BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
I
Landasan Teori A.
Teori Keagenan Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihakpihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif. Teori agensi (agency theory) menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemilik modal (principles) yang timbul karena masing-masing pihak (agent dan principles) berusaha untuk mencapai tujuan yang saling bertentangan, yaitu berkaitan denganpencapaian bonus manajemen. Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam memahami asuransi adalah dengan memahami konsep risiko dengan baik. Dengan dasar pemikiran bahwa tanpa adanya suatu risiko maka tidak aka nada asuransi. Karena asuransi adalah risiko itu sendiri dalam arti bahwa asuransi menjamin suatu ketidakpastian. Bila dilihat dari sudut pandang tersebut dapat dipahami bahwa hubungan asuransi dan risiko adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Risiko merupakan bagian dari asuransi karena wilayah kerja asuransi adalah menangani risiko yang timbul dari ketidakpastian begitu juga sebaliknya asuransi adalah bagian dari cara mengendalikan risiko karena asuransi adalah bagian dari pelaksanaan fungsi-fungsi dalam pengendalian risiko. Jadi memahami risiko adalah dasar yang essensial dalam mempelajari asuransi. Secara sederhana risiko dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian khususnya kerugian financial. Dalam pengertian yang lain risiko adalah segala bentuk hal yang mengarah pada hasil yang negatif. Ketidakpastian menimbulkan kemungkinan baik itu keuntungan atau kerugian. Bila ketidakpastian
menimbulkan
keuntungan disebut opportunity namun bila menimbulkan kerugian maka disebut dengan risk. Secara definisi risiko memiliki beberapa pengertian seperti yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini : a) Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan risiko (risk) adalah akibat yang kurang menyenangkan dari suatu tindakan atau perbuatan. Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Secara lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. b) Dalam pandangan Fachmi Basyaib (2007), risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut.
Lebih lanjut Fachmi Basyaib (2007) menjelaskan bahwa kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan . Sementara itu kerugian risiko memilki arti kerugian yanga diakibatkan oleh kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun penelitian dari skripsi terdahulu dengan judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Underwriter dalam Menyeleksi Risiko Pada Produk Asuransi Kesehatan Kumpulan Studi pada Unit Syariah PT.Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967”, penulis Eva Syariefah pada tahun 2010 menyatakan bahwa proses seleksi risiko menunjukan pengaruh positif terhadap pendapatan premi yang akan diterima perusahaan. Dari hasil penelusuran pada literatur perpustakaan Mercu Buana dan jurnal di internet, penulis tidak menemukan penelitian yang serupa, selain penelitian oleh Eva Syarifah (2010).
B.
Pendapatan Premi a)
Premi kontrak jangka pendek Premi kontrak jangka pendek (beberapa term life insurance, seperti credit life insurance) diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Jika periode risiko berbeda secara signifikan dengan periode kontrak, premi diakui sebagai pendapatan selama periode risiko sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan. Hal ini menyebabkan premi
diakui sebagai pendapatan secara
merata sepanjang periode kontrak (atau periode risiko, jika berbeda), kecuali jika proteksi asuransi menurun sesuai dengan skedul yang telah ditentukan sebelumnya.
b)
Premi kontrak jangka panjang Premi kontrak jangka panjang (whole life contracts dan guarranted renewable term life contract) diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis. Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak tersebut diakui selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak. Nilai sekarang estimasi manfaat polis masa depan yang dibayar kepada pemegang polis atau wakilnya dikurangi dengan nilai sekarang estimasi premi masa depan yang akan diterima dari pemegang polis (kewajiban manfaat polis masa depan) diakui pada saat pendapatan premi diakui. Menurut Soeisno Djojosoedarso (2003:127) mengemukakan bahwa "dalam asuransi yang dimaksud dengan premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung." Adapun dalam hal ini, premi memiliki beberapa peranan sebagai berikut : a.
Fungsi Premi Asuransi : 1.
Mengembalikan tertanggung pada posisi ekonomi seperti sebelum terjadi kerugian
2.
Mengembalikan tertanggung dari kebangkrutan, hingga mampu berdiri pada posisi seperti keadaan sebelum terjadi kerugian
b.
