i
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
ISBN: 978-602-14345-4-3
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
PRODUKSI BENIH KEDELAI DI LAHAN KERING
CHRIS SUGIHONO YAYAT HIDAYAT YOPI SALEH
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) MALUKU UTARA
2013
ii
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
PRAKATA Sebagai sumber protein nabati, kedelai berperan penting dalam peningkatan gizi masyarakat. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Permasalahannya adalah permintaan kedelai tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, hampir 70% harus di impor dari negara produsen kedelai dunia seperti Amerika, Brazil, Argentina maupun China. Untuk meningkatkan produksi kedelai maka langkah yang utama adalah perluasan areal yang salah satunya adalah di lahan kering. Salah satu keberhasilan pengembangan kedelai dilahan kering ditentukan oleh ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul yang cocok.
Standard Operating Procedure (SOP) produksi benih kedelai merupakan prosedur dalam menghasilkan benih yang bermutu tinggi. SOP ini merujuk pada publikasi ilmiah yang dihasilkan dari Balitkabi maupun perguruan tinggi kemudian disusun secara partisipatif bersama petani dan penyuluh pertanian di lahan kering Kecamatan Malifut, Kab. Halmahera Utara pada kegiatan kerjasama penelitian litbang pertanian dengan IPB (KKP3T). Diharapkan dengan adanya SOP tentang produksi benih kedelai, bisa menjadi acuan bagi penangkar benih maupun petugas teknis lainnya dalam memproduksi benih kedelai. Penyusunan SOP ini merupakan salah satu kontribusi BPTP Maluku Utara dan IPB untuk pengembangan kedelai di Maluku Utara, oleh karena itu jika ada hal-hal yang kiranya perlu dikoreksi, maka saran dan sumbangan pemikiran akan sangat kami harapkan. Demikian semoga buku ini bermanfaat untuk pengembangan kedelai.
Sofifi, Februari 2013 Kepala balai,
Dr. Ir. Ismail Wahab, MSi
iii
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
DAFTAR ISI
I.
Pendahuluan -----------------------------------------------------
1
II.
Target ------------------------------------------------------------
3
III.
Agroekologi Kedelai ---------------------------------------------
3
IV.
Pemilihan Varietas Kedelai -------------------------------------
5
V.
Identifikasi Sejarah Lahan -------------------------------------
9
VI.
Isolasi Tanaman -------------------------------------------------
9
VII.
Benih Sumber ----------------------------------------------------
11
VIII.
Persiapan Lahan Dan Pengolahan Tanah --------------------
13
IX.
Perlakuan Benih (Seed Treatment) Dan Penanaman ------
14
X.
Pemupukan -------------------------------------------------------
15
XI.
Pengairan Dan Penyiangan ------------------------------------
17
XII.
Roguing (Seleksi) ------------------------------------------------
18
XIII.
Pengendalian Hama Penyakit Kedelai ------------------------
20
XIV.
Panen --------------------------------------------------------------
25
XV.
Pascapanen Benih Kedelai -------------------------------------
25
XVI.
Standar Mutu Benih Kedelai Bersertifikat --------------------
28
DAFTAR PUSTAKA -----------------------------------------------
30
LAMPIRAN --------------------------------------------------------
31
I. PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan strategis di Indonesia setelah kedelai dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman dan murah. Kebutuhan kedelai terus meningkat tetapi produksinya belum mencukupi, hanya sekitar 43% dari total kebutuhan kedelai dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga dilakukan impor (Badan Litbang Pertanian, 2007). Produksi kedelai nasional tahun 2010 mencapai 905.015 ton dengan luas panen 672.242 ha dan produktivitas 1,346 ton/ha. Produksi kedelai ini mengalami penurunan dibanding tahun 2009 sebesar 7,13% yang disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 6,99% dan produktivitas menurun sebesar 0,15%. (BPS, 2011). Senjang produktivitas kedelai di tingkat petani dengan potensi genetik tanaman kedelai masih cukup tinggi (>2 t/ha) disebabkan sebagian besar petani belum menggunakan benih bermutu dari varietas unggul dan teknik pengelolaan tanaman masih belum optimal (Adisarwanto, 2005). Arah pengembangan kedelai ke depan adalah pencapaian swasembada pada tahun 2014 dengan target produksi sebesar 2,7 juta ton, luas areal tanam 1,8 juta ha dan produktivitas sebesar 1,48 t/ha (Kementan, 2009). Jika dibandingkan dengan target produksi per tahunnya, maka produksi kedelai tahun 2010 hanya memenuhi 69,62%. Untuk mencapai target-target tersebut diperlukan upaya-upaya intensif melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Program peningkatan produktivitas diprioritaskan di wilayah-wilayah sentra produksi yang produktivitasnya masih tergolong rendah, di mana tingkat penerapan teknologi oleh petani masih kurang. Sedangkan program perluasan areal panen untuk wilayah-wilayah yang memiliki potensi sumberdaya lahan yang cukup luas dan memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi. Menurut Simatupang dkk, (2005), Prioritas agroekosistem sasaran
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
1
