IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR
4.1
Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip
Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan Dramaga dengan luas wilayah 226,56 Ha . Desa Cikarawang berbatasan dengan Sungai Cisadane disebelah utara, Kelurahan Situ Gede di sebelah timur, Sungai Ciapus di sebelah selatan, dan Sunga Cisadane di sebelah barat. Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga secara umum berupa daratan dan persawahan yang berada pada ketinggian sekitar 193 meter diatas permukaan laut dan dengan suhu rata-rata berkisar antara 25oC sampai dengan 30oC. Desa Cikarawang terdiri atas 3 Dusun, 7 RW dan 32 RT. Jumlah penduduk Desa Cikarawang sebanyak 8.227 jiwa terdiri dari 4.199 laki-laki dan 4.028 perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 2.114 dengan jumlah keluarga miskin sebanyak 777 kepala keluarga atau menempati 35.3% dari jumlah keseluruhan. Jenis pekerjaan masyarakat di Desa Cikarwang dijelaskan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Perbandingan Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Cikarawang Jenis Pekerjaan
Jumlah (orang)
Petani
310
Buruh Tani
225
Pedagang
435
Pegawai Negri Sipil
175
TNI/POLRI
2
Karyawan Swasta
477
Wirausaha Lainnya
600
Sumber : Profil Desa Cikarawang Kelompok Tani Hurip merupakan merupakan salah satu kelompok Tani yang tegabung dalam Gabungan Kelompok Tani Cikarawang (GAPOKTAN) Mandiri Jaya. Kelompok Tani Hurip berdiri sejak tahun 1994 dengan komoditi pertanian utamanya adalah ubi jalar, padi, kacang tanah dan tanaman palawija. Pada tahun 2007 kelompok Tani Hurip baru memulai usaha pengolahan ubi jalar menjadi tepung ubi jalar. Hal ini dilatarbelakangi melimpahnya bahan baku ubi jalar saat panen besar yang tidak dimanfaatkan sehingga membusuk begitu saja. Ide pengolahan tepung ubi jalar dicetuskan oleh ketua kelompok Tani Hurip yaitu Ahmad Bastari yang hingga kini masih mengetuai kelompok Tani Hurip sekaligus juga mengetuai GAPOKTAN Mandiri Jaya. Dengan adanya usaha pengolahan tepung ubi jalar, selain meningkatkan nilai tambah ubi jalar juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Desa Cikarawang. Sampai saat ini pemasaran tepung ubi jalar
13
yang diberi nama Tepung Ubi Jalar Cap Hurip telah sampai ke Jakarta, Bogor, dan Tangerang dengan produk utama yaitu tepung ubi jalar. Struktur kepengurusan kelompok Tani Hurip dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Struktur Kepengurusan Kelompok Tani Hurip
4.2
Proses Produksi Tepung Ubi Jalar
Usaha pengolahan tepung ubi jalar yang dijalankan kelompok Tani Hurip menggunaan bahan baku ubi yang berasal dari hasil pertanian Desa Cikarawang. Saat ini kelompok Tani Hurip mengolah 100 kg ubi jalar setiap minggunya. Adapun diagram alir proses produksi dijelaskan pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Diagram alir pengoahan tepung ubi jalar Proses produksi keseluruhan dilakukan di rumah ketua kelompok Tani Hurip yaitu Ahad Bastari. Proses produksi dimulai dari proses penerimaan ubi segar dari petani ubi di Desa Cikarawang. Penerimaan ubi segar dilakukan di teras rumah ketua kelompok Tani Hurip, ubi dikupas dengan pisau untuk memisahkan kulit luar ubi dengan daging ubi, kemudian dicuci dengan air hingga ubi bersih dari kotoran atau tanah yang masih menempel. Proses selanjutnya adalah proses penyautan atau pemarutan. Ubi disaut menjadi bentuk kecil-kecil dan tipis. Tujuan dari proses penyautan adalah untuk memperluas bidang permukaan sehingga dalam proses pengeringan ubi akan lebih cepat kering. Hasil sautan ubi kemudian diperas dan hasil perasannya ditampung. Air hasil perasan ubi dan ubi yang telah diperas akan diendapkan dan kemudian dikeringakan dengan sinar matahari. Hasil air perasan yang dikeringkan akan menjadi pati sedangkan ubi yang telah kering akan digiling sehingga dihasilkan tepung ubi jalar. Produk akhir adalah campuran dari tepung hasil gilingan dengan pati hasil pengeringan air perasan ubi yang kemudian dikemas dan diberi label.
