e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
PENGARUH KINERJA KEUANGAN, PROPORSI KEPEMILIKAN, UKURAN, DAN STATUS PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2013 1
Nadia Septiana Putri, Gede Adi Yuniarta, 2Nyoman Ari Surya Darmawan
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 baik secara parsial maupun simultan. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel 9 perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dengan periode waktu amatan lima tahun, sehingga total sampel penelitian yang digunakan sebanyak 45 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh komponen laporan tahunan perusahaan, Current Asset, Return on Asset, Debt to Equity Ratio, total saham publik, total aset perusahaan, dan status kepemilikan perusahaan. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan pengujian data dilakukan dengan dibantu oleh Program SPSS 19.0 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Sedangkan variabel likuiditas, leverage, proporsi kepemilikan, dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Secara simultan kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Kata kunci: kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, status, pengungkapan Abstract The study aimed at finding out the effect of financial performances, proportion of ownership, size, and the company status on the extension disclosure of mining companies listed in BEI (Indonesian Stock Exchanges) during the period of 2009-2013, either partially or simultaneously. The study involve nine different mining companies listed in the Indonesian stock exchange (BEI) within five observation years, so that the total number of the samples became 45 companies. The samples were selected based on purposive sampling method. Data used in this study involve all components of the companies’ annual reports, Current Asset, Return on Asset, Debt to Equity Ratio, total public stocks, total companies’ assets, and the status of companies ownership. The data were analyzed by using multiple regression supported by SPSS version 19.0. The results indicated that profitability variable partially had a negative and significant effect on the extensive disclosure of the companies. Variable of company size
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) had a positive and significant effect on the extensive disclosure of the company. While liquidity variable, leverage, ownership proportion, and the companies, status had no significant effect and had negative correlation on the extensive disclosure of the companies. Financial performances, proportion of ownership, size, and the company status had simultaneously affected on the extension disclosure of mining companies. Keywords: financial performance, ownership proportion, size, status, disclosure.
PENDAHULUAN Sebelumnya krisis global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Stelah krisis global yang melanda dunia pada tahun 2008, munculah fenomena baru pada tahun 2010 yaitu krisis Eropa. Krisis tersebut antara lain krisis ekonomi yang melanda Yunani yang menimbulkan efek domino berturut-turut ekonomi Irlandia, Portugal, Italia, dan Spanyol terguncang. Dampak krisis ini juga mulai terasa di indonesia melalui jalur keuangan dan jalur perdagangan. Jalur keuangan terlihat dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sedangkan pada jalur perdagangan terlihat melalui penurunan ekspor (Kompas, dalam Sandy, 2013). Gunawan (2001) berpendapat perubahan kondisi ekonomi yang disebabkan krisis global tadi banyak berpengaruh pada dunia usaha. Untuk dapat lebih bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi dimana untuk lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya, sehingga akan lebih membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi yang semakin berubah. Adhi dan Mutmainah (dalam Sandy, 2013) mengatakan demi memenuhi kebutuhan informasi-informasi stakeholder atau calon investor, perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan kuangan yang lebih transparan dan lengkap guna mendukung pengambilan keputusan bisnis yang optimal. Menurut Tristanti (2012), dasar diperlukannya praktek pengungkapan laporan oleh manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam teori agensi. Teori kagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manjer (agent) dan pemegang saham (principal). Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan
stakeholder lainnya. Adanya asimetri informasi tersebut juga dapat memicu timbulnya suatu konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham, atau disebut dengan konflik keagenan. Menurut Suripto (1999) informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Kewajiban atas penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik di Indonesia diatur melalui badan regulator pasar modal Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan keputusan ketua BAPEPAM Kep134/BL/2006 yang saat ini disempurnakan dalam Kep-431/BL/2012 (BAPEPAM, 2012). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan perusahaan sebelumnya telah dilakukan oleh Almilia (2007) yang melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Dalam penelitiannya ditemukan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan adalah likuiditas, ukuran perusahaan, dan status perusahaan. Kemudian Anggraeni (2008) meneliti tentang pengaruh likuiditas, struktur modal, profitabilitas, rasio saham publik, dan tipe kepemilikan perusahaan terhadap pengungkapan sukarela laporan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) tahunan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukannnya ditemukan bahwa variabel yang dapat mempengaruhi pengungkapan sukarela perusahaan adalah struktur modal dan profitabilitas saja. Supriadi (2010) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Dari penelitiannya dapat diperoleh hasil yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah variabel ukuran perusahaan, likuiditas, dan porsi saham publik. Adanya hasil-hasil penelitian yang berbeda membuat penelitian ini menjadi begitu menarik untuk dilakukan dan menjadi isu karena pengungkapan laporan tahunan merupakan faktor yang signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik (Suripto, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dengan lama periode pengamatan lima tahun yaitu 2009-2013. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 ? (2) Apakah kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 ? Sedangkan yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahu apakah kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013, (2) untuk mengtahui apakah kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan secara simultan berpengaruh
terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek (Prastowo dan Juliat, dalam Tristianti 2012). Semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya (Prastya, dalam Daniel 2013). Daniel (2013) telah membuktikan bahwa likuiditas mempunyai hubungan yang positif dengan kelengkapan pengungkapan informasi. Dikatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kredibel. Selain itu Azzahra (2012), Supriadi (2010), Putri (2010) dan Almilia (2007) juga telah membuktikan bahwa rasio likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1 : Likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha perusahaan selama satu tahun (Benardi, dkk., dalam Sandy, 2013). Rasio profitabilitas menjadi bentuk penilaian terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset maupun modal perusahaan (Sjahrial dan Purba, 2011:40). Menurut Galani (dalam Azzahra, 2012) teori keagenan meyakini bahwa manajer dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan mengungkapkan informasi yang ekstensif. Hal ini dikarenakan manajer ingin menunjukkan kepada pemegang saham
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) bahwa mereka telah bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Teori sinyal juga menyatakan bahwa, perusahaan yang mempunyai kinerja baik, yang salah satunya dapat dilihat melalui tingkat profitabilitas perusahaan, akan cenderung memberikan sinyal melalui pengungkapan yang lebih luas untuk memperlihatkan kualitas perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain (Murcia dan Santos, 2010). Wardani (2012) membuktikan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan luas pengungkapan sukarela. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin luas pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan, begitu pula sebaliknya, semakin rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin sedikit pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu Anggraeni (2008) juga telah membuktikan bahwa rasio profitabilitas dapat mempengaruhi pengungkapan sukarela perusahaan dalam laporan tahunan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditur perusahaan. Anggraeni (2008) membuktikan bahwa rasio leverage memiliki hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan sukarela. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan tersebut dalam laporan tahunannya. Selain Anggraeni (2008), Almilia (2007) juga membuktikan bahwa leverage dapat mempengaruhi pengungkapan wajib dalam laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H3 : Leverage berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Porsi saham publik adalah saham yang dimiliki oleh masyarakat publik dan pengertian publik disini adalah pihak individu yang berada di luar lingkar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan manajemen perusahaan (Ainun dan Fuad, dalam Supriadi, 2010). Supriadi (2010) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa proporsi kepemilikan publik berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Penjualan saham kepada publik membawa konsekuensi berkurangnya kontrol pemegang saham sendiri terhadap perusahaan. Semakin besar persentase saham yang dilepas, semakin besar pula kontrol publik terhadap kebijakan perusahaan. Sehingga publik memerlukan pengungkapan informasi yang lebih banyak dari perusahaan yang bersangkutan untuk memantau perkembangan yang ada. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H4 : Proporsi kepemilikan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Menururt Ferry dan Jones, (dalam Sandy, 2013) ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Almilia (2007) telah membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan perusahaan. Hasil penelitiannya mendukung teori yang dikemukakan oleh Meek, Roberts dan Gray (1995), (dalam Fitriani, 2001) bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Selain Almilia (2007), Sandy (2013), Daniel (2013), Wardani (2012), Surpriadi (2010), dan Sarwendah (2010) juga telah membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan perusahaan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Perusahaan dengan status yang berbeda akan memiliki pemegang saham yang berbeda pula, sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang dilakukan pun berbeda. Almilia (2007) telah membuktikan bahwa status perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan perusahaan. Dikatakan perusahaan dengan status PMA akan memberikan pengungkapan yang lebih luas dibanding perusahaan domestik. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H6 : Status perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak membuktikan bahwa kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Beberapa penelitian tersebut telah dilakukan oleh Sandy (2013), Daniel (2013), Azzahra (2012), Wardani (2012), Supriadi (2010), Sarwendah (2010), Anggraeni (2008), dan Almilia (2007). Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H7 : Kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. METODE Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria tertentu dimana sampel dipilih tidak secara acak, sehingga pemilihan sampel tersebut dapat mewakili populasinya yang memenuhi kriteria penelitian.
