K ata P e n g a n ta r Sejak berdiri pada 28 Maret 1985, Kalyanamitra berposisi menentang pola hubungan sosial yang memunculkan ketidakadilan dan ketimpangan antara perempuan dan laki-laki, atau ketimpangan gender. Ketimpangan gender di dalam masyarakat Indonesia tampak dari pembedaan wilayah domestik dengan publik. Wilayah domestik secara alamiah dianggap sebagai dunianya kaum perempuan, sedangkan wilayah publik dianggap milik kaum laki-laki. Meskipun terlihat perkembangan bahwa semakin banyak perempuan bergiat di wilayah publik, namun bidang-
2
bidang yang tersedia bagi perempuan selalu dikaitkan dengan feminitas. Seperti pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketekunan dan kecermatan, profesi guru, sekretaris. Pembagian wilayah domestik dan publik ini sangat erat hubungannya dengan pelekatan nilai feminitas dan maskulitas, pada diri perempuan dan laki-laki, dan berkait erat dengan pembedaan kegiatan produktif-reproduktif. Kegiatan produktif yang memungkinkan terjadinya pengembangan potensi manusiawi dipatrikan pada wilayah publik. Sementara kegiatan reproduktif seperti beranak, mengurus suami
dan anak, keluarga dan rumah tangga, dilekatkan pada perempuan yang berada di wilayah domestik. Hal ini berakibat pada posisi perempuan, perempuan menjadi jauh dari akses informasi, yang membuat dirinya tidak berkembang. Ketimpangan gender yang mendiskriminasi perempuan, yang akar sejarahnya sulit kita lacak lagi saat ini, dilestarikan dan disuburkan oleh kebijakankebijakan negara dan norma-norma sosial. Salah satu bentuk kontrol negara terhadap wilayah domestik atau rumah tangga, yakni melalui konstruksi ideologi negara atas perempuan yang bernama kodrat wanita. Ideologi kodrat wanita dari negara yang digariskan dalam Panca Dharma Wanita, yang menyatakan bahwa tiap perempuan Indonesia mempunyai lima peran penting, yakni:
sebagai nafkah tambahan. Keadaan ini memperkuat perusahaan-perusahaan memperoleh pembenaran resmi kala mereka menggaji pekerja perempuan lebih rendah ketimbang laki-laki. Pembagian peran antara perempuan dengan laki-laki oleh negara tersebut, justru mempertajam subordinasi perempuan terhadap laki-laki, dan berakibat pada lemahnya posisi perempuan baik secara sosial, politis dan ekonomis. Salah satu ukuran lemahnya posisi perempuan yakni rendahnya akses perempuan terhadap pendidikan dan kesehatan. Padahal salah satu indicator penting untuk meningkatkan kedudukan perempuan adalah pendidikan dan kesehatan. Jadi, menjadi perempuan agen perubahan sosial saat ini amatlah penting, untuk mengubah dirinya juga.
1. Sebagai isteri pendamping suami; 2. Sebagai ibu pengelola rumah tangga; 3. Sebagai penerus keturunan; 4. Sebagai pendidik anak; 5. Sebagai warga negara Indonesia. Lima peran perempuan tersebut menjadi acuan bagi tiap organisasi-organisasi perempuan pemerintah, seperti PKK, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, dan KOWANI, yang merupakan paying beberapa organisasi perempuan. Ideologi kodrat wanita tersebut dipaksakan pada tiap organisasi tersebut, dengan alasan bahwa kaum ibu atau perempuan bertanggungjawab untuk memiliki kodrat tersebut guna ikut menyukseskan jalannya pembangunan. Dan ternyata ideologi kodrat ini cukup efektif untuk membungkam perempuan, sehingga tanpa gugatan perempuan menerima pekerjaan-pekerjaan yang stereotip perempuan, seperti feminine, informal dan
3
D i v i s i P ro g r a m
Program tahun 2011 menempatkan posisi kegiatankegiatan yang strategisnya guna mendukung serta mewujudkan visi misi dan tujuan strategis Kalyanamitra 2010-2012, yakni membangun kepemimpinan perempuan baik di internal organisasi maupun di kelompok dampingan. Kesempatan yang luas diberikan kepada semua staf dalam program untuk terlibat secara penuh dan aktif dalam pelaksanaan program mulai dari perencanaan sampai ke pengelolaan kegiatan-kegiatan itu sendiri. Berbeda dengan periode sebelumnya, staf program lebih banyak
4
menjadi pelaksana saja tanpa terlibat aktif dalam pengelolaan program. Contohnya, penempatan satu staf program di Lumajang untuk mengelola program di sana; dalam penyusunan kajian, memfasilitasi lokakarya, mengikuti kegiatan di tingkatan regional, dan lain-lain. Di sisi lain, beberapa kegiatan difokuskan pada kemandirian kelompok, keberdayaan kelompok, dan soal kepemimpinan perempuan dalam masyarakat. Peningkatan kapasitas kelompok terus dilakukan dalam upaya mempersiapkan kemandirian kelompok.
Kelompok-kelompok dampingan mulai diambilalih oleh anggota-anggota kelompok dan peran Kalyanamitra mulai bergeser, tidak lagi melakukan intervensi secara langsung ataupun implementator kegiatan di kelompok. Kelompok mulai menangani sendiri pengelolaan kelompoknya. Kalyanamitra lebih banyak memberikan dukungan saja. Demikian pula dengan kegiatan publikasi dan dokumentasi yang banyak mengeluarkan produk-produk informasi yang sederhana serta menjadi alat pendukung kelompok dalam berkegiatan. Program tahun 2011 merupakan awal proses kaderisasi kepemimpinan yang menyeluruh. Semua staf diberikan hak yang sama untuk berkembang dan mengaktualisasikan dirinya. Memang belum maksimal dimanfaatkan oleh staf itu sendiri dan diupayakan oleh Kalyanamitra dalam memberikan dukungannya. Kegiatan-kegiatan program tahun 2011 adalah lanjutan kegiatan program tahun 2010, hanya ditambahi dengan kegiatan-kegaitan yang bersifat jangka pendek, seperti lokakarya, seminar, dll.
A.
Kajian dan Pengembangan
A.1. Perpustakaan Beberapa kegiatan yang dilaksankan Bidang Perpustakaan adalah berikut:
1. Pengadaan Rekapitulai koleksi baru untuk tahun 2011: • Buku: 35 koleksi; 13 koleksi (37,14%) dimanfaatkan sesuai kebutuhan sebagai bahan materi (presentasi, TOR), kajian, laporan, dan dibaca (input dalam diskusi jaringan dan peningkatan kapasitas).
• Working paper: 12 koleksi; 4 koleksi (33,33%) dimanfaatkan sesuai kebutuhan sebagai materi (presentasi, TOR). • Terbitan berkala: 205 koleksi; 27 koleksi (13,17%) dimanfaatkan untuk bahan materi (presentasi, TOR), kajian, dan dibaca. • Audiovisual: 8 koleksi; tidak ada pemanfaat. • Kliping: 5143; 47 judul kliping (0,86%) yang dibaca untuk kebutuhan kajian. Total koleksi tahun 2011: 5403; 91 koleksi (1,68%) yang termanfaatkan di tahun 2011. Melihat jumlah keseluruhan pemanfaat koleksi, maka tampak bahwa minat baca baik di internal Kalyanamitra maupun pihak eksternal terhadap buku-buku perpustakaan masih rendah. Membaca hanya dilakukan ketika sedang membutuhkan data atau informasi, jadi untuk kebutuhan tertentu. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pengelola perpustakaan Kalyanamitra agar di tahun 2012 dapat menjaring pemanfaat lebih banyak lagi, baik yang datang langsung maupun lewat on-line.
1. Pengolahan Pengolahan koleksi yang dilakukan meliputi
penyampulan, entri-data, update data dan klasifikasi. Dalam setiap bulan 20 buku yang terolah. Pekerjaan yang belum terselesaikan di tahun 2011 adalah reparasi koleksi buku yang berjilid lakban (menggganti jilid lakban dengan jilid spiral), sebab jika dibiarkan berjilid lakban akan merusak koleksi lainnya, dengan lem yang lengket. Saat ini, koleksi yang harus direparasi berjumlah 700-an eksemplar.
2. Sirkulasi Gambaran sirkulasi perpustakaan Kalyanamitra berdasarkan jenis kunjungan sepanjang tahun 2011: - -
Datang langsung: 39 kali Melalui email, telp: 9 kali
Total Kunjungan 2011: 48 kali ( staf Kalyanamitra 25 kali, eksternal 23 kali )
3. Promosi Kegiatan promosi selama ini dilakukan berupa distribusi informasi dan keanggotaan perpustakaan yang disampaikan langsung kepada pengunjung eksternal yang datang, email, dan pemberitahuan kegiatan yang diadakan oleh Kalyanamitra. Selain itu, pemberitahuan langsung kepada tiap pengunjung yang datang dan diberikan brosur agar dapat mengunjungi perpustakaan on-line, sebagai promosi agar dapat dikenal khalayak luas. Untuk keanggotaan perpustakaan tahun 2011 tidak mencapai target, yakni hanya 1 orang dari 5 yang
6
ditargetkan. Salah satu kendalanya yakni pengunjung datang hanya untuk keperluan penulisan skripisi, sehingga ketika skripsi selesai maka tidak datang lagi.
4. Taman Bacaan Taman bacaan yang didirikan dengan tujuan memberikan wadah informasi dan komunikasi perempuan, mulai terlihat kemanfaatannya di tahun 2011. Dalam hal ini, keaktifan kelompok maupun pengelola taman bacaan sangat mendukung. Periode ini ada kegiatan yang dilakukan melalui taman bacaan “Muara Baca” di Muara Baru, yakni lomba menggambar khusus untuk usia 4-7 tahun. Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan taman bacaan serta koleksinya kepada masyarakat sekitarnya agar menjadi bentuk kepedulian terhadap pendidikan anak sekolah. Sampai akhir tahun 2011, kegiatan taman bacaan “Muara Baca” di Muara Baru berjalan aktif. Pengunjungnya masih didominasi anak-anak, namun buku tamu taman bacaan sudah tidak difungsikan lagi, sehingga sulit untuk mengukur total kunjungan setiap bulannya. Hasil wawancara dengan Ibu Mini, ratarata 5 orang anak datang ke taman bacaan setiap hari. Sedangkan Taman Bacaan di Prumpung, yang berlokasi di Pos RT 09 sudah tidak aktif, karena penjaga taman bacaan tidak dapat mengelolanya akibat jadwalnya bentrok dengan jadwal sekolahnya. Akhirnya, taman bacaan ini dipindahkan ke rumah pendamping lapangan dan dikelola oleh Fathia.
5. Perpustakaan on-line Tahun 2011, sirkulasi perpustakaan on-line telah berjalan hanya masih menghadapi masalah dalam hal cover buku tidak dapat muncul di halaman muka katalog on-line. Masalah ini telah dikoordinasikan dengan pihak pengembang software Senayan dan penyedia hosting. Hasil identifikasi masalah yang dilakukan oleh pihak pengembang Senayan, bahwa apabila database dicoba diunggah di hosting lain (hosting milik Senayan) tidak bermasalah, baik cover buku maupun foto anggota perpustakaan dapat terlihat. Akan tetapi, di hosting file tersebut tidak muncul. Dari pihak hosting sudah berusaha menemukan solusinya, namun hingga laporan ini dibuat pihak belum menemukannya. Pihak Senayan menyarankan agar mengganti hosting, karena mereka tidak menemukan solusi untuk memecahkannya. Total kunjungan perpustakaan on-line Kalyanamitra 2011 sebanyak 10.821 kunjungan. Hasil perpustakaan Kalyanamitra menunjukkan, 10 pengunjung perpustakaan melakukan sirkulasi dengan terlebih dulu menelusuri katalog on-line. Artinya, dari total 10.821 kunjungan on-line, 10 di antaranya melakukan sirkulasi peminjaman di Perpustakaan.
A.2. Situs Kalyanamitra Situs ini menjadi wadah untuk meyebarkanluaskan informasi-informasi terkini terkait dengan isu-isu
perempuan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Kalyanamitra maupun organisasi lainnya. Situs ini diharapkan dapat diperbaharui setiap minggunya. Berbagai tulisan dihasilkan, kemudian disajikan melalui situs sebagai informasi tentang perempuan, baik dari internal Kalyanamitra maupun dari luar Kalyanamitra. Akan tetapi, kontribusi tulisan dari internal Kalyanamitra selama tahun 2011 ini tidak maksimal, sehingga pengelola situs lebih bayak mengunggah tulisan dari sumber-sumber lain di luar Kalyanamitra. Tulisan-tulisan yang dipublikasi oleh Kalyanamitra tentu menjadi wacana bersama di area publik baik pihak yang pro maupun yang kontra terhadap tulisantulisan yang ada. Hal ini menunjukkan adanya perhatian dan ketertarikan terhadap isi tulisan yang diunggah melalui situs, sehingga proses diskusi terjadi. Kalau dilcermati jumlah pengunjung tahun 2011, maka dinamika pengunjungnya terlihat pada table di bawah ini: Dari table ini dapat dilihat bahwa pada Oktober 2011 merupakan jumlah kunjungan terbanyak. Sementara itu, pada Februari 2011 merupakan jumlah pengunjung paling sedikit. Di grafik itu juga dapat dilihat bagaimana kenaikan jumlah pengunjung mulai Januari 2011 hingga Desember 2011.
7
A.3. Kajian Kajian adalah salah satu bidang kerja program yang menjadi pusat kegiatan Kalyanamitra periode 20102012. Diharapkan, dalam kurun waktu itu, ada satu kajian yang dihasilkan Kalyanamitra melalui bidang kerja Kajian dan Pengembangan. Tahun 2011, ada 2 kajian yang direncanakan dan dilaksanakan untuk dipublikasikan, yakni:
8
1. Kajian tentang “Strategi bertahan hidup perempuan terhadap krisis global”. Kajian yang ditargetkan selesai akhir tahun 2011, ternyata tidak tercapai. Banyak terjadi revisi dan perbaikan, seperti di kerangka dan penjadwalan yang disesuaikan dengan perkembangan di lapangan. Kerangka kajian yang disepakati bersama adalah berikut:
Bab I: Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Pertanyaan Penelitian E. Metodologi Bab II: Gambaran Wilayah A. Deskripsi Geografis A1. Prumpung B.
C.
A2. Muara Baru Kondisi Sosial, Politik, Ekonomi, dan Budaya B1. Prumpung B2. Muara Baru Kebijakan-kebijakan yang Menekan
Bab III: Strategi Bertahan Hidup Perempuan di Tingkat Rumah Tangga A. Kasus di Prumpung B. Kasus di Muara Baru Bab IV: Strategi Pemberdayaan A. Penguatan Otonomi B. Intervensi Bab V: Penutup A. Kesimpulan B. Rekomendasi Daftar Pustaka Lampiran Deskripsi kegiatan kajian yang sedang dikerjakan tiap Bab-nya :
Kegiatan
Perkembangannya
Bab II: Gambaran Wilayah
Dalam bab ini, pembahasan dibagi kedalam tiga subjudul, yakni deskripsi geografis; kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya; dan kebijakan-kebijakan yang menekan. Untuk paparan deskripsi geografis yang meliputi data-data statistik yang relevan, seperti kondisi wilayah, kependudukan, dan pendidikan telah dijabarkan. Ada kekurangan data untuk bagian kesehatan tentang perempuan. Untuk paparan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya secara umum telah ternarasi. Begitu pula dengan analisa terhadap kebijakan-kebijakan yang membatasi ruang gerak perempuan terhadap akses sumberdaya ekonomi.
