e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PER/DEP.6/IV/2016, ANALISIS TREND DAN ANALISIS COMMON SIZE PADA KSP GUNA PRIMA DANA KUTA SELATAN- KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012-2015 1
Putu Diah Juliana Dewi, Ni Kadek Sinarwati, 2Gede Adi Yuniarta
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja koperasi berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016, analisis trend dan analisis common size. Jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Penelitian dilakukan pada KSP Guna Prima Dana. Objek penelitian adalah aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi serta laporan keuangan KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012-2015. Hasil penelitian menunjukkan sepanjang tahun 2012-2015 KSP Guna Prima Dana dilihat dari: aspek permodalan rerata skor sebesar 4,95 berada pada kategori tidak sehat; aspek kualitas aktiva produktif rerata skor sebesar 17,75 berada pada kategori cukup sehat; aspek manajemen rerata skor sebesar 14,4 berada pada kategori sehat; aspek efisiensi rerata skor sebesar 4,0 berada pada kategori tidak sehat; aspek likuiditas rerata skor sebesar 7,18 berada pada kategori tidak sehat; aspek kemandirian dan pertumbuhan rerata skor sebesar 3,75 berada pada kategori sangat tidak sehat; aspek jatidiri koperasi rerata skor sebesar 6,50 berada pada kategori tidak sehat. Predikat tingkat kinerja kesehatan KSP Guna Prima Dana selama 4 tahun (2012-2015) secara berturut diperoleh jumlah skor sebesar 59,89; 60,1; 56,1; dan 58,1 dengan rerata skor sebesar 58,53 dan berada pada kategori dalam pengawasan. Analisis trend KSP Guna Prima Dana tahun 2012-2015 mengalami tiga kecenderungan yaitu trend naik, trend turun, dan trend tetap. Analisis common size neraca dan SHU menunjukkan kenaikan dan penurunan pada tiap pos. Kata kunci: pengukuran kinerja, koperasi, trend, common size
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Abstract This study aims at knowing the performance of cooperative based on the regulation of supervision deputy of ministry of cooperation and small-medium enterprise of Republic of Indonesia No. 06 / Per / Dep.6 / IV / 2016, analysis trend and common size. This research is a quantitative descriptive research. The data collection techniques used are documentation and interview. The research is conducted at KSP Guna Prima Dana. The object of research is all aspects of capital, productive asset quality, management, efficiency, liquidity, independence and growth, identity of the cooperative and financial statement KSP Guna Prima Dana in 20122015. The result indicates that during 2012-2015 KSP Guna Prima Dana seen from: the aspect of capital gets an average score of 4,95 and it is in unhealthy category; the aspect of productive asset quality gets an average score of 17,75 and it is in fairly healthy category; the aspect of management gets an avarage score of 14.4 and it is in the healthy category; the aspect of efficiency gets an average score of 4.0 and it is in an unhealthy category; the aspect of liquidity gets a avarage score 7.18 and it is in an unhealthy category; the aspect of independence and growth gets an average score of 3.75 and it is in a very unhealthy category; and the aspect of the cooperative identity gets an average score of 6.50 and it is in the unhealthy category. The predicate level of health performance for KSP Prima Dana for 4 years (20122015) in a row got the total score of 59.89; 60.1; 56.1; and 58.1 with an avarage score of 58.53 and it is in the category of supervision. The analysis of performance trend at KSP Guna Prima Dana period 2012-2015 experienced three trends: up trend, downtrend, and fixed trend. The analysis of the common size of balance sheet and SHU (operating income) shows the increase and decrease in each post. Keywords: performance measurement, cooperative, trend, common size
PENDAHULUAN Pelaku bisnis dalam sistem perekonomian nasional di Indonesia dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Koperasi (BUK), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Dari ketiga pelaku ekonomi tersebut peran koperasi dalam segala kehidupan perekonomian nasional diharapkan dominan atau menjadi pilar utama, dalam hal pembentukan produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, pemerataan ekonomi, atau pun pertumbuhan ekonomi (Sitio dan Halomoan 2001:129). Badan Usaha Koperasi merupakan satu-satunya bentuk usaha yang termuat dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Tujuan koperasi menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 17 pasal 4 tahun 2012 tentang perkoperasian yaitu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam mencapai tujuan tersebut, koperasi sebagai badan usaha memerlukan pengukuran kinerja yang tepat sebagai dasar untuk menentukan efektivitas kegiatan usahanya terutama efektivitas operasional, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001: 416). Kementerian Koperasi telah memberikan berbagai konsep pengukuran kinerja koperasi yaitu konsep pengukuran kinerja sebelum tahun 1997, yang meliputi 3 (Tiga) Sehat (Mental, Usaha, Organisasi), Pengklasifikasian Koperasi A, B, C setelah tahun 1997, Penilaian Kesehatan USP/KSP (Adanya PP No. 9 tahun 1965 dan Kep. Men. No. 226 dan 227 tahun 1996), Penilaian Kesehatan Simpan Pinjam dalam Surat Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah No. 194/KEP/M/IX/1998, Konsep pengukuran kinerja yang diukur dari produktivitas, efisiensi, kemampuan, pertumbuhan, cooperative effect (Keputusan Dep. Kop &
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) PPK RI No. 20/PPK/1997) dan konsep pengukuran kinerja menurut Pedoman Pemeringkatan Koperasi (Kep. Men. No. 06/Per/M. KUKM/III/2008) (Eka Mayasari, 2009). Koperasi Simpan Pinjam Guna Prima Dana merupakan salah satu dari gerakan Koperasi yang ada di Kabupaten Badung terletak di Jl. Raya Uluwatu No. 333 Ungasan, Kuta Selatan-Badung Bali yang melaksanakan kegiatan usahanya dalam bidang Usaha “Simpan pinjam” yaitu menghimpun dana Anggota dan Masyarakat melalui Tabungan Koperasi dan Simpanan Berjangka Koperasi dan menyalurkannya kepada anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota, koperasi lain atau anggotanya dalam bentuk pinjaman yang diberikan. Pengukuran kinerja sudah pernah dilaksanakan di KSP Guna Prima Dana dengan menggunakan kuisioner dan pemberian bobot atas aspek-aspek yang dinilai dengan tujuan untuk melakukan pemeringkatan terhadap Koperasi di Kabupaten Badung yang dilakukan oleh Dinas Koperasi UKM Badung melalui PT Surveyor Indonesia. Adapun aspek-aspek penilaiannya meliputi aspek sistem pengendalian intern, manajemen, perizinan, perkembangan keanggotaan/partisipasi anggota, dan perpajakan. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Mulyadi, 2001: 416). Dalam penelitian ini pengukuran kinerja yang dimaksud bertujuan untuk mengukur perkembangan usaha dan memotivasi pengurus sehingga berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan manfaat pengukuran kinerja yaitu koperasi dapat menentukan strategi dan memudahkan dalam pengambilan keputusan dengan tepat. Pengukuran kinerja perusahaan ataupun badan usaha, seperti koperasiadalah hal yang sangat penting dalam proses perencanaan, pengendalian
sertaproses transaksional yang lain, karena dengan pengukuran kinerja pengelolakoperasi dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi revenue cost, penggunaan aset,proses operasional organisasi manajemen dari koperasi, selain itu pengelola juga memperoleh informasi manajemen yang berguna untuk umpan balik dalam rangka perbaikan koperasi yang menyimpang kemudian dengan pengukuran kinerja koperasi dapat membantu pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pendidikan pelatihan sumber daya manusia (SDM), perencanaan dan pengendalian dalam proses manajemen koperasi lebih lanjut (Ihsan, 2005: 5). Pengukuran kinerja terhadap koperasi menurut peneliti perlu dilakukan agar koperasi memiliki tujuan dan arah yang jelas, adanya standar yang telah ditetapkan dapat memotivasi pengelola dalam mencapai tujuan tersebut serta pengawasan untuk mencegah terjadinya penyelewengan. Peneliti dalam penelitian ini melakukan pengukuran kinerja menggunakan alat ukur yang berbeda yaitu Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016. Peraturan ini lebih menunjukkan kinerja koperasi secara menyeluruh yang berlaku saat ini. Peraturan tersebut tidak hanya mengukur aspek kinerja keuangan saja, tetapi juga mengukur aspek manajemen. Adapun 7 aspek dalam kriteria atau standar penilaian yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 7 (tujuh) aspek tersebut diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi, yang dibagi dalam 4 (empat) kategori, yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, dan dalam pengawasan khusus. Selain itu peneliti juga menggunakan analisis trend untuk mengetahui kecenderungan kinerja koperasi. Analisis trend digunakan untuk melihat kecenderungan apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun,
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase. Analisis common size untuk mengetahui perbandingan laporan keuangan koperasi. Analisis common size merupakan analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laba rugi (Kasmir, 2013). Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana Kinerja Keuangan dan Kinerja Non Keuangan pada KSP Guna Prima Dana Kuta Selatan-Kabupaten Badung Tahun 2012-2015 jika diukur dengan alat ukur yang sesuai dengan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016? (2) Bagaimana Tendensi Atau Kecenderungan Kinerja Keuangan Dan Kinerja Non Keuangan KSP Guna Prima Dana Kuta Selatan-Kabupaten Badung Tahun 2012-2015 jika dianalisis menggunakan Analisis Trend ? (3) Bagaimana Perbandingan Persentase Per Komponen Laporan Keuangan KSP Guna Prima Dana Kuta Selatan-Kabupaten Badung Tahun 2012-2015 jika dianalisis menggunakan Analisis Common Size ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan dan kinerja non keuangan jika diukur dengan alat ukur yang sesuai dengan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016, untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan kinerja keuangan dan kinerja non keuangan jika dianalisis dengan analisis trend, dan untuk mengetahui perbandingan persentase per komponen laporan keuangan pada KSP Guna Prima Dana Kuta Selatan-Kabupaten Badung Tahun 2012-2015. METODE Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena – fenomena yang ada, berupa bentuk, aktifitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
(Sukmadinata, 2006:72). Populasi dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam Guna Prima Dana yang meliputi neraca, laporan sisa hasil usaha, dan laporan keuangan lainnya, sedangkan tahun laporan keuangan koperasi yang diteliti yaitu tahun 2012-2015 menjadi sampel penelitian. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi, yakni dengan mempelajari catatan atau dokumen dari koperasi yang berkaitan dengan objek penelitian meliputi aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi. Melakukan wawancara dengan pedoman wawancara yang terlampir dalam Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor06/Per/Dep.6/IV/2016, untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan perkembangan aspek manajemen dari KSP Guna Prima Dana yang meliputi manajemen umum, kelembagaan, permodalan, aktiva, dan likuiditas. Datadata yang diperoleh nantinya akan dianalisis, sehingga diperoleh suatu kesimpulan mengenai Analisis Pengukuran Kinerja Koperasi Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/Dep.6/IV/2016 Dan Analisis Trend Serta Analisis Common Size Pada KSP Guna Prima Dana Kuta Selatan-Kabupaten Badung Tahun 2012-2015. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Dan Non Keuangan Koperasi Pada KSP Guna Prima Dana. 1. Analisis Kinerja Keuangan Kinerja keuangan KSP Guna Prima Dana terdiri dari 6 aspek yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi. Berikut penjelasan dari masing-masing analisis pengukuran kinerja keuangan KSP Guna Prima Dana yaitu:
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) a. Aspek Permodalan Aspek permodalan KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012-2015 memperoleh skor pada tahun 2012 sebesar 4,95; tahun 2013 sebesar 4,95; tahun 2014 sebesar 4,95: tahun 2015 sebesar 4,95 dan rerata skor sebesar 4,76 , skor maksimalnya adalah 15. Skor dikategorikan dengan predikat tidak sehat. Adapun penjelasan hasil perhitungan dan penskoran rasio-rasio dalam aspek permodalan adalah sebagai berikut: (1) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Assets yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 14,12% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 1,50. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 14,44% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 1,50. Tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 14,91% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 1,50. Tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 14,38% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 1,50. Rasio rerata yang diperoleh sebesar 14,46 dengan skor rata-rata 1,50 dan merupakan skor terendah. Skor maksimal 6,00 diperoleh ketika rasio berada dalam rentang 41<X<60. (2) Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko yaitu bahwa pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 17,38% sehingga mendapat nilai 20 dengan skor 1,2. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 19,20% sehingga mendapat nilai 20 dengan skor 1,2. Tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 18,73% sehingga mendapat nilai 20 dengan skor 1,2. Tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 18,53% sehingga mendapat nilai 20 dengan skor 1,2. Rasio rerata yang diperoleh sebesar 18,46% dengan skor rata-rata 1,20 dan merupakan skor minimal. Hal ini berarti modal sendiri KSP Guna Prima Dana memiliki kualitas yang kurang baik dalam menjamin pinjaman diberikan yang berisiko pada tahun 2012-2015. (3) Rasio Kecukupan Modal yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 65,20% sehingga mendapat nilai 75 dengan skor 2,25. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 70,87% sehingga mendapat nilai 75 dengan skor 2,25. Tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 67,73%
sehingga mendapat nilai 75 dengan skor 2,25. Tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 67,83% sehingga mendapat nilai 75 dengan skor 2,25. Rasio rata-rata yang diperoleh sebesar 67,90% dengan skor rerata yang diperoleh yaitu 2,25 dan merupakan skor baik. b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif Aspek kualitas aktiva produktif KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012-2015 memperoleh skor pada tahun 2012 sebesar 16,25; tahun 2013 sebesar 20,25; tahun 2014 sebesar 16,25; tahun 2015 sebesar 18,25 dengan rerata skor sebesar 17,75 dimana skor maksimalnya adalah 25. Skor tersebut dikategorikan cukup sehat. Adapun penjelasan hasil perhitungan dan penskoran rasio-rasio dalam aspek kualitas aktiva produktif adalah sebagai berikut: (1) Rasio Volume Pinjaman pada anggota terhadap Volume Pinjaman yang Diberikan yaitu selama tahun 2012-2015, rasio yang diperoleh sebesar 100% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 10,00. Rasio rata-rata yang diperoleh sebesar 100% dengan skor 10,00 dan merupakan skor maksimal. (2) Rasio Resiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman Diberikan yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 93% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 0. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 1,07% sehingga mendapat nilai 80 dengan skor 4,0. Tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 75% sehingga mendapat nilai 70 dengan skor 0. Tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 24% sehingga mendapat nilai 40 dengan skor 2,0. Rasio rata-rata yang diperoleh sebesar 48,26% dengan rerata skor 1,5; padahal di dalam pedoman penskoran nilai maksimal yang dapat dicapai yaitu 5,00. Skor maksimal 5,00 diperoleh ketika rasio yang dihasilkan = 0. Semakin rendah rasio yang dihasilkan, maka semakin rendah pula risiko pinjaman bermasalah yang terjadi. (3) Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman Bermasalah yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 202% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 5,0 menurun tahun 2013 rasio yang
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) diperoleh sebesar 178% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 5,0, meningkat tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 253% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 5,0 dan menurun di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 136% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 5,0. Rasio rata-rata yang diperoleh sebesar 192,25% dengan rerata skor 5,00; dan merupakan skor maksimal. (4) Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan yaitu rasio selama tahun 2012-2015 mendapat rasio rata-rata yaitu 100% dengan rerata skor 1,25. Pada tahun 2012, 2013, 2014, dan 2015 rasio yang dihasilkan sebesar 100% sehingga memperoleh skor 1,25. Semakin rendah rasio, maka semakin rendah risiko pinjaman bermasalah yang terjadi. c. Aspek Efisiensi Aspek efisiensi KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012-2015 memperoleh skor 4,0 dengan rerata skor sebesar 4,0 dimana skor maksimalnya 10. Skor tersebut dikategorikan dengan predikat tidak sehat. Adapaun penjelasan hasil perhitungan dan penyekoran rasio-rasio dalam aspek efisiensi adalah sebagai berikut: (1) Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 121% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 1. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 123% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 1, tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 128% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 1 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 126% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 1. Rasio rata-rata yang diperoleh sebesar 124,5% dengan rerata skor 1,0 dan merupakan skor terendah. (2) Rasio Beban Usaha terhadap SHU Kotor yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 688% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 1. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 700% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 1, tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 540% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 1 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 612% sehingga
mendapat nilai 25 dengan skor 1. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor tahun 2012-2015 memperoleh rasio rata-rata 635% dengan rerata skor diperoleh 1,0 dan merupakan skor terendah. (3) Rasio Efisiensi Pelayanan yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 3,86% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 2,0. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 4,00% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 2,0, tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 3,48% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 2,0 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 3,46% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 2,0. Rasio efisiensi pelayanan KSP Guna Prima Dana selama tahun 2012-2015 memperoleh rasio ratarata 3,7% dengan rerata skor diperoleh 2,0 dan merupakan skor maksimal. d. Aspek Likuiditas Aspek likuiditas KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012-2015 memperoleh skor pada tahun 2012 sebesar 10,00; tahun 2013 sebesar 6,25; tahun 2014 sebesar 6,25; tahun 2015 sebesar 6,25 dengan rerata skor sebesar 7,18 dimana skor maksimalnya adalah 15. Skor tersebut dikategorikan tidak sehat. Adapun penjelasan hasil perhitungan dan penskoran rasio-rasio dalam aspek kualitas aktiva produktif adalah sebagai berikut: (1) Rasio Kas dan Bank terhadap Kewajiban Lancar yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 17,11% sehingga mendapat nilai 50 dengan skor 5. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 25,20% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 2,5, tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 20,96% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 2,5 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 23,10% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 2,5. Rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar pada KSP Guna Prima Dana selama tahun 2012-2015 memperoleh rasio rata-rata 21,60% dengan rerata skor yang diperoleh yaitu 3,12 dan merupakan skor yang masih rendah. (2) Rasio Pinjaman yang Diberikan terhadap Dana yang diterima yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) 81,25% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 5,00. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 75,20% sehingga mendapat nilai 75 dengan skor 3,75, tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 79,58% sehingga mendapat nilai 75 dengan skor 3,75 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 77,61% sehingga mendapat nilai 75 dengan skor 3,75. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima pada KSP Guna Prima Dana selama tahun 2012-2015 memperoleh rasio rata-rata 78,41% dengan rerata skor yang diperoleh yaitu 4,06 dan merupakan skor yang cukup sehat. e. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan Aspek kemandirian dan pertumbuhan KSP Guna Prima Dana pada tahun 20122015 memperoleh skor 3,75 dengan rerata skor sebesar 3,75 dimana skor maksimalnya adalah 10. Skor tersebut dikategorikan sangat tidak sehat. Adapun penjelasan hasil perhitungan dan penskoran rasio-rasio dalam kemandirian dan pertumbuhan adalah sebagai berikut: (1) Rasio Rentabilitas Aset yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 1,65% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 0,75. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 1,67% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 0,75 tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 2,25% sehingga mendapat nilai 25 dengan skor 0,75 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 1,87% sehingga mendapat nilai 25 dengan 0,75. Rasio rentabilitas aset pada KSP Guna Prima Dana selama tahun 2012-2015 memperoleh rasio rata-rata 1,86% dengan rerata skor yang diperoleh yaitu 0,75 dan merupakan skor terendah. Skor maksimal yang dapat diperoleh yaitu 3,00; dengan rasio >10% berdasarkan peraturan penskoran. (2) Rasio Rentabilitas Modal Sendiri yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 8,41% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 8,29% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00 tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 9,69% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00 dan di tahun 2015
rasio yang diperoleh sebesar 9,55% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00. Rasio rentabilitas modal sendiri pada KSP Guna Prima Dana selama tahun 20122015 memperoleh rasio rata-rata 8,98% dengan rerata skor yang diperoleh yaitu 3,00 dan merupakan skor maksimal. (3) Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 32,53% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 0. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 31,46% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 0 tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 28,51% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 0 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 29,30% sehingga mendapat nilai 0 dengan skor 0. Rasio kemandirian operasional pelayanan pada KSP Guna Prima Dana selama tahun 20122015 memperoleh rasio rata-rata 30,45% dengan rerata skor yang diperoleh yaitu 0 dan merupakan skor terendah. f. Aspek Jatidiri Koperasi Aspek jatidiri koperasi KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012-2015 memperoleh skor 6,50 dengan rerata skor sebesar 6,50 dimana skor maksimalnya adalah 10. Skor tersebut dikategorikan kurang sehat. Adapun penjelasan hasil perhitungan dan penskoran rasio-rasio dalam kemandirian dan pertumbuhan adalah sebagai berikut: (1) Rasio Partisipasi Bruto yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh sebesar 47% sehingga mendapat nilai 50 dengan skor 3,50. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 47,64% sehingga mendapat nilai 50 dengan skor 3,50 tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 46,39% sehingga mendapat nilai 50 dengan skor 3,50 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 47,42% sehingga mendapat nilai 50 dengan skor 3,50. Rasio partisipasi bruto pada KSP Guna Prima Dana selama tahun 2012-2015 memperoleh rasio rata-rata 47,11% dengan rerata skor yang diperoleh yaitu 3,50 dan merupakan skor yang rendah. Skor maksimal 7,00 diperoleh ketika rasio berada >75 berdasarkan peraturan penskoran. (2) Rasio Promosi Ekonomi Anggota yaitu pada tahun 2012, rasio yang diperoleh
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) sebesar 31,99% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00. Tahun 2013 rasio yang diperoleh sebesar 33,43% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00 tahun 2014 rasio yang diperoleh sebesar 42,97% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00 dan di tahun 2015 rasio yang diperoleh sebesar 42,63% sehingga mendapat nilai 100 dengan skor 3,00. Rasio promosi ekonomi anggota pada KSP Guna Prima Dana selama tahun 2012-2015 memperoleh rasio rata-rata 37,75% dengan rerata skor yang diperoleh yaitu 3,00 dan merupakan skor maksimal. . 2. Analisis Kinerja Non Keuangan Kinerja non keuangan KSP Guna Prima Dana terdiri dari aspek manajemen yaitu manajemen umum, kelembagaan, permodalan, aktiva, dan likuiditas. Berikut penjelasan dari masing-masing analisis pengukuran kinerja non keuangan KSP Guna Prima Dana yaitu: a. Aspek Manajemen Aspek manajemen KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012-2015 memperoleh skor 14,4 dengan rerata skor sebesar 14,4 dimana skor maksimalnya 15. Adapun penjelasan hasil perhitungan dan penskoran komponen-komponen dalam aspek manajemen adalah sebagai berikut: (1) Manajemen Umum yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan tentang perhitungan dan penskoran komponen manajemen umum tahun 20122015, dapat dilihat bahwa jumlah jawaban “ya” sebesar 12 jawaban dan skor yang diperoleh sebesar 3,00 pada masingmasing tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa KSP Guna Prima Dana dalam mengelola kegiatan usaha secara umum sudah baik. (2) Manajemen Kelembagaan yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan tentang perhitungan dan penskoran komponen manajemen kelembagaan tahun 2012-2015, dapat dilihat bahwa jumlah jawaban “ya” sebesar 6 jawaban pada masing-masing tahun dan skor yang diperoleh 3,00. Hal ini dapat diartikan bahwa KSP Guna Prima Dana dalam mengelola SDM dan sistem kerja sudah baik.
(3) Manajemen Permodalan yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan tentang penghitungan dan penskoran komponen manajemen permodalan tahun 2012-2015, dapat dilihat bahwa jumlah jawaban “ya” sebesar 4 jawaban dan skor yang diperoleh 2,40 pada masing-masing tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa KSP Guna Prima Dana dalam mengelola permodalan dikegiatan usaha koperasi sudah baik. (4) Manajemen Aktiva yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan tentang perhitungan dan penskoran komponen manajemen aktiva tahun 20132015, dapat dilihat bahwa jumlah jawaban “ya” sebesar 10 jawaban dan skor yang diperoleh sebesar 3,00 pada masingmasing tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa, KSP Guna Prima Dana dalam mengelola pinjaman/perkreditan dari harta yang dimiliki pada USP sudah baik. (5) Manajemen Likuiditas yaitu berdasarkan analisis yang telah dilakukan tentang perhitungan dan penskoran komponen manajemen likuiditas tahun 2012-2015, dapat dilihat bahwa jumlah jawaban “ya” sebesar 5 jawaban dan skor yang diperoleh sebesar 3,00 pada masingmasing tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa, KSP Guna Prima Dana dalam mengelola harta yang dimiliki dengan kewajiban jangka pendeknya terutama pada koperasi sudah baik. 3. Penetapan Kesehatan terhadap Pengukuran Kinerja Koperasi Simpan Pinjam Guna Prima Dana Tahun 20122015 Hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Guna Prima Dana pada tahun 2012 sampai dengan 2015 berturut memperoleh nilai sebesar 59,85; 60,1; 56,1; dan 58,1 dengan predikat koperasi dalam pengawasan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahawa tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Guna Prima Dana dari tahun 2012-2015 berada pada kondisi menurun dengan rerata skor 58,53 karena keseluruhan skor pada tiap tahunnya berada pada rentang 51,00<x<66,00 dengan predikat dalam pengawasan.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Analisis Tendensi atau Kecenderungan Kinerja Keuangan dan Non Keuangan Koperasi menggunakan Analisis Trend. a. Tendensi Kinerja Keuangan KSP Guna Prima Dana Tendensi Kinerja Keuangan KSP Guna Prima Dana menunjukkan trend naik, trend turun, dan trend tetap. Rasio yang mengalami dua kecenderungan yaitu trend naik dan trend turun antara lain rasio modal sendiri terhadap total assets, rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko, rasio kecukupan modal sendiri, rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan, rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah, rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto, rasio beban usaha terhadap SHU Kotor, rasio efisiensi pelayanan, rasio kas, rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima, rasio rentabilitas aset, rentabilitas modal sendiri, rasio kemandirian operasional pelayanan, rasio partisipasi bruto dan rasio promosi ekonomi anggota. Rasio yang mengalami Trend tetap yaitu rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman diberikan dan rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan. b. Tendensi Kinerja Non Keuangan KSP Guna Prima Dana Tendensi Kinerja Non Keuangan KSP Guna Prima Dana menunjukkan trend tetap. Tendensi Kinerja Non Keuangan terdiri dari aspek manajemen yaitu, manajemen umum, kelembagaan, permodalan, aktiva dan likuiditas. Analisis trend aspek manajemen dari tahun 20122015 yaitu cenderung tetap pada setiap aspek manajemen. Hal ini dapat diartikan bahwa KSP Guna Prima Dana dalam mengelola kegiatan usaha secara umum sudah baik. Analisis Perbandingan Persentase Per Komponen Laporan Keuangan Koperasi Menggunakan Analisis Common Size Hasil analisis Common size kinerja keuangan pada KSP Guna Prima Dana Kuta Selatan Kabupaten Badung menunjukkan bahwa pada sisi aktiva menunjukkan persentase aktiva lancar tertinggi terdapat pada tahun 2015 yaitu
sebesar 96,94% dari total aktivanya, dan terendah terdapat pada tahun 2012 sebesar 95,74% dari total aktivanya. Kontribusi yang paling besar berasal dari pos kas yaitu sebesar 27% dari total aktivanya, artinya bahwa setiap Rp 100,- total aktiva yang diinvestasikan pada kas sebesar Rp 27,-. Proporsi nilai aktiva tetap menunjukkan persentase tertinggi pada tahun 2012 sebesar 4,04% dari total aktivanya dengan kontribusi paling besar terdapat pada pos aktiva tetap sebesar 66% dari total aktivanya, artinya bahwa setiap Rp 100,total aktiva diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap sebesar Rp 66,-. Hasil perhitungan pada pos kewajiban dan ekuitas yang terdiri dari kewajiban dan ekuitas. Persentase kewajiban tertinggi yaitu pada tahun 2012 sebesar 85,87% dengan kontribusi terbesar terdapat pada pos simpanan berjangka koperasi yang diterima sebesar 59,72 dari total kewajiban dan ekuitas. Artinya, setiap Rp 100,- total kewajiban dan ekuitas dibiayai dari simpanan berjangka koperasi sebesar Rp 59,72,-. Item pos simpanan berjangka koperasi ini merupakan item yang memiliki prosentase tertinggi dibandingkan dengan item-item yang lain seperti Tabungan Dana Prima, Tabungan Berencana, Tabungan Wajib, Dana-Dana, dan Pasiva Titipan. Proporsi kekayaan bersih tertinggi terdapat pada tahun 2014 yaitu sebesar 14,9% dengan kontribusi terbesar diperoleh dari SHU setelah pajak sebesar 1,68% dari total kewajiban dan ekuitas artinya setiap Rp 100,total kewajiban dan ekuitas dibiayai dari dana SHU setelah pajak sebesar Rp 1,68,- dan simpanan jasa anggota sebesar 4,86% dari total kewajiban dan ekuitas artinya setiap Rp 100,- total kewajiban dan ekuitas dibiayai dari dana simpanan jasa anggota sebesar Rp 4,86,-. Analisis Common Size pada laporan perhitungan hasil usaha, dimana jumlah persentase pendapatan operasional tertinggi yaitu pada tahun 2014 sebesar 186,44% dengan kontribusi terbesar diperoleh dari pos pendapatan bunga pinjaman sebesar 86,16% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,- total pendapatan operasional maka diperoleh dari pendapatan bunga pinjaman sebesar Rp 86,16.-.dan terendah
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 100% dari total pendapatan operasionalnya. Persentase Biaya Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 56,62% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,- total pendapatan operasional diperoleh dari biaya produksi sebesar Rp 56,62,- dan yang terendah pada tahun 2012 sebesar 52,55% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,- total pendapatan operasional diperoleh dari biaya produksi sebesar Rp 52,55%. Persentase Biaya Operasional tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 33,66% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya operasional sebesar Rp 33,66,-dan yang terendah pada tahun 2014 yaitu sebesar 28,79% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya operasional sebesar Rp 28,79,-. Persentase pendapatan lain-lain terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 24% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari pendapatan lain-lain sebesar Rp 24,- dan yang terendah pada tahun 2015 yaitu sebesar 15% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya operasional sebesar Rp 15,-. Persentase Biaya Non-Operasional terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar -86% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya non-operasional sebesar Rp -86,- dan yang terendah pada tahun 2012 yaitu sebesar -1,19% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya non-operasional sebesar Rp -1,19,-. Persentase SHU sebelum pajak tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 15,64% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya non-operasional sebesar Rp 15,64,dan terendah pada tahun 2012 yaitu
sebesar 12,51% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya non-operasional sebesar Rp 12,51, Persentase SHU setelah pajak terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 11,73% dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya non-operasional sebesar Rp 11,73,dan terendah pada tahun 2013 yaitu sebesar 9,38 dari total pendapatan operasional yang artinya setiap Rp 100,total pendapatan operasional diperoleh dari biaya non-operasional sebesar Rp 9,38,-. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan penelitian berdasarkan analisis data pada pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan yakni: Pengukuran Kinerja Koperasi Simpan Pinjam Guna Prima Dana Kuta Selatan Kabupaten Badung tahun 2012-2015 adalah sebagai berikut: Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan KSP Guna Prima Dana yakni (1) aspek permodalan, kualitas permodalan KSP Guna Prima Dana tahun 2012-2015 mempunyai rerata skor 4,95 dimana skor maksimalnya sebesar 15. Hal ini berarti KSP Guna Prima Dana memiliki permodalan yang dikategorikan dengan predikat tidak sehat. (2) aspek kualitas aktiva produktif, kualitas aktiva produktif KSP Guna Prima Dana tahun 2012-2015 mempunyai rerata skor 17,75 dimana skor maksimalnya sebesar 25. Hal ini berarti KSP Guna Prima Dana memiliki kualitas aktiva produktif yang dikategorikan dengan predikat cukup sehat. (3) aspek efisiensi, kualitas permodalan KSP Guna Prima Dana tahun 2012-2015 mempunyai rerata skor 4,0 dimana skor maksimalnya sebesar 10. Hal ini berarti KSP Guna Prima Dana dalam memberikan efisiensi pelayanan kepada anggotanya dikategorikan dengan predikat tidak sehat. (4) aspek likuiditas, kualitas permodalan KSP Guna Prima Dana tahun 2012-2015 mempunyai rerata skor 7,18 dimana skor maksimalnya sebesar 15. Hal ini berarti KSP Guna Prima Dana memiliki
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) likuiditas yang dikategorikan dengan predikat tidak sehat. (5) aspek kemandirian dan pertumbuhan, kualitas permodalan KSP Guna Prima Dana tahun2012-2015 mempunyai rerata skor 3,75 dimana skor maksimalnya sebesar 10. Hal ini berarti KSP Guna Prima Dana dalam menghasilkan laba dan kemandirian permodalan dikategorikan dengan predikat sangat tidak sehat. (6) aspek jatidiri koperasi, kualitas permodalan KSP Guna Prima Dana tahun 2012-2015 mempunyai rerata skor 6,50 dimana skor maksimalnya sebesar 10. Hal ini berarti KSP Guna Prima Dana dalam memberikan manfaat ekonomi kepada anggotanya dikategorikan dengan predikat tidak sehat. Analisis Pengukuran Kinerja Non Keuangan (1) aspek manajemen, kualitas manajemen KSP Guna Prima Dana tahun 2012-2015 mempunyai rerata skor 14,4 dimana skor maksimalnya sebesar 15. Hal ini berarti KSP Guna Prima Dana memiliki pengelolaan kegiatan koperasi yang dikategorikan dengan predikat sehat. Hasil penilaian terhadap tujuh aspek yang telah dilakukan, maka tingkat kesehatan KSP Guna Prima Dana pada tahun 2012 sampai dengan 2015 berturut memperoleh nilai sebesar 59,85; 60,1; 56,1; dan 58,1 dengan predikat koperasi dalam pengawasan. Analisis Trend Kinerja KSP Guna Prima Dana mengalami tiga kecenderungan yaitu trend naik, trend turun, dan trend tetap. Analisis Common Size KSP Guna Prima Dana menunjukkan hasil analisis kinerja yang kurang baik. Perubahan pada pos-pos laporan keuangan KSP Guna Prima Dana lebih banyak menunjukkan penurunan khususnya pada SHU bersihnya, yang mana SHU merupakan hasil akhir dari kegiatan usaha yang dijalankan pada suatu periode tertentu. Saran Berdasarkan simpulan yang telah didapatkan dari hasil analisis pengukuran kinerja KSP Guna Prima Dana tahun 20122015, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: Hasil penelitian yang telah didapatkan terdapat beberapa komponen yang dikategorikan dengan
predikat tidak sehat, yaitu aspek permodalan, aspek efisiensi, aspek likuiditas, dan aspek jatidiri koperasi. Oleh karena itu disarankan agar KSP Guna Prima Dana meningkatkan jumlah pinjaman dari luar dan meningkatkan jumlah anggotanya untuk menambah jumlah modal sendiri, sehingga modal yang dimiliki dapat menjamin pinjaman berisiko; perlu memperhatikan lagi peningkatan komponen modal sendiri dan total assets dalam Neraca agar Modal Tertimbang dan ATMR yang dimiliki semakin berkualitas serta meningkatkan prinsip kehati-hatian pada koperasi dalam memberikan pinjaman; serta perlu meningkatkan lagi kelancaran pengembalian pinjaman yang telah disalurkan dengan cara mempertegas aturan pengembalian pinjaman. Terkait aspek efisiensi dan jatidiri koperasi, agar setiap tahunnya pelayanan yang dilakukan oleh karyawan terhadap anggota koperasi semakin ditingkatkan lagi dan dalam memberikan manfaat ekonomi kepada anggota masih rendah agar ditingkatkan lagi di tahun-tahun berikutnya melalui peningkatan partisipasi bruto anggotanya. Aspek kemandirian dan pertumbuhan yang dikategorikan dengan predikat sangat tidak sehat. Oleh karena itu perlu ditingkatkan lagi modal sendiri yang dimiliki serta mengoptimalkan kegiatan usaha koperasi agar mendatangkan keuntungan yang lebih besar dengan lebih memperhatikan serta meningkatkan lagi kinerja modal yang ada dalam perolehan laba; lebih memaksimalkan lagi partisipasi simpanan pokok, simpanan wajib dan transaksi pelayanan koperasi oleh anggota untuk meningkatkan perolehan SHU bagian anggota agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. DAFTAR PUSTAKA Mayasari, Nurul Eka. 2009. Analisis Pengukuran Kinerja Koperasi (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Blora). Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Ihsan, Sukardi. 2005. Pengukuran Kinerja Koperasi. Semarang: Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia Koperasi GKPRI Jawa Tengah. Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. 2016. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomer 06/Per/Dep.6/IV/2016 Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit Simpan Pinjam Koperasi (Online) Tersedia di http://www.depkop.go.id. (Diakses pada tanggal 6 Februari 2017). Mulyadi.
2001. Akuntansi Jakarta: Erlangga.
Manajemen.
Mulyadi dan Jhonny S. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipatgandaan Kinerja. Yogyakarta: Aditya Media. Republik Indonesia.1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 Ayat (1). ---------------------------. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Pasal 4 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga. Sukmadinata. 2006. Pendidikan. Rosdakarya.
Metode Penelitian Bandung: Rmaja