EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KERING UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DI DESA PUCUNG, KECAMATAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL DRY LAND SUITABILITY EVALUATION FOR CULTIVATION OF SOYBEAN IN PUCUNG VILLAGE, GIRISUBO SUBDISTRICT, GUNUNGKIDUL DISTRICT Oleh: Ani Kurniyawati, Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kesesuaian lahan kering di Desa Pucung untuk tanaman kedelai. (2) Faktor pendorong dan pembatas lahan kering untuk budidaya tanaman kedelai. (3) Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan hasil uji laboratorium. Penelitian menggunakan pendekatan “The Law of Minimum” yaitu pendekatan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan berdasarkan faktor pembatas paling minimum, dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan kriteria tumbuh tanaman kedelai. Populasi penelitian ini adalah semua lahan di Desa Pucung yang diambil 1 sebagai sampel karena jenis tanah yang homogen. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, uji laboratorium. Teknik analisa data dilakukan dengan mencocokan kualitas lahan dengan kriteria syarat tumbuh tanaman kedelai. Produktivitas tanaman kedelai dapat diketahui dari deskripsi hasil wawancara dengan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kelas kesesuaian lahan kering untuk komoditas pertanian tanaman kedelai di Desa Pucung memiliki kesesuaian cukup sesuai atau kelas kesesuaian marginal atau kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas permanen yaitu curah hujan. (2) Faktor pendorong penilaian kesesuaian lahan temperatur (23,86-26,3˚C), ketersediaan air (kelembaban 69), media perakaran (tekstur halus, bahan kasar <15%, dan kedalaman efektif tanah >75 cm), gambut <60, retensi hara (kejenuhan basa 62,24%, pH 6,3 dan C-organik 4,89), toksisitas 2,51 dS/m, sodositas 0,94%, bahaya sulfidik 90 cm, bahaya erosi (lereng <8%, tingkat kerentanan erosi sangat rendah), bahaya banjir (F0) dan penyiapan lahan (singkapan batuan <5%). Faktor pembatas pada penilaian kesesuaian lahan yaitu ketersediaan air (curah hujan 1874,87 mm/tahun), drainase tanah agak cepat, KTK Liat 0,124 cmol, dan penyiapan lahan (batuan permukaan 5-15%). (3) Produktivitas tanaman kedelai di Desa Pucung tergolong rendah, karena tiap hektar lahan hanya menghasilkan 2 kwintal kedelai atau sebesar 21% dari indikator produktivitas tanaman kedelai sebesar 9,5 kwintal/ha. Kata kunci: lahan kering, kedelai Abstract This research aims to find out: (1) The suitability of dry land in Pucung Village of soya plants. (2) The driving factorsand limiting factors of dry land for cultivation of soy. (3) Soybean crop productivity in Pucung Village. This is a descriptive study based on laboratory test results. Research using approach “the law of minimum” is an approach to determine the land suitability classes based the minimum limiting factor by matching soil data and physical environtment by growing soybean planting. The study population was all the land in Pucung Village with taken one as a sample for homogeneous soils. Collection of data through observation, interviews, documentation, laboratory test. Technique of data analysis is done by comparing the quality of
the land criteria requirements grow soybean plants. Soybean crop productivity can be seen from the description of the results of interviews with farmers. The results show that: (1) The class of dry land suitability for agricultural commodities soybean crop in Pucung Village have marginal suitability or appropriateness of the S3 class with rainfall as the limiting factor of permanent. (2) The driving factors of land suitability assessment of temperature (23,86-26,3˚Celsius), the availability of water (humidity 69), rooting medium (soft texture, coarse materials <15%,, and effective soil depth >75 centimeter), peat <60, nutrient retention (base saturation 62,24%, pH 6,3 and C-organic 4,89), toxicity 2,51 dS/m, sodic 0,94%, sulfidic hazards 90 centimeter, erosion hazards (slope <8%, very low degree of erosion susceptibility), the danger of flooding (F0) and land preparation (rock outcrops <5%). The limiting factor on land suitability assessment is the availability of water (rainfall 1874,87 millimeter/year), rather quickly soil drainage, 0,124 cmol clay CEC, and land preparation (surface rock 5-15%). (3) The productivity of the soybean crop in Pucung Village is very low for each hectare of land can produce just 2 quintal of soybean or 21% from productivity indicator of 9,5 quintal/hectare. Keywords: dry land, soybean cukup baik dan bukan jenis tanaman yang
PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu bahan pokok
bagi
masyarakat
sulit
Lahan kering selalu dikaitkan dengan
ditemukan saat ini. Konsumsi kedelai yang
pengertian bentuk–bentuk usaha tani bukan
sangat besar menyebabkan Indonesia tidak
sawah yang dilakukan oleh masyarakat
mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam
sebagai lahan yang terdapat di wilayah
negeri. Indonesia melakukan impor kedelai
kekurangan air (kering) yang tergantung
untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam
pada
negeri, sehingga menyebabkan terjadinya
(Manuwoto,
dalam
Minardi
2009).