pengembangan kedelai perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu kendala produksi yang minimal (tanah dan iklim sesuai-cukup sesuai), peluang keberhasilan yang cukup tinggi, prasarana pendukung cukup baik, dan ketersediaan SDM (petani) yang terampil Selama ini pertanaman kedelai banyak dilakukan di lahan sawah. Pengembangan dan perluasan areal tanam kedelai harus diarahkan ke lahan kering karena banyaknya konversi lahan sawah dan persaingan komoditas selain kedelai seperti kedelai, jagung, sayuran dalam pertanaman di lahan sawah (Abdurachman dkk., 2008). Salah sayu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya lahan kering yang potensial adalah di pulau Halmahera, Maluku Utara. Pada tahun 2009, produksi kedelai di Maluku Utara mencapai 1.821 ton dengan tingkat produktivitas yang rendah yaitu 1,2 t/ha dan masih dibawah produktivitas kedelai nasional (BPS Maluku Utara, 2010). Dengan potensi sumberdaya lahan kering untuk tanaman pangan yang mencapai 2.669 ha dan potensi pasar yang cukup besar yaitu pada tahun 2007 harus mengimpor sebesar 10.117 ton kedelai dari luar daerah (BPTP Malut, 2008) sehingga cukup prospek untuk pengembangan kedelai dengan target sasaran memenuhi pangsa pasar lokal. Usaha perbenihan kedelai di Maluku Utara masih relatif tertinggal dibanding kedelai dan jagung. Petani lebih banyak memakai benih asalan atau turunan dari pertanaman sebelumnya. Pemakaian benih unggul bersertifikat pada tanaman kedelai di Maluku Utara kurang dari 10%. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan (pasokan) benih bermutu dari varietas unggul di lapangan masih kurang dalam hal jumlah (kuantitas), maupun kesesuaian varietasnya. Tulisan ini akan diuraikan tentang standar operating procedure (SOP) produksi benih kedelai di lahan kering dengan harapan bisa digunakan penangkar benih untuk memproduksi benih kedelai yang tepat mutunya.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
2
II. TARGET Dalam memproduksi benih kedelai, diharapkan benih yang dihasilkan dapat mencapai potensi produktivitas. Berikut ini adalah target memproduksi benih kedelai di lahan kering: a. Produksi benih kedelai per hektar: min 1 t/ha b. Daya berkecambah : min 80% c. Kadar air : maks 13% d. Kemurnian: min 97% e. Produktifitas benih kedelai yang dihasilkan: min 1,5 t/ha
III. AGROEKOLOGI KEDELAI 3.1. Definisi
3.3.1.
Agroekologi kedelai. Adalah lingkungan tumbuh yang sesuai untuk tanaman kedelai berproduksi secara optimum yang mencakup biofisik lahan maupun iklim.
3.2. Tujuan - Menentukan agroekologi untuk kedelai sesuai dengan kelas S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (agak sesuai), dan N (kurang sesuai). 3.3. Alat dan Bahan - Alat yang digunakan adalah perangkat stasiun iklim, dan perangkat uji tanah kering (PUTK). - Bahan yang diperlukan adalah data iklim (suhu dan curah hujan), data biofisik lahan (tekstur tanah, drainase, kedalam lapisan olah, bahan organik tanah, pH tanah, N tanah, P tersedia, K tersedia, kejenuhan Al, topografi, naungan, dan elevasi).
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
3
3.4. Fungsi - Perangkat stasiun iklim digunakan untuk mengetahui curah hujan dan suhu udara di lokasi produksi benih. - Perangkat uji tanah kering (PUTK) digunakan untuk uji cepat (quick assessment) kandungan N, P, K, dan pH tanah.
3.5. Prosedur pelaksanaan - Ambil sampel tanah secara acak pada kedalaman lapisan olah (020 cm), kemudian ukur dengan PUTK. - Pengukur curah hujan yang digunakan bisa berupa ombrometer maupun AWS (automatic weather station). 3.6. Kesesuaian agroekologi tanaman kedelai Peubah Suhu rata-rata (0C)
Sangat sesuai (S1) 25-28
Sesuai (S2) 29-35
Agak sesuai (S3) 36-38
Kurang sesuai (N) >38
Curah hujan (mm/thn)
1500-2500
1000-1500
2500-3500, 700-1000
>3500, <700
Curah hujan selama tanam kedelai (mm/3 bln)
300-400
250-300, 400-500
200-250, 500-700
<200 >700
Ketersediaan irigasi pada musim kemarau
5-6 kali
4 kali
2-3 kali
1 kali
Tekstur tanah
Lempung. lempung liat berdebu
Lempung berpasir, Liat berpasir
Pasir berlempung
Pasir, liat padat
Drainase tanah
Baik
Sedang
Agak lambat
Sangat cepat, Sangat lambat
Kedalaman lapisan olah (cm)
>50
30-49
15-29
<15
Bahan organik tanah
Tinggisedang 5,8 – 6,9
Sedang
Agak rendah
Rendah
5 – 5,8
4,5 - 5
<4,5 >7,0
Kemasaman tanah (pH)
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
4
Peubah
Sangat sesuai (S1) Tinggisedang
Sesuai (S2) Sedang
Agak sesuai (S3) Rendah
Kurang sesuai (N) Rendah
P tersedia
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
K tersedia
Tinggisedang
Sedang
Rendah
Rendah
Ca, Mg
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Kejenuhan Al (%)
<5
5-10
10-15
>15
Topografi
Datar
<10%
10-20%
>20%
Naungan
Tanpa
<10 %
10-20%
>20%
Elevasi (m dpl)
100-800
800-1200
1200-1500
>1500
N tanah
IV. PEMILIHAN VARIETAS KEDELAI 4.1. Definisi - Varietas kedelai adalah bagian dari suatu jenis tanaman kedelai yang ditandai oleh warna bulu tanaman, tipe pertumbuhan, bentuk daun, warna bunga, warna hilum, ukuran biji, dan sifatsifat lain yang dapat dibedakan diantara sesama tanaman kedelai. - Pemuliaan tanaman kedelai adalah rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian jenis dan/atau varietas kedelai yang sudah ada atau menghasilkan jenis dan/atau varietas kedelai baru yang lebih baik. - Pelepasan varietas kedelai adalah prosedur baku agar varietas tertentu bisa diproduksi dan diperdagangkan. 4.2. Tujuan - Mengidentifikasi varietas kedelai yang terbaru.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
5
-
Mengetahui karakteristik dan keunggulan varietas kedelai yang sudah dilepas.
