KAJIAN PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DI PERDESAAN MELALUI PROGRAM FEATI GUNA MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN Budi Utomo, Herwinarni EM dan Tri Joko Paryono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah ABSTRAK Kegiatan dilakukan dalam rangka pendampingan UP-FMA (Unit Pengelola- Farmers Managed Extension Activities) untuk pembelajaran petani dalam melakukan kegiatan ARF (Action Research Facility). Kajian bertujuan untuk mengetahui perkembangan bobot badan Domba Ekor Tipis (DET) dalam penggemukan dengan pemberian complete feed, dan proses pengolahan faeces serta urine. Pengkajian dilakukan pada bulan Agustus s/d Oktober 2011, dengan melibatkan anggota kelompok tani UP-FMA Desa Mangunsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Kegiatan pengkajian didukung oleh Program FEATI, dengan model kegiatan ARF. Materi ternak domba jantan sebanyak 8 ekor dengan umur kurang lebih 12 bulan dan rata-rata bobot badan awal 20 kg, diperlakukan kedalam dua perlakuan pemberian pakan complete feed. Perlakuan I yaitu formula pakan complete feed pola kelompok UP-FMA dan perlakuan II yaitu formula pakan complete feed pola introduksi. Kotoran ternak domba (faeces) dan urine, diproses untuk pupuk organik. Penggemukan ternak domba dilakukan selama 3 bulan. Data yang dikumpulkan meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan biaya pengeluaran serta pemasukan selama penggemukan. Data dianalisis dengan uji t-test dan analisis finansial. Hasil kajian menunjukkan bahwa dengan konsumsi pakan untuk perlakuan I rata-rata 960,0 gr/ek/hr dan perlakuan II 880,0 gr/ek/hr, diperoleh rata-rata pertambahan bobot badan 0,078 kg/ek/hr pada perlakuan I, tidak berbeda nyata dengan perlakuaan II (0,075 kg/ek/hr), serta pendapatan dari perlakuan I dan perlakuan II masingmasing adalah Rp 71.937,- per ekor per bulan dan Rp 75.687,- per ekor per bulan. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan terhadap limbah/bau kotoran ternak, maka dilakukan pemrosesan faeces dan urine menjadi pupuk organik. Hasil pupuk organik untuk sementara masih digunakan untuk kebutuhan sendiri. Kata kunci: Penggemukan, domba jantan, pakan dan pendapatan. PENDAHULUAN Saat ini potensi untuk mengembangkan penggemukan ternak domba mulai terbuka, karena permintaan daging domba selalu meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat (Handayani, 1996). Namun demikian permintaan ini, belum diikuti dengan peningkatan produktivitas ternak (pencapaian bobot badan ternak masih rendah), akibat pakan yang diberikan berkualitas rendah yang berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan, khususnya selama musim kemarau. Hal ini mengindikasikan perlunya teknologi pemrosesan pakan yang mudah, murah, cukup kandungan nutrisi dan dapat meningkatkan daya simpan untuk mengatasi 459
kelangkaan ketersediaan pakan di musim kemarau. Salah satu teknologi pakan yang mudah diterapkan oleh petani ternak yaitu teknologi pakan complete feed, merupakan formula pakan lengkap yang terdiri dari berbagai campuran bahan melalui proses fermentasi, sehingga mengandung protein dan energi yang cukup serta mempunyai daya simpan lebih lama. Complete feed merupakan pakan yang dibuat dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi lain kecuali air (Hartadi et al., 2005). Menurut Saragih (2000), pembuatan pakan complete feed sebaiknya menggunakan bahan pakan lokal, mengingat ketangguhan agribisnis peternakan adalah mengutamakan penggunaan bahan pakan lokal yang tersedia dan sedikit bahan impor. Desa Mangunsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang, merupakan salah satu desa yang mendapat pendampingan dari Program FEATI (Farmer Emprovement through Agricultural Technology and Information), yaitu program yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani Farmers Managed Extension Activities (FMA). Program ini dirancang sebagai wahana pembelajaran bagi petani untuk mengubah perilaku, pola pikir dan sikap petani dari petani subsisten tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis melalui pembelajaran yang berkelanjutan dilaksanakan dengan pendekatan belajar sambil berusaha (learning by doing) yang menitik beratkan pada pengembangan kapasitas managerial, kepemimpinan, dan kewirausahaan pelaku utama dalam rangka mewujudkan wirausahawan (enterpreneur) agribisnis yangh handal (Suprapto, 2009). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh FMA yaitu Action Research Facility (ARF). Kegiatan ARF dalam uji pakan complete feed untuk penggemukan domba dan pengolahan faeces untuk pupuk organik dilakukan oleh petani ternak dan didampingi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah. Tujuan kajian untuk mengetahui perkembangan bobot badan Domba Ekor Tipis (DET) dalam penggemukan dengan pemberian pakan complete feed, dan proses pengolahan faeces serta urine. MATERI DAN METODE Pengkajian dilakukan pada bulan Agustus s/d Oktober 2011, dengan melibatkan anggota kelompok tani UP-FMA (Unit Pengelola- Farmers Managed Extension Activities), Desa Mangunsari Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. Kegiatan pengkajian didukung oleh Program FEATI, dengan model kegiatan ARF (Action Research Facility). Materi ternak domba jantan sebanyak 8 ekor dengan umur kurang lebih 12 bulan dan rata-rata bobot badan awal 20 kg, diperlakukan kedalam dua perlakuan pemberian pakan complete feed. Perlakuan I yaitu formula pakan complete feed pola kelompok UP-FMA dan perlakuan II yaitu formula pakan complete feed pola introduksi (Tabel 1). Pemberian pakan kurang lebih 5% bobot badan bahan kering. Air minum diberikan tiga kali per hari. Kotoran ternak domba (faeces) dan urine, diproses untuk pupuk organik. Penggemukan ternak domba dilakukan selama 3 bulan. 460
Data yang dikumpulkan meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan biaya pengeluaran serta penerimaan selama penggemukan. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-test (Yitnosumarto, 1993) dan analisis finansial (Kadariyah, 1988). Tabel 1. Formula complete feed untuk penggemukan ternak domba No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Formula pakan complete feed Pola UP-FMA (%) Pola Introduksi Jerami/rumput/tebon 46 Jerami padi Bekatul 15 Bekatul Singkong 15 Rumput lapang Mineral 0,5 Ampas tahu Tepung ikan 2 Tetes Gergajian kayu 5 Garam Ampas tahu 5,5 Kalsit Garam dapur 1 Mineral Janggel giling 5 Probiotik Ampas sagu 5 Air secukupnya Probiotik 1–2 Air secukupnya
(%) 11 18 14,5 50 1,5 2 1 2 1-2
HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan ternak domba penggemukan Proses pembuatan complete feed kedua formula, baik formula dari pola UP-FMA maupun pola introduksi dilakukan oleh petani ternak. Bahan-bahan pakan sesuai formula yang akan dibuat (Tabel 1) dicampur secara merata, kemudian dimasukkan kedalam drum/tong plastik dan ditutup rapat. Proses fermentasi terjadi selama 2 minggu, setelah itu complete feed bisa diberikan pada ternak domba. Apabila complete feed tidak segera digunakan maka dapat disimpan sampai 2 bulan. Proses fermentasi agak lama, mengingat probiotiknya dibuat sendiri oleh peternak kelompok UP-FMA desa Mangunsari. Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Parakkasi (1999), menyatakan bahwa konsumsi pakan terkait dengan faktor essensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi, sebab tingkat konsumsi pakan dapat menentukan kadar nutrien dalam ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi. Konsumsi pakan secara umum meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan, mengingat kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya bobot badan (Ensminger et al., 1990). Konsumsi bahan kering pakan pada perlakuan I adalah 960,00 gr/ekor/hr, berbeda nyata dengan perlakuan II (880,00 gr/ekor/hr) (Tabel 2). Hal ini berarti perbedaan formula pemberian complete feed berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering pakan harian ternak domba. Dalam kajian ini konsumsi bahan kering pakan pada ternak domba jantan penggemukan lebih tinggi, bila dibandingkan hasil penelitian Rianto et al. (2006a), 461
