Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017)

PENGARUH PROFESIONALISME PENGELOLAAN ASET DESA, OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET DESA, DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN ASLI DESA (STUDI PADA DESA DI KABUPATEN TABANAN) 1

1

Yerika Silvani Natalia Ni Luh Gede Erni Sulindawati 2 Anantawikrama Tungga Atmadja Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: {[email protected] , [email protected], [email protected],} @undiksha.ac.id Abstrak Pendapatan Asli Desa merupakan segala jenis pendapatan yang berasal dari sumber-sumber yang dimiliki oleh Desa atau sumber-sumber berada di bawah pengelolaan Desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh profesionalisme pengelolaan aset desa terhadap pendapatan asli desa; (2) pengaruh optimalisasi pemanfaatan aset desa terhadap pendapatan asli desa; dan 3) pengaruh pemberdayaan masyarakat terhadap pendapatan asli desa.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa yang berada di Kabupaten Tabanan, Bali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sample. Dengan jumlah responden dalam penelitian sebanyak 58 desa dohitung menggunakan rumus slovin. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS Versi 20. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Profesionalisme pengelolaan aset desa tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli desa; (2) Optimalisasi pemanfaatan aset desa berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli desa; dan (3) pemberdayaan masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli desa. Jadi dalam penelitian ini dari ketiga variabel hanya satu variabel yang memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan asli desa. Kata kunci: pendapatan, profesionalisme pengelolaan , optimalisasi pemanfaatan aset desa, pemberdayaan masyarakat Abstract A Village revenue constitutes all types of incomes coming from all sources owned by the village or all sources under the village management program. The study aimed at finding out the effect of (1) professionalism in the village asset management on the village revenue, (2) optimization in the utilization of the village asset on the village revenue, and (3) community empowerment on the village revenue. The study utilized a quantitative design involving secondary data. The population of the study consisted of all villages located in Tabanan regency, Bali. There were about 28 respondents selected based on Slovan formula as the sample determined by using purposive sampling technique. The analysis was supported by using SPSS software version 20. For Windows. The results of the study indicated that: (1) professionalism in the village asset management had no significant effect on the village revenue, (2) optimization in the utilization of the village asset had a positive and significant effect on the village revenue, and (3) community empowerment had no significant effect on the village revenue. So in this study only one variable was found to have a positive effect on the village revenue. Key words: income, professionalism management, optimization in the utilization of the village asset, community empowerment.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) PENDAHULUAN Sistem pemerintahan yang digunakan di Indonesia adalah sistem yang bersifat desentralisasi, dimana setiap pemerintahan memiliki kewenangan yang sama. Provinsi, kabupaten atau kota, dan desa merupakan kategori otonom mulai dari tingkat teratas hingga terbawahyang memiliki kesatuan masyarakat hukum dengan batas wilayah yang jelas serta hak dan wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri sesuai dengan undang-undang yang ada. Sebagai daerah otonom yang berada pada tingkatan terendah secara otomatis desa akan menjadi objek dan berlangsungnya sistem desentralisasi. Undang-undang nomor 6 tahun 2014 mengatur tentang segala sesuatu yang ada di desa. Undang-undang nomor tahun 2014 merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan yang dimaksud dari ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 18 ayar (7) dan Pasal 18B ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di setiap desa dipimpin oleh kepala desa yang memiliki wewenang dan kekuasan tertinggi dalam membangun desanya. Setiap desa yang ingin membangun desanya mendapat bantuan dari pusat yang sering disebut dengan Dana Desa. Dana desa yang dikeluarkan oleh pemerintah memiliki jumlah yang besar sehingga membutuhkan pengawasan dalam pengelolaannya. Dana desa digunakan untuk membangun desa agar dapat mandiri dan lebih maju kare fungsi dana desa adalah sebagai simultan dan motivasi. Desa yang mandiri harus memenuhi kriteria, beberapa kriteria desa mandiri yaitu dapat dilihat dari sisi infrastruktur, sumber daya manusia dan tingkat produktivitas untuk mengembangkan potensi yang ada sehingga menghasilkan pendapatan asli desa. Potensi dan aset yang dimiliki oleh desa harus kelola secara profesional dan optimal dalam pemanfaatannya. Pengelolaan aset desa harus dilakukan secara profesional yaitu dengan seseorang yang kompeten dalam tugasnya. Profesionalisme adalah suatu sikap atau keadaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan memerlukan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan tertentu dan dilakukan sebagai suatu pekerjaan yang

