KAPASITAS PRODUKSI BENIH KEDELAI DAN PERMASALAHANNYA DI SULAWESI TENGAH Muh. Afif Juradi, Yakob Bunga Tumanan, Hamka, dan Soeharsono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jalan Lasoso No. 62 Biromaru, Sigi
ABSTRAK Benih merupakan salah satu komponen teknologi budidaya yang perlu mendapat perhatian serius. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui kapasitas produksi dan kebutuhan benih serta permasalahannya di Sulawesi Tengah, untuk dijadikan acuan dalam pengelolaan perbenihan baik oleh petani maupun pemerintah. Kajian dilakukan dimulai pada bulan Januari– Desember 2013, dengan metode survei dengan kuesioner. Data yang dikumpulkan yaitu: data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait dan data primer melalui pengamatan langsung di Lapangan dan wawancara petani yang terpilih, pada bulan Januari sampai Desember 2013. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif menggunakan metode tabulasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa: (1) Kabupaten/kota kesemuanya mengalami kekurangan benih (defisit benih), benih yang tersedia hanya 0,26%, (2), tidak ada pengusaha besar/swasta yang tertarik memproduksi benih kedelai, umumnya petani menggunakan benih asalan (tanpa label) (3), petani masih bertumpu pada satu varietas kedelai (Anjasmoro), (4) kurangnya sosialisasi pengenalan VUB kedelai di tingkat petani. Kata kunci: kedelai, benih, kapasitas, produksi
ABSTRACT The capacity for soybean seed production and the problem in Central Sulawesi. Seeds as a symbol of life and basic needs of the people and is one of the components for seed cultivation technology is a significant part of a species have sustained and serious. The objective of the experiment was to know the capacity for production and seed requirements as well as the problem in Central Sulawesi, to be referred to Germination good stewardship by farmers and local governments. Central Sulawesi Province requires large enough soybean seed each year. The experiment was conducted in January 2013 till December 2013. By using survey methods to fill quesiner. The data collected consist of two types ,secondary and primary data, secondary data obtained through related institutions and primary data obtained through direct observation in the field and interviews of selected farmers, this is done in the month of January to December 2013. Collected data were analyzed with analysis Destriktif using the method of tabulation. The results of this study show that: (1) From eleven regency soybean varieties all cities minus of seed (seed deficit). The amount of seed available in the new field around 0,258 %. (2) There were no seed grower to produce the soybean, than farmers not being understood and the benefits of using quality seeds, and until the seeds are not distributed production/not used (3) Farmers still rely only 1 soybean varieties (Anjasmoro), (4) lack of socialization introduction VUB soybean farmer level. Keywords: Capacity, production, soybean
562
Juradi et al.: Kapasitas Produksi Benih Kedelai dan Permasalahannya di Sulawesi Tengah
PENDAHULUAN Kedelai sebagai salah satu komoditas pangan penting di Indonesia, hingga kini sekitar 60% dari kebutuhan masih dipenuhi melalui impor. Oleh karenanya pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi kedelai dalam negeri melalui dua upaya pokok yakni perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Untuk keberhasilan upaya tersebut diperlukan dukungan dalam berbagai hal, antara lain penyediaan benih bermutu dan varietas unggul yang sesuai dalam jumlah cukup, tersedia tepat waktu, dan dengan harga terjangkau. Untuk mencapai swasembada kedelai pada tahun 2014, produksi kedelai harus mencapai 2,8 juta ton (Harsono et al. 2008). Jika rata-rata produktivitas kedelai nasional dapat ditingkatkan dari yang sekarang 1,3 t/ha menjadi 1,5 t/ha, maka harus diupayakan areal panen sekitar 2,0 juta hektar. Berdasar luas tanam/panen tersebut, diperlukan benih kedelai (kelas benih sebar) sebanyak sekitar 90.000 ton yang menuntut perencanaan yang matang dan kerja yang sungguh-sungguh dari pihak terkait. Salah satu target sukses pembangunan pertanian adalah mencapai swasembada lima pangan pokok yang salah satunya adalah kedelai. Benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, antara lain: 1) daya hasil tinggi, 2) tahan terhadap hama dan penyakit, 3) umur genjah, dan 4) mutu hasil panen sesuai dengan keinginan konsumen (Nugraha dan Hidajat 2000 dalam Muchlish Adie et al. 2013). Masalah yang dihadapi dalam perbenihan