4.3. Bahan Yang Digunakan - Contoh-contoh varietas kedelai. - Deskripsi varietas kedelai yang diterbitkan Balitkabi – Malang. 4.4. Prosedur Pelaksanaan - Tentukan agroekosistem calon lokasi produksi benih. - Tentukan permintaan pengguna misalnya ukuran biji (sedangbesar), umur (genjah-sedang), dan kegunaan (bahan baku tahu, tempe, kecap, susu kedelai atau taoge).
SHR/W60
Panderman
Grobogan
Kaba
Gepak Ijo
Tanggamu s
Gambar 1a. Deskripsi varietas kedelai yang sudah dilepas Balitkabi dari tahun 2000-2008
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
6
Burangrang
Anjasmoro
Bromo
Sinabung
Gepak Kuning
Argomulyo
Gambar 1b. Deskripsi varietas kedelai yang sudah dilepas Balitkabi dari tahun 2000-2008
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
7
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
8
Sumber: 1 Balitkabi (2010),
2
Antarlina et al. (2002)
4.5. Karakter varietas kedelai yang dilepas Balitkabi Malang
V. IDENTIFIKASI SEJARAH LAHAN 5.1. Definisi - Sejarah lahan adalah mengidentifikasi bekas tanaman pada calon lokasi produksi benih. 5.2. Tujuan - Mengetahui sejarah lahan. - mengetahui bekas pertanaman sebelumnya. 5.3. Alat dan Bahan - blanko isian sejarah lahan. 5.4. Prosedur Pelaksanaan a. Identifikasi pertanaman sebelumnya (digunakan untuk tanaman apa). b. Jika bekas tanaman lain atau bera, maka langsung dilanjutkan pengolahan tanah. c. Jika lahan bekas tanaman kedelai varietas yang sama maka bisa langsung dilakukan pengolahan tanah. d. Jika bekas kedelai varietas lain maka lahan harus diberakan terlebih dahulu selama 3 bulan.
VI. ISOLASI TANAMAN 6.1. Definisi - Isolasi tanaman merupakan usaha untuk melindungi tanaman kedelai dari penyerbukan yang tidak dikehendaki oleh tanaman/varietas lain.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
9
-
-
Isolasi jarak adalah teknik isolasi dengan memisahkan tanaman kedelai pada blok yang berbeda dengan jarak 15 m untuk menghindari kontaminasi. Isolasi waktu adalah teknik isolasi dengan memberikan selang waktu tanam yang berbeda minimal 15 hari antar dua varietas kedelai yang berbeda dengan areal yang berdampingan sehingga fase pembungaannya juga berbeda (dengan catatan harus diperhatikan waktu pembungaan).
6.2. Tujuan - Menghindari kontaminasi/penyerbukan oleh varietas lain yang tidak dikehendaki sehingga mengurangi kemurnian genetik. 6.3. Alat dan Bahan - Meteran, deskripsi tanaman, tanaman barier. 6.4. Fungsi - Meteran digunakan jika menggunakan isolasi jarak. - Deskripsi varietas digunakan untuk mengidentifikasi periode pembungaan pada tanaman (jika menggunakan isolasi waktu). - Tanaman barier seperti jagung, sorgum sebagai penghalang antara 2 varietas kedelai. 6.5. Prosedur Pelaksanaan
6.5.1. Isolasi Jarak a. Tanaman kedelai hampir sepenuhnya merupakan penyerbukan sendiri sehingga peluang terjadinya penyerbukan silang kurang dari 1%. b. Meskipun demikian sesuai prosedur sertifikasi, dibuat blok untuk produksi benih kedelai yang jaraknya minimal 8 m dari pertanaman kedelai lainnya.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
10
6.5.2. Isolasi Waktu a. Tentukan periode pembungaan dari masing-masing varietas yang akan ditanam. b. Atur waktu tanam sehingga perbedaan waktu berbunga antara tanaman pada areal produksi benih dengan varietas lainnya minimal 15 hari.
6.5.3. Isolasi dengan penghalang (barier) a. Buat desain blok untuk pertanaman tanaman penghalang. b. Tanaman penghalang sekitar petak produksi benih kedelai, paling sedikit harus mempunyai lebar 3-4 m, bergantung kepada tipe tanaman. c. Sesbania rostrata atau tanaman jagung, sorgum atau millet yang tinggi dan sehat merupakan barrier yang dapat mencegah kontaminasi dengan baik.
VII. BENIH SUMBER 7.1. Definisi - Benih kedelai adalah bagian tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman kedelai. Saat ini kedelai lebih banyak diperbanyak menggunakan biji. - Benih sumber adalah benih yang digunakan untuk memproduksi benih kedelai yang berasal dari kelas yang lebih tinggi. 7.2. Tujuan - Menentukan kebutuhan benih kedelai per hektar. - Menentukan kelas benih yang digunakan. 7.3. Prosedur Pelaksanaan a. Tentukan target kelas benih yang akan diproduksi.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
11
b. Untuk memproduksi benih sebar (ES), maka benih yang digunakan harus berasal dari kelas benih pokok (SS), benih dasar (FS), atau benih penjenis (BS). c. Untuk memproduksi benih pokok (SS) maka benih yang digunakan harus berasal dari kelas benih dasar (FS) atau benih penjenis (BS). d. Sedangkan untuk memproduksi benih dasar (FS) maka harus menggunakan kelas benih penjenis (BS). e. Kebutuhan benih kedelai per hektar rata-rata sebanyak 40-50 kg (tergantung ukuran biji). Jika kedelai berbiji besar maka kebutuhan benihnya juga lebih tinggi dibandingkan kedelai yang berbiji kecil.