menjadi sumber penghasilan (Sedarmayanti, 2004). Dalam penelitian ini profesionalisme ditujukan kepada aparatur desa, sehingga mereka dapat melayani masyarakat secara professional. Aparatur desa juga harus melakukan tugasnya sesuai dengan kemampuannya, sehingga hasil yang didapatkan bisa maksimal. Ketika aset desa sudah dikelola dengan profesional maka aset tersebut harus dapat dimanfaatkan secara optimalisasi. Optimalisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat sesuatu yang belum optimal menjadi optimal, kata optimal sendiri berarti menghasilkan yang terbaik (Enchols, 1978). Aset yang dimanfaatkan secara optimal dapat menghasilkan kas yang bisa menambah pendapatan asli desa. Aset yang ada pastinya sudah harus diinventarisasi dan dilegalkan secara hukum, agar tidak terjadi sengketa dengan pihak manapun. Pemanfaatan aset ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan dan bangun serah guna. Selain pengelolaan dan pemanfaatan aset, desa juga harus melakukan pemberdayaan bagi masyarakatnya. Pemberdayaan masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa (Yabbar, 2015). Pemberdayaan masyarakat ini bertujuan untuk memampukan desa dalam pembangunan desa. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat ini juga diharapkan mampu meningkatkan peendapatan masyaraklat maupun pedapatan desanya. Dari pemaparan diatas dapat diketahui beberapa permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini, yang pertama Apakah profesionalisme pengelolaan aset desa berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli desa. Profesionalisme ditujukan kepada kemampuan aparatur dalam memberikan

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) pelayanan yang baik, adil, dan inklusif serta tidak hanya sekedar kecocokan keahlian dengan tempat penugasan. Sehingga aparatur dituntut untuk memiliki kemampuan dan keahlian untuk memahami dan menterjemahkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat ke dalam kegiatan dan program pelayanan (Riyanto, 2014). Dalam hal ini, profesionalisme aparatur Desa sepenuhnya dapat mengklasifikasikan program pengelolaan aset Desa agar lebih mudah dalam hal pengelolaan dan juga pengawasan. Hasil penelitian Riyanto (2014) menyatakan bahwa profesionalisme Birokrasi berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah. Hal ini berarti dengan adanya profesionalisme maka dapat meningkatkan kinerja aparatur yang berimplikasi pada pendapatan asli desa. Penelitian lainnya berdasarkan kesamaan variabel yaitu dari hasil penelitian dari Zainal (2012) yang menyatakan bahwa pengelolaan asset daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintahan daerah yang dilihat dari peningkatan pendapatan asli daerah. Dari kajian ini, hipotesis yang digunakan yaitu: H1: Profesionalisme pengelolaan aset Desa berpengaruh terhadap pendapatan asli Desa. Permasalahan yang kedua, Apakah optimalisasi pemanfaatan aset desa berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli desa. Optimalisasi dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimal, sedangkan dalam penelitian ini hasil yang maksimal didapatkan dengan pemanfaatan aset secara tepat. Pemanfaatan aset dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu, sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, atau dengan cara bangun guna serah. Widayanti (2010) mengindikasikan bahwa optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten Sragen dipengaruhi oleh inventarisasi aset yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan aset Pemerintah Kabupaten Sragen juga dipengaruhi oleh identifikasi aset yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen. Dari kajian ini, hipotesis yang digunakan yaitu:

H2: Optimalisasi pemanfaatan asset Desa berpengaruh terhadap pendapatan asli Desa. Pemberdayaan masyarakat memiliki upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemerintah desa melakukan pemberdayaan masyarakatnya juga untuk membantu memperbaiki taraf hidup dan perekonomiannya. Faini (2016) menunjukkan bahwa lembaga pemberdayaan masyarakat Desa yang terdiri dari perorangan ataupun masyarakat Desa menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat Desa memiliki pengaruh dalam pembangunan di Desa Kedunglumpang, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Dari kajian ini, hipotesis yang digunakan yaitu: H3: Pemberdayaan masyarakat berpengaruh terhadap pendapatan asli Desa. Penelitian ini nantinya diharapkan mempunyai manfaat bagi pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian pertama adalah manfaat teoritis yaitu Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi tentang pengelolaan aset Desa, pemanfaatan aset Desa dan pemberdayaan masyarakat yang mempengaruhi peningkatan hasil pendapatan asli Desa sehingga hasil ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. Manfaat kedua adalah manfaat praktis Penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi kongkrit bagi pemerintah Desa dalam meningkatkan penadapatan asli Desa di Desa-Desa khususnya yang berada di kawasan Kabupaten Tabanan. METODE Penelitian ini dilakukan di seluruh desa yang ada di Kabupaten Tabanan, Bali. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian tentang Pengaruh Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa, Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat terhadap Pendapatan Asli Desa. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini data kuatitatif yaitu berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data penelitian yang diproleh atau dikumpulkan langsung dari sumber asli (tanpa perantara). Sedangkan sumber data dalam penelitian ini yaitu diproleh dari jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian diukur menggunakan skala likert 5 poin dengan menggunakan rentang skor 15. Responden diminta untuk mengisikan tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar pada maing-masing item pertanyaan. Adapun penskoran yang digunakan dalam mengukur jawaban kuesioner adalah pertama, sangat tidak setuju (STT) dengan interval skor 1, kedua, tidak setuju (TS) dengan interval skor 2, ketiga, netral (N) dengan interval skor 3, keempat, setuju (S) dengan interval skor 4 dan yang kelima sangat setuju (SS) dengan interval skor 5. Kuesioner terdiri dari empat bagian, yaitu: pertama variabel profesionalisme pengelolaan aset desa yang terdiri dari 10 item pertanyaan, bagian keduan variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa yang terdiri dari 15 item pertanyaan, bagian yang ketiga variabel pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari 13 item pertanyaan, dan bagian yang keempat variabel pendapatan asli desa yang terdiri dari 6 item pertanyaan. Kuesioner penelitian ini diadopsi dari kuesioner penelitian Astuti (2015), penelitian Widayanti (2010), Dan berdasarkan referensi Buku Tata Kelola Pemerintahan pada halaman 129 (2015). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semuadesa yang berada di Kabupaten Tabanan, Bali. Dengan sampel penelitian ini yaitu 58 desa dari 133 desa yang telah dihitung menggunakan rumus slovin..

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, uji hipotesis. Analisis data diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS Versi20. Pertama dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas ditujukan untuk mengukur seberapa nyata suatu pengujian atau instrumen. Menurut Sugiyono (2009:121) menyatakan bahwa valid berate instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.. Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik yaitu menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan metode Product Moment Pearson Correlation. Data dinyatakan valid jika nila rhitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel dengan nilai signifikansi 0.05 (5%) (Ghozali, 2011). Uji reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di lain kesempatan. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang konsisten terhadap pertanyaan (Ghozali, 2011). Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur korelasi antar jawaban. Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Kedua uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikoloniaritas dan uji heteroskedastisitas. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS for Windows untuk pengujian terhadap data sampel tiap variabel. Untuk mendeteksi normalitas data melalui output grafik kurva normal probability plot. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel bebas yang satu dengan variable bebas yang lain. Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas. Gejala multikolinearitas adalah gejala korelasi antarvariabel independen (Ghozali, 2011). Gejala ini ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antarvariabel independen. Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka tidak terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali, 2011). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamataan ke pengamatan yang lain tetap, atau disebut homoskedastisitas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas. Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk suatu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak sama antar satu varians dari residual. Ketiga uji hipotesis yang terdiri dari uji koefisien determinasi, uji analisis regresi linier berganda dan uji kelayakan modet T (parsial). Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi diantar nol dan satu. Nilai R² yang kecil berati kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen dengan sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berati variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R² pasti akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan

perhitungan terhadap t hitung, kemudian membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: pertama, apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi (α) < 0,05 maka Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen ditolak. Ini berati secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap dependen. Kedua, apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi (α) > 0,05 maka Ho diterima, yang berati secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Objek penelitian dalam penelitian ini adalah semua desa yang berada di Kabupaten Tabanan, Bali. Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 58 kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 58 kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 51 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data hanya sebanyak 51 kuesioner. Berdasarkan hasil pengujian uji validitas untuk variabel profesionalisme pengelolaan aset desa dapat dipaparkan bahwa dari 10 item pertanyaan memiliki nilai correlated item-total correlation lebih besar dari nilai r-tabel (0,23). Hal ini berarti indikator yang digunakan untuk mengukur variabel profesionalisme pengelolaan aset desa dapat dikatakan valid sebagai alat ukur. Kedua, hasil pengujian uji validitas untuk variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa dapat dipaparkan bahwa dari 15 item pertanyaan memiliki nilai correlated item-total correlation lebih besar dari nilai rtabel (0,23). Hal ini berarti indikator yang digunakan untuk mengukur variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa dapat dikatakan valid sebagai alat ukur. Ketiga, hasil pengujian uji validitas untuk variabel pemberdayaan masyarakat dapat dipaparkan bahwa dari 13 item pertanyaan memiliki nilai correlated item-total correlation lebih besar dari nilai r-tabel (0,23). Hal ini berarti indikator yang digunakan untuk mengukur pemberdayaan masyarakat dapat

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) dikatakan valid sebagai alat ukur. Dan hasil pengujian uji validitas untuk variabel pendapatan asli desa dapat dipaparkan bahwa dari 6 item pertanyaan memiliki nilai correlated item-total correlation lebih besar dari nilai r-tabel (0,23). Hal ini berarti indikator yang digunakan untuk mengukur variabel pendapatan asli desa dapat dikatakan valid sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel professionalisme pengelolaan aset desa yang menunjukan bahwa nilai Cornbach’s Alpha sebesar 0,858 lebih besar dari 0,60. Hal ini berati item-item kuesioner untuk mengukur variabel professionalisme pengelolaan aset desa dapat dikatakan konsisten atau reliable sebagai alat ukur. Hasil uji reliabilitas variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa yang menunjukan bahwa nilai Cornbach’s Alpha sebesar 0,845

lebih besar dari 0,60. Hal ini berati item-item kuesioner untuk mengukur variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa dapat dikatakan konsisten atau reliable sebagai alat ukur. Hasil uji reliabilitas variabel pemberdayaan masyarakat yang menunjukan bahwa nilai Cornbach’s Alpha sebesar 0,863 lebih besar dari 0,60. Hal ini berati item-item kuesioner untuk mengukur variabel pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan konsisten atau reliable sebagai alat ukur. Dan hasil uji reliabilitas variabel pendapatan asli desa yang menunjukan bahwa nilai Cornbach’s Alpha sebesar 0,860 lebih besar dari 0,60. Hal ini berati item-item kuesioner untuk mengukur pendapatan asli desa dapat dikatakan konsisten atau reliable sebagai alat ukur. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji KolmogorovSmirnov Test disajikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual 51 0,000000 2,77169545 0,136 0,068 -0,136 0,974 0,299

Sumber: Data Diolah 2016

Pada Tabel 1 hasil uji normalitas data menggunakan statistik KolmogiorovSmirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,299. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal. Secara visual gambar gerafik normal probability plot dapat dilihat pada gambar 1. Berikut:

Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Sumber: Data Diolah 2016

Berdasarkan gambar 1. diatas, menunjukkan bahwa model regresi yang diproleh berditribusi normal, dimana sebaran

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) data berada disekitar garis diagonal, hal ini berati uji normalitas terpenuhi. Hasil Uji Heteroskedastisitas dapat disajikan pada gambar 2. Berikut:

profesionalisme pengelolaan aset desa 3,365, variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa sebesar 2,457 dan variabel pemberdayaan masyarakat sebesar 3,349. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi hubungan atau gejala multikolinieritas antar variabel bebas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menentukan koefisien determinasi, regresi linier berganda, uji kelayakan model t dan uji kelayakan model f. Pertama uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besaran dalam persen pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berati kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen dengan sangat terbatas. Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,464, yang mengandung arti bahwa 46% variasi besarnya Reduksi Kualitas Audit bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu profesionalisme pengelolaan aset desa, optimalisasi pemanfaatan aset desa, dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan sisanya 56% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Analisis regresi linier berganda bertujan untuk mengetahui pengaruh

Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Diolah 2016

Hasil pengujian pada gambar 2 menunjukkan bahwa grafik scaterplot tidak membentuk pola yang teratur seperti bergelombang, melebar ataupun menyempit, tertentu, sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau dapat disebut homokedastisitas. Hasil uji multikolonearitas yaitu nilai Tolerance masing-masing variabel profesionalisme pengelolaan aset desa lebih besar dari 10% atau 0,1 yaitu untuk variabel profesionalisme pengelolaan aset desa sebesar 0,297, variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa sebesar 0,407 dan variabel pemberdayaan masyarakat sebesar 0,299. Demikian juga dengan VIF masingmasing variabel memiliki nilai yang lebih kecil dari 10 yaitu untuk variabel

Model

profesionalisme pengelolaan aset desa, optimalisasi pemanfaatan aset desa, dan pemberdayaan masyarakat terhadap

pendapatan asli desa pada desa yang berada di Kabupaten Tabanan, Bali. Analisis regresi berganda dapat disajikan pada tabel 2, berikut:

Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Lenier Berganda Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B

1

(Constant) Profesionalisme pengelolaan aset desa Optimalisasi pemanfaatan aset desa Pemberdayaan masyarakat

Sumber: Data Diolah 2016

Std. Error

t

Sig.

Beta

-10.286 .239

5.177 .183

.248

-1.987 .053 1.306 .198

.334 .058

.124 .149

.438 .074

2.701 .010 .389 .699

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diketahui konstanta (α) = -10,286, nilai koefisien regresi b1 = 0,239, nilai koefisien b2 = 0,334, dan nilai koefisien b3 = 0,058. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linier berganda pola pengaruh variabel variabel profesionalisme pengelolaan aset desa (X1), optimalisasi pemanfaatan aset desa (X2), pemberdayaan masyarakat (X3) terhadap pendapatan asli desa(Y) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: Y= α + b1X1 + b2X2 +b3X3 + e Y = -10,286+0,239X1+0,334X2+0,058X3+e Koefisien regresi profesionalisme pengelolaan aset desa (X1) sebesar 0,239 menggambarkan bahwa Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa mempunyai pengaruh positif terhadap besarnya Pendapatan Asli desa artinya apabila aparatur desa memiliki Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa yang tinggi maka akan dapat meningkatkan pendapatan asli desa. Koefisien regresi Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa (X2) sebesar 0,334 menggambarkan bahwa Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa mempunyai pengaruh positif terhadap besarnya Pendapatan Asli Desa artinya apabila aparatur desa melakukan Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa maka dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa. Koefisien regresi Pemberdayaan Masyarakat (X3) sebesar 0,058, menggambarkan bahwa Pemberdayaan Masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Desa artinya apabila pemerintah desa melakukan Pemberdayaan Masyarakat maka dapat meningkatkan Pendapatan asli Desa. Berdasarkan persamaan diatas, dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi berganda positif. Hal ini mengartikan bahwa terdapat pegaruh positif antara Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa (X1), Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa (X2), Pemberdayaan Masyarakat (X3) terhadap Pendapatan Asli Desa(Y). Hasil uji t (parsial) didapatkan hasil yang pertama: pengaruh profesionalisme pengelolaan aset desa terhadap pendapatan asli desa, diperoleh nilai thitung sebesar 1,306 < dari nilai ttabel sebesar 1,677 dan nilai

signifikan Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa sebesar 0,198 > dari 0,05 sehingga H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel profesionalisme pengelolaan aset desa tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli desa.. Kedua, pengaruh optimalisasi pemanfaatan aset desa terhadap pendapatan asli desa, diperoleh nilai thitung sebesar 2,701 > dari nilai t tabel sebesar 1,677 dan nilai signifikan Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa sebesar 0,010 < dari 0,05 sehingga H2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli desa. Dan ketiga, pengaruh pemberdayaan masyarakat terhadap pendapatan asli desa, diperoleh nilai thitung sebesar 0,0389 < dari nilai ttabel sebesar 1,677 dan nilai signifikan Pemberdayaan Masyarakat sebesar 0,699 > dari 0,05 sehingga H3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pemberdayaan Masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli desa. Pengaruh Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa terhadap Pendapatan Asli Desa Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Profesionalisme Pengelolaan Aset Desa terhadap Pendapatan Asli Desa. Variabel profesionalisme pengelolaan aset desa (X1) memiliki nilai thitung sebesar 1,306 < dari nilai ttabel sebesar 1,677 dan nilai signifikan sebesar 0,198 > dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel profesionalisme pengelolaan aset desa tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap variabel pendapatan asli desa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasfi (2013) yang menyatakan bahwa pengelolaan barang milik belum sepenuhnya terlaksana dengan baik karena dihadapkan beberapa kendala dibidang organisasi, sumber daya aparatur, aturan dan praktek manajemen pengelolaan barang yang belum sesuai dengan aturan yang ada. Hasil penelitian ini juga di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurina (2014) dengan hasil penelitian pengelolaan aset

