e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017)
Analisis Perbedaan Abnormal Return Dan Trading Volume Activity (TVA) Sebelum Dan Sesudah Internet Financial Reporting (IFR) (Event Study Pada Saham LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2015 – Juli 2016) 1
Selfi Nurlita, 1 Made Arie Wahyuni, 2 Edy Sujana Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan abnormal return dan trading volume activity akibat adanya Internet Financial Reporting (IFR). Objek penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 periode Agustus 2015 - Juli 2016. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Internet Financial Reporting. Variabel dependen yaitu abnormal return saham dan trading volume activity. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari website resmi BEI (www.idx.co.id). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling sehingga diperoleh sebanyak 34 perusahaan. Metode pengumpulan data yaitu studi dokumentasi dan studi pustaka. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah Internet Financial Reporting (IFR), (2) tidak ada perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah Internet Financial Reporting (IFR) Kata Kunci: Internet Financial Reporting, Abnormal Return Saham, Trading Volume Activity Abstract The study aimed at finding out the differences between abnormal return and trading volume activity as results of Internet Financial Reporting (IFR). The study involved the object such as the companies listed in the index of LQ45 during the period of Agustus 2015 - Juli 2016. The Independent variable of the study involved Internet Financial Reporting. While dependent variable was about the stock of abnormal return and trading volume activity. This study utilized a descriptive qualitative design involving the data obtained from secondary sources, such as legal website of Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id). The samples were selected by using purposive sampling technique that only 34 different companies were determined. The data were collected by using documentation, and library study. The analysis was done by using descriptive statistic technique supported by SPSS software version 16 for Windows. The results indicated that (1) there was no distinct difference between abnormal return stock before and after the Internet Financial Reporting (IFR), (2) there was no clear difference between trading volume activity before and after Internet Financial Reporting (IFR) Key words: Internet Financial Reporting, Abnormal Return Stock, Trading Volume Activity
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) PENDAHULUAN Perkembangan inovasi teknologi informasi dan komunikasi yang pesat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan informasi bagi stakeholders perusahaan, khususnya investor. Penemuan besar pada abad ini yang sangat mendukung perkembangan informasi dan komunikasi tersebut adalah internet. Hadirnya internet sebagai media informasi memunculkan sebuah gagasan baru dalam dunia akuntansi tentang penyajian laporan keuangan melalui internet atau dikenal dengan internet financial reporting (IFR). IFR adalah suatu mekanisme pengungkapan laporan keuangan perusahaan melalui internet atau melalui situs website yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam berinvestasi, investor mengharapkan pengembalian (return) berupa kenaikan harga saham (capital gain) dan dividen. Terdapat dua istilah dalam return, yaitu expected return dan actual return. Harga saham bergerak lebih cepat maka timbul perbedaan antara expected return dan actual return yang dikenal dengan sebutan abnormal return. Lai (2009) menyatakan bahwa eksistensi dan kelengkapan informasi keuangan yang dipublikasikan di website perusahaan akan menyebabkan investor mengevaluasi kembali keputusan investasi yang diambil oleh investor tersebut yang berdampak pada reaksi pasar. Menurut Hartono (2007), suatu pengumuman atau informasi memiliki kandungan informasi jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut dipublikasikan. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan abnormal return dari sekuritas yang bersangkutan. Hargyantoro (2010) meneliti pengaruh IFR dan tingkat pengungkapan informasi website terhadap trading volume activity (TVA). Semakin banyak informasi yang tersedia dan semakin cepat informasi itu tersedia akan mempermudah investor dalam mengevaluasi portofolio saham yang dimiliki. Informasi tersebut akan menciptakan penawaran dan permintaan oleh para investor yang berujung pada transaksi perdagangan saham. Mooduto (2013) meneliti reaksi investor perusahaan atas pengungkapan internet financial
