ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MAKANAN RINGAN BERBASIS UBI KAYU DI KOTA PAYAKUMBUH Hidayat Raflis1), Nofialdi2), Ira Wahyuni Syarfi2) 1)
Staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Andalas email :
[email protected]
2)
Abstract The research aims to describe the profile of agro-based snack basicly made of cassava and to formulate the developing strategy in Payakumbuh. The method used in this research is survey method with descriptive approach using concepts of strategic management, with IE matrix analysis and SWOT matrix. The observations focused in four aspects of agro-industry, namely raw material procurement, production, marketing, and supporting institutions. The research had found that the cassava raw material derived from Payakumbuh and Limapuluh City consists of four kind of cassava known by the local as breadcassava (ubi roti), green cassava (ubi hijau), dumai cassava (ubi dumai), and black cassava (ubi hitam). The production process is still using simple technology, with the marketing target mostly outside of Payakumbuh. IE matrix analysis results indicates that the position of the agro-based snack of cassava in Payakumbuh currently are at on hold and maintain. Therefore, several formula strategies that can be used by its strategic objectives, which are: (1) Increasing the productivity, quantity and quality of agricultural products, thruenhancement of the quality and continuity of the cassava raw material. (2) Developing a commodity-based manufacturing industry in the regions; (a) By improving the quality of the product, and(b) Improving the quality of human resources in management and technology capabilities; (3) Developing an institutional farmers and marketing of the agricultural products;(a) Maximizing the sales rate along the main traffic lane of Payakumbuh-Pekanbaru, tourism object, and other strategic places and also increasing the business volume, (b) Doing market penetration and product development of the cassava agroindustry based, (c) Making promotions activity and advertisements on roads and strategic places, as well as the use of technology to promotethrough the internet and social media (applying the use of e-commerce),(4) Enhancing the role of capital institutions in developinga competitive local economy; (a) Cultivate and promote the cassava agro-based enterprise in an integrated way and strengthen market information networks in order to take advantage of trading opportunities between regions,(b) Creating a cassava-based agro-institutional actors in the form of a cooperative or similar association. Keyword : agroindustry, cassava, strategy, SWOT matrix
Pendahuluan Pembangunan pertanian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan nasional. Peningkatan kesejahteraan hidup petani, akan meningkatkan kesejahteraan hidup sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun demikian, pertanian tidak bisa selamanya menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja yang meningkat, karena luas lahan yang dapat diolah semakin terbatas. Menurut Soekartawi (2001), pembangunan agroindustri merupakan suatu pendekatan dari pembangunan pertanian, dimana agroindustri terbukti mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu untuk menyerap banyak tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa, serta mampu untuk mendorong tumbuhnya industri yang lain. Strategi pembangunan yang berwawasan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agroindustri merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian dan menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja, dan memperbaiki pembagian pendapatan. Pengembangan agroindustri tersebut membuka kesempatan pada industri kecil untuk lebih berkembang dan diberdayakan baik secara lokal, nasional maupun regional sehingga diharapkan menjadi motor penggerak bagi perekonomian daerah dan sekaligus sebagai pemasok bagi usaha besar. disamping peluang-peluang yang ada, dalam pengembangan agroindustri masih terdapat tantangan yang harus dipertimbangkan dan diatasi. Menurut Soekartawi (2001), beberapa permasalahan agroindustri di Indonesia antara lain adalah : 1) kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu, 2) kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri, 3) kurangnya fasilitas permodalan, 4) pemasaran, 5) lemahnya infrastriktur, 6) kurangnya perhatian terhadap penelitian dan pengembangan, 7) lemahnya keterkaitan industri hulu dan hilir, 8) mutu produk, dan 9) lemahnya enterpreneurship. Salah satu jenis agroindustri yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah agroindustri ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman umbi-umbian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat yang efisien, murah, dan dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, pengembangan