yaitu ternak domba yang diberi pakan hijauan dan konsentrat setiap hari dapat mengkonsumsi bahan kering ransum sebanyak 651 gr/hr. Hasil kajian Isnani dan Prawirodigdo (2010) menunjukkan domba yang diberi pakan dengan campuran ampas tahu, dedak padi, daun gliriside, ubi singkong segar dan rumput lapang, dengan pemberian 2500 gr/hari, konsumsi bahan kering pakannya sebanyak 779,00 gr/ekor/hr. Apabila dibandingkan dengan NRC (1995), konsumsi bahan kering pakan dalam kajian ini lebih rendah. Kajian NRC (1995) menunjukkan domba dengan bobot badan 30 kg dapat mengkonsumsi bahan kering sebanyak 1300 gr/hr. Perbedaan konsumsi bahan kering pakan dalam kajian ini dengan hasil penelitian sebelumnya diduga karena perbedaan umur ternak, bobot badan dan jenis domba. Dalam program penggemukan nilai konversi ransun yang rendah merupakan tujuan yang utama. Konversi adaah kemampuan ternak dalam mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi daging, semakin rendah nilai konversi maka kemampuan ternak untuk mengubah pakan menjadi daging makin tinggi. Dengan demikian pencapaian nilai konversi yang rendah dalam penggemukan ternak domba, menyebabkan pendapatan yang diperoleh peternak semakin tinggi. Dalam kajian ini konversi bahan kering pakan pada perlakuan II adalah 11,73, lebih rendah daripada pola UP-FMA (perlakuan I). Hal ini berarti pada pola introduksi kemampuan ternak domba dalam mengubah pakan menjadi daging lebih baik bila dibandingkan dengan pola UP-FMA. Hasil penelitian Rianto et al. (2006b) menunjukkan konversi pakan pada domba ekor tipis sebesar 11,16 yang diberi pakan pollard dengan aras yang berbeda. Aritonang et al. (2003) menyatakan konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan satu kilogram bobot hidup. Konversi ransum khususnya ternak ruminansia kecil dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak. Tabel 2. Tampilan domba penggemukan dengan pakan complete feed dan pendapatan usaha penggemukan No 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian Rata-rata bobot badan awal (kg) Rata-rata bobot badan akhir (kg) Pertambahan bobot badan (kg/ekor/hari) Konsumsi bahan kering pakan (gr/ekor/hari) Konversi pakan
Perlakuan Pola UP-FMA Pola Introduksi 20 20 27,00 26,75 0,078 0,075 960,00 880,00 12,31 11,73
Pertambahan bobot badan Pertambahan bobot badan dalam penggemukan ternak domba jantan pada perlakuan I adalah 0,078 kg/ekor/hr, tidak berbeda nyata dengan perlakuan II yaitu 0,075 kg/ekor/hr. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian complete feed antara perlakuan I dan II tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan domba, meskipun konsumsi bahan kering pakan antar perlakuan berbeda. 462
Kemungkinan ini disebabkan kualitas pakan dan kecernaan yang berbeda. Rianto et al. (2006a) melaporkan kecernaan pakan yang tinggi menggambarkan pakan yang dimanfaatkan untuk produksi lebih tinggi, sehingga menghasilkan pertambahan bobot badan hidup yang lebih tinggi dan akan berpengaruh terhadap konversi pakan. Pertambahan bobot badan ternak domba dalam kajian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Rianto et al. (2006a), yaitu hanya 44 gr/hr, dengan pakan hijauan dan konsentrat secara ad libitum. Hasil penelitian Martawidjaja (1985) menunjukkan pertambahan bobot badan domba hanya mencapai 18 gr/ekor/hr apabila tanpa adanya tambahan konsntrat, sedangkan dengan penambahan pakan konsentrat pertambahan bobot badan domba dapat meningkat hingga mencapai 294% (pertambahan bobot badan 71 gr/ekor/hr). Sebaliknya hasil kajian Isnani dan Prawirodigdo (2010) memperlihatkan ternak domba yang diberi pakan dengan campuran bahan yaitu ampas tahu, dedak padi, daun