Unsur – unsur Penentuan Tarif Premi Asuransi : 1.
Kemungkinan/probability terjadinya kerugian
2.
Value judgment
3.
Government Policy
Dengan demikian dalam menentukan beberapa prinsip, antara lain: a.
Adequate
: Premi tersebut harus menghasilkan cukup uang
untuk membayar kerugian yang mungkin terjadi. b.
cessive
: Tarif jangan berlebih-lebihan
b.
Equity
: Bila kualitas exposurenya sama, tarif sama.
c.
Flexible
: Tarif ditentukan harus disesuaikan kondisi.
c. Komponen Premi Asuransi Premi Dasar Premi dasar inilah yang dicantumkan pada polis dan pada umumnya tidak berubah selama data/keterangan dan luasnya jaminan tidak berubah. Tarif premi berbanding lurus dengan tingginya risiko, luasnya risiko, kemungkinan rusaknya barang, ataupun semakin suatu barang berbahaya. Premi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat/dikeluarkan, yang perhitungannya didasarkan: a)
Data dan keterangan yang diberikan oleh tertanggung kepada penanggung pada waktu penutupan asuransi yang pertama.
b)
Luasnya resiko yang dijamin oleh penanggung sesuai yang dikehendaki oleh tertanggung.
Premi dasar biasanya terdiri dari 3 kelompok, yaitu:
1.
Komponen premi untuk membayar kerugian yang mungkin terjadi.
2.
Komponen premi untuk membiayai operasi perusahaan
3.
Komponen sebagai bagian keuntungan perusahaan
Premi Tambahan Premi yang ditambahkan pada premi dasar ketika terjadi perubahan data dan keterangan tertanggung serta luasnya risiko yang dijaminkan. Untuk tambahan data interest yang diasuransikan atau perubahan/penambahan resiko yang dijamin kepada tertanggung dikenakan “tambahan premi” (additional premiums, subcharge).
C.
Risiko Pada Industri Asuransi Dalam asuransi ada beberapa jenis risiko penting yang berkaitan dengan risiko asuransi, seperti yang dijelaskan berikut ini : a.
Hazard Hazard adalah suatu tindakan atau kondisi yang dapat menambah atau meningkatkan terjadinya peril yang menyebabkan kerugian. Hazard dibagi dalam beberapa bagian seperti berikut ini : 1. Physical hazard yaitu hazard yang berbentuk fisik dan mengandung unsur objektif, contohnya kerusakan karena kecelakaan, tabrakan atau kebakaran dan lain sebagainya. 2. Moral hazard yaitu hazard yang timbul dari prilaku mental seseorang seperti tidak stabilnya mental seseorang yang dapat menimbulkan kerugian. Moral
hazard juga dapat timbul dari ketidakjujuran seperti dengan sengaja menabrakkan mobil agar mendapatkan ganti rugi. 3. Morale hazard yaitu hazard yang timbul dari tindakan yang kurang hati-hati sehingga enimbulkan kerugian. Contohnya seseorang mengendarai mobil dalam keadaan lelah dan atau mengantuk, tindakan ini kurang hati-hati karena dapat menimbulkan kecelakaan. 4. Legal hazard adalah segala bentuk kemungkinan bertambahnya bahaya karena ditinjau dari aspek hokum. b.
Peril Kata peril dalam asuransi biasa disebut sebagai penyebab kerugian, sehingga peril didefinisikan sebagai penyebab kerugian. Contohnya Angin topan, badai, banjir dan lain sebagainya.
c.
Loss Dalam sudut pandang ekonomi, loss (kerugian) adalah hasil dari risiko yang tidak diinginkan. Oleh perusahaan kerugian biasanya selalu diprediksi dan diantisipasi sebelumnya karena kerugian bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, oleh karena itu kerugian dihitung sebagai biaya risiko.
D.
Risiko dan Ketidakpastian Risiko sering kali diidentikan dengan ketidakpastian, bahkan risiko dan ketidakpastian sering kali penggunaannya saling dipertukarkan dengan maksud dan tujuan dan sama, sehingga risiko juga sering didefinisikan dengan suatu kondisi ketidakpastian yang dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko juga dapat diartikan sebagai bentuk penyimpangan aktual dari yang diharapkan.