ubi kayu memiliki peluang besar dalam mendukung upaya swasembada pangan yang dilakukan melalui usaha diversifikasi pangan. Disamping itu, terbuka pula usaha pengembangan agroindustri ubi kayu yang diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat pedesaan (Djaafar dan Rahayu, 2003). Payakumbuh merupakan salah satu dari tiga daerah di Sumatera Barat yang ditetapkan sebagai daerah pengembangan industri unggulan makanan ringan. Pada tahun 2011, Kota Payakumbuh memiliki 877 buah industri di bidang hasil pertanian, kimia dan kehutanan. Jenis industri terbanyak adalah dari jenis industri kerupuk dan sejenisnya sebanyak 240 unit usaha (lampiran 3). Industri kerupuk dan sejenisnya di KotaPayakumbuh sebagian besar terdiri dari industri keripik berbasis ubi kayu (67,92%). Sedangkan industri keripik talas, industri kerupuk berbasis ubi jalar, serta industri keripik pisang relatif masih sedikit diusahakan,
dengan persentase jumlah unit usaha masing-masing sebesar 19,17%, 5,83%, dan 7,08%. Industri makanan ringan berbasis ubi kayu telah lama ada di Kota Payakumbuh, bahkan telah menjadi kegiatan yang dilakukan secara turun temurun. Industri kerupuk secara umum, mampu menarik sekitar 1515 orang tenaga kerja pada tahun 2011. Walaupun telah mendapatkan pembinaan dari instansi terkait sepanjang tahun 2009 – 2011, ternyata industri ini belum mampu berkembang lebih baik. Hal ini terlihat dari jumlah pelaku industri untuk bidang industri ini cenderung tetap dalam rentang waktu tersebut. Padahal, letak kota Payakumbuh yang berada dijalur perlintasan utama Padang – Pekanbaru (Sumbar – Riau) merupakan suatu peluang yang harus dapat dimanfaatkan oleh industri untuk berkembang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan profil agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh, dan merumuskan strategi pengembangan agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Payakumbuh pada bulan September sampai Desember 2012. Kota Payakumbuh dipilih sebagai tempat penelitian karena Kota Payakumbuh merupakan salah satu daerah potensial bagi pengembangan komoditi pengolahan pangan makanan ringan berbasis ubi kayu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survei dengan pendekatan deskriptif menggunakan konsep-konsep manajemen strategi. Pendekatan ini dirasa mampu memusatkan diri pada pemecahan masalah aktual yang ada pada masa sekarang yang dilakukan melalui tahapan kegiatan yang meliputi pengumpulan data, menyusun data tersebut sehingga menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti sebagaimana adanya, menganalisis, interpretasi, dan membuat kesimpulan sehingga memberikan hasil yang mampu memenuhi tujuan yang ingin dicapai (Rianse, 2008). Penelitian ini menggunakan data primer berupa informasi dari informan kunci yang diperoleh dari wawancara serta data dari instansi terkait sebagai data sekunder. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Adapun variabel dan data yang diamati untuk masing-masing tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan agroindustri di wilayah kajian, maka variabel dan data yang diamati adalah, aspek bahan baku terdiri dari (a) aspek ketersediaan bahan baku, kualitas, biaya, dan organisasi/kelembagaan penyedia bahan baku; (b) Aspek operasional (proses produksi)terdiri dari aspek teknologi produksi, lokasi pabrik, manajemen, kemasan dan bahan penunjang; (c) aspek pasar, dilihat dari mekanisme pemasaran yang dilakukan, dengan menggunakan bauran pemasaran atau lebih dikenal dengan 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat/lokasi), dan promotion (promosi); kemudian (d) aspek atau subsistem penunjang yaitu seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi seluruh sistem agroindustri yaitu sarana prasarana pemerintah, dalam bentuk kebijakan serta program yang dilakukan oleh pemerintah Kota Payakumbuh dan/atau dinas yang terkait seperti Dinas
Koperindag & UMKM, Dinas Pertanian Tanaman Pangan serta Bappeda; lembaga penelitian dan pengembangan (perguruan tinggi); serta lembaga keuangan berupa Bank, Koperasi atau lembaga keuangan lainnya untuk masalah permodalan. 