kenaikan harga kedelai. Indonesia dengan
Pemanfaatan
lahan
kering
belum
areal sawah dan lahan kering yang luas,
dikembangkan secara optimal. Jumlah areal
berpotensi besar untuk membudidayakan
yang bercirikan usaha tani lahan kering
tanaman
diharapkan
mencapai luasan terbesar dibanding lahan
kebutuhan kedelai dalam negeri dapat
sawah, namun kontribusi pada subsektor
tercukupi dan Indonesia dapat melakukan
pertanian masih rendah, sehingga masih
ekspor kedelai. Kedelai merupakan salah
perlu
satu tanaman yang dapat dikembangkan di
pengembangannya
lahan kering. Kedelai merupakan komoditas
meningkatkan hasil produksi komoditas
pertanian yang dapat tumbuh baik pada
pertanian (Minardi, 2009). Desa Pucung
berbagai jenis tanah dengan drainase tanah
merupakan desa di Kecamatan Girisubo,
kedelai,
sehingga
yang
memerlukan banyak air (Aak,1991:16).
air
hujan
mendapat
sebagai
sumber
perhatian agar
air
dalam mampu
Kabupaten Gunungkidul. Pertanian yang
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan
ada di daerah ini, merupakan pertanian
karena kemampuan lahan merupakan suatu
lahan kering yang mengandalkan curah
sifat
hujan untuk mencukupi kebutuhan airnya.
dukungnya
untuk
Desa Pucung merupakan salah satu desa
pertanian
pada
dengan lahan kering terluas yang ada di
(http:/geografi.hamzanwadi.ac.id/berita-52-
Kecamatan Girisubo, sehingga berpotensi
evaluasi-lahan.html).
besar
untuk
pengembangaan
budidaya
tanaman kedelai.
lahan
yang
menyatakan
daya
memberikan
hasil
tingkat
tertentu
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti
tertarik
untuk
mengetahui
Faktor pendorong dan faktor pembatas
kesesuaian lahan kering untuk budidaya
lahan untuk budidaya tanaman kedelai di
tanaman kedelai di Desa Pucung, faktor
Desa Pucung belum diketahui. Faktor
pendorong dan pembatas lahan kering untuk
pendorong
akan
budidaya tanaman kedelai di Desa Pucung,
berpengaruh terhadap produktivitas kedelai.
dan produktivitas tanaman kedelai di Desa
Faktor pembatas pada budidaya tanaman
Pucung.
membuat produktivitas tanaman kedelai
“Evaluasi Kesesuaian Lahan Kering untuk
rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya
Budidaya
untuk mengetahui faktor pendorong dan
Pucung, Kecamatan Girisubo Kabupaten
pembatas
Gunungkidul.”
dan
yang
mendorong
pembatas
ada
sehingga
pertumbuhan
meningkatkan
lahan
tanaman
produktivitas
bisa
tanaman
berupaya mengestimasi daya dukung lahan untuk
penggunaan
tertentu.
Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya pada upaya peningkatan
produksi
pertanian
harus
didasarkan dengan perencanaan yang baik. Penyusunan
perencanaan
tersebut
membutuhkan informasi dasar sumberdaya lahan
yang
meliputi
tentang
penelitian
Tanaman
ini
Kedelai
di
adalah
Desa
dan
tersebut. Evaluasi kesesuaian lahan kering
kering
Judul
masalah
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif berdasarkan hasil uji laboratorium. Penelitian menggunakan pendekatan “The Law of Minimum”
yaitu
menentukan
kelas
kesesuaian
lahan
berdasarkan
faktor
pembatas paling minimum dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan kriteria tumbuh tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan di
Desa
Pucung,
Kecamatan
Girisubo,
Braak
memberi
rumusan
bahwa
Kabupaten Gunungkidul selama 4 bulan,
semakin tinggi suatu tempat dari
yaitu bulan Februari-Mei 2014. Populasi
permukaan laut maka suhu akan
dalam penelitian ini adalah unit-unit lahan
semakin
kering di Desa Pucung, Kecamatan Girisubo,
Kartasapoetra, 2006:10).
Kabupaten
Gunungkidul.
digunakan
adalah
Sampel
sampel
rendah
(Ance
yang
purposive.
Keterangan:
Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada
t
jenis tanah yang ada di Desa Pucung bersifat
26,3
homogen sehingga hanya diambil satu
pada ketinggian 0 m dpl
sampel tanah. Tempat pengambilan sampel
0,61
tanah adalah lahan yang setiap tahun selalu
kenaikan 100 m
ditanami kedelai. Teknik pengumpulan data
h
dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi,
wawancara,
G.
= suhu rata-rata tahunan
= penurunan suhu tiap
= ketinggian suatu tempat Berdasarkan rumusan tersebut,
uji
suhu daerah penelitian dapat dihitung
data
menurut ketinggiannya. Desa Pucung
menggunakan analisis deskriptif dari hasil
memiliki ketinggian antara 0–400 m
matching kualitas lahan dan kriteria syarat
dpl, maka suhu di Desa Pucung
tumbuh tanaman kedelai.
adalah:
laboratorium.
dokumentasi,
= suhu rata–rata
Teknik
analisis
Untuk ketinggian 0 m dpl HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesesuaian
= (26,3 - 0) ºC Lahan
Kering
untuk
Budidaya Tanaman Kedelai
= 26,3ºC Untuk ketinggian 400 m dpl
1. Temperatur Temperatur atau suhu adalah
= 26,3 – (0,61 x (400/100)ºC
derajat panas atau dingin yang diukur
= 26,3 – (0,61 x 4) ºC
berdasarkan skala tertentu dengan
= 26,3 – 2,44 ºC
menggunakan
= 23,86 ºC
termometer.
Suhu
udara di suatu tempat dipengaruhi oleh
ketinggian
tempat
tersebut.
Jadi dapat diketahui bahwa suhu rata–rata Desa Pucung berkisar
antara
23,86˚C
sampai
dengan
diklasifikasikan oleh Schmidt dan
26,3˚C. Suhu tersebut jika digunakan
Fergusson,
dalam penentuan kelas kesesuaian
termasuk tipe D yaitu tipe Sedang
lahan
dengan nilai Q berkisar antara 60-
untuk
kedelai
budidaya
termasuk
tanaman
pada
kelas
kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 2. Ketersediaan air
100%.
Desa
Desa
Pucung
Pucung
dengan
kelembaban 69, maka termasuk kelas kesesuaian S1, yaitu sangat
a) Curah hujan
sesuai.