Disamping ada sisi kesamaan, risiko dan ketidakpastian juga mempunyai sisi perbedaan yang sering kali disalahartikan, perbedaan tersebut mengacu pada sisi pengelolaannya yang berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk) sedangkan istilah risiko sendiri mengacu pada risiko yang dapat diperkirakan (expected risk). Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif. Menurut Brahmantyo Djohanputro (2006), pengertian risiko bila diartikan dengan adanya ketidakpastian, adalah tingkat ketidakpastian terukur secara kuantitatif. Dan risiko dapat dihitung tingkat ketidakpastiannya apabila didapat atau diperoleh suatu informasi. Jadi yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah faktor informasi. Apabila diperoleh informasi untuk menghitung suatu kejadian, maka ketidakpastian tersebut berubah menjadi risiko.
E.
Manajemen Risiko Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan. Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:
Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan /pengelolaan sumber daya Istilah lain dari pengertian manajemen risiko menurut Fachmi Basyaib (2007;2) Manajemen resiko adalah
suatu bidang
ilmu yang membahas tentang
bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis. Jadi manajemen risiko adalah keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian risiko yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan perusahaan.
F.
Penyebab Timbulnya Risiko Bahaya atau risiko adalah kejadian atau peristiwa yang mungkin atau yang mungin tidak terjadi (may and may not happend). Wujud kejadian atau peristiwa tersebut bisa bermacam-macam bentuknya. Untuk peril atau bahaya tersebut terjadi, akibatnya dapat menimbulkan kerugian, atau tidak menimbulkan kerugian atau keuntungan apa-apa (Breakeven point).
Secara garis besar sumber timbulnya risiko tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian : a) Alam (nature), yaitu risiko yang disebabkan oleh alam, misalnya Hujan badai, banjir, gempa bumi, kebakaran dan lain sebegainya. b) Manusia (human), yaitu risiko yang disebabkan oleh perilaku manusia, misalnya peperangan, pencurian, penggelapan dan lain sebagainya.
c) Ekonomi (economic), Yaitu kejadian-kejadian yang timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari para pelaku ekonomi, contohnya perubahan sikap konsumen, perubahan selera konsumen, perubahan harga, perkembangan teknologi serta penemuan baru. Diantara ketiga sumber timbulnya risiko diatas yang bisa dipertanggungkan adalah alam dan manusia sedangkan yang point terakhir yaitu ekonomi tidak dapat dipertanggungkan karena bersifat spekulatif dan sulit untuk diukur tingkat risikonya (severity).
Menurut Soeisno Djojosoedarjo (2003) hal lain yang juga dapat menimbulkan terjadinya risiko dan ketidakpastian adalah seperti yang dijabarkan dibawah ini : 1. Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu berakhir atau menghasilkan, dimana makin panjang tenggang waktunya makin besar pula ketidakpastiannya. 2. Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam penyusunan rencana. 3. Keterbatasan pengetahuan atau teknik pengambilan keputusan perencana.
Dalam asuransi, disamping dari beberapa alasan di atas, faktor terbatasnya informasi mengenai table mortalita dan morbiditas serta terbatasnya jumlah peserta asuransi juga berpengaruh terhadap tingkat akurasi dalam meramalkan frekuensi klaim yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
G.
Risiko yang dapat diasuransikan Tidak semua risiko yang dihadapi oleh manusia dapat diasuransikan pada perusahaan asuransi, ada syarat atau elemen yang harus ada dalam suatu risiko agar dapat diasuransikan atau dialihkan pada perusahaan asuransi melalui proses perjanjian asuransi. Adapun syarat atau karakteristik tersebut adalah : 1.
