e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017)
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN, UKURAN KOMITE AUDIT DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015) 1
Luh Desi Damayanti, 1Gede Adi Yuniarta, 2Ni Kadek Sinarwati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikang Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial terhadap prediksi financial distress. Financial distress diukur dengan Interest Covarage Ratio (ICR), kinerja keuangan yang terdiri dari likuiditas, profitabilitas dan leverage diukur dengan curret ratio, ROA dan debt ratio (DAR), ukuran komite audit diukur dengan jumlah anggota di dalam komite audit dan kepemilikan manajerial diukur dengan biaya agensi manajerial (agency cost). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015, sehingga diperoleh 210 data perusahaan.Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan (1) likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress, (2) profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress, (3) leverage berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress, (4) ukuran komite audit tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress,(5) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif signifikan prediksi financial distress, dan (6) likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Kata kunci: kinerja keuangan, ukuran komite audit, kepemilikan manajerial dan financial distress Abstract This study aimed to determine the effect of financial performance, the size of audit committee, and managerial ownership on the prediction of financial distress. The financial distress was measured through Interest Coverage Ratio (ICR), the financial performance consisting of liquidity, profitability, and leverage was measured through curret ratio, ROA and debt ratio (DAR), the size of audit committee was measured through the number of members in the audit committee, and managerial ownership was measured through managerial agency costs. This research was a quantitative study using the financial reports of the companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). The sampling technique in this study was purposive sampling. The samples used in this study were 42 companies, which were listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period 2011-2015, in order to obtain the data of 210 companies. The data were analyzed through multiple linear regression analysis. The results showed (1) liquidity had a negative significant effect on the prediction of financial distress, (2) profitability had a negative significant effect on the prediction of financial distress, (3) leverage had a positive significant effect on the prediction of financial distress, (4) the size of audit committee had no negative significant effect on prediction of financial distress, (5) managerial ownership had no positive significant effect on the prediction of financial distress, and (6) liquidity, profitability, leverage, size of audit committee, and managerial ownership simultaneously affected the prediction of financial distress.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) Keywords: financial performance, the size of audit committee, managerial ownership and financial distress
PENDAHULUAN Perkembangan ekonomi tidak lepas dari kondisi investasi di suatu negara yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal, memungkinkan suatu perusahaan lebih mudah memperoleh dana dan menghimpun dana dan bagi para pemodal akan memberikan alternatif tambahan untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki. Investasi dana nantinya akan menambah modal suatu perusahaan sehingga perusahaan mampu untuk mencapai tujuan perusahaan. Namun, dalam praktiknya seringkali perusahaan yang telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress yang berujung pada kebangkrutan (Rismawaty, 2012). Menurut Brahmana (2007) dalam Hidayat dan Meiranto (2014) suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang mengalami financial distress jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasi negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif dan perusahaan melakukan merger. Terjadinya, kasus de-listing beberapa perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (IDX) sebagian besar disebabkan karena kesulitan keuangan atau perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress. Seperti yang terjadi pada Surya Intrindo Makmur Tbk yang pada tahun 2012 keluar dari daftar perusahaan di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan Pan Asia Filament Inti Tbk serta Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk yang pada tahun 2013 juga keluar dari daftar perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Fenomena lain dari financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami likuiditas, ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada perbankan serta dari segi profitabilitas kinerja keuangan perusahaan menurun dilihat dari rugi yang dialami perusahaan selama 2 (dua) periode atau lebih.
