FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
KAJIAN OBJEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR RUMAH JOGLO PONOROGO RACHMAT RAMADHAN 0851010011
11
BAB 1 PEMBAHASAN UMUM
Ponorogo adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak pada koordinat 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km². Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah (lebih tepatnya 200 km dari kota Surabaya). Kondisi iklim Ponorogo sama seperti iklim indonesia pada umumnya, yaitu iklim tropis lembab. Sehingga kendala yang muncul adalah temperatur udara yang tinggi sepanjang tahun dan kelembapan udara yang relatif tinggi pula sepanjang tahun. Dari kondisi iklim tersebut maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar bangunan tercapai kenyamanannya: 1. Orientasi bangunan terhadap mata angin mempengaruhi perletakan bukaan, karena sinar dan panas matahari dapat langsung masuk kedalam bangunan melalui lubanglubang dinding tersebut, sekaligus dapat menaikkan suhu di dalam bangunan. Selain itu orientasi dapat pula digunakan untuk menentukan besarnya aliran udara pada suatu tempat dan memanfaatkannya sebagai penetralisir kelembapan udara di dalam bangunan. 2. Isolasi terhadap panas, hujan dan partikel-partikel yang dibawa oleh angin. Atap harus dapat menahan hujan dan masuknya panas matahari kedalam bangunan. 3. Proses pembayangan adalah upaya mematahkan sinar matahari yang masuk kedalam bangunan, karena sinar matahari memiliki sifat membawa serta panas matahari. 4. Tanaman dapat digunakan sebagai filter debu, penahan dari derasnya aliran angin dan kebisingan suara, selain itu juga dapat menciptakan pembayangan. 5. Sistem ventilasi atap dapat mengurangi panas matahari yang masuk ke dalam bangunan.
Arsitektur Jawa terdiri dari 4 (empat) tipe, yaitu tajug, joglo, limasan dan kampung. Perbedaan tersebut dapat kita lihat pada gambar 1.1.
tajug
joglo
limasan
kampung
Gambar 1.1. Tipe bentuk bangunan Jawa berdasarkan Kawruh Kalang R. sosrowiryatmo
BAB 2 ELEMEN ARSITEKTURAL
Pada joglo Ponorogo adalah hasil proses transformasi dari rumah joglo di Jawa pada umumnya, transformasi hanya pada bagian soko guru saja.
Gambar 2.1. Proses transformasi rumah Jawa
Kehadiran sektor penanggap dan emper tidak ada ketentuan, kehadirannya hanya sebagai “penanggap” (menanggapi) soko guru, letaknya dapat disekeliling soko guru, pada bagian depan dan belakang saja dan lain sebagainya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk proporsi dan pengukuran soko guru pada rumah joglo Ponorogo adalah sebagai berikut: a. Molo “joglo Ponoragan” panjangnya adalah ½ panjang blandar panyelak dan dapat dikurangi atau dilebihkan sepanjang kurang dari ukuran keliling gelagar molo tersebut. b. Ketinggian soko guru “joglo ponoragan” adalah kurang dari diagonal dalam midhangan, kurangnya adalah tidak melebihi dari ukuran keliling gelagar soko guru. c. Panjang dudur”joglo ponoragan” adalah sama dengan panjang soko guru beserta purus-nya, ditambah atau dikurangi maksimal sepanjang ukuran keliling gelagar soko guru.
Gambar 2.2. Seko guru
Untuk mengatasi pengaruh iklim pada rumah joglo Ponorogo ada beberapa parameter yaitu sebagai berikut: Orientasi rumah joglo Ponorogo selalu menghadap kearah utara atau selatan. Sedangkan untuk arah memanjang (molo) membujur kearah timur dan barat, sehingga bagian yang memanjang sedikit terkena sinar matahari, sekaligus dapat menerima tiupan angin lebih banyak. Hal ini sesuai dengan penyelesaian terhadap pengaruh iklim. Penyekat untuk di ruang pendopo bagian yang menuju kearah depan penyekatnya terbuat dari kayu yang dapat dibongkar pasang, sedangkan yang disamping kanan dan kiri terbuat dari pasangn batu bata 1,5 bata. Penahan terik matahari langsung diterima oleh atap yang terbuat dari bahan genteng, melalui celah-celah sinar matahari dapat masuk sehingga dapat menghangatkan ruangan pada pagi hari, namun ketika mulai siang ruangan akan terasa panas karena tidak adanya plafon kecuali pada soko guru saja. Pemanfaatan latar (halaman) sebagai ruang terbuka dapat digunakan untuk menanam beraneka tumbuhan pelindung, perdu, tanaman obat, maupun tanaman produksi.
BAB 3 KARAKTERISTIK BENTUK DAN RUANG ARSITEKTURAL
Rumah joglo Ponorogo memiliki perbedaan dengan joglo Jawa Timur lainnya, yaitu menjulangnya sektor “gajah” yang seakan-akan menggapai awan sehingga menampakkan kemegahannya, seperti yang terlihat pada gambar 2.1.
Gambar 3.1. Rumah joglo Ponorogo
Sedangkan pada bagian tengah terdapat sebuah bidang yang seakan memisahkan antara bagian bawah dan bagian atap, hal tersebut merupakan ciri khas rumah joglo ini, dan bagian bawah akan terkesan sangat lebar, hal ini juga berkaitan dengan kebudayaan masyarakat Jawa Timur yang sangat menjaga tali silaturahmi, dan biasanya di dalam rumah joglo terdapat kursi yang sangat panjang yang dapat berisikan beberapa puluh orang sekaligus.
Gambar 3.2. Bagian dalam
Terdapat beberapa tipe susunan ruang pada rumah joglo Ponorogo, yang mana susunannya sangat bervariasi, demikian juga dengan hadirnya langgar, regol dan sebagainya. Secara umum susunannya dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah.
Gambar 3.3. Posisi rangkaian ruang rumah joglo Ponorogo
Namun pada saat ini beberapa jenis ruang seperti langgar , lumbung dan regol sudah sangat jarang ditemui keberadaannya, hal ini dikarenakan kehadiran ruang-ruang tersebut sudah tidak berfungsi seperti seharusnya.
Gambar 3.4. Gambar langgar, lumbung dan regol
Menjulangnya sektor “gajah” seakan-akan akan menggapai awan, menampakan kemegahannya. Sedangkan sektor pananggapnya mengembang ke bawah sehingga menimbulkan ruang yang “ayom” melingkupi. Hubungan antara sektor “brunjung” dan “pananggap” menggambarkan jiwa pemiliknya yang mempunyai ikatan dengan yang mahakuasa dan manusia. Ruang yang terbentuk oleh megahnya bentuk joglo juga terasa di dalam ruang yang dibentuknya, dua kolom yang menjulang tinggi menyangga “midangan” sebagai atap gajah. Midangan dibentuk sedemikian rupa dengan menghadirkan tumpangsari yang jumlahnya melambangkan kekayaan duniawi. Demikian juga dengan hadirnya ukiran di dada peksi yang menggunakan warna dasar alami menambah megahnya sektor ini.
Gambar 3.5. Rumah joglo Ponorogo
Gambar 3.6. Midangan