e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP PRAKTEK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2013-2015 1Gede
Erika Wijaya,1Made Arie Wahyuni, 2Gede Adi Yuniarta Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruhasimetri informasi, ukuran perusahaan, dankepemilikan manajerialterhadap manajemen laba. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari annual report perusahaan. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015 sebanyak 148 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria pada penelitian ini digunakan 34perusahaan.Teknik analisis data yang digunakan adalahanalisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial asimetri informasi danukuran perusahaanberpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerialberpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Kata kunci: asimetri informasi, ukuran perusahaan,kepemilikan manajerial, manajemen laba. Abstract This research aimed to obtain empirical evidence about the effect of asymmetry of information, firm size, and managerial ownership on the profit management. This study was a quantitative research using secondary data obtained from firm annual report. The research population weremanufacture companylisted on the Indonesia Stock Exchange in the year 2013-2015 as many as 148 companies. The sample ware selected by using purposive sampling. Samples that meet the criteria in this study used 34 companies. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis supported by SPSS 17.0 for Windows. The results showed that partially there was positive and significant effect of asymmetry of information and firm size on the profit management, while there was negative and significant effect of managerial ownership on the profit management. Keywords:
asymmetry of management
information,
firm
size,
managerial
ownership,
profit
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
PENDAHULUAN Perusahaan pengolahan atau manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi. Operasi perusahaan manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang, karena perusahaan manufaktur membuat sendiri barang yang akan dijualnya. Laporan keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan laporan keuangan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada bagian Aktiva Lancar di Neraca dan Harga Pokok Penjualan di Laporan RugiLaba. Dalam perusahaan manufaktur, penentuan harga pokok barang yang diproduksi dan harga pokok penjualan harus melalui beberapa tahapan yang lebih rumit. Perusahaan manufaktur harus menggabungkan harga bahan yang dipakai dengan biaya tenaga kerja dan biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual. Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schipper, 1989). Sedangkan Healy dan Wahlen (dalam Beneish, 2001) menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan. Sesuai dengan definisi diatas, bahwa kenyataannya akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Laba sebagai komponen yang penting sering tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya karena adanya manajemen laba (earnings management). Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan (2000) yang menggunakan pendekatan teori keagenan
(agency theory) menyatakan bahwapraktik earnings management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemegang saham (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Menurut teori keagenan, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan antara principal dan agent dapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Sebagaimana diungkapkan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Ada empat mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keagenan, yaitu meningkatkan kepemilikan manajerial, meningkatkan kepemilikan institusional, komisaris independen dan komite audit. Manajemen laba merupakan pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu (Veronica dan Utama, 2005). Nai’im dan Setiawati (dalam Rahmawati, 2006) mendefinisikan manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Manajemen laba disamping merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan juga menambah bias laporan keuangan sehingga mengganggu pemakai dalam mempercayai angka hasil rekayasa tersebut. Konsep manajemen laba yang menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal). Hal tersebut
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditur dan investor. Perkembangan manajemen laba dilakukan dengan basis akrual. Penggunaan basis akrual menurut Justrina (2007) disebabkan oleh tiga hal. Pertama, akrual merupakan produk utama dari prinsip akuntansi berterima umum dan manajemen laba lebih mudah terjadi pada laporan keuangan berbasis akrual dibandingkan dengan yang berbasis kas. Kedua, dengan memahami penggunaan basis akrual, maka akan dapat mengurangi masalah yang timbul dalam mengukur dampak dari berbagai pilihan metode akuntansi terhadap laba. Dampak yang timbul terjadi akibat kesengajaan dalam memilih metode akuntansi tertentu dalam memudahkan perekayasaan laba. Dampak tersebut dapat menyesatkan pemakai laporan keuangan bahkan bagi manajer sebagai pembuat laporan keuangan. Ketiga, jika indikasi manajemen laba tidak dapat diamati dari akrual, laporan keuangan yang berbasis akrual. Pada umumnya perusahaan lebih menyukai kebijakan dalam basis akrual yang menggunakan laba sebelum pajak. Jadi, jika investor tidak dapat menentukan adanya indikasi manajemen laba dengan basis akrual, maka tidak terjadi manajemen laba pada laporan keuangan perusahaan tersebut dan investor tidak perlu memperhitungkan dampak yang timbul akibat dari manajemen laba seperti kesalahan dalam penanaman modal. Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan diteliti melalui penggunaan akrual. Jumlah akrual yang tercermin dalam perhitungan laba terdiri dari discretionary accrual dan non discretionary accrual. Descretionary accrual merupakan komponen akrual dari manajemen laba yang dilakukan manajer, misalnya dngan cara menaikkan biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat persedian yang sudah usang. Nondiscretionary accrual merupakan acrual yang di harapkan terjadi seiring dengan berubahnya aktivitas operasional
