S. Rusdiana dan Dwi Priyanto
ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA JANTAN BERBASIS TANAMAN UBI KAYU DI PERDESAAN Economic Analysis of Cassava-Based Male Sheep Fattening in Rural Areas S. Rusdiana dan Dwi Priyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jalan Raya Pajajaran Kav E-59 Bogor 16151
ABSTRACT Raising sheep in rural areas is considered as additional source of income for farmers. Observation on male sheep fattening farm was conducted in Ciemas Sub district using two treatment models and a control system by putting the sheep in a coop for 4 months. Combination of cassava and its dried, wet and wilted leaf was given to feed the sheep once a day (morning). Additional feed was supplied with mixture of rice and barn, and waste of tofu for treatment sheep. Meanwhile, only wide leaved grass and waste of agricultural commodity processing were prepared for control sheep. B/C ratio, Mean Test and regression were used to analyze the economic, weight average development, and growth rate of the sheep. The result indicates that the treatment sheep’s fattening has significantly higher than the control sheep (P<0.01), similarly with its life weight rate (9.38 kg/head/4 months or 13 gr/head/day for treatment sheep compared to 5.59 kg/head/4 months for control sheep or 4.7 gr/head/day). The study also reveals that profit earned from the fattening activity at a scale of 50 heads of sheep is Rp. 12,000,890/perod. Key words: economic analysis, fattening activity ABSTRAK Usaha ternak domba di perdesaan dilakukan dalam mendukung tambahan pendapatan petani berbasis sumberdaya pakan yang ada di lokasi. Pengamatan usaha ternak domba jantan lokal pola penggemukan dilakukan di Kecamatan Ciemas dengan 2 model perlakuan dan kontrol sistem keraman, ternak domba dikandangkan selama 4 bulan. Pemberian pakan berupa ubi kayu, dengan kombinasi daun ubi kayu baik kering, layu maupun segar yang diberikan 1 kali dalam satu hari (pagi). Untuk menutupi kekurangan gizi, diberi tambahan pakan penguat. dedak padi, ampas tahu pada domba perlakuan. Sedangkan domba kontrol hanya diberikan hijauan (rumput gajah) dan sisa limbah pertanian. Analisis ekonomi B/C ratio dan analisis Paired Comparison Mean T-test, untuk menguji perbandingan nilai rata-rata perkembangan bobot badan (R0 dengan R1) ditingkat peternak dan Uji regresi linear digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak domba. Penampilan produksi penggemukan yang dilakukan menunjukkan bahwa domba perlakuan sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibanding domba kontrol.Ternak yang memperoleh pakan perlakuan menunjukkan pertumbuhan bobot hidup yang lebih baik dibanding kontrol. Ternak dengan pakan perlakuan menunjukkan peningkatan bobot hidup rata-rata sebesar 9,38 kg/ekor per 4 bulan (13 gr/ekor), sedangkan pada domba kontrol hanya mencapai 5,59 kg/ekor/4 bulan (4,7 gr/ekor/hari. Pertumbuhan bobot hidup ternak dengan pakan kontrol (R0) dan perlakuan (R1) dengan persamaan regresi Yk= 19,77 + 1,39Y dan Yp = 19,76 + 3,74X, dengan koefisien determinan R2 = 0,99. Hasil penelitian
176
Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan
menunjukkan bahwa penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor memberikan keuntungan sebesar Rp.12.000.890,-/periode. Kata kunci : analisis ekonomi, usaha penggemukan
PENDAHULUAN
