e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
PENGARUH NORMA SUBYEKTIF, SIKAP PADA PERILAKU, PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP NIAT MELAKUKAN PENGUNGKAPAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING) (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Program S1 dan Program D3 Universitas Pendidikan Ganesha) 1Kadek 1Edy
Shintya Rahayu Dewi Damayanthi Sujana, 2Nyoman Trisna Herawati
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel norma subyektif, sikap pada perilaku, dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) pada mahasiswa akuntansi program S1 dan program D3 Universitas Pendidikan Ganesha. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode kuantitatif dan menggunakan teknik kuesioner yang merupakan daftar pernyataan terstruktur. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi program S1 dan program D3 angkatan 2014 yang berjumlah 371 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik probability sampling, yaitu propostionate stratified random sampling dan didapat jumlah responden sebanyak 79. Analisis data penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS versi 22.0. Hasil penelitian secara parsial membuktikan bahwa, variabel norma subyektif, sikap pada perilaku, dan persepsi kontrol perilaku mempengaruhi niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) dengan hasil thitung masing-masing sebesar 2,806 dengan tingkat signifikansi 0,006, 2,217 dengan tingkat signifikansi 0,030 dan 5,365 dengan tingkat signifikansi 0,000 . Secara simultan ketiga variabel bebas pada penelitian ini mempengaruhi variabel terikat dengan hasil F hitung sebesar 37,988 dengan tingkat signifikansi 0,000. Kata Kunci: Norma Subyektif, Sikap pada Perilaku, Persepsi Kontrol Perilaku, Niat Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing). Abstract This study aimed at knowing the effect of variables subjective norm, attitude on behavior, and perception of behavioral control toward intention of doing fraud disclosure (whistleblowing) on accounting students of S1 and D3 program of Ganesha University of Education. This study used primary data with a quantitative method using questionnaire technique, a list of structured statements. The population in this study were accounting students of S1 and D3 program period 2014 as many as 371 people. The sample was taken by using probability sampling technique, that was propostionate stratified random sampling, and got the number of respondents as many as 79. The data were analyzed by multiple linear regression analysis by using SPSS program version 22.0. The result of this research partially proved that the variables of subjective norm, attitude on behavior, and perception of behavior control had an effect on the intention of do fraud disclosure (whistleblowing) with the result of tcount each 2,806 with significance
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) level 0,006, 2,217 with significance level 0,030 and 5,365 with significance level 0,000. Simultaneously, the three independent variables in this study affect the dependent variable with the Fcount with a result of of 37.988 with a significance level of 0.000. Keywords: subjective norm, attitude on behavior, perception of behavioral control, fraud fraud disclosure (whistleblowing).
PENDAHULUAN Whistleblowing selama ini semakin mencuat karena berperan besar dalam penyelesaian kasus-kasus kecurangan yang terjadi di sektor pemerintahan maupun sektor swasta. Maraknya kasus korupsi dan praktik-praktik kecurangan yang selama ini terekspos oleh pers, telah menarik perhatian yang besar karena beberapa ditemukan kasus kecurangan yang pada akhirnya terbongkar berkat peran aktif whistleblower. Kecurangan yang sering terjadi di perusahaan maupun lembaga pemerintahan adalah kecurangan akuntansi (fraud accounting). Kecurangan akuntansi merupakan bentuk kecurangan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Dari kasus-kasus kecurangan baik di luar maupun dalam negeri, menyebabkan profesionalisme dan perilaku etis profesi akuntan begitu juga independensi auditor internal maupun eksternal dalam melaksanakan tugasnya dipertanyakan dan diragukan oleh masyarakat (Sweeney dan Pierce, 2009). Sehingga dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat dan salah satu cara mencegah kecurangan akuntansi adalah dengan melakukan whistleblowing (Merdikawati, 2012). Whistleblowing merupakan pelaksanaan yang efektif dilakukan dalam pengungkapan kasus kecurangan (Sweeney, 2008). Pernyataan tersebut selaras dengan studi dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), yaitu upaya pendeteksian awal adanya kecurangan lebih efektif apabila entitas memanfaatkan whistleblower. Dalam melakukan whistleblowing bukanlah sesuatu perkara mudah dalam pratiknya karena diperlukan keberanian yang sangat besar untuk mengungkap kecurangan yang terjadi. Begitu juga resiko