perusahaan, misalnya beban depresiasi. Sulistyanto, (2008). Kebijakan akrual yang di lakukan manajer perlu diungkapkan dalam laporan keuangan. Pengungkapan laporan keuangan dalam bentuk catatan digunakan untuk memperkecil gap informasi antara manajemen sebagai penyusun laporan keuangan. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Pemisahan yang terjadi antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan akan menimbulkan suatu konflik yang disebut dengan agency conflict (Ahmad dan Septriani, 2008). Teori keagenan yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengasumsikan bahwa manajer sebagai agenakan termotivasi dengan kepentingan pribadi, yaitu usaha untuk melakukan manajemen laba jika ada konflik kepentingan dan ada asimetri informasi antara pemegang saham sebagai prinsipal dengan manajer sebagai agen. Menurut Dunk (1993), perbedaan informasi yang dimiliki antara prinsipal dengan manajer inilah yang disebut sebagai asimetri informasi.Keberadaan asimetri informasi menyebabkan manajer menjadi pihak yang lebih banyak mengetahui informasi mengenai perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Hal inilah yang menyebabkan manajer mempunyai kesempatan untuk melakukan manajemen laba. Terlihat bahwa asimetri informasi dengan manajemen laba berhubungan positif, yang berarti semakin besar asimetri informasi maka semakin besar dorongan manajer untuk melakukan manajemen laba. Pada hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Mustikawati(2015), yang menunjukkan bahwa secara parsial asimetri informasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dengan arah positif. Jika asimetri informasi semakin tinggi, makamanajemen labajuga semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama: H1: Asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan (Amran et al., 2009). Ukuran yang biasa digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Menurut teori agensi, perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar (Sembiring, 2005). Ketika perusahaan berkembang menjadi besar, apalagi pemegang saham semakin tersebar, semakin banyak biaya keagenan yang terjadi dan pemilik semakin tidak dapat melakukan kontrol yang efektif terhadap manajer yang mengelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran besar lebih kompleks dalam pengelolaan perusahaan sehingga diperlukan kontrol yang lebih besar. Menurut Moses (1997), perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar sehingga perusahaan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan laporan keuangan yang credible (Marihot dan Setyawan, 2007). Pada hubungan ukuran perusahaan dengan manajemen laba, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetya (2016), yang menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan pada manajemen laba. Jika ukuran perusahaan semakin tinggi, makamanajemen labajuga semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola (Gideon, 2005). Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Diyah dan Erman, 2009). Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (manajer, direktur dan komisaris). Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen akan bertindak selayaknya pemegang saham karena manajemen mempunyai proporsi saham. Berdasarkan teori keagenan yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976), semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan, maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Dengan adanya kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer, maka manajer akan bertindak selaras dengan kepentingan pemegang saham sehingga dapat memperkecil perilaku oportunis manajer. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1986 dalam Herawaty 2008). Tingginya kepemilikan manajerial, maka keinginan melakukan manajemen laba berkurang karena manajer ikut menanggung baik dan buruknya akibat dari setiap keputusan yang diambil. Jika semakin meningkat kepemilikan manajerial, maka tindakan manajer melakukan manajemen laba akan menurun, sehingga peningkatan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada hubungan kepemilikan manajerial dengan manajemen laba, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mahariana(2014), yang menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerialterbuktiberpengaruh signifikan negatifterhadapmanajemen laba.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Jika kepemilikan manajerial semakin tinggi, makamanajemen laba semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga: H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. METODE Rancangan penelitian menggunakan penelitian kuantitatif. Subjek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015.Objek penelitian mencakup variabel bebas yang terdiri dariasimetri informasi, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial,sedangkan, variabel terikat adalahmanajemen laba. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20132015 sebanyak 148 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu memilih sampel dengan pertimbangantertentu (Sugiyono, 2001).Dengan demikian, pemilihan sampel tersebut dapat mewakili populasinya yang memenuhi pertimbangan. Beberapa pertimbangan pemilihan sampel tersebut adalah (1) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak keluar (delisting) selama periode tahun 2013-2015, (2) perusahaan memiliki laporan keuangan yang telah diaudit beserta pengukuran kinerja perusahaan dalam bentuk rasio keuangan periode tahun 2013-2015, dan (3) perusahaan memiliki
