e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
PENILAIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA PADA PERKUMPULAN PETANI PENGGUNA AIR (P3A) SUBAK TIBU BELENG DI DESA PENYARINGAN KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA 1
Ni Nyoman Dhiras Hardyanti, Anantawikrama Tungga Atmadja, 2Made Arie Wahyuni
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Organisasi memerlukan sistem pengendalian intern yang memadai guna mencapai keberlangsungan usahanya, salah satu organisasi tersebut yaitu perkumpulan petani pengguna air subak yang merupakan organisasi sederhana yang bersifat sosio agraris religious, namun memiliki prestasi sebagai juara satu tingkat Nasional. Kesederhanaan yang dimiliki namun berprestasi membuat Perkumpulan Petani Pengguna Air menarik untuk dikaji guna mengetahui 1) penerapan program sebagai sistem pengendalian intern, 2) mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana oleh pengurus, 3) pengimplementasian sistem pengendalian intern berdasarkan konsep Tri Hita Karana. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif Teknik pengumpulan data berupa Wawancara, Observasi dan Dokumentasi, data diolah melalui tiga tahapan, yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) menarik kesimpulan berdasarkan teori yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan Pengendalian Intern Berlandaskan Idil Tri Hita Karana yang dimiliki baik dan memadai. Lingkungan pengendalian meliputi implementasi konsep Tri Hita Karana oleh pengurus, penilaian resiko mencakup penerapan program kerja, aktifitas pengendalian meliputi akuntabilitas pengelolaan air dan asset kebendaan, informasi dan komunikasi meliputi Perkumpulan petani pengguna air subak Tibu Beleng yang merupakan lembaga adat bersifa t sosio agraris religius, dan pengawasan meliputi implementasi sistem pengendalian intern berdasarkan Tri Hita Karana. Kata kunci: Subak, Pengendalian Intern, Tri Hita Karana, Akuntabilitas
Abstract An organization requires an adequate internal control system to run the business sustainably. A group of water users such as subak in Bali is a simple religious social agriculture form of organization, but has an outstanding achievement as the first national champion. This background make the water user farmers group interested to be studied in order to find out 1) the program implementation as an internal control system, 2) the implementation of concept Tri Hita Karana by the management, 3) the implementation of internal control system based on the concept of Tri Hita Karana .
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) The study was conducted by utilizing a descriptive with qualitative design. The data were obtained by using interview, observation, and documentation. They were analysed based three different stages, like: 1) data reduction, 2) data presentation, 3) drawing conclusion based on the predetermined theory. The results of the study indicated that the category of internal control system based on the concept of Tri Hita Karana was sufficiently good. The control environment involved the implementation of concept of Tri Hita Karana by the staff, risk evaluation included the program implementation, controlling activities included water and material assets management accountability, information and communication included a group of farmers as water users of Subak Tibu Beleng as a religious socio agricultural traditional institution and the control included internal control system based on the concept of Tri Hita Karana . Key words: Subak, internal control, Tri Hita Karana, accountability
PENDAHULUAN Sebuah organisasi dapat berkembang dan bertahan lama apabila memiliki pengelolaan asset yang baik serta tidak luput adanya pengendalian intern yang ditetapkan dan dilaksanakan dengan baik. Menurut Mulyadi (1997) Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuranukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Salah satu organisasi yang paling terkenal di Bali yaitu subak organisasi yang turun temurun dan satu-satunya berada di Bali dan sudah diakui dunia. Beberapa bentuk organisasi subak yang telah ditetapkan secara sah menurut undang-undang ialah kelompok tani subak. Kelompok tani subak adalah sebagai tempat berteduh masyarakat kelompok tani subak dan keluarga menurut ketetapan subak dianggap sebagai buwana agung. Pada kelompok Tani subak di Bali yang terdapat di Tibu Beleng dan berlandaskan Tri Hita Karana falsafah kehinduan menerapkan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) sebagai salah satu sistem pengendalian internal dimana Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) telah diakui di dunia dan hanya dimiliki di Bali. Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan
sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Dalam P3A subak Tibu Beleng yang memiliki konsep Tri Hita Karana apabila dikaitkan dengan sistem pengendalian internnya maka Tri Hita Karana pada sistem pengendalian intern dapat digambarkan berdasarkan wewenang dan pemisahan tugas bila di tinjau dari Tri Hita Karana sistem pengendalian intern dapat berupa: a) Gatra parahyangan yaitu adanya pura sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, dan dianggap sebagai bagian dari mekanisme kontrol terhadap pengelolaan air irigasi (Pusposutardjo, 2000). Secara rutin menyelenggarakan upacara keagamaan (Sutawan, dkk, 1989). b) Gatra pawongan berupa adanya organisasi subak yang strukturnya fleksibel, adanya kegiatan gotong royong dan pembayaran iuran untuk mensukseskan kegiatan subak (Sutawan dkk, l989), ada rapat subak secara rutin (Sutawan dkk, l989), ada awig-awig (Sutawan dkk, l989), pengelolaan air irigasi terakuntabilitas (Arif, 1999), hak atas air dan lahan dihormati (Mawardi dan Sudira, l999). c) Gatra palemahan, lahan yang tersisa pada lokasi bangunan-bagi dimanfaatkan untuk bangunan suci, sehingga konflik atas lahan itu dapat dihindari (Pusposutardjo, 2000). Belum banyak yang mengetahui pengendalian intern yang dilalukan di subak Tibu Belang menorehkan sebuah prestasi. P3A subak Tibu Beleng sejak
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) lomba tingkat Kabupaten tahun 2012 telah memiliki Anggaran Dasar (Awig-awig), yang telah disahkan pemerintah setempat, dan P3A subak Tibu Beleng pada lomba tersebut berhasil keluar sebagai pemenang terbaik. Ini berarti Anggaran Dasar (Awig-awig) P3A subak Tibu Beleng pada tahun 2012 terbaik di Kabupaten Jembrana dan telah memenuhi persyaratan hukum (Peraturan Subak Tibu Beleng Tahun 1986). Keberhasilan P3A subak Tibu Beleng yang memiliki sifat sosio agraris religious dalam mengukir sebuah prestasi memberikan gambaran yang jelas bahwa sistem pengendalian intern dengan penerapan Tri Hita Karana memberikan dampak yang baik dalam pelaksanaan kegiatan P3A subak Tibu Beleng, serta memberikan manfaat keberlangsungan usaha bagi P3A subak Tibu Beleng. Adapun beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1) penerapan program P3A subak Tibu Beleng sebagai sistem pengendalian intern, 2) mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana oleh pengurus P3A subak Tibu Beleng, 3) pengimplementasian sistem pengendalian intern P3A subak Tibu Beleng berdasarkan konsep Tri Hita Karana. METODE Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada subak Tibu Beleng, sehingga diperlukan narasumber atau informan yang mengetahui mengenai P3A subak Tibu Beleng, yaitu pengurus, anggota subak dan Penyuluh Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Data dikumpulkan dari sumber primer yaitu data yang didapatkan langsung dari informan, serta sumber sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumendokumen, tulisan atau artikel. Teknik pengumpulan data berupa Wawancara, Observasi dan Dokumentasi, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Instrumen penelitian berupa Pedoman wawancara dan Dokumen terkait. Data diolah dengan mempergunakan teknik
analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) dalam Moleong (2005), Dalam rangka menjaga keabsahan data digunakan empat kriteria (Patton dalam Moleong, 2005:178). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian Intern Berlandaskan Idil Tri Hita Karana P3A subak Tibu Beleng memiliki pengendalian intern yang baik, berdasarkan COSO pengendalian intern terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengawasan. Lingkungan pengendalian yang tertera pada P3A subak yang meliputi implementasi konsep Tri Hita Karana oleh pengurus, penilaian resiko mencakup penerapan program kerja P3A subak Tibu Beleng, aktifitas pengendalian meliputi akuntabilitas pengelolaan air dan asset kebendaan pada P3A subak Tibu Beleng, informasi dan komunikasi meliputi P3A subak Tibu Beleng yang merupakan lembaga adat bersifat sosio agraris religius, dan pengawasan meliputi implementasi sistem pengendalian intern P3A subak Tibu Beleng berdasarkan Tri Hita Karana. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian yang terdapat pada P3A subak Tibu Beleng ialah implementasi konsep Tri Hita Karana oleh pengurus yang digambarkan melalui awig-awig dan perarem. Kegiatan yang dilakukan memiliki ketentuan-ketentuan yang menjadi pedoman bagi seluruh anggota serta pengurus subak sehingga tidak terjadinya suatu penyimpangan, aturan-aturan yang berlaku berupa awigawig dan perarem. Awig-awig merupakan anggaran dasar dalam suatu organisasi, sedangkan perarem merupakan anggaran rumah tangga dalam suatu organisasi. Peran awig-awig dan perarem sangat penting bagi kelestarian dan keberlanjutan subak baik secara sekala (nyata dan kasat mata) maupun niskala (tidak kasat mata). Secara sekala awig-awig dan perarem mengatur prilaku anggota subak meliputi tata cara berinteraksi sosial dengan sesama anggota. Secara niskala, awig-
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) awig dan perarem mengatur tatacara upacara agama yag berkaitan siklus hidup padi disawah dan pura subak yang menyangkut penentuan hari baik, tata urutan upacara, larangan atau pantangan prilaku yang melanggar atau tidak baik dilakukan. Menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan serta dapat berlangsung maka kegiatan yang dilakukan akan dianggarkan terlebih dahulu. Anggaran merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial (Mardiasmo,2002:16).