gliriside, ubi singkong segar dan rumput lapang, dengan pemberian 2500 gr/hari, dapat memberikan pertambahan bobot badan sebesar 107,89 gr/ekor/hr. Menurut Parakkasi (1999), salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan harian adalah konsumsi pakan, semakin tinggi jumlah pakan yang dikonsumsi semakin tinggi laju pertumbuhannya. Proses pengolahan pupuk organik Sistem kandang ternak domba penggemukan yang ada yaitu dengan model kandang panggung dan dibawahnya terdapat kasa serta lembaran plastik untuk memisahkan antara kotoran ternak (faeces) dan air kencing domba (urine). Kasa dibuat miring, bagian depan kandang kasanya diikat lebih tinggi dan bagian belakang lebih rendah, sehingga feces yang jatuh akan tertampung dibagian belakang kandang. Feces yang sudah dikumpulkan kemudian diproses sebagai pupuk kandang/organik, dengan penambahan probiotik yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Proses pembuatan mudah, cepat (hanya 21 hari) dan tanpa dilakukan pembalikan. Pupuk kandang/organik tersebut sudah dapat diaplikasikan ke tanaman pangan, hotikultura maupun tanaman keras. Penggunaan pupuk organik ini dapat mengurangi pupuk anorganik/pupuk kimia yang penggunaannya sudah berlebih sehingga merusak lahan pertanian. Hasil penelitian Pangaribuan (2010) menunjukkan rata-rata indeks luas daun, laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman tomat tertinggi ditunjukkan oleh tanaman yang dipupuk dengan pupuk kandang ayam, kemudian diikuti pupuk kandang kambing/domba, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kuda dan terakhir kontrol. Hal ini memperlihatkan bahwa pupuk kandang kambing/domba untuk memupuk tanaman sebagai pupuk organik cukup baik. Penampungan urine domba menggunakan plastik tebal yang diletakkan dibawah kasa dan bagian ujung kanan dari kandang lebih tinggi dari pada bagian sebelah kiri atau sebaliknya, dengan maksud agar urine bisa mengalir dengan lancar. Pada ujung sebelah kanan diletakkan ember untuk menampung urine tersebut. Pemanfaatan urine domba digunakan sebagai pupuk cair, setelah diproses terlebih dulu. Pemberian pupuk organik cair pada tanaman padi dapat 463
meningkatkan jumlah anakan produktif rata-rata 17,77%, panjang malai sebesar 2,60% dan bobot 1000 butir gabah sebesar 5,83% (Sabaruddin et al., 2010). Pendapatan usaha penggemukan domba jantan Pendapatan yang diperoleh dari usaha penggemukan dengan lama pemeliharaan 3 bulan yaitu sebesar Rp 71.937/ekor/bln pada perlakuan I (Pola UP-FMA) dan Rp 75.687/ekor/bln Perlakuan II (Pola Introduksi), dengan nilai nisbah 0,24 untuk pola UP-FMA dan 0,26 pola introduksi (Tabel 3). Nilai nisbah pendapatan dengan biaya sebesar 0,24 untuk pola UP-FMA dan 0,26 pola introduksi. Pendapatan yang diperoleh ini lebih tinggi dari hasil penelitian Budiarsana et al. (2005), yaitu sebesar Rp 18.099/periode atau Rp 6.033/ekor/bulan. Hasil penelitian Mahendri et al. (2005) menunjukkan dari penggemukan ternak domba yang diberi pakan lengkap selama 4 bulan (satu periode), diperoleh pendapatan sebanyak Rp 35.969,40/ekor/periode atau Rp 8.992,35/ekor/bulan. Tabel 3. Pendapatan usaha penggemukan domba jantan selama 3 bulan No A.
B.
C. C.
Uraian Pengeluaran : Pembelian domba bakaalan (Rp) Pakan (Rp) Obata-obatan (Rp) Tenaga kerja (Rp) Penerimaan : Penjualan domba hasil penggemukan (Rp) Penjualan feces dan urine (Rp) Keuntungan usaha penggemukan domba (Rp). Pendapatan usaha penggemukan domba (Rp/ekor/bln) B/C
Perlakuan Pola UPPola FMA Introduksi 3.000.000 180.000 8.000 360.000
3.000.000 135.000 8.000 360.000
4.400.000 11.250 863.250 71.937 0,24
4.400.000 11.250 908.250 75.687 0,26
KESIMPULAN 1. Penggemukan domba jantan dengan complete feed memberikan pertambahan bobot badan cukup baik dan tidak berbeda antar perlakuan, meskipun demikian pencapaian pertambahan bobot badan masih dapat ditingkatkan lagi. 2. Pola introduksi memberikan pendapatan lebih tinggi dibanding pola UP-FMA.
DAFTAR PUSTAKA Aritonang, D., T. Roefiah, T. Pasaribu, dan Y.C. Rahardjo. 2003. Laju pertumbuhan kelinci rex, satin dan persilangannya yang diberi Lactosym dalam sistem pemeliharaan intensif. JITV. 8(3) : 164-169.
464
Budiarsana, I-G.M., B. Haryanto dan S.N. Jarmani. 2005. Nilai Ekonomis Penggemukan Domba Ekor Tipis yang Diberi Pakan Dasar Jerami Padi Fermentasi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor. Ensminger, M.E., J.E. Oldfield and W.W. Heinemann. 1990. Feed and Nutrition. The Ensminger Publishing Company, California. Handayani, S.W. 1996. Prospects and const rains of biotechnology development for small – bolder farmers in Indonesia. Indonesian Small Ruminant Network Newsletter. 6.2 : 9-12. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Isnani, H., dan S. Prawirodigdo. 2010. Introduksi formula untuk perbaikan kualitas pakan dalam usaha penggemukan domba di Desa Pringsurat Kabupaten Temanggung. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan veteriner 2010. “Teknologi Peternakan dan Veteriner ramah Lingkungan dalam Mendukung Program Swasembada Daging dan Peningkatan Ketahanan Pangan” Bogor, 3-4 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. hlm : 593-598. Kadariyah. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Mahendri, I-G.A.P., R.A. Saptiati, A. Priyantini dan E. Handiwirawan. 2005. Penggunaan Pakan Lengkap pada Usaha Peternakan Domba : Analisis Ekonomi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor. Martawidjaja, M. 1985. Pengaruh musim terhadap konsumsi makanan dan pertumbuhan domba. Jurnal dan Ilmu Peternakan. Balai Penelitian Ternaak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 2 (4) : 163-166. National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of sheep. 6th Revised Edition. National Academy Press. Washington. Pangaribuan, D.H. 2010. Analisis pertumbuhan tomat pada berbagai jenis pupuk kandang. Prosiding Bagian II. Seminar Nasional Sains dan Teknologi III “Peran Strategis Sains dan Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa”. Universitas Lampung, 18-19 Oktober 2010. Supported by : Varian, BNI dan PT. Vanadia Utama. Lembaga Penelitian, Universitas Lampung. Hal : 149-155. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta. Rianto, E., D. Anggalina, S. Dartosukarno dan A. Purnomoadi. 2006a. Pengaruh metode pemberian pakan terhadap produktivitas domba ekor tipis. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. hlm : 361-354. 465
Rianto, E., E. Haryono dan C.M. Lestari. 2006b. Ptoduktivitas Domba Ekor Tipis jantan yang diberi pollard dengan aras berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5-6 September 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. hlm : 361-365. Sabaruddin, L., A. Bahrun dan L.O. Afa. 2010. Efisiensi penggunaan air dan produksi padi sawah melalui pengaturan air irigasi pada fase vegetatif dan pupuk organik cair di wilayah beriklim kering. Prosiding Bagian II. Seminar Nasional Sains dan Teknologi III “Peran Strategis Sains dan Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa”. Universitas Lampung, 18-19 Oktober 2010. Supported by : Varian, BNI dan PT. Vanadia Utama. Lembaga Penelitian, Universitas Lampung. Hal : 235-248. Saragih, B. 2000. Kebijakan Pengembangan Agribisnis di Indonesia Berbasiskan Bahan Baku Lokal. Bulletin Peternakan. Edisi Tambahan. Hlm. 6-11. Suprapto, A. 2009. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan yang dikelola oleh petani Desa (Farmers Managed Extension Activities/FMA). Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Badan Pengembangan SDM Pertanian. Departemen Pertanian. Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan. Perancangan, Analisis dan Interpretasinya. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Cetakan kedua. Jakarta.
466