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) daerah di Kota Batu belum berjalan secara optimal karena masih banyak aset-aset daerah yang belum memiliki status yang jelas dan kurangnya pemanfaatan aset daerah guna meningkatkan kontribusi aset daerah terhadap PAD. Dari beberapa indikator yang telah ditetapkan untuk mengukur variabel profesionalisme perangkat desa dalam mengelola aset desa, ada beberapa indikator yang belum maksimal diterapkan oleh pemerintah desa. Indikator-indikator yang ada yaitu dari proses perencanaan, penganggaran, penatausahaan pertanggungjawaban, pelaporan dan pengawasan terhadap asset desa.dalam perencanaan dan penganggaran sudah dapat dilaksanakan dengan baik oleh perangkat desa. Beberapa indikator yang lainnya seperti penatausahaan, pertanggungjawaban, pelaporan, dan pengawasan kurang dilaksanakan dengan baik. Beberapa desa terkadang sering mengabaikan indikator tersebut, karena dianggap tidak terlalu penting. Dalam pelaporan dan pengawasan aset desa terkadang juga belum dilakukan. Karena sumber daya manusia yang kurang dan tidak tepat dalam penempatan tugasnya. Kekurangan pengadaan sumber daya manusia ini terkendala oleh dana yang ada di desa itu sendiri, kurangnya dana menjadi masalah sendiri yang belum terselesaikan. Hal ini yang menyebabkan bahwa profesionalisme pengelolaan aset menjadi tidak berpengaruh terhada peningkatan pendapatan asli desa. Pengaruh Optimalisasi Pemanfaatan Aset Desa terhadap Pendapatan Asli Desa Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa terhadap pendapatan asli desa. Variabel optimalisasi pemangfaatan aset (X2) memiliki nilai thitung sebesar 2,701 > dari nilai ttabel sebesar 1,677 dengan signifikansi sebesar 0,010 < 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa optimalisasi pemanfaatan aset desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli desa. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2010) dengan hasil penelitian yang

mengindikasikan manajemen aset berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset yang dilakukan oleh pemerintah Daerah kabupaten Sragen. Dengan adanya optimalisasi pemanfaatan aset maka pendapatan asli desa mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2014) optimalisasi pemanfaatan aset tanah kosong yaitu dapat dilakukan dengan cara disewakan kepada pihak lain dan digunakan untuk kegiatan penghijauan dan budidaya ikan tawar yang dapat menambah pendapatan asli daerah. Dari indiktaor yang digunakan untuk mengukur pengaruh optimalisasi pemanfaatan aset semua memiliki pengaruh positif. Indikator yang ada yaitu inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit, penilaian aset, dan optimalisasi asetnya. Desa sudah melakukan inventarisasi aset yang dimilikinya, setelah aset diinventarisasi asetaset tersebut dilakukan identifikasi. Desa melakukan identifikasi agar asetaset tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kegunaannya, dan juga tidak terjadi penyalahgunaan aset. Ketika indikator-indikator tersebut telah terpenuhi maka desa dapat melakukan indikator terakhir yang menjadi pengukur pemanfaatan aset yaitu optimalisasi aset itu sendiri. Desa sudah melakukan optimalisasi pemanfaatan aset sesuai dengan ketentuan yang akan menambah pendapatan asli desa itu sendiri. Pengaruh Pemberdayaan Masyarakat terhadap Pendapatan Asli Desa Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel pemberdayaan masyarakat terhadap pendapatan asli desa. Variabel pemberdayaan masyarakat (X2) memiliki nilai thitung sebesar 0,058 < dari nilai t tabel sebesar 1,677 dan nilai signifikan sebesar 0,699 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pemberdayaan masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli desa. Hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan Nugrianti dan Zulkarnaini (2013) dengan hasil penelitian menunjukkan efektivitas pemberdayaan masyarakat melalui program ADD belum