yang mungkin harus ditanggung oleh whistleblower, antara lain: keamanan pekerjaan (pemecatan) dan mendapatkan teror dari oknum-oknum yang tidak menyukai keberadaaanya setelah melakukan whistleblowing, hal-hal lainnya seperti pengucilan di tempat kerja, fitnah, bullying dan lain sebagainya. Selain itu, di satu sisi mereka akan dianggap sebagai pengkhianat perusahaan karena telah mengungkap “sisi gelap” perusahaan. Di satu sisi lainnya whistleblower akan dianggap sebagai pahlawan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sehingga ketika seseorang melakukan tindakan yang tidak etis, mereka akan mengungkapkan tindakan tersebut sekalipun yang melakukannya adalah teman maupun atasannya di perusahaan tempatnya bekerja. Dampak yang bertentangan tersebut menyebabkan calon whistleblower mengalami dilema dalam menentukan niat whistleblowing itu sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu alasan yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti niat individu untuk mengungkapkan kecurangan. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Fishbein dan Ajzen. Dalam Theory of Reasoned Action (TRA) dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama, yaitu norma subyektif dan sikap pada perilaku, sedangkan dalam Theory of Planned Behavior ditambahkan satu faktor lagi yaitu persepsi kontol perilaku (Ajzen, 2010). Theory of Planned Behavior menjelaskan mengenai perilaku yang dilakukan individu timbul karena adanya niat dari individu tersebut untuk berperilaku dan niat individu disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal dari individu tersebut.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa persepsi memiliki pengaruh positif terhadap niat dan perilaku melakukan suatu tindakan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Suryono (2014) memberikan bukti bahwa norma subyektif berpengaruh pada intensi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk melakukan pengungkapan kecurangan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikemukakan: H1: Norma Subyektif pada Whistleblowing Berpengaruh terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing). Ajzen dan Fishbein (2010) menjelaskan dalam konteks sikap terhadap perilaku, keyakinan yang paling kuat (salient beliefs) menghubungkan perilaku untuk mencapai hasil yang berharga baik positif atau negatif. Sikap pada perilaku yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan dipilih individu untuk berperilaku dalam kehidupannya. Secara umum, seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu yang diyakini dapat memberikan hasil positif (sikap yang menguntungkan), dibandingkan melakukan perilaku yang diyakin dapat memberikan hasil negatif (sikap yang tidak menguntungkan). Keyakinan yang mendasari sikap seseorang terhadap perilaku ini disebut dengan keyakinan perilaku (behavioural beliefs). Selain itu, faktor kedua yang menentukan sikap adalah evaluasi hasil (outcome evaluation). Evaluasi hasil yang dimaksud ialah pertimbangan pribadi bahwa konsekuensi atas perilaku yang diambil itu disukai atau tidak disukai. Konsekuensi yang disukai atas tindakan perilaku tertentu, cenderung meningkatkan intensi seseorang untuk melakukan perilaku tersebut (Trongmateerut dan Sweeney, 2012). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yobapritika (2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara sikap dengan intensi niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan: H2: Sikap pada Perilaku Berpengaruh terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing). Seseorang akan memilki niat untuk melakukan suatu perilaku ketika mereka
memiliki persepsi bahwa perilaku tersebut mudah untuk ditunjukkan atau dilakukan, karena adanya hal-hal yang mendukung perilaku tersebut. Sehingga persepsi kontrol perilaku ini seseorang merasa yakin jika persepsi yang dimilikinya adalah hasil kontrol terhadap dirinya sendiri mengenai persepsi perilaku tersebut. Penelitian yang dilakukan Sulistimo (2009) menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap niat whistleblowing pada mahasiswa akuntansi UGM dan Undip.. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan: H3: Persepsi Kontrol Perilaku Berpengaruh Terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing). Whistleblowing bukanlah perkara mudah untuk dilakukan karena adanya resiko positif maupun resiko negatif yang akan dihadapi whistleblower sehingga diperlukan keberanian dan niat untuk melakukan hal tersebut. Menurut Jogiyanto (2007:29), niat didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Niat merupakan topik yang penting terutama dalam hubungannya dengan prediksi tingkah laku. Individu akan melakukan suatu tingkah laku hanya jika ia benarbenar ingin melakukannya, untuk itu individu tersebut membentuk niat. Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB), niat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu norma subyektif, sikap pada perilaku, dan persepsi kontrol perilaku.Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi norma subyektif, semakin positif sikap pada perilaku, dan semakin besar persepsi kontrol peilaku maka semakin tinggi pula niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Oleh karena itu, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H4: Norma Subyektif, Sikap Pada Perilaku, dan Persepsi Kontrol Perilaku Berpengaruh Terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) METODE Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang berbentuk asosiatif. Sugiyono (2010:13) menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif adalah metode yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) digunakan untuk meneliti populasi dan sampel tertentu yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian asosiatif adalah dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dan populasi yang akan diuji melalui hubungan variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha yaitu jurusan Akuntansi Program S1 dan Akuntansi Program D3. Teknik penarikan sampel adalah menggunakan probability sampling, yaitu propostionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan karena populasinya tidak homogen, mengacu pada pendapat Sugiyono (2010:82). Sampel didapatkan dengan menggunakan rumus slovin (Husein Umar, 2008:67) yaitu sebanyak 79 yang terdiri dari 67 mahasiswa Akuntansi Program S1 dan 10 mahasiswa Akuntansi Program D3. Data penelitian akan dikumpulkan menggunakan kuesioner yang kemudian diolah dengan menggunakan uji statistik, yaitu (1) Uji Statistik Deskripstif; (2) Uji Kualitas Data: Uji Validitas dan Uji Reliabilitas; (3) Uji Asumsi Klasik: Uji Normalitas, Uji Multikolonieritas, dan Uji Heteroskedastisitas; (4) Uji Hipotesis: Analisis Regresi Linear Berganda, Uji Statistik t dan Uji Statistik F. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji kualitas data menunjukkan bahwa data memiliki rhitung > nilai rtabel dengan rtabel sebesar 0,224 yang tingkat signifikansinya 0,05 sehingga seluruh butir pernyataan valid dan reliabel dengan nilai Alpha Cronbroach lebih besar 0,60. Uji asumsi klasik pada penilitian ini menggunakan tiga cara yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas. Pengujian normalitas data menggunakan uji dengan grafik dan didukung dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji dengan grafik menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Begitu juga hasil uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai Signifikan sebesar 0,200 lebih besar 0,05 sehingga residual data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan pengujian normalitas yang digunakan tersebut dapat dikatakan bahwa norma subyektif, sikap pada perilaku, persepsi kontrol perilaku, dan niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) memiliki sebaran data yang berdistribusi normal. Hasil Uji Multikolonieritas menunjukkan bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel bebas lebih rendah dari 10 yaitu X1 sebesar 0,614; X2 sebesar 0,623; dan X3 sebesar 0,694. Selain itu, nilai Tolerance lebih dari 0,1 yaitu X1 sebesar 1,628; X2 sebesar 1,606; dan X3 sebesar 1,441. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel norma subyektif, sikap pada perilaku dan persepsi kontrol perilaku tidak terdapat multikolonieritas. Uji asumsi klasik yang terakhir adalah uji heteroskedastisitas untuk menguji dalam model regresi tersebut terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas maka digunakan uji grafik scatter plot dan uji glejser. Hail uji heteroskedastisitas dilakukan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) didapatkan hasil bahwa tidak ada pola tertentu yang terbentuk. Hasil pengujian Heteroskedastisitas dengan uji glejser terhadap masing-masing variabel independen diperoleh (Sig-t) lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada masing-masing variabel independen. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah analisis regresi linear berganda yang bertujuan mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang mempunyai hubungan dengan variabel moderasi. Hasil analisis dapat dilihat sebagai berikut:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model T Sig. B Std. Error Beta (Constant) -2,381 1,369 -1,740 0,086 Norma Subyektif (X1) 0,311 0,111 0,262 2,806 0,006 Sikap Pada Perilaku (X2) 0,201 0,091 0,205 2,217 0,030 Persepsi Kontrol Perilaku 0,205 0,038 0,471 5365 0,000 (X3) a. Dependent Variable: Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) (Y) Sumber : Output SPSS 22 (2017) Sehingga dari tabel 1 di atas didapat persamaan Y = -2,381 + 0,311X1 + 0,201X2 + 0,205X3 yang menunjukkan bahwa Nilai konstanta sebesar -2,381 menyatakan bahwa jika variabel independen norma subyektif (X1), sikap pada perilaku (X2), dan persepsi kontrol perilaku (X3) dianggap nol maka variabel dependen niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) (Y) adalah sebesar -2,381. Koefisien regresi norma subyektif (X1) sebesar 0,311 berarti apabila terdapat penambahan norma subyektif sebesar satu satuan, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) (Y) meningkat sebesar 0,311. Koefisien regresi sikap pada perilaku (X2) sebesar 0,201 berarti apabila terdapat penambahan sikap pada perilaku sebesar