Curah
hujan
dapat
mempengaruhi waktu tanam dan pertumbuhan
tanaman.
c) Ketersediaan oksigen
Curah
Drainase
hujan yang tergolong tinggi di
menunjukkan
Desa
Pucung
tanah kecepatan
yaitu
sebesar
meresapnya air dari tanah atau
mm/tahun,
maka
keadaan tanah yang menunjukkan
termasuk dalam kelas kesesuaian
lamanya dan seringnya jenuh air.
S3, yaitu kelas Sesuai Marginal
Drainase
untuk budidaya tanaman kedelai.
tergolong agak cepat, sehingga
1874,87
b) Kelembaban
tanah
Desa
Pucung
daya tanah untuk menahan air
Kelembaban di suatu tempat
rendah. Tanah dengan drainase
penelitian dapat dihitung dengan
agak cepat tidak pernah tergenang
menggunakan data curah hujan
air.
daerah tersebut. Kelembaban bisa
tampak
kering
dilihat dari tipe iklim di suatu
langsung
meresap
tempat. Tipe iklim di suatu
tanah. Kesesuaian drainase tanah
tempat dapat diketahui dengan
untuk budidaya tanaman kedelai
menghitung rata-rata bulan kering
di Desa Pucung termasuk dalam
dibagi jumlah rata-rata bulan
kelas kesesuaian S2 yaitu cukup
basah dikalikan 100% (Ance G.
sesuai.
Kartasapoetra, 2006:21). Indeks nilai Q Desa Pucung adalah 69. Berdasarkan
tipe
iklim
yang
Permukaan
tanah karena ke
selalu air dalam
2. Media perakaran
merupakan
a) Tekstur Tanah Hasil
hasil
pelapukan
batuan kapur, sehingga tanah
uji
laboratorium
BBTKL
Yogyakarta
yang dihasilkan memiliki tekstur liat
berdebu
dan
cenderung
menunjukkan sampel tanah Desa
mengandung sedikit sekali bahan
Pucung memiliki kandungan pasir
kasar. Berdasarkan kandungan
sebanyak 6,97%, kandungan debu
bahan kasar tanah, Desa Pucung
48,60%,
liat
memiliki bahan kasar kurang dari
44,43%. Hasil kandungan pasir,
15% dan termasuk dalam kelas
debu dan liat dimasukkan ke
kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai.
dan
dalam
segitiga
tanah,
maka
kandungan
kelas
c) Kedalaman efektif tanah
diperoleh
Desa Pucung memiliki jenis
tekstur tanah liat berdebu. Tekstur
tanah mediteran, tanah mediteran
tanah di Desa Pucung memiliki
memiliki ketebalan tanah sangat
tekstur
dalam.
liat
akan
tekstur
berdebu
yang
Pengukuran
yang
tergolong halus dan termasuk
dilakukan di
dalam kelas kesesuaian S1 yaitu
menunjukkan kedalaman efektif
sangat sesuai.
tanahnya sangat dalam mencapai
b) Bahan Kasar
lebih
Bahan kasar merupakan persentase kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah. Kandungan bahan kasar di Desa Pucung
pada
90
cm
sehingga
termasuk dalam kelas kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 3. Gambut Jenis
tanah
mediteran
lapisan
merupakan jenis tanah hasil pelapukan
tanahnya sangat rendah yaitu
batuan kapur. Iklim di Desa Pucung
kurang dari 15%. Lapisan tanah
merupakan iklim yang sangat kering
yang
dengan curah hujan yang rendah.
ada
cenderung
di
setiap
dari
Desa Pucung,
Desa
dan
Lapisan gambut akan tumbuh baik di
dibedakan
daerah lembab dan jenuh air dengan
antara lapisan dengan lapisan
banyak kandungan bahan organik.
yang lainnya. Tanah Desa Pucung
Tanah di Desa Pucung tergolong
hampir
sangat
Pucung
tidak
bisa
halus
kering dan tidak pernah jenuh air
kandungan pH tanah netral yang
sehingga
lapisan
sangat baik untuk pertumbuhan
gambut. Tanah Desa Pucung tidak
tanaman, sehingga tanah di Desa
memiliki kandungan gambut, sehingga
Pucung
termasuk kelas kesesuaian S1 yaitu
kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai
sangat sesuai.