Model financial distress ini digunakan untuk meramalkan adanya kegagalan keuangan bisnis sebelum benar-benar terjadi kebangkrutan karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan perusahaan dapat melakukan tindakantindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Penelitian tentang financial distress, kegagalan maupun kebangkrutan suatu perusahaan bisa diukur dan dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi pihak manajemen maupun pihak eksternal termasuk bagi investor untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan tersebut. Menurut Iramani (2007) dalam Yustika (2015) indikator kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio leverage dikarenakan rasio-rasio ini disinyalir dapat menunjukkan kinerja keuangan dan efisiensi perusahaan secara umum untuk memprediksi terjadinya financial distress. Selain, indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini juga terdapat indikator yang dinilai dari informasi non-keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial dimana kedua variabel ini dipilih karena kedua variabel ini disinyalir dapat memprediksi financial distress disamping itu juga karena terjadi inkonsistensi dari hasil penelitian terdahulu. Dipilihnya perusahaan manufaktur dalam penelitian ini dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang paling berpengaruh terhadap kondisi perekonomian suatu negara khususnya Indonesia. Disamping itu, perusahaan manufaktur juga terdiri dari
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) beberapa sektor sehingga masing-masing sektor memiliki karakteristik yang berbeda oleh karena itu menjadi daya tarik untuk diteliti. Selain itu, menyikapi terjadinya kasus de-listing beberapa perusahaan yang sebagian besar disebabkan karena perusahaan tersebut awalnya mengalami kondisi kesulitan keuangan atau financial distress sehingga penting untuk dilakukan prediksi financial distress sejak dini agar perusahaan dapat melakukan tindakantindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Pentingnya prediksi financial distress perusahaan yang digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan yang akan datang, maka penulis tertarik mengambil judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)” Pengaruh likuiditas terhadap prediksi financial distress Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan current ratio. Current ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Hapsari, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Meiranto (2014) menunjukkan bahwa current ratio memiliki pengaruh negatif untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka semakin kecil kemungkinan terjadinya financial distress begitupula sebaliknya semakin rendah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka semakin besar kemungkinan terjadinya financial distress. H1= Rasio Likuiditas Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan.
Pengaruh profitabilitas terhadap prediksi financial distress Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Menurut Kamaludin dan Rini (2012:57), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan return on total assets (ROA) untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Menurut Hidayat dan Meiranto (2014), ROA yang tinggi menunjukkan perusahaan mampu menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, sehingga semakin efektif dan efisien pengelolaan aktiva perusahaan yang akhirnya dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan, dengan begitu perusahaan akan memperoleh penghematan dan memperoleh kecukupan dana untuk menjalankan usahanya sedangkan rasio return on total assets (ROA) yang rendah menandakan kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) semakin besar. H2= Rasio Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan. Pengaruh leverage terhadap prediksi financial distress Rasio leverage menunjukkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Aryani dan Widhiari, 2015). Rasio leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan total debt to asset ratio (DAR). DAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang yang dimiliki perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012) dimana dalam penelitianya menjelaskan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan manufaktur di BEI.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) H3=
Rasio Leverage Berpengaruh Signifikan Terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan.
Pengaruh ukuran komite audit terhadap prediksi financial distress Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu indikator agar terwujudnya corporat governance yang baik. Untuk dapat membentuk komite audit yang efektif, maka perusahaan harus membuat komite audit yang sesuai dengan Surat Edaran Bapepem Nomor SE-03/PM/ 2000 dan Keputusan Direksi BEJ Nomor Kep-351/BEJ/06/2000 yaitu keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan sekurang-kurangnya salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi keuangan. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Pierce dan Zahra (1992) dalam Wulandary (2011) bahwa terciptanya fungsi pengawasan komite audit yang efektif berhubungan dengan jumlah sumber daya yang dimiliki oleh komite. Dengan ukuran komite audit yang lebih besar maka sumber daya komite audit akan meningkat dan kualitas pengawasan juga meningkat. Sebuah komite audit yang memiliki anggota lebih besar akan memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalahmasalah yang dihadapi oleh perusahaan seperti masalah kesulitan keuangan (financial distress). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Pembayun (2012) menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran komite audit mampu meminimalisir terjadinya financial distress di dalam perusahaan. Ukuran komite audit yang besar cenderung untuk meningkatkan kualitas pengendalian internal, sehingga akan meminimalisir terjadinya financial distress. H4= Ukuran Komite Audit Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan
Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap prediksi financial distress Berdasarkan teori agency, kepemilikan manajerial pada perusahaan diharapkan dapat menurunkan konflikkonflik keagenan, karena kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa perusahan dimiliki oleh kalangan pengelola perusahaan sendiri, dengan kata lain para pemilik (prinsipal) ini juga berfungsi sebagai pengelola (agen) perusahaan tersebut. Keadaan seperti ini tentunya akan menambah keefektifan sekaligus kejelasan penerimaan informasi berupa perintah kerja dan motivasi pengelola yang merangkap sebagai pemilik dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang baik yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih banyak sehingga perusahaan dapat dimungkinkan aman dari ancaman financial distress. Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingankepentingan tersebut sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Kepemilikan manajerial berkaitan dengan biaya agensi manajerial (agency cost). Biaya agensi manajerial muncul akibat adanya pemisahan pengendalian dan kepemilikan (Yustika, 2015). Penelitian yang dilakukan Fadhilah (2013) dalam Yustika (2015) menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan biaya agensi manajerial terhadap financial distress. H5= Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Dalam penelitian ini juga akan melihat pengaruh secara simultan antara likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial terhadap prediksi financial distress. Sehingga hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: H6= Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, Ukuran Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) METODE Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20112015. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Variabel yang digunakan adalah variabel bebas antara lain yaitu: (1) likuiditas, (2) profitabilitas, (3) leverage, (4) ukuran komite audit dan (5) kepemilikan manajerial sedangkan variabel terikatnya adalah financial distress. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2011-2015 yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Populasi penelitian yakni seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 20112015. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni purposive sampling, Berdasarkan metode purposive sampling, maka didapatkan 42 sampel perusahaan yang memenuhi kriteria karena periode pengamatan selama 5 tahun sehingga ada 210 data perusahaan. Variabel terikat penelitian (variabel dependen) adalah financial distress yang diproksikan dengan Interest Covarage Ratio (ICR) (Wulandari, 2011). Perusahaan yang mengalami financial distress mempunyai Interest Coverage Ratio (ICR) kurang dari 1 dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress memiliki Interest Coverage Ratio (ICR) lebih dari 1. ICR dihitung dengan cara sebagai berikut :
Dimana: Operating Profit : Laba Operasi Interest expense : Beban Bunga Variabel independen yang pertama yaitu likuiditas. Berdasarkan (Hapsari, 2012), likuiditas diukur dengan current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Variabel independen yang kedua yaitu profitabilitas. Berdasarkan (Hapsari, 2012) dan Yustika (2015) profitabilitas diukur dengan return on total assets (ROA)
untuk mengukur profitabilitas perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Variabel independen yang ketiga yaitu leverage. Dalam (Yustika, 2015) rasio leverage diukur dengan total debt ratio (DAR) dapat dihitung dengan rumus:
Variabel independen yang keempat yaitu ukuran komite audit. Menurut Rahmat et al (2008) dalam Wulandary (2011) variabel ukuran komite audit diproksikan dengan jumlah anggota di dalam komite audit. Variabel independen yang kelima yaitu kepemilikan manajerial. Dalam (Yustika, 2015) kepemilikan manajerial diukur dengan agency cost dapat dihitung dengan rumus:
Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yakni mengumpulkan data laporan keuangan masing-masing perusahaan manufaktur yang telah di publikasikan di website Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan program SPSS versi 20.00. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut: Y= α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+e (6) Dimana: Y = Financial Distress α = konstanta β1,β2,β3 = koefesien regresi X1- X5 = variabel independen e = standard error Pengujian regresi linear berganda yang baik ialah terbebas dari gejala normalitas, multikolonieritas, autokolerasi dan heteroskedastisitas, sehingga sebelum melakukan model regresi terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) HASIL DAN PEMBAHASAN Data variabel likuiditas diperoleh nilai minimum 0,345 dan nilai maksimum 24,744. Nilai rata-ratanya sebesar 2,5056 sedangkan standar deviasinya 2,6032. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel likuiditas sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian. Data variabel profitabilitas diperoleh nilai minimum -0,279 dan nilai maksimum 0,415. Nilai rata-ratanya sebesar 0,0662 sedangkan standar deviasinya 0,1089. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel profitabilitas sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian. Data variabel leverage diperoleh nilai minimum 0,037 dan nilai maksimum 2,661. Nilai rata-ratanya sebesar 0,5324 sedangkan standar deviasinya 0,3916. Nilai standar deviasi
nilai rata-ratanya, artinya bahwa
variabel kepemilikan manajerial sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian. Data variabel financial distress diperoleh nilai minimum -44,668 dan nilai maksimum 28,445. Nilai rata-ratanya sebesar 3,9559 sedangkan standar deviasinya 8,5363. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel financial distress sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian. Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 0,003 lebih kecil dari tingkat alpha atau tingkat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu 0,05 artinya data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Menurut Ghozali (2011:35) data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data terlebih melihat bentuk grafik histogram dari masing-masing variabel dependen maupun independen. Berdasarkan pengamatan peneliti dengan melihat bentuk grafik histogram pada masing-masing variabel, maka untuk variabel likuiditas, leverage, dan kepemilikan manajerial menggunakan transformasi LN, variabel ukuran komite audit menggunakan transformasi SQRT (x), sedangkan untuk variabel profitabilitas dan financial distress menggunakan transformasi (1) Square (kuadrat) dan (2) LN. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram, disajikan pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Bentuk Transformasi Data Bentuk Grafik Histogram Moderate positive skewness Subtansial positive skewness Severe positive skewness dengan bentuk L Moderate negative skewness Subtansial negative skewness Severe positive skewness dengan bentuk J k= nilai tertinggi (maksimum) dari data mentah Sumber: Ghozali, 2011
