JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 15, No. 2, Juli 2016
ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA PENGOLAHAN UBI KAYU Regia Indah Kemala Sari1) dan Mega Amelia Putri1)
ABSTRACTS Payakumbuh is the center of the largest agro-industrial cassava in West Sumatra Province. Some cassava produced in Payakumbuh such as Keripik Sanjai, Sanjai Balado, Sanjai manis, Sanjai lidi, keripik talas, karak kaliang and ganepo. West Payakumbuh District is the most of cassava processing industry in Payakumbuh. Most cassava are processed into refined products such as karak kaliang. This study aimed to analyze the profitability of cassava processing where located in the District of West Payakumbuh Payakumbuh City. The choice of location research done intentionally (purposive). The data in this study consisted of primary data and secondary data. The data analysis by quantitative descriptive analysis. The results showed the level of profitability of cassava processing in the District of West Payakumbuh for one production amounted to Rp 2,385,833, - while the level of efficiency of cassava processing businesses acquired R/C of 2.39 so that the business is feasible to be developed. Keywords: cassava, profit, business
mengembangkan agroindustri secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan perekonomian para petani sebagai penyedia bahan baku untuk industri. Salah satu usaha industri kecil yang berkembang di Indonesia adalah di bidang pangan. Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia didukung oleh sumberdaya alam pertanian baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal atau daerah.
PENDAHULUAN Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu upaya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, mengurangi pengangguran dan memperbaiki pembagian pendapatan masyarakat dapat ditempuh dengan pengembangkan agroindustri. Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi produk yang mempunyai nilai tambah yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat (Soekartawi, 2001). Berbeda dengan industri lain, agroindustri tidak harus mengimpor sebagian besar bahan bakunya dari luarnegeri melainkan telah tersedia banyak di dalam negeri. Dengan 1) Staf Pengajar Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Ubi kayu sudah dijadikan sebagai salah satu komoditas agroindustri. Ubi kayu dalam keadaan segar tidak tahan lama dan harganya rendah, namun jika dilakukan pengolahan lebih lanjut dan dikelola secara maksimal maka ubi kayu dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih besar sehingga memberikan 105
Regia Indah Kemala Sari dan Mega Amelia Putri, Analisis Keuntungan Usaha...........
keuntungan yang cukup besar bagi petani dan masyarakat.
terbuat dari ubi kayu yang dihaluskan dengan campuran bumbu seperti bawang putih, garam dan merica.
Daerah Payakumbuh memiliki potensi besar dalam pengembangan agroindustri ubi kayu. Data BPS Payakumbuh tahun 2015 menunjukkan bahwa selama tahun 2014 total produksi ubi kayu di propinsi Sumatera Barat mencapai 217,9 ribu ton dengan daerah sentra utama produksinya (33,60%) yaitu Kabupaten Limapuluh Kota (73,2 ribu ton). Lebih lanjut diungkapkan selama tahun 2012 sampai 2014, rata-rata pertumbuhan produksi ubi kayu meningkat sebesar 14,29 persen per tahun.
Usaha pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh meski masih dalam skala kecil namun keberadaannya telah mampu menyerap tenaga kerja. Adapun tujuan keseluruhan aktifitas dari suatu usaha adalah untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian agar keberlangsungan usaha kecil tetap terjaga maka analisis keuntungan perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keuntungan usaha pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh.
Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan pusat industri pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh. Hal ini dapat terlihat dari total produksi ubi kayu di Kecamatan Payakumbuh Barat selama tahun 2014 mencapai 36,65 persen dari total produksi ubi kayu di Kota Payakumbuh (14 ribu ton) (BPS Kota Payakumbuh, 2015). Selain itu, dari total produsen produk olahan yang ada di Kota Payakumbuh sebanyak 89 persen terletak di Kecamatan Payakumbuh Barat.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra produsen olahan pangan ubi kayu terbesar di Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menyatakan jika subjek penelitian sedikit maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Responden pada penelitian ini adalah produsen yang mengolah ubi kayu menjadi karak kaliang di Kota Payakumbuh. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data di analisis secara deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan hasil survey awal diketahui bahwa di Kota Payakumbuh terdapat 16 usaha pengolahan ubi kayu dengan rata-rata jumlah tenaga kerja pada masing-masing usaha adalah 15 orang. Beberapa olahan ubi kayu yang dihasilkan antara lain keripik sanjai, sanjai balado, sanjai manis, sanjai lidi, keripik talas, karak kaliang, ganepo dan lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagian besar (50%) pelaku usaha pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh melakukan proses pengolahan ubi kayu menjadi produk olahan berupa karak kaliang. Karak kaliang merupakan salah satu makanan khas Sumatera Barat yang
Karakteristik Responden Karakteristik responden akan membantu menggambarkan kondisi usaha yang dijalankan oleh produsen yang 106
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 15, No. 2, Juli 2016
memanfaatkan bahan baku utama ubi kayu sebagai bahan olahan produk pangan. Responden yang diambil sebanyak 14 orang yang beralamat di Kecamatan Payakumbuh Barat. Daerah ini dipilih dengan pertimbangan merupakan sentra
produksi ubi kayu di Kota Payakumbuh. Karakteristik responden diidentifikasi berdasarkan umur, pendidikan, lamanya usaha, jenis badan usaha serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Tabel 1. Identitas Responden di Kota Payakumbuh, Tahun 2016 No. 1.