kedelai saat ini adalah : (1) belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau pengguna, (2) ketersediaan benih sumber dan benih sebar secara “enam tepat” belum dapat dipenuhi, (3) belum optimalnya lembaga produksi dan pengawasan mutu benih, dan (4) belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat. Varietas unggul merupakan komponen teknologi yang mudah diadopsi petani sehingga sangat strategis dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas. Ketersediaan benih menjadi salah satu faktor utama dalam mendukung kecepatan penyebaran varietas unggul. Sampai saat ini telah dilepas 73 varietas kedelai 57 Badan Litbang Pertanian, 6 Batan, 3 Diperta, dan 7 Universitas, dalam penyebaran varietas unggul kedelai, benih yang digunakan di tingkat petani sebagian besar (diperkirakan >90%) belum bersertifikat, sehingga masih diragukan kualitasnya. Sistem penyediaan benih kedelai di sebagian besar wilayah Indonesia masih bergantung pada bantuan benih dari pemerintah yang umumnya melalui pemurnian (tidak disertifikasi). Selain itu, sebagian petani menyiapkan benih dari pertanaman sebelumnya dengan menyimpan dalam skala kecil dan membeli atau meminjam benih kepada sesama petani. Luas tanam kedelai di Provinsi Sulawesi Tengah meningkat dari 6.382 ha pada tahun 2010 menjadi 6.804 ha pada tahun 2011. Dengan menggunakan benih sebanyak ratarata 45 kg/ha (berkisar antara 40–50 kg/ha), maka benih yang dibutuhkan pada tahun 2011 adalah 306.180 kg. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui kapasitas produksi dan kebutuhan benih serta permasalahannya di Sulawesi Tengah, untuk dijadikan acuan pengelolaan perbenihan, baik oleh petani maupun pemerintah.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
563
METODOLOGI Pengkajian ini terdiri dari dua tahap, desk studi dan penelitian lapangan. Pada kegiatan ini dilakukan pengumpulan data sekunder dari beberapa sumber yang berkaitan dengan pengembangan perbenihan, data sekunder meliputi kondisi kelembagaan petani, penangkar dan ketersediaan sarana dan prasarana. Penelitian lapangan dilakukan dengan metode survei berupa pengamatan kondisi perbenihan dan kapasitas produksi. Data yang dikumpulkan terdiri atas dua jenis yaitu sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait dan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara petani yang terpilih pada bulan Januari sampai Desember 2013. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sulawesi Tengah Wilayah Sulawesi Tengah sebagian besar terdiri dari pegunungan dan perbukitan. Dataran rendah yang pada umumnya terletak di sepanjang pesisir pantai dengan ketinggian antara 0–100 m di atas permukaan air laut hanya sekitar 23% dari luas daratan 33,9% dengan ketinggian 100–500 m di atas permukaan laut, sedang sisanya 42,8% terletak pada ketinggian di atas 500 m dpl. Secara umum iklim di Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh dua musim tetap, yaitu musim barat yang kering dan musim timur yang banyak membawa uap air. Musim timur terjadi pada bulan April–September dan musim barat pada bulan Oktober–Maret dengan curah hujan berkisar antara 0–113 mm. Tabel 1. Luas panen, hasil, dan produksi kedelai, 2007–2011. Kabupaten/Kota Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli-Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una Sigi Palu Sulawesi Tengah 2011 2010 2009 2008 2007
564
Luas panen (ha) 6 1771 208 497 128 8 95 1632 272 15 -
Produksi (t) 6 2758 229 524 169 10 117 2760 305 21 -
Hasil per hektar (t/ha) 1.000 1557,31 100,96 1054,32 1320,31 1.250 231,57 1691,17 121,32 1.400 -
4632 2786 3618 2362 2299
6900 3555 4722 2927 2589
489,63 1276,02 1305,14 239,20 126,14
Juradi et al.: Kapasitas Produksi Benih Kedelai dan Permasalahannya di Sulawesi Tengah
Gambar 1. Penggunaan VPT, VPS dan VPR kedelai Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2011 (A) dan Persentase luas tanam kedelai menurut kab/kota Tahun 2011 (B).
Gambar 1 memperlihatkan bahwa 77% petani telah menggunakan varietas produksi tinggi, dan 23% petani menggunakan varietas produksi rendah. Pemenuhan kebutuhan benih kedelai bermutu di Provinsi Sulawesi Tengah belum ideal. Permasalahan umum yang dihadapi dalam penyediaan benih kedelai adalah belum terpenuhinya kebutuhan benih bermutu dari varietas unggul sesuai dengan prinsip enam tepat. Dengan menggunakan benih sebanyak 45 kg/ha, maka benih yang dibutuhkan tahun 2011 adalah 306.180 kg, dari luas lahan 6.804 ha, penyebaran varietas kedelai menurut kabupaten dan kota, disajikan pada gambar 2 berikut.