Bab III : Analisa Data
Dalam bab ini pembahasan dibagi kedalam tiga subjudul, yakni akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya ekonomi; pola relasi gender dalam lingkup keluarga; dan otonomi perempuan. Untuk akses dan kontrol terhadap sumberdaya ekonomi dipaparkan mengenai sumber-sumber ekonomi yang ada di sekitar wilayah kajian. Kemudiah dilihat apakah sumberdaya yang tersedia dapat diakses secara maksimal oleh perempuan untuk bertahan hidup. Sedangkan untuk pola relasi gender, akan memaparkan dalam lingkup yang lebih kecil, yakni keluarga untuk dilihat bagaimana pembagian peran dan pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap akses perempuan terhadap sumber ekonomi. Dalam bagian ini meliputi juga pemaparan mengenai pendapatan dan pengeluaran. Untuk subjudul ‘otonomi perempuan’ akan dilihat lebih dalam mengenai posisi perempuan dalam permasalahan akses, kontrol, partisipasi, manfaat terhadap sumberdaya ekonomi dan relasi gender yang berpengaruh dalam menentukan pilihannya sendiri, baik pilihan yang terkait dengan tubuhnya serta hidupnya, demikian pula strategi menghadapi krisis.
Bab IV : Studi Kasus
Dalam studi kasus ini, pengkaji menelusuri deskripsi historis narasumber. Narasumber yang diwawancarai dan digali sejarah hidupnya berjumlah 3 orang (di Muara Baru), Ibu Wiwik dan Ibu Kurniati (di Prumpung). Hasil wawancara telah dinarasi untuk kemudian dianalisis berdasarkan data-data yang terhimpun dan terdeskripsikan di Bab I-III. Kajian gagal terbit di akhir tahun 2011, karena masih dalam tahap studi kasus (masih harus wawancara 1 narasumber lagi di Muara Baru). Draft kajian akan didiskusikan saat seluruh bab (ada 5 bab) telah terselesaikan (sisa 2 bab: 1 bab dalam proses, dan 1 bab tentang hasil dan rekomendasi).
10
Secara target, pada akhir tahun 2011 harusnya kajian ini telah terbit, namun tidak tercapai karena dalam prosesnya banyak hal yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Seperti dalam penulisan, staf masih kesulitan membuat redaksional bahasa ilmiah kajian, kemudian landasan teori yang digunakan, dan metodologi yang tepat untuk studi kasus.
2. Kajian tentang “Kebijakan-kebijakan yang terkait dengan partisipasi perempuan dalam musrenbang”. Kajian ini sebelumnya tidak ada di rencana kerja bidang tahun 2011. Ini muncul di pertengahan yakni dalam kegiatan “Advokasi partisipasi perempuan dalam musrenbang” bekerjasama dengan Oxfam GB. Beberapa kegiatan dalam kaitan ini adalah semiloka, audiensi ke pemerintah, pembuatan alat kampanye, dan penerbitan kajian. Mengacu hasil evaluasi dan proses semiloka sebelumnya, teridentifikasi persoalan yang selama ini menjadi hambatan keterlibatan perempuan dalam musrenbang, dan pembangunan umumnya. Ada kebijakan-kebijakan yang terkait dengan musrenbang yang tidak secara tegas dan jelas memasukkan hal keterlibatan perempuan. Kebijakan-kebijakan yang ada saling tumpang tindih, sehingga implementasinya menjadi tidak jelas dan tidak berperspektif gender. Berdasarkan itu, maka penting kemudian melakukan review kebijakan-kebijakan terkait untuk melihat sejauhmana dukungan dan peluang bagi perempuan dalam proses pembangunan. Hasil ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan alat advokasi berbagai pihak untuk mengawal proses musrenbang. Penyusunan kajian dilakukan melalui diskusi terbuka dengan organisasi-organisasi atau lembaga
lainnya, yang selama ini bekerja dalam isu advokasi musrenbang, seperti Pattiro, Fitra, Yappika, LBH Apik, dan lainnya. Diskusi diadakan dalam rangka memperoleh masukan bagi draf yang telah dihasilkan pada 10 November 2011, yang bertempat di hotel Harris, Jakarta, dengan tema “Mengkaji Kebijakan Terkait Partisipasi Perempuan dalam Musrenbang”. Fasilitator kegiatan adalah Sofia Kartika, sementara peserta yang hadir berjumlah 26 orang (perwakilan berbagai organisasi masyarakat sipil maupun pihak pemerintah: ASPPUK, The Indonesian Institute, Pattiro, YAPPIKA, Demos, Seknas FITRA, LP3ES, LBH APIK Jakarta, Federasi APIK, Sapa Institute Bandung, SAPA Indonesia, Prakarsa, KePPak Perempuan, PD Politik, KP3A Aceh Utara, OXFAM GB, UN Women, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kementerian Kesehatan). Tujuan kegiatan adalah identifikasi kebijakankebijakan yang menjadi peluang dan hambatan bagi partisipasi perempuan dalam Musrenbang; merefleksikan kembali implementasi kebijakan yang terkait dengan Musrenbang; merumuskan strategi advokasi untuk monitoring kebijakan yang ada. Masukan-masukan yang diperoleh dari kegiatan tersebut antara lain: - - - - - -
Bagaimana struktur pemerintahan Prinsip good governance Kebutuhan data terpilah Titik kritis ada pasca perencanaan (siklus penganggaran) Kebutuhan politik apa yang akan di dorong dalam Musrenbang terkait dengan isu perempuan Adanya pendekatan politik dan teknokratis (proses)
11
Tindaklanjut diskusi tersebut diadakan pertemuan tim kecil untuk finalisasi draf kajian yang ada. Pertemuan tim kecil diadakan di Kalyanamitra pada 10 Desember 2011. Dari 7 orang yang diundang, hanya tiga orang yang hadir, yakni Iskandar dari Pattiro, Yenny Sucipto dari FITRA dan Sofia Kartika. Berdasarkan masukan-masukan mereka, kemudian draf kajian diperbaiki dan dicetak sebanyak 350 eksemplar serta didistribusikan ke pihak-pihak yang membutuhkan.
A.4. Dokumentasi dan Publikasi 1. Dokumentasi Dokumentasi bekerja mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kalyanamitra baik proyek-proyeknya maupun terkait jejaringnya. Untuk mempermudah proses temu kembali, maka fotofoto yang ada dimasukkan kedalam CD yang diberi kode dan label serta disortir kedalam DAFTAR CD KEGIATAN. Pendokumentasian film maupun foto-foto kegiatan yang diselenggarakan Kalyanamitra masih menghadapi kendala ketika pendokumentasian dilakukan staf lainnya dan tidak langsung diserahkan. Akhirnya, hasil dokumentasinya tidak terlacak sedangkan sebelumnya sudah ditanyakan dan disampaikan, bahwa bagi siapapun yang melakukan pendokumentasian harap diserahkan kepada staf Kajian dan pengembangan. Ketika hasil dokumentasi tidak ditemu kembali, maka persoalan akan muncul saat dokumentasi tersebut dibutuhkan untuk laporan-laporan dan sebagainya. Dokumentasi audio-visual berhasil dibuat dengan judul “Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Pap Smear”. Dokumen ini berisi informasi tentang kanker
12
leher rahim sebagai penyakit yang sering menyerang perempuan dan sangat berbahaya, dan pentingnya pap smear untuk mendeteksi dini kanker tersebut. Dokumentasi ini berdurasi 12 menit. Audio-visual lainnya yang diproduksi yakni rekaman pementasan teater Sahaja (teater ibu-ibu komunitas Muara Baru dan Prumpung). Dokumen ini merupakan tampilan perdana teater Sahaja dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional tahun 2011, yang diselenggarakan Kalyanamitra dan OXFAM GB (dalam program RHV). Dokumentasi audio-visual lainnya terkait layanan kesehatan perempuan berbasis komunitas di desa Pasrujambe. Dalam dokumentasi ini persoalan kesehatan perempuan yang terjadi di Pasrujambe diangkat, termasuk pendidikan herbal yang sedang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok. Dokumentasi ini bertujuan untuk mengampanyekan pentingnya kesehatan perempuan dan menggambarkan bagaimana kondisi mereka di desa Pasrujambe. Sejak Juli tahun 2011, tim dokumentasi telah melakukan pengambilan gambar dan wawancara kepada sejumlah anggota kelompok dan warga sekitar. Untuk pengawalan substansinya, tim Gemapalu dikoordinasi oleh Atiek. Dalam rencananya, film ini akan diselesaikan hingga Desember 2011, dan diputar pada peringatan hari perempuan internasional, Maret 2012 mendatang. Acara tersebut sekaligus sarana kampanye karena banyak jaringan yang akan diundang.
2. Publikasi Publikasi yang dihasilkan sepanjang tahun 2011 adalah berikut: 2.1 Buletin Perempuan Bergerak a. Edisi Januari-Maret, tema “Kesetaraan Gender
dan Partisipasi Perempuan dalam Musrenbang”. Edisi April-Juni, tema “Akses Perempuan Terhadap Pangan”. c. Edisi Juli-September, tema “Anggaran Responsif Gender”. d. Edisi Oktober-Desember, tema “Pemenuhan Hak Perempuan melalui Sistem Jaminan Sosial” 2.2 Bulletin Swara Perempuan a. Edisi Juli, tema “Sehat Dekat Kita: Perempuan Mengenal Kesehatan Herbal”. b. Edisi November, tema “Yang Sehat untuk Anak Dari Perempuan”. 2.3 Media kampanye b.
• Lembar Info/Factsheet Lembar info digunakan untuk menyebarluaskan informasi kepada komunitas. Dalam rencana kerja Januari-Maret 2011, ada 2 lembar info yang harus diproduksi setiap bulannya, akhirnya hanya 7 lembar info yang dihasilkan. Berikut adalah lembar info yang dibagikan kepada komunitas: a. Membuat Kompos dengan Metode Karung b. Infeksi Menular Seksual c. TORCH, Waspadai Bahaya dan Infeksinya d. Mitos dan Fakta Seputar Kehamilan e. Menciptakan Sanitasi Lingkungan Yang Baik f. Mengenal Alat-Alat Kontrasepsi g. Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) Factsheet informasi seputar Musrenbang terbit pertengahan September 2011 dan dicetak sebanyak
1000 eksemplar. Factsheet berisi informasi tentang apa itu Musrenbang dan apa yang diadakan; siapa yang menjadi kelompok sasaran Musrenbang; apa manfaat Musrenbang; bagaimana proses Musrenbang terjadi serta proses monitoring dan mekanisme keluhan. Factsheet dibagikan dalam kegiatan Semiloka “Membangun Strategi Advokasi untuk Meningkatkan Keterlibatan Perempuan dalam Musrenbang” di Jakarta.
• Pin-up Kalyanamitra membuat 5 jenis pin-up (masing-masing 100 buah) dan 1 jenis pin-up untuk kegiatan RHV. Kelima jenis pin-up tersebut bertuliskan: a. Women are Change Maker b. No Violence, No poverty, No Exploitation c. Stand Up for Women’s Dignity d. My Body is My Life, Stop Discrimination e. Make Difference Improve women’s Life Sementara pin-up bertuliskan Raising Her Voice dibuat sebanyak 250 buah dibagikan pada perayaan Hari Perempuan Internasional 2011, kerjasama Kalyanamitra, OXFAM GB, dan RHV.
• Paper Bag Dua paper bag dicetak untuk dua kegiatan, yakni “Diskusi Kesetaraan Gender dan Partisipasi Perempuan dalam Musrenbang” yang diselenggarakan pada 25 Januari 2011. Paper bag dibuat sebanyak 100 eksemplar. Paper Bag untuk perayaan hari Perempuan Internasional dibuat sebanyak 300 eksemplar.
13
• Brosur lembaga Brosur lembaga mengenai Kalyanamitra dicetak ulang dalam dua bahasa, yakni Inggris dan Indonesia masingmasing 300 eksemplar dan 200 eksemplar. Untuk brosur hanya difotocopy sesuai dengan kebutuhan dan disebarkan dibeberapa kegiatan yang diselenggarakan Kalyanamitra.
• Tas Tas dibagikan dalam Semiloka “Membangun Strategi Advokasi untuk Meningkatkan Keterlibatan Perempuan dalam Musrenbang”. Tas ini dibuat sebanyak 300 buah dengan warna hitam, yang bertuliskan “Libatkan Perempuan dalam Perencanaan Pembangunan”. 2.4 Buku Kalyanamitra pada April 2011 menerbitkan paket buku klasik dengan judul “Evolusi Perempuan: Dari Klan Matriarkal menuju Keluarga Patriaki”, yang merupakan terjemahan buku aslinya berjudul Woman’s Evolutio: From Matriarchal Clan to Patriarchal, karya Evelyn Reed serta buku “Asal Usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi, dan Negara” karya Freiderich Engels. Buku dicetak 500 eksemplar. Diskusi dan
14
peluncuran buku dilaksanakan pada 26 April 2011, bertempat di Serambi Salihara, yang dihadiri 62 orang peserta yang berasal dari perwakilan lembaga, mahasiswa, pemerintah, donor, dan akademisi. Narasumber waktu itu adalah Ruth Indiah Rahayu (Inkrisprena) dan Ida Ruwaida (Sosiolog dari UI). Tujuan diskusi untuk memahami dan mencerna realitas sejarah penindasan terhadap kaum perempuan yang terjadi saat ini dan melihat posisi strategis ke depan untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi kaum perempuan. 2.5 Booklet Booklet dengan judul “Memberi Makna Pada Musrenbang: Kisah-Kisah Pengalaman di Tiga Daerah” terbit pertengahan September 2011. Sesuai judulnya, booklet ini berisi pengalaman masyarakat di tiga wilayah, yaitu Aceh, Lumajang dan Papua, dalam mengikuti Musrenbang. Penerbitan booklet ini merupakan kerjasama Kalyanamitra dan OXFAM GB serta dicetak sebanyak 350 eksemplar. Booklet dibagikan pada semiloka “Membangun Strategi Advokasi untuk Meningkatkan Keterlibatan Perempuan dalam Musrenbang”, yang bertempat di Hotel Lumire Jakarta, 26-27 September 2011.
B.
Pendampingan Komunitas
B.1. Pendidikan Dalam rangka pencapaian tujuan strategis Kalyanamitra, yakni pengembangan kepemimpinan perempuan, maka pendidikan masih dilakukan ke komunitas pada tahun 2011. Strategi ini cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman bagi komunitas. Kegiatan ini diberikan dalam bentuk diskusi kritis dan pelatihan.
