e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 )
PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD) AKUNTANSI (Studi Empiris Pada Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Buleleng) 1
Ni Putu Sri Widiutami, Ni Luh Gede Erni Sulindawati, 2Anantawikrama Tungga Atmadja
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikang Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Kecurangan merupakan tindakan memperdaya pihak lain demi keuntungan pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam pengumpulan data penelitian menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Buleleng. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitain ini adalah kepala dan pegawai bagian keuangan pada 45 LPD dengan jumlah responden sebanyak 82 orang. Teknik analisis data yang menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS 20.0 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi, (2) ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi, (3) komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi, dan (4) efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Kata kunci: pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, komitmen organisasi, fraud, dan LPD Abstract A fraud was an action to deceive other parties for personal advantages. This study aimed at investigating the effect of effectivity of internal control, fidelity on accounting rules and organizational commitment on accounting fraud tendency. This study applied quantitative approach and data was collected by using questionnaires as instrument. This study was conducted at LPD in Buleleng regency. Samples were selected by applying purposive sampling technique. The samples of this study were the heads and employees of finance departments of the 45 LPDs with respondents as many as 82 people. The technique of data analysis applied was multiple linear regression technique assisted by SPSS 20.0 for Windows program. The result of the analysis showed that (1) the effectivity of internal control had negative and significant effect on accounting fraud tendency, (2) the fidelity on accounting rules had negative and significant effect on accounting fraud tendency, (3) the organizational commitment had negative and significant effect on accounting fraud tendency, (4) the effectivity of internal control, fidelity on accounting rules and organizational commitment simultaneously affected accounting fraud tendency. Keywords: internal control, fidelity on accounting rules, organizational commitment, fraud, and LPD
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) PENDAHULUAN Perkembangan dunia akuntansi yang semakin pesat tidak hanya membawa manfaat bagi masyarakat tetapi juga menjadi sumber masalah kecurangan (fraud) yang sangat kompleks seperti misalnya korupsi, penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan keuangan. Hasil survei yang dilakukan Pricewaterhouse Coorpers dalam Apriani (2015) menujukkan bahwa setidaknya 30% dari perusahaan dunia pernah mengalami skandal kecurangan. Kasus kecurangan (fraud) di Indonesia terjadi berulang-ulang, media massa banyak memberitakan hal ini sehingga bagi masyarakat kasus kecurangan seperti bukan rahasia lagi. Kecurangan terjadi tidak hanya terjadi di sektor publik tetapi juga pada sektor swasta. Pada sektor publik fraud dilakukan dalam bentuk kebocoran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan di sektor swasta bentuk fraud juga terjadi dalam bentuk yang sama, yaitu ketidaktepatan dalam membelanjakan sumber dana (Wilopo, 2006). Terjadinya kecurangan menyebabkan organisasi atau lembaga yang dikelola mengalami kerugian. Indonesia termasuk negara yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi di dunia. Berdasarkan pengukuran Corruption Perception Index (CPI) untuk tahun 2015, tingkat korupsi Indonesia menempati posisi 88 dari 168 negara yang diukur. Skor Indonesia berada pada peringkat keempat di Asia Tenggara setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand (Transparancy Internasional, 2016). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan). Kecurangan (fraud) merupakan suatu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu (BPK RI, 2007). Dalam kecurangan terkandung aspek penipuan (deception), ketidakjujuran (dishonest), dan niat (intent). Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat sepanjang tahun 2015 ada 550