reporting (IFR) dan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi investor atas pengungkapan IFR. Hasil penelitian menunjukan bahwa investor bereaksi terhadap pengungkapan internet financial reporting (IFR) tanpa memperhatikan ruang lingkup pengungkapan IFR. Reaksi investor atas pengungkapan internet financial reporting (IFR) ditunjukkan dengan adanya abnormal return pada jendela peristiwa. Abnormal return yang terjadi sebelum tanggal publikasi informasi keuangan di internet atau website perusahaan mengindikasikan adanya kebocoran informasi. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka masih terdapat gap research atau perbedaan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya sehingga menarik bagi peneliti untuk meneliti kembali perbedaan reaksi investor sebelum dan sesudah IFR. Peneliti juga ingin melihat sejauh mana praktik IFR dapat mempengaruhi sekuritas suatu perusahaan yang dilihat dari abnormal return saham dan TVA. Berdasarkan hal tersebut di atas, hipotesis pertama yang di ajukan adalah: H1: Terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah penerapan internet financial reporting. Hartono (2000) berpendapat mengenai pengaruh IFR terhadap TVA bahwa para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh perusahaan, sehingga hal tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, misalnya adanya perubahan pada harga saham, TVA, dan lain-lain. Sebuah informasi merupakan salah satu hal yang memicu pembuat keputusan untuk mengevaluasi kembali keputusannya dan kemudian atas dasar hal tersebut mereka mengambil sebuah tindakan. Di pasar investasi, sebuah informasi yang berguna biasanya menyebabkan investor mengambil tindakan yang mengarah pada redistribusi return investasi dan kemudian akan merubah keseimbangan pasar. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru yang masuk di
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) pasar, yang menyebabkan saham segera melakukan penyesuaian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan yang diungkapkan oleh Beaver (dalam Lai, 2009) yaitu saham akan bergerak ketika informasi yang berguna memasuki pasar. Penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela bermanfaat bagi perusahaan. Pengungkapan sukarela mengenai kegiatan perusahaan mengurangi asimetri informasi antara investor dan manajemen tentang kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasi dalam lingkungan perusahaan. Leftwich (1981) menunjukkan bahwa pengungkapan informasi sukarela yang signifikan, baik keuangan maupun nonkeuangan, akan menambah nilai dari informasi yang diungkapkan kepada publik. Tiap pengungkapan akan membuat investor memeriksa kembali penilaian mereka terhadap nilai saham dan membuat keputusan untuk menjual, memegang saham atau membeli saham baru. Lebih lanjut, informasi yang diungkapkan melalui IFR secara cepat tersedia bagi semua investor sehingga asimetri informasi akan berkurang dan memperpendek delay aksesibilitas informasi. Jadi, bisa dikatakan perusahaan yang menerapkan IFR akan mempunyai TVA yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak menerapkan IFR. Hal ini dikarenakan informasi yang berguna bagi investor dapat dipublikasikan dengan lebih cepat dan lengkap. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2: Terdapat perbedaan trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah penerapan internet financial reporting. Penelitian ini mengambil sampel di Bursa Efek Indonesia melalui website resminya www.idx.co.id. Jenis perusahaan yang di jadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 periode Agustus 2015 – Juli 2016 di BEI (Metode Purposive Sampling). Sampel tersebut dipilih karena merupakan kelompok 45 saham yang aktif diperdagangkan. Karena sahamnya yang aktif diperdagangkan tersebut, maka akan terlihat perubahannya baik perubahan
dalam harga saham dan TVA ketika terjadi suatu pengumuman. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan di lakukannya penelitian ini adalah: (1) menguji dan menganalisis apakah terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah penerapan internet financial reporting pada perusahaan yang termasuk LQ45 di BEI. (2) Menguji dan menganalisis apakah terdapat perbedaan trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah penerapan internet financial reporting pada perusahaan yang termasuk LQ45 di BEI. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan studi peristiwa (event study). Menurut Hartono (2010) studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Jika suatu pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Penelitian ini mengambil sampel pada saham indeks LQ45 yang terdaftar di BEI periode Agustus 2015 - Juli 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan abnormal return dan trading volume activity akibat adanya Internet Financial Reporting (IFR). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah abnormal return dan trading volume activity (TVA) sebagai variabel terikat (dependen) sedangkan IFR sebagai variabel bebas (independen). Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi, studi pustaka, dan observasi website. Pengolahan data, dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu mengolah data dengan lebih banyak mengumpulkan data berupa angka dan menguraikannya secara menyeluruh dan sesuai dengan permaslahan yang sedang diteliti, sehingga diperoleh hasil dari pengolahan data. Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 di BEI. Menurut Sugiyono (2010), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 periode Agustus 2015 - Juli 2016 dipilih karena merupakan kelompok 45 saham yang aktif dijual-beli. Oleh karena sahamnya yang aktif diperdagangkan tersebut, maka akan terlihat perubahannya baik perubahan dalam harga saham dan TVA ketika terjadi suatu pengumuman. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling. Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa purposive sampling yaitu salah satu teknik nonprobablility sampling dengan penentuan sampel yang ditentukan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini antara lain: (1) Perusahaan-perusahaan tersebut telah tergabung dalam indeks LQ45 berturut-turut dari Agustus 2015 – Juli 2016 dan (2) Perusahaan yang tidak memiliki data-data terkait dengan penelitian selama periode Agustus 2015 – Juli 2016. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas, diperoleh 34 perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah IFR sebagai variabel bebas sedangkan abnormal return saham dan trading volume activity sebagai variiabel terikat. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dengan cara melakukan studi kepustakaan untuk menunjang materi pembahasan dan penelitian. Data diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi melalui jurnal penelitian, data saham di Bursa Efek Indonesia dan lain-lain yang berkaitan untuk mendukung penelitian ini. Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah teknik analisis event study dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal, yang tercermin dalam abnormal return dan trading volume activity
(TVA). Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Hartono, 2010). Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data abnormal return saham adalah menghitung actual return harian dan return pasar harian. Hasil dari perhitungan tersebut akan menghasilkan expected return. Langkah selanjutnya adalah menghitung actual return selama event period yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 7 hari, yaitu 3 hari sebelum IFR, pada hari IFR dan 3 hari setelah IFR. Penentuan event ini bertujuan agar dampak IFR terhadap harga saham dan TVA dapat diukur secara akurat dan tidak terpengaruh faktor lain yang menyebabkan perubahan keputusan investor. Jika periode peristiwa diambil lebih dari 3 hari, dikhawatirkan adanya peristiwa lain yang cukup signifikan mempengaruhi hasilnya, dan jika periode peristiwa diambil kurang dari 3 hari maka akan sulit melihat fluktuasi dari nilai variabel-variabel yang ada. Hasil dari actual return selama event period dan expected return akan menghasilkan abnormal return. Perhitungan aktifitas TVA dilakukan dengan membagi jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang diterbitkan / diperdagangkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua iji yaitu uji normalitas dan uji beda. Pengujian Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang digunakan pada penelitian ini telah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2009), mengemukakan bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Apabila hal ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Terdapat dua cara mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji shapiro-wilk test
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) dengan menggunakan tingkat signifikan 5%. Uji statistik shapiro-wilk dipilih karena lebih peka untuk mendeteksi normalitas data dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan grafik yang memiliki risiko salah yang tinggi jika tidak diteliti. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Aturan pengambilan keputusan untuk menentukan normalitas yaitu: (1) apabila nilai probabilitas (sig) < 0,05, berarti data yang digunakan tidak berdistribusi normal. (2) apabila nilai probabilitas (sig) > 0,05, berarti data yang digunakan berdistribusi normal. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T berpasangan (Paired Sample T Test) jika data berdistribusi normal dan uji perbedaan dua rata-rata (Wilcoxon Signed Rank Test) jika data berdistribusi tidak normal. Dari uji ini akan dilihat apakah terjadi pengaruh perbedaan signifikan atau tidak terhadap abnormal return saham dan TVA perusahaan sebelum dan sesudah IFR. Kesimpulan dapat diambil melalui penerimaan dan penolakan hipotesis yang diusulkan dengan dasar pengambilan keputusan, yaitu : (1) jika probabilitas < 0,05, maka H1 dan H2 diterima, artinya terdapat perbedaan abnormal return saham
dan TVA sebelum dan sesudah penerapan IFR dan (2) jika probabilitas > 0,05, maka H1 dan H2 tolak, artinya tidak terdapat perbedaan abnormal return saham dan TVA sebelum dan sesudah penerapan IFR. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ45 di BEI. Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode purposive sampling maka diperoleh 34 perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Analisis Statistik Deskriptif Abnormal Return Saham Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mencari mean, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi dari abnormal return saham dan trading volume activity (TVA) periode sebelum dan sesudah IFR. Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel abnormal return sebelum dan sesudah IFR disajikan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Statistik Deskriptif Abnormal Return Saham Std. N Mean Deviation Minimum Maximum SebelumIFR 34 -0,0898 0,5170 -3,0150 0,0309 SesudahIFR 34 -0,0023 0,0136 -0,0438 0,0187 Tabel 1 menunjukkan bahwa pada saat sebelum IFR rata-rata abnormal return saham bernilai negatif sebesar -0,0898, dengan standar deviasi sebesar 0,5170. Rata-rata abnormal return saham lebih kecil dari standar deviasi menunjukkan bahwa semakin besar penyimpangan nilai rata-rata abnormal return saham secara keseluruhan terhadap nilai rata-rata abnormal return saham pada tiap emiten. Rata-rata abnormal return saham sesudah IFR bernilai negatif yaitu sebesar -0,0023, dengan standar deviasi sebesar 0,0136.