Sistem penggemukan ternak domba di perdesaan pada umumnya masih bersifat tradisional sehingga belum dapat memberikan pertambahan bobot badan yang memuaskan. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan biasanya berupa hijauan, terutama rumput lapangan yang rendah kandungan zat nutrisinya, karena berorientasi pada pakan lokal yang tersedia di lokasi (Utomo et al., 1995). Tanaman ubi kayu bisa dijadikan sebagai makanan ternak tetapi mempunyai kelemahan, antara lain palatabilitas rendah dan adanya kandungan racun asam cianida sehingga merupakan faktor pembatas dalam pemakainnya sebagai makanan ternak, sehingga perlu perlakuan khusus. Hasil ikutan tanaman ubi kayu sebesar 54,2 persen digunakan untuk pangan dan sisanya sebesar 19,7 persen untuk bahan baku industri seperti tepung tapioka untuk industri pakan 1,8 persen dan industri nonpangan lainnya 8,5 persen serta ekspor 15,8 persen. Hasil ikutan ubi kayu yang banyak digunakan sebagai pakan ternak adalah onggok dan gaplek afkir. Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan agroindustri tepung tapioka yang jumlahnya mencapai 19,7 persen dari total produksi ubi kayu nasional (Pribadi, 2008). Luas pengembangan areal ubi kayu mencapai 176.507.000/ha di Indonesia dan 20.905.000/ha di Jawa Barat (Statistik Indonesia, 2006) cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang hal demikian memberikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak khususnya limbah yang dihasilkan. Ternak domba di perdesaan secara umum oleh peternak di berikan pakan ubi kayu dan hijauan karena bahan pakan tersebut cukup banyak tersedia. Salah satu diantaranya adalah ubi kayu, daun ubi kayu dan onggok, karena ubi kayu kaya akan kandungan karbohidrat sedangkan daun ubi kayu banyak mengandung vitamin, mineral dan sudah umum digunakan oleh peternak di perdesaan. Usaha untuk meningkatkan bobot badan ternak domba yang lebih baik dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan, terutama penambahan pakan sebagai bahan pakan pelengkap disamping (hijauan), yang merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Diantara kemungkinan pemberian pakan tambahan tersebut yang berpeluang diterapkan pada petani peternak adalah bahan yang umumnya mudah didapat di perdesaan dengan harga yang terjangkau yakni ubi kayu, daun ubi kayu, onggok, dedak padi, ampas tahu yang dapat meningkatkan laju pertambahan bobot badan khususnya usaha pola penggemukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan respon pemanfaatan ubi kayu, daun ubi kayu, dan onggok sebagai bahan pakan ternak yang banyak
177
S. Rusdiana dan Dwi Priyanto
terdistisbusi di perdesaan di tinjau dari aspek produktivitas maupun kinerja ekonomi petani di perdesaan.
MATERI DAN METODE
Materi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, selama + 5 bulan terhadap domba jantan lokal sebanyak 100 ekor dengan umur rata-rata 7-9 bulan dikelompokkan dalam 2 perlakuan pakan.
Metode Pengamatan Pengamatan domba dilakukan dengan dikandangkan terus menerus selama periode penggemukan 4 bulan yang dikelompokkan dalam 2 kelompok (masing-masing 50 ekor). Kelompok pertama diberi perlakuan sementara kelompok lainnya dipergunakan sebagai kontrol. Untuk domba perlakuan, pakan penggemukan diberikan tiap yakni. Berupa, ubi kayu 0,2 kg, daun ubi kayu sebanyak 0,5 kg baik segar, layu maupun kering diberikan sekali sehari (pagi). Untuk menutupi kekurangan gizi dan mineral, diberi tambahan pakan penguat berupa : dedak