e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU, ASIMETRI INFORMASI DAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD) AKUNTANSI (Studi Empiris pada Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Buleleng)
1
I Made Darma Prawira, 1 Nyoman Trisna Herawati, 2Nyoman Ari Surya Darmawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh moralitas individu, asimetri informasi dan efektivita pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi empiris. Kriteria responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karyawan yang bekerja pada bagian yang berhubungan dengan variabel penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 100 responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang terdiri dari 4 instrumen dengan menggunakan skala likert. Dari 100 kuesioner yang telah disebar, jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 100 kuesioner dan dapat dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterosketastisitas, serta pengujian hipotesis yang terdiri dari uji regresi berganda, koefisien detrminasi, uji t dan uji F. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) moralitas individu berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi (2) asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi, (3) efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan negative terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi dan (4) moralitas individu, asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Kata kunci: asimetri informasi, BUMD, efektivitas pengendalian kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi, moralitas individu.
internal,
Abstract This study was intended to identify the impact of individual morality, asymmetry of information and effectiveness of internal control on the tendency of accounting fraud at the Buleleng Regency-Owned Corporation ‘Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)’. This is a quantitative and empirical study. The respondents in the present study were the employees employed at the divisions used as the variables. The respondents used as the sample totaled 100. The data were collected using questionnaire made up of 4 instruments with likert scale. All the questionnaires, totaling 100, were returned and analyzed. The data were analyzed using validity test and reliability test, classical assumption test consisting of normality test,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) multicolinearity test, and heteroscetasticity test, and the test of hypothesis consisting of multiple regression test, coefficient of determination, t test and F test. The result of the study showed that (1) individual morality significantly negatively affected the tendency of accounting fraud; (2) asymmetry of information significantly positively contributed to the tendency of accounting fraud; (3) effectiveness of internal control significantly negatively contributed to the tendency of accounting fraud; and (4) individual morality, asymmetry of information and effectiveness of internal control significantly affected the tendency of accounting fraud. Keywords: asymmetry of information, BUMD, effectiveness in internal control, tendency of accounting fraud, individual morality
PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya kompleksitas bisnis dan semakin terbukanya peluang usaha dan investasi menyebabkan risiko terjadinya kecurangan pada perusahaan semakin tinggi. Terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi (KKA) membuat organisasi atau lembaga yang dikelola menjadi rugi. Sebagai contoh, volume produktivitas organisasi melemah, belanja sosial organisasi semakin sedikit, kepercayaan masyarakat yang dilayani beralih ke organisasi lain, dan mitra kerja tidak selera lagi untuk tetap bekerja sama. Di sisi lain kasus KKA tidak terlepas dari pemberitaan media massa. Jika demikian yang terjadi, reputasi dan citra organisasi yang terbangun selama ini menjadi sulit untuk dijadikan daya saing dalam meraih persaingan pasar yang semakin tajam. Kecurangan akuntansi sangat erat hubungannya dengan etika. Kecurangan akuntansi merupakan suatu tindakan ilegal. Menurut Baucus (1994) dalam Puspasari (2012), secara umum perilaku ilegal adalah bagian dari perilaku tidak etis, oleh karena itu ada hukum yang harus ditegakkan sebagai bagian dari usaha penegakkan standar moral. Penelitian dari Hernandez dan Groot (2007) dalam Puspasari (2012) menemukan bahwa etika dan lingkungan pengendalian akuntansi merupakan dua hal yang sangat penting terkait kecenderungan seseorang dalam melakukan kecurangan akuntansi. Albrecht (2004) menyatakan bahwa faktor integritas personal dalam fraud scale mengacu kepada kode etik personal yang dimiliki oleh tiap individu.