kasus korupsi yang masuk tahap penyidikan dengan total kerugian negara sebesar Rp 3,1 triliun. Kasus ini melibatkan aktor dari pejabat atau pegawai pemda atau kementrian, konsultan, komisaris dan pegawai swasta (Antikorupsi.org, 25 Februari 2016). Kecurangan akuntansi mengacu pada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara sengaja. Kecurangan akuntansi dapat terjadi karena adanya kondisi yang disebut segitiga kecurangan (fraud triangle), yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity) dan pembenaran (rasionalization). Kasus kecurangan di Indonesia hampir pernah terjadi disetiap daerah, salah satunya di Bali, seperti kecurangan (fraud) pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) yang pernah menimpa mantan Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Belaluan Kabupaten Gianyar. Tersangka dituduh melakukan manipulasi laporan keuangan LPD sehingga terdapat selisih pada saldo. Ia terbukti melakukan melakukan tindakan memperkaya diri sendiri, merugikan keuangan negara, perkonomian negara, daerah Kabupaten Gianyar/ keuangan LPD Kabupaten Gianyar senilai Rp 1,16 miliar (Antara Bali, 8 Januari 2015). Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah lembaga keuangan mikro yang beroperasi dalam wilayah administrasi desa adat (tingkat desa). LPD lembaga berkembang di Provinsi Bali dengan jumlah aset menembus angka Rp14,2 triliun pertahun 2015 (Antara Bali, 14 Desember 2015). Meskipun secara umum LPD dapat dikatakan berhasil secara menakjubkan sehingga dipuji oleh berbagai pihak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat pula LPD yang berada dalam kondisi bermasalah, bahkan mengalami kebangkrutan. Berdasarkan data yang mengemuka dalam rapat koordinasi yang membahas tentang LPD antara Komisi II DPRD Bali, Bank Pembangunan Daerah Bali, Pemda Propinsi Bali, Majelis Utama Desa Pakraman dan sejumlah akademisi di Denpasar tanggal 12 Nopember 2010, terdapat 173 LPD dari total 1.405 (sekitar 12%) LPD yang ada di Bali mengalami kebangkrutan (Bali Post, 13 November
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) (2010:16) dalam Atmaja (2014). Munculnya kasus Lembaga Perkreditan Desa (LPD) bermasalah atau bangkrut umumnya disebabkan oleh ketidakkompakan tiga komponen pendukung LPD, yaitu pengurus, prajuru desa, dan krama desa (Balisaja.com, 2015). Sejumlah kasus kecurangan terjadi pada Lembaga Perkreditan Desa, seperti kasus pengelapan uang nasabah hingga 840 juta di LPD Desa Pakraman Temega, Kelurahan Padang Kerta, Karangasem (Nusabali, 2015). Selain itu, kasus pengelapan uang nasabah sejumlah 1,2 miliar terjadi di LPD Desa Gadungan, Selemadeg Timur Tabanan (Metrobali, 2011). Kasus LPD Banyupoh, Kabupaten Buleleng bangkrut akibat korupsi yang dilakukan pengurus LPD. Dimana dalam kasus ini dana sebesar Rp 80 juta digunakan untuk kepentingan pribadi pengurus (antara bali, 2012). Kasus penggelapan dana sekitar 10 miliar juga terjadi di LPD Desa Adat Kapal Mengwi (Nusa Bali, 18 Agustus 2016).Beberapa kasus pengelapan dana pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang terungkap terjadi pada beberapa kabupaten di Bali membuktikan tingkat kecurangan di LPD cukup tinggi. Kasus penggelapan dana (kecurangan) pada LPD terjadi pula di Kabupaten Buleleng, seperti kasus pengelapan dana nasabah LPD terjadi pada LPD Gerokgak, LPD Banyualit, LPD Banyupoh (Suara Dewata, 2016). Selain itu, pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Temukus juga ditemukan sejumlah kejanggalan pengelolaan, dimana pada LPD ini terdapat buku tabungan ganda dan pinjaman diluar ketentuan bunga yang menjadi aturan dalam pengelolaan pinjaman. Karyawan pengelola LPD ini juga menggunakan uang nasabah untuk kepentingan pribadi (Suara Dewata, 9 Juli 2016). Berdasarkan data yang tercatat pada bagian ekonomi dan pembangunan (ekbang) Sekda Buleleng, perkembangan LPD di Buleleng cukup bagus, jumlah aset pada semester 1 tahun 2016 mencapai Rp 1,6 triliun. Namun dilain sisi sebanyak 38 LPD mengalami pailit (Koran Buleleng, 6 September 2016).