untuk tumbuh tanaman kedelai.
tidak
memiliki
4. Retensi Hara
dalam
kelas
d) C-organik
a) KTK Liat
Hasil uji laboratorium untuk
Hasil uji laboratorium untuk sampel
termasuk
tanah
Desa
sampel
tanah
Desa
Pucung
Pucung
mengandung C-organik yang tinggi
mengandung KTK sebesar 0,124
yaitu sebesar 4,89%. Hasil uji
cmol/kg. Tanah di Desa Pucung
laboratorim tersebut, menunjukkan
berdasarkan hasil uji laboratorium
bahwa tanah yang ada di Desa
termasuk
Pucung memiliki agregat tanah
kelas
kesesuaian
S2
dengan kandungan KTK Liat yang
yang
rendah yaitu cukup sesuai.
membantu
b) Kejenuhan Basa
baik
sehingga menjaga
dapat
kesetabilan
tanah agar terhindar dari erosi.
Hasil uji laboratorium terhadap
Desa
Pucung
memiliki
kandungan basa sampel tanah di
dengan
Desa
sebesar
sehingga termasuk dalam kelas
62,24%. Hasil uji laboratorium
kesesuian S1 yaitu sangat sesuai
tersebut menunjukkan tanah di
untuk tumbuh tanaman kedelai.
Pucung
adalah
Desa Pucung memiliki kandungan
tanaman
kedelai
dan
yang
tinggi
5. Toksisitas
basa yang sangat tinggi untuk budidaya
C-organik
tanah
Kadar salinitas dalam toksisitas dapat
dilihat
dari
hasil
uji
termasuk kelas kesesuaian S1 yaitu
laboratorium. Hasil uji laboratorium
sangat sesuai.
sampel
c) pH
tanah
Desa
Pucung
menunjukkan kadar salinitas dalam Kandungan pH tanah di Desa
Pucung
tergolong
netral
yaitu
sebesar 6,3. Desa Pucung memiliki
tanah sebesar 2,51 dS/m. Kandungan salinitas
tersebut
rendah,
sehingga
bisa
dikatakan
tanaman
dapat
bertumbuh dengan baik dalam tanah yang
ada
di
Desa
Pucung.
Berdasarkan hasil uji laboratorium
8. Bahaya erosi a) Lereng Desa
Pucung
memiliki
tersebut, maka tanah di Desa Pucung
kemiringan lereng antara 0–45%,
termasuk dalam kelas kesesuaian S1
tetapi
yaitu sangat sesuai.
kering yang ada di Desa Pucung
6. Sodisitas
daerah
merupakan
pertanian
daerah
datar
lahan
yang
Hasil uji laboratorium sampel
memiliki kemiringan lereng yaitu
tanah Desa Pucung menunjukkan
<8%. Kemiringan lereng tersebut
bahwa kadar alkalinitas dalam tanah
termasuk dalam Kelas A dalam
sebesar 94,273 mg/kg atau 0,94%.
Kelas kemiringan lereng yang
Kandungan alkalinitas dalam tanah di
diklasifikasikan
Desa Pucung termasuk sangat rendah
Darmawijaya. Lahan pertanian di
sehingga
Desa Pucung cenderung masuk ke
sangat
baik
pertumbuhan
tanaman.
laboratorium
untuk
untuk
Hasil
uji
kandungan
dalam
Kelas
oleh
A,
dengan
Pucung
lambat. Pengamatan
dalam
kelas
kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai. 7. Bahaya sulfidik Berdasarkan
dikarenakan
tanahnya datar atau hampir datar
sodisitas, menunjukkan tanah di Desa termasuk
Isa
run off yang cenderung
tersebut kesesuaian
lapangan
menunjukkan
kelas
kemiringan
lereng
pengamatan
tanah di Desa Pucung termasuk
lapangan, tanah yang ada di Desa
kelas kesesuaian S1, yaitu sangat
Pucung
sesuai.
mempunyai
kedalaman
sulfidik yang tergolong dalam yaitu 90 cm.