Breeder Seed (BS)
Foundation Seed (FS)
Stock Seed (SS)
Extention Seed (ES) Gambar 2. Pengkelasan benih kedelai
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
12
VIII. PERSIAPAN LAHAN DAN PENGOLAHAN TANAH 8.1. Definisi - Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam serta untuk mematikan gulma. - Penyemprotan pra tumbuh: upaya mengendalikan gulma yang biasanya terdapat di lahan kering dengan herbisida. 8.2. Tujuan - Memanipulasi sifat fisik tanah sehingga cocok untuk pertanaman kedelai. 8.3. Alat dan Bahan - Traktor, bajak singkal, bajak piringan, bahan bakar, herbisida. 8.4. Fungsi - Traktor digunakan sebagai tenaga penggerak. - Bajak singkal digunakan untuk memotong dan membalik tanah. - Bajak piringan digunakan untuk membuat larikan. - Bahan bakar solar digunakan untuk sebagai input energi untuk menggerakkan traktor. - Herbisida digunakan untuk menekan pertumbuhan gulma yang ada. 8.5. Prosedur Pelaksanaan a. Pengolahan tanah hendaknya dengan menggunakan traktor yang dilengkapi bajak singkal. b. Sebelum pengolahan tanah, sebaiknya lahan disemprot dengan herbisida Basmilang / polaris / gramoxone / gempur / paraquat / Roundup dengan dosis 2 liter/ha, atau dosisnya disesuaikan dengan jenis herbisida dan gulma yang ada.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
13
c.
Penyemprotan herbisida dilakukan diawal, karena setelah tanaman kedelai tumbuh maka tidak diperkenankan disemprot kecuali menggunakan varietas transgenik yang memiliki sifat
herbicide tolerant. d. Kemudian selang 3-4 hari, tanah dibajak larikan sesuai dengan ukuran jarak tanam. e. Pembuatan drainase dibutuhkan jika ditanam pada musim hujan dengan lebar drainase 4-5 m.
IX. PERLAKUAN BENIH (Seed Treatment) DAN PENANAMAN 9.1. Definisi - Perlakuan benih adalah mencampur benih kedelai dengan inokulan mikroba sebelum benih ditanam yang bertujuan untuk meningkatkan vigor benih dan keserempakan tumbuh. - Penanaman merupakan menanam benih dengan jarak tanam yang teratur. - Jarak tanam adalah jarak antar barisan dan jarak tanaman dalam barisan yang akan menentukan populasi tanaman. 9.2. Tujuan - Memberikan pertumbuhan yang seragam. - Memberikan kesegaran tanaman yang optimum sehingga diperoleh hasil yang maksimum. - Mempermudah penyiangan, pemupukan, pengendalian hama, dan roguing. 9.3. Alat dan Bahan - Inokulan mikroba (Bradyrhizobium sp, bacillus sp, Pseudomonas sp, bakteri endofitik/Ochrobactrum pseudogrignonense).
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
14
-
Tali ajir.
9.4. Fungsi - Inokulan mikroba sebagai bahan seed treatment. - Ajir digunakan untuk mengukur jarak antar barisan dan jarak dalam barisan. - Tugal digunakan untuk membuat lubang tanam. 9.5. Prosedur Pelaksanaan a. Perlakuan benih dilakukan sebelum tanam. b. Benih kedelai sebanyak masing-masing 8kg terlebih dahulu dilembabkan dengan air kemudian dicampur secara merata dengan inokulan mikroba sebanyak 50 g. c. Kemudian benih langsung ditanam dan diusahakan terhindar dari sinar matahari langsung. d. Untuk menghindari serangan lalat kacang ( Ophimia phaseoli), maka pada lubang tanam dapat ditambahkan insektisida karbosulfan atau thiodicarp. e. Jarak antar Jarak tanam yang digunakan untuk produksi benih kedelai adalah 30x15 cm atau 30x20 cm. f. Jumlah benih yang ditanam sebanyak 2 benih/lubang.
X. PEMUPUKAN 10.1. Definisi - Pemupukan merupakan usaha untuk memberikan unsur hara makro (N, P, dan K) yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai untuk tumbuh normal dan berproduksi optimal. 10.2. Tujuan - Memberikan unsur hara makro yang dibutuhkan kedelai. - Memelihara kesuburan tanah.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
15
10.3. Alat dan Bahan - Ember, pupuk urea, pupuk KCl, dan TSP, NPK, pupuk organik, Dolomit. 10.4. Fungsi - Ember digunakan sebagai wadah pupuk. - Pupuk urea digunakan untuk mensuplai kebutuhan unsur Nitrogen. - Pupuk KCl digunakan untuk memasok kebutuhan unsur Kalium. - Pupuk SP 18 digunakan untuk memasok kebutuhan unsur Phospor. - Pupuk NPK digunakan untuk mensubstitusi jika ketiga pupuk tunggal tidak tersedia dilapangan. - Pupuk organik digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. - Dolomit digunakan jika lahan kering yang digunakan memiliki pH rendah. 10.5. Prosedur Pelaksanaan a. Jika menggunakan pupuk tunggal, maka dosis pupuk yang digunakan adalah 50 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl dengan waktu pemberian pada saat tanam. Jika pupuk majemuk dengan dosis 150 kg NPK. b. Pupuk kandang diberikan dengan dosis 1,5 ton/ha. c. Pemupukan dilakukan pada barisan tanaman. d. Jika lahan masam dengan pH antara 4,8 – 5 maka dosis dolomit/kapur yang digunakan 1-1,5 ton/ha. e. Dolomit disebar rata bersamaan dengan pengolahan tanah kedua atau paling lambat 2-7 hari sebelum tanam. f. Jika diaplikasikan dengan cara disebar sepanjang alur baris tanaman, maka takaran dolomit dapat dikurangi menjadi 1/3 takaran semula.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
16
XI. PENGAIRAN DAN PENYIANGAN 11.1. Definisi - Pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman sesuai dengan stadia pertumbuhan. Kebutuhan air bagi tanaman kedelai berbeda-beda setiap fase. - Penyiangan adalah membersihkan gulma yang tumbuh diantara pertanaman kedelai. 11.2. Tujuan - Menyediakan air sesuai stadia pertumbuhan kedelai. - Memberikan pertanaman kedelai yang tumbuh optimum. - Mengurangi persaingan dengan gulma dalam penyerapan unsur hara. 11.3. Alat dan Bahan - Alat yang digunakan adalah cangkul dan pompa air. 11.4. Fungsi - Cangkul digunakan untuk membersihkan gulma. - Pompa air digunakan untuk pengairan. 11.5. Prosedur Pelaksanaan 11.5.1. Pengairan Identifikasi curah hujan dan kelembaban tanah saat pertanaman. Jika kelembaban tanah berkurang maka dapat dilakukan pengairan pada stadia vegetatif, masa pembungaan, masa pembentukan polong, dan masa pengisian benih. 11.5.2. Penyiangan Kedelai sangat peka terhadap kompetisi gulma sehingga disarankan untuk memilih lokasi produksi yang bersih dari gulma.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
17
-
Jika lahan tersebut tidak tersedia maka penyiangan perlu dilakukan minimal 2x yaitu pada awal pertumbuhan terutama saat umur tanaman 15 hari setelah tanam (HST) dan 45 hari setelah tanam (HST).