Beberapa penelitian di bidang etika menggunakan teori perkembangan moral untuk mengobservasi dasar individu melakukan suatu tindakan. Salah satu yang sering digunakan adalah teori mengenai level penalaran moral Kohlberg. Mengetahui level penalaran moral seseorang akan menjadi dasar untuk mengetahui kecenderungan individu melakukan suatu tindakan tertentu, terutama yang berkaitan dengan dilema etika, berdasarkan level penalaran moralnya. Welton (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya. Hasil penelitian Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu akan semakin cenderung tidak berbuat kecurangan akuntansi. Bernardi (1994) dan Ponemon (1993) dalam Moroney (2008) menemukan bahwa semakin tinggi level moral individu akan semakin sensitif terhadap isu-isu etika. Selain faktor rasionalisasi yang berkaitan erat dengan etika, faktor lain yang menjadi penyebab kecurangan akuntansi adalah faktor kesempatan. Kesempatan atau opportunity merupakan suatu kondisi yang memungkinkan seseorang bisa melakukan kecurangan. Kondisi tersebut sebenarnya dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut dalam lingkup entitas antara lain penegakan peraturan, keefektifan sistem pengendalian internal, dan asimetri informasi. Menurut Abbot, et al., seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006: 5) menyatakan bahwa pengendalian intern yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) akuntansi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2001: 319), pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (1) Keandalan laporan keuangan, (2) Efektifitas dan efisiensi operasi, serta (3) Kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku. Kecurangan akan dilakukan jika ada kesempatan dimana seseorang harus memiliki akses terhadap aset atau memiliki wewenang untuk mengatur prosedur pengendalian yang memperkenankan dilakukannya skema kecurangan. Jabatan, tanggung jawab, maupun otorisasi memberikan peluang untuk terlaksananya kecurangan (Suprajadi, 2009). Untuk meminimalisir peluang atau kesempatan seseorang untuk melakukan kecurangan maka diperlukan pengendalian internal yang efektif. Menurut Fatun (2013), Asimetri informasi merupakan keadaan dimana pihak dalam perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibanding pihak luar perusahaan (stakeholder). Jika terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengguna dan pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan. Badan Usaha Milik Negara (BUMD) merupakan salah satu organisasi yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang berkontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tujuan dibentuknya BUMD adalah untuk melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan umum dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah. Untuk mewujudkan tujuan dan berbagai sasaran dari BUMD, perlu ditentukannya dinamika perusahaan yang bersangkutan dan interaksi yang terjadi baik antara perusahaan dengan lingkungannya maupun antara satuansatuan kerja di dalam perusahaan tersebut. Badan akan mampu mencapai
misi dan tujuan yang telah ditetapkan apabila kekuatan perusahaan melebihi kelemahan yang dimiliki. Beberapa kasus kecurangan yang pernah terjadi di Kabupaten Buleleng yaitu: (1) Kasus korupsi di Dinas PU yang terjadi tahun 2004. Dalam kasus itu diduga terjadi penggelembungan harga (mark-up) dalam pembelian alat berat sehingga negara dirugikan sekitar Rp 500 juta. (2) Kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh 10 orang pemimpin desa yang sebagian besar mengindikasikan penyimpangan dana bantuan sosial yang diambil dari APBD Pemkab Buleleng anggaran 2008-2009. Beberapa kepala desa ada yang terkait dengan bantuan sosial dan hibah tahun 2010, baik dari APBD maupun bantuan swasta yang diselewengkan peruntukannya, yaitu untuk keuntungan pribadi. Kasus ini terjadi pada tanggal 26 Juli 2010. (3) Kasus mantan Bupati Buleleng yang divonis 2 tahun penjara oleh Majelis Hakim karena terbukti terlibat korupsi upah pungut Pajak Bumi dan Bangunan Kehutanan Perkebunan dan Pertambangan (PBB-KPP) senilai Rp 1,6 miliar di Pengadilan Tipikor Denpasar pada tanggal 5 Maret 2013. (http://infokorupsi.com/id/korupsi.php), diakses tanggal 9 April 2014). Mengingat dipandang cukup pentingnya peran BUMD khususnya sebagai salah satu sumber PAD di Daerah dan kasus kecurangan yang sering terjadi di sektor pemerintahan dan BUMD, maka BUMD dituntut agar lebih profesional dan lebih efisien dalam melaksanakan usahanya. Selain itu dilihat dari tujuan BUMD yaitu melayani kepentingan umum dan meningkatkan penerimaan daerah dalam PADnya, maka penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh moralitas individu, asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi di masing-masing BUMD yang terdapat di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilakukan pada 4 BUMD di Kabupaten Buleleng antara lain: (1) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Buleleng, (2) Perusahaan Daerah Pasar Kabupaten