padi atau ampas tahu sebanyak +3,6 kg/ekor/hari. Sedangkan domba kontrol hanya diberikan hijauan dan sisa limbah pertanian (ad libitum). Untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian dilakukan cara penimbangan bobot hidup bulanan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bobot badan ternak secara individu dilakukan penimbangan setiap satu bulan sekali selama empat bulan yang dinyatakan sebagai ulangan sehingga diperoleh data dari masing-masing perlakuan (treatment) R0 dan R1. Sebelum dilakukan percobaan ternak domba di biasakan dengan kondisi pakan selama adaptasi (+5 hari) kemudian domba ditimbang pada bulan pertama sampai dengan bulan ke empat. Pengujian statistik dalam kegiatan penelitian adalah : a. Paired Comparison Mean T-test yaitu untuk menguji perbandingan nilai ratarata berdasarkan skala usaha (R0 dengan R1) ditingkat Peternak digunakan uji statistik (T-student) pada bulan pertama, bulan ke dua, bulan ke tiga dan bulan ke empat selama percobaan berlangsung. (Sudjana, 1992). Adapun rumus dari t-hit yaitu :
t hit
178
X1 X 2 S x1 x 2
Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan
dimana :
X
= Rata-rata pada tingkat skala usaha ternak domba
S x1 x 2 = Galat baku 2
(Xi) = ---------------2 xi – n --------------ni – 1
SXi
dimana : S
= Nilai Varians
Xi
= Skala Usaha ke-i
ni
= Jumlah pengamatan ke – i
b. Uji regresi linear digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak domba selama percobaan berlangsung. Analisis regresi linear diaplikasikan pada pertumbuhan ternak domba atau bobot badan ternak pada tingkat: kontrol (R0) dan perlakuan (R1). Model yang digunakan dengan persamaan adalah: (Steel and Torrie,1980; Sudjana,1992) Yi = a + bXi dimana : Y = peubah tidak bebas yaitu Bobot Badan (kg) X = peubah bebas yaitu waktu penimbangan (bulan) a = slope / kemiringan b = koefisien regresi
Analisis Usaha Ternak Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut : Analisis ekonomi dengan usaha penggemukan ternak domba diperhitungkan B/C ratio (Soekarwati, 1994; Boediono, 1983). yang dirumuskan sebagai berikut: = TR – TC dimana :
= Keuntungan (benefit)
TR = Penerimaan Total (Total Revenue) TC = Biaya Total (Total Cost)
179
S. Rusdiana dan Dwi Priyanto
Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani ternak dalam kegiatan usaha penggemukan ternak domba dapat dilihat dari rasio penerimaan terhadap biaya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus. (Gittinger, 1986). B/C rasio = TR TC dimana : B/C = Imbangan Penerimaan dan Biaya TR = Penerimaan Total (Total Revenue) TC = Biaya Total (Total Cost)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Pengamatan Usaha penggemukan ternak domba jantan lokal pada kegiatan ini merupakan ternak yang baru didatangkan oleh petani ternak dan sekitar desa atau dari desa lain sebagai domba bakalan untuk usaha penggemukan. Ternak domba dikandangkan secara individu dengan luas 1 m2/ekor. Pada domba yang dilakukan penelitian terlebih dahulu domba diadaptasikan dengan pemberian pakan ubi kayu, daun ubi kayu dan onggok untuk membiasakan mengkonsumsi pakan sebelum dilakukan penimbangan awal ( + 5 hari) baru siap untuk dilakukan pengamatan. Hal tersebut dilakukan karena tanaman ubi kayu mempunyai kelemahan, yakni palatabilitas rendah dan adanya kandungan racun asam cianida (HCn) sehingga sering merupakan kendala dalam penggunaannya sebagai pakan ternak. Hasil