Komunitas di Desa Pasrujambe, Lumajang, Jawa Timur Beberapa kegiatan pendidikan yang dilakukan sepanjang tahun 2011: a. Diskusi kritis “Analisa Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan” Tujuan diskusi ini ialah membangun kesadaran anggota-anggota kelompok-kelompok tentang ancaman, ganguan, hambatan, tantangan secara ekonomi, politik, sosial dan budaya bagi perempuan di desa Pasrujambe. Hasil langsungnya ialah mereka paham apa yang menjadi akar persoalan segala keruwetan dan beban yang dihadapi perempuan pedesaan baik yang laten maupun manifes, sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan secara bersamasama. b. Diskusi kritis “Pemenuhan Hak-hak Kesehatan Perempuan dengan Pembentukan Klinik Herbal”. Tujuan diskusi ini ialah membangun klinik herbal yang mampu dilaksanakan semua kelompok secara mudah. Yang menjadi target ialah kelompok mampu melayanani kesehatan khususnya keluarga miskin,
dengan mudah dan murah. Kegiatan ini akan dilaksanakan di tiap kelompok c. PRA untuk Kelompok Dampingan Baru. Kegiatan dilakukan setiap pertemuan rutin kelompok. Di KKM dilakukan setiap minggu sore dan di kelompok Jinggosari setiap Kamis sore. Pemetaan dilakukan oleh kader PPARI yang mendapat mandat untuk menguatkan kelompok-kelompok yang ada. Pemetaan difokuskan pada masalah ekonomi. Untuk KKM dan kelompok Jinggo Sari, masalah pokoknya ialah status tanah mereka yang masih berkonflik dengan Perhutani. Perhutani telah membuat surat edaran melalui Kejaksaan Lumajang, sebagi kuasa hukumnya, yang meminta para penggarap untuk menyerahkan tanah mereka kembali ke Perhutani. Persoalan lainnya, yakni hasil panen yang murah, sementara beaya hidup terus naik, sehingga mereka meng-ijonkan hasil panennya yang masih dipohon untuk 10 pohon seharga Rp 60 ribu guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. d. Semiloka Pembuatan Modul. Dilaksanakan pada 30 Mei--2 Juni 2011 di Sekretariat Gemapalu. Peserta semiloka pembuatan modul ialah semua staf Gemapalu. Kegiatan ini difasilitasi Ruth Indiah Rahayu dari Jakarta. Tujuan kegiatan ialah ntuk mempersiapkan bahan-bahan dan metode pembuatan modul pendidikan bagi anggota dan pengurus. e. Pendidikan Herbal. Dalam mewujudkan pos sehat di komunitas, maka pendidikan-pendidikan obat herbal menjadi kegiatan utama. Tahun 2011, dilaksanakan dua kali pendidikan herbal yakni pada 21-24 Juni 2011 di Sekretariat Gemapalu. Kegiatan ini diikuti 24 orang
15
anggota yang berasal dari perwakilan kelompokkelompok. Fasilitator pendidikan ini ialah Abdul Jalil dari Jakarta. Pendidikan kali ini berfokus pada bagaimana mendiagnosa penyakit serta praktik pemijatan berdasarkan titik-titik meridian di tubuh manusia. Materi yang disampaikan antara lain: pengenalan organ-organ tubuh, sifat-sifat Yin dan Yang, pengenalan titik-titik meridian tubuh, teknik pemijatan dan mendiagnosa penyakit pasien. Pada 25-28 Oktober 2011 dilaksanakan di Sekretariat Gemapalu. Fasilitator pelatihannya ialah dr.Irwanto dari Surabaya. Peserta yang hadir 22 orang (kaderkader herbal di tiap kelompok). Pelatihan lebih fokus pada praktik pengobatan yang menggunakan media Bekam, Moxa dan Thetex.
Tujuannya agar kader terlatih mengobati dengan media alternatif tersebut. f. Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Pendidikan dilaksanakan pada 8-9 Juli 2011 difasilitadi Hanum dari Hotline Surabaya dan Nunik dari Jember. Pendidikan dilakukan di 6 kelompok: KKM, Jinggosari, Arimbi, Srikandi, Cut Nyak Dien dan Kartini. Masing-masing fasilitator memberikan materi di 3 kelompok yang berbeda, dengan materi yang beda pula. Kelompok Kartini, Arimbi dan Ssrikandi sudah pernah mendapat pendidikan kespro, maka materi yang disampaikan lebih bersifat penguatan untuk pos sehat. Kelompok Cut Nyak Dien, Jinggosari dan KKM materi yang diberikan, yakni pengenalan organ reproduksi, siklus mens, dan alat kontrasepsi.
KKM 8 Juli 2011
Nunik
13 orang
Arti kesehatan reproduksi, mengapa penting perempuan belajar kespro, siklus menstruasi, kanker serviks, KB
Arimbi 8 Juli 2011
Hanum
29 orang
Arti kesehatan reproduksi, mengapa penting perempuan belajar kespro, siklus menstruasi, kanker serviks, KB dan hal-hal yang penting dipesiapkan untuk pos sehat
Kartini 9 Juli 2011
Hanum
14 orang
Arti kesehatan reproduksi, mengapa penting perempuan belajar kespro, siklus menstruasi, kanker serviks, KB dan hal-hal yang penting dipesiapkan untuk pos sehat
Cut nyak dien 9 Juli 2011
Nunik
27 orang
Arti kesehatan reproduksi, mengapa penting perempuan belajar kespro, siklus menstruasi, kanker serviks, KB
Srikandi 9 Juli 2011
Hanum
38 orang
Arti kesehatan reproduksi, mengapa penting perempuan belajar kespro, siklus menstruasi, kanker serviks, KB dan hal-hal yang penting dipesiapkan untuk pos sehat
Jinggosari 9 Juli 2011
Nunik
12 orang
Arti kesehatan reproduksi, mengapa penting perempuan belajar kespro, siklus menstruasi, kanker serviks, KB
16
g. Pendidikan tentang credit union Pendidikan dilakukan pada 2-5 Oktober 2011 di Sekretariat Gemapalu. Fasilitatornya ialah Ion Subagyo dari Institute for Migrant Workers (IWORK) sekaligus pengelola Credit Union Sandya Swadaya Yogyakarta. Peserta yang hadir sebanyak 44 orang (perwakilan dari 6 kelompok). Selama 4 hari pelatihan, peserta diajak belajar bersama mengenai dasar-dasar credit union. h. Kongres PPARI PPARI sebagai organisasi induk yang memayungi semua kelompok menjadi kunci strategis dalam upaya mewujudkan kemandirian dan keberdayaan kelompok. Oleh karena itu, penting PPARI melakukan perencanaan strategis. Kongres dilakukan selama 3 hari mulai 26-28 November 2011 bertempat di rumah anggota kelompok di dusun Krajan. Tujuan kongres ialah untuk pemilihan ketua PPARI yang baru serta pembenahan internal PPARI, anggaran dasar rumah tangga dan penyusunan program-program. Kongres dihadiri perwakilan tiap-tiap kelompok yakni satu orang mewakili 5 orang anggota kelompok. Selain itu, kongres dihadiri juga oleh jaringan dari luar kota sebagai peninjau: Yuyud dari BPI Jakarta, Niken dari JASS Associate Malang, Eri dari Rumper Jember, Agus dan Koko dari Jember, 2 orang dari SPEKHAM Solo. Hasil kongres antara lain: 1. PPARI menjadi Federasi, sehingga namanya menjadi Federasi Perempuan Mandiri (FPARI). 2. Jumiati sebagai ketua FPARI untuk periode 2 tahun kedepan.
Komunitas di Kampung Muara Baru dan Prumpung, Jakarta a. Diskusi kritis tentang Hak Perempuan dalam Ketenagakerjaan Diskusi ini dihadiri 14 orang dengan narasumber Arum dari Kelompok Perempuan untuk Keadilan Buruh (KPKB). Dalam diskusi anggota kelompok diajak untuk melihat realitas yang dialami perempuan dalam hal tenaga kerja. Diskusi lebih banyak menggali persoalanpersoalan yang dialami anggota kelompok di tempat kerja masing-masing serta apa yang timbul dan mendiskriminasi pekerja perempuan. Narasumber juga memberikan sedikit materi tentang perlindungan hukum untuk pekerja/buruh. Berdasarkan hasil diskusi di tiap kelompok di Prumpung dan Muara Baru, maka terdapat beragam jenis pekerjaan yang pernah dilakukan anggota kelompok antara lain:
Staf admin Hero
7 tahun
Peristiwa pembakaran dan penjarahan tahun 98
Staf admin Hero
13 tahun
Peristiwa pembakaran dan penjarahan tahun 98
Kasir restoran
7 tahun
Melahirkan
Bagian produksi Konveksi
Bangkrut
Koki
1 tahun
Tukang cuci di perumahan
3 tahun
Masih
SPG susu
2 tahun
Menikah
Bikin kue Nelayan
2 tahun
Hamil
Dari ragam jenis pekerjaan itu, terdapat persoalanpersoalan yang mendiskriminasi pekerja perempuan, antara lain: - - - - - -
-
Cuti haid susah (harus minta surat dokter) Ketika anak sakit dan harus izin, ada pemotongan uang makan. Kalau keseringan dapat SP 1 Harus taat aturan Perempuan hamil tidak boleh bekerja (saat melahirkan di PHK) Upah beda antara laki-laki dan perempuan Menderita penyakit terkait pekerjaan (flek paru-paru karena AC dan kurang minum, daya penglihatan menurun Stres (uang kurang potong gaji, migren, maag kronis, disfungsi seksual)
Berdasarkan persoalan di atas, narasumber mengajak peserta untuk memahami hal tersebut secara kritis. Diskusi yang dilaksanakan sejak 23-25 Februari 2011 bertujuan mendorong peningkatan pemahaman anggota kelompok mengenai hak-hak perempuan
18
dalam bidang tenaga kerja. Diskusi ini dilaksanakan di 2 wilayah: Prumpung dan Muara Baru. Di Prumpung diskusi diadakan 2 kali: pertama di kelompok Derap dan Kasih ibu, yang diikuti 9 orang dan yang kedua di 3 kelompok gabungan (Sumber Rejeki, Anggur dan Sejahtera) dengan peserta 15 orang. Untuk diskusi di Muara Baru dilaksanakan di balai pertemuan dengan 4 kelompok (Mandiri, Damai, Marlina, Mawas diri). Anggota yang hadir 21 orang. Hasil diskusi ialah anggota kelompok mampu membaca dan menganalisa persoalan-persoalan sosial yang terjadi di sekitarnya, terutama yang terjadi dalam lingkup kerjanya seharihari. b. Diskusi kritis tentang Sanitasi Diskusi ini dilaksanakan pada 8 Februari-Maret 2011 di masing-masing kelompok di wilayah Prumpung dan Muara Baru. Di kelompok Marlina, diskusi diikuti 4 orang; di kelompok Mandiri diikuti 7 orang, sedangkan di kelompok Mawas Diri dan Damai, diskusi tidak dilakukan per kelompok namun digabung
mengingat anggotanya hanya sedikit. Untuk diskusi ini harus dilakukan beberapa kali penjadwalan ulang, karena anggota kelompok susah hadir. Meskipun akhirnya, diskusi terlaksana dengan peserta 5 orang. Sementara itu, di Prumpung diskusi diadakan di 3 kelompok: kelompok Derap diikuti 5 orang, kelompok Kasih Ibu 5 orang, dan kelompok gabungan 9 orang. Tema diskusi lebih focus pada peran perempuan dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat pemanasan global. Diskusi difasilitasi pendamping komunitas. Pendamping mengajak peserta diskusi mengimplementasikan hasil diskusi tersebut dengan aksi nyata penanaman pohon. Jenis pohon yang ditanam diprioritaskan tanaman obat dan bumbu dapur.
c. Diskusi kritis tentang Kesehatan Reproduksi Diskusi kesehatan reproduksi dilaksanakan di tiap kelompok di wilayah Prumpung dan Muara Baru mulai 7-11 Februari 2011. Tema diskusi fokus pada masalah KB, karena selama ini banyak anggota kelompok yang belum memahami penggunaan alat kontrasepsi dan KB. Diskusi lebih bersifat tukar pengalaman, dan bertindak sebagai narasumber ialah kader kesehatan kelompok, yang tahun lalu mengikuti diskusi dr. Maya dari PKBI. Dengan pendamping lapangan, para kader belajar berbagi pengalaman dan ilmu kepada anggota kelompok yang lain. Materi yang dibahas antara lain: macam-macam KB dan mitos seputar kehamilan.
19
Alamiah Macam-macamnya : - Senggama terputus - Sistem kalender - Metode Amnore Laktasi (MAL) - Metode Observasi Bilings (MOB) - Basa Metabolit Temperature Dari macam-macam jenis KB alamiah, metode senggama terputuslah yang angka kegagalannya paling tinggi. Non alamiah Macam-macamnya : - Hormonal - Non hormonal Yang termasuk kedalam KB non alamiah jenis hormonal antara lain - SUNTIK, - PIL - SUSUK Sedangkan yang termasuk kedalam KB non alamiah jenis non hormonal antara lain - Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) → spiral - IUD - Kondom - Tisu - Jeli / foam - Kontrasepsi Mantap (Kontap), jenisnya MOW dan MOP Dari macam KB jenis non alamiah, yang paling kecil kegagalannya adalah Kontap / steril sedangkan yang paling aman adalah penggunaan kondom (meskipun jika ada kebocoran, itu tergantung pemakaian, dan sifatnya kasuistis). Fungsi kondom adalah selain sebagai alat kontrasepsi, juga bisa mencegah HIV AIDS dan penyakit menular seksual lainnya.
20
- - - -
Setelah senggama terus minum jamu dan loncat-loncat tidak akan terjadi kehamilan Perempuan bisa hamil jika sama-sama orgasme Perempuanlah yang sebaiknya memakai kondom Semua perempuan bisa cocok memakai semua alat kontrasepsi
Macam mitos seputar rmasalah KB dan kehamilan masih berkembang dan dipercayai anggota kelompok di Prumpung dan Muara Baru: Pil KB membuat gemuk
Minum air kelapa akan mempercepat kelahiran
Pil KB membuat kulit tidak sehat dan jerawatan
Jangan melakukan hubungan intim pada trimester pertama
Pil KB membuat tulang menjadi rapuh
Puting susu berwarna gelap, tanda anaknya laki-laki
Pil KB beresiko pada kandungan
Perutnya membulat tanda bayinya perempuan
Pil KB mengurangi kesuburan.
Minum susu kedelai nanti bayinya bisa putih
IUD biasa berpindah tempat setelah dipasang.
Ingin anak pintar maka sering berhubungan intim
Suntik KB dapat menghilangkan menstruasi
Banyak minum es, bayi nanti besar
Implant dapat berpindah tempat.
Air kelapa hijau membuat rambut bayi subur
d. Diskusi kritis tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam rangka kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang diperingati setiap tahunnya, maka Kalyamitra bekerjasama dengan Yayasan Pulih mengadakan dikusi komunitas di Prumpung, Jakarta Timur. Kegiatan ini diselenggarakan pada 6 Desember 2011 diikuti 15 orang anggota kelompok. Siska dan Cahyo dari Yayasan Pulih memberikan informasi tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Beberapa informasi terkait Kekerasan Dalam Rumah Tangga: definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga, contoh kekerasan, sasaran korban kekerasan, gambaran umum pelaku kekerasan, siklus kekerasan dalam hubungan personal, dampak kekerasa dan mengapa kekerasan terjadi. Selain itu, dibahas mengenai prinsip dasar pencegahan dan penanganan KDRT, bagaimana mengatasinya, langkah-langkah pencegahan, dan penanganan serta kemana harus mengadu jika mengalami KDRT atau melihat KDRT di sekitar tempat tinggal.