2.
3.
Keterangan Kelompok Umur (Tahun) 25-39 40-54 > 55 Jumlah Tingkat Pendidikan SD SMP SMA S1 Jumlah Lama Usaha ( Tahun) 4-14 15-25 > 25 Jumlah
Jumlah (Orang)
Tabel 1 menggambarkan persentase jumlah responden berdasarkan kelompok umur, tingkat pendidikan dan lamanya usaha. Sebagian besar (50%) pemilik usaha agroindustri ubi kayu ini berusia antara 25 sampai 39 tahun. Sedangkan 35,71 persen responden berada antara 40 sampai 54 tahun. Sisanya (14,29%) berada diusia 55 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi umur, pelaku usaha tergolong pada usia produktif dan mampu mengembangkan inovasi dan strategi pemasaran yang lebih agresif. Hal ini tentu saja perlu didukung dengan sumber daya manusianya, dari segi pendidikan sebagian besar (50%) menempuh pendidikan selama 12 tahun atau setara tingat SMA, dan sisanya masing-masing 21,43 persen menempuh pendidikan setingkat SD dan SMP.
Persentase (%)
7 5 2 14
50,00 35,71 14,29 100,00
3 3 7 1 14
21,43 21,43 50,00 7,14 100,00
9 4 1 14
64,29 28,57 7,14 100,00
Selain itu, hasil survey menunjukkan bahwa seluruh badan usaha yang dimiliki responden berbentuk perusahaan keluarga, dengan kata lain usaha ini sudah dirintis turun temurun dan menjadi suatu kebanggaan bagi penerus usaha untuk menjalankan dan mengembangkan usaha yang sudah ada. Walaupun demikian, ada juga kendala dan hambatan yang dihadapi pelaku, karena bentuk usaha yang didasarkan pada kekeluargaan. Maka, tidak jarang perbedaan pendapat dan cara pandang dalam menentukan suatu sikap terjadi. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus dalam menjalankan usaha yang berbadan usaha perusahaan keluarga sebagai contoh dalam pembagian hasil usaha, mengambil keputusan terkait rencana kedepan dan sebagainya.
107
Regia Indah Kemala Sari dan Mega Amelia Putri, Analisis Keuntungan Usaha...........
Secara umum agroindustri pengolahan ubi kayu telah mampu menyerap tenaga kerja antara 3 sampai 45 orang. Besar kecilnya jumlah tenaga kerja tergantung pada skala usaha yang dijalankan. Upah yang diterima setiap pekerja juga beragam, sebagian besar responden memilih membayar upah pekerja dalam bentuk harian antara Rp 10.000 sampai Rp 40.000 per hari. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan aktifitas produksi yang dilakukan tidak konsisten. Kondisi saat liburan seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, liburan sekolah dan liburan tanggal merah yang cukup panjang. Banyak masyarakat dari luar daerah seperti Medan, Riau, Jambi, Lampung bahkan dari Pulau Jawa berdatangan ke Sumatera Barat dengan berbagai tujuan daerah. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap tingkat produksi yang dihasilkan, akibat banyaknya permintaan dari pedagang oleholeh khas minang. Sehingga, perusahaan harus mampu memenuhi permintaan yang meningkat mencapai 60 sampai 100 persen. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan jumlah tenaga kerja,
sehingga upah harian dianggap lebih efektif dalam menentukan bayaran bagi pekerja. Namun, ada pula tenaga kerja tetap yang telah terikat kontrak dengan pemilik dan memiliki jasa berbeda dengan tenaga kerja lainnya. Sehingga bentuk upah yang dilakukan dalam bulanan sebesar Rp 1.200.000 sampai Rp 1.800.000, diluar bonus-bonus lain yang diberikan akibat banyaknya permintaan terhadap produk. Aspek Produksi Agroindustri Ubi Kayu Aspek produksi menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan produk inti yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku utama yaitu ubi kayu. Beberapa hal yang akan dikaji seperti jenis produk, bahan dan alat yang digunakan, sumber perolehan bahan baku serta proses produksi yang dilakukan. Tabel 2 menunjukkan hasil survey terhadap 14 responden yang melakukan pengolahan produk dengan bahan baku utama ubi kayu.
