tahun 1944), dan lain-lain. 21 Begitu pula di Bogor, pada masa-masa penjajahan (Belanda-Jepang) telah melahirkan beberapa tokoh pejuang dari unsur-unsur kyai, antara lain KH. Tubagus Muhammad Falak dari Desa Pagentongan Bogor Barat, yang terkenal seJawa Barat dan di kalangan para kyai di tanah Jawa. Kemudian KH. Abdullah bin Nuh, yang sekarang memiliki Yayasan Ibn Khaldun dan sekarang terkenal dengan nama kampus UIKA (Universitas Ibn Khaldun) Bogor. Sekalipun masa-masa sulit dialami oleh masyarakat Bogor pada masamasa sebelum dan sesudah kemerdekaan atau pada masa penjajahan Belanda hingga Jepang. Namun hal itu tidak menyurutkan niat sebagian warga untuk menjalani aktifitas keagamaan, baik pengajian majlis ta’lim, kegiatan pesantren, aktifitas ibadah di masjid-masjid dan musholla-musholla, seperti yang terjadi disebagian desa kecil di wilayah Bogor. 22 Karena mungkin pertempuranpertempuran yang terjadi hanya dibeberapa daerah saja, terutama di pusat-pusat kota dan tempat-tempat di dekat markas Belanda. Sementara
disisi
lain
ada
kelompok-kelompok
yang
mencoba
melemparkan isu-isu pemerintahan Islam pada tahun 50-an yang kemudian mengikat dalam wujud pergerakan. Hal ini seperti terjadi pada gerakan DI/TII yang dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo beserta antek-anteknya. Kasus ini sempat
21
Disjarah Militer KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, (Jakarta: Fakta Mahjuma, 1968). h. 7 22 Mayor Sanusi, bagian Personalia Museum PETA Bogor.
23
menggegerkan wilayah Jawa Barat serta mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan pemerintah ketika itu. Di Bogor pun merebak gerakan DI/TII sehingga pada suatu ketika terjadi pengepungan dan penyerbuan oleh tentara dan rakyat terhadap gerombolan tersebut yang bermarkas di pegunungan-pegunungan, seperti di Gunung Salak, di Gunung Gede Pangrango dan gunung-gunung kecil yang berada disekeling Kabupaten Bogor. 23
C. Kondisi Masyarakat Aspek Ekonomi dan Politik Sebagaimana diketahui secara umum kondisi negara Indonesia pada masamasa sebelum kemerdekaan bahkan sampai setelah kemerdekaan pun tidak menentu. Masih banyak di beberapa daerah yang bergejolak. Pada masa sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia mengalami dua fase masa penjajahan, yaitu masa penjajahan Belanda dan Jepang. Sebelum Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, bangsa Indonesia berada dibawah tirani Belanda. Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun yang menyisakan penderitaan yang tak pernah hilang, khususnya bagi mereka yang mengalami masa-masa tersebut. Pada masa-masa penjajahan Belanda rakyat Indonesia mengalami kehidupan yang semu, mereka bagaikan bangsa asing di negeri sendiri. Warga diperlakukan semena-mena, daerah-daerah di kuasai Belanda, tanah garapan
23
Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor.
24
diatur oleh Belanda dengan kebijakan tanam paksanya. Hampir seluruh sektor ekonomi dikuasai Belanda. Monopoli perdagangan adalah salah satu kebijakan Belanda, semua hasil tani, hasil kebun harus dijual kepada Belanda dengan harga murah. Tiap penduduk dikenai upeti, hasil alam Indonesia dijual ke luar negeri dan hasil keuntungannya sebagian dibawa ke Belanda, sementara sebagian lainnya digunakan untuk memperluas imperialismenya. Banyak
pula
kebijakan
ekonomi-politik
Belanda
lainnya
yang
menyengsarakan rakyat, seperti politik adu domba (Devide et Impera) antar masyarakat, suku, ras dan agama, kebijakan kerja rodi, dan masih banyak lagi penekanan-penekanan kepada rakyat Indonesia. Namun masa penjajah Belanda tidak berlangsung lama, karena pada fase berikutnya Jepang mendarat di Indonesia yang kemudian berhasil menaklukan Belanda pada tahun 1942. 24 Penaklukan Belanda oleh Jepang cukup mendapat sambutan dari pihak rakyat Indonesia, seakan memberi angin segar dan menggembirakan rakyat yang telah lama berada dibawah tekanan pemerintah Belanda. Pada akhirnya bangsa Jepang bersikap over acting terhadap rakyat Indonesia dan mencoba beradaptasi kepada rakyat dengan cara memberikan janji kemerdekaan Indonesia. Padahal tujuannya sama dengan Belanda ingin menjajah Indonesia. Jepang mengawali penjajahannya di bumi Indonesia dengan mencoba melancarkan propaganda yang bersifat membangkitkan kesadaran nasional untuk mendeklarasikan Negara Indonesia merdeka. Praktek-praktek yang pada zaman
24
Disjarah Militer KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, h. 26.
25
Belanda dilarang, kemudian pada zaman Jepang dibolehkan. Seperti di bolehkannya mengumandangkan lagu Indonesia Raya, boleh mengibarkan bendera
merah
putih
berdampingan
dengan
Jepang,
kemudian
boleh
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, dan lain-lain. Namun demikian masa-masa tersebut pun tidak berlangsung lama. Karena pada akhir tahun 1942 negara Jepang digempur oleh sekutu dengan melakukan penyerangan dan pengeboman ke dua kota besar di Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa tersebut ternyata berakibat besar terhadap keberlangsungan penerintah Jepang yang ada di Indonesia. Pusat kerajaan Jepang bergejolak, negaranya mengalami kegoncangan. Perwakilan pasukan Jepang di Indonesia mulai agresif pada rakyat dan memberikan kebijakan-kebijakan politik kepada para tokoh/pejuang bangsa Indonesia. Antara lain membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ) atau yang disebut Dokuritsu Zyumbi Kosakai sebagai bukti langkah kemerdekaan yang pernah dijanjikan. Kemudian membentuk pasukan dan laskar-laskar rakyat untuk membantu Jepang melawan sekutu. Seperti dibentuknya pasukan PETA (Pembela Tanah Air) pada bulan Oktober 1943. 25 Dan di dirikan laskar-laskar atau organisasiorganisasi, seperti Keibodan (Barisan Pemuda), Fujinkai (Barisan Perempuan), Seinendan (prajurit/perwira), Suisintai (Barisan Pelopor), Pemuda Pelajar,
25
Ibid, h. 30.
26
Pemuda Pabrik, Pasukan Hizbullah, dan lain-lain. 26 Para pasukan tersebut diberi pelatihan dan dipersenjatai. Seiring berjalannya waktu sepak terjang Jepang mulai melemah, demikian pula kebijakan-kbijakan politik Jepang mulai diketahui oleh rakyat. Akhirnya kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pejuang Indonesia untuk mempercepat kemerdekaanya dan memukul pasukan Jepang. Hal ini dilakukan oleh pasukanpasukan dan laskar-laskar/organisasi yang dibentuk oleh Jepang, karena rakyat Indonesia mulai sadar atas perlakuan Jepang yang tidak beda seperti pasukan Belanda. Sampai pada akhirnya Jepang mundur pula oleh para pejuang Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Fenomena yang terjadi pada masa-masa penjajahan Belanda dan Jepang pun terjadi dibeberapa daerah, terutama di Jawa dan khususnya di Jawa Barat. Kebijakan ekonomi- politik pada zaman Belanda dan Jepang tidak pernah berpihak pada warga pribumi, malah sebaliknya para penjajah menjadikan rakyat Indonesia seperti sapi perahan yang hanya mengambil kepentingan sepihak. Kebijakan ekonomi-politik Belanda jelas sekali sarat dengan pemerasan hal ini terbukti dengan penguasaan sector-sektor perkebunan, perdagangan dan eksport-import yang berpihak pada kepentingan Belanda. Jawa Barat termasuk salah satu daerah yang terkenal besar hasil sawah dan perkebunannya sebagaimana nampak membentang penghijauan yang terbesar dibeberapa kabupaten. Seperti Banten, Bogor, Karawang, Bekasi, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Ciamis, Cirebon, Tasikmalaya, Indramayu, Purwakarta, dan lain-lain.
26
Ibid, h. 34.