Risiko tersebut bersifat homogen atau ada dalam jumlah yang cukup banyak (homogeneous similarly). Contohnya : Tingkat kecelakaan kendaraan bermotor roda empat, jumlahnya cukup banyak sehingga kerugian yang ditanggung dapat dikalkulasikan secara lebih akurat. Lain halnya dengan karya lukisan dari seorang pelukis terkenal sulit diasuransikan karena hanya berjumlah satu, sehingga dalam hal ini padanan untuk menjadi tolak ukur suatu nilai/harga tidak ada. 2. Bentuk risikonya harus risiko murni (pure risk), yaitu risiko yang kejadiannya tanpa disengaja dan apabila risiko tersebut benar-benar terjadi bisa dipastikan akan menimbulkan kerugian. 3. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkannya terjadi dari suatu peristiwa yang bersifat kebetulan (fortuitous) dan merupakan suatu hal yang bisa terjadi, bisa juga tidak terjadi. 4. Risiko yang dihadapai bukan suatu hal yang menentang suatu kebijakan umum atau pemerintah (not against public policy), misalnya : risiko dijatuhi hukuman mati oleh kejaksaan atas suatu tindakan criminal yang dilakukan oleh tertanggung. 5. Obyek risiko dan dampak yang mungkin timbul, harus dapat diukur dan dapat dinilai dengan uang (financial value).
6. Mereka yang akan mengalihkan risiko tersebut pada perusahaan asuransi harus mempunyai insurable interest atau kepentingan yang melekat pada objek pertanggungan asuransi atau objek yang sah dilindungi oleh hukum. 7. Atas pengalihan risiko tersebut harus dapat ditetapkan jumlah premi asuransi yang wajar (Reasonable premium).
Dengan mengetahui gambaran tentang risiko termasuk mengetahui peril dan hazardnya, akan lebih mudah untuk mengetahui dan mengidentifikasi, apakah risiko tersebut layak di-cover atau tidak. Kecermatan seorang underwriter dalam mengkalkulasikan obyek asuransi akan berpengaruh positif terhadap perusahaan.
H.
Cara Mengelola Risiko Risiko dan hidup merupakan dua kata yang menyatu dan tidak bisa hadir kecuali bergandengan. Risiko akan selalu hadir dalam setiap aktifitas dan tindakan manusia. Dalam bisnis pun risiko akan selalu mengintai dan mengancam eksistensi bisnis tersebut. Karenanya dalam menjalankan bisnisnya seseorang akan selalu dihadapkan pada kondisi ketidakpastian, dan dari ketidakpastian ini risiko itu timbul. Untuk itu, seseorang dituntut untuk dapat menjalankan dan melaksanakan fungsi manajemen risiko dengan baik agar bahaya yang ditimbulkan dapat dihindari. Menurut herman darmawi (2006) ada empat cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi risiko tersebut : a.
Menghindari risiko Cara yang paling jelas dan mudah adalah menghindari risiko. Kita dapat menghindari kemungkinan risiko terluka atau kematian akibat dari kecelakaan pesawat terbang dengan tidak menaiki pesawat tersebut. Bila suatu risiko tidak
bisa
diatasi,
maka
individu
atau
organisasi
perlu
menghindarinya.
Menghindari suatu risiko bisa berarti individu atau organisasi memutuskan untuk tidak meneruskan kegiatan atau bisnis yang menghadirkan risiko tersebut. Bila keputusan ini diambil, maka individu atau organisasi itu membutuhkan kegiatan atau bisnis alternatif untuk menggantikan kegiatan atau bisnis yang terdapat risiko tadi. b.
Mengontrol risiko Kita dapat mengontrol risiko dengan cara pencegahan. Untuk mencegah kemungkinan gampang terkena penyakit, maka kita dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti merubah kebiasaan dengan pola gaya hidup sehat.
c.
Menerima risiko Menerima risiko berarti menerima semua tanggungajawab finansial pada risiko tersebut. Bila tingkat risiko tersebut berada pada tingkat yang dapat diterima. Untuk masalah ini, sumber daya yang tepat perlu dialokasikan untuk mengantisipasi dan mengkompensasi bila risiko tersebut terjadi.
d.
Mentransfer risiko Membagi risiko dengan yang lain diperlukan apabila risiko tersebut diluar kemampuan seseorang atau organisasi untuk menerima mengendalikanya, maka suatu individu atau organisasi dapat membagi risiko tersebut dengan yang lain yang memiliki sifat risiko yang mirip atau sama. Dalam Islam praktik ini disebut asuransi syariah atau proteksi yang mutual.