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Buleleng, (3) Perusahaan Daerah Swatantra Kabupaten Buleleng, (4) Perusahaan Daerah BPR Bank Buleleng 45. Dari paparan diatas maka permasalahan yang diteliti yaitu Apakah terdapat pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng, Apakah terdapat pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng, Apakah terdapat pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng dan apakah terdapat pengaruh moralitas individu, asimetri informasi, dan efektivitas pengendalian internal terhadap moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Adapun tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui pengaruh moralitas individu terhadap moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng, untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap, untuk mengetahui pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng dan Untuk mengetahui pengaruh moralitas individi, asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Menurut Liyanarachchi (2009) dalam Puspasari (2012) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Orang dengan level penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki level penalaran moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika. Dalam tindakannya, orang yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung akan melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sendiri dan
menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan sanksi hukum. Penelitian ini juga berpendapat bahwa moralitas individu akan mempengaruhi kecenderungan seseorang melakukan kecurangan akuntansi. Artinya, semakin tinggi tahapan moralitas individu (tahapan post-konvensional), semakin individu memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya. Dengan demikian, semakin tinggi moralitas individu, semakin ia akan berusaha untuk menghindarkan diri dari kecenderungan kecurangan akuntansi, sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Moralitas individu berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Dalam penelitian Najaningrum (2013) dijelaskan bahwa Asimetri informasi merupakan keadaan dimana pihak dalam perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibanding pihak luar perusahaan (stakeholder).Jika terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengguna dan pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut maka disusun hipotesis yaitu: H2 : Asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Kondisi elemen pengendalian internal di dalam organisasi (ada dan tidak ada pengendalian internal) dapat mempengaruhi individu dengan level moral rendah untuk cenderung melakukan atau tidak melakukan kecurangan akuntansi. Namun bagi individu dengan level moral tinggi, kondisi ada dan tidak ada elemen pengendalian internal organisasi tidak akan membuatnya melakukan kecurangan akuntansi yang akan merugikan organisasi dan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut maka disusun hipotesis yaitu: H3 : Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Dalam fraud scale, ketika tekanan situasional dan kesempatan untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah maka kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini adalah adanya asimetri informasi dan kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Menurut Albrecht (2004), salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dalam kondisi adanya asimetri informasi dan tidak terdapat elemen pengendalian internal dalam organisasi, individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingan pribadinya (selfinterest), misalnya tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level preconventional Kohlberg yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya (sesuai dengan stage 2 Kohlberg). Sementara itu, individu dengan level penalaran tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal di organisasi tetap tidak akan melakukan kecurangan akuntansi yang tidak etis dan akan merugikan banyak pihak. Dalam level moral Kohlberg, taat kepada peraturan yang ada karena menghindari sanksi tertentu termasuk dalam tahap yang rendah yaitu level preconventional. Individu dengan penalaran moral rendah dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal cenderung tidak akan melakukan kecurangan akuntansi karena takut perbuatannya akan terdeteksi oleh pengendalian internal organisasi dan ia akan mendapat sanksi hukum. Hal ini sesuai dengan stage 1 pada perkembangan moral model Kohlberg. Terdapat bukti empiris dari Graham (1995) dan Patterson (2001) dalam Moroney (2008) yang menemukan bahwa individu dengan level penalaran moral rendah lebih berorientasi pada peraturan dan sanksi hukum yang mungkin didapatkan. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis;