satu satuan, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,201. Koefisien regresi persepsi kontrol perilaku (X3) sebesar 0,205 berarti apabila terdapat penambahan persepsi kontrol perilaku sebesar satu satuan, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,205. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji koefisien determinasi yang memiliki tujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011) Hasil perhitungan Adjusted R2 dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a 1 0,781 0,610 0,594 1,292 a. Predictors: (Constant), Persepsi Kontrol Perilaku, Sikap Pada Perilaku, Norma Subyektif b. Dependent Variable: Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) Sumber: Output SPSS 22 (2017) Berdasarkan tabel 2 menunujukkan bahwa hasil analisis koefisien determinasi dapat terlihat dari Adjusted R Square sebesar 0,594. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi norma subyektif, sikap pada perilaku, dan persepsi kontrol perilaku sebesar 0,594 yang Dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel-variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya adalah sebesar 59,4%, sedangkan sebesar 40,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya
yang tidak diuji dalam penelitian ini. Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan kriteria jika probabilitas lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika probabilitas kurang 0,05 maka hipotesis diterima. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Tabel 3 Hasil Uji t (Signifikansi Parsial)
Model
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients T Sig. B Std. Error Beta -2,381 1,369 -1,740 0,086 0,311 0,111 0,262 2,806 0,006 0,201 0,091 0,205 2,217 0,030
(Constant) Norma Subyektif (X1) Sikap Pada Perilaku (X2) Persepsi Kontrol Perilaku 0,205 0,038 0,471 5365 0,000 (X3) a. Dependent Variable: Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) (Y) Sumber: Output SPSS 22 (2017) signifikansi yaitu 0,000. Karena signifikansi Nilai t tabel untuk = 0.05 dan n = atau probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 77 adalah 1,993. Berdasarkan hasil uji dan perbandingan antara thitung dan ttabel statistik t pada Tabel 3, Norma Subyektif diperoleh hasil thitung > ttabel atau 5,365 > diperoleh hasil yaitu sebesar 2,806 dengan 1,993 yang berarti H3 diterima. Dari signifikansi yaitu 0,006. Karena signifikansi persamaan regresi menunjukkan koefisien atau probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 Persepsi Kontrol Perilaku bernilai positif dan perbandingan antara thitung dan ttabel yang berarti terdapat pengaruh positif diperoleh hasil thitung > ttabel atau 2,806 > (searah) antara Persepsi Kontrol Perilaku 1,993 yang berarti Ha diterima. Dari dengan Niat Melakukan Pengungkapan persamaan regresi menunjukkan koefisien Kecurangan (Whisteblowing). Jadi dapat Norma Subyektif bernilai positif yang berarti disimpulkan bahwa Persepsi Kontrol terdapat pengaruh positif (searah) antara Perilaku berpengaruh positif dan signifikan Norma Subyektif dengan Niat Melakukan terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Pengungkapan Kecurangan Kecurangan (Whisteblowing). (Whisteblowing). Jadi dapat disimpulkan Pengujian Statistik F adalah bahwa Norma Subyektif berpengaruh positif pengujian untuk hipotesis keempat. Cara dan signifikan terhadap Niat Melakukan melakukan uji F adalah membandingkan Pengungkapan Kecurangan hasil besarnya peluang melakukan (Whisteblowing). kesalahan (tingkat signifikansi) yang Sikap Pada Perilaku berdasarkan muncul, dengan tingkat peluang munculnya hasil uji statistik t pada Tabel 3, diperoleh kejadian (probabilitas) yang ditentukan hasil yaitu sebesar 2,217 dengan sebesar 5% atau 0,05 pada output. signifikansi yaitu 0,03. Karena signifikansi Kemudian membandingkan nilai statistik F atau probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 hitung dengan nilai statistik F tabel. Jika dan perbandingan antara thitung dan ttabel Fhitung > Ftabel dengan signifikansi 0,05 dapat diperoleh hasil thitung > ttabel atau 2,217 > disimpulkan bahwa secara bersama-sama 1,993 yang berarti H2 diterima. Dari variabel independen berpengaruh terhadap persamaan regresi menunjukkan koefisien variabel dependen atau dapat dilakukan Sikap Pada Perilaku bernilai positif yang dengan melihat signifikansi di bawah 0,05. berarti terdapat pengaruh positif (searah) Sebaliknya, jika Fhitung < Ttabel dengan antara Sikap Pada Perilaku dengan Niat signifikansi 0,05, dapat disimpulkan bahwa Melakukan Pengungkapan Kecurangan secara bersama-sama variabel independen (Whisteblowing). Jadi dapat disimpulkan tidak berpengaruh terhadap variabel bahwa Sikap Pada Perilaku berpengaruh dependen. Pengujian Statistik F pada positif dan signifikan terhadap Niat penelitian ini apablia Ha diterma dengan Melakukan Pengungkapan Kecurangan kriteria penerimaan Fhitung > Ftabel, dengan (Whisteblowing). = 0,05 dan n = 77. Hasil uji simultan Berdasarkan hasil uji statistik t pada variabel penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 3, Persepsi Kontrol Perilaku diperoleh tabel 4 berikut ini: hasil yaitu sebesar 5,365 dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