XII. ROGUING (SELEKSI) 12.1. Definisi - Roguing adalah membuang tanaman kedelai yang tidak di inginkan pada petak produksi. - Tanaman yang tidak diinginkan adalah tanaman selain varietas yang diproduksi yang mungkin bisa berupa type simpang maupun tanaman volunteer (tanaman lain yang tumbuh). 12.2. Tujuan - Membuang tanaman off type (tipe simpang), Campuran Varietas Lain (CVL), dan volunteer. - Mencegah terjadinya penyerbukan silang antara off type dengan varietas yang diproduksi. - Mengusahakan kemurnian varietas yang tinggi. 12.3. Alat dan Bahan - Pelaksanaan roguing cukup menggunakan tangan dan mata sebagai alat utama untuk membedakan tanaman sebenarnya dengan type simpang.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
18
12.4. Prosedur Pelaksanaan No
Jenis seleksi
I
Seleksi fase vegetatif
Waktu 7-15 HST
Prosedur -
II
Seleksi fase generatif a
Seleksi warna bunga
Antara 4-10 hari (tergantung varietas)
-
Membuang tanaman yang berbeda warna hipokotilnya (pangkal batang) Warna hipokotil tanaman kedelai biasanya hanya ada 2 yaitu hijau dan ungu
Membuang tanaman yang berbeda warna bunganya Warna bunga pada tanaman kedelai ada 3 yaitu putih, ungu muda, dan ungu tua
b
Seleksi warna bulu
Antara 1-3 hari menjelang warna bulu sudah jelas (biasanya menjelang panen)
-
Membuang tanaman yang berbeda warna dan tipe bulunya. Tipe bulu pada kedelai: berbulu dan tidak berbulu, kelebatan bulu (jarang, agak jarang, normal, lebat), warna bulu (putih, abu-abu, coklat, agak coklat), tipe bulu (tegak, agak tegak, miring, keriting, dan rebah kebelakang)
c
Seleksi bentuk daun
Selama pertumbuhan tanaman
-
Membuang tanaman yang berbeda warna dan bentuk daunnya Bentuk daun kedelai: runcing, agak runcing, bulat
Selama pertumbuhan tanaman diutamakan menjelang masak fisiologis 90%
-
Menjelang panen
-
d
e
Seleksi tipe tanaman
Seleksi warna polong
-
-
-
-
-
Membuang tanaman yang berbeda tipenya Tipe tanaman kedelai: determinate, indeterminate, semi determinate Tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga Tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga Tipe semi determinate memiliki ciri yang mirip dengan kedua tipe tersebut Membuang tanaman yang berbeda warna polong matangnya Warna polong matang kedelai: kuning jerami, coklat, hitam
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
19
No f
Jenis seleksi Seleksi biji
Waktu Saat sortasi biji
Prosedur -
Membuang biji-biji yang menyimpang (berbeda) Warna biji kedelai: kuning muda (agak keputihputihan), kuning, hijau, kuning tua. Warna hilum: kuning, kuning tua, coklat, hijau, abu-abu, hitam kekuning-kuningan, hitam Permukaan biji: licin terang, terang, buram, kusam sekali
XIII. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT KEDELAI 13.1. Definisi - Pengendalian hama penyakit adalah Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (hama, patogen, dan gulma) dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan. - Pengendalian kultur teknis adalah suatu usaha memanipulasi agroekosistem untuk membuat lingkungan pertanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembang-biakan hama, serta menyediakan habitat bagi organisme menguntungkan. - Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen serangga) untuk mempertahankan populasi hama di bawah tingkat yang merugikan tanaman. - Pengendalian mekanis dan fisik merupakan teknik pengendalian yang bertujuan mengurangi populasi hama dengan cara mengganggu fisiologi serangga atau mengubah lingkungan menjadi kurang sesuai bagi hama. - Insektisida kimia merupakan pilihan terakhir dalam usaha mengendalikan hama dan harus digunakan sesuai kebutuhan agar tidak berdampak negatif.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
20
13.2. Tujuan - Mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk menghindari tingkat kerugian ekonomi (TKE) berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk kedelai. 13.3. Alat dan Bahan - Musuh alami, insektisida, pestisida nabati, ember, sprayer, alat/sarana pelindung, sedangkan bahan yang digunakan adalah air. 13.4. Fungsi - Musuh alami untuk mengganggu populasi hama yang ada dan akan bekerja dengan baik jika ekosistemnya tidak terganggu. - Pestisida digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang tidak bisa ditangani dengan musuh alami atau pencegahan. - Ember digunakan untuk mencampur pestisida dengan air. - Sprayer digunakan sebagai alat semprot untuk menanggulangi hama penyakit. - Alat / sarana pelindung terdiri dari sepatu boot, masker, sarung tangan, baju lengan panjang, dan topi digunakan untuk menjaga keamanan petugas penyemprot. 13.5. Prosedur Pelaksanaan Hama Kedelai Utama Lalat bibit: - Ophiomyia
phaseoli,
- Melanagromyz
a sojae,
- M.