Tabel 1. Sampel penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Perusahaan PT Adaro Energy Tbk PT Aneka Tambang Tbk PT Bumi Resources Tbk PT Bayan Resourcees Tbk PT Darma Henwa PT International Nickel Indonesia Tbk PT Indo Tambangraya Megah Tbk PT Resource Alam Indonesia Tbk PT Radiant Utama Interisco
Kode ADARO ANTM BUMI BYAN DEWA INCO ITMG KKGI RUIS
Sumber: Data diolah, 2014.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data kuantitatif yang diukur dalam skala numerik.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan perusahaan (annual report) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) periode 2009-2013. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi dokumentasi, dengan mendapatkan data berupa laporan tahunan perusahaan yang dikeluarkan perusahaan sektor pertambangan periode 2009-2013. Pengujian data dibantu dengan menggunakan SPSS versi 19.0. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut: 1. Melakukan perhitungan terhadap rasio likuiditas CR=
Aset Lancar Kewajiban Lancar
(1)
2. Melakukan perhitungan terhadap rasio profitabilitas ROA=
Laba Bersih Total Aktiva
× 100%
(2)
3. Melakukan perhitungan terhadap rasio leverage DER=
Total Kewajiban Total Ekuitas
(3)
4. Melakukan perhitungan proporsi kepemilikan Proporsi=
Jumlah Saham Publik Jumlah Saham Beredar
5. Melakukan perhitungan ukuran perusahaan Ukuran Perusahaan = Ln T.Aset
terhadap
(4)
n = item yang mungkin dipenuhi 8. Uji asumsi klasik, terdapat empat asumsi klasik, yaitu: uji normalitas, uji heteroskedastisitas,uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi. 9. Analisis regresi berganda dihasilkan dengan cara memasukan input data variabel ke fungsi regresi. Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, maka terlebih dahulu telah dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi. Hasil pengujian uji asumsi klasik dapat dijelaskan sebagai berikut: Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah populasi yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Grafik Normal Probability Plot. Jika garis pada grafik normal probability membentuk garis lurus diagonal, maka distribusi data penelitian dapat dikatakan normal.
terhadap
(5)
6. Melakukan perhitungan terhadap status perusahaan Status Perusahaan=
PMDN 0 PMA 1
(6)
7. Melakukan perhitungan terhadap indeks pengungkapan perusahaan Indeks=
k n
Keterangan: k = jumlah item yang dipenuhi
(7)
Gambar 1. Uji normalitas Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Gambar 2. Uji heteroskedastisitas Dari hasil gambar diatas terlihat bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur, sehingga menunjukkan titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas sehingga dapat diambil keputusan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Multikolinieritas Berdasarkan uji multikolinieritas dapat ditemukan hasil bahwa nilai VIF untuk keenam variabel, yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan adalah 1,046, 1,052, 1,008, 1,135, 1,301, dan 1,127, nilai dari VIF untuk semua variabel independen masih kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa keenam variabel independen penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.