14
Dalam setiap pengolahan 5 kg ubi segar akan dihasilkan 2 kg tepung ubi jalar yang berarti tingkat rendemen pengolahan tepung ubi jalar adalah sebesar 40%. Jadi, dalam setiap pengolahan 100 kg ubi akan menghasilkan 40 kg tepung ubi jalar. Tepung ubi jalar yang telah siap dikemas dalam kemasan 500 gram dan siap untuk dipasarkan. Selama satu kali periode proses produksi, tenaga kerja yang dibutuhkan berjumlah empat orang ditambah satu tenaga kerja tambahan yang bertugas mengawasi proses pengeringan. Dalam proses penyautan, pemerasan, pengilingan, dan pengemasan sudah mengunakan mesin. Mesin yang digunakan antara lain hammer mill, mesin sautan, dan mesin pemeras sentrifugal yang semuanya mengunakan motor bakar sebagai sumber tenaganya dan untuk proses pengemasan menggunakan plastic sealer. Sedangkan untuk tahapan produksi yang lain masih menggunakan alat-alat sederhana seperti pisau untuk pengupasan, baskom unuk proses pencucian, dan nampan bambu yang digunakan selama proses pengeringan.
4.3
Rencana Pengembangan Usaha Kelompok Tani Hurip
Saat ini kapasitas produksi pengolahan tepung ubi jalar adalah 100 kg bahan baku ubi jalar segar. Kapasitas ini masih dirasa kecil dibandingkan bahan baku ubi jalar yang tersedia melimpah di Desa Cikarawang yaitu 50 ton ubi jalar segar setiap bulannya. Unsur ketidakpastian cuaca dan keterbatasan ruang menjadi latar belakang kelompok Tani Hurip hanya mengolah 100 kg bahan baku ubi jalar segar. Hal ini dikarenakan proses produksi tepung ubi jalar terutama proses pengeringan memerlukan tempat yang cukup besar dan sangat tergantung pada kondisi cuaca dimana sinar matahari cukup untuk proses pengeringan yang cukup lama. Pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh kelompok Tani Hurip adalah pemindahan lokasi produksi ke pabrik kecil yang akan didirikan di tanah milik ketua Kelompok Tani. Tanah yang tersedia seluas 300 m2 dan akan didirikan bangunan diatasnya seluas 50 m2. Menurut perkiraan ketua Kelompok Tani Hurip, dengan adanya lokasi produksi yang baru, kapasitas usaha dapat meningkat sampai dengan pengolahan ubi jalar 300kg untuk setiap minggunya. Pemindahan lokasi produksi ini membutuhkan tambahan modal investasi untuk pengadaan sarana produksi dan juga membutuhkan modal kerja tambahan karena untuk pengadaan bahan baku, upah tenaga kerja, biaya kemasan, dan yang lainnya. Penjelasan lebih lanjut mengenai analisis keuangan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip akan dijelaskan pada bab seanjutnya.
4.4
Rencana keuangan
Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. 4.4.1 Asumsi Perhitungan Keuangan Rencana keuangan memerlukan beberapa penetapan asumsi yang disesuaikan dengan kondisi pada saat kajian dilakukan dan didasarkan pada kondisi kebutuhan pengembangan usaha. Asumsi dasar yang menjadi perhitungan dalam rencana keuangan digunakan dapat menentukan kelayakan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip.
15
a. b. c.
Rencana keuangan ini dilakukan dengan biaya investasi untuk pengembangan usaha. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 50% dari nilai awal, nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal, nilai sisa perlengkapan kantor dan nilai sisa perlengkapan utilitas adalah 10% dari nilai awal. d. Umur ekonomis diasumsikan selama 10 tahun e. Biaya pemeliharaan adalah 10% dari harga awal. f. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi dalam satu bulan terdapat 24 hari kerja dan dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja. g. Discount Factor yang digunakan diasumsikan sebesar 12%. h. Pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2a yaitu 28%. i. Modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan produksi pada bulan petama produksi. j. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 80%, kapasitas produksi pada tahun kedua adalah 90%, kapasitas produksi pada tahun ketiga adalah 100%, kapasitas produksi pada tahun keempat dan seterusnya adalah 100%. k. Proyek dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1. Asumsi-asumsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.4.2 Modal Usaha Modal usaha terdiri dari dua jenis yaitu modal investasi dan modal kerja. Biaya investasi merupakan jumlah biaya yang dibutuhan dalam pengembangan usaha pengolahan ubi jalar Kelompok Tani Hurip. Biaya investasi yang dibutuhkan meliputi tanah dan bangunan, mesin dan peralatan, fasilitas penunjang, alat kantor, dan biaya perizinan. Ringkasan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Ringkasan kebutuhan biaya investasi No.
Komponen
Nilai Total (Rp)
1.
Tanah dan Bangunan
2.
Fasilitas penunjang
1.300.000
3.
Mesin dan peralatan
6.600.000
4.