Tabel 2. Data Responden Berdasarkan Jenis Produk Inti yang Diproduksi
Keterangan Jenis Produk Produk Inti 1. Kerupuk Sanjai 2. Karak Kaliang 3. Kerupuk Cancang 4. Sarang Balam Jumlah
Jumlah (Orang) 6 8 1 1 16
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah pelaku yang melakukan usaha agroindustri ubi kayu sebanyak 16 orang. Hal ini disebabkan ada dua industri yang memproduksi sanjai dan karak kaliang sebagai produk inti usaha mereka. Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) pelaku usaha melakukan proses pengolahan ubi kayu menjadi produk
Persentase (%) 37,50 50,00 6,25 6,25 100,00
karak kaliang, untuk produk kerupuk sanjai sebanyak 37,50 persen, sedangkan kerupuk cancang dan sarang balam masing-masing 6,25 persen. Berdasarkan hasil survey ini maka peneliti memilih produk inti olahan ubi kayu yaitu karak kaliang sebagai objek penelitian.
108
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 15, No. 2, Juli 2016
diproduksi adalah hal penting yang akan menentukan tingkat biaya dan keuntungan yang akan diperoleh. Tabel 3 dan 4 akan diuraikan kebutuhan bahan dan alat untuk satu kali produksi atau satu adonan.
Proses Produksi Karak Kaliang Proses produksi inti yang dilakukan usaha. Kemampuan menentukan produk
merupakan kegiatan dalam suatu unit perusahaan dalam utama yang akan
Tabel 3. Kebutuhan Bahan untuk Kegiatan Satu Kali Produksi No. Bahan Satuan Kebutuhan 1. Tepung Ubi Kayu Kg/ hari 100-150 2. Minyak Kg/ hari 29 3. Garam Bungkus 14 4. Ajinomoto dan Masako Kg ½ 5. Kunyit Kg ½ 6. Pewarna Kuning Secukupnya 7. Air Bersih Secukupnya
Perbandingan 300 kg tepung 20 kg tepung 20 kg tepung -
Tabel 4. Kebutuhan Alat untuk Kegiatan Produksi No. 1.
Alat Wadah adonan
Jumlah 2 buah
2.
Kuali
2 buah
3. 4. 5.
Mesin pemarut Mesin pengaduk adonan Nampan
1 buah 1 buah 5 buah
6. 7. 8.
Talenan Sendok penggorengan Peniris
5 buah 2 buah 2 buah
Kebutuhan Menampung adonan induk yang telah dimasak Tempat membuat adonan induk dan tempat penggorengan Memarut ubi sehingga menjadi tepung ubi Mengaduk adonan induk menjadi kalis Tempat karak kaliang yang sudah dibentuk Tempat memilin adonan Alat untuk menggoreng Meniriskan karak kaliang yang sudah matang
Keterangan Berbahan plastik Besi Daya listrik Daya listrik Berbahan plastik Plastik Kayu dan besi Besi
penggunaan peralatan sesuai bahan baku yang digunakan. Tabel 5 menunjukkan biaya penyusutan peralatan pada produk karak kaliang di Kota Payakumbuh Tahun 2016.
Penggunaan Peralatan Kegiatan produksi yang efisien ditentukan juga oleh kemampuan perusahaan dalam melakukan perencanaan
Tabel 5. Penyusuatan Peralatan untuk produk Karak Kaliang, Tahun 2016 Jenis Peralatan Mesin pemarut Mesin pengepres
Juml
Satuan
Harga Baru (Rp/@)
Juml Biaya (Rp)
Lama Pemakaian (Tahun)
Harga Lama (Rp)
Nilai Penyusutan (Rp/Thn)
1
unit
250.000
250.000
2,00
150.000
50.000
1
unit
350.000
350.000
2,00
200.000
75.000
109
Regia Indah Kemala Sari dan Mega Amelia Putri, Analisis Keuntungan Usaha...........