Hasil
pengamatan
tersebut,
b) Tingkat bahaya erosi Tingkat bahaya erosi tanah di
menunjukkan tanah di Desa Pucung
Desa
Pucung
termasuk
erosi
termasuk kelas kesesuaian S2 yaitu
ringan, hal ini bisa dilihat dari
cukup sesuai untuk budidaya tanaman
kemiringan tanahnya. Jenis tanah
kedelai.
mediteran merah Desa Pucung merupakan tanah yang memiliki kepekaan erosi sedang sampai
berat. Kandungan C–organik tanah
disebabkan karena peresapan air yang
Desa Pucung termasuk tinggi,
tinggi. Tanah mediteran memiliki
sehingga tanah memiliki agregat
tingkat bahaya banjir yang dapat
tanah yang baik sehingga bisa
diabaikan dan termasuk dalam kelas
tahan
kesesuaian S1 yaitu sangat sesuai.
terhadap
erosi.
pengamatan
Hasil
lapangan
menunjukkan
tanah
Pucung
memiliki
kerentanan
erosi
di
Desa
10. Penyiapan lahan a) Batuan di Permukaan
tingkat
ringan
yaitu
Batuan permukaan di Desa Pucung
tergolong
sedang
dan
kurang dari 0,15 dan termasuk
kebanyakan hanya terdapat di tepi
kelas kesesuaian S1, yaitu sangat
lahan. Batuan permukaan dibawa
sesuai.
air dari lereng pegunungan menuju
9. Bahaya banjir
ke
lahan
pertanian.
Batuan
Bahaya banjir dapat ditentukan
permukaan berbentuk bulat dan
dengan menghitung lamanya banjir
jumlahnya antara 5-15%. Hasil
dan
pengamatan
genangan
air.
Desa
Pucung
lapangan
tersebut
merupakan daerah yang memiliki
menunjukkan lahan pertanian di
curah hujan tahunan yang tinggi yaitu
Desa Pucung mangandung batuan
sebesar
permukaan
1874,87
mm/tahun,
akan
rendah
sehingga
tetapi Desa Pucung merupakan daerah
termasuk dalam kelas kesesuaian
kapur sehingga air dapat meresap
S2 yaitu cukup sesuai.
dengan
cepat
ke
dalam
tanah.
Genangan merupakan bahaya banjir,
b) Singkapan batuan Desa
Pucung
merupakan
akan tetapi lahan kering di Desa
desa yang terletak di daerah
Pucung
selatan
tidak
pernah
mengalami
Pulau
Jawa
yang
genangan. Tanah mediteran memiliki
mengalami
drainase agak cepat. Hasil pengamatan
peneplain
lapangan dan wawancara penduduk
memungkinkan memiliki banyak
menunjukkan bahwa tanah pertanian
singkapan
lahan kering di Desa Pucung tidak
batuan di lahan pertanian di Desa
pernah
Pucung tergolong rendah. Batuan
mengalami
genangan,
pengangkatan sehingga
batuan.
Singkapan
tersingkap hanya terdapat di lereng
69), media perakaran (tekstur halus,
pegunungan di tepi lahan pertanian
bahan kasar <15%, dan kedalaman
sehingga
mengurangi
efektif tanah >75 cm), gambut <60,
pertanian.
retensi hara (kejenuhan basa 62,24%, pH
Batuan tersingkap di Desa Pucung
6,3 dan C-organik 4,89), toksisitas 2,51
kurang
tidak
dS/m, sodositas 0,94%, bahaya sulfidik
mempengaruhi produktivitas lahan
90 cm, bahaya erosi (lereng <8%, tingkat
pertanian,
kerentanan erosi sangat rendah), bahaya
tidak
produktivitas
lahan
dari
5%
dan
sehingga
termasuk
dalam kelas kesesuaian S1 yaitu
banjir
cukup sesuai.