27
Sektor perkebunan hampir seluruhnya dikuasai oleh Belanda, seperti perkebunan teh, kopi, lada, karet, dan lain-lain. Salah satunya perkebunanperkebunan yang berada dibeberapa kecamatan daerah Bogor dikuasai oleh Belanda. 27 Antara lain perkebunan teh di kecamatan Cisarua (puncak), kemudian hasil kebun dan buah-buahan. Juga hasil kayu hutan pegunungan di kecamatan Cileungsi, Jonggol, Cibarusa, Ciseeng, Leuwiliang, Cigombong, Jasinga, Cigudeg, Ciampea, Ciapus, dan lain-lain. 28 Dalam sektor perdagangan pun Belanda menerapkan kebijakan-kebijakan yang licik. Politik monopoli perdagangan yang pernah hilang dari dahulu kala. Pada sektor pemasaran kemudahan dalam kepemilikan toko, kios bagi warga pribumi tidak adil. Para pedagang harus memberikan upeti kepada pemerintah atas hasil perdagangannya. Hal tersebut pun terjadi di Bogor, seperti di pusat perbelanjaan “Pasar Bogor”, Ramayana, Empang. Belum lagi para pedagang di Bogor harus bersaing pula dengan para pedagang keturunan Cina. Secara politis memang penguasaan, tanggung jawab dan kewenangan atas wilayah Bogor, baik Regent (Bupati), Wedana (Pembantu Bupati), asisten wedana (Camat), kepala desa, dan lain-lain dipimpin oleh warga setempat. Namun mereka semua bertanggung jawab atau berada dibawah penguasaan pemerintah Belanda dan tidak sedikit pula pemimpin yang berkhianat pada rakyat. Oleh karena itu, setiap kebijakan-kebijakan politik pada zaman Jepang secara umum tidak berbeda deangan pemerintah Belanda. Meskipun bangsa Jepang mencoba bersikap adaptatif 27 28
dan kooperatif
terhadap penduduk pribumi dengan memberikan
Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor. Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor.
28
kebijakan-kebijakan yang tidak pernah diberikan pada zaman Belanda dan juga memberikan harapan kemerdekaan. Ketika Jepang mulai terdesak oleh sekutu mereka mengantisipasi dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan politik dengan menghimpun rakyat dan dibentuk dalam pasukan-pasukan/laskar-laskar untuk mendukung pihak Jepang. Di Bogor peristiwa itu pun terjadi, salah satunya dengan menghimpun para pejuang setempat ke dalam wadah pasukan perwira PETA (Pembela Tanah Air). Menindak lanjuti langkah tersebut pada bulan Oktober 1943, pasukan Jepang membuka tempat Korps Latihan Perwira Tentara sukarela PETA (Bo Ei Gyugun Kanbu Renseitai) di Bogor. 29 Tepatnya dijalan Jendral Sudirman di sepanjang jalan menuju gerbang Istana Bogor. Kemudian pada tanggal 18 Januari 1944, Korps Latihan Perwira PETA tersebut diganti dengan nama Bo Ei Gyugun Kanbu Kyokutai (Korps Pendidikan Perwira Tentara Sukarela PETA) 30 , dengan tidak mengubah lokasi tempatnya. Mayor Oking adalah salah satu anggota pasukan PETA yang kemudian menjadi pejuang warga Bogor. Di samping para pejuang Bogor lainnya ketika itu, seperti Kapten Muslihat yang pernah menjadi atasan Oking, Mayor Abing Sarbini adalah Komandan Batalyon XVI Siliwangi yang ketika itu membawahi kompi Oking, Kolonel Daan Yahya (Komandan Divisi Siliwangi), KH. Tubagus Muhammad Falak, KH. Abdullah bin Nuh, Ibrahim Ajie, Kawilarang, dan lainlain. Sementara itu warga Bogor lainnya, yakni para pemuda-pemudi, karyawan pabrik, pelajar, para buruh dan sebagainya diorganisir sebagai laskar-laskar atau 29 30
Disjarah MIliter KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, h. 30. Ibid, h. 31.
29
organisasi-organisasi tertentu sebagaimana yang sudah penulis jelaskan sebelumnya.
D. Kondisi Masyarakat dalam Bidang Pendidikan Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”. 31 Pendidikan adalah juga proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui proses yang
panjang dan berlangsung sepanjang hayat. 32
Pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan, karena pendidikan merupakan proses pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memotivasi dan membangkitkan minat, bakat, keterampilan dan segala potensi yang berada didalam diri manusia melalui pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Sehingga pada akhirnya akan menimbulkan hasil karya, karsa dan cipta dalam bentuk kebudayaan dan peradaban pada masyarakat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya pendidikan harus didukung oleh berbagai sarana, fasilitas dan perlengkapan yang memadai sebagai penunjang kelangsungan proses pendidikan. Dan salah satu yang paling penting adalah lingkungan kondisi yang kondusif sehingga proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan aman tanpa kendala apapun. Dalam kaitan dengan kondisi sejarah bangsa Indonesia, dunia pendidikan mengalami perkembangan yang tidak menentu. Hal tersebut dialami rakyat Indonesia pada masa-masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, terutama pada
31
Nana Sudjana, Pembinaan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, Cet, ke-1, 1996), h. 1. 32 Ibid, h. 2.
30
masa-masa penjajahan. Pada masa Belanda terjadi diskriminasi dalam dunia pendidikan terhadap pribumi. Pemerintah Belanda membuka beberapa lembaga pendidikan, antara lain HIS (Holland Inlandische School), yaitu sekolah untuk anak-anak pribumi yang berasal dari kaum bangsawan. 33 Kemudian sekolah ini dibuka untuk kalangan menengah dalam rangka supaya penduduk pribumi bisa menyesuaikan diri dengan kebudayaan Belanda atau dikenal dengan politik kebudayaan. 34 Kondisi dunia pendidikan yang terjadi di Bogor pun ada masa-masa penjajahan tidak jauh berbeda seperti di Jakarta dan di daerah-daerah lain. Sedikit sekali HIS di Bogor yang hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu, seperti anakanak regent, wedana, asisten wedana, anak keturunan raden atau ningrat yang berdarah biru. Sementara bagi rakyat biasa didirikan Sekolah Rakyat (SR) yang dalam bahasa Belanda disebut Volks School. 35 Sekolah ini diperuntukan bagi rakyat menengah ke bawah. Sekolah Rakyat di Bogor yang pertama salah satunya terdapat di Jalan Kartini Kota Bogor. Dan ada pula semacam sekolah rakyat, yaitu Schakel School, sekolah ini salah satunya terdapat di Jalan Pengadilan yang sekarang menjadi SMP Negeri 2 Bogor. 36 Kemudian pada tahun 30-an pemerintah Belanda mendirikan Holland Chinese School (HCS) yaitu sekolah untuk anak-anak Eropa
33
Mayor Sanusi, Bogor 28 Februari 2004. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta : LP3ES), h. 22. 35 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA, Bogor. 36 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA, Bogor. 34
31
dan Cina atau keturunan Tionghoa. 37 Sekolah ini sekarang dikenal dengan nama Regina Pacis yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda Bogor. Di tengah munculnya sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah Belanda, ternyata ada pula pendidikan non-formal pada masa itu yang berbasis pendidikan Islam tradisional, yaitu pendidikan pesantren. Komunitas pesantren umumnya anak-anak pribumi di pedesaan atau anak-anak kyai/ustadz yang antipati terhadap pendidikan Belanda. Tradisi pendidikan pesantren tidak pernah hilang ditelan zaman sejak masa wali songo. Di Bogor ada beberapa pesantren pada zaman penjajahan, antara lain pesantren Al-Falak di Desa Pagentongan Bogor Barat dengan tokoh kyayinya yang juga tokoh pejuang, yaitu KH. Tubagus Muhammad Falak dan pesantren AlGhazali, kemudian pesantren di desa Cisempur Caringin, pimpinan KH. Royani. Juga pesantren Bakom di Ciawi yang konon katanya merupakan pesantren tertua di Bogor. Dan masih banyak lagi pesantren-pesantren kecil di Bogor, terutama di wilayah Kabupaten Bogor Barat. Keberadaan pesantren cukup berpengaruh besar pada zaman penjajahan, karena pola-pola yang diterapkan dalam pendidikan pesantren sarat dengan nilainilai kemandirian, Perdjoangan (jihad) dan nilai-nilai kemanusiaan. Doktrin pesantren terkesan membangkitkan motivasi santri dan masyarakat untuk bergerak melawan penjajah. Karena ketokohan kyayi selain dimana santri, juga umumnya merupakan tokoh masyarakat bagi warganya yang mudah didengar dan dituruti.
37
Bogor.
Geise OFM dan F. Vugts OFM, Sejarah Gereja Katholik di Wilayah Keusukupan
32
Sekitar tahun 1946-1948, ketika belum lama Jepang terdesak oleh tentara sekutu dan rakyat Indonesia pun berhasil memukul mundur pasukan Jepang. Kondisi sosial, politik dan keamanan sempat mengalami gejolak. Hal tersebut sempat terjadi dibeberapa daerah di wilayah Bogor dengan banyaknya bermunculan gerombolan yang meresahkan rakyat setempat.
BAB III GAMBARAN UMUM MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR
A. Ruang Lingkup Museum Perdjoangan Bogor Visi dan Misi Museum Perdjoangan Bogor : 1. Visi Museum Perdjoangan Bogor a. Mewariskan semangat dan jiwa juang serta nilai-nilai 45 kepada generasi sekarang dan generasi yang akan datang. b. Mewajibkan generasi bangsa sebagai generasi yang tidak Adam lil Tapel, yakni generasi yang tidak lupa pada asal. Asal bangsa Indonesia yang mempunyai ciri dan pribadi Indonesia serta berwawasan nusantara yang dituangkan dalam falsafah Negara yaitu : Pancasila. 2. Misi Museum Perdjoangan Bogor Untuk mewujudkan Visi yang dimiliki Museum Perjuangn Bogor maka dilakukan upaya pencapaian yang tertuang dalam misi sebagai berikut : a. Memupuk dan Memelihara semangat Revolusi 17 Agustus 1945 b. Menyimpan benda-benda bersejarah yang terlibat langsung dalam revolusi Fisik perang Kemerdekaan RI tahun 1945. c. Menyalurkan dan menghubungkan rakyat dari Keresidenan Bogor dengan membina komunikasi dan tali silahturahmi yang baik. 1 Memanfaatkan keberadaan Museum sebagai alat pendidikan bagi masyarakat terutama bagi anak-anak dan pemuda harapan bangsa.