Uji Autokorelasi Berdasarkan uji autokorelasi yang telah dilakukan, ditemukan hasil bahwa nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,511. Nilai d = 1,511; dl = 1,238; du = 1,835; 4-dl = 2,762; 4-du = 2,165, sehingga pengambilan keputusannya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan antara lain: a. 0 < d < dl = 0 < 1,511 > 1,238 = tidak ada autokorelasi positif (diterima) b. (4 – dl) < d < 4 = 2,762 > 1,511 < 4 = tidak ada korelasi negatif (diterima) Maka pengujian tersebut menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat gangguan autokorelasi. Pembahasan Analisis Pengujian Hipotesis I Pengujian hipotesis I terhadap luas pengungkapan perusahaan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh likuiditas terhadap luas pengungkapan perusahaan dengan melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat likuiditas perusahaan terhadap luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Hasil pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji statistik-t
Model (Constant) Likuiditas Profitabilitas Leverage Proporsi Kepemilikan Ukuran Perusahaan Status Perusahaan
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -0,676 0,316 -0,001 0,002 -0,056 -0,045 0,021 -0,278 -0,003 0,003 -0,135 -0,064 0,080 -0,109
T -2,141 -0,431 -2,129 -1,054 -0,806
Sig. 0,039 0,669 0,040 0,298 0,425
0,037
0,010
0,529
3,643
0,001
0,067
0,049
0,186
1,375
0,177
Sumber: Data diolah, 2014.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel likuiditas sebesar 0,669. Nilai signifikansi sebesar 0,669 > 0,05, maka Hipotesis I ditolak. Artinya variabel likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang telah dikemukakan oleh Wallace et.al. (1994) yang menyatakan bahwa likuiditas dapat dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Likuiditas sebagai tolok ukur kinerja berarti bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi cenderung tidak akan mengungkapkan lebih banyak informasi. Sedangkan perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen suatu perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Azzahra (2012) , Wardani (2012), Sarwendah (2010), Putri (2010), dan Anggraeni (2008) yang membuktikan bahwa likuiditas ternyata tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Analisis Pengujian Hipotesis II Berdasarkan hasil output yang di sajikan dalam tabel 2 di atas, dapat diketahui nilai koefisien regresi variabel profitabilitas sebesar -0,045 dengan signifikansi sebesar 0,040. Nilai signifikansi sebesar 0,040 < 0,05, maka Hipotesis II diterima. Artinya variabel profitabilitas berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung teori keagenan yang meyakini bahwa manajer dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan mengungkapkan informasi yang ekstensif (Galani, 2011, dalam Azzahra, 2012). Hal ini dikarenakan manajer ingin menunjukkan kepada pemegang saham bahwa mereka telah bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Hasil penelitian ini juga telah mendukung teori sinyal yang menyatakan bahwa, perusahaan yang mempunyai kinerja baik, yang salah satunya dapat dilihat melalui tingkat profitabilitas
perusahaan, akan cenderung memberikan sinyal melalui pengungkapan yang lebih luas untuk memperlihatkan kualitas perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain (Murcia dan Santos, 2010). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Wardani (2012), Putri (2010), dan Anggraeni (2008) yang membuktikan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Namun hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif atau berlawanan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Menurut peneliti adanya hubungan negatif terhadap luas pengungkapan perusahaan disebabkan oleh adanya ROA negatif yang diperoleh perusahaan. Diperolehnya ROA negatif ini dikarenakan banyak dari perusahaan sektor pertambangan yang mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya. Hal ini disebabkan masih kurang stabilnya kondisi perekonomian dunia akibat dampak dari krisis global pada tahun 2008 lalu. ROA negatif ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang profitable, sehingga membuat manajemen perusahaan merasa enggan untuk memberikan pengungkapan yang lebih luas kepada masyarakat karena ROA yang negatif menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dikatakan kurang baik. Analisis Pengujian Hipotesis III Berdasarkan hasil output yang di sajikan dalam tabel 2 di atas, dapat diketahui nilai signifikansi variabel leverage sebesar 0,298. Nilai signifikansi sebesar 0,298 > 0,05, maka Hipotesis III ditolak. Artinya variabel leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage disini diukur dengan membandingkan antara total kewajiban dengan total ekuitas. Informasi yang digunakan untuk menentukan rasio leverage suatu perusahaan merupakan salah satu komponen dari pengungkapan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Menurut Daniel (2013) tidak adanya pengaruh antara leverage dengan luas pengungkapan perusahaan disebabkan oleh dampak krisis global pada tahun 2008 lalu yang mengakibatkan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.. Akibatnya perusahaan-perusahaan publik yang memiliki pinjaman luar negri mengalami peningkatan hutang