2. Untuk merumuskan strategi akan melalui 3 tahapan yaitu pertama tahap input, dimana variabel yang diamati adalah semua faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh. Kemudian kedua, tahap pencocokan, variabel yang dipakai adalah bobot dan rating dari masingmasing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).Dan ketiga, tahap pengambilan putusan strategi. Analisa deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mendeskripsikan profil agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh. Analisa deskriptif mampu menggambarkan fakta-fakta yang ada di lapangan yang terkait dengan agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Sedangkan untuk menjawab tujuan kedua,dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap yang pertama yaitu mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu. Tahap yang kedua yaitu tahap pencocokan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT.Faktor internal dalam penelitian ini adalah semua faktorfaktor strategis yang berada di dalam agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu, sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah semua faktor-faktor strategis yang berada di luar agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu yang tidak dapat dikendalikan oleh agroindustri di Kota Payakumbuh tersebut. Tahapan yang dilakukan dalam analisis Matriks IE yaitu a) mengidentifikasi faktor internal (Matriks IFE) dan eksternal (Matriks EFE); b) kemudian dilakukan penentuan bobot, rating dan skor masing-masing variabel; c) setelah itu dibuat analisa matriks IE untuk menentukan strategi yang sesuai dengan hasil penilaian yang dicocokan dengan matriks IE (David, 2004). Hasil identifikasi yang berasal dari matrik IFE dan EFE menggambarkan tingkat kepentingan dan pengaruh dari faktor-faktor strategis tersebut. Untuk memperkuat dalam pengambilan keputusan strategi juga dipergunakan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Dalam matriks SWOT faktor-faktor strategis tersebut akan disusun berdasarkan tingkat kepentingannya dan alternatifalternatif strategi yang dihasilkan sesuai dengan faktor-faktor strategis yang telah disusun berdasarkan kepentingan tersebut.Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT (David, 2004). Ada delapan tahapan penentuan strategi yang dibangun melalui matriks SWOT (David, 2004), tahapan tersebut adalah, (1) buat daftar peluang (opportunity) eksternal perusahaan, (2) buat daftar ancaman (threat) eksternal perusahaan, (3)buat daftar kekuatan kunci (strength) internal perusahaan, (4) buat daftar kelemahan kunci (weakness) internal perusahaan, (5) cocokan kekuatankekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi SO, (6) cocokan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WO, (7) cocokan kekuatankekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi ST, (8) cocokan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi WT. Perumusan strategi dan model kebijakan yang disusun dan direkomendasikan difokuskan pada beberapa permasalahan prioritas dari beberapa alternatif strategi yang telah diperoleh dari hasil analisa matriks IE dan matrik SWOT. Hasil dan Pembahasan 1) Bahan Baku Jenis ubi kayu yang digunakan dalam industri ini adalah jenis ubi roti dan ubi hijau. Pengadaan bahan baku ubi kayu umumnya dilakukan melalui pedagang pengumpul ubi kayu. Disamping itu, beberapa industri juga memiliki lahan yang disewa untuk menanam ubi kayu untuk memenuhi kebutuhannya terhadap bahan baku ubi kayu. Ubi kayu yang didapatkan melalui pedagang pengumpul, umumnya berasal dari Kabupaten Limapuluh Kota dan daerah Kota Payakumbuh. Rata-rata jumlah ubi kayu yang dibutuhkan oleh industri setiap harinya ada pada kisaran 250-750 kg. Bahan baku ubi kayu yang diperoleh dari pedagang pengumpul mempunyai 2 bentuk, mentah dan telah berbentuk tepung ubi kayu. Harga ubi kayu yang telah menjadi tepung relatif lebih tinggi Rp 500 bila dibandingkan dengan harga ubi kayu mentah yang pada saat penelitian ini dilakukan sebesar Rp 1.200. Tepung ubi ini nantinya digunakan untuk membuat berbagai jenis kerupuk dari ubi kayu seperti kerupuk lento dan karak kaliang. Baik petani ubi kayu ataupun pelaku industri pengolahan ubi kayu ini belum mempunyai organisasi atau lembaga yang menaungi mereka. Padahal, dengan adanya organisasi atau lembaga, pelaku industri dapat meningkatkan posisi tawar mereka baik terhadap pasar atau lembaga keuangan. 2) Manajemen Proses Industri pengolahan ubi kayu pada umumnya melakukan proses produksi 6 (enam) hari dalam seminggu yaitu dari hari Senin hingga Sabtu, sedangkan hari Minggu libur.Kegiatan proses produksi yang dilakukan dimulai dari pengupasan dan pencucian ubi sampai proses penggorengan dan pengemasan produk sehingga siap untuk dipasarkan. Pabrik atau lokasi produksi dari industri, umumnya berada pada lahan yang sama dengan tempat tinggal pemilik. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan milik pribadi atau milik keluarga secara turun temurun, selain lokasi tersebut berada di sentra produksi ubi kayu untuk daerah Payakumbuh. Semua industri makanan ringan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh mempunyai tenaga kerja kurang dari 20 orang (dikategorikan industri kecil). Sebagian tenaga kerja ini merupakan warga sekitar lokasi produksi,dan sebagian lagi datang dari daerah sekitar Payakumbuh. Tenaga kerja ini tergolong tenaga kerja tidak tetap yang bekerja dibagian produksi, dengan upah mingguan sebesar Rp 200-500 ribu.