Kasus-kasus yang terjadi membuktikan bahwa kasus fraud terbilang sering terjadi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Kegiatan operasional LPD sama halnya seperti lembaga keuangan lain yaitu menghimpun dana masyarakat berupa tabungan untuk disalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukan berupa kredit. Untuk meminimalisir masalah kecurangan perlu monitoring yang baik melalui usaha peningkatan efektivitas pengendalian internal, termasuk perbaikan hukum, perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian serta pelaksanaan good governance (Waluyo, 2006). Pengendalian internal yang efektif dapat melindungi pencurian, penggelapan, penyalahgunaan aktiva pada lokasi yang tidak tepat (Karyono, 2013:96). Selain itu, pengendalian internal juga memberikan jaminan yang wajar terhadap informasi bisnis yang akurat demi keberhasilan perusahaan. Penjagaan aktiva dan aktiva yang akurat sering berjalan seiring, karena karyawan yang ingin menggelapkan aktiva atau berniat melakukan kecurangan juga perlu menutupi kecurangan tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi. Pengendalian internal dirancang untuk dapat mengamankan harta milik organisasi, bila pengendalian internal tidak dapat berfungsi efektif sebagai sarana kendali, kemungkinan besar terjadi fraud. Penyidik KPK mengungkapkan, lemahnya pengendalian internal dalam sebuah organisasi membuka peluang untuk melakukan fraud (Herda Helmjaya, 2014). Sistem pengendalian yang buruk akan memicu seseorang melakukan perbuatan fraud dan melawan hukum. Menurut Arens (2003:401), pengendalian internal meliputi lima kategori pengendalian, yaitu (1) lingkungan kendali, (2) penilaian resiko, (3) aktivitas pengendalian, (4) informasi dan komunikasi, dan (5) pengawasan. Keefektifan pengendalian internal dalam organisasi dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan. Adanya pengendalian internal maka pengecekan akan terjadi secara otomatis terhadap pekerjaan seseorang oleh orang lain. Kesesuaian pengendalian intern berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan (Thoyibatun, 2012).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) Menurut teori agensi dalam suatu organisasi potensi konflik kepentingan selalu ada antara agen dan prinsipal. Untuk mengatasi masalah ini seharusnya manajemen perusahaan melakukan aturan akuntansi yang benar. Aturan akuntansi memberikan pedoman bagi manajemen bagaimana melakukan kegiatan akuntansi dengan baik dan benar sehingga laporan keuangan yang efektif dan mampu menghasilkan informasi yang handal kepada pihak yang berkepentingan. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi, untuk mendapatkan kredibilitas informasi tersebut manajemen harus melaksanakan aturan akuntansi yang berlaku umum. Menurut Skousen (2009) dalam Norbarani (2012) komponen penting dalam banyak kecurangan adalah rasionalisasi. Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur. Komitmen organisasi salah satu faktor yang diduga dijadikan alasan pembenaran mengapa pegawai melakukan kecurangan. Robin & Judge (2007) dalam kurniawan (2011) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuantujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi. Semakin tinggi komitmen pegawai terhadap organisasi, pegawai tersebut cenderung tidak akan melakukan hal-hal yang bisa saja menghambat tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, jika pegawai memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya, maka pegawai cenderung akan melakukan halhal yang menghambat tercapainya tujuan organisasi demi tujuan pribadinya sendiri (Najahninggrum, 2013). Salah satu tindakan tersebut adalah kecurangan. Pegawai tersebut akan merasionalisasi tindakannya dikarenakan pegawai tersebut penerimaan yang baik atas nilai-nilai dan tujuan organisasi. Penelitian ini mengambil Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Buleleng sebagai obyek penelitian karena LPD dewasa ini mendapat banyak
perhatian dan sorotan dalam mendukung perekonomian desa pakraman. Alasan pemilihan obyek ini karena LPD di Kabupaten Buleleng cukup berkembang, tetapi disalah satu sisi juga terdapat sejumlah kasus kecurangan pada LPD di Kabupaten Buleleng. Selain itu, LPD memiliki fungsi untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa adat di Bali, sehingga pengurusannya di tuntut lebih transparan dan akuntabel. Pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntasi Keefektifan pengendalian internal dapat diartikan sebagai sebuah keberhasilan dari usaha atau tindakan entitas dalam mencapai tujuannya, yaitu untuk menjaga pelaporan keuangan entitas, menjaga efektivitas dan efisiensi operasi yang dijalankan entitas serta menjaga ketaatan terhadap hukum dan peraturan. Pengendalian internal yang efektif dalam suatu instansi diharapkan mampu