perusahaan. Peningkatan leverage tersebut tidak menggambarkan tingkat pinjaman yang lebih banyak, oleh sebab itu tingginya nilai leverage suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap perusahaan publik tersebut dalam melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas Hasil penelitian ini telah mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Daniel (2013), Sandy (2013) Wardani (2012), Sarwendah (2010), Supriadi (2010), dan Almilia (2007) yang menyatakan tidak ada pengaruh leverage terhadap luas pengungkapan perusahaan. Analisis Pengujian Hipotesis IV Berdasarkan hasil output yang di sajikan dalam tabel 2 di atas, dapat diketahui nilai signifikansi proporsi kepemilikan sebesar 0,425. Nilai signifikansi sebesar 0,425 > 0,05, maka Hipotesis IV ditolak. Artinya variabel proporsi kepemilikan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Porsi saham publik adalah saham yang dimiliki oleh masyarakat publik dan pengertian publik disini adalah pihak individu yang berada di luar lingkar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan manajemen perusahaan (Ainun dan Fuad, dalam Supriadi, 2010). Proporsi kepemilikan saham publik merupakan salah satu komponen dari pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian yang menunjukkan proporsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan menurut Sarwendah (2010) karena banyaknya pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan serta ketidakpastian pengungkapan yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan itulah yang menjadi alasan proporsi kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Selain itu, menurut Azzahra (2012) proporsi kepimilikan publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan dikarenakan mungkin investor kecil yang kepemilikan di sebuah perusahaan lebih menggunakan alat analisis yang bersifat teknis (analis keuangan) dibandingkan alat fundamental seperti laporan tahunan untuk memperhatikan kinerja perusahaan. Hal ini membuat manajemen beranggapan tidak perlunya menyediakan pengungkapan yang lebih luas kepada masyarakat. Hasil penelitian ini telah mendukung penelitian yang dilakukan oleh Azzahra (2012), Wardani (2012), Sarwendah (2010), dan Anggraeni (2008) yang menyatakan bahwa proporsi kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Analisis Pengujian Hipotesis V Berdasarkan hasil output yang di sajikan dalam tabel 2 di atas, dapat diketahui nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan sebesar 0,001. Nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05, maka Hipotesis V diterima. Artinya variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Hasil penelitian ini telah mendukung teori agensi yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar dari pada perusahaan kecil. Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak sebagai upaya mengurangi biaya keagenan tersebut (Jensen dan Meckling, dalam Marwata, 2001). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Almilia, (2007), Supriadi (2010), Sarwendah (2010), Putri (2010), Wardani (2012), Sandy (2013), dan Daniel (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Menurut Almilia (2007) perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Kemudian menurut Lang dan Lundholm, dalam Sandy (2013) tingkat keluasan informasi dalam kebijakan pengungkapan perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki tuntutan publik akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Analisis Pengujian Hipotesis VI Berdasarkan hasil output yang di sajikan dalam tabel 2 di atas, dapat diketahui nilai signifikansi variabel status perusahaan sebesar 0,177. Nilai signifikansi sebesar 0,177 > 0,05, maka Hipotesis VI ditolak. Artinya variabel status perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Perusahaan dengan status yang berbeda akan memiliki pemegang saham yang berbeda pula, sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang dilakukan pun berbeda. Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa status perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan, menurut peneliti hal tersebut dikarenakan baik
perusahaan berbasis PMDN maupun PMA sama-sama mengungkapkan informasi perusahaan yang dianggap penting saja. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan cara pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan berbasis PMDN maupun PMA. Sehingga perbedaan status perusahaan menunjukkan tidak berpengaruh terhadap cara manajemen perusahaan mengungkapkan informasi suatu perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraeni (2008) dimana menurutnya perusahaan akan mengungkapkan informasi berdasarkan biaya dan manfaat yang diperoleh saja. Analisis Pengujian Hipotesis VII Pengujian hipotesis VII terhadap luas pengungkapan perusahaan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan terhadap luas pengungkapan perusahaan dengan melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara variabel kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan dengan luas pengungkapan perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Uji statistik-F ANOVAb Model Regression Residual Total
Sum of Squares 0,220 0,354 0,574
Df 6 38 44
Mean Square 0,037 0,009
F 3,936
Sig. 0,004a
Sumber: Data diolah, 2014.