Tabel 4 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Sum of Mean Df F Sig. Squares Square 1 Regression 190,147 3 63,382 37,988 0,000b Residual 121,801 73 1,669 Total 311,948 76 a. Dependent Variable: Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) b. Predictors: (Constant), Persepsi Kontrol Perilaku, Sikap Pada Perilaku, Norma Subyekif Sumber: Output SPSS 22 (2017) variabel dependen atau Niat Melakukan Nilai Ftabel untuk = 0,05 dan n = 77 Pengungkapan Kecurangan adalah 2,73. Berdasarkan hasil uji statistik (Whistleblowing). Jadi dapat disimpulkan F pada Tabel 4, diperoleh hasil yaitu bahwa Norma Subyektif, Sikap Pada sebesar 37,988 dengan signifikansi 0,000. Perilaku, dan Persepsi Kontrol Perilaku Karena signifikansi atau probabilitasnya secara bersama-sama atau simultan jauh lebih kecil dari 0,05 dan perbandingan berpengaruh Terhadap Niat Melakukan antara Fhitung dan Ftabel diperoleh hasil Fhitung Pengungkapan Kecurangan > Ftabel atau 37,988 > 2,73 yang berarti Ha (Whistleblowing). diterima, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh Model
PEMBAHASAN Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing). Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis regresi liniear berganda adalah Y = -2,381 + 0,311X1 + 0,201X2 + 0,205X3 menjelaskan bahwa koefisien regresi norma subyektif sebesar 0,311 berarti apabila terdapat penambahan norma subyektif sebesar satu satuan, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) akan meningkat sebesar 0,311. Nilai koefisien regresi menunjukkan hubungan yang positif antara norma subyektif dan niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Hal ini berarti setiap peningkatan norma subyektif, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) juga akan meningkat. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang telah dilakukan menunjukkan bahwa norma subyektif berpengaruh terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Sehingga hipotesis satu yang menyatakan bahwa
norma subyektif berpengaruh terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) diterima. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan mengenai norma subyektif terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Dari pengujian hipotesis satu ini menunjukkan bahwa ketika nilai lingkungan seorang mahasiswa akuntansi semakin mendukung untuk mahasiswa tersebut melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) maka mahasiswa tersebut akan semakin memiliki niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Hal ini berarti bahwa pandangan atau anggapan orang-orang di sekitarnya (keluarga, teman, dan lain-lain) dapat mempengaruhi atau memotivasi keinginan mahasiswa untuk melakukan whistleblowing, dan mereka akan cenderung mengikuti pendapat orang-orang yang berada disekitarnya tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam theory of planned behavior bahwa seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) perilakunya dapat diterima oleh orangorang yang dianggapnya penting, keluarga atau teman-teman dalam kehidupannya dapat menerima apa yang akan dilakukannya. Menurut Ajzen (2010), norma subyektif juga diasumsikan sebagai fungsi dari suatu keyakinan, yaitu keyakinan seseorang atas orang lain atau sekelompok orang lain yang memandang bahwa dirinya harus melakukan (atau tidak melakukan) suatu tindakan perilaku. Berdasarkan hasil yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, norma subyektif pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Program S1 dan Program D3 Universitas Pendidikan Ganesha dalam niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) banyak didukung oleh lingkungan sekitarnya. Hasil dari keseluruhan pernyataan dalam lingkungan pergaulan seperti teman-teman responden untuk mendukung niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) menunjukkan hasil yang paling rendah. Namun di sisi lain, norma subyektif pada mahasiswa dalam niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) banyak didukung oleh keluarga. Peneliti berpendapat bahwa norma pertama kali ditanamkan adalah di lingkungan keluarga. Pada umumnya kehidupan keluarga dan orang tua pada khususnya mengharapkan agar anaknya menjadi anak yang baik dan berguna di setiap lapisan masyarakat. Hasil penelitian yang telah dilakukan konsisten dengan penelitian Suryono (2014) memberikan bukti bahwa norma subyektif berpengaruh pada intensi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk melakukan whistleblowing. Senada dengan penelitian yang dilakukan Daivitri (2013) menunjukkan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh terhadap intensi whistleblowing pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pengaruh Sikap Pada Perilaku Terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis regresi liniear berganda adalah Y = -2,381 + 0,311X1 + 0,201X2 + 0,205X3 menjelaskan bahwa koefisien regresi sikap pada perilaku