meminimalisasikan tindakan menyimpang yang dilakukan oleh seseorang demi keuntungan pribadi. Tindakan penyimpangan tersebut dapat berupa kecurangan (fraud) akuntansi. Pengendalian internal yang tidak berjalan secara efektif memberikan peluang kepada seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan akuntansi. Untuk menutup peluang terjadinya kecurangan akuntansi dalam suatu lembaga dapat memberlakukan pengendalian internal secara efektif. Hasil penelitian Thoyibatun (2012) menunjukkan keefektifan pengendalian internal dapat mencegah dan mengurangi tindakan kecenderungan kecurangan akuntansi didalam manajemen yang berarti semakin efektif pengendalian internal dalam organisasi maka semakin rendah tindakan kecurangan akuntansi. Penelitian Prawira (2014) menunjukkan efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Hasil penelitian yang senada dinyatakan Rahmaidha (2016) dan Ninggrum (2013) yang membuktikan bahwa secara parsial efektivitas pengendalian internal
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan uraian tersebut, diduga terdapat hubungan negatif antara efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H1: Efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Pengaruh ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Rahmawati (2012) menyebutkan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang disebabkan karena ketidaktaatan dapat dideteksi melalui pernyataan standar yang jelas. Ketaatan aturan akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi untuk mematuhi segala ketentuan atau aturan akuntansi dalam melaksanakan pengelolaaan keuangan dan pembuatan laporan keuangan agar terciptanya transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan dan laporan keuangan yang dihasilkan efektif, handal, serta akurat informasinya. Adanya aturan akuntansi tersebut menghindari tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan organisasi. Suatu instansi atau lembaga melakukan tindakan kecurangan karena mereka tidak berpedoman pada aturan akuntansi yang berlaku. Jika lembaga atau instansi taat terhadap aturan akuntansi yang berlaku kecenderungan kecurangan akuntansi dapat berkurang. Penelitian dari Thoyibatun (2012) menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian Rahmawati (2012) juga menunjukkan hasil yang sejalan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian Shintadevi (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Ketaatan Aturan Akuntansi dengan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga terdapat hubungan negatif antara ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H2: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi Menurut Kurniawan (2011) komitmen organisasi adalah komitmen yang diciptakan oleh semua komponenkomponen individual dalam menjalankan operasional organisasi. Komitmen tersebut dapat terwujud apabila individu dalam organisasi menjalankan hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi berarti telah memahami bahwa ketika bekerja, tujuannya adalah kepentingan organisasi bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Kecurangan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan pegawai untuk kepentingannya sendiri. Dengan demikian, komitmen organisasi mempengaruhi kecenderungan kecurangan yang dilakukan pegawai. Semakin tinggi komitmen pegawai terhadap organisasi, maka akan menekan terjadinya tindakan kecurangan pada organisasi tersebut. Penelitian Najahninggrum (2013) menyatakan komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), yang berarti komitmen organisasi yang tinggi dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud). Penelitian yang dilakukan oleh Pristiyanti (2012) yang menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Memiliki komitmen yang tinggi terhadap instansi berarti pegawai juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap instansi. Berdasarkan uraian tersebut, diduga terdapat hubungan negatif antara ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) kecurangan (fraud) akuntansi. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H3: Komitmen organisasi berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Dalam penelitian ini juga akan melihat pengaruh secara simultan antara efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Sehingga hipotesis yang digunakan sebagai berikut: H4: Efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi dan, komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan akan dianalisis menggunakan bantuan program SPSS. Berdasarkan sumbernya, penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer yang bersumber dari jawaban responden yang dikumpulkan oleh peneliti serta data sekunder berupa data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian mengenai gambaran umum lokasi penelitian, jumlah dan nama LPD, data kesehatan LPD, data lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah LPD di Kabupaten Buleleng. Sementara responden penelitian adalah kepala LPD dan pegawai bagian keuangan/ pembukuan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling Jumlah populasi yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 45 LPD dengan responden sebanyak 90 orang. Data didapat dari hasil pengisian kuisioner dianalisis secara statistik. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Setiap pertanyaan pada kuisioner akan disediakan lima alternatif jawaban yaitu (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) netral, (2) tidak setuju dan (1) sangat tidak setuju. Butir pernyataan kuesioner untuk variabel
efektivitas pengendalian internal di ukur dengan instrumen yang di kembangkan oleh Arens dalam Shintadevi (2015). Variabel ketaatan aturan akuntansi diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Pradnyani (2014). Pengukuran variabel komitmen organisasi menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Luthans (2006) dalam Najahningrum (2013). Variabel kecenderungan kecurangan akuntansi diukur dengan instrumen dikembangkan Prawira (2014) mengenai jenis-jenis kecurangan menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) yang terdiri dari kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset dan korupsi. Data yang telah terkumpul terlebih dahulu di uji kualitas data yang dalam penelitian ini meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Sebelum data dianalisis lebih lanjut dengan analisis linear berganda, terlebih dahulu data akan diuji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas,dan uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Responden penelitian ini adalah kepala dan pegawai bagian keuangan pada LPD di Kabupaten Buleleng. Jumlah kuesioner yang disebar dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 buah yang merupakan sampel pada penelitian ini, sedangkan kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat untuk diolah adalah sebanyak 82 buah. Syarat minimum suatu kuesioner dikatan valid adalah jika korelasi antara butir dengan skor totalnya positif dan lebih besar dari Rtabel (Rhitung >0,2172). Hasil dari uji instrumen validitas diperoleh bahwa nilai Pearson Correlation untuk setiap butir pernyataan lebih besar dari 0,2172 sehingga dapat dinyatakan valid. Hasil dari uji instrumen realibilitas yang diperoleh untuk variabel efektivitas pengendalian internal adalah 0,878 untuk ketaatan aturan akuntansi 0,750 untuk variabel komitmen organisasi 0,804 serta 0,968 untuk variabel kecenderungan kecurangan (fraud)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) akuntansi. Karena seluruh variabel mempunyai nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 maka data dinyatakan reliabel. Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 0,121 lebih besar dari tingkat alpha atau tingkat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu 0,05 artinya data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. Hasil uji multikolonearitas menunjukkan nilai tolerance dan VIF untuk variabel efektivitas pengendalian internal adalah 0,852 dan 1,173, variabel Ketaatan aturan akuntansi,memiliki nilai tolerance dan VIF yaitu 0,809 dan 1,236. Untuk variabel komitmen organisasi mempunyai nilai tolerance dan VIF masing-masing 0,906 dan 1,103 Semua variabel memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF
kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas diperoleh nilai signifikansi untuk variabel efektivitas pengendalian internal sebesar 0,295 variabel ketaatan aturan akuntansi 0,890. Untuk variabel komitmen organisasi memiliki nilai signifikansi 0,215 Nilai signifikansi untuk masing-masing variabel lebih besar dari alpha 5% (α > 0,05) sehingga dapat dinyatakan model regresi terbebas dari masalah heterokedastisitas. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 20.00, yang disajikan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear berganda
Model (Constant) Efektivitas Pengendalian Internal Keetaatan Aturan Akuntansi Komitmen Organisasi Sig F Adjusted R Square Sumber: Data diolah, 2016
Unstandardized Coefficients B Std.Error 137,849 8,843 -0,672 0,607 -0,433 0,184 -0,634 0,176
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui seberapa besar pengaruh efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Adapun persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 137,849 – 0,672X1 – 0,433X2 – 0,634X3 + ei Dimana: Y = Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi X1 = Efektivitas Pengendalian Internal X2 = Ketaatan Aturan Akuntansi X3 = Komitmen Organisasi e = Standard error 1. Nilai konstan sebesar 137,896 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak satu satuan
T
Sig.