penelitian terdahulu bahwa kadar cianida (HCn) dapat diturunkan atau dihilangkan dengan cara memasak, direndam dalam air, menggoreng, mengeringkan pada sinar matahari, atau udara panas. Crush (1975) mengatakan bahwa kadar HCn dapat menyebabkan kematian diatas ambang 2,4 mg/kg bobot badan domba. Jonson dan Raymon yang disitir oleh Jaludin (1978) mengatakan dosis kematian akibat keracunan HCn adalah 1,4 mg/kg bobot badan ternak domba. Pada kasus pengamatan tidak terdapat kasus kematian atau gejala keracunan akibat HCn dari ransum yang diberikan pada ternak domba, karena batas pemberiannya tidak berlebihan. Ubi kayu yang di gunakan sebagai pakan ternak pengamatan adalah ubi kayu mentega (kuning), merah, dan ubi kayu putih (arsin). Sedangkan kandungan nutrisi daun singkong cenderung lebih rendah kualitasnya di banding ubi kayu, yakni hanya mengandung protein 2,80 gr, dan kandungan karbohidrat hanya 10,40 gr. Hasil analisis kandungan ubi kayu menunjukkan peningkatan kandungan gizi dari tanaman ubi kayu cukup baik (Tabel 1). Kandungan kadar protein ubi kayu putih dan merah adalah tertinggi yakni mencapai 1,80 gram, sedangkan ubi kayu
180
Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan
kuning hanya mencapai 1,10 gr. Sebaliknya ubi kayu kuning mengandung karbohidrat tertinggi (32,3 gr). Dilihat dari kandungan serat kasar, jenis ubi kayu kuning memiliki serat kasar tertinggi (1,40 gr) yang disusul ubi kayu merah (1,20 gr) dan ubi kayu putih (0,90 gr) Tabel. 1. Kandungan Gizi dari Berbagai Varitas Ubi Kayu Kandungan gizi
Ubi kayu putih
Kalori (kal) 123,00 Protein (g) 1,80 Lemak (g) 0,70 Karbohidrat (g) 27,90 Air (g) 68,50 Serat kasar (g) 0,90 Kadar gula (g) 0,40 Beta karotin 31,29 Sumber : Pribadi,S.H. 2008
Ubi kayu merah 123,00 1,80 0,70 21,90 68,50 1,20 0,40 174,20
Ubi kayu kuning 136,00 1,10 0,40 32,30 1,40 0,30 -
Daun 47,00 2,80 0,40 10,40 84,70 -
Kinerja Penampilan Bobot Badan Domba Hasil pengamatan rataan bobot badan domba perlakuan jauh lebih tinggi di banding pada domba kontrol. dengan kondisi bobot badan awal yang hampir sama masing-masing domba perlakuan dan domba kontrol (19,76 vs 19,77 kg), di capai bobot akhir sebesar 43,74 vs 25,36 kg . Pertambahan bobot badan selama 4 bulan pengamatan mencapai 14,98 kg dan 5,59 kg masing-masing pada domba perlakuan dan domba kontrol, dan terlihat pertambahan bobot badan harian (PBBH) mencapai 13 gr dan 4,7 gr yang jauh lebih tinggi pada domba perlakuan. Hasil pengamatan PBBH terlihat sangat rendah dibanding penelitian sebelumnya, hal tersebut karena di lakukan pada kondisi peternakan rakyat sehingga komposisi ransum cenderung tidak terkontrol. Tabel.2. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Ternak Domba per 4 Bulan BB.Awal (kg)
BB.Akhir (kg)
PBB/4 bln (kg)
PBB/Harian (+ gr)
19,76
34,74
14,98
13
Kontrol 19,77 25,36 Keterangan : PBB :Pertambahan Bobot Badan
5,59
4,7
Uraian Perlakuan
Pengamatan Utomo et al. (1995), mendapatkan pertambahan bobot badan ternak domba dengan pemberian dedak padi dalam bentuk kering, dan pelet sebesar 27,5 gr/ekor/hari, Mathius et al. (1983.) dengan menggunakan daun singkong segar sebanyak 200 gr/ekor/hari didapatkan kenaikan bobot badan ternak domba sebesar 66,9 gr/ekor/hari, sedangkan Rinto et al. (1995), melaporkan domba yang diberi rumput lapangan dan konsumsi tepung daun singkong dengan tepung gaplek memperoleh kenaikan bobot badan sebesar 59,33gr/ekor/hari.