(singkapan
Berdasarkan
hasil
(F0)
pembatas
dan
penyiapan
lahan
batuan
<5%).
Faktor
pada
penilaian
kesesuaian
pencocokan kualitas lahan dan
lahan yaitu ketersediaan air (curah hujan
kriteria syarat tumbuh tanaman di
1874,87 mm/tahun), drainase tanah agak
atas,
disimpulkan
cepat, KTK Liat 0,124 cmol, dan
bahwa kesesuaian lahan kering di
penyiapan lahan (batuan permukaan 5-
Desa
15%).
maka
dapat
Pucung
untuk
budidaya
tanaman kedelai termasuk kelas kesesuaian marginal atau kelas kesesuaian
S3
Produktivitas tanaman kedelai di Desa
faktor
Pucung tergolong rendah, dikarenakan
pembatas permanen yaitu curah
hasil panen kedelai tidak mencapai
hujan.
menjadi
indikator produktivitas tanaman kedelai
adalah
sebesar 9,5 kwintal/ha. Tahun 2013 hasil
ketersediaan air (curah hujan)
panen kedelai di Desa Pucung sebesar 2
yang tidak dapat diubah.
kwintal/ha,
Faktor
pembatas
B. Faktor
dengan
C. Produktivitas tanaman kedelai
yang utama
Pendorong
dan
Pembatas
dikarenakan
hujan
tidak
stabil, sehingga menyebabkan waktu
Tanaman Kedelai
panen padi mundur dan kedelai tidak
Faktor pendorong dan pembatas lahan
mendapatkan cukup air selama masa
kering di Desa Pucung adalah:
pertumbuhan. Pada tahun 2012, hasil
Faktor
pendorong
penilaian
panen kedelai lebih baik dari tahun 2013
(23,86-
yaitu sebesar 2,9 kwintal/ha, karena
26,3˚C), ketersediaan air (kelembaban
hujan cukup stabil sehingga waktu tanam
kesesuaian lahan temperatur
kedelai bisa dilaksanakan tepat waktu
erosi (lereng <8%, tingkat kerentanan
dan kedelai mendapatkan cukup air
erosi sangat rendah), bahaya banjir (F0)
selama masa pertumbuhan.
dan penyiapan lahan (singkapan batuan <5%). Faktor pembatas pada penilaian kesesuaian lahan yaitu ketersediaan air
KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
(curah
hujan
1874,87
mm/tahun),
pembahasan yang telah dilakukan peneliti
drainase tanah agak cepat, KTK Liat
maka dapat disimpulkan bahwa:
0,124 cmol, dan penyiapan lahan (batuan
1. Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas
permukaan 5-15%).
pertanian tanaman kedelai menunjukkan
3. Produktivitas tanaman kedelai di Desa
bahwa lahan kering di Desa Pucung
Pucung tergolong rendah, karena tiap
memiliki kesesuaian marginal atau kelas
hektar lahan hanya menghasilkan 2
kesesuaian S3 dengan faktor pembatas
kwintal kedelai atau sebesar 21% dari
permanen yaitu curah hujan.
indikator produktivitas tanaman kedelai
2. Faktor pendorong penilaian kesesuaian lahan
temperatur
(23,86-26,3˚C),
ketersediaan air (kelembaban 69), media perakaran (tekstur halus, bahan kasar <15%, dan kedalaman efektif tanah >75 cm), gambut <60, retensi hara (kejenuhan basa 62,24%, pH 6,3 dan C-organik 4,89), toksisitas 2,51 dS/m, sodositas 0,94%, bahaya sulfidik 90 cm, bahaya
sebesar 9,5 kwintal/ha.