B.2. Semiloka Partisipasi Perempuan dalam Musrenbang (dan Audiensi) 1. Seminar Semiloka diawali dengan seminar yang bertema “Membangun Strategi Advokasi untuk Meningkatkan Keterwakilan Perempuan dalam Musrenbang” yang dilaksanakan pada 26 September 2011 di Hotel Lumire, Jakarta. Seminar dihadiri 100 orang peserta yang berasal dari kalangan aktivis, mahasiswa, akademisi, LSM, dan media dari seluruh wilayah Indonesia. Tujuan seminar ialah untuk: (1) Membangun wacana publik tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam Musrenbang diberbagai tingkatan; (2) Sosialisasi informasi tentang Musrenbang, termasuk hasil Musrenbangnas 2011 untuk mengetahui sejauh mana kepentingan perempuan diakomodir di dalamnya. Dalam seminar ini hadir pula anggota masyarakat yang merupakan kelompok dampingan Oxfam GB
21
dari Aceh dan Papua serta kelompok dampingan Kalyanamitra dari Lumajang, Jawa Timur. Ada testimoni dari Aceh yang diwakili oleh Siti Suryani, Papua diwakili oleh Mama Alince, dan Lumajang diwakili oleh Ninik Idaryati. Seminar ini menghadirkan empat narasumber: Hindun Barokah (Bappenas), Maulana (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KNPP&PA), Mimin Rukmini (Pattiro), dan Joko Sulistyo (Kalyanamitra), moderator oleh Enita (Kalyanamitra). Kesimpulan seminar: a. Kebijakan pemerintah untuk mendorong keterlibatan perempuan dalam Musrenbang sudah jelas, mulai dari landasan hukum, arah dan kebijakan, visi-misi, kondisi yang ingin dicapai, strategi, namun tidak maksimal di level implementasi ke tingkat bawah misalnya kecamatan/kelurahan (tidak ada evaluasi, monitoring top-down). b. Kebijakan penyelenggaraan Musrenbang yang partisipatif pra hingga pasca tidak maksimal sampai ke tingkat penyelenggara paling bawah, seperti desa/dusun (evaluasi dan monitoring topdown). c. Kebijakan Anggaran Responsif Daerah di tingkat daerah sudah ada (Permendagri No. 15 Tahun 2008) namun pelaksanaannya belum optimal. d. Sosialisasi Musrenbang di masyarakat, terutama untuk perempuan tidak maksimal.
22
e.
f. g. h. i.
Pelibatan perempuan dalam penyelenggaraan Musrenbang masih kurang (jumlah perempuan yang diundang sangat sedikit, hanya ketua PKK dan Posyandu), tidak dilibatkan dalam susunan kepanitiaan. Suara perempuan tidak diakomodir karena dianggap bukan elemen penting dalam musyawarah. Tak ada mekanisme pengawasan dalam proses Musrenbang oleh Bappeda. Kurangnya analisa gender dalam usulan Musrenbang. Tak ada mekanisme evaluasi oleh masyarakat untuk disampaikan ke pemerintah pusat/ daerah (tidak ada mekanisme pengaduan tentang Musrenbangdes atau terkait pelaksaaan Musrenbang).
2. Lokakarya Lokakarya dilaksanakan pada 27 September 2011, yang dihadiri 58 orang peserta. Fasilitator lokakarya ialah Ika Agustina (Kalyanamitra). Tujuan lokakarya ialah untuk: (1) Mengidentifikasi persoalan partisipasi perempuan dalam Musrenbang di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional serta (2) Merumuskan strategi advokasi masyarakat sipil untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam Musrenbang. Dalam lokakarya, peserta dari masingmasing daerah tukar pengalaman terkait masalah partisipasi perempuan dalam Musrenbang. Kemudian
masalah diklasifikasi menjadi 3 bagian: kultur, struktur dan substansi. Hasil identifikasi ialah berikut: 1. Papua - -
Musrenbang harus terjadi di kampung, distrik dan kabupaten. Perlu diperjelas mekanisme pengaduan seperti apa.
2. Bandung - -
Menggunakan strategi yang didiskusikan. Reformulasi peraturan tentang Musrenbang.
3. Aceh - -
- -
-
Regulasi yang ada sudah baik namun erlu sinkronisasi antara Kementerian/Lembaga. Permendagri tahun 2007 tentang monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan musrenbang, apakah rekomendasi yang telah dihasilkan dilakukan? Terkait dengan Partisipasi perempuan di tingkat kampong perlu dibuat regulasi Kantor PP dan PA perlu diperkuat dengan peningkatan status, khususnya di Aceh Utara. KNPP dan PA membuat peraturan yang mengharuskan daerah untuk pemberdayaan perempuan. Mendorong mekanisme kontrol terhadap implementasi pengarusutamaan gender di tiap SKPD.
4. Sulawesi Selatan - -
Sebaiknya ada musrenbang khusus perempuan. Sebaiknya semua instansi yang terkait hadir saat musrenbang.
5. Mataram -
Perlu melakukan evaluasi terhadap regulasi yang ada.
6. Kupang -
Respon pemerintah sudah cukup baik, dan proses musrenbang sudah sangat partisipatif.
7. Ambon -
Mendorong KNPP&PA untk memberikan rekomendasi kepada provinsi untuk memaksimalkan kerja pemberdayaan perempuan dan anak karena di Kab. Seram Barat, yang masih berada di bawah BKKBN.
8. Semarang -
Hasil pertemuan dan rekomendasi dapat diadopsi pemerintah, dan didesain dalam bentuk makalah policy review untuk materi advokasi.
1. Audiensi Audiensi dilakukan pada 28 September 2011 pasca seminar dan lokakarya dilaksanakan. Dengan melibatkan perwakilan Biro Pemberdayaan Perempuan, Gender Focal Point di Bappeda dan organisasi
23
masyarakat sipil dari Jakarta, Lumajang, Aceh, dan Papua, audiensi dilakukan ke tiga instansi: Kementerian Dalam Negeri, Kaukus Perempuan Parlemen DPD, dan Bappenas. Tujuan audiensi untuk menyampaikan persoalan rendahnya partisipasi perempuan dalam Musrenbang dan rekomendasi untuk pemerintah. Fokus diskusi audiensi tentang bagaimana alokasi anggaran di tiap daerah untuk masing-masing pos, memastikan bahwa suara perempuan diakomodir dalam keputusan-keputusan di musrenbang dan lainnya. - Audiensi di Kemendagri Audiensi diikuti 5 orang perwakilan yakni Rena Herdiyani (Kalyanamitra), Mia (OXFAM), Amel (GeRaK, Aceh), Siti Suryani (Aceh), Ance (YAPKEMA, Papua). Audiensi diterima oleh Ketut (Sekpri Dirjen PMD, Kasubag Persuratan, dan Arsip). Di Kemendagri ada bagian khusus yang menangani isu perempuan, yakni Subdit Pemberdayaan Perempuan, Direktorat Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat. Ketut menjelaskan hubungan antara pusat dan daerah hanyalah fasilitasi penyiapan regulasi, tidak bisa memaksa daerah untuk melakukannya, karena otonomi daerah. Ketut menyampaikan menampung semua aspirasi yang disampaikan kepada pihak yang lebih berwenang (Dirjen). Dia berjanji membantu pertemuan selanjutnya baik dengan Dirjen PMD maupun dengan Subdit Pemberdayaan Perempuan, Direktorat Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat. - Audiensi dengan Kaukus Perempuan Parlemen DPD RI Audiensi diikuti seluruh peserta Semiloka dari Aceh, Papua, Lumajang, Jakarta (Muara Baru dan Prumpung), OXFAM, dan Kalyanamitra, berjumlah
24
25 orang. Audiensi ini diterima oleh Aida Zulaika Ismeth Nasution, perwakilan DPD dari Bengkulu. Aida menyampaikan agar CSO mendukung penguatan lembaga (DPD) agar tidak hanya menjadi pengusul dan pembahas, namun juga independen memutuskan karena DPD sebagai wakil daerah paling tahu kondisi daerah dan tak terikat oleh fraksi. - Audiensi dengan Bappenas Audiensi diikuti seluruh peserta Semiloka dari Aceh, Papua, Lumajang, OXFAM, dan Kalyanamitra, berjumlah 15 orang. Audiensi ini diterima oleh Destri Handayani, staf direktur Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Destri menegaskan hal terpenting diadakannya Musrenbang ialah komitmen dan niat baik pemerintah di daerah. Hal yang dilakukan oleh CSO sudah benar untuk mendorong pemerintah mengimplementasikan UU tentang Musrenbang. - Audiensi dengan Bappenas Audiensi diikuti 3 orang: Listyowati, Joko S, dan Enita dari Kalyanamitra. Audiensi dilakukan pada 4 Oktober 2011. Audiensi ini diterima oleh Dida (Staf Ahli Menteri Ppn Bidang Hubungan Kelembagaan), Sanjoyo (Direktur Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Siliwati (Direktur Politik dan Komunikasi Publik). Tanggapan Bappenas, Dida menyatakan mengalami kesulitan yang sama untuk berkoordinasi dengan Kemendagri. Hal itu terlihat dari konsultasi publik untuk hasil musrenbangnas, dimana Kemendagri juga mengadakan acara yang sama. Pelaksanaan musrenbang, Bappenas mengakui, bahwa banyak kekurangannya. Bappenas sudah mengidentifikasi musrenbang secara keseluruhan, mulai dari tingkat
desa/kampung sampai dengan propinsi. Beberapa persoalan seperti substansi (ketersediaan informasi) sampai aspek teknis, termasuk sarana prasarana. Di beberapa daerah masih ada Musrenbang yang dimanipulasi. - Output kegiatan: 1. Terbangun wacana publik tentang pentingnya keterlibatan perempuan dalam Musrenbang. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya komentar yang mendukung kegiatan Kalyanamitra dalam mendorong keterlibatan perempuan dalam musrenbang (dalam facebook). 2. Terpublikasikan seminar dalam media online: dalam www.generasionline.com dan video wawancara Direktur Eksekutif Kalyanamitra terkait kegiatan seminar dalam www.youtube.com 3. Ada hasil pemetaan persoalan partisipasi perempuan dalam Musrenbang di berbagai wilayah di Indonesia dan rekomendasi baik untuk pemerintah maupun advokasinya oleh organisasi masyarakat sipil. 4. Terbangun komunikasi dengan beberapa instansi seperti Bappenas dan Kaukus Perempuan Parlemen di DPD tentang isu Musrenbang terkait hambatanhambatan yang terjadi di daerah.
5. Terdistribusi informasi dan fakta-fakta yang terjadi di daerah tentang pelaksanaan musrenbang dan keterlibatan perempuan kepada pemerintah dan parlemen.
B.3. Ekonomi Kelompok Komunitas Desa Pasrujambe, Lumajang, Jawa Timur Tahun 2011, program kegiatan di Lumajang memasuki tahun ke-3, dan beberapa kegiatan ekonomi dilakukan secara rutin. Data usaha kelompok:
25
Nama Kelompok Arimbi
Srikandi
Jenis usaha
Produsen
Keterangan
Kopi jambe dan kopi murni Mbah nah,usrek
Produksi berkelanjutan
Keripik mbothe
Sulikah, Usrek, Mbok Nah, Samik, Lasiyem, Qoyum,
Produksi berkelanjutan
Stick mbothe
Usrek, Sumarni
Produksi berkelanjutan
Keripik gadung
Semua anggota
Produksi musiman (berdasarkan masa panen gadung setahun sekali)
Jamu instant (kunyit instant, jahe, kunyit putih, mag ok, tombo linu,seger awak, keset rapet, jahe bledeg,)
siati, sulipah, umi, baidah, ana, muthowiyah, sani, sri
Produksi berkelanjutan
Kartini
Keripik jahe
siati, sulipah, umi, baidah, ana, muthowiyah, sani, sri
Produksi berdasarkan pesanan
Keripik pisang buah asin
Sani
Produksi berdasarkan pesanan
Keripik pisang agung manis Turiyah
Produksi berdasarkan pesanan
Keripik pisang buah manis
Turiyah
Produksi berdasarkan pesanan
Keripik pisang agung tawar Turiyah
Produksi berdasarkan pesanan
Keripik pisang buah tawar
Turiyah
Produksi berdasarkan pesanan
Gereh ikan asin Cut Nyak Dien
3G
Ninik, yuyun, umi khulsum, rohana
Produksi berkelanjutan
Jinggosari
-
-
-
KKM
-
-
-
26
Data keuangan kelompok-kelompok:
Srikandi Jenis Kegiatan THR Simwa DP Piutang Angsuran Jasa DA srikandi DA anggota Kas Laba toko Tabungan beras Piutang beras
Tahun 2007-2008 Rp 5.876.450 Rp Rp 3.151.000 Rp 8.525.000 Rp 8.662.200 Rp 900.000 Rp 253.850 Rp 515.550 Rp 2.000.000 -
2008-2009 Rp 807.500 Rp 151.000 Rp 1.720.400 Rp 12.454.000 Rp 11.490.600 Rp 1.039.700 Rp 653.000 Rp 264.750 Rp 701.000 Rp 3.200.000 937 kg 100,2 kg
2009-2010 Rp. 16.042.800 Rp Rp 3.851.100 Rp 11.347.000 Rp 15.313.500 Rp 1.830.000 Rp 888.300 Rp 200.500 Rp 115.5502,5 Rp 5.339.850 1513.51 kg 1329.77 kg
2010-2011 Rp 17.918.500 Rp 140.000 Rp 3.995.500 Rp 14.850.000 Rp 7.270.000 -
Kartini Jenis Kegiatan THR Simwa Dp Ds piutang Jasa Angsuran Uang pokok
Tahun 2007-2008 Rp 3.256.800 Rp Rp 367.000 Rp Rp 6,418,000 Rp 536,200 Rp 6,221,000 Rp 22,000
2008-2009 Rp 9.126.500 Rp 1,591,500 Rp 533,500 Rp -
2009-2010 Rp 27,062,500 Rp 665,000 Rp 460,500 Rp 185,000
2010-2011 Rp 11,061,000 Rp 770,500 Rp 487,000 Rp 142,000
Rp 32,605,000 Rp 2,238,000 Rp 32,710,000 Rp -
Rp 77,651,000 Rp 4,021,700 Rp 62,112,000 Rp -
Rp 11,867,000 Rp 251,400 Rp 9,811,000 Rp -
27
Arimbi Jenis Kegiatan THR Simwa Dp Ds Piutang Jasa Angsuran
Tahun 2007-2008 Rp 3,721,500 Rp Rp 421,000 Rp Rp 3,700,000 Rp 255,000 Rp 1,245,000
2008-2009 Rp 8,631,000 Rp 463,000 Rp 455,000 Rp 161,000 Rp 13,838,000 Rp 1,073,000 Rp 4,810,000
Jika dilihat data di atas, kelompok Srikandi, Kartini dan Arimbi, semuanya mengalami peningkatan jumlah tabungan hari raya (THR), sedangkan simpanansimpanan lainnya, seperti dana pendidikan dan dana sehat tidak tinggi kenaikannya. Penyebabnya tak lain karena anggota lebih tertarik untuk membeli kebutuhan lebaran daripada menabung untuk kesehatan dan pendidikan. Di kelompok KKM, sistem keuangannya belum lengkap dibandingkan kelompok lain. Di kelompok Jinggosari, keuangannya pun belum selengkap kelompok lain.
2009-2010 Rp 22,473,000 Rp 492,000 Rp 897,500 Rp 796,500 Rp 36,920,000 Rp 2,359,000 Rp 22,270,000
2010-2011 Rp 13,125,100 Rp 269,000 Rp 1,341,000 Rp 370,000 Rp 21,250,000 Rp 1,784,000 Rp 4,630,000
Kegiatan bazar diikuti kelompok-kelompok untuk memasarkan hasil produksinya, dalam peringatan ulang tahun Pure Mandari Giri Semeru Agung, pada 11-25 Juli 2011.
bantal, tutup galon dan baju anak dengan kreasi kain fanel. Kelompok ini sudah mempunyai pasar untuk produksinya yakni di acara masjid Luar Batang setiap malam Jumat. Sempat pula bekerjasama dengan pedagang keliling aneka aksesoris namun terhenti karena keuntungan yang didapat sangat kecil. Saat ini kelompok Marlina mulai memproduksi baju anak dengan logo/gambar yang dikreasi dari kain fanel. Keuntungan yang diperoleh kelompok ini dalam setiap kali produksi yakni di atas Rp 200 ribu. Jumlah ini dihasilkan setelah menghitung modal yang dikeluarkan dengan hasil penjualan. Keuntungan harus diputar lagi untuk ongkos produksi selanjutnya. Jika ditotal dalam rentang waktu hampir setahun kelompok sudah mengumpulkan keuntungan Rp 1,5 juta.