I
Seleksi Risiko Terhadap Asuransi Kumpulan Pada prinsipnya ada delapan faktor penting yang akan diteliti oleh perusahaan asuransi jiwa dalam rangka mengevaluasi polis penerbitan asuransi untuk suatu kelompok, yaitu : a. Latar belakang keberadaan kelompok. Umumnya, perusahaan asuransi jiwa kurang berkenan menerbitkan polis asuransi bagi kelompok, bila kelompok itu semata-mata dibentuk atau didirikan dengan tujuan untuk menutup kebutuhan asuransi bagi para anggota didalamnya. Hal ini terkait dengan tendensi yang terjadi bahwa anti seleksi bisa terjadi pada kelompok yang seperti ini, karena jika tujuan utama adanya group adalah hanya untuk memperoleh proteksi asuransi, seleksi yang buruk akan menjadi lebih sesuai, karena orang-orang beresiko tinggi dengan sendirinya akan tertarik menjadi anggota group, sementara orang-orang beresiko standart akan kurang tertarik untuk menjadi anggota group atau tetap berada dalam group. Anti seleksi adalah istilah yang umum digunakan dalam bidang asuransi perihal situasi yang terjadi sebagai akibat dari informasi yang asimetris. Dalam hal ini, calon tertanggung atau pemegang polis mengajukan permohonan asuransi kepada perusahaan asuransi jiwa terkait dengan penyakit berat atau tingginya risiko kesehatan yang sudah diketahui oleh yang bersangkutan. b. Jenis dan tipe kelompok Dalam hal ini, yang menjadi perhatian perusahaan asuransi jiwa terkait dengan evaluasi suatu kelompok. Misalnya adalah apakah suatu kelompok terbentuk karena adanya hubungan antara pekerja dan pemberi kerja? atau apakah kelompok tersebut merupakan koperasi, asosiasi, atau entitas lainnya.
c. Stabilitas. Stabilitas terkait dimana kondisi group atau kelompok bisa mempertahankan arus masuknya anggota baru yang lebih muda dari waktu ke waktu sehingga kondisi ini lebih memungkinkan kelompok tersebut memiliki penyebaran anggota yang merata. Pengalaman menunjukkan bahwa usia tua memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Group underwriter juga mempertimbangkan indikasi tingginya intensitas perubahan anggota dalam periode yang pendek. Pada kondisi seperti ini, perusahaan asuransi jiwa akan terkena tambahan biaya administrasi coverage asuransi setiap anggota dalam kelompok tersebut. d. Besaran jumlah tertanggung. perusahaan asuransi jiwa yang memberikan batasan tidak terlalu ketat terhadap ukuran jumlah tertanggung dalam kelompok. Meskipun demikian jumlah yang besar dalam sebuah kelompok cenderung memiliki tiga karakter sebagai berikut: 1) Semakin dekat dengan angka asumsi actuarial dalam hal tingkat morbiditas dan mortalitas, 2) Cenderung memiliki fluktuasi klaim yang kecil, 3) Pengelolaannya membutuhkan biaya administrasi yang lebih kecil (persentase terhadap jumlah premi) e. Jenis usaha. Dalam proses seleksi risiko, group underwriter sangat memerhatikan faktor ini. Mengapa demikian? Bagi perusahaan asuransi, tipe dan jenis usaha tertentu memiliki probabilitas risiko yang lebih tinggi ketimbang jenis usaha lainnya. f. Level partisipasi peserta dalam membayar premi. Perusahaan asuransi umumnya mengelompokkan program asuransi Group plan menjadi dua bagian, yakni non contributory plan dan contributori plan, pada non
contributory plan, perusahaan memberi kerja pada yang mensponsori program ini akan membayar sepenuhnya premi asuransi kepada perusahaan asuransi jiwa. Dalam hal ini karyawan sebagai anggota atau peserta dalam group tidak ikut dalam membayar premi. Sedangkan contributory plan, dalam hal ini peserta turut berkontribusi dalam membayar sebagian kecil premi. Untuk mengurangi efek anti seleksi, dalam noncontributory plan, umumnya perusahaan asuransi mensyaratkan seluruh tertanggung wajib mengikuti program asuransi. Sebaliknya untuk contributory plan, perusahaan asuransi membebaskan peserta untuk bergabung.