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) berjalan lancer atau kurang efektif sedangkan factor dominan yang masih mempengaruhinya yaitu adalah factor ketakutan.hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan Abdjul (2013) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan belum berjalan dengan baik karena peran pemerintah dalam sosialisasi tata cara pelaksanaan, penyediaan bibit, dan pemasaran hasil panen belum menunjukkan hasil yang maksimal dalam hasil yang diperoleh masyarakat. Dari indikator yang menjadi tolak ukur dalam variabel pemberdayaan masyarakat, belum ada yang berhasil bahkan belum ada yang terealisasi dalam pelaksanaannya. Indikator yang ada dalam variabel pemberdayaan masyarakat yaitu penyadaran, pelatihan dan pendidikan, penguatan masyarakat, perluasan jaringan, penguatan modal sosial,kemampuan memecahkan masalah, dan pengakuan terhadap masyarakat. Dari indikator yang ada hanya beberapa indikator saja yang sudah terlaksana yaitu penyadaran masyarakat, pelatihan dan pendidikan. Itupun belum terlaksana secara maksimal dan hanya sedikit memberikan pengaruh secara langsung kepada masyarakat. Hal itu dapat terjadi karena peran desa kurang maksimal dalam kegiatan tersebut, desa kurang mendorong masyarakatnya untuk melakukan kegiatan usaha. Hal-hal seperti ini yang menjadikan pemberdayaan masyarakat tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli desa, karena ketika perekonomian masyarakatnya meningkat secara langsung maka pendapatan asli desa tersebut akan meningkat.

2.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Variabel profesionalisme pengelolaan aset desa (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 1,306 < dari nilai ttabel 1,677 dan nilai signifikan sebesar 0,198 > 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel profesionalisme pengelolaan aset desa tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli desa.

DAFTAR PUSTAKA Echols, John M dan Hassan Shadily, 2001. Kamus Indonesia Inggris, Jakarta: Gramedia.

3.

Variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa (X2) memiliki nilai thitung sebesar 2,701 > dari nilai ttabel 1,677 dan nilai signifikan sebesar 0,010 < 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel optimalisasi pemanfaatan aset desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli desa. Variabel pemberdayaan masyarakat (X3) memiliki nilai thitung sebesar 0,389 < dari nilai ttabel 1,677 dan nilai signifikan sebesar 0,699 > 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel pemberdayaan masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli desa.

Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas adapaun saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang sejenis adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah desa diharapkan dengan penelitian ini dapat melakukan evaluasi terhadap pengelolaan dan pemanfaatan aset desa, agar dapat dilakukan secara profesiona dan lebih optimal. 2. Bagi Masyarakat yang ada dalam penelitian ini diharapkan lebih mengembangkan pendidikan maupun pelatihan agar pemberdayaan masyarakat dapat berjalan dengan tujuannya. 3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel penelitian yang dapat mempengaruhi pendapatan asli desa, sehingga akan menghasilkan data yang lebih baik.

Faini, Rohmatin Nur dan M Farid Ma’ruf, 2016. Efektivitas Lembaga Pemberdayaan Maysarakat Desa Dalam Mendukung Pembangunan Desa Kedunglumpang Kecamatan Mojoagung Kabupatan Jombang, Kajian Otonomi Daerah, Vol 01 No 01.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 07, No.01 Tahun 2017) Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang : BP Undip. Hasfi, Nyemas. 2013. Pengelolaan Barang Milik (Suatu Studi Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sintang). Jurnal Program Magister Universitas Tanjungpura Vol 1, No 0001. Nurina, Devi listya. 2014. Strategi Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Badan Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Kota Batu). Jurnal Administrasi Publik Vol.2 No. 11 . Riyanto, Andi. 2014. Pengaruh Profesionalisme Birokrasi dan Motivasi Terhadap KinerjaAparatur Pemerintah Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sukabumi, Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2014. Widayanti, Endang. 2010. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasasi Pemanfataan Aset Tetap Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Sragen). Tesis, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Yabbar, Rahmah dan Ardi Hamzah, 2015 Tata Kelola Pemerintahan desa: Dari Peraturan Di Desa Hingga Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa; Dari Perencanaan Pembangunan Desa Hingga Pengelolaan Keuangan Desa. Surabaya: Pustaka. Zainal, Nur Iswahyudi. 2012. Pengaruh Pengelolaan Aset Daerah Terhadap Laporan Keuangan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan aset Daerah Kabupaten Bone Bolango. Artikel, Universitas Negeri Gorontalo.