Komunitas Kampung Muara Baru dan Prumpung
2. Kelompok Mandiri
Perkembangan upaya ekonomi kelompok pada tahun 2011 adalah berikut:
1. Kelompok Marlina Jenis aksesoris saat ini yang berhasil diproduksi kelompok antara lain: jepitan, bando anak, sarung
28
Dalam 3 bulan kelompok Mandiri vakum melakukan kegiatan produksi membuat soto, karena sepi pembeli dan beberapa anggota kelompok mengikuti latihan teater dengan sangat intensif. Hampir setahun sejak pemberian modal (etalase, kompor, tabung gas serta peralatan makan), kelompok ini telah memutar hasil
keuntungan berjualan soto dengan memberikan paket cicilan daging sapi kepada anggotanya pada lebaran tahun 2011. Hasil keuntungan itu diputar untuk modal pinjaman anggotanya yang akan membuka usaha. Hingga kini kelompok Mandiri mempunyai uang kas kelompok sebesar Rp 900 ribu.
3. Kelompok Damai Jumlah anggota kelompok semakin sedikit, dari 6 orang menjadi 4 orang, dan hanya 3 orang yang aktif berproduksi. Kelompok ini mengalami banyak masalah dalam kegiatan usahanya. Ketidakaktifan anggota kelompok karena banyak kehamilan yang berbarengan, sehingga tidak memungkinkan terus berproduksi. Kemajuan kelompok ini ialah sudah bisa menjahit, meskipun masih terkendala dalam pembuatan pola. Yang belum terlihat dari kelompok ini ialah inisiatif untuk mendayagunakan peralatan bantuan modal (mesin jahit) yang dapat digunakan untuk usaha lain yang bisa digunakan agar menambah keuntungan usaha kelompok.
4. Kelompok Mawas Diri Saat ini, produk yang sudah dihasilkan kelompok antara lain: - - - - -
5 tas jinjing besar (terjual 1 saat pameran UKM seharga Rp 60.000 ) 6 dompet (terjual 2 saat pameran UKM seharga Rp 40.000 ) 2 tas slempang 3 tas rajut (terjual 1 saat pameran UKM seharga Rp 50.000 ) 1 tempat hp
Hasil keuntungan oleh kelompok ini tidak diputar lagi untuk ongkos produksi, namun dibagi ke anggota yang memproduksinya. Rumus hitungan di kelompok
ini tidak terlalu jelas, karena uang hasil penjualan biasanya langsung dibagi rata untuk semua anggota yang produksi.
5. Koperasi Perempuan Prumpung Mandiri (KPPM) Memasuki usia ke-2 tahun, KPPM terus melakukan perbaikan internal mulai dari manajemen keuangan, administrasi, dan keanggotaan. Beberapa kegiatan KPPM pada tahun 2011 yang dilakukan dalam rangka perbaikan diri: - Perencanaan strategis Ini dilaksanakan pada 14 Februari 2011 di Wisma Bumi Asih, dengan fasilitator Esrom Aritonang, dan hadir 4 orang pengurus, pengawas serta pendamping. Setahun perjalanannya, KPPM telah mengalami banyak dinamika terkait dengan manajemennya: keuangan, kepengurusan, dan keanggotaan. Hal itu akibat kurangnya keterampilan dan pengalaman dalam pengelolaan koperasi, baik di tingkat pengurus maupun pendamping. Seiring berjalannya waktu, masalah tersebut telah menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi koperasi ke depannya.Untuk menjadikan koperasi lebih maju dengan arah yang lebih jelas, maka perlu perencanaan yang matang untuk menentukan koperasi ini ke depannya. Untuk itu, KPPM mengadakan Perencanaan Strategis untuk merumuskan kembali arah koperasi ke depannya. - Studi banding Studi banding dilaksanakan pada 11 Maret 2011 dengan tujuan pembelajaran bagi pengurus Koperasi Perempuan Prumpung Mandiri dan komunitas Lumajang terkait perkoperasian serta penjajakan kerjasama pemasaran produk.
29
Dalam kunjungan ini, perwakilan KPPM terdiri 3 orang pengurus: Neneng, Rohati dan Rakhma dan 4 orang dari komunitas Lumajang: Tyo, Umroh, Sri, Septin dan Nita, sedangkan Naning dan Yani menjadi wakil dari Kalyanamitra Dalam kunjungan itu, banyak hal yang dipertukarkan antara pihak koperasi Lestari dan Kalyanamitra. Koperasi Lestari diwakili oleh Hamidah, Yeni, Nung, Wiwin dan Kholilah banya membagi pengalamannya dalam membangun koperasi Lestari hingga berhasil seperti sekarang. Koperasi Lestari berdiri pada tahun 2006. Nama Lestari merupakan singkatan dari Lumbung Ekonomi Sumber daya peTani mandiri. Sebelum berdiri, Elsphat terlebih dulu menginisiasi berdirinya Kelompok Perempuan Mandiri (KPM), yakni kelompok yang terdiri dari sekumpulan perempuan desa yang awalnya tidak mempunyai kegiatan apapun. Elsphat mendorong agar KPM membuat usaha bersama, hingga berhasil membuat aneka makanan keripik dan dodol. Namun dalam perjalannya, usaha ini tidak bertahan lama. Koperasi Lestari mempunyai 3 unit usaha: 1. Unit Produksi dan Pemasaran 2. Unit Simpan Pinjam 3. Unit Pendidikan dan Pelatihan.
B.4. Pelayanan Langsung Komunitas Kampung Muara Baru dan Prumpung - Kegiatan Foging Kegiatan dilaksanakan pada 19 Mei 2011, di Muara Baru di Rt 20A, 20B, 20C, 20D, 20E, 21A, 21B, 21C, 22A, 22B, 22C dan 22D. Jumlah yang di fogging mencapai 967 kepala keluarga. Kegiatan ini
30
sangat dinantikan warga setempat, karena Muara Baru difogging dua tahun yang lalu. April 2010, dua orang anak terkena demam berdarah di Marlina. Nyamuk sangat banyak di wilayah ini dan tumpukan sampah menyebar di mana-mana. Tanggapan masyarakat terhadap kegiataan fogging sangat baik. Foging di Prumpung dilaksanakan pada 20 Mei 2011 mulai jam 09.00-16.00 wib. Lokasi yang di fogging ialah Rw 12 dengan jumlah 1015 kk yang terdaftar, dan 15 kk belum terdaftar, serta warga musiman yang tinggal di Rw 12 ada 367 kk. Lokasi ini termasuk wilayah yang padat penduduk. Di wilayah ini yang terkena demam berdarah satu orang. Jenis penyakit lain yakni kaki gajah. Di Prumpung khususnya Rw 05, ada warga yang terkena penyakit kaki gajah. Penyemprotan di wilayah ini dilakukan satu tahun yang lalu. Pelaksanaan foging di Rw 12 sangat teratur, karena tiap warga meminta rumahnya untuk di semprot. Mereka menyangka kegiataan ini dari pihak Kelurahan atau Puskesmas. - Pengadaan Tong Sampah Untuk gerakan kebersihan lingkungan, disediakan
masing-masing pendamping lapangan. Tujuannya untuk melihat perkembangan, dinamika yang terjadi, melakukan koordinasi dan komunikasi dengan kelompok. Diharapkan kelompok makin kuat dan tidak pecah atau membubarkan diri. Berikut perkembangan tiap kelompok dampingan di tahun 2011.
Kelompok-kelompok di Desa Pasrujambe, Lumajang, Jawa Timur 1. Arimbi tong-tong sampah di beberapa sudut di wilayah tempat tinggal anggota kelompok di Muara Baru maupun Prumpung. Ada 28 unit tong sampah di Prumpung dan 12 unit tong sampah di Muara Baru. Kegiatan ini mendapat dukungan Ketua RW masing-masing wilayah. Ini menjadi kegiatan yang berkelanjutan bagi masyarakat Prumpung dan Muara Baru. - Teater Teater komunitas yang dibentuk Kalyanamitra pada tahun 2010 ditujukan sebagai wadah atau media bagi komunitas untuk mengekspresikan segala bentuk persoalan yang dihadapi oleh perempuan dalam kehidupan sehari-harinya. Harapannya ialah komunitas mampu membaca persoalan sosial yang terjadi di masyarakat dan menganalisa hingga menerjemahkannya kedalam bentuk ekspresi seni. Penampilan perdananya di acara Internasional Womens Day 2011 diselenggarakan pada 10 Maret 2011 di Pusat Perfilman Usmar Ismail. ang ada disekitar mereka.
B.5. Asistensi Kelompok Secara rutin dilakukan asistensi kelompok oleh
Anggota kelompok ini berjumlah 55 orang. Kelompok ini mempunyai kegiatan produksi dan simpan pinjam. Produk yang dibuat kelompok antara lain: kopi jambe, keripik mbothe, keripik gadung dan stick mbothe.
2. Srikandi Kegiatan yang dilakukan ialah pendidikan, simpan pinjam, dan toko sembako. Kelompok Srikandi juga memiliki usaha jual bensin, yang awalnya hanya 1 kios kini menjadi 2 kios. Jumlah anggota yang aktif berdiskusi 20 orang, dan jumlah keseluruhan anggota 56 orang. Anggota kelompok Srikandi kini sudah mulai berkembang karena mau lebih lama mengikuti diskusi rutin setiap Senin sore, selain berani mengutarakan pendapat masing-masing. Dalam produksi, kelompok masih membuat jamu instant jahe, kunyit, temulawak, beras kencur, kunci suruh, kunyit putih dan cabe puyang.
3. Kartini Anggotanya berjumlah 28 orang (anggota aktif pertemuan berjumlah 15). Kelompok ini mempunyai kegiatan produksi dan simpan pinjam. Produksi mereka antara lain : keripik pisang, gereh ikan asin dan carang mas. Produksi yang dilakukan kontinyu ialah
31
keripik pisang, sedangkan ikan asin dan carang mas dilakukan berdasarkan pesanan. Anggota kelompok yang bisa aktif mengikuti pertemuan di luar kelompok antara lain: Turiyah, Samiaseh, Cikrak, Sunaisah, Sriani, Sutiana dan Wiwit. Anggota lainnya sudah berani mengemukakan pendapat dan berbicara di depan forum.
4. Cut Nyak Dien Kelompok ini mempunyai kegiatan pendidikan dan produksi serta simpan pinjam. Pendidikan dan diskusi dilakukan bertujuan untuk meningkatkan wawasan anggota kelompok dan meningkatkan keterampilan. Jumlah anggotanya sekarang 52 orang. Anggota yang aktif berbicara di forum: Ninik, Vita, Sri Oza, Mulek, Siti Rohani. Anggota yang sudah melakukan kegiatan di luar kelompok: Rohana, Mulek, Vita, Siti Rohani, Ninik, Yuyun, Sri Oza dan Nani. Kelompok ini mempunyai produksi penyedap dari herbal. Di kelompok ini belum ada keterlibatan suami anggota kelompok dalam membantu proses produksi.
5. KKM Anggotanya berjumlah 11 orang. Anggota kelompok ini tidak hanya perempuan, namun juga laki-laki. Kegiatan kelompok ini ialah simpan pinjam. Untuk produksi, kelompok ini belum punya produk yang khas. Saat awal berdiri, kelompok memproduksi kerajinan tangan anyaman bambu, kemudian gethuk pisang.
6. Jinggosari Kegiatan yang dilakukan kelompokini yakni simpan pinjam. Kelompok ini belum fokus dalam melakukan produksi, meskipun sempat membuat onde-onde satelit. Meskipun produksi tidak maksimal, namun warga sekitar banyak tertarik untuk bergabung dengan kelompok
32
ini karena pendidikan kesehatan dan pelatihan herbal. Jumlah anggota kelompok saat ini 19 orang.
Kelompok-kelompok di Kampung Muara Baru dan Prumpung 1. Kasih Ibu Kelompok ini beranggotakan 8 orang. Beberapa anggota tersebut dikategorikan aktif, sedangkan yang tak aktif antara lain: Ningsih, Magdalena, Nani dan Nurhasanah. Kelompok ini didominasi beberapa orang. Patron terhadap ketua kelompok sangat besar, sehingga ketika ketua tak melakukan pertemuan, maka anggota lainnya tidak ada yang berinisiatif menggantinya. Dilihat tingkat kekritisan dalam setiap diskusi, anggota yang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat antara lain: Kurniaty, Wiwi, Ningsih dan Herawati.
2. Derap Kelompok ini yang masih aktif 4 orang, sedangkan Iwang, Sari Dewi dan Sari Ratna Dewi sudah mengundurkan diri. Anggota kelompok yang cukup maju ialah Rohati dan Aisyah. Mereka cukup mempunyai wawasan yang luas dan bisa diajak berdiskusi dengan kritis. Dari beberapa diskusi tentang tenaga kerja, sanitasi dan kespro, mereka bisa mengemukakan persoalan-persoalan yang sedang terjadi di lingkungannya, meskipun belum sampai pada tahap menganalisa penyebab. Keduanya aktif ketika diajak melakukan kegiatan di luar kelompok, seperti teater, pelatihan maupun seminar. Sedangkan anggota lainnya, tidak terlalu aktif baik dalam diskusi maupun kegiatan di luar kelompok.
3. Sejahtera, Anggur, Sumber Rejeki (gabungan) Anggota kelompok gabungan ini hampir 30 orang,
namun yang tergolong aktif mengikuti kegiatan hanya 15 orangan. Kesibukan mencari nafkah menyebabkan mereka tidak fokus mengikuti kegiatan di kelompoknya.
4. Marlina Anggota kelompok ini yang masih aktif 6 orang. Jika dilihat tingkat kekritisan dalam memahami isu dalam diskusi, kelompok ini tidak ada yang pintar menanggapi maupun bertanya balik. Anggotanya belum ada yang berani mengungkapkan pendapatnya.
5. Mandiri Anggota yang aktif dalam kelompok ini cukup banyak. Tempat tinggal yang berdekatan menyebabkan kelompok ini cukup kompak dalam melakukan kegiatan diskusi maupun lainnya. Untuk mengikuti kegiatan di luar kelompok, hanya beberapa anggota yang bisa. Tingkat kekritisan anggota kelompok cukup baik, terlihat dalam setiap diskusi mereka aktif menanggapi dan bertanya.
kali terbentuk dan didampingi untuk pembuatan tas dari kertas semen. Sampai kini, kelompok masih aktif mengikuti kegiatan, seperti teater.