data-data yang diperlukan berdasarkan dengan variabel penelitian periode tahun 2013-2015.Sampel dalam penelitian ini adalahperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015 sebanyak 34 perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasidengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang mendukung data penelitian, yaitu annual report perusahaan properti dan real estate.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier bergandadengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas,uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Uji normalitas sebaran data dilakukan pada unstandardized residualpengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerialterhadap manajemen laba. Uji normalitas menggunakan One Sample KolmogorovSmirnovtest.Pada tabel 1 hasil pengujian normalitas data menggunakan statistik Kolmogiorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,954. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data asimetri informasi, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan manajemen laba berdistribusi normal.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Unstandardized Residual 102 0,00000 0,056808 0,051 0,051 -0,042 0,514 0,954
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) (Sumber: data di olah 2016) Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas yang satu dengan variabel yang lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas.Uji multikolinieritas dapat diuji dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF).Berdasarkan aturan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan terjadi gejala multikolineritas. Sebaliknya apabila nilai VIF kurang dari 10
atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Pada tabel 2 hasil pengujian multikolinieritas mengunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dannilai tolerancelebih besar dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas
Model Asimetri informasi Ukuran perusahaan Kepemilikan manajerial (Sumber: data di olah 2016)
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,972 1,029 0,987 1,014 0,978 1,022
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji
Keterangan Non Multikolineritas Non Multikolineritas Non Multikolineritas
heteroskedastisitas digunakanuji Glejser.Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual lebih besar dari 0,05,yang ditunjukkan pada tabel 3. Dengan demikian, tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 3. Hasil Uji Heterokedastisitas Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 X1 0,002 0,001 X2 0,002 0,002 X3 0,000 0,000 a. Dependent Variable: ABS (Sumber: data diolah 2016) Model
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi autokorelasi. Untuk menguji
Standardized Coefficients Beta 0,171 0,097 -0,181
t
Sig.
1,747 0,997 -1,857
0,084 0,321 0,066
autokorelasi dapat digunakan Durbin Waston (DW).Hasil pengujian autokorelasi menggunakan Durbin Waston (DW)menunjukkan bahwaNilai Durbin Watson berada di antara dU dan (4-dU) atau 1,738<1,993< 2,262, yang ditunjukkan pada tabel 4. Dengan demikian, dapat
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) disimpulkan bahwa dalam regresi linier
tidak terjadi autokorelasi.
Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi Model
R
R Square
Adjusted R Square 0,347
Std. Error of the Estimate 0,058
1 0,605 0,366 a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y (Sumber: data diolah 2016)
Pada penelitian ini diajukan tiga hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda. Hasil regresi berganda antara variabel asimetri
Durbin Watson 1,993
informasi, ukuran perusahaan, dankepemilikan manajerialterhadap manajemen labasecara parsial dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.Hasil Uji t Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) -0,454 0,113 X1 0,008 0,002 X2 0,018 0,004 X3 -0,000 -0,000 a. Dependent Variable: Y (Sumber: data diolah 2016) Model
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 5 dapat diinterpretasikan hasil pengujian hipotesis secara parsial sebagai berikut. 1. Variabel asimetri informasi memiliki koefisien positif0,317 dengan nilai signifikansi0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α =0,05, maka dapat dinyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan,nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa asimetri informasiberpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu satuanasimetri informasidapat meningkatkan manajemen laba sebesar 0,317dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap. Jadi, H1 diterima sehingga asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. 2. Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien positif 0,370 dengan nilai
Standardized Coefficients Beta 0,317 0,370 -0,262
t
Sig.
-4,018 3,887 4,570 -3,222
0,000 0,000 0,000 0,002
signifikansi0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α =0,05, maka dapat dinyatakan bahwa ukuran perusahaanberpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan,nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa ukuran perusahaanberpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu satuanukuran perusahaandapat meningkatkan manajemen labasebesar 0,370dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap. Jadi, H2 diterima sehingga ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. 3. Variabel kepemilikan manajerial memiliki koefisien negatif-0,262 dengan nilai signifikansi0,002. Nilai signifikansi lebih kecil dari α =0,05, maka dapat dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Sedangkan,nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa kepemilikan manajerialberpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu satuankepemilikan manajerialdapat menurunkanmanajemen laba sebesar 0,262dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap. Jadi, H3 diterima sehingga kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. PEMBAHASAN Pengaruh Asimetri InformasiTerhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis H1mengenaipengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba menunjukkan nilai t sebesar 3,887 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Jika asimetri informasi semakin tinggi, maka manajemen laba semakin juga semakin tinggi. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Pemisahan yang terjadi antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan akan menimbulkan suatu konflik yang disebut dengan agency conflict (Ahmad dan Septriani, 2008). Teori keagenan yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengasumsikan bahwa manajer sebagai agenakan termotivasi dengan kepentingan pribadi, yaitu usaha untuk melakukan manajemen laba jika ada konflik kepentingan dan ada asimetri informasi
antara pemegang saham sebagai prinsipal dengan manajer sebagai agen. Menurut Dunk (1993), perbedaan informasi yang dimiliki antara prinsipal dengan manajer inilah yang disebut sebagai asimetri informasi.Keberadaan asimetri informasi menyebabkan manajer menjadi pihak yang lebih banyak mengetahui informasi mengenai perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Hal inilah yang menyebabkan manajer mempunyai kesempatan untuk melakukan manajemen laba. Terlihat bahwa asimetri informasi dengan manajemen laba berhubungan positif, yang berarti semakin besar asimetri informasi maka semakin besar dorongan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mustikawati(2015), yang menunjukkan bahwa secara parsial asimetri informasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dengan arah positif. Hasil yang berbeda ditunjukkan dengan penelitian lainnya dilakukan oleh Maiyusti (2014), yang menunjukkan bahwa secara parsial asimetriinformasitidakberpengaruhsignifikan terhadapmanajemenlaba. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis H2 mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba menunjukkan nilai t sebesar 4,570 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Jika ukuran perusahaan semakin tinggi, maka manajemen labajuga semakin tinggi. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan (Amran et al., 2009). Ukuran yang biasa digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Menurut teori agensi, perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar (Sembiring, 2005). Ketika perusahaan berkembang menjadi besar, apalagi
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) pemegang saham semakin tersebar, semakin banyak biaya keagenan yang terjadi dan pemilik semakin tidak dapat melakukan kontrol yang efektif terhadap manajer yang mengelola perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berukuran besar lebih kompleks dalam pengelolaan perusahaan sehingga diperlukan kontrol yang lebih besar. Menurut Moses (1997), perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar sehingga perusahaan besar mendapatkan tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan laporan keuangan yang credible (Marihot dan Setyawan, 2007). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prasetya (2016), yang menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada manajemen laba. Hasil yang berbeda ditunjukkan dengan penelitian lainnya dilakukan oleh Gunawan (2015), yang menunjukkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis H3 mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba menunjukkan nilai t sebesar -3,222 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Oleh karena itu, hipotesis H3 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Jika kepemilikan manajerial semakin tinggi, maka manajemen laba semakin rendah. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola (Gideon, 2005). Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Diyah dan Erman, 2009). Kepemilikan
manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (manajer, direktur dan komisaris). Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen akan bertindak selayaknya pemegang saham karena manajemen mempunyai proporsi saham. Berdasarkan teori keagenan yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976), semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan, maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Dengan adanya kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer, maka manajer akan bertindak selaras dengan kepentingan pemegang saham sehingga dapat memperkecil perilaku oportunis manajer. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1986 dalam Herawaty 2008). Tingginya kepemilikan manajerial, maka keinginan untuk melakukan manajemen laba berkurang karena manajer ikut menanggung baik dan buruknya akibat dari setiap keputusan yang diambil. Jika semakin meningkat kepemilikan manajerial, maka tindakan manajer untuk melakukan manajemen laba akan menurun, sehingga peningkatan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh yang menunjukkan Mahariana(2014), bahwa secara parsial kepemilikan manajerialterbuktiberpengaruh signifikan negatifterhadapmanajemen laba. Hasil yang berbeda ditunjukkan dengan penelitian lainnya dilakukan oleh Maiyusti (2014), yang menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikanmanajerialberpengaruh signifikanpositifterhadapmanajemenlaba. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hipotesis terkait dengan pengaruhasimetri informasi, ukuran
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) perusahaan, dan kepemilikan manajerialterhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20132015, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. (1) Asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,317 dengan nilai signifikansiuji t 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Artinya, apabila asimetri informasi semakin tinggi, maka manajemen labajuga semakin tinggi. (2) Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,370 dengan nilaisignifikansiuji t 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Artinya, apabila ukuran perusahaan semakin tinggi, maka manajemen laba juga semakin tinggi. (3) Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif -0,262dengan nilaisignifikansiuji t 0,002 lebih kecil dari α =0,05. Artinya, apabila kepemilikan manajerial semakin tinggi, maka manajemen laba semakin rendah. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. (1) Bagi manajemen perusahaan disarankan mempertimbangkan asimetri informasi, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial untuk meminimalisir manajemen laba sehingga kesenjangan dalam thoery agency akan berkurang. Hal ini diharapkangood corporate governancedapat membawa perusahaan ke arah lebih baik dalam hal ini pengungkapan informasi mengenai laporan keuangan khususnya laba yang dihasilkan. (2) Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas populasi penelitian, yaitu dengan menambah jumlah sektor perusahaan tidak hanya yang ada pada perusahaan sektormanufaktur, sehingga diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan periode penelitian yang relatif pendek, yaitu dari tahun 2013 sampai dengan 2015. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian. (3) Berdasarkan hasil perhitungan koefisien
determinasi sebesar 0,347. Hal ini menunjukkan bahwa 34,7% variabel manajemen labadipengaruhi oleh variabel asimetri informasi, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial, sedangkan 65,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang mempengaruhi manajemen laba, seperti bonus plan, debt to equity ratio, political cost, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan konstitusional. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. W. dan Septriani, Yossi. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis Dan Cara Menguranginya. Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol. 3, No. 2, Hal:47-55. Amran, A., Abdul M. R. B., dan Bin C. H. M. H. 2009. Risk Reporting: An Explanatory Study on Risk management Disclosure in Malaysian Annual Reports. Managerial Auditing Journal. Vol. 24, No. 1, Hal: 39-57. Diyah, Pujianti dan Erman Winandar. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12, No.1, Hal: 71-86. Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and InformationAsymmetry on the Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review, Vol. 68, No. 2, Hal: 400-410. Gideon, Boediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governancedan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.Makalah disampaikan dalamSimposium Nasional Akuntansi 8 pada Tanggal 15-16 September 2005 di Solo. Gunawan, I Ketut. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). e-Journal S1 AkUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, Vol. 3, No. 1. Healy, Paul M. dan James M. Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons, Vol. 13, No. 4, Hal: 365-383. Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, Hal: 97108. Jansen, M. C. dan Meckling, W. H. 1976. Theory of The Firm: Managerial behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Finacial Economics,Vol. 3, No. 4, Hal: 305360. Justrina, Susan. 2007. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Net Income, Leverage, Tingkat Pengungkapan, dan Kepemilikan Manajerial, Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Mahariana, I Dewa Gede Pingga. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Pada Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 7, No. 2, Hal: 519-528. Maiyusti, Anisa. 2014. Pengaruh Asimetri Informasi, Kepemilikan Manajerial dan Employee Stock Ownership Program Terhadap Praktik Manajemen Laba (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012). Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Marihot, Nasution dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan. Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 10 pada Tanggal 26-28 Juli 2007 di Makasar. Midiastuty, Pratana Puspa. Dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 6pada Tanggal 16-17 Oktober 2003 di Surabaya. Moses, Douglas O. 1997. Income Smootingand Incentives: Empirical Using Accounting Changes. The Accounting Review, Vol. 62, No. 2, Hal: 259-377. Mustikawati, Andrie. 2015. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013). Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Prasetya, Pria Juni. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Intervening. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 14, No. 1, Hal: 511538. Rahmawati. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 9 pada Tanggal 23-26 Agustus 2006 di Padang. Salno,H. M. dan Z. Baridwan. Analisis Perataan Penghasilan Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Perusahaan Publik di
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 1, Hal: 17-34. Schipper, Katherine. 1989. Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Horizons, Vol. 3, No. 4, Hal: 91-102. Sembiring, Eddy. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan tanggung Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Makalah disampaikan dalamSimposium Nasional Akuntansi 8, Tanggal 15-16 September 2005 di Solo. Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo. Veronica,Silvia danYaniviBachtiar.2003.Hubungan Antara Manajemen Laba Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Makalah diampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 6, Tanggal 16-17 Oktober2003 di Surabaya. Veronica, Sylvia N. P Siregar dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 8 pada Tanggal 15-16 September 2005 di Solo.