Rata-rata abnormal return saham lebih kecil dari standar deviasi menunjukkan bahwa semakin besar penyimpangan nilai rata-rata abnormal return secara keseluruhan terhadap nilai rata-rata abnormal return saham pada tiap emiten. Analisis Statistik Deskriptif Trading Volume Activity (TVA) Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel trading volume activity sebelum dan sesudah IFR disajikan pada Tabel 2 berikut ini:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) Tabel 2 Statistik Deskriptif TVA
TVASebelum TVASesudah Valid N (listwise)
N 34 34 34
Minimum Maximum Mean 0,0003 0,0077 0,0020 0,0003 0,0062 0,0017
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada saat sebelum IFR rata-rata trading volume activity saham sebesar 0,0020, dengan standar deviasi sebesar 0,0019. Rata-rata trading volume activity saham lebih besar dari standar deviasi menunjukkan bahwa semakin kecil penyimpangan nilai rata-rata trading volume activity secara keseluruhan terhadap nilai rata-rata trading volume activity pada tiap emiten. Rata-rata trading volume activity sesudah IFR yaitu sebesar 0,0017, dengan standar deviasi sebesar
Std. Deviation 0,0019 0,0013
0,0013. Rata-rata trading volume activity saham lebih besar dari standar deviasi menunjukkan bahwa semakin kecil penyimpangan nilai rata-rata trading volume activity secara keseluruhan terhadap nilai rata-rata trading volume activity pada tiap emiten. Uji Normalitas Abnormal Return Uji normalitas terhadap data ratarata Abnormal Return saham sebelum dan sesudah IFR ditunjukkan pada Tabel 3
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Abnormal Return Sebelum dan Sesudah IFR Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. SebelumIFR 0,519 34 0,000 0,182 34 0,000 SesudahIFR 0,151 34 0,048 0,899 34 0,004 a. Lilliefors Significance Correction Pada Tabel 3 kolom Shapiro-Wilk dapat dilihat bahwa rata-rata AR sebelum dan sesudah IFR masing-masing memiliki Sig. sebesar 0,000 dan 0,004. Penggunaan uji normalitas Shapiro-Wilk didasarkan karena sampel < 50. Berdasarkan kriteria pengujian yang telah ditentukan, maka data rata-rata AR adalah tidak berdistribusi normal karena Sig. rata-rata AR < α (5%).
Dengan demikian untuk pengujian hipotesis pertama digunakan uji wilcoxon signed rank test. Uji Normalitas TVA Uji normalitas terhadap data ratarata trading volume activity sebelum dan sesudah IFR ditunjukkan pada Tabel 4
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas TVA Sebelum dan Sesudah IFR Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. TVASebelum 0,241 34 0,000 0,772 34 0,000 TVASesudah 0,163 34 0,023 0,849 34 0,000 a. Lilliefors Significance Correction Sig. sebesar 0,000 dan 0,000. Penggunaan Pada Tabel 4 kolom Shapiro-Wilk uji normalitas Shapiro-Wilk didasarkan dapat dilihat bahwa rata-rata TVA sebelum dan sesudah IFR masing-masing memiliki karena sampel < 50. Berdasarkan kriteria pengujian yang telah ditentukan, maka data rata-rata TVA adalah berdistribusi tidak
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) normal karena Sig. rata-rata TVA < α (5%). Dengan demikian untuk pengujian hipotesis kedua digunakan uji wilcoxon signed rank test. Uji Hipotesis Abnormal Return Pengujian terhadap hipotesis pertama menggunakan uji dengan wilcoxon signed rank test. karena data tidak berdistribusi normal sesuai dengan hasil uji normalitas pada Tabel 3. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR. H0: Tidak terdapat perbedaan abnormal retun saham sebelum dan sesudah IFR H1: Terdapat perbedaan abnormal retun saham sebelum dan sesudah IFR Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, jika nilai sig. ≥ 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR. Sebaliknya, jika nilai sig.< 0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR.
Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Abnormal Return Sebelum dan Sesudah IFR SesudahIFR – SebelumIFR Z -0,436a Asymp. Sig. (2-tailed) 0,663 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan sig. (2-tailed) dengan α. Hasil pengujian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai sig. ≥ α (0,663 ≥ 0,05), maka dikatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return saham. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR. Uji Hipotesis TVA Pengujian terhadap hipotesis kedua menggunakan uji uji wilcoxon signed rank test karena data berdistribusi tidak normal
sesuai dengan hasil uji normalitas pada Tabel 4. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR. H0: Tidak terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR H2: Terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, jika nilai sig. ≥ 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR. Sebaliknya, jika nilai sig.< 0,05 maka H2 diterima, artinya terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR.
Tabel 6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test TVA Sebelum dan Sesudah IFR TVASesudah - TVASebelum Z -0,487a Asymp. Sig. (2-tailed) 0,626 a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan sig. (2-tailed) dengan α. Hasil pengujian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai sig. ≥ α (0,626 ≥ 0,05), maka dikatakan tidak terdapat perbedaan TVA. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau H2 ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR. PEMBAHASAN Abnormal Return Sebelum dan Sesudah IFR Berdasarkan hasil pengujian abnormal return dengan Uji Wilcoxon Signned Rank Test, maka diperoleh nilai sig. ≥ α (0,663 ≥ 0,05). Nilai ini jelas lebih besar dari 0,05 yang berarti mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR. Dilihat dari data statistik deskriptif mean abnormal return sebelum IFR sebesar -0,0898 dan mean abnormal return sesudah IFR sebesar -0,0022. Hal ini menunjukkan bahwa mean abnormal return sebelum IFR lebih kecil daripada mean abnormal return sesudah IFR. Jika mengacu pada mean abnormal return sebelum dan sesudah maka terlihat adanya perbedaan. Namun, secara statistik abnormal return sebelum dan sesudah tidak terdapat perbedaan pada abnormal return. Ini berarti perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah IFR tidak signifikan secara statistik. Hal ini dapat disebabkan karena investor ragu-ragu menafsirkan sinyal yang disampaikan emiten dalam keputusan menjual atau membeli saham. Tidak terdapatnya abnormal return yang signifikan mencerminkan keragu-raguan investor dalam mengambil keputusan apakah menjual atau membeli saham. Hal ini mungkin juga disebabkan karena adanya ketidakpastian informasi untuk investor, sehingga membuat investor tidak peduli apakah perusahaan menerapkan IFR atau tidak. Dugaan lainnya adalah bahwa investor sudah mendapatkan laporan keuangan yang belum diaudit namun sudah dipublikasikan oleh perusahaan melalui internet. Jadi investor
sudah mendapatkan informasi laporan keuangan perusahaan sebelum laporan keuangan yang telah diaudit dirilis oleh perusahaan. Selain itu, mungkin juga investor telah mendapatkan informasi dari pihak intern perusahaan, sehingga mereka tidak lagi memerlukan laporan keuangan perusahaan yang rilis di internet. Dugaan lainnya, investor sudah memperkirakan kinerja perusahaan melalui laporan kuartalan perusahaan. Dugaan-dugaan ini didasarkan pada teori Setiawan dan Hartono dalam Marfuah (2006), yang menyatakan bahwa pasar di Indonesia adalah pasar semi kuat, oleh karena itu harga saham saat ini telah mencerminkan informasi yang terkandung di pasar, sehingga investor tidak akan memperoleh abnormal return meskipun mengetahui suatu informasi di pasar. Hasil pengujian hipotesis pertama ini menunjukkan bahwa pasar bereaksi negatif terhadap IFR. Pengujian hipotesis ini tidak berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mooduto (2013) yang menyatakan bahwa investor bereaksi terhadap pengungkapan internet financial reporting (IFR). Namun hasil pengujian ini sejalan dengan temuan Damayanti dan Supatmi (2012) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan antara perusahaan yang menerapkan IFR dibandingkan yang tidak menerapkan IFR. Serta mendukung temuan Setiawan dan Hartono dalam Marfuah (2006), yang menyatakan bahwa pasar yang terdapat di Indonesia adalah pasar berbentuk semi kuat. Menurut teori ini, investor tidak akan memperoleh abnormal return jika mengetahui suatu informasi yang tersedia di pasar, karena harga saham saat ini sudah mencerminkan informasi yang telah beredar. Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah IFR Berdasarkan hasil pengujian trading volume activity dengan Uji Wilcoxon Signned Rank Test, maka diperoleh nilai sig. ≥ α (0,626 ≥ 0,05). Nilai ini jelas lebih besar dari 0,05 yang berarti
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah IFR. Dilihat dari data statistik deskriptif mean trading volume activity sebelum IFR sebesar 0,0020 dan mean trading volume activity sesudah IFR sebesar 0,0017. Hal ini menunjukkan bahwa mean trading volume activity sebelum IFR lebih besar daripada mean trading volume activity sesudah IFR. Jika mengacu pada mean trading volume activity sebelum dan sesudah maka terlihat adanya perbedaan. Namun, secara statistik trading volume activity sebelum dan sesudah tidak terdapat perbedaan pada trading volume activity. Ini berarti perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah IFR tidak signifikan secara statistik. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak tertarik untuk membeli saham walaupun perusahaan telah melakukan IFR. Hasil pengujian kedua ini tidak berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hargyantoro (2010) yang menyatakan bahwa semakin banyak informasi yang tersedia dan semakin cepat informasi itu tersedia akan mempermudah investor dalam mengevaluasi portofolio saham yang dimiliki. Informasi tersebut akan menciptakan penawaran dan permintaan oleh para investor yang berujung pada transaksi perdagangan saham. SIMPULAN DAN SARAN: SIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tidak terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR. Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dengan menggunakan wilcoxon signed rank test menunjukkan bahwa nilai sig. ≥ α (0,663 ≥ 0,05), maka dikatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah IFR.