B.6. Peringatan Hari Perempuan Internasional Peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret menjadi momen sangat penting dalam sejarah gerakan perempuan di dunia. 101 tahun yang lalu para perempuan di dunia secara serentak melakukan aksi terhadap kondisi krisis yang melanda perempuan akibat industrialisasi. Kalyanamitra bekerjasama dengan Oxfam GB melakukan serangkai kegiatan dengan tema “Bebaskan Perempuan dari Belenggu Ketidakadilan! Wujudkan Kemerdekaan dan Kesetaraan bagi Perempuan”. Kegiatan dilaksanakan mulai 9-11 Maret 2011. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan:
1. Temu perempuan
Anggota kelompok ini yang aktif hanya 3 orang, sedangkan lainnya tidak karena 2 anggota lainnya baru melahirkan, sehingga tidak fokus mengikuti kegiatan kelompok. Ketiganya memang cukup aktif, terutama dalam mengikuti diskusi. Pengetahuannya pun cukup bagus. Mereka sudah bisa bertanya dan mengemukakan pendapatnya dalam forum diskusi. Kelompok ini cukup sulit diajak mematuhi jadwal diskusi, sehingga sering batal tiba-tiba.
Kegiatan ini merupakan ajang bertukar informasi dan pengalaman komunitas dan CSO dalam upaya pemberdayaan di tingkat grassroot. Hadir dalam temu ini komunitas dan CSO dari Aceh, Jakarta, Lumajang, dan Papua. Pertemuan difasilitasi oleh Budshi dengan mengajak peserta menuangkan ide-ide cemerlangnya untuk masa depan perempuan melalui papan visi. Peserta sangat antusias dan aktif terlibat dalam pertemuan ini. Banyak pengalaman dan informasi yang digali dalam pertemuan ini, yang kemudian dapat menjadi inspirasi bagi sesama peserta.
7. Mawas Diri
2. Pertunjukan seni
6. Damai
Kelompok ini tidak lagi menjadi prioritas sasaran diskusi. Kelompok ini dilibatkan karena mengingat ‘kesejarahan’ saja. Dulu kelompok inilah yang pertama
Kegiatan ini puncak serangkaian kegiatan Hari Perempuan Internasional 2011. Berbagai unsur
33
masyarakat, kalangan NGO, dan individu yang peduli terhadap kondisi perempuan berkumpul bersamasama menggalang dukungan dalam advokasi hak-hak perempuan. Kali ini art performance menjadi pilihan bentuk kegiatan. Tujuan kegiatan ini adalah: a. Mengampanyekan isu-isu perempuan yang ada melalui ekpresi seni; b. Membuka ruang bagi perempuan untuk berbicara akan hak-haknya; c. Menggalang dukungan dan opini publik pentingnya membuka akses dan kontrol perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Selain penampilan seni, ada pidato kebudayaan yang disampaikan oleh Valentina, yang mengangkat bentuk masalah terhadap perempuan, seperti diskriminasi, pelecahan dan kekerasan terhadap perempuan. Penyampaian juga dilakukan oleh komunitas-komunitas dampingan Oxfam dan Kalyanamitra: a. Tari Ngremo dari Lumajang Jawa Timur, yang menggambarkan sikap perlawanan arek-arek Suroboyo. b. Kabaret dari Aceh, yang memaparkan masalah buruknya pelayanan kesehatan bagi perempuan
34
c.
d.
di wilayah Aceh Utara dan bagaimana masyarakat sipil bekerjasama untuk melakukan sebuah pemberdayaan masyarakat. Puisi dan Lagu dari Paniai Papua dengan menggunakan Bahasa Mee yang menggambarkan ajakan untuk bersama-sama terlibat dalam Pembangunan dan meningkatkan martabat perempuan. Dimulai dari keluarga sendiri dan dilakukan juga di masyarakat. Monolog oleh Butet Kertaradjasa, yang menyampaikan kritik kepada pemerintah terhadap kondisi dan masalah perempuan di Indonesia.
3. Audiensi di Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Audiensi ini bertujuan membangun komunikasi antara masyarakat sipil dengan pemerintah terkait isu-isu perempuan di wilayah masing-masing. Hasil ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam melaksanakan program-programnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pertemuan ini dihadiri: a. Perwakilan tim RHV Aceh, yang memaparkan kondisi pelayanan kesehatan di Aceh Utara, pendampingan perempuan korban kekerasan
b.
c.
d. e.
dan keterlibatan mereka dalam proses-proses musrenbang. Perwakilan tim RHV Papua, yang memaparkan kinerja Biro Pemberdayaan Perempuan propinsi dan kabupaten yang tak bekerja sesuai mandatnya, yakni melakukan perlindungan dan pemberdayaan perempuan di Paniai. Perwakilan komunitas Lumajang, yang memaparkan sulitnya perempuan terlibat dalam musrenbang dan kondisi layanan kesehatan ibu dan anak yang tidak menjawab kebutuhan masyarakat. Kalyanamitra Oxfam GB
Dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dihadiri: a. Sekretaris Kementrian b. Asdep Perlindungan Anak
c. d. e. f. g.
Asdep Traficiking Asdep Tumbuh Kembang Anak Asdep PUG bidang Politik sosial dan hukum Asdep Perlindungan Perempuan Kepala Urusan Rumah Tangga
B.7. Jaringan Tahun 2011, Kalyanamitra terlibat dalam beberapa jaringan kerja baik di tingkat nasional maupun regional. Beberapa kali Kalyanamitra mendapat kesempatan menangani kegiatan yang bekerjasama dengan organisasi lain, seperti isu ASEAN.
Peran Kalyanamitra dalam Cedaw Working Group Indonesia Kegiatan yang dilakukan sepanjang tahun 2011 meliputi:
1. Penyusunan laporan independen NGO tentang konvensi CEDAW di Indonesia Laporan independen NGO tentang konvensi CEDAW di Indonesia adalah laporan kedua yang disusun oleh CWGI. Laporan pertama disusun dan dikirim ke Komite CEDAW PBB pada tahun 2007. Dalam penyusunannya, CWGI melibatkan NGO yang peduli pada isu-isu perempuan minoritas: perempuan adat, perempuan difabel, dan perempuan dengan HIV/ AIDS. Penyusunan laporan tahun 2011 lebih fokus pada finalisasi draft laporan CEDAW dengan empat kegiatan: a. Penyusunan dan pengiriman daftar isu dan persoalan ke Komite CEDAW PBB Pada Agustus 2011, CWGI menyusun dan mengirimkan daftar isu dan masalah, yang berisikan daftar isu dan usulan pertanyaan untuk pemerintahan Indonesia. CWGI mengangkat 7 isu krusial yang terkait pelanggaran hak asasi perempuan sepanjang tahun 2007-2011: (1) Amandemen UU Perkawinan, (2) Legitimasi Praktik Sunat Perempuan, (3) Tidak adanya perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga Indonesia di Luar Negeri dan Dalam Negeri; (4) Diskriminasi terhadap perempuan dalam UU Pornografi; (5) Pengabaian kewajiban negara terhadap peraturan-peraturan daerah yang diskriminatif, (6) Minimnya perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan seksual, (7) Diskriminasi terhadap perempuan yang hidup dengan HIV/AIDS. b. Lokakarya nasional laporan independen Lokakarya nasional dilakukan pada 16-17 November 2011 di Wisma PKBI Jakarta. Pesertanya dari anggota CWGI, NGO Jakarta dan daerah, perwakilan Komnas Perempuan. Hasil lokakarya ini ialah masukan
36
terhadap draft laporan kedua yang disusun CWGI. Beberapa pasal yang diangkat dalam draft laporan kedua CWGI: • Pasal 1-5 tentang kewajiban negara untuk implementasi CEDAW • Pasal 6 tentang perdagangan perempuan • Pasal 7 tentang partisipasi perempuan dalam politik • Pasal 9 tentang kewarganegaraan • Pasal 11 tentang ketenagakerjaan • Pasal 12 tentang kesehatan • Pasal 13 tentang manfaat ekonomi sosial • Pasal 14 tentang perempuan pedesaan • Pasal 15 tentang persamaan dimuka hukum • Pasal 16 tentang perkawinan c. Konsinyering finalisasi laporan independen Konsinyering finalisasi laporan dilakukan pada 5-6 November 2011 di Galeri 678 Kemang. Peserta yang hadir adalah anggota CWGI (Kalyanamitra, Solidaritas Perempuan, LBH Apik Jakarta, Yayasan Kesehatan Perempuan, Rumpun Gema Perempuan,Rahima), ASPPUK, dan SPSI Reformasi. Hasil konsinyering ialah revisi laporan sesuai masukan peserta dari acara lokakarya di Wisma PKBI, Jakarta, dan kesepakatan bersama untuk meringkas substansi tiap pasal di dalam laporan. d. Diskusi dengan pemerintah tentang laporan independen Kegiatan dilakukan pada 20 Desember 2011 di Hotel Grand Sahid, Jakarta. Perwakilan dari pemerintah yang hadir: Kementerian Kesehatan, Polda DKI Jakarta, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, BPHN, Mahkamah Agung. Tujuan kegiatan ialah berbagi informasi tentang substansi laporan independen CEDAW NGO dan membangun dialog konstruktif dengan pemerintah untuk mendorong implementasi Konvensi CEDAW di Indonesia. CWGI mendapat masukan dan kritikan dari perwakilan instansi pemerintah yang hadir antara lain: terkait Permenkes tentang sunat perempuan, perlu memasukkan perkembangan mekanisme HAM ASEAN di bab pendahuluan, Keputusan Kapolri tahun 2010 yang mengubah Pengalihan Fungsi Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) menjadi Unit Remaja, Anak dan Wanita (Renakta), dan lainnya.
2. Advokasi RUU Kesetaraan Gender UU tentang Kesetaraan Gender diperlukan untuk memperkuat implementasi Konvensi CEDAW dan strategi pengarusutamaan gender di Indonesia di berbagai tingkatan. Saat ini pemerintah Indonesia (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KNPP dan PA), telah mengajukan satu draft RUU Kesetaraan Gender menjadi usulan inisiatif DPR RI (Komisi 8) dalam Program Legislasi Nasional 2011. Dalam pandangan CWGI, draft RUU Kesetaraan Gender versi pemerintah ini kurang tegas dalam mengadopsi prinsip-prinsip CEDAW. Hak asasi
37
perempuan yang diatur dalam draft RUU versi pemerintah kurang komprehensif. Selain itu, mekanisme pemenuhan hak asasi perempuan yang diatur dalam draft RUU versi pemerintah tidak jelas, karena lebih mengatur mekanisme monitoring pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG). Oleh karena itu, CWGI merumuskan draft sandingan Naskah Akademik dan RUU Kesetaraan
1) Pertemuan persiapan tim drafter RUU Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan (2 kali) Pertemuan pertama dilakukan pada 21 Februari 2011 di Kalyanamitra, sedangkan pertemuan kedua dilakukan pada 15 Maret 2011 di Pusat Kajian Gender Universitas Indonesia, Salemba. 2) Studi literatur Studi literature dilakukan dengan mempelajari RUU Kesetaraan Gender dari negara lain melalui browsing internet. 3) Lokakarya RUU Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan dengan organisasi masyarakat sipil di Jakarta (2 kali)
Gender versi masyarakat sipil yang berperspektif Hak Asasi Perempuan. Dalam draft RUU ini diatur 16 hak-hak perempuan yang dijamin dalam Konvensi CEDAW dan Beijing Platform for Action, serta bagaimana mekanisme kelembagaan untuk pemenuhan hak-hak tersebut. CWGI mengusulkan perubahan judul RUU Kesetaraan Gender versi Pemerintah dengan usulan judul lain, yakni “RUU tentang Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan”. Beberapa kegiatan yang dilakukan CWGI untuk advokasi RUU Kesetaaan Gender sepanjang tahun 2011:
38
Lokakarya pertama dilaksanakan pada 11 Maret 2011 di Hotel Akmani dan dihadiri 40 peserta dari berbagai organisasi lintas sektor dan LSM perempuan, HAM, pemberdayaan ekonomi, hukum, lingkungan, dan lainnya. Lokakarya bertujuan melakukan sosialisasi RUU Kesetaraan Gender yang sedang disusun atau dirumuskan oleh KNPP dan PA, serta informasi perkembangan pembahasan di DPR RI, karena menjadi prioritas program legislasi nasional 2011. Workshop ini menghadirkan narasumber dari Komnas Perempuan (Desti Wirabrata), Ita Nadia dari UN Women dan Mitra Perempuan (Rita Serena Kolibonso). Lokakarya kedua dilaksanakan pada 30 April 2011 di Hotel Akmani. Dalam workshop ini, tim drafter CWGI mempresentasikan draft Naskah Akademik dan RUU yang telah disusun dan mendapat masukan dari peserta workshop. 4) Pertemuan tim drafter RUU Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan (12 kali) Pertemuan tim drafter dilakukan dalam 3 tahap, yakni
tahap pertama penyusunan draft naskah akademik dan RUU tentang kesetaraan gender usulan dari masyarakat sipil; tahap kedua drafting penyempurnaan naskah dan draft pasca lokakarya konsultasi, serta tahap ketiga drafting penyempurnaan naskah dan draft pasca lokakarya nasional. Pertemuan itu dilakukan sebanyak 12 kali: No
Tanggal
Tempat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
22 Maret 2011 28 Maret 2011 2 April 2011 9 April 2011 16 April 2011 25 April 2011 6 Mei 2011 9 Mei 2011 21 Mei 2011 28 Mei 2011 3 Juni 2011
12
12 Juli 2011
PSG UI Salemba Mitra Perempuan Raca Institute Raca Institute Raca Institute Mitra Perempuan Kalyanamitra Kalyanamitra Raca Institute Raca Institute Urban Kitchen, Plaza Senayan City Kalyanamitra
Achie Luhulima, Saparinah Sadli, Magdalena Sitorus, Tumbu Saraswati). Dalam pertemuan itu, Smita Notosusanto tidak datang tetapi memberikan masukan secara tertulis. 6) Lokakarya Nasional RUU Kesetaraan Gender dengan organisasi masyarakat sipil di Jakarta dan beberapa daerah
Tim drafter yang hadir
7 orang 7 orang 6 orang 5 orang 5 orang 7 orang 7 orang 6 orang 7 orang 5 orang 4 orang 4 orang
5) Pertemuan konsultasi Tim drafter CWGI melakukan konsinyering pada 1819 April 2011 di Wisma PGI untuk menyempurnakan draft Naskah Akademik RUU Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan. Pertemuan dilakukan sebagai persiapan pertemuan konsultasi dengan tim pembaca kritis. Pertemuan dengan pembaca kritis dilakukan pada 28 April 2011 di ruang pertemuan Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) dan dihadiri 7 orang drafter dan 5 orang pembaca kritis (Sjamsiah Achmad,
Lokakarya nasional dilakukan tanggal 12-13 Mei 2011 di Hotel Ibis Tamarin dan dihadiri 45 peserta, dan 15 di antaranya dari luar kota (Surabaya, Makassar, Bandung, Ambon, Nangro Atjeh Darussalam, Makassar, Sulawesi Tengah, Mataram, Banjarmasin, Sulawesi Utara, Malang, Bali, Jogyakarta, Medan dan Bengkulu). Peserta terdiri atas akademisi, LSM, lembaga negara, maupun jaringan. Hadir narasumber dari Komisi VIII DPR RI dan tim perumus dari KNPP dan PA di sesi pertama lokakarya serta Rita
39
Serena Kolibonso sebagai wakil tim drafter di sesi kedua. Peserta lokakarya yang hadir sepakat untuk membentuk Jaringan Advokasi Hak-hak Perempuan (JAHP) untuk mendukung advokasi RUU Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan. 7) Pertemuan finalisasi Pertemuan tim drafter untuk finalisasi draft Naskah Akademik dan RUU sebenarnya dilakukan dalam beberapa kali pertemuan informal maupun melalui email. Dalam finalisasi dilakukan penyelarasan antar pasal dalam RUU, penyelarasan antara RUU dengan Naskah Akademik, dan editan agar alur RUU menjadi jelas dan teratur. 8) Publikasi RUU dan Naskah Akademik tentang Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan RUU tentang Persamaan dan Keadilan untuk Perempuan diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dan dicetak dalam bentuk buku bersama Naskah Akademiknya berjumlah 20 eksemplar. CWGI juga membuat factsheet yang berisi substansi ringkasan RUU dan Naskah Akademik sebagai bahan lobby ke pemerintah dan DPR RI.