181
S. Rusdiana dan Dwi Priyanto
Hasil analisis untuk menguji antar perlakuan (R1 dan R0) digunakan uji statistik terlihat bahwa dari periode pengamatan bulan 1 s/d ke 4 menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) dimana terlihat bahwa bobot badan ternak perlakuan lebih tinggi di banding kontrol terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji t Perubahan Bobot Badan Ternak Domba (R0 Dan R1) di Tingkat Peternak Bulan Ke I
Skala Usaha Kontrol (Ro) Perlakuan (R1)
II
Kontrol (Ro) Perlakuan (R1)
III
Kontrol (Ro) Perlakuan (R1)
IV
Kontrol (Ro) Perlakuan (R1)
Perbedaan pada
N observasi
dk
50
49
50
49
50
49
50
49
50 49 bulan ke IV Keterangan: N observasi = jumlah pengamatan, dk = derajat kebebasan (n-1), PROB |T| = Probabilitas pada uji T.
Rata-rata (kg) 21,14 23,42 22,52 27,13 23,93 30,88 25,36 34,74 9,38
T-test
Prob | T |
367,40
0,001
597,77
0,001
785,57
0,001
930,27
0,001
1968,32
0,001
Sedangkan untuk mengukur tingkat pertumbuhan bobot hidup pada ternak kontrol (R0) maupun perlakuan (R1) koefisien regresi yaitu Yk= 19,77 + 1,39Y dan untuk skala usaha perlakuan (R1) diperoleh persamaan regresi yaitu Yp = 19,76 + 2 3.74X, dengan nilai R = 0,99. Analisis Kelayakan Usaha Biaya yang dipergunakan untuk usaha penggemukan ternak domba skala 2 50 ekor adalah : Sewa lahan seluas 300 m sebesar Rp 600.000/tahun, sehingga sewa lahan sebesar Rp 200.000/periode penggemukkan, satu ekor domba membutuhkan luas kandang individual 1m2/ekor sehingga luas kandang yang 2 dibutuhkan +75 m . Kandang dibangun berbentuk panggung (keraman), luas 2 bangunan kandang total adalah +75 m dengan biaya pembangunan Rp 100.000/ 2 m dengan masa pakai 5 tahun, jadi pembangunan kandang sebesar Rp 7.500.000/5 tahun= Rp 1.500.000/3 bulan = Rp 500.000/periode, sehingga biaya penyusutan Rp 500.000/periode. Kendaraan pengangkut domba disewa dua kali dalam satu periode sebesar Rp 200.000. Peralatan kandang Rp 150.000 dan biaya tak terduga di pasar hewan Rp 75.000. Metode analisis ini membandingkan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha. Usaha dikatakan layak apabila angka B/C ratio-nya lebih besar dari 1. Untuk usaha penggemukan domba terlihat pada Tabel 4.
182
Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan
Tabel. 4. Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Lokal
No
Perlakuan Volume (Rp) 1.125.000
Uraian
1 2.
Kontrol Volume (Rp) 1.125.000
A. Biaya Variabel B. Biaya Produksi : Bibit bakalan 50 ekor 25.194.000 25.194.000 - Ubi kayu 0,2 kg x 50 x120 x Rp 500 600.000 - Daun ubi kayu 0,5 x 50 x 120 x Rp 50 150.000 - Hijauan 2 kg x 50 x 120 x Rp 50 600.000 - Dedak padi 0,3 kg x 50 x 120 x Rp 1.500 2.700.000 - Onggok 0,2 kg x 50 x 120 x Rp 200 240.000 - Ampas tahu 0,2 x 50 x 120 x Rp 200 240.000 - Obat-obatan /paket 100.000 - Tenaga kerja 2 org x Rp 300.000 2.400.000 2.400.000 Jumlah 32.224.000 27.594.000 Total Biaya Variabel + Produksi 33.349.000 28.719.000 3 C. Pendapatan 45.109.890 - (50-2%) x Rp 26.500 x 34,74 kg (P) 32.929.960 - (50-2%) x Rp 26.500 x 25,36 kg. (K) 240.000 - (0,4 x 120 hari x 50 ekor x Rp 100) (P) 300.000 - (0,5 x 120 hari x 50 ekor x Rp 100) (K) Total Pendapatan 45.349.890 33.229.960 4 - Keuntungan /periode (4 bulan) 12.000.890 4.510.960 5. - B/C 1,4 1,2 Keterangan : 2% risiko kematian, harga daging/kg Rp.26.500,-, P: perlakuan K: kontrol
Hasil analisis usaha penggemukan ternak domba yang dijalankan selama 4 bulan dengan skala 50 ekor diperoleh keuntungan dari domba perlakuan Rp 12.000.890 sedangkan dari domba kontrol Rp 4.510.960 dengan B/C ratio 1,4 dan 1,2 layak untuk dikembangkan pada kondisi dilokasi. Semakin tinggi nilai B/C maka peluang usaha penggemukkan ternak domba tersebut makin mendatangkan keuntungan.