dolichostigma
Ambang Ekonomi 1 imago per 5 m baris atau 1 imago per 50 rumpun
Strategi Pengendalian a. Kultur teknis: pergiliran tanaman, tanam serempak dengan selisih waktu <10 hari, menutup lubang dengan tugal, seed treatment dengan insektisida b. Pengendalian mekanis: Cabut tanaman terserang c. Insektisida: Karbosulfan (5g/kg benih) atau Marshal
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
Waktu Aplikasi Pra tanam pada saat perlakuan benih atau saat tanam
21
Hama Kedelai Utama
Ambang Ekonomi
Strategi Pengendalian
Waktu Aplikasi
(20 g/kg benih), Populasi mencapai ambang kendali pada umur 7–10 hari disemprot insektisida untuk lalat bibit. Populasi lalat kacang mencapai ambang kendali pada umur 10–50 hari disemprot insektisida Pengisap daun: -
Bemisia sp
Populasi Aphis, Bemisia dan Thrip cukup tinggi
a.
(kutu kebul)
b.
Thrips Aphis sp
c.
Pemakan daun: -
Chrysodeixis chalcites, - Lamprosema indicata, - Spodoptera litura -
-
-
-
Pengisap polong: - Kepik coklat,
Riptortus linearis (F.)
(Heteroptera: Alydidae)
-
-
Pada fase vegetatif, 10 ekor instar 3 per 10 rumpun Pada fase pembungaan 13 ekor instar-3 per 10 rumpun tanaman Pada fase pembentukan polong: 13 ekor instar-3 per 10 rumpun tanaman Pada fase pengisian polong 26 ekor instar 3 per 10 tanaman
a.
Intensitas kerusakan daun mencapai lebih dari 2% 1 pasang imago per 20 rumpun
a.
b. c.
d.
e.
b.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
Kultur teknis: tanam serempak selisih waktu <10 hari, Pengendalian mekanis: pemantauan rutin Insektisida: Penyemprotan insektisida seperti Decis, thiodan dengan dosis 0,5-1 liter/ha
populasi ≥5 ekor/rumpun pada 7-35 hst
Kultur teknis: tanam serempak selisih waktu <10 hari, Pengendalian mekanis: pemantauan rutin dan pemusnahan ulat&telur Pengendalian hayati: ulat grayak dengan feromonoid seks 6 perangkap/ha Pestisida nabati: penyemprotan NPV (dari 25 ulat sakit dilarutkan dalam 500 liter air/ha) Insektisida: Penyemprotan insektisida seperti Decis, atabron dengan dosis 0,5-1 liter/ha
Saat terdapat 2-4 ulat daun pada 12 rumpun yang berdekatan, atau pada saat daun memutih (transparan) dan terdapat larva
Kultur teknis: pergiliran tanaman, penanaman tanaman perangkap yakni kacang hijau varietas Merak&Sesbania rostrata Pengendalian hayati: parasitoid telur Gyron
Pada umur tanaman 42 70 hst
22
Hama Kedelai Utama -
Ambang Ekonomi
Strategi Pengendalian
Nezara viridula Piezodorus sp.
nigricome, predator telur Dolichoderus, jamur
patogen serangga seperti c.
d.
Pemakan polong: -
Helicoverpa armigera
Waktu Aplikasi
-
Intensitas kerusakan daun mencapai lebih dari 2%
Beauveria bassiana
Pengendalian mekanis: menjumputi kelompok telur serta menangkap nimfa dan imago, pemantauan pada umur 42-70 hst Insektisida: deltametrin dan klorpirifos, Azodrin atau dimilin dengan dosis 0,5-1 liter/ha
a. Kultur teknis: tanam serempak selisih waktu <10 hari, pergiliran tanaman b. Pengendalian hayati: tanaman perangkap jagung 3 umur (genjah, sedang, dalam), Lepas parasitoid Trichograma spp c. Pestisida nabati: penyemprotan NPV (dari 25 ulat sakit dilarutkan dalam 500 liter air/ha) d. Insektisida: Penyemprotan insektisida seperti Decis dengan dosis 0,5-1 liter/ha
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
Pada umur tanaman > 45 HST terdapat 2 ekor ulat per rumpun
23
Prosedur pengendalian penyakit kedelai: No 1
Penyakit Utama Karat daun
Upaya Pengendalian
Penyebab Cendawan
Fungisida dengan bahan aktif mancozeb (seperti Dithane M45)
Phakopsora pachyrhizi
2
Antraknosa
Colletotrichum truncatum
Gambar
- Pergiliran tanam, - Jamur antagonis
Trichoderma harzianum,
- Penyemprotan Dithane M45, Antracol 70 WP
3
Akar
Schlerotium rolfsii
-
Jamur
antagonis
-
Penyemprotan Dithane M 45 dengan dosis 2 gr/liter air
Trichoderma harzianum
4
Layu bakteri
Pseudomonas solanacearum
Varietas tahan layu dan pergiliran tanaman
6
Virus
Soybean mosaic virus
Mengendalikan vektor penyebab virus (kutu) dengan insektisida deltametrin (seperti Decis 2,5 EC) dosis 1 ml/liter air dan nitroguaridin (seperti confidor) dosis 1 ml/liter air.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
24
XIV. PANEN 14.1. Definisi - Panen pada produksi benih kedelai adalah memanen biji kedelai pada saat tanaman masak fisiologis. 13.2. Tujuan - Mengumpulkan hasil calon benih dari varietas yang diproduksi. 14.3. Alat dan Bahan - Alat yang digunakan berupa sabit bergerigi. 14.4. Prosedur Pelaksanaan Panen dilakukan pada saat cuaca cerah (baik) dan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Waktu panen adalah saat masak fisiologis dengan ciri-ciri daun kedelai telah rontok dan polong berwarna coklat dan dalam keadaan kering. Memotong bagian pangkal batang bawah dengan sabit bergerigi. Brangkasan tanaman hasil panen dibawa dan dikumpulkan ditempat penjemuran (pengeringan) dengan diberi alas terpal. Dalam memanen, dihindari dengan cara tanaman dicabut agar kotoran tanah tidak ikut terbawa.