Peran Kalyanamitra dalam Jaringan Kerja Prolegnas Pro Perempuan (JKP3) Tahun 2011, kegiatan yang dikerjakan jaringan JKP3 difokuskan pada advokasi Amandemen UU Perkawinan. Beberapa kegiatan yang dilakukan: 1. Penyusunan draft naskah akademik RUU Perkawinan berdasarkan RUU yang telah disusun oleh tim CWGI. Pembahasan lebih fokus per pasal dan detail klausul-klausulnya. 2. Pertemuan-pertemuan pembahasan naskah
40
akademik dengan melibatkan indvidu-indvidu atau organsasi di luar anggota JKP3, seperti PD Politik, KOWANI, SAPA Indonesia, dan lainnya. Kegiatan jaringan JKP3 baru diadakan pada 9 Juni 2011 di Kalyanamitra. Agenda yang dibahas, yakni: 1) Mendata kembali pekerjaan rumah yang harus dikerjakan JKP3 terkait mandat tahun 2005, dan 2) Membahas perkembangan Program JKP3 terkait kebijakan, baik yang dibahas di DPR maupun inisiasi. - Pekerjaan rumah JKP3 Berikut adalah legislasi yang telah dikawal JKP3: 1) RUU Trafficking menjadi UU No. 21/2007; 2) RUU kewarganegaraan menjadi UU No. 12/2006; 3) RUU keimigrasian menjadi UU No. 6/2011; 4) RUU Pornografi menjadi UU No. 41/2008; dan 5) RUU Kesehatan menjadi UU No. 23/2009. Rancangan Undang-undang yang masih harus diperjuangkan adalah: 1). RUU KUHP/ KUHAP; 2) Amandemen UU perkawinan; 3) RUU Kekerasan Seksual; 4) RUU Bantuan Hukum (yang sedang dibahas di Baleg); 5) RUU PRT; 6) RUU PPTKILN; 7) RUU Kesetaraan Gender; 8) SOP KDRT; 9) Family Court; dan 10) Permenkes tentang Sunat Perempuan.
- Sharing Perkembangan Berikut hasil tukar pengalaman perkembangan terkait kebijakan yang harus dikawal JKP3:
Judul RUU
Sharing Perkembangan
Action Plan
RUU PRT
Harus ada bahan lobi dari perspektif majikan (perempuan).
Diskusi, penguatan advokasi di kelompok majikan untuk “penguatan jaringan” bertempat di Komnas Perempuan, dengan mengundang Estu (Jala PRT)
RUU PPTKILN
Belum ada RDPU di DPR resmi dari jaringan
Akan dibantu dalam pengemasan bahan dan diplomasi untuk lobi
RUU KUHP/ KUHAP
Amandemen UU Perkawinan
-
Perkembangan terakhir adalah hasil dari rapat di Ibis Tamarin yang diadakan oleh Apik Jakarta
-
Bulan Mei/Juni 2011, RUU KUHP/ KUHAP masuk ke presiden Rewriting naskah akademis berdasarkan masukan dari expert meeting dan pertemuan Kowani, yang dilakukan oleh Mba Kristi Purwandari (UI) dan Ibu Nur
-
-
RUU KG
Isu yang masih dibicarakan untuk dirumuskan : pembakuan peran, umur dewasa, poligami, pengasuhan anak, pencatatan perkawinan, dampak perceraian
-
Akan ada sosialisasi dari team perumus
-
-Sudah ada draft terakhir dari team perumus
-
Dibahas naskah akademis di Baleg
Menunggu sharing perkembangan dari PJ (Fauzie, LBH Apik)
-
Memperluas kerja dari kantor catatan sipil
-
Diskusi serial per isu yang krusial, usulan rumusan high call dan strategi kampanyenya.
-
Dibuat rumusan yang dikelompokkan perisu, perbandingan dengan Negara lain dan rujukan CEDAW
-
Kowani, Dewi Motik (ketua), agar bisa disosialisasikan ke Kowani lainnya.
-
Terkait dengan “klub istri penurut” konfrensi pers (Komnas Perempuan) dan sosialisasi mengenai amandemen UU perkawinan dan kekerasan terhadap perempuan dikonfirmasi ke Komnas Perempuan, apakah akan joint statement mengenai “klub istri penurut”?
41
Sampai akhir tahun 2011, draft naskah akademik untuk RUU Perkawinan belum selesai dan tetap dilanjutkan pada tahun 2012. Kalyanamitra tidak secara aktif bekerja dalam jaringan ini, tetapi berkontribusi secara substansi.
Peran Kalyanamitra dalam Barisan Perempuan Indonesia (BPI) Jaringan ini bersifat cair dan tidak terstruktur anggota dan kegiatannya. Akan tetapi, tetap mempunyai arah membangun gerakan perempuan bersama gerakan sosial lainnya. Kegiatan jaringan banyak diisi dengan diskusi-diskusi internal BPI untuk membangun ideologi dan prespektif tentang gerakan perempuan. Kegiatan yang dilakukan tahun 2011:
1. Aksi Hari Perempuan Internasional Kegitan berlangsung pada 8 Maret 2011, tepat pada peringatan hari perempuan internasional, dari berbagai elemen gerakan perempuan di sektor; buruh, petani, nelayan, kaum miskin kota, mahasiswa, pekerja rumah tangga. Semua peserta aksi akan membawa panji-panji yang mengambarkan kondisi perempuan saat ini, yang krisis. Beberapa bendera negara lain juga dikibarkan
42
untuk menunjukkan bahwa kondisi krisis tidak hanya dialami oleh perempuan Indonesia namun juga perempuan di seluruh belahan di dunia. Aksi didukung tidak hanya oleh Barisan Perempuan Indonesia tetapi juga dari organisasi dan jaringan lainnya, seperti KIAS (Komunitas untuk Indonesia yang Adil dan Sejahtera). Aksi dilakukan di halaman depan Istana Negara. Aksi diikuti 100 orang baik perempuan maupun laki-laki.
2. Tribute to Marsinah dan Umi Sardjono Dialog Imajiner antara Marsinah dan Umi Sardjono diselenggarakan oleh Barisan Perempuan Indonesia (BPI) bertempat di Studio Dolorosa, 8 Mei 2011, jam 19.00-21.30 wib. Kegiatan dilakukan dalam rangka memperingati 17 tahun gugurnya Marsinah dan 40 hari wafatnya Ibu Umi Sardjono. Peserta yang hadir 50 orang, terdiri atas buruh, aktivis perempuan, media, dan mahasiswa.
Peran Kalyanamitra dalam jaringan Regional dan Internasional Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kalyanamitra, Amnesty Internasonal dan beberapa organisasi masyarakat sipil untuk merespon terbitnya
Peraturan menteri Kesehatan tentang Sunat Perempuan (Permenkes No. 1636/MENKES/PER/XI/2010) yang melegitimasi praktik diskriminasi kekerasan terhadap perempuan. Konferensi Pers diadakan di Bakoel Coffee Cikini, tanggal 23 Juni 2011. Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut: Ratna Batara Munti (Federasi APIK), Masruchah (Komnas Perempuan), Siti Musdah Mulia (ICRP), Maria Ulfa Anshor (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) serta moderator Rena Herdiyani. Ada 31 orang dari berbagai media cetak yang hadir seperti dari The Jakarta Pos, Indopos, Radar Tasikmalaya, Koran Sindo, VHR Media, Ayah Bunda, Femina, Gatra, Kompas TV, Pesona Magazine, Majalah Parenting, Sinar Harapan, Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Jurnal Nasional. Selain itu, hadir perwakilan organisasi masyarakat sipil: ICRP, APAB, Komnas Perempuan, AMAN Indonesia dan lainnya. Disampaikan bahwa medikalisasi praktek sunat perempuan oleh petugas kesehatan, baik dengan tindakan pengirisan, pemotongan atau pengguntingan, maupun perusakan alat kelamin perempuan dan sekitarnya, sebenarnya telah dilarang oleh Kementerian Kesehatan RI melalui Surat Edaran tentang Larangan Medikalisasi Sunat Perempuan bagi Petugas Kesehatan No.HK.00.07.1.3.1047a yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sunat Perempuan justru bertolak belakang dengan Surat Edaran tersebut, dan kemunduran bagi penegakan hak asasi perempuan oleh Kementerian Kesehatan RI.
Peran Kalyanamitra dalam advokasi mekanisme HAM ASEAN Pada tahun 2011, Kalyanamitra aktif dalam melakukan advokasi mekanisme HAM ASEAN, yang bekerjasama
dengan jaringan nasional dan regional. Kalyanamitra menjadi national focal point Indonesia untuk Women’s Caucus. Jaringan ini merupakan jaringan regional NGO Perempuan dari 11 negara di Asia Tenggara (Singapura, Thailand, Philipina, Brunei Darusalam, Malaysia, Timor Leste, Indonesia, Cambodia, Laos, Vietnam dan Burma). Jaringan ini aktif melakukan advokasi agar perspektif perempuan ada dalam mekanisme HAM ASEAN. Kegiatan yang dilakukan oleh Kalyanamitra dalam rangka advokasi mekanisme HAM ASEAN adalah mempersiapkan kegiatan ACSC/APF (ASEAN Civil Society Conference/ ASEAN People’s Forum) yang dilaksanakan pada Mei 2011. Persiapan ACSC/ APF ini dilakukan bekerjasama dengan jaringan di tingkat nasional, seperti HRWG, Pattiro, ASETUC, KIARA, dan lainnya. Kalyanamitra juga mengorganisir pertemuan-pertemuan NGO perempuan di Jakarta untuk mempersiapkan lokakarya tematik di ACSC/ APF yang bertema “Gender Equality and Women’s Rights”. Kalyanamitra dan jaringan NGO perempuan nasional dan Women’s Caucus (jaringan regional NGO perempuan di Asia Tenggara yang melakukan advokasi ASEAN) berupaya memastikan agar isu-isu perempuan diangkat dalam lokakarya-lokakarya tematik dan menjadi rekomendasi ACSC/APF untuk selanjutnya disampaikan kepada pemimpin negara-negara anggota ASEAN dalam ASEAN Summit. Kalyanamiitra juga bekerjasama dengan jaringan regional Women’s Caucus melakukan dialog informal dengan perwakilan ACWC (ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women’s and Children) dalam pertemuan ACWC yang pertama pada Februari 2011 di Jakarta. Kalyanamitra dan Women’s Caucus melakukan lobi isu-isu perempuan di Asia Tenggara, yang diharapkan menjadi prioritas
43
oleh ACWC dalam rencana kerjanya, di antaranya hak ekonomi perempuan, partisipasi politik perempuan, kebijakan dan praktik diskriminatif terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan,serta perempuan dan migrasi.
C.
Capaian Divisi Program
Dalam kurun waktu 2011 beberapa capaian kerja dapat dilihat sebagai hasil pelaksanaan kegiatan: 1. Kapasitas staf program meningkat dalam pengelolaan kerja masing-masing bidang, fasilitasi forum, melakukan kajian dan berjejaring dengan lembaga-lembaga lain. 2. Telah dicetak hasil kajian kebijakan terkait dengan partisipasi perempuan dalam musrenbang. 3. Situs dan perpustakaan on-line yang terkelola cukup baik telah mempublikasikan Kalyanamitra sehingga dikenal publik kegiatan-kegiatannya. Hasilnya menjadi acuan sebagai organisasi perempuan yang konsisten memperjuangkan hak-hak perempuan. 4. Beberapa anggota kelompok dampingan telah mampu melakukan “daya tawar” dengan pasangannya, terutama dalam kerja-kerja domestik dan publik (Wiwik dari Prumpung dan Jumiati dari Pasrujambe). 5. Timbul keberanian dan kepercayaan diri anggota kelompok dalam mengelola kegiatan, sehingga beberapa kelompok terlihat mulai mandiri, misal Koperasi PPM dan organisasi PPARI.
D.
Rekomendasi
1. Evaluasi secara berkala kinerja staf agar apa yang dilakukan selama ini mengalami perbaikan dan
44
kemajuan. 2. Diskusi bersama untuk merespon isu-isu terkini yang berkembang, kemudian menentukan langkah yang akan diambil organisasi, misalnya peryataan sikap atau konferensi pers. 3. Mencari cara promosi baru agar terjaring anggota baru perpustakaan. 4. Program pendampingan komunitas tidak harus karena projek, sehingga dapat maksimal. 5. Peningkatan kapasitas staf dalam pengelolaan program secara menyeluruh harus terus ditingkatkan.
Divis i K e o r g a n i s a s i a n Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan Divisi Keorganisasian dimaksudkan untuk mendukung kerjakerja organisasi dalam mencapai visi dan misi strategis organisasi, yang telah dituangkan dalam hasil Renstra 2010-2012. Pengembangan institusi dan organisasi Kalyanamitra menjadi titik yang krusial, karena kemajuannya sangat bergantung pada sejauh mana organisasi dikelola secara baik dan benar serta efisien dan efektif. Di samping itu, pengembangan institusi dan organisasi harus ditopang dengan pengembangan sumberdaya lainnya, seperti sumberdaya manusia, keuangan, dan sarana prasarana (infrastruktur).
A. 1.
Pengembangan Institusi dan Organisasi Penguatan melalui Mitra Kalyanamitra dan Jaringan
Kritis
Tahun 2010 Kalyanamitra membentuk suatu mitra dialog kritis yang terdiri atas tiga orang pihak luar, yang secara bersama-sama bersedia mendukung kerja-kerja organisasi melalui diskusi-diskusi kritis intensif mengenai arah dan strategi lembaga ke depan. Sepanjang tahun 2011 rencana untuk berdiskusi intensif dengan Mitra Kritis sebanyak 4 kali tidak terealisasi, karena tingkat kesibukan tim manajemen yang luar biasa. Jejaring Kalyanamitra tahun 2010, seperti WGNRR, APWLD, dan lainnya dikelola untuk tujuan memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia bagi pengembangan keorganisasian. Tahun 2011, Kalyanamitra mendaftarkan diri di UN-ECOSOC agar memperoleh sertifikat, namun ternyata prosesnya lama dan panjang. Karena itu, Kalyanamitra hanya baru menerima informasi-informasi regular melalui surel mereka. Jadi, Kalyanamitra masih perlu menindaklanjuti proses yang belum selesai tersebut.