KESIMPULAN
Hasil pengamatan domba di perdesaan pola penggemukan dapat disimpulkan bahwa, kinerja pertambahan bobot badan domba perlakuan jauh lebih tinggi di banding domba kontrol, masing-masing 14,98 kg vs 5,59 kg selama 4 bulan. Hasil uji t pada skala usaha ternak domba antara R0 dan R1 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Sedangkan tingkat pertumbuhan bobot hidup ternak baik berskala usaha kontrol (R0) dan perlakuan (R1) dapat digambarkan dengan persamaan regresi Yk= 19,77 + 1,39Y dan Yp = 19,76 + 2 3,74x, dimana masing-masing memiliki R = 0,99. Pakan penguat ubi kayu, daun ubi kayu, onggok, dedak padi, ampas tahu, dan dedak padi dapat digunakan sebagai pakan tambahan untuk penggemukan ternak domba. Penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba perlakuan memberikan keuntungan
183
S. Rusdiana dan Dwi Priyanto
sebesar Rp 12.000.890. Sedangkan ternak kontrol hanya mencapai Rp 4.510.960 B/C ratio 1,4 dan 1,2.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1983. Ekonomi Mikro. BPFE. Jakarta. Crush, D.C.1974. Vol.2. Nutrien Albany Co., Oregon. Gittinger, J.P.1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. Jaludin, S. 1978. In Feeding Stuffs for Livestuk in Southeast Asia., Nasional Uni.of Malaysia, Serdang-Malaysia Mathius, W., Djadjanegara dan M. Rangkuti. 1983. Pengaruh Penambahan Daun Singkong (manihot utillisima pohl) dalam Ransom Domba. Majalah Ilmiah Peternakan Vol1.No.2. 1983. Pribadi, S.H. 2008. Pemanfaatan Hasil Ikutan Pertanian untuk Pakan Ternak. JURNAL BBP2TP, Bogor No.3238. Edisi 6-12 Pebruari 2008. Pusat Statistik Indonesia. 2006. Rinto, A., R.S., H. Pulungan dan Kartiaso.1995. Pemanfaatan Tepung Daun Singkong dan Tepung Gaplek sebagai Makanan Penguat Ternak Domba Lepas Sapih. Karya Ilmiah Fapet IPB, Bogor. Soekarwati, A.Soehardjo, J.L. Dillon, and J.B. Hhardaker. 1994. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta. Steel, G.D. Robert and James H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics Biometrical Approach 2nd Edition. Mc-Graw-Hill Book Company, New York. USA. Sudjana. 1992. Metoda Statistika, Edisi ke 5, Tarsito, Bandung Utomo, B., B.W. Dirdjopratono,U.Nuschati dan Subihatta. 1995. Pemberian Dedak Padi dalam Bentuk Kering dan Pelet pada Penggemukan Domba yang Dipelihara Secara Bergilir. Pros. Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyuluhan Hasil Penelitian untuk Menunjang Industri Peternakan di Perdesaan-Bendungan Seminar Sub Balitnak Klepu, Semarang
184