XV. PASCAPANEN BENIH KEDELAI 15.1. Definisi - Pascapanen adalah kegiatan penanganan benih setelah dipanen agar diperoleh benih kedelai yang bermutu tinggi. - Pengeringan brangkasan adalah proses menurunkan kadar air brangkasan kedelai agar memudahkan dalam perontokan biji.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
25
-
-
-
Perontokan adalah melepaskan bulir gabah (calon benih) dari malainya. Pengeringan biji kedelai adalah usaha menurunkan kadar air benih kedelai hingga mencapai ≤10% agar memiliki daya simpan yang lama. Pembersihan dan sortasi biji adalah kegiatan membuang kotoran benih, biji keriput, biji diluar ukuran (terlalu besar / terlalu kecil) sehingga diperolah benih kedelai dengan ukuran yang seragam dan kemurnian yang tinggi. Pengemasan benih adalah upaya untuk melindungi benih dari deraan lingkungan baik biotik (hama gudang) maupun abiotik (suhu dan kelembaban yang tinggi).
15.2. Tujuan - Meningkatkan mutu fisik, fisiologis, dan kesehatan benih kedelai sesuai dengan standar yang berlaku. 15.3. Alat dan Bahan - Alat yang digunakan karung, terpal, lantai jemur, thresser, ayakan. 15.4. Prosedur Pelaksanaan No
Kegiatan
waktu
1
Pengeringan brangkasan
Langsung setelah panen
Prosedur - Brangkasan kedelai diikat dalam satu kelompok - Pengeringan brangkasan dilakukan diatas terpal untuk menghindari kehilangan benih dan jika malam hari maka terpal ditutup - Penjemuran dilakukan hingga kadar air benih turun hingga 13-15% - Hindari pemeraman brangkasan karena akan menurunkan mutu benih
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
26
No
Kegiatan
waktu
Prosedur
2
Perontokan
Saat brangkasan mudah dipatahkan
- Perontokan bisa menggunakan tongkat kayu/bambu dengan cara memukul brangkasan berulang-ulang sampai biji terpisah - Perontokan juga bisa menggunakan mesin perontok (thresser) padi dengan memodifikasi gigi perontoknya - Biji yang sudah dirontokkan dipisahkan dari brangkasannya kemudian disimpan ditempat yang terlindungi dan bisa langsung dijemur
3
Pengeringan biji
Secepatnya setelah perontokan biji dan cuaca baik
- Benih kedelai ditaruh di atas terpal dengan ketebalan 2-3 cm - Dilakukan pembalikan setiap 2-3 jam - Waktu penjemuran dilakukan saat cuaca cerah antara pukul 08.00-16.00 - Lama penjemuran sekitar 4-5 hari hingga kadar air biji kedelai mencapai ≤10%
4
Sortasi biji
Secepatnya - Benih diayak untuk memisahkan kotoran, biji kecil maupun biji keriput setelah Benih yang bernas (seragam) pengeringan dikumpulkan dan dimasukkan kedalam karung diberi identitas: Nama dan alamat, produsen, Nama varietas kedelai, Lokasi kebun, produksi benih, dan Musim tanam - Jika karung yang baru tidak tersedia, dapat digunakan karung bekas namun bersih, tidak ada atau tercampur biji-bijian kedelai lainnya dengan benih hibrida
5
Pengujian mutu benih kedelai
- Benih yang sudah bersih kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian mutu benih - Mutu benih yang diuji adalah kadar air, kemurnian benih, dan daya berkecambah - Instansi yang berwenang dalam pengujian mutu benih adalah BPSBTPH
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
27
No
Kegiatan
waktu
Prosedur
6
Pengemasan dan pelabelan
Secepatnya selesai proses sortasi
7
Penyimpanan
Setelah - Karung kemasan benih ditumpuk dengan baik dan teratur diatas kayu/rak khusus proses diruang simpan pengemasan - Diusahakan karung tidak menempel di dinding - Tinggi tumpukan maksimum 10 kemasan - Daya simpan bisa mencapai 6-10 bulan dengan catatan kadar air benih ≤10%.