Sedangkan untuk bagian keuangan dan pemasaran, tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dengan gaji bulanan berkisar antara Rp 1-1,5 juta. Untuk bagian keuangan ini, masih dipercayakan kepada tenaga kerja di dalam keluarga, karena bentuk industri yang masih tergolong industri kecil. 3) Pemasaran Hasil olahan ubi kayu yang diproduksi oleh industri pengolahan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh antara lain adalah sanjai, sanjai lidi, sanjai balado, kerupuk lento, karak kaliang, serta roda gandiang. Produk yang dijual dikemas dalam beberapa macam ukuran kemasan, antara lain kemasan 250 gr, 500 gr, 1 kg, serta kemasan 10 kg dan 50 kg. Khusus kemasan 10 kg dan 50 kg ini hanya dipasarkan untuk keluar daerah dimana konsumennya adalah usaha penjualan produk makanan ringan berbasis ubi kayu. Dalam memasarkan produknya, industri tidak terlepas dari permasalahan atau kendala. Adapun permasalahan tersebut antara lain tingginya tingkat persaingan antara industri sejenis dalam menetapkan harga untuk produk sejenis. Pesaing merupakan perusahaan lain yang menawarkan suatu produk yang merupakan suatu subsitusi dekat satu sama lain. Pesaing yang dihadapi oleh industri ini adalah industri sejenis yang terdapat di daerah lain seperti di Bukittinggi dan di Kabupaten Limapuluh Kota, serta di Kota Padang. Produk umumnya dipasarkan keluar daerah Payakumbuh, diantaranya ke Bukittinggi, Padang Panjang, Padang (Sumatera Barat), Riau, Jambi, Medan, bahkan sampai ke Jakarta, Surabaya serta Kuala Lumpur. Sedangkan penjualan di dalam kota Payakumbuh terbatas hanya pada outlet atau toko milik industri / usaha itu sendiri. Sedangkan industri skala rumah tangga yang tidak mempunyai outlet, industri ini biasanya telah mempunyai kerjasama dengan industri sejenis yang ada di Kota Payakumbuh, Bukittinggi hingga Padang dalam memasarkan produknya. Dimana produk yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut diberi label dan kemasan sesuai dengan standar industri atau toko yang telah bekerjasama dengannya tadi. Metode pemasaran yang dilakukan oleh industri berlaku umum untuk semua industri yang ada di Payakumbuh, yaitu dengan cara langsung dan melalui pedagang pengecer.Pedagang pengecer umumnya berasal dari luar kota, dengan sistem pembayaran dapat berupa tunai, kredit yang ditagih setiap minggu atau bulannya, atau sistem konsinyasi sesuai kesepakatan dengan industri. Masalah yang cukup sering terjadi adalah tidak tepat waktunya pedagang pengecer dalam membayar hutang sehingga berakibat pada berkurangnya modal kerja industri untuk berproduksi. Kemudian, bagi industri yang menjual produknya ke luar Sumatera, masalah jasa pengiriman barang juga sering menjadi masalah.Keterlambatan barang sampai ditujuan hingga kerusakan pada paket yang terjadi selama pengiriman merupakan permasalahan yang kadang harus dihadapi oleh industri. Kota Payakumbuh memiliki 5 (lima) stasiun radio swasta, 1 (satu) buah stasiun televisi lokal serta 1 (satu) buah suratkabar lokal mingguan dimana semua radio swasta dan televisi lokal tersebut memiliki jangkauan siaran yang cukup luas hingga ke daerah Kabupaten Limapuluh Kota. Industri yang telah memasarkan produknya hingga ke luar pulau Sumatera, lebih cendrung untuk melakukan promosi dengan memanfaatkan media massa seperti dengan