Perizinan
2.000.000
Subtotal Kontingensi 10% Total
45.000.000
54.900.000 5.490.000 60.390.000
Dalam perhitungan kebutuhan biaya investasi, suatu perkiraan biaya tidak mungkin sepenuhnya tepat. Oleh sebab itu, dalam suatu rencana bisnis biasanya terdapat suatu kontingensi yang disiapkan untuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi. Biaya kontingensi adalah biaya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga yang diperkirakan akan terjadi seperti bencana alam atau kesalahan perhitungan awal. Selain itu, biaya kontingensi juga disiapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mungkin terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan rencana bisnis.
16
Pada studi kasus pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip, total kebutuhan biaya investasi termasuk kontingensi adalah sebesar Rp 60.390.000. Pengadaan kebutuhan investasi tidak semuanya dilakukan dengan membeli kebutuhan investasi yang baru, namun menggunakan barang-barang yang sudah ada sebelum usaha ini dikembangkan seperti pada peralatan kantor. Rincian kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip dapat dilihat pada Lampiran 2. Untuk modal kerja pada kasus pengembangan usaha tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip dibutuhkan pada bulan pertama produksi. Modal kerja digunakan untuk memenuhi biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap teridiri dari biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan. Sedangkan biaya variabel teridiri dari biaya bahan baku, biaya kemasan, dan upah tenaga kerja. Kebutuhan modal kerja untuk bulan pertama adalah sebesar Rp 3.819.700. 4.4.3 Perhitungan Depresiasi Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat arus kas adalah depresiasi atau penyusutan. Depresiasi adalah suatu metode perhitungan akuntansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan asset dengan membayar selama periode tertentu dimana asset tersebut masih berfungsi (Soeharto,2000). Depresiasi menunjukkan penurunan nilai harta perusahaan yang berwujud, misalnya gedung, mesin dan peralatan produksi, dan sebagainya seiring dengan waktu dan penggunaannya. Pada analisis ini metode yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method). Dimana pada metode garis lurus memperhitungkan umur ekonomis, harga awal, dan nilai sisa. Umur ekonomis merupakan umur pakai mesin atau peralatan sehingga mesin atau peralatan tersebut dikatakan tidak menguntungkan lagi secara ekonomis walaupun sesungguhnya mesin atau peralatan tersebut masih dapat digunakan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai depresiasi setiap tahunnya adalah sebesar Rp. 3.044.000. Rincian perhitungan depresiasi ini disajikan pada Lampiran 3. 4.4.4 Prakiraan Biaya Produksi dan Penerimaan Biaya yang digunakan dalam rencana keuangan ini dibagi dalam dua kategori yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh intensitas kegiatan. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya administrasi, biaya promosi dan pemasaran, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan volume kegiatan produksi. Biaya variabel pada usaha pengolahan tepung ubi jalar kelompok Tani Hurip meliputi biaya bahan baku, biaya bahan kemasan, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya bahan bakar. Rincian biaya tetap dan biaya variabel disajikan pada Lampiran 4 dan perhitungan biaya operasional disajikan pada Lampiran 5. Prakiraan biaya produksi tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip pada tahun pertama sebesar Rp. 44.568.800, pada tahun kedua sebesar Rp. 48.694.400, pada tahun ketiga dan seterusnya sebesar Rp. 52.820.000. Prakiraan biaya pada awal-awal produksi memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun ketiga dan seterusnya, hal ini dikarenakan pada awal produksi kapasitas produksi belum penuh, sedangkan pada tahun ketiga dan seterusnya kapasitas produksi sudah mencapai 100%. Pada tahun pertama perusahaan memproduksi sebanyak 80% dari kapasitas total. Pada tahun kedua perusahaan memproduksi 90%, pada tahun ketiga perusahaan memproduksi sebanyak 100%, pada tahun keempat dan setersunya perusahaan memproduksi sebanyak 100%. Prakiraan penerimaan yang diperoleh
17
pada tahun pertama adalah Rp. 73.728.000 pada tahun kedua adalah Rp. 82.944.000 sedangkan prakiraan penerimaan pada tahun ketiga dan seterusnya adalah Rp. 92.160.000. Proyeksi penerimaan ini dihitung dengan asumsi harga tetap selama periode operasional. Informasi mengenai harga dan perkiraan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 6 dan informasi selengkapnya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 6. Proyeksi penerimaan pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip Tahun ke-
Kapasitas produksi (%)
Produksi tepung per tahun (bungkus)
1
80
9.216
8.000
73.728.000
2
90
10.368
8.000
82.944.000
3
100
11.520
8.000
92.160.000
4
100
11.520
8.000
92.160.000
5
100
11.520
8.000
92.160.000
6
100
11.520
8.000
92.160.000
7
100
11.520
8.000
92.160.000
8
100
11.520
8.000
92.160.000
9
100
11.520
8.000
92.160.000
10
100
11.520
8.000
92.160.000
Harga jual (Rp)
Penerimaan (Rp)
4.4.5 Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laba rugi merupakan ringkasan penerimaan dan pembiayaan perusahaan setiap periode yang merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Jadi dari laporan rugi laba dapat dilihat keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu tertentu. Laba rugi adalah selisih antara penjualan bersih produk selama satu periode tertentu dengan total biaya selama periode yang sama. Pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008 yaitu sebesar 28%, untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisis arus kas. Secara sederhana perhitungan rugi laba didapat antara selisih penerimaan dengan biaya operasional tiap periodenya yang hasilnya dikurangi dengan pajak. Penyusunan laporan rugi laba harus dibuat sedemikian rupa agar mudah diikuti urutan jalannya perhitungan dari awal sampai akhir. Pada kasus pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip, proyeksi laba yang didapatkan tiap tahunnya jika perproduksi pada kapasitas 100% adalah sebesar Rp 28.324.800 per tahun atau Rp 2.360.400 setiap bulannya dan telah dikurangi pajak. Besarnya proyeksi rugi laba ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 7.