Gambar 2 Persentase penyebaran varietas kedelai (%) berdasarkan kabupaten/kota di Sulawesi Tengah, 2011–2012.
Kabupaten Banggai memiliki penyebaran kedelai, terluas kedelai 2.452 ha (36,04%). Penyebaran varietas kedelai didominasi oleh varietas produksi tinggi (VPT) seluas 2.133 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
565
ha (86,99%). Secara keseluruhan di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2010 varietas Anjasmoro menempati luas tanam terbesar 1.743 ha (25,62%). Penggunaan varietas unggul baru yang bersertifikat baru sekitar 0,26% dari luas tanam di Sulawesi Tengah sekitar 7.898 ha tahun 2012. Rendahnya penggunaan benih bersertifikat di lapangan mengakibatkan produksi dan produktivitas kedelai menurun, kekurangan sekitar 99,742% diperoleh dari luar daerah. Sulawesi Tengah tahun 2013 melakukan pendampingan teknologi kerja sama dengan BPTP Sulawesi Tengah dan memberikan benih secara cuma-cuma (benih bantuan), tetapi tidak semua kabupaten mendapatkan program pendampingan. Dari 11 kabupaten/kota, Kabupaten Morowali mendapatkan program pendampingan 1000 ha, dan bantuan benih Varietas Anjasmoro. Tabel 2. Kebutuhan dan ketersediaan benih kedelai di Sulawesi Tengah, 2012. No.
Kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Donggala Palu Parigi Moutong Poso Tojo Una-Una Morowali Banggai Bangkep Toli-Toli Buol Sigi
Luas tanam (ha) 620 20 2.679 213 253 971 2.553 13 50 357 169 7.898
Kebutuhan (kg) 1.240.000 40.000 5.358.000 426.000 506.000 1.942.000 5.106.000 26.000 100.000 714.000 338.000 15.796.000
2012 Ketersediaan (kg) 7.400 1.600 300 1.500 500 28.400 1.080 40.780 (0,26%)
Perkembangan Penanaman Varietas Unggul Baru Kedelai di Sulawesi Tengah Enam varietas yang ditanam di Sulawesi Tengah adalah: Anjasmoro, Tanggamus, Kaba, Wilis, Dering 1, dan Argomulyo. Varietas Anjasmoro merupakan varietas yang dominan ditanam, kelebihan dari Varietas Anjasmoro tersebut adalah: (1) Sesuai untuk bahan baku tahu dan tempe, (2) Berukuran besar, (3) Tahan rebah, serta tahan penyakit karat daun. Selain itu, (4) Polong tidak mudah pecah. Tabel 3, menunjukkan varietas kedelai dominan yang ditanam di Sulawesi Tengah adalah Varietas Anjasmoro sekitar 63,63%, sisanya Varietas Tanggamus, Kaba, Wilis, Dering 1, dan Argomulyo. Tingginya penerimaan Varietas Anjasmoro di masyarakat, karena sebagian besar digunakan sebagai bahan baku tahu dan tempe, juga karena memiliki ukuran biji yang besar. Tabel 4, menunjukkan varietas dominan yang ditanam di masing-masing kabupaten, yaitu Varietas Anjasmoro, di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Morowali, Banggai, ToliToli dan Sigi. Kabupaten Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-Una, Bangkep menanam varietas lokal, sedangkan Varietas Argomulyo di tanam di Kabupaten Buol.