Dapat dilihat dari tabel 3 bahwa nilai F-hitung sebesar 3,936 dengan signifikansi 0,004. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi luas pengungkapan atau dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan laporan tahunan perusahaan pertambangan. Ini berarti hipotesis VII diterima.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara parsial hanya variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. Sedangkan variabel likuiditas, leverage, proporsi kepemilikan, dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan. 2. Secara simultan kinerja keuangan, proporsi kepemilikan, ukuran, dan status perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan. Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah Untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat memperluas obyek penelitian, tidak hanya pada perusahaan sektor pertambangan saja, Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih banyak lagi membandingkan penafsiran penggunaan item pengungkapan sukarela yang diperoleh dari gabungan item pengungkapan sukarela yang dilakukan penelitian lainnya. Serta pastikan membandingkan item pengungkapan sukarela dengan peraturan BAPEPAM yang terbaru karena mungkin saja ada item yang sudah bukan merupakan pengungkapan sukarela, dan peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap luas pengungkapan perusahaan, seperti umur perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, lingkup bisnis perusahaan, dan variabel non keuangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Dalam Seminar Nasional Hal. 1-16
Azzahra, Mutia. 2012. Analisis Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan FaktorFaktor yang Memengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Skripsi. Jurusan Akuntansi, FE UI Fitriani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. pp. 133-154 Imam Ghozali, 2006. Aplikasi Analisis multivariate. Semarang : badan penerbit universitas diponegoro Lovancy Tristianti, Leony. 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela. Skripsi. Jurusan Akuntansi, FEB Universitas Diponegoro Semarang Murcia, Fernando Dal-Rai dan Ariovaldo Dos Santos. “Determinants of Corporate Voluntary Disclosure in Brazil”. Journal of International Business Studies. Vol 2 (hlm. 234278). Puruwita Wardani, Rr. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, No. 1 (hlm 1-15) Renukti Anggraeni, Ardiana. 2008. Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal, Proofitabilitas, Rasio Saham Publik, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan. Skripsi. Jurusan Akuntansi , FE Universitas Sebelas Maret Surakarta. Simanjuntak, Binsar H. dan Lusy Widiastuti. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan uangan pada Perusahaan Manufaktur
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No. 3. Hal. 351-366 Sri
Sarwendah, Dwi. 2010. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Jurusan Akuntansi, FE Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya
Sjahrial, Dermawan dan Djahotman Purba. 2011. Analisis Laporan Keuangan: Cara Mudah dan Praktis Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media Suripto, Bambang. 1999. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi II. pp. 1-14 Swasti Putri, Ika. 2010. Pengaruh Informasi Keuangan dan Non Keuangan terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris terhadap Perusahaan Property yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2007. Jurusan Akuntansi, FE Universitas Sebelas Maret Surakarta Ulfandri Daniel, Niko. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan. Skripsi. Jurusan Akuntansi, FE Universitas Negeri Padang www.bapepam.com www.idx.com