18
Tabel 7. Proyeksi laba rugi pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip Tahun ke-
Total Penerimaan (Rp)
Total Pengeluaran (Rp)
Laba Kotor (Rp)
Pajak Penghasilan (Rp)
Laba Bersih (Rp)
1
73.728.000
44.568.800
29.159.200
8.164.576
20.994.624
2
82.944.000
48.694.400
34.249.600
9.589.888
24.659.712
3
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
4
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
5
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
6
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
7
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
8
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
9
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
10
92.160.000
52.820.000
39.340.000
11.015.200
28.324.800
4.4.6 Proyeksi Arus Kas Berdasarkan Soeharto (2000), aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokan menjadi tiga, yaitu aliran kas awal (initial cash flow), aliran kas periode operasi (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Aliran kas masuk terdiri dari laba bersih (net income) dan depresiasi (operational cash flow). Aliran kas keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja (initial cash flow), dan nilai sisa investasi (terminal cash flow). Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Proyeksi arus kas industri cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 8 dan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 8. Proyeksi arus kas pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip
0
Total Kas Keluar (Rp) (64.104.067)
Aliran Kas Bersih (Rp) (64.104.067)
1
24.038.624
0
24.038.624
2
27.703.712
0
27.703.712
3
31.368.800
0
31.368.800
4
31.368.800
0
31.368.800
Tahun ke0
Total Kas Masuk (Rp)
19
Tabel 8 lanjutan. Proyeksi arus kas pengembangan usaha Kelompok Tani Hurip
Tahun ke-
4.5
Total Kas Masuk (Rp)
Total Kas Keluar (Rp)
Aliran Kas Bersih (Rp)
5
31.368.800
0
31.368.800
6
31.368.800
0
31.368.800
7
31.368.800
0
31.368.800
8
31.368.800
0
31.368.800
9
31.368.800
0
31.368.800
10
31.368.800
23.160.000
54.528.800
Kriteria Investasi
Kriteria investai yang digunakan dalam analisis kelayakan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip antara lain NPV, IRR, dan Net B/C. Perhitungan kriteria investasi didasarkan pada proyeksi arus kas bersih (net cash flow) dengan menggunakan tingkat Discount Factor (DF) sebesar 12% 4.5.1
Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu. Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal. Perhitungan NPV dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai NPV positif sebesar Rp 111.151.620 pada tingkat discount factor 12% selama 10 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang digunakan dalam pengembangan usaha engolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip sepanjang 10 tahun ke depan memperoleh manfaat bersih menurut nilai uang sekarang sebesar Rp. 111.151.620. 4.5.2
Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Jika IRR dari suatu proyek atau usaha sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ I, maka proyek atau usaha layak untuk dijalankan, begitu pula sebaliknya. Hasil perhitungan IRR dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai IRR didapatkan sebesar 43%, nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga 12% sehingga pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip layak untuk dijalankan.
20
4.5.3
Net Benefit / Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio adalah suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value dari net benefit yang bernilai negatif. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net B/C nya lebih besar atau sama dengan satu. Dari hasil perhitungan Net B/C kegiatan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip diperoleh nilai sebesar 2,73, yang berarti setiap investasi Rp. 1 yang dikeluarkan sekarang pada tingkat discount factor 12% akan memperoleh keuntungan bersih Rp. 2,73,-. Perhitungan Net B/C dapat dilihat pada Lampiran 9.
21