Lanjutan Tabel 5. Mesin pengaduk 1 unit adonan Pisau 10 buah Nampan 5 buah Talenan 5 buah Wajan 4 buah Kompor 5 unit Peniris 5 buah Kemasan 5 pak plastik Sealer Listrik 1 unit Sendok 4 buah penggoreng Blender 1 unit Jumlah Sumber : Data primer diolah
375.000
375.000
2,00
200.000
87.500
20.000 200.000 25.000 125.000 30.000 150.000 250.000 1.000.000 200.000 1.000.000 15.000 75.000
2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
10.000 15.000 15.000 150.000 100.000 5.000
5.000 5.000 7.500 50.000 50.000 5.000
35.000
175.000
0,42
30.000
12.000
165.000
165.000
3,00
100.000
21.667
35.000
140.000
2,00
20.000
7.500
200.000
200.000 4.205.000
2,00
150.000
25.000 401.167
I. Tahapan Pengolahan Adonan Bahan utama : 20 Kg tepung ubi + 14 bungkus garam ditambah ¼ Kg ajinomoto (untuk setiap 20 Kg tepung ubi) + masako ¼ Kg (untuk setiap 20 Kg tepung ubi) + ½ Kg kunyit + air secukupnya. (diaduk rata)
Di masak dalam kuali hingga adonan kental – Dinginkan dalam wadah adonan (Adonan Induk Karak Kaliang)
Dimasukkan dalam mesin pengaduk adonan dengan ditambahkan sedikit demi sedikit tepung ubi hingga berbentuk agak kalis
Adonan induk yang agak kalis diambil sedikit dan ditambahkan dengan tepung ubi hingga adonan menjadi benar-benar kalis
Adonan kalis kemudian dipilin dengan talenan sebagai alas untuk memilin, dan dibentuk menjadi angka delapan, lalu diletakkan dan disusun pada nampan. Gambar 1. Tahapan Pengolahan Adonan Karak Kaliang 110
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 15, No. 2, Juli 2016
II. Tahapan Penggorengan dan Pengemasan Karak kaliang mentah kemudian digoreng dan ditiriskan Karak kaliang yang sudah matang kemudian dikemas, dengan kemasan per Kg atau sesuai permintaan konsumen.
penolong dan biaya tenaga kerja. Secara rinci biaya produksi untuk satu kali proses produksi produk karak kaliang dapat dilihat pada Tabel 6.
Biaya dalam Proses Produksi Biaya dalam proses produksi terdiri atas biaya bahan baku utama, bahan baku
Tabel 6. Biaya Produksi, Karak Kaliang dalam 1 Kali Proses Produksi, Tahun 2016 Jenis Pengeluaran Bahan Baku a. Tepung ubi kayu b. Minyak goreng c. Garam d. Ajinomoto/ Masako Jumlah Bahan Baku Penolong a. Kunyit b. Pewarna Kuning Jumlah Biaya Tenaga Kerja a. Tenaga kerja tetap b. Tenaga kerja harian Jumlah Total Biaya Sumber : Data primer diolah
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
%
100,00 29,00 14,00 0,50
Kg Kg Bungkus Kg
7.000 9.000 8.000 26.000
700.000 261.000 112.000 13.000 1.086.000
53,31 19,88 8,53 0,99
0,25 1,00
Kg Bungkus
4.000 1.000
1.000 1.000 2.000
0,08 0,08
3,00 3,00
Org/hari Org/hari
40.000 35.000
120.000 105.000 225.000 1.313.000
9,14 8,00
Tabel 6 menunjukkan bahwa bahan baku utama dalam produksi karak kaliang terdiri atas tepung ubi kayu, minyak goreng, garam dan ajinomoto/ masako. Rata-rata biaya bahan baku utama yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi sebesar Rp 1.086.000. Sedangkan bahan baku penolong hanya Rp 2.000 yang terdiri atas kunyit dan pewarna kuning. Adapun biaya tenaga kerja dalam 1 kali produksi, minimal memerlukan 6 orang dengan kapasitas produksi sebesar 100 sampai 150 kg dengan rata-rata biaya sebesar Rp 225.000. Sehingga total biaya
100,00
yang dikeluarkan untuk satu kali produksi sebesar Rp 1.313.000. Biaya produksi terbesar dikeluarkan untuk pembelian bahan baku utama yaitu tepung ubi kayu sebesar 53,31 persen dari total biaya yang dikeluarkan. Sebesar 29,55 persen dari total biaya produksi digunakan untuk pembelian minyak goreng dan bumbu-bumbu lainnya. Sedangkan biaya tenaga kerja minimal (6 orang) yang diperlukan untuk satu kali produksi sebesar 17,14 persen dari total biaya yang dikeluarkan. Kemampuan 111
Regia Indah Kemala Sari dan Mega Amelia Putri, Analisis Keuntungan Usaha...........