15,558 -10,047 -2,358 -3,609
0,000 0,000 0,021 0,001 0,000 0,689
seluruh variabel bebas atau independen, maka akan meningkatkan variabel dependen sebesar 137,896. 2. Nilai koefisien β1 = -0,672 menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel efektivitas pengendalian internal (X1) terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi (Y) sebesar -0,672. Hal ini berarti apabila variabel independen (X1) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,672 satuan. 3. Nilai koefisien β2 = - 0,433 menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel ketaatan aturan akuntansi (X2) terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi (Y)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) sebesar -0,433. Hal ini berarti apabila variabel independen (X2) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,433 satuan. 4. Nilai koefisien β3 = - 0,634 menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel komitmen organisasi (X 3) terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi (Y) sebesar -0,634. Hal ini berarti apabila variabel independen (X3) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,634 satuan. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui nilai signifikansi masing-masing variabel. Untuk mengetahui arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, dapat diketahui melalui koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. Nilai signifikansi X1 (efektivitas pengendalian internal) sebesar 0,000<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar 0,672 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Nilai signifikansi X2 (ketaatan aturan akuntansi) sebesar 0,021<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,433 maka H0 ditolak dan H2 diterima. Ini berarti ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Nilai signifikansi X3 (komitmen organisasi) sebesar 0,001<0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar -0,643 maka H0 ditolak dan H3 diterima. Ini berarti berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Berdasarkan tabel 1, hasil menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,000<0,05 maka H0 ditolak dan H4 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, komitmen organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud)
akuntansi pada pada Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Buleleng. Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat nilai hasil uji adjusted R Square sebesar 0,689. Hal ini berarti variabel independen yaitu efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan komitmen organisasi dapat menerangkan variabel dependen yaitu kecenderungan kecurangan (fraud) akunntansi sebesar 68,9% sisanya sebesar 31,1% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi pada penelitian ini. PEMBAHASAN Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Berdasarkan dari hasil uji statistik t dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X1 (efektivitas pengendalian internal) sebesar 0,000<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,672 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti efektivitas pengendalian internal (X1) berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Nilai negatif menunjukkan pengaruh yang berlawanan arah artinya semakin tinggi efektivitas pengendalian internal maka semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan Prawira (2014), Rahmawati (2012), Adelia (2013), Ningrum (2013), Rahmaidha (2016) yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Keefektifan pengendalian internal dapat mencegah dan mengurangi tindak kecurangan akuntansi di dalam manajemen, berarti semakin efektif pengendalian internal dalam organisasi maka semakin rendah tindakan kecurangan akuntansi (Wilopo, 2006). Hal ini berarti efektivitas pengendalian internal berlawanan arah dengan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat efektivitas pengendalian internal pada LPD, maka semakin rendah kecederungan kecurangan akuntansi. Begitu juga sebaliknya, semakin