g. Usia. Di dalam seleksi terhadap usia meskipun group underwriter tidak melakukan evaluasi risiko terhadap setiap tertanggung dalam kelompok satu demi satu (kecuali group dengan peserta yang sangat sedikit), perusahaan asuransi tetap mengevaluasi penyebaran usia dari anggota atau peserta di dalamnya, secara khusus perusahaan asuransi jiwa akan menarik perhatian pada besarnya jumlah peserta yang sudah berusia tua. Pengalaman menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. h. Jenis kelamin. Jumlah peserta dalam kelompok juga menjadi faktor evaluasi bagi perusahaan asuransi. Umumnya kelompok wanita dalam group cenderung memiliki risiko yang lebih kecil. Itu sebabnya group dengan proporsi wanita lebih besar secara statistik akan memiliki risiko yang lebih kecil untuk coverage asuransi.
J.
Konsep Underwriting Underwriting disebut juga seleksi risiko adalah proses penaksiran dan
penggolongan tingkat risiko yang ada pada seorang calon tertanggung. Berdasarkan tingkat risiko yang ada pada calon tertanggung suatu permohonan asuransi dapat ditolak atau diterima. Terlaksana atau tidaknya suatu akad kontrak oleh perusahaan amat tergantung pada proses underwriting yang mengidentifikasi kelayakan calon tertanggung. Memahami sebuah konsep underwriting dengan baik merupakan hal yang amat esensial untuk dapat melakukan identifikasi risiko secara baik, tepat dan akurat, mengingat tanggung jawab utama dari underwriter dalam seleksi risiko adalah memastikan bahwa tidak ada risiko yang bisa menimbulkan masalah besar yang memberatkan bagi perusahaan di kemudian hari, sehingga proses seleksi risiko yang dilakukan oleh underwriter berkorelasi dengan tujuan perusahaan yakni maksimalisasi laba. Underwriting menurut pengertian asuransi jiwa adalah proses penaksiran dan klasifikasi mortalitas atau morbiditas calon tertanggung untuk menetapkan apakah akan menerima atau menolak calon peserta. Mortalitas adalah jumlah kejadian meninggal relatif diantara sekelompok orang tertantu, sedangkan morbiditas adalah jumlah kejadian relatif sakit atau penyakit diantara sekelompok orang tertentu.
K.
Tugas Underwriting Tugas underwriting antara lain adalah melakukan proses penyelesaian dan pengelompokan risiko yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan elemen yang esensial dalam operasi perusahaan asuransi. Sebab, maksud underwriting adalah mendatangkan laba melalui distribusi risiko yang diperkirakan akan mendatang laba. Tanpa underwriting yang efisien perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing. Dalam prakteknya untuk menarik nasabah harus ada proporsi yang sama antara risiko
yang baik dengan risiko yang kurang menguntungkan dalam kelompok yang diasuransikan. Peranan lain underwriter dalam perusahaan asuransi adalah sebagai Berikut : a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan b. Memutuskan menerima atau menolak risiko yang diajukan c. Menentukan syarat dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti rugi d. Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta e. Mempertahankan, meningkatkan dan mengamankan margin profit
L.
Jenis-Jenis Risiko Yang Mempengaruhi Underwriting Sebelum menetapkan suatu kondisi underwriting terhadap calon tertanggung, underrwriter harus mempertimbangkan dari segi pengaruh risiko dan jenis polis yang diinginkan oleh calon tertanggung. Jenis-jenis risiko yang mempengaruhi penetapan underwriting adalah sebagi berikut : a.
Increasing risk (risiko menarik) Ada beberapa penyakit tertentu, misalnya besarnya risiko akan bertambah berat sesuai dengan kenaikan umur calon tertanggung
b.
Risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama polis. Makin lama polis berjalan, risiko semakin menurun
c.
Constant extra risk (risiko ekstra yang menetap), pada jenis ini, risiko tambahan berada pada tingkat yang tetap selama masa pertanggungan.