Bentuk Transformasi SQRT (x) atau akar kuadrat LG10 (x) atau logaritma 10 atau LN 1/x atau inverse SQRT (k-x) LG10 (k-x) 1/(k-x)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) Hasil pengujian normalitas data setelah dilakukannya transformasi data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 0,201 lebih besar dari tingkat alpha atau tingkat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu 0,05 artinya data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji multikolonieritas menunjukkan bahwa nilai tolerance masingmasing variabel lebih besar dari 10% atau 0,1 serta nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, sehingga data dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonieritas. Untuk variabel likuiditas (X1) besarnya nilai VIF adalah sebesar 1,566<10 dan nilai tolerance sebesar 0,639>0,1. Variabel profitabilitas (X2) besarnya nilai VIF 1,287<10 dan nilai tolerance sebesar 0,777>0,1. Variabel Leverage (X3) nilai VIF sebesar 1,772<10 dan nilai tolerance sebesar 0,564 > 0,1. Variabel ukuran komite audit (X4) besarnya nilai VIF 1,059<10 dan nilai tolerance sebesar 0,944>0,1. Variabel kepemilikan
manajerial (X5) besarnya nilai VIF 1,149<10 dan nilai tolerance sebesar 0,870>0,1. Hasil uji autokolerasi menunjukkan bahwa nilai du
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear berganda Model
Unstandardized Coefficients B Std.Error 1,031 0,338 -0,158 0,077 -2,146 0,519 0,174 0,086 -0,095 0,066 -0,017 0,065
(Constant) Likuiditas Profitabilitas Leverage Ukuran Komite Audit Kepemilikan Manajerial Sig F Adjusted R Square Sumber: Output SPSS 20.0, 2016
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui seberapa besar pengaruh likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial terhadap financial distress. Adapun persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= 1,031-0,158X1-2,146X2+0,174X3-0,095X4 –0,017X5+e (7) Dimana : Y = Financial Distress α = konstanta
β1,β2,β3 X1 X2 X3 X4 X5 e
= = = = = = =
T
Sig.
3,053 -2,058 -4,136 2,032 -1,440 -0,266
0,003 0,041 0,000 0,043 0,151 0,790 0,000 0,209
koefesien regresi likuiditas profitabilitas leverage ukuran komite audit kepemilikan manajerial standard error
1. Nilai konstanta sebesar 1,031 menyatakan bahwa apabila variabel independen likuiditas (X1), profitabilitas (X2), laverage (X3), ukuran komite audit (X4), dan kepemilikan manajerial (X5)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017)
2.
3.
4.
5.
6.
sama dengan nol, maka variabel dependen financial distress (Y) adalah sebesar 1,031. Nilai koefisien ß1 = -0,158 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel likuiditas (X1) terhadap financial distress (Y) sebesar -0,158. Hal ini berarti apabila variabel independen likuiditas (X1) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,158 satuan. Nilai koefisien ß2 = -2,146 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel profitabilitas (X2) terhadap financial distress (Y) sebesar -2,146. Hal ini berarti apabila variabel independen profitabilitas (X2) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami penurunan sebesar 2,146 satuan. Nilai koefisien ß3 = 0,174 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel leverage (X3) terhadap financial distress (Y) sebesar 0,174. Hal ini berarti apabila variabel independen leverage (X3) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,174 satuan. Nilai koefisien ß4 = -0,095 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel ukuran komite audit (X4) terhadap financial distress (Y) sebesar 0,095. Hal ini berarti apabila variabel independen ukuran komite audit (X4) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,095 satuan. Nilai koefisien ß5 = -0,017 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel kepemilikan manajerial (X5) terhadap financial distress (Y) sebesar 0,017. Hal ini berarti apabila variabel independen kepemilikan manajerial (X5) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan
mengalami penurunan sebesar 0,017 satuan. Berdasarkan tabel 2, juga dapat diketahui nilai signifikansi masing-masing variabel. Untuk mengetahui arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, dapat diketahui melalui koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. Nilai signifikansi X1 (likuiditas) sebesar 0,041<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,158 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X2 (profitabilitas) sebesar 0,000<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -2,146 maka H0 ditolak dan H2 diterima. Ini berarti profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X3 (leverage) sebesar 0,043<0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,174 maka H0 ditolak dan H3 diterima. Ini berarti leverage berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X4 (ukuran komite audit) sebesar 0,151>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,095 maka H4 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti ukuran komite audit tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X5 (kepemilikan manajerial) sebesar 0,79>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,017 maka H5 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Berdasarkan tabel 2, hasil menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,000<0,05 maka H0 ditolak dan H6 diterima. Hal ini menyatakan bahwa likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R Square adalah sebesar 0,209. Hal ini berarti variabel independen yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit, dan kepemilikan manajerial dapat menerangkan variabel dependen yaitu financial distress