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) tidak efektif pengendalian internal, maka kecenderungan kecurangan akuntansi semakin tinggi. Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Berdasarkan dari hasil uji statistik t tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X2 (ketaatan aturan akuntansi) sebesar 0,021<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,433 maka H0 ditolak dan H3 diterima. Nilai negatif menunjukkan pengaruh yang berlawanan arah artinya semakin tinggi tingkat ketaatan aturan akuntansi maka semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wilopo (2006) yang menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya semakin taat anggota organisasi terhadap aturan akuntansi yang berlaku maka peluang untuk terjadinya fraud akan semakin rendah. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Sari (2015), Shintadevi (2015) Thoyibatun (2012), Rahmawati (2012), dan Kusumastuti (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara ketaatan aturan akuntansi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti semakin taat suatu organisasi pada aturan akuntansi, maka semakin rendah pula kecenderungan kecurangan akuntansi pada organisasi tersebut. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi. Berdasarkan dari hasil uji statistik t dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X3 (laverage) sebesar 0,001<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,634 maka H0 ditolak dan H3 diterima. Nilai negatif menunjukkan pengaruh yang berlawanan arah artinya komitmen organisasi yang tinggi dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan
(fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitin yang dilakukan Ninggrum (2013) menyatakan komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Selain itu, hasil penelitian sejalan dengan penelitian Pristiyanti (2012), Wilopo (2006) yang menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Memiliki komitmen yang tinggi terhadap instansi berarti pegawai juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap instansi. semakin tinggi komitmen organisasi para pengelola dan karyawan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) akan semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi dalam LPD tersebut. Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi. Berdasarkan hasil uji F yang terlihat pada tabel 1 dapat diketahui nilai F hitung > Ftabel yaitu 60,880 > 2,72 dengan signifikansi untuk masing-masing variabel yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, komitmen organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Hal ini berarti semakin tinggi efektivitas pengendalian internal, semakin tinggi ketaatan aturan akuntansi, dan semakin tinggi komitmen organisasi maka akan semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi yang terjadi. Hasil penelitian Shintadevi (2015) menyimpulkan ketidakefektifan pengendalian internal, dan ketidaktaatan pada aturan akuntansi dapat memberikan kesempatan dan memicu karyawan untuk berperilaku tidak sesuai dengan aturan yang merujuk pada tindakan kecurangan akuntansi yang berkaitan dengan korupsi seperti penyuapan, konflik kepentingan, pemberian tanda terima kasih yang tidak sah, dan pemerasan secara ekonomi di
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) mana hal tersebut dapat merugikan instansi atau lembaga itu sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2015) yang menyatakan efektivitas sistem pengendalian intern, ketaatan aturan akuntansi, persepsi kesesuaian kompensasi dan implementasi good governance berpengaruh simultan negatif terhadap kecenderungan fraud. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Hal ini berarti semakin tinggi efektivitas pengendalian internal, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Dari pengujian statistik diperoleh nilai Beta 0,674 artinya kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng dipengaruhi oleh efektivitas pengendalian internal sebesar 67,4%. 2. Ketaatan Aturan Akuntansi secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat ketaaatan terhadap aturan akuntansi maka semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang terjadi. Dilihat dari nilai Beta sebesar 0,162 artinya kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng di pengaruhi oleh ketaatan aturan akuntansi sebesar 16,2%. 3. Komitmen Organisasi berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat komitmen organisasi pengelola dan karyawan LPD, maka kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi akan semakin rendah.
4.
Berdasarkan hasil uji komitmen organisasi mempengaruhi 23,5% kecenderungan kecurangan (fraud)akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Secara simultan dapat diketahui bahwa Efektivitas Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, dan Komitmen Organisasi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada LPD di Kabupaten Buleleng. Hal ini berarti untuk meminimalisisasi kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi maka perlu ditingkatkan efektivitas pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan komitmen organisasi.
Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu penelitian hanya dilakukan pada 5 (lima) Lembaga Perkreditan Desa yang tergolong sehat disetiap kecamatan, sehingga belum mencerminkan keseluruhan kondisi LPD yang ada. Mengingat pentingnya pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, komitmen organisasi dalam pengelolaan LPD maka pihak LPD Kabupaten Buleleng hendaknya lebih memberikan perhatian terhadap pelaksanaan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi serta moral (komitmen organisasi) dari pegawai maupun kepala LPD agar dapat meminimalisasi terjadinya kecurangan maupun penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan. Saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya, yaitu agar dapat memperluas cakupan obyek, misalnya dengan menambah jumlah sampel penelitian dan responden penelitian. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan menambah variabel lain seperti personal financial need, audit internal, dan kepuasan kerja. DAFTAR PUSTAKA Adelin, Vani dan Fauzihardani, Eka. 2013. “Pengaruh Pengendalian Internal,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) Ketaaatan pada Aturan Akuntansi dan Kecenderungan Kecurangan Terhadap Perilaku Tidak Etis”. WRA, Vol 1, No. 2, Oktober 2013. Alvian, Arens, dkk. Auditing Dan Pelayanan Verifikasi: Pendekatan Terpadu Edisi Sembilan. 2003. Jakarta: Indeks. Antarabali 2012. Kasus LPD Banyupoh Bangkrut. Diperoleh dari http://bali.antaranews.com/berita/22703/l pd-Banyupoh-bangkrut-akibat-korupsi. Diakses 15 Oktober 2016.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Karyono, Drs. 2013. Forensic Fraud. Andi. Yogyakarta. Kusumastuti, Nur Ratri. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dan Perilaku Tidak Etis sebagai Variabel Intervening”. Skripsi: Semarang: UNDIP.
Antikorupsi. 2015. Kerugian Negara Akibat Korupsi 2015. Diperoleh dari http://www.antikorupsi.org/id/content/ker ugian-negara-akibat-korupsi-2015sebesar-31-triliun. Diakses tanggal 19 Oktober 2016.
Najahningrum, Anik Faten. 2013. “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Association of Certified Fraud Examiners. www.acfe.com diakses 5 Oktober 2016.
Nusabali. 2016. Krama Kapal Tanyakan Kejelasan Dana LPD. Diperoleh dari http://www.nusabali.com/berita/6963/kra ma-kapal-pertanyakan-kejelasan-danalpd. Diakses tanggal 19 Oktober 2016.
Atmaja, Anantawikrama, dkk. 2014. “Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Dan Proteksi Awig-Awig Terhadap Kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dengan Budaya Menyama Braya Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada LPD Se-Kabupaten Buleleng)”. Diperoleh dari www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id diakses pada tanggal 18 Oktober 2016. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Peraturan No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan. Balieditor. 2016. LPD Desa Gerokgak Pailit Nasabah Kesulitan Tarik Tabungan. Diperoleh dari http://balieditor.com/lpddesa-gerokgak-pailit-nasabah-kesulitantarik-tabungan. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. Ghozali Iman. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang.
Provinsi Bali. 2007. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa. Prawira, I Made Darma. 2014. “Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi Dan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi (Studi Empiris Pada Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Buleleng)”. Jurnal S1 Ak, Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 2 No.1. Pristiyanti, Ika Ruly.2012.”Persepsi Pegawai Instansi Pemerintah Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintahan”. Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES. Shintadevi, Prekanida Farizqa.2015. “Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1(Volume 7 No. 1 Tahun 2017 ) Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening Pada Universitas Negeri Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Suaradewata. 2015. Adat Deadline LPD Temukus, Ditemukan Banyak Kejanggalan Pengelolaan. Diperoleh dari http://suaradewata.com/read/2016/07/09/ 201607090002/Adat-Deadline-LPDTemukus-Ditemukan-BanyakKejanggalan-Pengelolaan.html. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. Thoyibatun, Siti. 2012. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol: 16, No. 2. Hal. 245 – 260. Transparancy Internasional. 2016. Curruption Perceptions Index 2015. www.transparancy.org/cpi 2015/results Diakses tanggal 14 Oktober 2016. Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.