perusahaan dalam mengelola bahan baku, serta memaksimalkan kinerja tenaga kerja akan mampu meningkatkan jumlah produksi dan berdampak pada tingkat keuntungan yang diharapkan.
berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh dan total biaya yang dikeluarkan. Adapun pada perhitungan pendapatan di asumsikan dalam satu kali proses produksi, total produksi yang dihasilkan sebanyak 150 kg dengan tingkat harga rata-rata yang digunakan berasal dari hasil survey yang diperoleh. Harga rata-rata karak kaliang mencapai Rp. 27.333 per kg, sehingga diperoleh total pendapatan untuk karak kaliang sebesar Rp 4.100.000,-.
Keuntungan Usaha Setiap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya selalu berharap akan memperoleh keuntungan yang tinggi. Hal ini tentu saja sesuai dengan besarnya pengorbanan (biaya) yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh. Secara sederhana, pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya. Pendapatan diperoleh dari total produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga produk. Sedangankan keuntungan merupakan pengurangan total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan. Tabel 7 menunjukkan besarnya keuntungan yang diterima produk olahan ubi kayu menjadi karak kaliang yang diusahakan.
Tabel 8. Efisiensi Usaha Karak Kaliang dalam Satu Kali Proses Produksi, Tahun 2016 No. 1. 2.
Keterangan Penerimaan ( R ) Total Biaya ( C ) Eisiensi ( R/C ) Sumber : Data primer diolah
Selanjutnya pada Tabel 8 dapat kita analisis efisiensi usaha agroindustri ubi kayu menjadi karak kaliang dengan menggunakan analsis perhitungan R/C Ratio, yaitu dengan membandingkan antara penerimaan dengan total biaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa agroindustri ubi kayu menjadi produk karak kaliang layak untuk diusahakan dengan tingkat R/C Ratio sebesar 2,39.
Tabel 7. Keuntungan Agroindustri Ubi Kayu Karak Kaliang dalam Satu Kali Proses Produksi, Tahun 2016 No. 1.
2
Keterangan Pendapatan Agroindustri Total Produksi (TR) Biaya Agroindustri a. Biaya bahan baku b. Biaya penyusutan c. Biaya bahan penolong d. Biaya tenaga kerja Total Biaya (TC)
3 Keuntungan (TR-TC) Sumber : Data primer diolah
Jumlah (Rp) 4.100.000 1.714.167 2,39
Harga (Rp) 4.100.000
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1.086.000 401.167 2.000 225.000 1.714.167
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan usaha pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh untuk satu kali produksi adalah sebesar Rp. 2.385.833,- dengan R/C 2,39
2.385.833
Saran
Hasil analisis tingkat keuntungan agroindustri ubi kayu untuk satu kali produksi produk karak kaliang sebesar Rp 2.385.833,-. Nilai ini diperoleh
Diharapkan dengan adanya perkembangan informasi dan inovasi yang 112
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 15, No. 2, Juli 2016
cukup pesat, maka perusahaan dapat meningkatkan penerapan teknologi pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh dengan teknologi yang lebih efektif dan efisien. Sehigga perusahaan mampu meningkatkan kapasitas produksi yang berdampak terhadap peningkatan keuntungan. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari peran pemerintah kota, para peneliti dan praktisi untuk terus meningkatkan kesejahteraan masayarakat terutama untuk agroindustri ubi kayu di kota Payaumbuh.
BPS Kota Payakumbuh. 2016. Statistik Daerah Kota Payumbuh 2015. Merapi. Payakumbuh. ____________________. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Payakumbuh Barat 2015. Merapi. Payakumbuh. Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Tambunan et al. 1990. Pengembangan Agroindustri dan Tenaga Kerja Pedesaan di Indonesia dalam Diversifikasi Pertanian dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan. Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Rineka Cipta. Jakarta
113