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) sebesar 20,9% sisanya sebesar 70,1% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi pada penelitian ini. Pengaruh Likuiditas Terhadap Prediksi Financial Distress Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X1 (likuiditas) sebesar 0,041<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,158 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2007-2010, meskipun tanda persamaan regresi bernilai negatif. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan current ratio. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2014), Hidayat dan Meiranto (2014), Rahmadani (2014), Aryani dan Widhiari (2014) dan Yustika (2015) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka semakin kecil kemungkinan terjadinya financial distress. Begitupula sebaliknya semakin rendah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka semakin besar kemungkinan terjadinya financial distress. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Prediksi Financial Distress Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X2 (profitabilitas) sebesar 0,000<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -2,146 maka H0 ditolak dan H2 diterima. Ini berarti profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Meiranto (2014) yang menyatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2012, meskipun tanda koefisien regresi bernilai negatif. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012), Rahmadani (2014), dan Yustika (2015) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin rendah kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan, begitupula sebaliknya semakin rendah rasio profitabilitas maka semakin besar kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. Pengaruh Leverage Terhadap Prediksi Financial Distress Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X3 (leverage) sebesar 0,043<0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,174 maka H0 ditolak dan H3 diterima. Ini berarti leverage berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2014) dan Aryani dan Widhiari (2015) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress suatu perusahaan, meskipun tanda persamaan regresi bernilai positif. Rasio leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan debt ratio (DAR). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hapsari (2012), Rahmadani (2014), Hidayat dan Meiranto (2014), dan Yustika (2015) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial distress suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio leverage maka semakin besar kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan, begitupula sebaliknya semakin rendah rasio leverage maka semakin kecil kemungkinan terjadinya financial distress pada suatu perusahaan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Prediksi Financial Distress Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X4 (ukuran komite audit) sebesar 0,151>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,095 maka H4 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti ukuran komite audit tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Pembayun (2012) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit memiliki pengaruh negatif untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Ukuran komite audit dalam penelitian ini diproksikan dengan jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandary (2011) yang memberikan bukti empiris bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Menurut Effendi, M. A (2005) dalam Wulandary (2011) keberadaan komite audit di perusahaan publik pada saat ini hanya sekadar untuk memenuhi ketentuan pihak regulator (pemerintah) saja sehingga komite audit belum efektif dalam menjalankan fungsinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya penunjukan anggota komite audit di perusahaan publik yang sebagian besar belum didasarkan atas kompetensi dan kapabilitas, namun lebih ke arah kedekatan dengan dewan komisaris perusahaan. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Prediksi Financial Distress Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X5 (kepemilikan manajerial) sebesar 0,79>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,017 maka H5 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari
kepemilikan manajerial terhadap prediksi financial distress. Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diproksikan dengan biaya agensi manajerial. Biaya agensi manajerial muncul akibat adanya pemisahan pengendalian dan kepemilikan (Yustika, 2015). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustika (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan biaya agensi manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur. Hal ini menggambarkan apabila perusahaan memiliki biaya agensi manajerial yang besar maka di dalamnya terdapat manajer perusahaan yang cenderung menggunakan sumber daya perusahaan secara eksploitatif untuk memenuhi tujuan mereka, apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka dapat menyebabkan ketidakstabilan sumber daya perusahaan dan dapat menyebabkan keadaan keuangan menurun dan meningkatkan terjadinya financial distress. Namun, berdasarkan hasil perhitungan pada sampel penelitian kepemilikan manajerial dengan menggunakan biaya agensi manajerial bahwa manajemen mampu mengelola secara efektif sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat penjualan atau pendapatan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan tersebut. Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, Ukuran Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Prediksi Financial Distress Berdasarkan tabel 2, hasil menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,000<0,05 maka keputusannya H0 ditolak dan H6 diterima.. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) Financial distress, kegagalan maupun kebangkrutan suatu perusahaan bisa diukur dan dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Indikator kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Selain, indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini juga terdapat indikator yang dinilai dari informasi non-keuangan yang dimiliki perusahaan. Indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio leverage dikarenakan rasio-rasio ini disinyalir dapat menunjukkan kinerja keuangan dan efisiensi perusahaan secara umum untuk memprediksi terjadinya financial distress sedangkan untuk informasi non-keuangan dalam penelitian ini digunakan ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1). Likuiditas yang diproksikan dengan current ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini berarti, semakin tinggi rasio likuiditas maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil, begitupula sebaliknya semakin rendah rasio likuiditas maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin besar, (2). Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini berarti, semakin tinggi profitabilitas maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin rendah sebaliknya semakin rendah profitabilitas maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin tinggi, (3). Leverage yang diproksikan dengan debt ratio (DAR) berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015.