Kewenangan underwriter adalah menyetujui dan menerbitkan polis. Polis yang diterbitkan yang harus memenuhi 3 (tiga) kriteria yaitu: adil bagi nasabah (equitable to the client) dapat dijual oleh agen (deliverable by the agent) menguntungkan perusahaan (profitable to the company).
A) Equitable to the client Salah satu prinsip dasar adalah bahwa tertanggung harus membayar sejumlah premiyang proporsional dengan tingkat risiko tertanggung yang diasumsikan perusahaan. Bila permohonan asuransi diterima, perusahaan asuransi harus menentukan tingkat risiko dan harus mengenakan suatu jumlah premi yang wajar untuk risiko ini.
B) Deliverable by the agent Konsumen membuat keputusan terakhir mengenai apakah polis asuransi tertentu dapat diterima. Jika konsumen memutuskan untuk tidak menerima polis sewaktu agen berusaha menyerahkannya, polis tersebut disebut tidak dapat diserahkan (undeliverable) atau tidak diambil (not taken) Agar polis diterima oleh pembeli, maka harus memenuhi tiga persyaratan dasar, yaitu: a) Polis tersebut harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan konsumen b) Biaya polis untuk pertanggungan yang disediakan oleh polis harus sesuai dengan kemampuan konsumen c) Tingkat premi yang dikenakan untuk pertanggungan harus kompetitif dipasar
C). Profitable to the company Akhirnya
seorang
underwriter
harus
mengambil
keputusan
yang
akan
menguntungkan perusahaan selama perusahaan asuransi memerlukan underwriter yang
sehat untuk menjamin hasil yang memuaskan dalam segi keuangan. Maka tujuan utama underwriting Adalah untuk melindungi perusahaan seleksi risiko yang merugikan. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa tujuan underwriter adalah menjamin ganti rugi yang dikeluarkan atas dasar term and condition dan pada rate kontribusi asuransi syariah dengan maksud merefleksi secara akurat tingkat risiko yang diberikan kepada perusahaan.
M.
Jenis-jenis asuransi jiwa kredit kolektif a. Asuransi kredit kepemilikan rumah (KPR) Dalam hal pengajuan kredit kepemilikan rumah Selain nasabah harus membayar biaya-biaya bank, Nasabah juga harus mempersiapkan asuransi untuk meng-cover kredit yang diambil. Ada dua asuransi yang biasanya diwajibkan
untuk
diambil,
yaitu
asuransi
jiwa
dan
asuransi
kerugian/kebakaran. Asuransi jiwa adalah jenis asuransi yang harus diambil oleh pemohon kredit untuk meng-cover risiko bila terjadi gagal bayar karena faktor kematian. Sedangkan asuransi kerugian adalah bentuk asuransi untuk meng-cover jaminan rumah. Dengan asuransi jiwa, bila terjadi risiko kematian selama jangka waktu kredit, maka pihak asuransi yang akan membayar uang pertanggungan. Umumnya, tingkat asuransi yang diambil adalah jenis level-term yaitu asuransi yang menurun nilai pertanggungannya seiring pembayaran cicilan angsuran. Besar biaya asuransi ini berhubungan dengan kredit yang diambil. Setiap membayar cicilan maka saldo kredit akan menurun. Dengan dermikian pertanggungan yang dimiliki pun juga akan menurun. Ada dua faktor utama yang berpengaruh pada biaya premi ini yaitu usia, besar pinjaman dan jangka waktu kredit. Semakin tua usia nasabah semakin mahal pula premi yang harus
dibayarkan. Jika jumlah kredit untuk KPR yang diambil tinggi, maka biaya premi pun akan meningkat. Adapun asuransi kerugian atau asuransi kebakaran juga wajib dimiliki dengan maksud meng-cover risiko kerugian atas rumah. Seperti diketahui, rumah yang dibeli dengan KPR merupakan jaminan untuk bank. Tentu saja bank tidak mau terjadi sesuatu pada jaminannya. Untuk itulah asuransi kerugian menjadi sangat penting. Bila sewaktu-waktu terjadi risiko kerusakan rumah sebelum jatuh tempo, maka perusahaan asuransi yang akan menanggung semua biaya penggantiannya. Pengeluaran dana jika terjadi kerusakan pada bangunan bisa sangat memberatkan dan mengganggu aliran kas peminjam. Pada akhirnya terjadi penunggakan pembayaran cicilan pada peminjam yang bersangkutan. Besar uang pertanggungan yang harus diambil berdasarkan besar biaya yang dibutuhkan untuk membangun kembali rurnah tersebut. Jadi nilainya adalah nilai bangunannya. Nilai tanah tidak termasuk di dalamnya. Sebagai contoh, membangun rumah per meter persegi berbiaya Rp 2.000.000, dengan luas lahan yang akan dibangun sebesar 100 m² dibutuhkan total biaya Rp 200.000.000, biaya harus ditambahkan paling tidak 10 % untuk nllai pertanggungan. Jadi nilai pertanggungan asuransl kerugian yang harus diambil adalah sebesar Rp220.000.000.