memasang iklan di surat kabar, radio, serta membuat video komersial di televisi lokal (Payakumbuh). Cara-cara promosi tersebut, menurut informasi dari pelaku industri,mampu meningkatkan penjualan,karena hal tersebut sekaligus membuat mereka lebih dikenal dan lebih mudah diingat oleh para konsumennya. Namun begitu, belum semua industri merasa perlu dan mampu untuk mempromosikan usahanya di media tadi. Selain faktor biaya yang harus dikeluarkan per tayangan atau tampilan iklan, skala produksi dari industri juga membuat para produsen belum berniat untuk beriklan melalui media massa. 4) Lembaga Penunjang Pemerintah Kota Payakumbuh selalu menjaga kualitas dari sarana dan prasana umum untuk memberikan kenyamanan bagi para wisatawan tersebut. Selain itu, kondisi transportasi dan komunikasi sepanjang jalur tersebut juga ikut menjadi perhatian pemerintah agar selalu berjalan lancar. Pada akhirnya, semua hal tersebut bertujuan untuk mendukung semua potensi yang ada Kota Payakumbuh agar lebih maju dan berkembang, yang mana salah satu potensi tersebut adalah produk industri makanan ringan berbasis ubi kayu. Disamping itu, dalam rangka memajukan industri ini, pemerintah terkadang juga mengikutkan produk-produk dari industri pengolahan ubi kayu ini pada kegiatan pameran yang diikuti oleh Pemerintah Kota Payakumbuh, baik di dalam kota Payakumbuh, di tingkat Provinsi Sumatera Barat,dan di luar negeri seperti Malaysia.Selain itu, pemerintah kota melalui dinas terkait juga memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan peningkatan manajemen industri kecil, pengurusan sertifikat halal, serta bantuan alat dan mesin produksi. Pengembangkan industri ini juga ditunjang oleh kegiatan penyuluhan industri yang secara rutin dilakukan oleh Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Dinas Koperindag dan UMKM. Lembaga penelitian dan pengembangan yang terkait dengan agroindustri makanan ringan berbasis ubikayu diperlukan untuk memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas produk dan teknologi pengolahan. Penelitian juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas ubi kayu yang diperlukan sebagai bahan baku agroindustri makanan ringan berbasis ubikayu. Di sekitar Kota Payakumbuh, terdapat dua perguruan tinggi yang memiliki hubungan dengan bidang UMKM dan pertanian yaitu Fakultas Pertanian UMSB dan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh yang berada di Kabupaten Limapuluh Kota. Namun industri pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh belum optimal memanfaatkannya sebagai mitra dalam pengembangan usahanya. Selain itu, di Kota Payakumbuh terdapat sejumlah bank BUMN dan swasta diantaranya BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Nagari, dan CIMB Niaga. Namun, peran lembaga keuangan untuk industri kecil pada umumnya dan industri pengolahan makanan ringan berbasis ubikayu di Kota Payakumbuh khususnya, sangat kecil, hanya sebatas bantuan penyaluran kredit modal kerja. Padahal selama ini diketahui bahwa UMKM, dalam hal ini industri pengolahan makanan ringan berbasis ubikayu, selalu lemah dalam permodalan (Elviati, 2007). 5) Matrik IE
Berdasarkan analisis faktor internal, dapat diketahui bahwa pengembangan agroindustri makanan ringan di Kota Payakumbuh berada pada posisi internal yang sedang/menengah dalam mengatasi kelemahannya dengan memanfaatkan kekuatan yang ada (nilai 2,68). Dimana kekuatan utama agroindustri makanan ringan berbasis ubikayu di Kota Payakumbuh adalah jenis ubi yang ditanam cocok untuk digunakan sebagai bahan baku agroindustri ubi kayu, industri umumnya berada di sentra budidaya ubikayu, modal usaha yang sebagian besarnya adalah modal sendiri, serta kios/outlet penjualan yang mudah diakses