1
Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.
33
34
B. Letak, Aksesibilitas, dan Topografi Museum Perdjoangan Bogor pada awal pendiriannya terletak dipusat keramaian dan hingga kini berada disalah satu pusat perbelanjaan di kota Bogor yaitu, Pusat Grosir Bogor (PGB). Kondisi topografi dari Museum Perdjoangan Bogor merupakan refleksi dari topografi kota Bogor, yaitu berada pada wilayah rangkaian pegunungan yang mengelilingi Kota Bogor. Termasuk kedalam wilayah lipatan Utara yang tertutup bahan Vulkanik endapan sungai dari gunung Salak dan Gunung Gede. Sebagian besar daerah ini mengandung tanah liat, lapisan batubatuan dan pasir. 2 Keadaan tanah bersifat naik-turun yang merupakan gabungan lembah dan tebing di bagian kedalaman tanah 16-20 meter dari permukaan kota. Sedangkan untuk ketinggiannya pada kisaran antara 200-300 meter dari permukaan laut. Bangunan gedung yang terdiri atas dua lantai ini merupakan bangunan peninggalan zaman kolonial Hindia Belanda ketika menjajah Indonesia. Gedung museum Perdjoangan Bogor sejak awal pendiriannya telah mengalami beberapa kali perombakan atau renovasi fisik bangunan. Museum Perdjoangan Bogor (MPB) merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang didirikan diatas areal tanah seluas 650 m², dengan deskripsi luas bangunan 515 m² yang terdiri atas dua lantai sebagai gedung utama dan dilengkapi oleh ruang kantor dan mushola pada bagian kiri dan kanan. Menurut letak administrasi kepemerintahan termasuk kedalam kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan batas kawasan sebagai berikut:
2
Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.
35
1. Utara
: Berbatasan dengan jalan MA. Salmun
2. Selatan : Berbatasan dengan Jalan Mayor Oking dan areal ex SMP Hutabarat 3. Timur
: Berbatasan dengan areal pemukiman penduduk
4. Barat
: Berbatasan dengan Jalan Merdeka 3
Kondisi aksesibilitas Menuju Museum Perdjoangan Bogor dapat dikategorikan cukup mudah. Kerena letaknya yang berada di pusat Kota Bogor dan dapat ditempuh dalam beberapa menit dari pintu gerbang utama Kota Bogor (Jalan bebas hambatan /tol jagorwi). Museum Perdjoangan Bogor dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum berupa angkutan perkotaan yang memiliki jalur trayek melalui pintu-pintu masuk Museum Perdjoangan Bogor ataupun dengan menggunakan kendaraan tradisional becak.
C. Tujuan Pokok Museum Perdjoangan Bogor Tujuan pokok didirikannya Museum Perdjoangan pada saat peresmian awal, sebagai berikut: 4 1. Memupuk dan memelihara semangat revolusi 17 agustus 1945. mewariskan jiwa dan semangat proklamasi kemerdekaan pada angkatan muda dan keturunan yang akan datang (generasi mendatang) 2. Patriotik dan Heroik (kebangsaan dan kepahlawanan) sebagai monumen nasional yang hidup untuk mengenang dan memperingati serta memuliakan para pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia 3
Data statistic Museum Perdjoangan Bogor. Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian Pembukaan Gedung Museum Perdjoangan Bogor. (Bogor: Percetakan Archipel Bogor, 1958), h. 8. 4
36
3. Historis (sejarah) sebagai penyalur dan penghubung dari rakyat karesidenan Bogor dalam Perdjoangannya untuk mempertahankan dan mengisi kemerekaan 17 agustus 1945. 4. Pedagogis (pendidikan) sebagai alat pendidikan bagi masyarakat terutama bagi anak-anak dan pemuda harapan bangsa. 5. Kultural (kebudayaan) sebagai tempat memupuk dan penyimpanan hasilhasil karya dari cabang kehidupan dan kebudayaan yang sesuai dengan jiwa dan semangat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
D.;Struktur Organisasi Museum Perdjoangan Bogor Museum Perdjoangan Bogor berada dibawah sebuah Yayasan yakni Yayasan Museum Perdjoangan Bogor (MPB). Yayasan ini didirikan oleh para pejuang yang berasal dari daerah sekaresidenan Bogor setelah perang revolusi fisik tahun 1945-1950. Yayasan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mengakomodir setiap bentuk pesan dan keinginan dari para pejuang RI yang menginginkan kemerdekaan sejati bagi bangsa dan negara. 5 Dewan Pengurus Yayasan Museum Perdjoangan Bogor pada awal pendirinnya
memiliki
anggota
yang
berasal
dari
beberapa
kalangan.
Kepengurusan Yayasan ketika itu terdiri dari 17 orang masing-masing : Residen Bogor – Walikota Bogor – Bupati Bogor – Prof. Ir. Koenoto Setyadi – DR. HSB Zahar – Umar Sanusi – Bunawan Rusmuiputro – Sdr. Sudewo – Ny. Halmaherawati Sukardja – Mayor Saptaji – Mayor Tarmat – Erno Hardja – Soleh
5
Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.
37
Iskandar – Ny. Rumiah Darta Abdurachman dan seorang perwakilan dari daerah Cianjur, serta beberapa orang perwakilan daerah lain sekitar di kota Bogor. Hingga saat ini masa kepengurusan Museum Perdjoangan Bogor (MPB) telah mengalami perubahan sebanyak dua kali dari kepengurusan yang lama. Kepengurusan baru yang mengelola museum saat ini merupakan kepengurusan yang diangkat oleh Dewan Pembina Museum Perdjoangan Bogor pada bulan maret tahun 2003. Pengurus museum memiliki anggota yang terdiri atas 17 orang yang tersebar pada beberapa bidang/jabatan. Setiap pengurus diangkat oleh Dewan Pembina museum untuk masa bakti 5 tahun. 6 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor (MPB) memiliki seperangkat kepengurusan yang bersifat independen. Kepengurusan yayasan dapat terdeskripsi secara jelas dalam bagan struktur organisasi yayasan (Gambar 1). 7 Melalui struktur tersebut dapat terlihat garis komando yang terdapat di museum dengan jelas untuk setiap jabatan. Yayasan MPB memiliki visi yakni “Mewariskan semangat dan jiwa proklamasi kemerdekaan kepada angkatan muda dan keturunan yang akan datang”. Melalui visi tersebut coba dikembangkan satu upaya pencapaian visi yang tercantum pada misi Yayasan MPB. Misi dari Yayasan MPB salah satu diantaranya adalah dengan mendirikan Museum Perdjoangan Bogor dan berbagai fasilitas yang terkait dengan keberadaan museum tersebut.
6 7
Wawancara Pribadi, Drs. H. Mardjono, Tanggal 23 Juli 2010. Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.
38
Yayasan Museum Perdjoangan Bogor
PEMBINA 1. Komandan KOREM 061 Suryakencana 2. Walikota Kota Bogor 3. Bupati Kab. Bogor 4. Mayjen Adjat Sudrajat
PENGAWAS
1. Ketua Wirawati Catur Panca 2. Ketua Dewan Pendidikan Kota Bogor 3. Ketua LVRI Kota Bogor 4. Ketua LVRI Kab. Bogor KETUA UMUM
KETUA I (SATU)
KETUA II (DUA) PENGURUS
KETUA PELAKSANA HARIAN Hj. Nanie RS. Kamarwan
Drs. H. Mardjono
SEKRETARIS
BENDAHARA
PENGEMBANGAN
AKUSISI
PELAKSANA HARIAN
M.O. WIWOHO
JACJA SALEH
RAHMI INDRA
PEMBANTU UMUM ACIH
ACUB
Gambar 1. Struktur Organisasi Museum Perdjoangan Bogor
39
Tugas dan Fungsi dari tiap-tiap Jabatan (Job Description) Setiap jabatan di Yayasan Museum Perdjoangan Bogor memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda. Masing-masing fungsi dan tugas disesuaikan dengan kapasitas yang seharusnya dimiliki oleh setiap jabatan. Setiap tugas yang diberikan oleh Dewan Pembina Museum Perdjoangan Bogor kepada setiap pengurus merupakan satu rangkaian kesatuan yang termaktub pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dihasilkan pada rapat awal pendirian museum. Setiap jabatan diharuskan memberikan laporan pertanggung jawaban kepada Dewan Pembina setiap tahunnya, berkaitan dengan pelaksanaan konsep yang telah diamanatkan. 8 Berikut ini tugas dan fungsi dari tiap-tiap jabatan (job description) di Museum Perdjoangan Bogor (MPB): 1. Pembina: Memiliki kewenangan bertindak untuk dan atas nama Pembina. Memutuskan perihal mengenai perubahan Anggaran Dasar, mengangkat dan
memberhentikan
anggota
pengurus
dan
anggota
pengawas,
menetapkan Kebijakan Umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan, mengesahkan program Kerja dan Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan yang disiapkan oleh pengawas, dan mengesahkan Laporan Tahunan Yayasan. 2. Pengawas: Melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan Kegiatan Yayasan. Serta memeriksa perihal Laporan Harian baik dokumen pengeluaran, pembukuan data pengunjung, dan lain sebagainya. 3. Ketua Umum: Memiliki wewenang bertindak untuk dan atas nama pengurus mewakili Yayasan. 4. Ketua I (Satu): memiliki kewenangan mewakili Ketua Umum dalam berbagai kesempatan apabila Ketua Umum berhalangan hadir mewakili Yayasan. Melaporkan berbagai perkembangan-perkembangan pengelolaan secara rutin setiap bulannya kepada Ketua Umum.