H4 : Moralitas individu , asimetri informasi, dan Efektifitas pengendalian internal secara simultan berpengaruh terhadap kecendrungan kecurangan (fraud) akuntansi
METODE Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis dengan hipotesis. Jenis penelitian ini merupakan studi empiris untuk mendapatkan bukti tentang gejalagejala atas permasalahan yang timbul (Husein, 2009). Subjek penelitian ini adalah karyawan Badan Usaha Milik Daerah di Kabupaten Bueleleng yang bekerja pada bagian yang berhubungan variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuisioner. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuisioner adalah skala likert. Teknik analisis deskriptif dalam penelitian ini mengemukakan tentang data diri responden berupa jabatan pegawai bagian akuntansi/keuangan, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, yang diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner yang nantinya dihitung persentasenya. Penelitian menggunakan bantuan program Statistikal Product and Service Solutions (SPPS) Versi 19 dengan uji non parametrik. Variabel bebas (independent variables) dalam penelitian ini adalah moralitas individu, asimetri informasi, dan efektivitas pengendalian internal dan variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Analisis data yang digunakan adalah uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Uji asumsi klasik yakni uji normalitas, heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Uji hipotesis menggunakan uji koefesien determinasi (R2), uji regresi berganda, uji parsial (uji t), dan uji simultan (uji F).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Responden dalam penelitian ini adalah karyawan BUMD di kabupaten Buleleng. Jumlah kuesioner yang disebar yakni 100 buah dan dari seluruh kuesioner yang disebar, semuanya dapat digunakan dalam tahap analisis, karena semua butir pertanyaan diisi oleh responden. Responden yang bekerja pada masingmasing BUMD di Kabupaten Buleleng pada penelitian ini berada pada usia 21-60 tahun dan didominasi oleh responden yang berumur 21-30 tahun. Komposisi responden dari segi jenis kelamin pada penelitian ini didominasi oleh responden laki-laki. Pada umumnya responden yang bekerja pada BUMD Kabupaten Buleleng pada penelitian ini berpendidikan paling banyak pada tingkat SMA. Lama bekerja responden pada masing-masing BUMD bervarisasi mulai kurang dari 1 tahun sampai lebih dari 25 tahun. Responden pada penelitian ini didominasi dengan yang sudah bekerja selama 1 sampai 5 tahun. Berdasarkan uji validitas diketahui bahwa masing-masing item pertanyaan memiliki rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel), rtabel dari penelitian ini adalah 0,1975. Hal ini berarti masing-masing item pertanyaan dari variabel moralitas individu, asimetri informasi, efektivitas pengendalian internal dan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi adalah valid. Uji reliabilitas menunjukan variabel moralitas individu memiliki nilai cronbach alpha 0,932 lebih besar dari 0,7, asimetri informasi memiliki nilai cronbach alpha 0,897 lebih besar dari 0,7, efektivitas pengendalian internal memiliki nilai cronbach alpha 0,935 lebih besar dari 0,7, dan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi memiliki nilai cronbach alpha 0,906 yang lebih besar dari 0,7, maka dapat dikatakan bahwa instrument yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. Hasil pengujian normalitas data dengan Uji One Sample Kolmogorof Smirnov Test menunjukkan hasil bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,999 yang lebih tinggi dari 0,05 atau 5%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dinyatakan terdapat gejala multikolineritas atau korelasi antara variabel independen karena nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0.410 untuk variabel Moralitas Individu (X1), 0.720 untuk variabel Asimetri Informasi (X2), dan 0.383 untuk variable Efektivitas Pengendalian Internal (X3). Dapat dilihat juga dari nilai VIF lebih kecil dari 10 yaitu 2.439 untuk variabel Moralitas Individu (X1), 1.389 untuk variabel Asimetri Informasi (X2), dan 2.609 untuk variable Efektivitas Pengendalian Internal (X3). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji gletser menunjukkan hasil bahwa: (1) variabel moralitas individu dengan nilai signifikansi 0,321 lebih besar dari 0,05; (2) variabel asimetri dengan nilai signifikansi 0.895 lebih besar dari 0,05; dan (3) variabel efektivitas pengendalian internal dengan nilai signifikansi 0.137 lebih besar dari 0,05. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,815, hal ini menunjukkan bahwa perubahan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh perubahan Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Efektivitas Pengendalian Internal sebesar 81,5%, sedangkan sisanya 18,5% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil uji t, diketahui bahwa: (1) moralitas individu dengan thitung sebesar 5.049 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,661 serta dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa moralitas individu berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi; (2) asimetri informasi dengan thitung sebesar 2.201 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,661 serta dengan nilai signifikansi 0,030 lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa asimetri informasi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi; dan (3) efektivitas pengendalian internal dengan thitung sebesar 7.891 lebih besar dari ttabel, sebesar 1,661 serta dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, menunjukan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Hal ini berarti hipotesis pertama yang menyatakan bahwa moralitas individu berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud)
akuntansi diterima, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi diterima, dan hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi diterima. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dihasilkan model regresi: Y 64.304 0.313x1 0.313x2 0.208x3 (1) Berikut ini merupakan hasil uji t yang ditunjukkan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Model B Error Beta T 1 (Constant) 64.304 3.474 18.510 Moralitas_Individu -.313 .062 -.341 -5.049 Asimetri_Informasi .138 .063 .112 2.201 Efektivitas_Pengendalian_Internal -.280 .035 -.552 -7.891 a. Dependent Variable: Kecenderungan_Kecurangan Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Berdasarkan hasil uji F menunjukan nilai Fhitung sebesar 24.846 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,83 dengan angka signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Hal ini berarti bahwa secara simultan terdapat pengaruh antara moralitas individu,
Sig. .000 .000 .030 .000
asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi yang dihasilkan pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Berikut hasil uji F yang ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji F ANOVAb Sum of Squares Regression 1424.018 Residual 311.982 Total 1736.000 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Model 1
Df 3 96 99
Mean Square 474.673 3.250
F 146.062
Sig. .000a
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) PEMBAHASAN Pengaruh Moralitas Individu Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan analisis regresi berganda menghasilkan persamaan regresi berganda Y= 64.304-0.313 X1+0.138X2-0.280 X3. Untuk hasil pengujian hipotesis nilai thitung lebih besar dari ttabel (5.049> 1,661) maka H0 ada di daerah penolakan, berarti H1 diterima artinya artinya Moralitas Individu berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi pada uji t variabel Partisipasi Anggaran lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0.000<0,05) sehingga H1 diterima dengan tingkat signifikansi 0,05. Koefisien regresi moralitas individu bernilai negatif yaitu -0.313 menunjukkan bahwa moralitas individu mempunyai arah pengaruh negatif terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng, dan pengaruhnya signifikan artinya apabila Moralitas individu pada BUMD di Kabupaten Buleleng semakin meningkat, bisa menurunkan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD Kabupaten Buleleng dan penurunannya sangat signifikan. Moralitas merupakan faktor penting dalam timbulnya kecurangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Welton (1994). Welton (1994) dalam Puspasari (2012) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya. Hasil dari beberapa studi yang dipaparkan dalam Liyanarachchi (2009) dalam Puspasari (2012) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Orang dengan level penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki level penalaran moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika.