konsumen. Sedangkan kelemahan-kelemahan utamanya adalah belum dilakukannya pengolahan limbah oleh industri tersebut, serta belum optimalnya industri dalam memanfaatkan perguruan tinggi dan lembaga keuangan yang ada di sekitar Kota Payakumbuh untuk bekerjasama dalam pengembangan produk serta untuk meningkatkan modal usaha. Sedangkan dari analisis faktor eksternalnya diperoleh nilai 2,63, dimana hal ini menunjukkan bahwa agroindustri makanan ringan berbasis ubikayu di Kota Payakumbuh memberikan respon yang tergolong sedang terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif dari ancaman eksternal untuk pengembangan agroindustri makanan ringan berbasis ubikayu di Kota Payakumbuh. Peluang utama agroindustri makanan ringan berbasis ubikayu di Kota Payakumbuh adalah adanya teknologi modern untuk pengolahan ubikayu, adanya bantuan pemerintah untuk mempromosikan produk dari UMKM, kualitas sarana dan prasarana umum yang bagus, dan harga jual pesaing di luar daerah yang lebih tinggi. Sedangkan ancaman utama adalah banyaknya industri sejenis di Kabupaten Limapuluh Kota serta Kota Bukittinggi. 6) Matrik SWOT INTERNAL
EKSTERNAL
Peluang (O) 1. Selain di Kota Payakumbuh, ubi kayu juga terdapat di daerah sekitarnya seperti di Kecamatan Akabiluru (Kab Limapuluh Kota) dan Kecamatan Baso (Kab. Agam) 2. Tersedianya teknologi modern untuk pengolahan ubi kayu 3. Pesaing di luar daerah dengan merk lebih terkenal menetapkan harga yang lebih tinggi 4. Bantuan promosi oleh pemda ke
Kekuatan (S) 1 Jenis ubi kayu yang digunakan adalah ubi hitam dan ubi roti, yang mana cocok digunakan sebagai bahan baku produksi makanan ringan khas daerah ini 2. Ada kegiatan produksi yang telah menggunakan teknologi seperti sealer untuk kemasan 3. Adanya variasi dan inovasi dari produk akhir ubi kayu 4. Tanah dan bangunan pabrik merupakan milik sendiri 5. Industri berada di sentra bahan baku 6. Modal usaha sebagian besar merupakan modal sendiri 7. Tenaga kerja masyarakat sekitar lokasi usaha 8. Bahan penunjang (bumbu, kemasan plastik, dll) mudah didapatkan di pasar Payakumbuh 9. Legalitas perijinan produk sudah menggunakan ijin dari Depkes untuk Produk – Industri Rumah Tangga (P-IRT) 10. Kios/outlet penjualan berada di lokasi strategis yang mudah di akses konsumen 11. Penyuluhan industri dilakukan sebulan sekali
Strategi S-O 1. Meningkatkan kualitas dan kontinuitas bahan baku ubi kayu (S1,S2,S4,S5,S6,S7,S8,S9,S11,S12; O1,O2,O3,O4,O7) 2. Memaksimalkan penjualan disepanjang jalur lalu lintas utama Payakumbuh-Pekanbaru, objek wisata, dan tempattempat strategis lainnya dan meningkatkan volume usaha (S4,S8,S9,S10; O1,O3)
Kelemahan (W) 1. Industri sangat tergantung dengan pemasok ubi kayu 2. Lahan tanaman ubi kayu juga digunakan secara bergilir untuk tanaman pangan lainnya 3. Industri hanya menerima harga yang ditawarkan pemasok ubi kayu 4. Belum ada kelembagaan dari petani ubi kayu di kota Payakumbuh 5. Industri belum melakukan pengolahan limbah 6. Bentuk kemasan yang digunakan masih sederhana, berbentuk kemasan plastik makanan umumnya 7.Pemasaran ke luar daerah Sumatera Barat belum berkembang 8. Iklan belum maksimal 9. Informasi pasar tujuan belum merata dimiliki industri 10. Industri belum optimal memanfaatkan perguruan tinggi yang ada untuk pengembangan usahanya 11. Belum mengoptimalkan lembaga keuangan untuk meningkatkan modal usaha Strategi W-O 1. Membuat promosi dan iklan-iklan di jalan-jalan dan tempat-tempat strategis, serta memanfaatkan teknologi dengan berpromosi melalui internet dan media sosial (menerapkan penggunaan e-commerce) (W7,W8,W10,W11; O3,T4,T6) 2. Pembinaan dan pengembangan usaha agroindustri berbasis ubi kayu secara terpadu serta memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaatkan peluang perdagangan antar daerah (W4,W7,W9,W10,W11; O3,O4,O6)