8
Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.
40
5. Ketua
II
(Dua):
Memiliki
kewenangan
untuk
mengatur
dan
mengkoordinasikan program kerja yang telah disusun pada Rapat Dewan Pembina kepada setiap anggota pengurus. Selain itu berkesempatan pula mewakili Yayasan apabila Ketua Umum dan Ketua I (Satu) berhalangan hadir diberbagai kesempatan. 6. Pengurus: Berkewjiban melaksanakan kepengurusan yayasan demi mencapai Visi dan Misi Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan memperhatikan ketentuan dalam anggaran dasar peraturan perundangundangan yang berlaku (pembagian tugas dan wewenang yang dihasilkan melalui rapat Pembina). Pengurus melakukan rapat anggota pengurus setiap waktu dan dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus. Pengurus terdiri atas beberapa orang personil yang menduduki beberapa jabatan yang terdiri atas: a. Ketua Pelaksanaan Harian: Memiliki kewajiban untuk melaporkan hasil kagiatan pengelolaan harian kepada Ketua I (Satu), mengatur dan mengkoordinasikan dana pendapatan yang diperoleh oleh museum setiap harinya dan pelaporan setiap bulan kepada Ketua I (Satu). b. Sekretaris: Mengelola administrasi Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dan mengelola pembukuan data kunjungan serta kearsipan sebagai bahan penyusunan Laporan Tahunan. c. Bendahara: Mengelola keuangan Yayasan Museum Perdjoangan Bogor yang meliputi pengeluaran, pendapatan, serta kondisi kas Yayasan. d. Seksi Bidang Pengembangan: Mengelola upaya pengembangan museum (promosi publikasi dan koleksi) dan strategi pencapaian yang diperlukan. e. Seksi Bidang Akusisi: Mengelola pengembangan sarana prasarana serta fasilitas museum. f. Pelaksana Harian: Melaksanakan tugas harian yang mencakup pelayanan tiket dan pemberian informasi (jasa pemanduan).
41
g. Pembantu Umum: Melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perwatan sarana prasaran serta fasilitas yang terdapat di Museum Perdjoangan Bogor.
E. Kondisi dan Bentuk Bangunan Museum Perdjoangan Bogor mempunyai luas area
650 m², didalam
gedung tersebut terdapat ruang perkantoran, dan ruang koleksi. Sedangkan di halaman depan museum terdapat sebuah taman seluas 10 x 30 meter. Halaman ini berlantaikan ubin dan di tengah-tengah tamannya terdapat sebuah pancuran air. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisikan kantor dan benda-benda koleksi seperti senjata-senjata modern, dokumen-dokumen, mata uang, lukisan, dan lain-lain. Kemudian lantai dua terdiri dari benda-benda koleksi seperti senjata-senjata tradisional, topi helmet, prasasti/monumen, diorama peristiwa pertempuran, kain/pakaian, dan sebagainya. Didepan bangunan ini terdapat sebuah pusat perbelanjaan, dan disamping kiri dan kanannya terdapat ruko-ruko. 9 Pada umumnya, sebuah bangunan memiliki komponen-komponen yang selalu
hadir
dan
berhubungan
dengan
konstruksi
bangunan
sebagai
kelengkapannya dari bangunan tersebut. Komponen-komponen ini disebut komponen arsitektur, komponen ini tidak dapat terpisahkan dari bangunan tersebut. Komponen tersebut berupa lantai, dinding, jendela, pintu, atap dan lain
9
Drs. H. Mardjono, Wawancara Pribadi tanggal 23 Juli 2010.
42
sebaginya. Jika salah satu komponen tersebut tidak ada maka dapat dikatakan bagunan tersebut tidak lengkap. 10 1. Lantai Lantai pada Museum Perdjoangan Bogor adalah sebuah ubin (kepala basah, pada zaman Belanda), yang berukuran 30x30 cm. Ubin ini ada sejak awal pendiriannya. Yaitu ketika pemilik pertamanya mendirikan bangunan ini. 2. Dinding Dindingnya terdiri dari dua tahap yaitu dinding batu dan kayu. Pada awalnya dinding bangunan ini terbuat dari kayu, namun pada tahun 2003 dinding bangunan Museum Perdjoangan Bogor ini diganti dengan batu. Ada sedikit perbedaan antara dinding yang berada di lantai atas dan lantai bawah. Pada dinding lantai bawah dinding kayu yang awalnya digunakan, kemudian diganti dengan dinding batu. Namun, dinding pada lantai atas (awalnya dinding kayu) tidak diganti tapi hanya dilapisi (ditamblok/didobelkan). 11 3. Atap Bentuk atapnya seperti perisai ganda yaitu gabungan dari dua buah atap pelana, kedua atap pelana teersebut berbentuk simetris. Konstruksi atap berbentuk konstruksi kuda-kuda kayu, yaitu konstruksi yang terbuat dari balok kayu yang diletakan berpalang dan berfungsi sebagai
10
Susanto, Bangunan Arsitektur Belanda di Indonesia, (Jakarta: Museum Sejarah Jakarta, 2002), h. 8. 11 Drs. H. Mardjono, Wawancara Pribadi tanggal 23 Juli 2010.
43
penopang atau penyangga. Sedangkan atapnya terbuat dari tanah liat (genteng), kayu atap sirap, seng dan batu bata. 4. Dormers (Ventilasi Udara) Keberadaan dormers pada bangunan Museum Perdjoangan Bogor ternyata hanya merupakan ragam hias saja, sebab di Belanda Dormers berfungsi sebagai kamar dan ventilasi udara pada musim panas, sedangkan pada musim dingin digunakan sebagai gudang. Di Belanda, Dormers merupakan suatu unsur yang selalu ada. Di Museum Perdjoangan Bogor, Dormers berfungsi sebagai ventilasi, tetapi fungsi itu tidak terlalu dominan karena adanya jendela yang berukuran besar dan banyak pada setiap lantainya. 5. Jendela Jendela berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua tipe yaitu jendela persegi panjang dan jendela bujur sangkar. Jendela ini pada lantai bawah berjumlah 6 buah yang berukuran besar pada sisi kanan dan kirinya. Sedangkan jendela yang berada dilantai atas berjumlah 10 buah, 6 buah berupa jendela yang berukuran besar dan 4 buah jndela yang berukuran kecil. Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh, jendela-jendela ini tidak pernah dirubah dari bentuk aslinya. Hanya saja ada di tambahkan teralis pada tiap jendela tersebut.
44
6. Pintu Jumlah dari pintu pada Museum Perdjoangan Bogor ini sebanyak 3 buah pintu saja. Pintu pertama yaitu pintu utama (pintu masuk), pintu ini berukuran besar yang mempunyai dua buah sisi. Pintu ini digunakan dari pertama dibangun (pintu model Belanda), yang kedua pintu kantor dan yang ketiga yaitu pintu kamar mandi. 7. Tangga Di sudut dalam Museum terdapat dua buah sisi tangga yang berbentuk zig-zag. Di tengah-tengah tangga terdapat ruang kantor untuk para pegawai Museum ini. Dari beberapa ornamen-ornamen inilah yang membuat Museum Perdjoangan Bogor masih berdiri kokoh hingga sekarang ini. Walaupun usianya sudah tua tetapi masih memancarakan banguan Eropa (lebih tepatnya gaya Belanda) bergaya klasik. 12
12
Drs. H. Mardjono, Wawancara Pribadi tanggal 23 Juli 2010.
BAB IV SEJARAH MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR
A. Museum Perdjoangan Bogor sebelum Diresmikan Gedung bertingkat dua yang terletak di Jalan Merdeka Bogor (dulu disebut Jalan Tjikeumeuh Bogor No. 28) berhadapan dengan kuburan Belanda Memento Mori dan sekarang berhadapan dengan Pusat Grosir Bogor (PGB). Gedung ini adalah peninggalan bersejarah dari masa ke masa, sejak penjajahan Belanda sampai awal kemerdekaan Republik Indonesia. Didirikannya gedung ini awal 1879, kemudian tanggal 7 Juli 1879 dimiliki oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Wilhelm Gustaff Wissner, bangunan ini dijadikan gudang barang-barang. Setelah beberapa kali beralih kepemilikannya pada tanggal 16 Desember 1953, gedung ini dimiliki oleh saudara Umar bin Usman Alwahab dengan surat Firgendom Verponding Nomor: 4016. Kemudian pada tanggal 17 Maret 1958 oleh pembantu utama pelaksana Kuasa Perang Daerah KMS Bogor, diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor untuk digunakan sebagai Sekolah Rakyat. Kemudian pada tanggal 20 Mei 1958, gedung ini dihibahkan (disumbangkan) sepenuhnya kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan akta Notaris J.L.L. Wonas di Bogor. 1 Para pemimpin pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari daerah Karesidenan Bogor dan sekitarnya mengadakan pertemuan di rumah Bupati RE.