45
2. Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Perencanaan di dalam organisasi adalah hal penting dan menentukan keberlanjutannya. Perencanaan di Kalyanamitra terdiri atas rencana kerja tahunan dan rencana kerja tiga bulanan. Rencana kerja tahunan merupakan rencana kerja masing-masing divisi. Rencana kerja tiga bulanan menjadi kewajiban tiap staf di masing-masing divisi untuk membuatnya secara teratur. Pada tahun 2011, dihasilkan dua rencana kerja tahunan Divisi, 9 rencana kerja tiga bulanan masingmasing staf. Monitoring terhadap kinerja tiap staf dan proses kerja-kerjanya dilaksanakan setiap tiga bulanan yang dibantu dengan panduan monev, yang dihasilkan tim manajemen. Kegiatan monitoring dilaksanakan berdasarkan panduan itu. Secara praktis, tiap staf dimonitoring melalui rapat rutin dua mingguan Divisi Keorganisasian dan Divisi Progtam. Divisi Keorganisasian sepanjang tahun 2011 hanya berhasil melakukan rapat 9 kali dari total 22 kali rapat yang harus dilaksanakan. Divisi Program juga hanya melaksanakan 11 kali rapat dari total 22 rapat yang harus dituntaskan sepanjang tahun 2011. Tim manajemen hanya melakukan 7 kali rapat dari total 12 kali rapat yang harus dilakukan, sepanjang tahun 2011. Untuk rapat koordinasi mingguan berhasil dilaksanakan 28 kali dari total 50 rapat yang harus dilakukan sepanjang tahun 2011. Pada 12-16 Januari 2011 diadakan Rapat Kerja tahunan Kalyanamitra di Bandung dengan menggunakan fasilitator eksternal. Hasil-hasil monitoring kinerja staf dijadikan bahan pertimbangan tim manajemen untuk mengarahkam capaian kerja-kerja mereka. Pada 27-29 Juli 2011, Kalyanamitra melakukan evaluasi terhadap kinerja tiap staf, bertempat di
46
Kalyanamitra. Staf yang dievaluasi berjumlah 12 orang dengan rincian: manajemen 3 orang dan staf 9 orang. Evaluasi dilaksanakan oleh tim Mitra Kerja Kritis Kalyanamitra yang terdiri atas Miriam Nainggolan, yang fokus evaluasinya pada aspek manajemen; Esrom Aritonang, yang berfokus pada aspek PME dan teknis administrasi, sedangkan Ruth Indiah Rahayu, berfokus pada aspek ideology dan gerakan perempuan. Proses evaluasi dalam bentuk wawancara terhadap tiap staf dan hasil evaluasinya disampaikan ke masing-masing staf dalam bentuk rekomendasi-rekomendasi perbaikan kinerja ke depannya.
3. Penggalangan Sumberdaya Sepanjang tahun 2011, dari 5 proposal yang dibuat dan dikirimkan ke donor, hanya 3 proposal kerjasama yang disetujui donor, yakni Oxfam GB untuk proposal “Advokasi Hak-hak Politik Perempuan dalam Musrenbang”; UN Women untuk proposal “NGO Regional Conference on Advocacy and Monitoring of Cedaw Implementation in Southeast Asia”. Di samping itu, Kalyanamitra juga menjual produk-produk publikasinya, yang sepanjang tahun 2011 belum mencapai target penjualan, yakni 500 paket buku dan kaos, sehingga hasilnya belum maksimal. Untuk rencana perintisan usaha, sepanjang tahun 2011 tidak dikerjakan sama sekali.
4. Pengembangan Sumberdaya Manusia Peningkatan kapasitas staf adalah fokus utama dalam pengembangan sumberdaya manusia di Kalyanamitra. Peningkatan kapasitas staf dilakukan baik melalui pelatihan-pelatihan, diskusi, undangan-undangan dari dalam negeri maupun luar negeri, dan lainnya. Selain itu, organisasi juga berupaya meningkatkan
produktivitas staf melalui insentif kenaikan gaji dan sebagainya. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kinerja seluruh staf di Kalyanamitra agar lebih maksimal kerja-kerjanya dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
4.1 Pelatihan Pada tahun 2011, ada 4 kali pelatihan diikuti staf baik diselenggarakan di Kalyanamitra maupun oleh organisasi lain. Beberapa pelatihan tersebut adalah berikut: • Pelatihan penulisan “Lesson Learned and Best Practice untuk mitra EED Germany di Indonesia, di YAKKUM di Solo, 16-19 November 2011 (1 staf ). • Pelatihan analisa sosial dan gender untuk pemula Hapsari di Kalyanamitra, 13-15 Mei 2011 (20 orang); • Pelatihan video komunitas oleh Yakoma PGI, 4-9 April 2011 (1 staf ); • Pelatihan “Impact and Outcome Orientation” untuk mitra EED Germany, di Wisma Pondok Remaja PGI CIpayung, 18-21 Juli 2011 (2 staf ).
4.2 Diskusi Sepanjang tahun 2011, untuk meningkatkan pengetahuan staf dalam isu seksualitas, maka dilakukan 1 kali diskusi dengan narasumber dari luar. Diskusi artikel juga diselenggarakan setiap pasca rapat koordinasi mingguan sebanyak 28 kali dari total 50 kali yang harus dikerjakan.
4.3 Undangan dari luar di tingkat nasional Tahun 2011, 9 staf Kalyanamitra secara bergantian telah mengikuti undangan-undangan dari lembaga lain di tingkat nasional, dengan berbagai topik diskusi,
seminar, lokakarya, dan lainnya, dengan rincian: a. Hegel Terome: 12 kali b. Ika Agustina: 10 kali c. Joko Sulistyo: 19 kali d. Listyowati: 13 kali e. Nani Ekawaty: 1 kali f. Naming Ratningsih: 5 kali g. Enita Multina: 11 kali h. Rakhmayuni: 1 kali i. Rena Herdiyani: 21 kali
4.4 Undangan dari luar di tingkat internasional Untuk undangan keluar negeri, tahun 2013, ada 3 staf Kalyanamitra yang telah mengikuti undangan lokakarya, seminar, dan pelatihan di tingkat regional, dengan rincian: a. Ika Agustina: 1 kali di Jepang dalam acara “Seminar for Gender Equality and Women Leaders in the Asia Facific Region” oleh National Women’s Education Center of Japan (NWEC), 20-29 Oktober 2011. b. Naning Ratningsih: 1 kali di Chiangmai, Thailand dalam acara “Feminist Legal Theory and Practice” oleh APWLD, 6-11 Februari 2011. c. Rena Herdiyani: 1 kali di Kuala Lumpur, Malaysia dalam acara “Strategizing for Change: Sharing, Learning, Consulting” oleh IWRAW AP, 16-19 Agustus 2011.
4.5 Kursus Tahun 2011, ada satu staf mengikuti kursus manajemen pengetahuan yang diselenggarakan oleh Satu Dunia di Wisma PGI Jakarta pada 5-6 dan 11-12 Juli 2011.
47
4.6 Peningkatan produktivitas Kalyanamitra pada tahun 2011 juga berkomitmen untuk menaikkan gaji 12 staf rata-rata 10%. Kenaikan itu diberikan mulai Januari 2011. Dalam tahun yang sama, organisasi juga memberikan asuransi rawat jalan dan rawat inap kepada 12 staf dan keluarga intinya. Selain itu, pada hari besar Islam telah diberikan THR kepada 12 staf. Bonus pun diberikan kepada tenaga lapangan proyek. Sebagai organisasi yang berbadan hukum, Kalyanamitra pun wajib membayar pajak badan dan pajak pendapatan 12 stafnya bulan dan setiap tahun.
B.
Pengelolaan Administrasi dan Perkantoran
Administrasi dan perkantoran Kalyanamitra tahun 2011, secara regular dikelola administrasi surat menyurat, dokumen, presensi, database alamat, kehumasan, penyewaan dan pengelolaan kantor. Perawatan kantor dan peralatannya mencakup: service AC 2 kali, monitor dan komputer, handycam, kamera digital, mobil, mesin fotokopi, fax dan telpon. Hosting dan domain internet secara regular dibayar oleh organisasi setiap bulan dan tahun. Daftar inventaris barang kantor juga dibuat meskipun belum lengkap dan akurat. Pun sudah didistribusikan 100 buletin ke mitra-mitra organisasi di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Brosur lembaga dicetak ulang 100 eksemplar. Untuk back-up data, di tahun 2011, dilakukan tidak secara rutin. Konsumsi sehari-hari staf dan konsumsi untuk rapat-rapat jaringan di Kalyanamitra juga dilaksanakan dengan baik. Tahun 2011, Kalyanamitra juga merayakan hari ulang tahunnya yang ke-26 meskipun dengan cara sederhana.
48
C.
Pengelolaan Keuangan Organisasi
Pengelolaan keuangan organisasi tahun 2011 meliputi pembuatan anggaran tahunan 2011, laporan 6 dan 3 bulanan, laporan keuangan dan audit proyek serta lembaga, laporan keuangan koperasi dan penjualan produk. Untuk penyesuaian anggaran 6 dan 3 bulanan tidak dikerjakan, demikian pula laporannya. Audit keuangan lembaga dikerjakan terlambat hingga 4 bulan. Prosedur, mekanisme, otorisasi keuangan ditaati 85% sedangkan 15% lagi masih terjadi pelanggaran. Sistem kelola keuangan organisasi belum sepenuhnya diterapkan secara konsisten, efisien dan efektif, sehingga mendukung kinerja organisasi. Pembayaran pajak badan dan pendapatan staf dilaksanakan secara regular setiap bulan dan tahun dengan bantuan konsultan pajak. Laporan keuangan koperasi belum dikerjakan maksimal, karena masih kerap terlambat dan datanya kurang lengkap. Begitu juga laporan keuangan fundrising, masih tidak akurat datanya dan kerap terlambat.
D.
Analisis Kinerja
Tingkat kesibukan tim manajemen yang cukup tinggi berimplikasi terhadap tidak terkelolanya diskusi intensif dengan Mitra Kritis Kalyanamitra. Demikian pula untuk diskusi-diskusi penggalangan sumberdaya (dana) tidak berjalan intensif. Pembuatan proposal pun kurang maksimal. Terkait dengan monev, tim manajemen kurang intesif menerapkan hal itu terhadap kerja-kerja staf, sehingga kinerja staf menjadi kurang maksimal. Frekuensi rapat tim manajemen pun tidak maksimal, sehingga kurang intensif berdiskusi banyak hal tentang pengembangan institusi dan organisasi; Pengembangan Sumberdaya dan Manusia; dan ME.
Dalam rapat koordinasi mingguan, staf masih kurang untuk saling mendengarkan dan cenderung teknis rutin sehingga substansi informasi kurang tergali. Hal lain ialah tingkat ketidakhadiran dan keterlambatan staf tanpa informasi atau alasan yang jelas, masih cukup tinggi, sedangkan tim manajemen kurang mengambil tindakan yang tegas atas hal itu. Ketidakhadiran tim manajemen juga terkadang tidak dinformasikan ke sekretaris atau staf lainnya, sehingga terpantau dengan baik. Undangan keluar dari lembaga lain di tingkat nasional juga kurang terdistribusi merata ke semua staf, karena terpusat ke beberapa staf saja. Laporan kegiatan itu pun kurang terdata secara akurat, dan penyerahannya kerap terlambat ke sekretaris. Hasil evaluasi 6 bulanan terhadap staf Kalyanamitra menghasilkan temuan-temuan berikut: - - - -
-
Supervisi atas kerja-kerja staf belum berkelanjutan oleh tim manajemen. Kualitas kepemimpinan dan kinerja staf belum optimal. Manajemen waktu staf belum optimal karena penundaan laporan dan lainnya masih terjadi. Tingkat membaca staf cukup memprihatinkan, padahal sumberdaya informasi seperti buku-buku, jurnal, dan sebagainya tersedia melimpah. Komunikasi antar staf yang asertif dan proaktif serta koordinasi kerja belum optimal.
Pemenuhan hak-hak normatif staf oleh organisasi, dengan segala kemampuan organisasi yang ada, tidak otomatis merangsang kewajiban-kewajiban staf dalam kinerja meningkat. Upaya peningkatan kapasitas staf terkadang tidak diaplikasikan kedalam kerja-kerja hariannya, sehingga tampak mubazir dan sia-sia. Selain itu, tingkat penundaan pembuatan dan penyerahan
laporan kerja oleh staf masih terus terjadi, tanpa alasan-alasan yang jelas. Demikian pula isi laporan staf masih kurang memuat informasi yang akurat, jelas dan data yang memadai, bahkan banyak beropini. Di samping itu, ketersediaannya pun tertunda-tunda. Fungsi koordinasi staf administrasi dan perkantoran dengan staf keuangan serta staf pendukung, dalam mengelola kantor, cukup optimal. Pengelolaan keuangan organisasi menjadi tidak optimal berjalan akibat arus informasi, mekanisme dan fungsi staf keuangan tidak berjalan maksimal. Laporanlaporan perkembangan keuangan organisasi (program dan lembaga) yang minim tersedia menghambat kemampuan tim manajemen dalam memutuskan, mengantisipasi atau mencari solusi cepat serta monitor dana organisasi. Keterlambatan pembuatan dan penyerahan laporan-laporan keuangan tanpa alasan yang jelas, terbukti mempengaruhi tindakan solutif bagi tim manajemen. Selain itu, pelaksanaan prosedur, mekanisme, dan otorisasi keuangan terkadang masih diabaikan, sehingga keputusan dilakukan staf tanpa sepengetahuan tim manajemen. Audit keuangan lembaga juga masih terlambat hingga 5 bulan. Fundrising belum maksimal dalam menjual bukubuku dan sejenisnya yang stoknya tersedia banyak. Pengawasan terhadap efisiensi dan efektivitas dana organisasi, belum ada bentuk laporannya.
E.
Rekomendasi
Rekomendasi untuk perbaikan kinerja staf Kalyanamitra ke depan adalah berikut: 1. Perbaikan tatakelola kerja-kerja tim manajemen. 2. Perbaikan paradigm dan tatakelola kerja-kerja staf.
49
Ikhtisar Keuangan Organisasi YAYASAN KALYANAMITRA STATEMENT OF ACTIVITIES PERIOD DECEMBER 31, 2011 A. INCOME a. Fund Balance, beginning (a) b. Grants : 1. Amnesty International 2. APWLD 3. Cordaid 4. Canada Embassy 5. Evangelischer Entwicklungdienst. ev (EED) 6. HIVOS 7. Human Right Working Group (HRWG) 8. Komnas Perempuan 9. LP3A-Papua 10. OXFAM, 2010 11. OXFAM, 2011 12. UN Women, RUU KG 13. UN Women, ASEAN 14. UN Women, NGO Regional Conference 15. Other Incomes Subtotal Income Grants (b)
Rp Rp Rp Rp Rp
4,425,790.00 42,406,510.00 253,949,710.00 28,160,900 703,096,029
Rp Rp
215,550,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
42,074,327 167,789,900 18,030,374 362,900,000 355,860,000 19,410,000 433,784,000
Rp
788,573,783.00
Total Income (c=a+b)
50
Rp
1,284,675,026.99
Rp
3,436,011,322.89
Rp
4,720,686,349.88
B. EXPENDITURES a. Cost Programme 1. Amnesty International 2. APWLD 3. Cordaid 4. Canada Embassy 5. Evangelischer Entwicklungdienst. ev (EED) 6. HIVOS 7. Human Right Working Group (HRWG) 8. Komnas Perempuan 9. LP3A-Papua 10. OXFAM, 2010 11. OXFAM, 2011 12. UN Women, RUU KG 13. UN Women, ASEAN 14. UN Women, NGO Regional Conference Subtotal Income Grants (d)
Rp Rp Rp Rp Rp
4,244,300 42,437,000 282,691,400 893,048,975
Rp Rp
341,866,100 106,444,550
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
42,074,327 167,789,900 33,514,300 389,022,925 350,992,550 16,405,000
Rp
2,670,531,327.00
b. Operational Cost 1. Institutional Programme Rp 1,029,468,389.24 2. Depreciation Cost Rp 8,645,069.00 Subtotal Operational Cost (e) Rp 1,038,113,458.24 Total Expenditure (f=d+e) Rp Fund Balance, Ending (g=c-f ) Rp
3,708,644,785.24 1,012,041,564.64
51