566
Juradi et al.: Kapasitas Produksi Benih Kedelai dan Permasalahannya di Sulawesi Tengah
Tabel 3. Varietas kedelai dominan yang dihasilkan (penangkaran) Balai Benih dan Penangkar benih di Provinsi Sulawesi Tengah, 2013. Kabupaten/Kota Donggala Palu Parigi Moutong
Varietas dominan Anjasmoro Tanggamus, Kaba, Wilis, Dering 1, Argomulyo, Anjasmoro Anjasmoro Anjasmoro Anjasmoro Kaba, Anjasmoro, Argomulyo Anjasmoro, Grobogan
Poso Tojo Una-Una Morowali Banggai Bangkep Toli-Toli Buol Sigi
Tabel 4. Penyebaran varietas Kedelai dominan di Provinsi Sulawesi Tengah, 2013. Luas Tanam (ha)
Kebutuhan Benih (kg)
Varietas Dominan
Donggala Palu Parigi Moutong Poso Tojo Una-Una Morowali Banggai Bangkep Toli-Toli Buol Sigi
620 20 2.679 213 253 971 2.553 13 50 357 169
24.800 800 107.160 8.520 10,120 38.840 102,120 520 2,000 14,280 6,760
Anjasmoro Anjasmoro Lokal Lokal Lokal Anjasmoro Anjasmoro Lokal Anjasmoro Argomulyo Anjasmoro
Sulawesi Tengah
7.898
315.920
Kabupaten/Kota
Luas Panen (ha) 591 19 2.551 203 241 925 2.432 13 47 340 161 7.522
Kebijakan Pemerintah Pengembangan Varietas Kedelai di Sulawesi Tengah Salah satu upaya pencapaian sasaran produksi tanaman pangan (khususnya kedelai) adalah peningkatan produktivitas, antara lain ditempuh melalui penggunaan benih varietas unggul yang bermutu (sertifikasi). Penggunaan benih unggul bermutu yang dibarengi dengan penerapan teknologi yang tepat pada gilirannya dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas. Permasalahan dalam penyediaan benih kedelai bersertifikat adalah kurang atau tidak tertariknya pengusaha/swasta besar dalam produksi benih kedelai karena kurang menguntungkan. Kondisi ini sangat berbeda dengan komoditas jagung dan padi yang mana dalam penyediaan benihnya banyak swasta yang terProsiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
567
libat, mulai dari yang berskala kecil sampai besar. Guna lebih memudahkan pencapaian penyediaan benih kedelai memenuhi persyaratan ketepatan tersebut di atas adalah membangun sistem perbenihan JABALSIM (Jalinan Benih Antar Lapang dan Musim) dan menumbuhkan penangkar-penangkar benih kecil di pedesaan atau produksi benih berbasis komunitas. Untuk mempercepat pengembangan sistem JABALSIM diperlukan adanya hubungan antarpenangkar dari satu wilayah dengan wilayah lainnya di sentra-sentra produksi kedelai. Adreng, et al. (2013) menunjukkan bahwa fakta permasalahan yang muncul di lapangan terkait dengan benih adalah belum optimalnya diseminasi hasil pertanian, belum sesuainya (compatibility) varietas dengan harapan atau keinginan petani, belum berjalannya kelembagaan sistem perbenihan terutama dalam kaitannya dengan insentif dan profitabilitas bagi para produsen dan penangkar, sistem produksi, dan distribusi benih secara lebih baik. Dalam mendukung program peningkatan produktivitas sebelumnya hingga periode belakangan ini pemerintah telah melaksanakan program BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul) kedelai secara cuma-cuma (gratis) melalui program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu). Untuk tahun 2014 Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah melakukan pendampingan melalui Program SL PTT Kedelai di 2 kabupaten yakni, Tojo Una-Una dan Morowali masing-masing 500 ha, varietas yang akan dikembangkan yakni Anjasmoro. Varietas tersebut disukai oleh petani dan sesuai dengan selera petani, produksinya sangat tinggi.
KESIMPULAN 1. Dari sebelas kabupaten/kota varietas kedelai kesemuanya kabupaten/kota mengalami kekurangan benih (defisit benih). Jumlah benih yang tersedia di lapangan baru sekitar 0,28 %. 2. Masalah penyediaan benih sumber kedelai terletak pada tidak adanya pengusaha besar dalam memproduksi benih kedelai dan kemunduran benih kedelai sangat rendah. Umumnya petani belum memahami manfaat penggunaan benih unggul dan bermutu, sehingga benih yang produksi tidak terdistribusi/tidak digunakan. 3. Penggunaan benih bermutu mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA Harsono, A., D. Cahyono, Suryantini, Prihastuti, dan M. Sudarjo. 2008. Teknologi perakitan pupuk hayati pada tanaman kacang-kacangan di lahan kering masam. Laporan Hasil Penelitian 2007. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. M. Muchlish Adie, Novita Nugrahaeni, Titik Sundari, Marwoto, I Ketut Kariyasa, I Nyoman Widiarta, Didik Harnowo. 2013. Pedoman Umum. Produksi dan Distribusi Benih Sumber Kedelai. Kementerian Pertanian. Adreng, P., Juradi, M.A., T, Febrianti, Haidil F, L, Juliandi, M, Iqbal. 2013. Kajian Karakteristik Produsen dan Penangkar serta Analisis Kelayakan Usahatani Benih Padi di Sulawesi Tengah. Laporan Akhir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
568
Juradi et al.: Kapasitas Produksi Benih Kedelai dan Permasalahannya di Sulawesi Tengah