2.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak. Tidak terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR. Hasil pengujian terhadap hipotesis kedua dengan menggunakan wilcoxon signed rank test menunjukkan bahwa nilai sig. ≥ α (0,626 ≥ 0,05), maka dikatakan tidak terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah IFR. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau H2 ditolak.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu: 1. Bagi investor Investor sebaiknya lebih memperhatikan kembali kegiatan yang dilakukan perusahaan seperti IFR ini karena akan sangat membantu investor dalam melihat bagaimana perkembangan perusahaan tersebut. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada investor agar memanfaatkan IFR dalam pengambilan keputusan di pasar modal sehingga memperoleh keuntungan. 2. Bagi perusahaan Sebelum melakukan IFR hendaknya perusahaan memberikan pengumuman terlebih dahulu di website perusahaan agar dapat melihat bagaimana reaksi investor terhadap IFR tersebut. Selain itu, masih banyaknya perusahaan yang terlambat mempublikasikan IFR diharapkan mendorong regulator yaitu Bapepam-LK untuk menegakkan aturan yang sudah dibuat yaitu agar melaksanakan IFR tepat waktu dalam mempublish laporan keuangan yang lengkap sehingga pasar akan lebih tertarik kepada saham yang diperdagangkan oleh
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 7, No.1 Tahun 2017) perusahaan, maka itu juga akan berdampak pada harga saham yang meningkat cepat dan return yang diperoleh perusahaan semakin bertambah. 3. Keterbatasan penelitian serta sebagai saran bagi peneliti lain a. Penelitian selanjutnya yang sejenis sebaiknya mengambil periode pengamatan yang lebih lama sehingga sampel yang diperoleh lebih besar dan menggunakan model perhitungan expected return yang lain dengan harapan hasil penelitian menjadi lebih akurat. b. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel penelitian yang juga dapat berpengaruh akibat adanya IFR, seperti stock split, bid ask spread, dan lain-lain. c. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengelompokkan perusahaan berdasarkan jenis industri atau ukuran perusahaan sehingga industry effect atau size effect dapat dihindari DAFTAR PUSTAKA Damayanti, Kartika dan Supatmi. 2012. “Internet Financial Reporting (IFR) dan Reaksi Pasar”. Proceeding: Pekan Ilmiah Dosen FEB Universitas Kristen Satya Wacana. 613-626. Ghozali, Imam. 2009. SPSS. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip. Hargyantoro, Febrian. 2010. “Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. -------. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. -------.
2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa, edisi ke-1. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Lai, S.C., Lee, H. C., and Wu, F. H. 2009. An Empirical Study of the Impact of Internet Financial Reporting on Stock Price, The International Journal of Digital Accounting Research. Marfuah. 2006. “Pengaruh Kecanggihan Investor Terhadap Ketepatan Reaksi Pasar dalam Merespon Pengumuman Dividen Meningkat”. Jurnal Akuntansi dan Audit Indonesia. Vol. 10, No. 2, Desember 2006: 137 – 154. Mooduto, William Indra S. 2013. “Reaksi Investor atas Pengungkapan Internet Financial Reporting”. Jurnal Riview Akuntansi dan Keuangan ISSN: 2088-0685 Vol.3 No. 2, Oktober 2013 Pp 479-492. Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya Malang. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.