sebesar 0,201 berarti apabila terdapat penambahan sikap pada perilaku sebesar satu satuan, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) akan meningkat sebesar 0,201. Nilai koefisien regresi menunjukkan hubungan yang positif antara sikap pada perilaku dan niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Hal ini berarti semakin positif sikap pada perilaku whistleblowing, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) juga akan meningkat. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sikap pada perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Sehingga hipotesis dua yang menyatakan bahwa sikap pada perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) diterima. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka terdapat pengaruh positif dan signifikan mengenai sikap pada perilaku terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Hasil pengujian hipotesis dua ini menunjukkan bahwa semakin seorang mahasiswa akuntansi memiliki sikap yang positif terhadap perilaku whistleblowing maka mahasiswa tersebut akan memiliki niat melakukan whistleblowing. Seperti yang dijelaskan oleh Theory of Planned Behavior, bahwa seorang individu akan melakukan sesuatu sesuai dengan sikap yang dimilikinya terhadap suatu perilaku. Sikap pada perilaku yang dianggap positiflah yang akan ditunjukkan oleh indvidu tersebut. Ajzen (2010) mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu perilaku dan diukur dengan menempatkan individu pada skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau buruk, setuju atau menolak, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil yang telah dikumpulkan melalui kuesioner tentang sikap pada perilaku pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Program S1 dan Program D3 Universitas Pendidikan Ganesha dalam niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) menunjukkan sikap positif pada perilaku whistleblowing. Ini terlihat hasil yang tinggi pada manfaat melakukan whistleblowing adalah melindungi organisasi dari dampak negatif dan dapat memberantas kecurangan. Namun dari keseluruhan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner, menjadi whistleblower merupakan perilaku yang harus dilaksanakan apabila mahasiswa bekerja memiliki hasil yang paling rendah. Peneliti berpendapat bahwa melalui pernyataan tersebut mahasiswa masih dilema akan tekanan-tekanan maupun resiko negatif yang dihadapi, seperti pengucilan, ancaman, dan lain sebagainya yang membuat mahasiswa takut dalam melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yobapritika (2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara sikap dengan intensi niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Begitu juga pada penelitian Kusuma Dewi (2012) yang menunjukkan sikap pada perilaku berpengaruh signifikan terhadap niat whistleblowing Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Dinas Kota Metro.
Pengaruh Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis regresi liniear berganda adalah Y = -2,381 + 0,311X1 + 0,201X2 + 0,205X3 menjelaskan bahwa koefisien regresi persepsi kontrol perilaku sebesar 0,205 berarti apabila terdapat penambahan persepsi kontrol perilaku sebesar satu satuan, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) akan meningkat sebesar 0,205. Nilai koefisien regresi menunjukkan hubungan yang positif antara persepsi kontrol perilaku dan niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Hal ini berarti semakin baik persepsi kontrol perilaku, maka niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) juga akan meningkat. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Sehingga hipotesis dua yang menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) diterima. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan mengenai persepsi kontrol perilaku terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Hasil pengujian hipotesis tiga ini menunjukkan bahwa semakin seorang mahasiswa akuntansi dapat mengendalikan dirinya sesuai dengan persepsi yang dimilikinya terhadap perilaku whistleblowing dengan baik maka akan memunculkan niat pada diri mahasiswa tersebut untuk melakukan whistleblowing. Hal ini sesuai dengan Theory of Planned Behavior, bahwa seseorang akan semakin yakin dalam berperilaku ketika orang tersebut memiliki keyakinan yang muncul dalam dirinya. Icek Ajzen (2002) mengatakan bahwa Persepsi Kontrol Perilaku (perceived behavioral control) mempengaruhi niat karena semakin individu merasakan banyak kemampuan yang dimilikinya dan merasakan sedikit faktor penghambat maka lebih besar pula persepsi kontrol yang mereka rasakan terhadap suatu perilaku. Hal ini berdasarkan atas asumsi bahwa persepsi kontrol perilaku oleh individu akan memberikan implikasi berupa motivasi terhadap orang tersebut. Maksudnya adalah niat akan terbentuk dengan sendirinya apabila individu merasa mampu untuk menampilkan perilaku. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikumpulkan, persepsi kontrol perilaku pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Program S1 dan Program D3 Universitas Pendidikan Ganesha dalam niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) menunjukkan persepsi yang dimilikinya merupakan hasil persepsi kontrol perilaku yang tinggi. Hal ini dilihat dari hasil distribusi skor jawaban kuesioner yang tinggi pada pernyataan bahwa mahasiswa bercerita dengan mudah mengenai kejadian tindak