1
Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian Pembukaan Gedung Museum Perdjoangan Bogor. (Bogor: Percetakan Archipel Bogor,1958), h. 5.
45
46
Abdullah di Jl. Panaragan No. 31 pada Tanggal 26 Oktober 1957. Pertemuan tersebut telah menghasilkan satu ketetapan yaitu dijadikannya Gedung Tjikeumeuh No. 28 sebagai Gedung Monumen Nasional untuk selamanya. Museum Perdjoangan Bogor yang terletak di pusat kota Bogor dikelilingi oleh jalan-jalan yang mempunyai latar belakang sejarah pula, seperti Jalan Kapten Muslihat, Jalan Mayor Oking Djajaatmadja, Jalan Veteran dan Jalan Merdeka dimana gedung Museum ini berdiri dengan nomor jalan 56. 2 Jika di lihat dari sejarah awal berdirinya hingga perkembangan yang terjadi pada gedung ini, tentu saja mempunyai beberapa peranan, diantaranya : 3 1. Museum Perdjoangan Bogor yang terletak dipusat keramaian, dahulunya adalah milik seorang kebangsaan Belanda. Kemudian setelah beberapa kali beralih kepemilikan dan dipakai untuk perusahaan, maka mulai bulan Juni 1938 bangunan ini dijadikan gedung PERSAUDARAAN “PARINDRA” Cabang Bogor. 2. Seiring berjalannya waktu gedung ini berubah fungsinya menjadi Kantor Bank Simpan Pinjam, dan lain-lain. 3. Sejak tanggal 9 maret 1942 direbut oleh tentara Jepang dan dijadikan gudang untuk para tentaranya. 4. Pada tanggal 17 Agustus 1945 berhasil direbut kembali oleh pejuang Indonesia
dan
dijadikan
sebagai
kantor
KOMITE
NASIONAL
INDONESIA daerah Bogor, kantor BP-3, Markas Pejuang daerah Bogor, Kantor 2 3
Perjuangan
DEWAN
PERDJOANGAN
KARESIDENAN
Bpk. H. Mardjono, Wawancara Pribadi. Tanggal 23 Juli 2010. Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian, h. 4.
47
BOGOR, Laskar Rakyat Bambu Runcing dan para pejuang pemuda. Namun, pada Tanggal 13 Februari 1946 gedung tersebut di tinggalkan, karena tidak tahan dengan tekanan para tentara Inggris dan Belanda. 5. Pada Tahun 1948 sampai 1949 direbut para pejuang Indonesia kembali dan dijadikan untuk kegiatan GABSI (Gabungan Serikat Indonesia), dibawah pimpinan Priyatman. 6. Tanggal 3 Agustus 1949 terjadi Cease Tire antara Belanda dengan Indonesia, maka gedung tersebut dijadikan Kantor Tetap Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, KDMJ Bogor dari Tanggal 23 Desember 1949 sampai 4 Maret 1950. 7. Tahun 1952 sampai dengan 16 Maret 1958 dijadikan Sekolah Rakyat (SR) No.34. Pada awalnya hanya untuk anak-anak anggota tentara saja, tapi kemudian atas usaha Mayor Usman Abdullah. Maka berlaku untuk umum juga. Sekolah Rakyat ini siangnya digunakan sebagai sekolah SMP SMAURIL ADJREM (sekolah dengan ijazah penyesuaian para siswa yang terdiri dari pemuda pejuang yang akan bergabung dengan TNI/POLRI sampai dengan tahun 1952). 8. Tanggal 16 Desember 1953 dimiliki oleh Umar bin Usman Al-Wahab, yang rumahnya berada disebelah kiri gedung tersebut. Dengan Eigendom Verponding No. 4016 9. Tanggal 17 Maret 1958 diserahkan penuh oleh Pembantu Utama Pelaksana Kuasa Perang Daerah KMS Bogor kepada Yayasan Museum Perdjoangan
48
Bogor. Dan Sekolah Rakyat dialihkan ke tempat lain pada Tanggal 20 Mei 1958. 10. Atas kedermawanan Umar bin Usman Al-Wahab gedung ini dihibahkan secara penuh kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan akte notaris J.L.L Wonas di Bogor. Tanggal 10 November 1958 pada peringatan Hari Pahlawan tepatnya Pukul 08.00 WIB, gedung ini secara resmi dibuka oleh Ibu Kartinah TB Muslihat dan dituangkan dalam surat keputusan Pelaksana Kuasa Militer Daerah Res. Inf 8/III No. Kpts/3/7/PKM/57. Diprakarsai oleh Major Ishak Djuarsa. Pe.Ku.Mil Daerah Res.Inf. 8/III Suryakancana Divisi Siliwangi. Yang kemudian diresmikan kembali oleh Kolonel RA Kosasih Panglima TT III Siliwangi. 4 Selain berbagai peranan yang berubah-ubah dari tahun ke tahun seperti gambaran yang tertera diatas, banyak pula sejarah yang terkandung didalam Museum ini. Apalagi jika kita mengetahui sosok dua orang tokoh yang menjadi icon museum ini. Yaitu Kapten Tubagus Muslihat dan Ny. Moedjasih Jusman Sarkani
yang
telah
banyak
berperan
penting
dalam
memperjuangkan
kemerdekaan. Salah satu sosok pejuangnya yaitu seorang Kapten Muslihat. Namun belum banyak orang yang mengetahuinya. Jalan Kapten Muslihat yang setiap harinya dilalui kendaraan bermotor dan pejalan kaki itu ternyata menyimpan nilai sejarah tentang gugurnya seorang pejuang muda dimasa revolusi, bahkan karena Perjuangan dan pengorbanannya. Selain nama besarnya diabadikan menjadi nama
4
Ibid, h. 5.
49
jalan tersebut, dibagian jalan lain didirikan pula monumennya yang selama ini dikenal sebagai Kapten Muslihat.
Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, hari Senin tanggal 26 oktober 1926, bertepatan dengan terjadinya aksi pemogokan buruh komunis yang saat itu tengah gencar-gencarnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Seiring dengan didirikannya tentara pembela tanah air PETA pada bulan oktober Tb Muslihat meninggalkan pekerjaannya, ia mendaftarkan diri menjadi tentara sukarelawan Pembela Tanah Air PETA, setelah melalui beberapa test, Tubagus Muslihat berhasil lulus dan diterima sebagai tentara PETA dengan pangkat, ia dimasukan kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan berani, kemudian dipilih menjadi Shudanco (komandan Seksi atau peleton) bersamaan dengan Ibrahin Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat, Suwardi, Abu Usman,Rojak dan Bustami.
Dengan bermodalkan senjata curian kapten Muslihat bersama rekanrekannya meneruskan Perjuangan dan ikut bergabung dengan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang bekerjasama dengan organisasi API, AMRI, KRIS dan PESINDO, disamping tugas mereka menjaga keamanan didalam kota, gerakan yang mereka lakukan pun berusaha mengumpulkan dan merebut senjata dari tangan Jepang. Selanjutnya perjuangan mereka lebih meluas dengan merebut kantor-kantor yang diduduki tentara Jepang hingga menjadi milik Republik Indonesia.
50
Hingga suatu hari, tepatnya tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kekantor Polisi yang terletak di jalan Banten (sekarang jalan Kapten Muslihat), Kontak senjatapun terjadi mewarnai penyerangan itu. Akan tetapi pertahanan tentara Inggris dan Gurkha sangat kuat. Sampai akhirnya Kapten Muslihat gugur dalam pertempuran itu.
B. Museum Perdjoangan Bogor sesudah Diresmikan Peresmian Museum Perdjoangan Bogor dilaksanakan pada tanggal 10 Nopember 1958 (bertepatan dengan Hari Pahlawan). Dibuka secara resmi oleh Nyonya Kartinah Muslihat (istri mendiang Kapten Muslihat). Didalam surat keputusan Pelaksana Kuasa Militer Daerah Res. Inf 8/III no. Kpts/3/7/PKM/57. Museum Perdjoangan Bogor adalah Museum Perdjoangan pertama yang ada di nusantara. 5 Museum ini melakukan kegiatan pengelolaan koleksi/ornamen sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan museum, sebagai objek wisata. Setiap jenis koleksi memiliki keunikan dan sejarah tersendiri, dengan bentuk pameran yang ditampilkan secara utuh diharapkan mampu menjadi komoditas wisata yang menarik. 6 Data yang diperoleh dari pihak pengelola yang menyatakan jumlah koleksi kurang lebih 1000 buah, perlu didata sehubungan terjadinya penambahan koleksi pada Tahun 2005. Kegiatan inventarisasi mengenai koleksi/ornamen MPB baik
5 6
Ibid, h. 4. Bpk Edwin, Wawancara Pribadi Tanggal 14 Agustus 2010.
51
jumlah dan jenisnya, terakhir kali dilakukan pada tahun 2004, hanya saja pihak pengelola kehilangan data tersebut karena sesuatu hal. Koleksi/ornamen merupakan aset yang menjadi ciri khas dari MPB sebagai daya tarik utama sebuah obyek wisata. Ketertarikan pengunjung untuk datang berkunjung ke MPB dikarenakan oleh keberadaan koleksi yang cukup beragam. Seluruh koleksi di MPB ditampilkan pada ruang pamer dan dilengkapi oleh papan interpretasi berupa sign dan label interpretasi. 7 Bentuk pameran koleksi MPB yang terdapat di ruang pamer adalah diorama peristiwa pertempuran, lemari pamer kaca (senjata, pakaian, arsip, dan sebagainya), mading, auditorium mini, dan lain sebagainya. Dominasi koleksi senjata di MPB secara langsung merupakan daya tarik yang disukai oleh pengunjung terutama anak-anak. Karena pengunjung dapat langsung menyentuh atau berinteraksi dengan beberapa buah koleksi senjata tersebut. Dekripsi dari setiap koleksi MPB dapat dilihat pada Lampiran 8. Tata letak koleksi MPB yang telah dilakukan sejak awal mula pendirian, pada dasarnya tidak mengalami perubahan secara signifikan. Hanya saja pengadaan sarana prasarana untuk kegiatan pameran seperti etalase/lemari pamer telah memposisikan koleksi MPB dengan lay out yang hingga kini dapat dinikmati jika berkunjung ke MPB. Tata letak koleksi dirancang semaksimal mungkin agar pengunjung merasa puas dan tidak mengalami kejenuhan selama berada di museum. 8
7 8
Bpk Edwin, Wawancara Pribadi, Tanggal 14 Agustus 2010. Bpk Edwin, Wawancara Pribadi, Tanggal 14 Agustus 2010.
52
Sumber dana yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas kegiatan Museum Perdjoangan Bogor pada awal-awal berdirinya Museum ini berasal dari Dewan Pengurus Yayasan Museum Perdjoangan Bogor. Selain itu pengumpulan dana pun dilakukan dengan cara sweepstake, totalisator, undian barang-barang dan lain-lain yang dikoordinir oleh Seksi Usaha Yayasan museum tersebut. Karena biayanya masih kurang mencukupi, kemudian dibentuklah delegasi dengan tugas menghubungi Pemerintah dan tokoh-tokoh nasional untuk minta perhatian dan sumbangannya. Tidak hanya itu saja, diadakan pula Album – Perkenalan untuk dijual kepada umum. Ternyata usaha-usaha tersebut belum berjalan lancar. Hanya ada satu sumbangan yang setiap bulan ada ialah dari hasil kenaikan karcis Kebun Raya Bogor. 9 Pada permulaan bulan Juli Seksi pemeliharaan memulai memperbaiki gedung dengan biaya Rp30.000,00. sedang material belum terkumpul. Keadaan keuangan yayasan belum terpenuhi namun biaya yang masuk dari sumbangan beberapa orang baru sedikit. Tanpa diduga pada permulaan Agustus datang bantuan dari daerah Sukabumi, Cianjur dan Bandung (walaupun hanya berupa pinjaman). Segala macam upaya diusahakan para pihak yayasan. Karena mereka menginginkan peresmian gedung pada tanggal 15 Agustus 1958. Walau hanya dengan biaya yang sangat minim tapi tidak mematahkan semangat para pengurus yayasan museum. Akhirnya setelah menerima saran dari Kapten Kunto Sudarsono (Wk. Badan pekerja). Bahwa “Hendaklah dalam waktu lima hari kita bekerja
9
Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian, h. 5.
53
dengan sistem Gotong Royong dan mengerahkan tenaga massa seperti massa revolusi”. Pada akhirnya walaupun perlahan tapi pasti maka pada tanggal 10 Nopember 1958 di resmikannya Museum Perdjoangan Bogor. 10 Di dalam tugas dan fungsi museum, keberadaan Museum Perdjoangan Bogor tidak terlepas pula dari sarana dan prasarana pendukungnya. Sarana prasarana tersebut dapat berupa lemari Pamer, Diorama, Meja Informasi, Meja Penitipan Barang, Meja Front Office, Pilar Lingkaran, Alas Pamer untuk Senjata, Papan Interpretasi, dan Megaphone (TOA). Sarana dan prasarana yang dimiliki Museum Perdjoangan Bogor saat ini masih dapat dikatakan terbatas. Masih perlu adanya sarana dan prasarana penunjang lainnya yang bisa mendukung perkembangan untuk museum tersebut. 11 Berdasarkan data yang di ketahui, bahwa ada dua kategori pengunjung jika mengacu kepada harga tiket masuk (HTM). Dua kelompok pengujung yang dimaksud adalah kelompok anak-anak dan dewasa. Sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka tak berlebihan jika menjadikan MPB sebagai objek wisata yang mampu bersaing dengan beberapa museum yang terdapat di Kota Bogor. Selain itu, MPB merupakan aset peninggalan bersejarah yang menarik, khususnya sejarah perjuangan masa Revolusi Fisik 1945-1950.
10 11
Ibid, h. 6. Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.
54
C. Bentuk dan Lambang Bangunan Untuk menyambut peresmian pembukaan gedung Museum Perdjoangan Bogor yang dimulai dengan Upacara, maka dapat dikemukan bentuk dan lambang dari pada gedung tersebut : 12 1. Bangunan ini mempunyai dua lantai, tingkat yang di atas merupakan tempat penyimpanan barang-barang dan dokumen-dokuemen yang beriwayat dan berharga sebagai tanda pemulian dan penghormatan kepada para pahlawan dan pejuang kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Tingkat bawah digunakan untuk pameran seni lukis seni pahat, dan cabang-cabang kebudayaan lainnya. Juga untuk tempat pertemuan dan akan dibuat perpustakaan, khususnya mengenai sejarah revolusi. 2. Di tengah-tengah halaman depan akan dibangun tiang bendera setinggi 13 meter. Sebagai simbol bahwa gedung tersebut dibuka dengan resmi pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-13. 3. Gedung tersebut berdiri di atas 8 tiang (soko guru) yang menggambarkan meletusnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada Bulan 8. Bentuk tiang persegi 5, yang menandakan bahwa dasar negara kita yaitu Pancasila. Pada tiang-tiang tersebut di hiasi dengan penuh pohon bambu, yang digunakan sebagai senjata untuk mengusir para penjajah. Pada kedua tiang depan tertera paling bawah sekali daun-daun dan batang bambu tajam membujur ke atas, berikut tulisan S, huruf pangkal dari nama Sukarno, Presiden RI pertama dan sebagai Bapak Revolusi Kemerdekaan.
12
Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian, h. 7-8.
55
Diantara bambu-bamabu itu ada bintang bersudut lima, melambangkan Tentara Nasional Indonesia sebagai pelopor dan pendukung perjuangan Nasional. Pagar bambu runcing keatas yang artinya bersama melawan gerakan yang bisa menindas dan menghalangi kemerdekaan. Dengan semangat berkobar sebagai lambang api yang menyala keangkasa, menyebar ke seluruh nusantara dengan ikatan persatuan dari beraneka warna golongan dan organisasi (tiang di dalam gedung sebanyak 6 buah yang saat itu masih dalam pembangunan). 4. Asal muasal pemberian nama gedung Museum Perdjoangan Bogor, dibatasi oleh rangkaian padi yang berbutir 17 biji, sebagai pertanda Hari Kemerdekaan RI. 5. Pintu gedung yang bersifat seni (ketika itu masih dalam pembuatan). 6. Ketika mulai memasuki gedung, berdirilah dengan megah di sebelah kiri: Lingga Pahlawan, sebagai tanda penghormatan kepada para Pejuang bangsa Kemerdekaan yang gugur dimedan perang antara tahun 1945-1950. Linggga berdiri di atas bunga teratai yang melambangkan perjuangan rakyat daerah Bogor dan sekitarnya. Di atas Linggga tumbuh kuncup teratai yaitu sebagai lambang harapan kepada para pemuda generasi bangsa untuk meneruskan perjuangan para pahlawan kemerdekaan. 7. Di sebelah kanannya, terletak diatas ukiran bunga teratai yang berbuah senjata-senjata yang dipergunkan dalam permulaan perjuangan. Api menyala-nyala di bawahnya, sebagai lambang perjuangan rakyat di daerah Keresidenan Bogor dan sekitarnya, dibakar oleh api keramat, api
56
kemerdekaan, mengangkat senjata yang sangat sederhana: bedil, bambu runcing, keris, golok dan sebagainya. Untuk menegakan dan membela Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
D. Fungsi Museum Perdjoangan Bogor Keberadaan Museum Perdjoangan Bogor sebagai salah satu peninggalan bersejarah telah ikut berperan aktif dalam mendukung berbagai kegiatan masyarakat. Bagi dunia ilmiah, museum merupakan pusat kajian soal ilmu sejarah yang berorientasi pada sejarah perjuangan bangsa di era Rovolusi Fisik 19451950. Kegiatan penelitian oleh para praktisi dari berbagai kalangan (pelajar, mahasiswa, para pengajar dan atau pendidikan) yang memanfaatkan museum dan daya tarik yang dimilikinya telah dilakukan sejak lama. Berbagai pihak baik individu maupun kelompok yang memanfaatkan museum sebagai pusat kajian bidang keahliannya telah menempatkan museum sebagai alat yang berfungsi mendukung kegiatan pendidikan. Terutama mendukung pengembangan program pendidikan sejarah secara umum dan sejarah perjuangan masa perang kemerdekaan 1945-1950 secara khusus di daerah Bogor. Dilengkapi dengan data dan sumber informasi mengenai kesejarahan perjuangan secara otentik dalam berbagai media dan bentuk informasi. Seperti dokumen, ornamen, arsip, dan berbagai jenis koleksi lainnya. 13 Disiplin ilmu yang turut melakukan kajian/kegiatan penelitian di Museum Perdjoangan Bogor tidak terbatas pada bidang ilmu pengetahuan sejarah, namun
13
Wawancara Pribadi dengan Pengunjung Museum, 30 Juli 2010.
57
disiplin ilmu lainnya seperti kepariwisataan, kemiliteran, ilmu sosial dan politik, dan disiplin ilmu lainnya. Peran serta museum yang mendukung kegiatan penelitian telah menunjukan museum sebagai salah satu pusat penelitian yang diharapkan mampu menjadi sumber informasi otentik dan dapat dipercaya. Sarana pendidikan dewasa ini tidak hanya sebatas di dunia sekolah atau ruang kelas tapi hal tersebut telah berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Museum tidak hanya sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda bersejarah akan tetapi mampu menginformasikan nilai sejarah yang terkandung didalamnya dan tak jarang dijadikan sebagai tempat belajar. Sebagai tempat belajar, museum diharapkan mampu mendukung kegiatan pendidikan yang telah diperoleh di sekolah guna meningkatkan kualitas pemahaman materi pendidikan terutama kesejarahan. Kegunaan museum sebagai sarana pendidikan di luar sekolah telah memberikan peranan cukup besar terhadap peningkatan mutu materi pendidikan. Koleksi-koleksi museum merupakan bukti otentik dari materi pelajaran sejarah yang telah dipelajari di sekolah. Museum merupakan sarana guna mendidik para generasi penerus agar selalu menghargai jasa para pahlawan yang telah mewujudkan kemerdekaan dengan pengorbanan jiwa dan raga. Cakupan informasi tidak terbatas pada kesejarahan masa pertempuran Revolusi Fisik, namun perlu diperkaya informasi sejarah perjuangan secara umum. Museum Perdjoangan Bogor menyediakan layanan informasi mengenai sejarah juga menyediakan informasi umum, salah satunya mengenai sejarah kota
58
Bogor. 14 Saat ini Museum Perdjoangan Bogor merupakan salah satu obyek wisata yang menjadi pilihan utama di Kota Bogor. Sebagai obyek wisata, Museum Perdjoangan Bogor memiliki daya tarik yang menjadi ciri khas tersendiri. Tentu saja daya tarik tersebut tampak pada koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Perdjoangan Bogor. Berbagai jenis koleksi Museum Perdjoangan Bogor merupakan asset utama dari keberadaan museum, dimana koleksi-koleksi tersebut perlu dikemas dan dikembangkan pemanfaatannya secara baik agar dapat dinikmati oleh para pengunjung. Menikmati koleksi di museum terkadang membosankan dan bahkan banyak orang yang kurang memperhatikan keberadaan museum secara utuh. Pengunjung yang berkunjung ke museum pada dasarnya hanya memiliki pandangan bahwa museum sebagai tempat benda-benda kuno yang menyimpan misteri dan tak jarang berasumsi menyeramkan. Pemahaman seperti itu perlu diubah dan hendaknya museum di nilai sebagai tempat yang menarik dan mampu memberikan kesan dan pesan dari makna nilai historis yang terdapat di museum secara komprehensip.
E. Manfaat Museum Perdjoangan Bogor Bangunan museum yang diharapkan agar tetap eksis dan tetap diakui keberadannya di tengah-tengah kehidupan masyarakat, mempunyai makna yang
14
Bpk.H.Mardjono, Wawancara Pribadi, 30 Juli 2010.
59
benar-benar bermanfaat, baik untuk tujuan pendidikan, studi, keindahan, interpretasi dan rekreasi. Kepentingan terhadap bangunan tua bersejarah ini adalah sebagai saksi bisu sejarah suatu masa yang mencerminkan identitas daerah atau masyarakat itu pada periode tertentu, juga sebagai kenangan dan pelestarian nilai-nilai sejarah dan identitas bangsa. Dilihat dari segi pewarisan nilai-nilai tertentu pun, peninggalan sejarah dan purbakala memiliki manfaat sebagai pembangkit motivasi, pendorong kreativitas dan dapat juga sebagai pendukung semangat juang.
Museum Perdjoangan Bogor memiliki makna khusus bagi para pejuang yang pernah membela kemerdekaan 1945 silam. Bukti-bukti perdjoangan pejuang kemerdekaan tersimpan rapi di Museum Perdjoangan Bogor.
“Pahlawan terbaring bersimpah darah, sunyi tanpa sepatah kata, hening tiada keluh dan kesah untuk nusa bangsa dan negara. Dipersembahkan kepada para pahlawan muda remaja yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Para siswa SMP/Tjoe Gakko Bogor. Achmad Daniel dan Banteng Soeroso yang gugur di Cibeber, Aminta, Mochtar dan Soemirat gugur di Karangtengah, Bantamer gugur di Cipelang, Tahromi gugur di Gunungpuyuh, Atje gugur/hilang di Kalibata dan lain-lain yang tak dikenal. Dari rekan-rekanmu eks siswa SMP/Tjoe Gakko Bogor, November 1987” Kata-kata di atas tertanam kuat di salah satu batu nisan yang berdiri tegak di halaman depan Museum Perjoangan Bogor dan menjadi saksi bisu kekokohan pejuang dari Kota Hujan saat merebut kemerdekaan serta mengusir penjajah dari bumi Pajajaran.
60
Bahkan, kata-kata itu menjadi simbol rasa nasionalisme bagi beberapa orang yang pernah ikut berjuang merebut kemerdekaan. Museum Perjoangan pun menjadi simbol kebangkitan rasa nasionalisme bagi siapa pun yang mencoba datang ke museum di Jalan Merdeka ini. 15
Memang banyak yang belum begitu paham apa manfaat museum itu sendiri. Mereka (masyarakat) beranggapan museum itu hanya untuk penyimpanan benda-benda koleksi masa lalu saja. Ketika penulis menanyakan apa manfaat yang mereka dapatkan tentang keberadaan museum itu, banyak yang berargumentasi bahwa mereka tidak merasakan manfaat apa-apa dari museum tersebut. 16 Ironis sekali, padahal jika mereka mengetahui bahwa keberadaan museum sangatlah besar manfaatnya, untuk dijadikan suatu pijakan kehidupan mereka. Bagaimana seorang pejuang rela berkorban hanya untuk membela tanah air yang dicintai, bagaimana mereka selalu bergenggaman tangan dan bersatu tanpa adanya perpecahan (perdamaian antara satu dengan yang lainnya), dan masih banyak hal yang bisa bermanfaat. Sebenarnya semua terkandung dalam visi dan misi Museum Perdjoangan Bogor. Apa yang hendak dicapai oleh pihak museum sangatlah bisa bermanfaat bagi masyarakat Bogor pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun, kita semua tidak bisa menyalahkan mereka (orang-orang yang tidak mengetahui apa manfaat dari museum), karena mereka tidak dikenalkan secara mendalam tentang keberadaan museum tersebut. Terlebih lagi rasa
15 16
http://wisatadanbudaya.blogspot. Wawancara Pribadi dengan Masyarakat sekitar Bogor, 11 Agustus 2010.