- Benih yang sudah bersih dimasukkan kedalam plastik ukuran 0,2-0,25 mm sebanyak 40-50 kg kemudian dimasukkan kedalam karung goni. - Kadar air benih siap simpan berkisar 810% agar memiliki daya simpan yang lama - Kemudian karung ditutup hingga rapat udara (ikat), karung dijahit/diikat kuat sambil menunggu proses pemasaran - Karung kemasan diberi label sertifikasi sebagai identitas benih
XVI. STANDAR MUTU BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT 16.1. Definisi - Mutu benih adalah Atribut yang menggambarkan kualitas benih yang terdiri dari mutu genetik, mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu kesehatan benih. - Standar mutu adalah spesifikasi teknis benih bina yang baku yang mencakup mutu fisik, fisiologis, genetik, dan kesehatan benih.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
28
Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada benih/benih yang sudah dikemas yang memuat tempat asal benih, jenis, varietas, kelas benih, mutu benih, akhir masa edar benih dan atau berat/jumlah benih.
-
16.2. Standar lapangan Kelas benih
Isolasi jarak (min) meter
Campuran varietas lain & tipe simpang (max) %
Isolasi waktu (hari)
BS
2
0,0
10
FS
2
0,2
10
SS
2
0,5
10
ES
2
1,0
10
16.3. Standar pengujian laboratorium No
Uraian
BS
FS
SS
ES
1
Kadar air max (%)
11,0
11,0
11,0
11,0
2
Benih murni (%)
99,0
98,0
98,0
97,0
3
Kotoran benih max (%)
1,0
2,0
2,0
3,0
4
Daya berkecambah min (%)
80
80
80
80
5
Campuran varietas lain max (%)
0,0
0,1
0,2
0,5
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
29
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2006. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta: Dirjen Tan. Pangan, Deptan. Anonymous. 2009. Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan. Jakarta: Dirjen Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Balitkabi. 2010. Deskripsi varietas kedelai. Malang. Balitkabi. 2010. PTT Kedelai. Malang. Balitkabi. 2010. Teknologi produksi kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Malang. Copeland, L.O, dan M.B. McDonald. 1995. Principles of Seed Science and Technology. Third Edition. Chapman and Hall. New York. 409 p. Harsono, A. 2005, Strategi Pencapaian swasembada kedelai melalui perluasan areal tanam di lahan kering masam . Iptek tanaman pangan vol. 3 (2): 244-257. Mc.williams DA, Berglund DR, dan Endres GJ. 2004. Soybean growth and management quick guide. www.ag.ndsu.edu. diakses tanggal 20 mei 2011. Mugnisjah, WQ dan A. Setiawan. 1995. Teknologi produksi benih. IPB Bogor. Puslitbangtan. 2000. Teknologi benih kedelai. Bogor. Subandi. 2007. Teknologi produksi dan strategi pengembangan kedelai pada lahan kering masam. Iptek tanaman pangan vol. 2 (1): 1225.
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
30
LAMPIRAN 1. Hama Penting Kedelai Dan Waktu Serangannya Jenis Hama
Ophiomyia phaseoli
Waktu Serangan (Hari Setelah Tanam) <10 11-30 31-50 51-70 >70 +++ + -
Melanagromyza sojae
+
+
-
-
-
M dolichostigma
+++
+
-
-
-
Agrotis spp Longitarsus suturellinus Aphis glycines
++ +
+ +
+
+
-
_
_
++
+
-
Bemisia tabaci
+++
+++
++
+
-
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
Gambar
31
Jenis Hama
Phaedonia inclusa
Waktu Serangan (Hari Setelah Tanam) <10 11-30 31-50 51-70 >70 +++ +++ +++ -
Spodoptera litura
-
+++
+++
++
-
Chrysodeixis chalcites
-
+
++
++
-
Lamprosema indicata
-
+
+
+
-
Helicoverpa sp
-
-
+++
+++
-
Etiella spp
-
-
++
+++
-
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
Gambar
32
Jenis Hama
Riptortus linearis
Waktu Serangan (Hari Setelah Tanam) <10 11-30 31-50 51-70 >70 +++ +++ ++
Nezara viridula
-
-
+++
+++
++
Piezodorus hybneri
-
-
+++
+++
++
Keterangan: + ++ +++ -
Gambar
(kehadirannya kurang membahayakan), (kehadirannya membahayakan), (kehadirannya sangat membahayakan), (kemungkinan serangan sangat kecil)
Sumber: Tengkano dan Soehardjan dalam Balitkabi (2010).
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
33
LAMPIRAN 2. Stadia Pertumbuhan Tanaman Kedelai Ve
Kode
V2
V4
R1
R2
R3
Stadia Pertumbuhan
R4
R5
R6
R8
Keterangan
VE
stadia kecambah awal /muncul lapang
Kotiledon muncul diatas permukaan tanah, hipokotil sudah mulai terdeskripsikan dengan jelas
V2
Vegetatif 2
Daun trifoliat berkembang penuh pada buku diatas daun unifoliat
V4
Vegetatif 4
Empat buku pada batang dengan daun berkembang penuh mulai dengan buku unifoliat
R1
Reproduktif awal (mulai berbunga)
Satu kuntum bunga mekar pada buku/batang utama
R2
Bunga mekar penuh
Satu kuntum bunga mekar pada salah satu dari dua buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna
R3
Reproduktif (mulai muncul polong)
Polong dengan panjang 5 mm pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna
R4
Polong penuh
Polong dengan panjang 2 cm pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
34
Kode
Stadia Pertumbuhan
Keterangan
R5
Mulai muncul benih
Benih dengan panjang 3 mm dalam polong pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna
R6
Benih penuh
Polong terisi penuh dengan benih berwarna hijau pada salah satu dari empat buku teratas pada batang utama dengan daun yang telah berkembang sempurna
R8
Masak penuh
Sekitar 95% polong yang ada telah mencapai warna polong masak (coklat)
SOP Produksi Benih Kedelai Di Lahan Kering
35