Dalam tindakannya, orang yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung akan melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sendiri dan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan sanksi hukum. Penelitian ini juga berpendapat bahwa moralitas individu akan mempengaruhi kecenderungan seseorang melakukan kecurangan akuntansi. Artinya, semakin tinggi tahapan moralitas individu (tahapan post-konvensional), semakin individu memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya. Dengan demikian, semakin tinggi moralitas individu, semakin ia akan berusaha untuk menghindarkan diri dari kecenderungan kecurangan akuntansi. Individu dengan level penalaran moral tinggi di dalam tindakannya akan memperhatikan kepentingan orang-orang di sekitarnya dan mendasarkan tindakannya pada prinsip-prinsip moral sehingga tidak akan membuatnya melakukan kecurangan akuntansi yang akan merugikan organisasi dan masyarakat. Penelitian ini juga sejalan dengan teori Graham (1995) dan Patterson (2001) dalam Puspasari (2012) individu dengan level penalaran moral tinggi dalam perbuatannya akan lebih berorientasi pada prinsip-prinsip moral yang universal. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan teori menurut Amrizal (2004; 24), moralitas terjadi apabila orang mengambil yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan, jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Amrizal (2004) juga mengemukakan kepedulian positif dari lingkungan kerja sangat diperlukan dalam membangun suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang kuat. Rendahnya kepedulian dan rendahnya moral menyuburkan tindakan kecurangan yang pada akhirnya dapat merusak bahkan menghancurkan organisasi, sehingga dapat ditarik kesimpulan semakin tinggi moralitas seseorang maka semakin kecil
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) kecenderungannya untuk melakukan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wilopo (2006), Mohammad Glifandi Hari Fauzi (2011), Novita Puspasari dan Eko Suwardi (2012) serta Petra Zulia Aranta (2013) yang menyatakan bahwa moralitas aparat berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan analisis regresi berganda menghasilkan persamaan regresi berganda Y= 64.304-0.313 X1+0.138X2-0.280 X3. Untuk hasil pengujian hipotesis nilai thitung lebih besar dari ttabel (2.201> 1,661) maka H0 ada di daerah penolakan, berarti H2 diterima artinya artinya asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi pada uji t variabel Partisipasi Anggaran lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0.000<0,05) sehingga H2 diterima dengan tingkat signifikansi 0,05. Koefisien regresi asimetri informasi bernilai positif yaitu 0.138 menunjukkan bahwa asimetri informasi mempunyai arah pengaruh positif terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng, dan pengaruhnya signifikan artinya apabila asimetri informasi pada BUMD di Kabupaten Buleleng semakin meningkat, bisa meningkatkan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD Kabupaten Buleleng dan peningkatannya sangat signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Wilopo (2006) yang memperoleh hasil bahwa dengan adanya asimetri informasi yang tinggi akan memperbesar kecenderungan kecurangan (fraud). Menurut Kusumastuti (2012) dalam Fatun (2013), pengelola organisasi lebih banyak mengetahui informasi internal
dibandingkan dengan pihak pengguna laopran keuangan, dalam hal ini adalah masyarakat. Laporan keuangan digunakan oleh berbagai pihak, namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal. Pengelola laporan keuangan tentu mengetahui laporan keuangan yang sebenarnya dikarenakan pengelola keuangan terlibat langsung dengan kegiatan organisasi, sementara pihak eksternal organisasi memiliki informasi yang lebih sedikit dibandingkan pengelola. Karena kondisi tersebut, pengelola tentu akan lebih leluasa atau berkesempatan untuk memanipulasi laporan keuangan yang disajikan dikarenakan ketidaktahuan pengguna eksternal tentang angka dari laporan keuangan yang sebenarnya. Namun jika dalam suatu organisasi diberlakukan transparansi mengenai halhal yang berkaitan dengan operasional organisasi dan berpengaruh terhadap aporan keuangan, hal tersebut tentu tidak akan tejadi. Terlebih pada organisasi di sektor pemerintahan, yang wajib bertanggungjawab pada kepentingan masyarakat sebagai stakeholder nya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi akan meningkatkan peluang terjadinya kecurangan (fraud). Hasil penelitian ini konsisten dengan teori menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Zulia (2013), menyatakan bahwa kondisi asimetri informasi muncul dalam teori keagenan (agency theory), yaitu principal (pemilik/atasan) memberikan wewenang kepada agen (manajer/bawahan) untuk mengatur perusahaan yang dimilikinya. Pendelegasian wewenang akan menyebabkan manajer sebagai pengelola perusahaan akan lebih mengetahui prospek dan informasi perusahaan sehingga menimbulkan ketidak seimbangan informasi antara manajer dengan pemilik yang disebut asimetri informasi. Bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang bermanfaat bagi mereka, demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi, mempertahankan jabatan dan lain-lain
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) (Khang, 2002 dalam Wilopo, 2006). Demikian pula, bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta ratio-ratio keuangan perusahaan (Scott, 2003:13 dalam Wilopo, 2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiloopo (2006) dan Petra Zulia Aranta (2013) yang menyatakan bahwa Asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Semakin tinggi tngkat asimetri informasi semakin tinggi pula tingkat kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi berganda menghasilkan persamaan regresi berganda Y= 64.304-0.313 X1+0.138X2-0.280 X3. Untuk hasil pengujian hipotesis nilai thitung lebih besar dari ttabel (7.891> 1,661) maka H0 ada di daerah penolakan, berarti H3 diterima artinya artinya efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi pada uji t variabel Partisipasi Anggaran lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0.000<0,05) sehingga H2 diterima dengan tingkat signifikansi 0,05. Koefisien regresi efektivitas pengendalian internal bernilai negatif yaitu -0.280 menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian internal mempunyai arah pengaruh negatif terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng, dan pengaruhnya signifikan artinya apabila efektivitas pengendalian internal pada BUMD di Kabupaten Buleleng semakin meningkat, bisa menurunkan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD Kabupaten
Buleleng dan penurunannya sangat signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wilopo (2006) yang menyatakan bahwa pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Boynton (2002) dalam Siti (2012) yang menunjukkan bahwa pelaksanaan SPI berhubungan dengan tingkat kecurangan atau kepatuhan terhadap peraturan dalam membuat laporan akuntabilitas. Kualitas SPI berpengaruh pada tes transaksi dan tes detail terhadap neraca, aktivitas deteksi fraud, dan kejadian fraud. Semakin sesuai SPI dengan tujuannya semakin sederhana deteksi fraud perlu dilakukan. Artinya jika sistem penngendalian internal dalam instansi sudah berjalan efektif, maka kemungkinan kecurangan (fraud) yang terjadi juga akan semakin kecil. Lane and O'Connell (2009) dalam Siti Thoyibatun (2012) juga menegaskan bahwa jika bentuk penekanan untuk mengikuti SPI diperhatikan secara khusus, akan mengurangi fraud. Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal (SPIP), SPI merupakan prroses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Dengan adanya sistem pengendalian yang efektif, maka kegiatan operasional juga dapat berjalan secara efektif dan juga efisien sehingga kemungkinan adanya penyimpangan dalam proses operasional instansi juga dapat diminimalisir. Dengan demikian, semakin efektif sistem pengendalian yang diterapkan dalam suatu entitas, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wilopo (2006), Mohammad Glifandi Hari Fauzi (2011), Novita Puspasari dan Eko Suwardi (2012), Siti Thoyibattu (2012) serta Anik