luar daerah 5. Kualitas sarana prasarana umum bagus 6. Terdapat beberapa perguruan tinggi di Payakumbuh 7. Terdapat lembaga keuangan seperti bank dan koperasi di Kota Payakumbuh Ancaman (T) 1. Ubi kayu dibutuhkan oleh industri sejenis diluar Kota Payakumbuh 2. Ubi lambau, ubi yang dianggap paling cocok dijadikan bahan baku keripik, semakin berkurang ketersediaannya 3. Peraturan pemko Payakumbuh tentang RTRW 4. Pesaing telah memiliki kemasan untuk produk dibawa jauh atau sebagai oleh-oleh 5. Industri sejenis banyak terdapat di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Bukittinggi 6. Adanya produk subsitusi 7. Tingkat suku bunga pinjaman cukup tinggi
Strategi S-T 1. Meningkatkan kualitas produk (S1,S2,S3,S4,S5,S6,S8,S9;T1,T2,T4,T5,T6) 2. Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis ubikayu (S1,S3,S5,S6,S8;T1,T2,T4,T5,T6)
Strategi W-T 1. Meningkatkan kualitas SDM dalam kemampuan manajemen dan teknologi (W4,W5,W6,W10; T3,T5,T6) 2. Menciptakan kelembagaan pelaku agroindustri berbasis ubikayu dalam bentuk koperasi atau perkumpulan sejenis (W1,W2,W3,W4; T1,T4,T5,T6,T7)
Kesimpulan Berdasarkan analisis matrik IE diketahui bahwa agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu di Kota Payakumbuh berada pada posisi hold and maintain, yang kemudian melalui analisis SWOT didapatkan strategi pengembangan agroindustri makanan ringan berbasis ubi kayu yang cocok digunakan berdasarkan tujuan strategisnyaadalah untuk,(1) Meningkatkan produktifitas, kuantitas dan kualitas hasil pertanian, yaitu Meningkatkan kualitas dan kontinuitas bahan baku ubi kayu. (2) Mengembangkan industri pengolahan berbasis komoditi unggulan daerah; (a) Meningkatkan kualitas produk, dan (b) Meningkatkan kualitas SDM dalam kemampuan manajemen dan teknologi; (3)Mengembangkan kelembagaan petani dan pemasaran hasil pertanian; (a) Memaksimalkan penjualan disepanjang jalur lalu lintas utama PayakumbuhPekanbaru, objek wisata, dan tempat-tempat strategis lainnya dan meningkatkan volume usaha, (b)Penetrasi pasar dan pengembangan produk agroindustri berbasis ubikayu, (c) Membuat promosi dan iklan-iklan di jalan-jalan dan tempat-tempat strategis, serta memanfaatkan teknologi dengan berpromosi melalui internet dan media sosial (menerapkan penggunaan e-commerce). (4) Meningkatkan peran kelembagaan dan permodalan dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing; (a) Pembinaan dan pengembangan usaha agroindustri berbasis ubi kayu secara terpadu serta memperkuat jaringan informasi pasar guna memanfaatkan peluang perdagangan antar daerah, (b) Menciptakan kelembagaan pelaku agroindustri berbasis ubikayu dalam bentuk koperasi atau perkumpulan sejenis. Daftar Pustaka David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi Ketujuh. Alih Bahasa Alexander Sindoro. Prentice Hall Inc. Djaafar, Titiek dan Siti Rahayu. 2003. Ubi Kayu dan Olahannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Elviati, 2007. Analisis Pemupukan Modal Untuk Pengembangan Usaha Pada Industri Kecil Makanan Spesifik di Kota Payakumbuh. Tesis Pascasarjana Unand. Padang. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Alfabeta. Bandung. Soekartawi. 1996. Pembangunan Pertanian. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.