b.
Asuransi kredit serba guna (KSG) Produk kredit serba guna atau disebut juga KSG merupakan fasilitas kredit untuk keperluan yang bersifat konsumtif atau serba guna yang biasanya dipergunakan oleh nasabah sebagai : a. Renovasi Rumah b. Biaya Tanah c. Biaya Sekolah d. Biaya Perawatan Kesehatan e. Pembelian barang elektronik/furniture, atau f. Keperluan Konsumtif Lain. Sama halnya dengan pemberian kredit pemilikan rumah yang telah dibahas sebelumnya, bahwa bank telah menjual produk pinjaman ini secara bundling dengan asuransi. Karena pihak bank tentunya tidak mau menanggung risiko yang terjadi pada nasabah dikemudian hari yang dapat meyebabkan terhambatnya pembayaran cicilan hutang atau bahkan tidak terbayarnya hutang akibat dari risiko meninggal dunia atau cacat total tetap.
c.
Asuransi kredit pemilikan mobil (KPM) Membayar biaya tambahan yang tidak muncul ketika membeli secara tunai. Biaya tambahan itu antara lain biaya administrasi yang akan masuk ke kantong pemberi kredit, biaya notaris dan asuransi jiwa kredit untuk keperluan untuk kepentingan kreditur apabila terjadi risiko meninggal dunia sebelum angsuran selesai. Bila merujuk pada pengertian dan penjelasan point di atas terkait kredit pemilikan rumah dan kredit serba guna, maka hal ini juga berlaku untuk kredit
pemilikan mobil. Mengingat bahwa risiko dari pemberian kredit pemilikan mobil ini juga memiliki risiko seperti kecelakaan atau bahkan kehilangan yang nantinya dapat merugikan bank terlebih kepada konsumen itu sendiri.
II
Rerangka Pemikiran Diterima atau
tidaknya suatu permohonan perlindungan asuransi pada produk
asuransi kesehatan kumpulan sangat tergantung pada hasil proses seleksi risiko yang dilakukan oleh pihak underwriter perusahaan asuransi. Asuransi jiwa kredit kolektif adalah asuransi yang memberikan perlindungan pembayaran kredit debitur bila terjadi risiko kematian atau cacat total tetap. Dalam seleksi risiko pada produk asuransi kredit kolektif terdapat beberapa hal yang harus diteliti seperti usia, jenis kelamin, bidang usaha, tinggi dan berat badan serta riwayat kesehatan calon tertanggung. Komponen-komponen tersebut adalah sesuatu yang penting untuk diperhatikan oleh perusahaan asuransi. Tahapan yang yang harus dilalui dalam seleksi risiko adalah menyeleksi data calon peserta, bila ditemukan kondisi calon peserta di bawah ketentuan maka diberlakukan Pre Existing Condition dan atau extra premi yang nantinya dapat diambil kesimpulan dalam menentukan keputusan.
Gambar 2.1 Tahapan Pengajuan Asuransi Jiwa Kredit
Nasabah (Pengajuan Kredit)
Bank (Melakukan pencatatan)
Identifikasi berkas permohonan oleh Bank
Analisa Kredit
Persetujuan/Penolakan
Pengajuan Perlindungan Asuransi
Persetujuan/Penolakan
Sumber: Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005