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Fatun Najahningrum (2013) yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Semakin efektif system pengendalilan internal suatu instansi maka dapat menurunkan tingkat kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Berdasarkan hasil analisis statistik ditemukan bahwa hipotesis keempat (H4) yaitu pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi ditunjukan dari hasil uji F. Dari hasil uji F dapatdilihat bahwa Fhitung>Ftabel yaitu 146.062>2.70 dengan signifikansi lebih kecil daripada nilai signifikan yang ditetapkan (0,000<0,05), maka H4 diterima artinya Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng. Hasil ini serupa dengan pengujian pada hipotesis pertama, kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan bahwa besar kecilnya Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi yang terjadi pada BUMD di Kabupaten Buleleng dipengaruhi oleh tinggi rendahnya moralitas individu, asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal. Moralitas dari karyawan berpengaruh terhadap kecurangan dalam laporan keuangan. Dengan menyalahgunakan jabatan yang telah diberikan (tidak berprilaku sesuai dengan pedomannya) dan keserakahan merupakan faktor pemicu kecurangan. Selain dari moralitas individu, adanya kesempatan atau opportunity merupakan suatu kondisi yang memungkinkan seseorang bisa melakukan kecurangan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut dalam lingkup entitas antara lain penegakan peraturan,
keefektifan sistem pengendalian internal, dan asimetri informasi. Menurut Fatun (2013), Asimetri informasi merupakan keadaan dimana pihak dalam perusahaan mengetahui informasi yang lebih baik dibanding pihak luar perusahaan (stakeholder). Jika terjadi kesenjangan informasi antara pihak pengguna dan pihak pengelola, maka akan membuka peluang bagi pihak pengelola dana untuk melakukan kecurangan. Menurut Abbot, et al., seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006: 5) menyatakan bahwa pengendalian intern yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Kecurangan akan dilakukan jika ada kesempatan dimana seseorang harus memiliki akses terhadap aset atau memiliki wewenang untuk mengatur prosedur pengendalian yang memperkenankan dilakukannya skema kecurangan. Jabatan, tanggung jawab, maupun otorisasi memberikan peluang untuk terlaksananya kecurangan (Suprajadi, 2009). Untuk meminimalisir peluang atau kesempatan seseorang untuk melakukan kecurangan maka diperlukan pengendalian internal yang efektif. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi yang terjadi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya moralitas individu, asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, maka kesimpulan dari penelitian ini. Pertama, secara parsial dapat diketahui bahwa moralitas individu, asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Kedua, secara simultan dapat diketahui bahwa moralitas individu, asimetri informasi dan efektivitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) akuntansi.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
SARAN Penulis memberikan saran kepada BUMD di Kabupaten Buleleng agar mempertahankan dan meningkatkan lagi moralitas individu karyawan dan manajemen serta efektivitas pengendalian internal agar bisa meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi. Bagi peneliti selanjutnya disarankan dapat memperluas ruang lingkup penelitian dan dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi seperti penegakan peraturan, keadilan distributif, keadilan proseduran, komitmen organisasi serta budaya etis organisasi. DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W. S., and C. O. Albrecht. 2004. Fraud Examination. South-Western.
Thomson,
Amrizal. 2004. Pencegahan dan Pendektesian Kecurangan Oleh Internal Auditor, Melalui (www.google.com), Fatun, Anik Najahningrum. 2013. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Skripsi Akuntansi. Universitas Negeri Semarang. Glifandi, Muhammad Hari Fauwzi. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen terhadap Perilaku Tidak Etis Dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi Akuntansi. Universitas Diponegoro Semarang. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Husein, Umar. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta Kohlberg, Lawrance. 1995. Tahapantahapan Perkembangan Moral. Kanisius: Yogyakarta. Puspasari, Novita dan Eko Suwardi. 2012. Pengaruh Moralitas Individu Dan Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Eksperimen Pada Konteks Pemerintahan Daerah. Jurnal Akuntansi Universitas Gajah Mada. Suprajadi, Lusy.2009.”Teori Kecurangan, Fraud Awareness dan Metodologi untuk Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan”JurnalBina Ekonomi vol. 12, nomor 2, Agustus 2009 Thoyibun, Siti. 20.12. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi. Universitas Negeri Malang. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 16, Nomor 2, Juni 2012 : 245 - 260 Wilopo, 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9.Padang, 23 – 26 Agustus 2006.