Hal ini berarti, semakin tinggi leverage maka suatu perusahaan akan lebih rentan mengalami financial distress sebaliknya semakin rendah leverage maka financial distress akan semakin rendah, (4). Ukuran komite audit yang diproksikan dengan jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini dikarenakan keberadaan komite audit di perusahaan publik pada saat ini hanya sekadar untuk memenuhi ketentuan pihak regulator (pemerintah) saja sehingga komite audit belum efektif dalam menjalankan fungsinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya penunjukan anggota komite audit di perusahaan publik yang sebagian besar belum didasarkan atas kompetensi dan kapabilitas, namun lebih ke arah kedekatan dengan dewan komisaris perusahaan, (5). Kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan biaya agensi manajerial tidak berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini karena berdasarkan hasil perhitungan pada sampel penelitian bahwa manajemen mampu mengelola secara efektif sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat penjualan atau pendapatan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan, dan (6). Likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka diberikan saran sebagai berikut: (1). bagi perusahaan, perusahaan hendaknya mampu mengelola keuangannya dengan baik agar kemungkinan terjadinya financial distress sejak dini dapat segera ditindak lanjuti sehingga keberlangsungan usaha dapat tercapai serta perusahaan dapat beroperasi dalam jangka panjang, (2). bagi pihak luar khususnya investor, investor harus bijak dalam memutuskan investasi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No. 1 Tahun 2017) pada suatu perusahaan sehingga perlu memerhatikan kondisi kinerja keuangan perusahaan dengan melihat analisis rasio keuangan dan juga didukung oleh informasi non-keuangan agar investasi menjadi tepat dalam menghasilkan profit yang diinginkan dan (3). bagi peneliti selanjutnya agar memperluas cakupan objek penelitian, misalnya menjadikan seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian, agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dan diharapkan menggunakan rasio financial indicators dan informasi non-keuangan yang lebih beragam untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Aryani, Ayu dan Widhiari, Lely. 2015. Pengaruh Rasio Likuiditas, Laverage, Operating Capacity, Dan Sales Growth Terhadap Financial Distress. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana Vol.11 No, 2 Hal: 456-469. Bapepam. 2000. Pembentukan Komite Audit. Surat Edaran Bapepam No. SE.03/PM/2000. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hapsari, Indri. 2012. Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di BEI. Jurnal Manajemen. Universitas Negeri Semarang Vol.3 No, 2 Hal: 101-109. Hastuti, Indra. 2014. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Kemungkinan Kesulitan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012). Skripsi. Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Hidayat, Arif dan Meiranto, Wahyu. 2014. Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi. Universitas Diponegoro Vol. 3 No,3 Hal: 1-11. Januarti dan Pembayun. 2012. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress. Jurnal Akuntansi. Universitas Diponegoro Vol. 1 No,1 Hal: 1-15. Kamaludin dan Indriani, Rini. 2012. Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan Penerapannya, Edisi Revisi. Bandung:CV Mandar Maju. Rahmadani, Novita. 2014. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Rentabilitas Ekonomi dan Laverage Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Kasus Pada Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 20092013). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Rismawaty 2012. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Springate, Ohlson, Dan Zmijewski (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Wulandary, Pitriya. 2011. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Yustika, Yeni. 2015. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Operating Capacity Dan Biaya Agensi Manajerial Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Jurnal Fakultas Ekonomi. Universitas Pekanbaru Vol. 2 No, 2 Hal: 1-15.