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) kecurangan akuntansi yang diketahui kepada orang lain mengenai kecurangan akuntansi yang diketahuinya. Peniliti berpendapat bahwa pernyataan tersebut memiliki hasil yang tinggi karena mahasiswa memiliki keyakinan dan kapasitas diri sehingga mampu bercerita dengan orang lain. Selain itu, adanya perlindungan terhadap whistleblower dapat menjadikan faktor pendukung bagi mahasiswa sehingga mereka merasa memiliki kesempatan dan merasa mudah untuk melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Namun dari keseluruhan pernyataan yang terdapat di dalam kuesioner, mahasiswa akan tetap mengungkapkan kecurangan walaupun ada larangan dari orang lain memiliki distribusi skor rendah. Peneliti berpendapat bahwa karena norma subyektif yang dimiliki mahasiswa itu sendiri. Seperti pendapat Ajzen (2010) bahwa norma subyektif juga diasumsikan sebagai fungsi dari suatu keyakinan, yaitu keyakinan seseorang atas orang lain atau sekelompok orang lain yang memandang bahwa dirinya harus melakukan (atau tidak melakukan) suatu tindakan perilaku. Hal ini berarti bahwa pandangan atau anggapan orang-orang disekitarnya dapat mempengaruhi atau memotivasi keinginan mahasiswa untuk melakukan whistleblowing, dan mereka akan cenderung mengikuti pendapat orang-orang yang berada disekitarnya tersebut. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan Sulistimo (2009) menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap niat whistleblowing pada mahasiswa akuntansi UGM dan Undip. Sama hal nya yang dilakukan Daivitri (2013) yang menyatakan bahwa persepsi kontrol perilaku memiliki pengaruh terhadap intensi whistleblowing pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pengaruh Norma Subyektif, Sikap Pada Perilaku, dan Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing) Berdasarkan hasil uji statistik F, diperoleh hasil yaitu sebesar 37,988 dengan signifikansi 0,000. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih
kecil dari 0,05 dan perbandingan antara Fhitung dan Ftabel diperoleh hasil Fhitung sebesar 37,988 lebih besar Ftabel sebesar 2,73 yang berarti H4 diterima, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel dependen atau Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing). Jadi dapat disimpulkan bahwa Norma Subyektif, Sikap Pada Perilaku, dan Persepsi Kontrol Perilaku secara bersama-sama atau simultan berpengaruh Terhadap Niat Melakukan Pengungkapan Kecurangan (Whistleblowing). Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan menunjukkan masing-masing memiliki hubungan yang positif antara norma subyektif, sikap pada perilaku, dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing), maka semakin tinggi niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Berdasarkan hal tersebut diperoleh suatu justifikasi bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan mengenai norma subyektif, sikap pada perilaku, dan persepsi kontrol perilaku terhadap niat melakukan pengungkapan kecurangan (whistleblowing). Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan empiris. Berdasarkan teori, norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007). Seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika perilakunya dapat didukung oleh lingkungan sekitar dalam kehidupannya. Ajzen (2010) mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek atau perilaku dan diukur dengan menempatkan individu pada skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau buruk, setuju atau menolak, dan lain sebagainya. Selain norma subyektif dan sikap pada perilaku, dalam Theory of Planned Behaviour terdapat persepsi kontrol perilaku yang merupakan bagaimana seseorang mengerti bahwa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) perilaku yang akan ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh dirinya. Ketiga konsep tersebut dapat membuat menjadi predictor dalam melakukan suatu perilaku berdasarkan konsekuensi yang telah dipertimbangkan dan dievaluasi sebelumnya (Sweeney, 2008) Berdasarkan konsep-kensep tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa norma subyektif, sikap pada perilaku, dan persepsi kontrol perilaku secara simultan berpengaruh terhadap niat pengungkapan kecurangan (whistleblowing). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, serta teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah: (1) Norma Subyektif memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap terhadap Niat Melakukan Whistleblowing; (2) Sikap Pada Perilaku memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Niat Melakukan Whistleblowing; (3) Persepsi Kontrol Perilaku memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Niat Melakukan Whistleblowing; (4) Norma Subyektif, Sikap Pada Perilaku, dan Persepsi Kontrol Perilaku secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Niat Melakukan Whistleblowing. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: (1) Bagi Mahasiswa Akuntansi Program S1 dan Program D3: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang dapat dipertibangkan yaitu peningkatan niat dalam pengungkapan kecurangan (whistleblowing), maka diperlukan norma subyektif yang tinggi, sikap positif, dan persepsi yang baik pada perilaku whistleblowing. Sehinngga apabila mahasiswa bekerja di suatu entitas tidak mengalami dilema akan tekanan, larangan dari orang lain maupun resiko negatif yang dihadapi
nantinya, yang menyebabkan mahasiswa takut dalam melakukan pengungkapan kecurangan. Selain itu, mahasiswa diharapkan menjadi whistleblower yang merupakan perilaku yang harus dilaksanakan apabila ketika bekerja di suatu entitas karena dapat melindungi entitas dari dampak negatif dan memberantas kecurangan. (2) Bagi Universitas Pendidikan Ganesha disarankan khususnya bagi para dosen agar tindakan pengungkapan kecurangan (whistleblowing) sebagai salah satu bahan pertimbangan pentingnya aspek etika dalam penyusunan kurikulum dan sistem pembelajaran untuk membimbing mahasiswanya. Selain itu, para dosen untuk memberikan pembelajaran bahwa whistleblowing merupakan tindakan yang positif yang dilakukan karena dapat mencegah upaya kecurangan yang terjadi di perusahaan maupun menyelamatkan uang negara dari tindakan ilegal yang dilakukan oleh oknum-oknum yang kurang bertanggungjawab. Kemudian para dosen menanamkan sikap moral dan mental yang kuat agar mahasiswanya nanti memiliki keberanian yang lebih kuat untuk melakukan whistleblowing tanpa menghiraukan dampak negatif atau sanksi sosial yang akan didapat oleh calon whistleblower. (3) Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan untuk memperbanyak jumlah populasi selain mahasiswa. Penelitian ini hanya menggunakan responden dari mahasiswa akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha, sehingga tidak dapat memberikan kesimpulan bahwa mahasiswa akuntansi universitas lainnya juga memiliki niat yang sama. Jadi, diharapkan untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan mahasiswa akuntansi universitas lain sebagai respondennya. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih bisa mengatur waktu penelitian agar ketika ingin mengambil sampel tidak mengalami kendala. Seperti pengambilan sampel pada bulan yang merupakan libur semester atau sedang dalam mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) DAFTAR PUSTAKA Ajzen,
I dan Fishbein M. 2010. Understanding Attitudes and Predicting Social Behaviour. Englewood Cliffs. NJ: Prentice Hall.
Ajzen, Icek. 2002. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes Journal, Vol. 50, No. 4, Hal:179-211. ---------------. 2010. Perceived Behavioral Control, Self-efficacy, Locus of Control, and The Theory of Planned Behavior. Journal of Applied Social Psychology, Vol. 32, No .4, Hal: 665-683. Daivitri, A. N. (2013). Pengaruh Pertimbangan Etis dan Komponen Perilaku Terencana Pada Niat Whistleblowing Internal dengan Locus of Control sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Universitas Gadjah Mada. Dewi, Kusuma. 2016 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Pegawai Negeri Sipil Untuk Melakukan Tindakan Whistleblowing Aplikasi Theory of Planned Behaviour. Skripsi. Universitas Lampung Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset. Merdikawati, Risti. 2012. Hubungan Komitmen Profesi dan Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa Akuntansi dengan Niat Whistleblowing (Studi Empiris pada Mahasiswa Strata 1 Jurusan Akuntansi di Tiga
Universitas Teratas di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryono, Arwan. 2014. Pengaruh Sikap Dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Pegawai Negeri Sipil Untuk Mengadukan Pelanggaran. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Sweeney, Breda, Don Arnold dan Bernard Pierce. 2009. The Impact of Perceived Ethical Culture of the Firm and Demographic Variables on Auditors’ Ethical Evaluation and Intention to Act Decisions. Journal of Business Ethics. Spriager, Vol.20, No. 5, Hal: 218-222 Sweeney, J.C dan Pailin Trongmateerut. 2012. The Influence of Subjective Norms on Whistleblowing: A Cross Cultural Investigation. Journal of Bussiness Ethics, Vol.112, No. 3, Hal: 437-451. Sweeney, J. C. 2008. Cognitive Dissonance After Purchase: A Multidimentional Scale. Journal of Psychology & Marketing, Vol.17, No. 5, Hal: 369385. Yobapritika, Layli. 2014. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, dan Kontrol Keprilakuan yang Dipersepsikan terhadap Niat Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta