e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017)
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU, EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KETAATAN ATURAN AKUNTANSI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (FRAUD) (Studi Kasus Pada KSP Kecamatan Buleleng) 1
Made Dwi Kusuma Yadnya, 1Ni Kadek Sinarwati, 2Gede Adi Yuniarta Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan membuktikan secara empiris pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert. Populasi penelitian seluruh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kecamatan Buleleng yang berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria adalah 14 KSP dengan jumlah responden sebanyak 102 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Secara simultan moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Kata Kunci: moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, kecenderungan kecurangan (fraud). Abstract This research aimed to prove empirical about the effect of use of individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules on the tendency fraud. This study was a quantitative research using primary data obtained from questionnaire and measured with likert scale. The study population were all of Koperasi Simpan Pinjam (KSP) in the district of Buleleng amounting to 24 cooperatives. The sampling technique used purposive sampling. Samples that meet the criteria were 14 KSP with the number of respondents 102 people. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis supported by SPSS 17.0 for Windows. The results showed that partially there was negative and significant effect of individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules on the tendency fraud. Simultaneously there were negative and significant effect of individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules on the tendency fraud. Keywords: individual morality, effectiveness of the internal control system, observance of accounting rules, tendency fraud.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) PENDAHULUAN Koperasi sebagai salah satu badan usaha resmi yang berada di Indonesia memiliki dasar hukum yang jelas dan mengikat sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian yang merupakan implementasi atau penjabaran dari pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Menurut Sutantya (2002), koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar bagi anggota yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Koperasi mengalami berbagai permasalahan yang dihadapi dalam perkembangannya. Sejumlah 44 koperasi dari seluruh koperasi yang ada di Kabupaten Buleleng dinyatakan tidak sehat, sebagian dari koperasi tersebut diambang kebangkrutan (www.beritabali.com). Koperasi yang tidak sehat dan bahkan mengalami kebangkrutan penyebab utamanya pada kecurangan pengelolaan keuangan yang diduga karena lemahnya sistem pengendalian internal dan moralitas individu (pelaku) koperasi masih rendah. Selain itu terjadi kasus di Koperasi Simpan Pinjam terkait penggelapan uang sebesar Rp. 21.578.000,-. Dimana kasus ini terjadi pada bulan desember 2015 yang dilakukan oleh salah satu karyawan Koperasi Simpan Pinjam Pusko Very Unit Singaraja, Jalan pulau Serangan Blok C No. 17 Singaraja. Karyawan tersebut bernama Heri noris Julianda (24) warga Desa Penglatan Buleleng, akibat dari perbuatannya Koperasi Simpan Pinjam Pusko Veri Unit Singaraja mengalami kerugian sebesar Rp. 21.578.000,-. Motifnya, Komang Heri Noris selaku karyawan koperasi tersebut tidak pernah menyetorkan uang yang diterima dari para nasabah yang melakukan pembayaran (www.dewatanews.com). Oknum anggota koperasi akan melakukan tindakan kecurangan menunjukkan rendahnya tingkat moralitas individu. Menurut Albrecht dan Albrecht
(2004), salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingan pribadinya (self-interest), seperti tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level pre-conventional pada teori Kohlberg (1995), yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya. Hubungan moralitas individu dengan kecenderungan kecurangan (fraud) mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2016), yang menunjukkan bahwa individu dengan level moral yang rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Sebaliknya individu dengan level moral tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama: H1: Moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Kecenderungan kecurangan dapat diminimalisir dengan pengendalian intern yang efektif. Menurut Susanto (2008), pengendalian intern yang efektif akan membantu melindungi aset, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran. Pengendalian intern sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut. Hubungan efektivitas sistem pengendalian internal dengan kecenderungan kecurangan (fraud) mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Artini (2014), yang menunjukkan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) bahwa efektifitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fraud. Pengendalian intern yang efektif akan dapat mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua: H2: Efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Oknum anggota koperasi akan melakukan tindakan kecurangan karena mereka tidak berpedoman pada aturan akuntansi yang berlaku. Pada koperasi, aturan akuntansi yang digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan dapat diterapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan aturan akuntansi oleh pegawai koperasi dapat memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kualitas dirinya untuk bertanggung jawab pada pekerjaannya. Ketaatan terhadap aturan akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi karena apabila laporan keuangan yang dibuat tidak sesuai atau tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku, maka keadaan tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya kecurangan akuntansi. Hubungan ketaatan aturan akuntansi dengan kecenderungan kecurangan (fraud) mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Shintadevi (2015), yang menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Jika ketaatan aturan akuntansi semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga: H3: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis keempat: H4: Moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). METODE Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Variabel bebas pada penelitian ini adalah moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecenderungan kecurangan (fraud). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KSP di Kecamatan Buleleng yang berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah 14 KSP dengan jumlah kepala dan karyawan sebanyak 102 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Setiap pernyataan disediakan lima alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Pada Tabel 1 hasil uji normalitas data menggunakan statistik KolmogiorovSmirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,782. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan kecenderungan kecurangan (fraud) berdistribusi normal.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) Tabel 1. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Unstandardized Residual 93 0,00000 1,658471 0,068 0,068 -0,057 0,656 0,782
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) (Sumber: data diolah 2016) Pada Tabel 2 hasil pengujian multikolinieritas mengunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar
dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas Model Moralitas individu Efektivitas sistem pengendalian internal Ketaatan aturan akuntansi (Sumber: data diolah 2016) Hasil pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,402 2,490 0,537 1,861 0,436 2,294
Keterangan Non Multikolineritas Non Multikolineritas Non Multikolineritas
Pada Gambar 1 penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu serta arah penyebarannya berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, tidak ditemukannya heteroskedastisitas pada model regresi. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda. Pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) secara parsial tampak pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji t Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 94,826 1,899 X1 -0,557 0,084 X2 -0,210 0,087 X3 -0,453 0,093 (Sumber: data diolah 2016) Model
Standardized Coefficients Beta -0,493 -0,155 -0,347
t
Sig.
49,931 -6,633 -2,408 -4,862
0,000 0,000 0,018 0,000
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 3 dapat diinterpretasikan sebagai berikut. 1. Variabel moralitas individu memiliki koefisien negatif -0,557 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka moralitas individu berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Sedangkan, nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa moralitas individu berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Jadi, moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). 2. Variabel efektivitas sistem pengendalian internal memiliki koefisien negatif -0,210 dengan nilai signifikansi 0,018. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Sedangkan, nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Jadi, efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). 3. Variabel ketaatan aturan akuntansi memiliki koefisien negatif -0,453 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Sedangkan, nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Jadi, ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hasil analisis pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) secara simultan tampak pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil Uji F Model Sum of Squares Regression 1027,210 Residual 253,048 Total 1280,258 (Sumber: data diolah 2016) 1
Berdasarkan Tabel 4 ditunjukkan bahwa nilai F sebesar 120,427 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga H4 diterima. Jadi, secara simultan moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). PEMBAHASAN Pengaruh Moralitas Individu Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Hasil pengujian hipotesis H1 mengenai pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) menunjukkan nilai t sebesar -6,633
df 3 89 92
Mean Square 342,403 2,843
F 120,427
Sig. 0,000
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Jika moralitas individu semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. Fraud sebagai kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva perusahaan atau manipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang melakukan manipulasi tersebut (Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari berbagai bentuk kejahatan atau tindak pidana, antara lain pencurian, penggelapan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) aset, penggelapan informasi, penggelapan kewajiban, penghilangan atau penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale, ketika tekanan situasional dan kesempatan untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah, maka kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan Albrecht (2004), salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingan pribadinya, seperti tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level preconventional pada teori Kohlberg (1995), yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya. Jadi, dengan moralitas individu yang tinggi seorang pegawai cenderung menjalankan peraturan-peraturan dan menghindari perbuatan kecurangan untuk kepentingan pribadinya. Jika instansi mempunyai moralitas individu pegawai rendah, maka akan mendorong karyawannya melakukan kecurangan, sebaliknya semakin baik moralitas individu pegawai suatu instansi, maka akan semakin rendah kecenderungan karyawan melakuan kecurangan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti (2016), yang menunjukkan bahwa individu dengan level moral yang rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Sebaliknya individu dengan level moral tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Hasil pengujian hipotesis H2 mengenai pengaruh efektivitas sistem pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) menunjukkan nilai t sebesar -2,408 dengan nilai signifikansi sebesar 0,018. Oleh karena
itu, hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Jika efektivitas sistem pengendalian internal semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. Kecurangan atau fraud merupakan penipuan yang direncanakan misalnya salah saji, tidak mengungkapkan fakta yang material sehingga merugikan pihak lain (Boynton dan Walter, 1996). Kecurangan tersebut umumnya dilakukan dengan tiga skema, yaitu: (1) laporan keuangan tipuan, di mana aset atau pendapatan disajikan lebih tinggi atau lebih rendah dari yang sebenarnya, (2) korupsi, yang terdiri dari penyuapan, pemerasan, hadiah ilegal, dan benturan kepentingan, (3) penyalahgunaan aset, baik aset perusahaan dalam bentuk uang (cash) atau aset dalam bentuk lainnya (Hall, 2007). Untuk meminimumkan bahaya kecurangan, profesi akuntansi mengesahkan seperangkat standar dan prosedur umum yang mengacu pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Di dalam SAK-ETAP juga dijelaskan tentang perlunya pengendalian intern dalam suatu perusahaan. Penggunaan SAK-ETAP diharapkan perusahaan kecil, menengah, mampu untuk menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha. Perusahaan yang menggunakan SAK-ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam catatan laporan keuangan sehingga pengendalian intern sangat diperlukan untuk menjaga diterapkannya peraturan tersebut dengan baik. Salah satu komponen pengendalian intern adalah aktivitas pengawasan yang berhadapan dengan penilaian berkala atau berkelanjutan (Arens et al., 2003). Pengendalian intern yang efektif akan membantu melindungi aset, menjamin
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto, 2008). Pengendalian intern sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut. Peluang tersebut dapat diminimalisir dengan adanya pengendalian intern yang efektif. Sistem pengendalian internal memegang peran penting dalam organisasi. Dengan adanya sistem pengendalian yang efektif, maka kegiatan operasional juga dapat berjalan secara efektif dan juga efisien sehingga kemungkinan adanya penyimpangan dalam proses operasional koperasi juga dapat diminimalisir. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Artini (2014) yang menunjukkan bahwa efektifitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fraud. Pengendalian intern yang efektif akan dapat mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Hasil pengujian hipotesis H3 mengenai pengaruh ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) menunjukkan nilai t sebesar -4,862 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H3 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Jika ketaatan aturan akuntansi semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. Standar akuntansi keuangan (SAK) merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan (Mardiasmo, 2002). Pada koperasi, aturan akuntansi yang digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan dapat diterapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan aturan akuntansi oleh pegawai koperasi dapat memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kualitas dirinya untuk bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena melalui prosedur kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat menunjukkan bukti kepada pihak penilai kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja mereka serta dapat memberikan jaminan dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan terhadap aturan akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi karena apabila laporan keuangan yang dibuat tidak sesuai atau tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku, maka keadaan tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shintadevi (2015), yang menyatakan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Pengaruh Moralitas Individu, Efektivitas Sistem Pengendalian Internal, dan Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Hasil pengujian hipotesis H4 mengenai pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) menunjukkan nilai F sebesar 120,427 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H4 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa moralitas individu, efektivitas sistem
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Jika moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. Fraud sebagai kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva perusahaan atau manipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang melakukan manipulasi tersebut (Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari berbagai bentuk kejahatan atau tindak pidana, antara lain pencurian, penggelapan asset, penggelapan informasi, penggelapan kewajiban, penghilangan atau penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale, ketika tekanan situasional dan kesempatan untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah, maka kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan Albrecht (2004), salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingan pribadinya (self-interest), seperti tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level pre-conventional pada teori Kohlberg (1995), yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya. Bahaya kecurangan dapat diminimalisir dengan cara pengesahan seperangkat standar dan prosedur umum yang mengacu pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). SAK-ETAP juga dijelaskan tentang perlunya pengendalian intern dalam suatu perusahaan. Penggunaan SAK-ETAP diharapkan perusahaan kecil, menengah,
mampu untuk menyusun laporan keuangannya sendiri dan dapat diaudit sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha. Perusahaan yang menggunakan SAK-ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam catatan laporan keuangan sehingga pengendalian intern suatu perusahaan sangat diperlukan untuk menjaga diterapkannya peraturan tersebut dengan baik. Pengendalian intern yang efektif akan membantu melindungi aset, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto, 2008). Pengendalian intern sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut. Peluang tersebut dapat diminimalisir dengan adanya pengendalian intern yang efektif. Penerapan SAK-ETAP diharapkan dapat diterapkan prinsip keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan aturan akuntansi oleh pegawai koperasi dapat memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kualitas dirinya untuk bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena melalui prosedur kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat menunjukkan bukti kepada pihak penilai kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja mereka serta dapat memberikan jaminan dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan terhadap aturan akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi karena apabila laporan keuangan yang dibuat tidak sesuai atau tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku, maka keadaan tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya kecurangan akuntansi.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif 0,557 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila moralitas individu semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. (2) Efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif 0,210 dengan nilai sig. uji t 0,018 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila efektivitas sistem pengendalian internal semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. (3) Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif 0,453 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila ketaatan aturan akuntansi semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. (4) Moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan kesesuaian tugas berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), yang ditunjukkan dengan nilai sig. uji F 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi semakin tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. (1) Bagi manajemen koperasi agar melakukan evaluasi secara berkesinambungan mengenai moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi agar bisa mengurangi kecendrungan kecurangan (fraud). (2) Keterbatasan penelitian ini variabel independen yang digunakan hanya tiga variabel, yaitu
moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi sehingga bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang mempengaruhi kecendrungan kecurangan (fraud), misalnya integritas, objektivitas, kesesuaian kompensasi, dan asimetri informasi. DAFTAR PUSTAKA Albrecht, S. W. dan C. Albrecht. 2004. Fraud Examination and Prevention. Australia: Thomson South-Western. Arens, A. A., Randal J. E., dan Mark, S. B. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi Pendekatan Terpadu. Jakarta: Erlangga. Artini, N. L. E. A. 2014. Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Jembrana. Skripsi. Jurusan Akuntansi Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha. Boynton, William C. dan Walter G Kell. 1996. Modern Auditing. Singapore: John Wiley & Sons Inc. Damayanti, Dionisia Nadya Sri. 2016. Pengaruh Pengendalian Internal Dan Moralitas Individu Terhadap Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada Pegawai Bagian Keuangan dan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Hall, James A. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Ketiga. Terjemahan Oleh Amir Abadi Yusuf. Jakarta: Salemba Empat.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 Nomor 1 Tahun 2017) Kohlberg, L. 1995 Tahap-tahap Perkembangan Moral. Diterjemahkan Oleh John De Santo dan Cremers A. Yogyakarta: Kanisius. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Shintadevi, Prekanida Farizqa. 2015. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening pada Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Gramedia. Sutantya, Rahardja. 2002. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX, Tanggal 23-26 Agustus 2006 di Padang.