61
nasionalisme dalam jiwa mereka sudah mulai berkurang, karena mereka terlalu disibukkan dengan kehidupan yang mereka jalani. Orang-orang yang penulis wawancarai adalah orang-orang yang rata-rata dari kalangan rakyat biasa, yang kebanyakan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar ataupun tidak merasakan sama sekali pendidikan tersebut. Ada juga yang dari kalangan pelajar (mahasiswa) tetapi, seperti yang saya utarakan sebelumnya karena nasionalisme dalam diri mereka sudah berkurang jadi mereka tidak terlalu perduli dengan itu semua. Mereka sudah sibuk dengan urusann pribadinya masing-masing. Di sisi lain ada beberapa masyarakat yang memang merasakan manfaat dari keberadaan museum tersebut. Menurut mereka banyak hal yang bisa didapat dari museum. Pastinya tidak terlepas dari semangan juang dan kecintaan mereka terhadap tanah airnya. Keberadaan Museum Perdjoangan Bogor sangatlah penting bagi sebagian masyarakat yang membutuhkannya. Salah satunya untuk kepentingan penelitian, pendidikan, serta pariwisata. Namun, juga untuk orangorang yang nasionalismenya tinggi. 17
17
Wawancara Pribadi dengan Masyarakat (pelajar dan umum), 11 Agustus 2010.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan bahasan yang telah disajikan, maka penulis dapat menarik kesimpulan 1. Sebagai objek wisata, dengan daya tarik nilai kesejarahan berupa perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang, terutama oleh Kapten Tubagus Muslihat dan Ny. Moedjasih Jusman Sarkani yang telah banyak berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan dengan koleksi yang cukup beragam: mulai dari persenjataan, pakaian yang digunakan ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sifat koleksi yang cenderung berstatus dengan muatan bernilai sejarah yang tidak mengalami perubahan menjadi satu potensi kelemahan sekaligus menjadi satu kelebihan dari Museum Perdjoangan Bogor 2. Sebagaimana telah diketahui bahwa Museum Perdjoangan Bogor ini berhubungan erat baik dan buruknya dengan nasib puluhan ribu penduduk kota Bogor dari berbagai daerah. Sejak awal berdirinya sebagai gudang ekspor komoditas pertanian milik Wilhelm Gustaff Wisneer seorang pengusaha Belanda, hingga sekarang menjadi Museum Perdjoangan Bogor, peranan gedung ini beraneka ragam sesuai dengan
kebutuhan
pemerintah yang sedang berkuasa saat itu. 3. Sangat terlihat jelas perbedaaan yang terjadi pada Museum Perdjoangan Bogor, bagaimana perannnya dari masa ke masa. Bagaimana fungsi 61
62
gedung ketika sebagai gudang. Namun kemudian berubah fungsi setelah terjadi beberapa pergantian pemiliknya. Pada akhirnya direbut oleh bangsa Indonesia dan dijadikan gedung PARINDRA di Bogor. 4. Pada tahap selanjutnaya gedung ini direbut oleh Jepang, namun akhirnya para pejuang Indonesia berhasil merebut kembali gedung tersebut tahun 1945 dan dijadikan sebagai Kantor Komite Nasional Indonesia daerah Bogor, kantor BP-3, Markas Pejuang Daerah Bogor, Kantor Perdjoangan Dewan Perdjoangan Karesidenan Bogor, Laskar Rakyat Bambu Runcing dan Para Pejuang Pemuda. Tetapi karena tidak tahan oleh kekejaman yang dilakukan pihak Inggris dan Belanda akhirnya gedung ini ditinggalkan. 5. Pada tahun 1948 dan 1949 gedung ini dijadikan kantor GABSI, kemudian terjadi Caese Tire antara Belanda dan Indonesia, maka gedung tersebut dijadikan Kantor Tetap Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, KDMJ Bogor dari tanggal 23 Desember 1949 sampai tanggal 4 maret 1950. Kemudian pada tahun 1958-1959 gedung ini dijadikan Sekolah Rakyat (SR). Atas kedermawanan Major Usman Abdullah maka gedung ini dihibahkkan sepenuhnya kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor. 6. Setelah gedung ini diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan, kemudian para pejuang kemerdekaan menyepakati bahwa gedung yang berada di Jalan Tjiekeumeuh No. 28 ini akan dijadikan sebagai Monumen Nasional. Pada pelantikan pengurus Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dalam acara peringatan Hari Pahlawan maka secara simbolik museum ini diresmikan.
63
7. Sebelum gedung ini diresmikan, dari berbagai pihak melakukan persiapan untuk pembangunan museum. Para pengurus museum mempersiapkan perihal apapun yang bersangkutan dengan museum. Mulai dari pendanaan, penamaan gedung sampai lambang untuk museum. 8. Setelah gedung ini diresmikan yang dibuka secara simbolik oleh Ny. Kartinah Muslihat, Gedung ini pun mengalami beberapa perubahan perkembangan bangunan namun tanpa merubah bentuk keaslian bangunan. Karena akan menjadi sebuah museum maka yang dilakukan hanya perubahan seperti tata letak ruang, salah satunya ruang koleksi, ruang kantor dan ruangan lainnya yang dibutuhkan demi kelancaran museum. 9. Dari tahun ke tahun mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi tersebut memang tidak terlalu besar-besaran karena pihak pengelola mengalami kendala dalam hal pendanaan. Tidak banyak pihak yang membantu pemeliharaan gedung ini, hanya dari beberapa pihak yayasan dan dari beberapa sumbangan masyarakat atau salah satu instansi Pemerintah Bogor yang berperan serta terus menghidupkan museum. 10. Rehabilitasi yang dilakukan terakhir kali pada Tahun 2005. Kegiatan ini dilakukan secara menyeluruh terhadap eksistensi bangunan yang mengalami kerusakan. Berdasarkan informasi dari pengelola selama masa pendirian Museum Perdjoangan Bogor telah melakukan renovasi pada Tahun 1988. 11. Selain masalah pendanaan tapi ada juga penambahan koleksi, penambahan ruang, bahkan sarana dan prasarana yang diperlukan. Demi kemajuan
64
museum. Karena tidak bisa dipungkiri museum ini bukan satu-satunya museum yang ada di Bogor. Tetapi masih ada beberapa museum atau bangunan cagar budaya yang ada. Selain itu seiring berjalannya kehidupan, banyak gedung-gedung yang lebih menarik masyarakat seperti tempat-tempat rekreasi dan pusat perbelanjaan yang lebih banyak dikunjungi. 12. Penambahan ruangan yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas dan tingkat kepuasan pengunjung. Rencana tata ruang ini memiliki keterkaitan dengan program kerja jangka panjang Museum Perdjoangan Bogor 13. Penambahan ruangan yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas dan tingkat kepuasan pengunjung. Rencana tata ruang ini memiliki keterkaitan dengan program kerja jangka panjang museum. Banyak masyarakat yang belum memahami apa fungsi dan manfaat dari sebuah museum. Para pihak museum sebenarnya sudah pernah melakukan beberapa kerjasama seperti media masa, sampai ke salah satu stasiun radio dan televisi. Namun antusiasme masyarakat masih kurang, hingga menyebabkan banyak museum yang hanya menjadi sebuah bangunan bisu yang memiliki peranan sejarah masa lalu.
B. Saran 1. Pihak pengelola hendaknya dapat meningkatkan kerjasamna dengan berbagai pihak secara berkesinambungan. Penerapan konsep awal museum
65
untuk mempertahankan orisinalitas kesejarahan yang ada, memang tidak dapat digantikan kedudukannya sejak awal berdirinya museum ini. 2. Pengelola hendaknya lebih memperhatikan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat sehingga dapat dimanfaatkan fasilitas teknologi untuk mendukung kegiatan pengelolaan museum. 3. Upaya penanganan permasalahan di museum dapat dilakukan dengan refusius dan pembedahan disetiap bidang pengelolaan dengan program yang sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.melalui kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang kompeten dan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan museum kedepannya sebagai objek wisata dan peningalan bersejarah yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Akram, Basrul, dkk, Pedoman Tata Pameran Di Museum, Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman : 1997. Ali, R. Mohammad, Penulisan Sejarah Jawa Barat Sekitar Permasalahannya, Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1990. Ambrose, Timothy, dan Crispine Paine, Museum Basic, Denmark: Tim Ambrose, 1993. Bryson, John M, Perencananan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Dagun, Save. M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997. Danasasmita, Saleh, Sejarah Bogor, Bogor: Pemda Kota Bogor, 1983. Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, Buku Panduan Wisata Kota Bogor (The Guidance Book of Bogor City Tourism), Bogor: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2005. Disjarah Militer KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, Jakarta: Fakta Mahjuma, 1968. Geise OFM dan F. Vugts OFM, Sejarah Gereja Katholik di Wilayah Keusukupan Bogor. Maschurah, Emi. Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah dalam Mempertahankan Republik Indonesia di Bogor (1945 – 1947), Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Haidayatullah, 2003. Miles, Matthew B, dan A. Micheal Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI-Press, 1992. Museum Perjuangan Bogor, Gelora Rakyat, Tanggal 21 Januari 1945. Nasution, A.H, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Bandung: PT. Angkasa, Jilid 1, 1979. Pelajar dan Museum, Republika, Maret 1990.
66
67
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, Sejarah Perjuangan di Kabupaten DT. II Bogor (1942 – 1949), Bogor: Pemerintah Kabupaten DT. II Bogor, 1986. Siaran Kilat Pemerintah Jawatan Penerangan Karesidenan Bogor, Arsip Museum Perjuangan Bogor, 1946. Sidharta, Amir, Peran Museum Rumah Bersejarah R. BA Dalam Perkembangan Seni Rupa Indonesia, Makalah Diskusi Museum Seni Rupa Di Indonesia, MBA, Jakarta 23 Nopember 2000. Subeni, Sumbangan Foklore Bogor terhadap Perkembangan Bahasa di Jawa Barat, Bandung: IKIP, 1978. Sudjana, Nana, Pembinaan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet. Ke-1, 1996. Susanto, Bangunan Arsitektur Belanda di Indonesia, Jakarta: Museum Sejarah Jakarta, 2002 Sutopo, Heribertus, Pengantar Penelitian Kualitatif, Surakarta: Pusat Penelitian Universitas Sebelas Maret, 1988. Tilaar, H.A.R., Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, Jakarta: PT. Gramedia, 1999. Tim Strategic Prog-PDPP Kota Bogor, Profil Kota Bogor, Bogor : Bagian Bapeda Pemda Kota Bogor, 2004. Yayasan Museum Perjuangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian Pembukaan Gedung Museum Perjuangan Bogor, Bogor: Percetakan Archipel Bogor, 1958. Dokumen dan Arsip Museum Perjuangan Bogor