tersebut, ketika program kerja telah dilaksanakan maka akan dibuatkan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah bagian dari pengertian akuntansi dilihat dari sisi proses, yang merupakan bagian akhir dari proses akuntansi, Hasil dari pelaksanaan kegiatan yang berupa angka-angka pada laporan keuangan, kemudian dievaluasi dari segi alokasi dana dan pelaksanaan program kerjanya, sehingga mendapatkan kesimpulan yang nantinya dipakai sebagai bahan pertimbangan oleh P3A subak apakah program tersebut akan dilakukan ditahun berikutnya, atau tidak.
Gambar 1. Flowchart Perencanaan Program hingga Evaluasi Hasil Kegiatan Berdasarkan flowchart, kegiatan yang terdapat pada P3A subak merupakan kegiatan berkelajutan, Pada P3A subak program kerja yang dibuat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu bidang keagamaan (bhaga Parahyangan), Bagian kedua yaitu bidang kelembangaan (bhaga pawongan), yang ketiga bidang pengelolaan (bhaga palemahan). Adanya penganggaran yang dilakukan untuk masing-masing program kerja yang tersebar dalam setiap bidang kemudian direalisasi sesuai waktu yang ditentukan, jika program kerja tidak terlaksana maka perlu ditinjau kembali tentang pengalokasian dana untuk program
Penilaian Resiko Penilaian resiko yang terdapat pada P3A subak sebagai bagian dari pengendalian intern menyangkut penerapan program kerja P3A subak Tibu Beleng. Kelompok tani subak adalah sebagai tempat berteduh masyarakat kelompok tani subak dan keluarga menurut ketetapan subak dianggap sebagai bhuana agung. Masyarakatnya sebagai bhuana alit, sehingga ada kesejahteraan, diharapkan pemimpin menjalankan tugas dan kewajiban sesuai peraturan (Peraturan Subak Tibu Beleng Tahun 1986). Setiap program dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan subak, untuk kesejahteraan anggota subak kalo memang ndak penting program itu tidak dilaksanakan, program yang kita buat itu kita bagi sesuai porsinya ada yang sesuai Bhaga Parahyangan, Bhaga Pawongan, Bhaga Palemahan .(IKetut Wiadnyana, 2016). Program kerja yang tertera pada subak Tibu Beleng disesuaikan dengan keadaan P3A subak itu sendiri. Program kerja yang tertera terdiri dari program kerja jangka panjang, program kerja jangka menengah, dan program kerja jangka pendek. Dari program yang dipaparkan terdapat keberlangsungan program kerja yang dilakukan demi kemajuan P3A subak itu sendri ditambah lagi program kerja yang ada terbagi menjadi tiga kategori besar dari segi Bhaga Parahyangan,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Bhaga Pawongan, serta Bhaga Palemahan. Program tersebut dilaksanakan secara gotong royong dan penuh perhitungan apalagi masalah dana, setiap kegiatan perlu dana jadi harus ada perencanaan yang matang, wajar dalam pengeluaran dananya program yang dibuat merata ke Bhaga Parahyangan, Bhaga Pawongan dan Bhaga Palemahan, nike manten (I Nyoman Sudarma Yasa, 2016). Selain yang diutarakan ketua P3A subak, I Nyoman Sudarma Yasa selaku bendahara subak memaparkan perencanaan program kerja yang dilakukan diimbangi dengan alokasi dana, masing-masing bhaga yang ada mendapatkan alokasi dana sesuai dengan program kerja yang mendukung infrastruktur dan sarana prasarana yang berguna bagi kesejahteraan pengurus serta anggota subak. Penerapan program kerja yang telah dilakukan P3A subak untuk menunjang kegiatan P3A subak terdiri dari Bhaga Parahyangan, Bhaga Pawongan, Bhaga Palemahan. Penerapan pada Bhaga Parahyangan yang berupa Pembangunan sambyangan di Pura Bedugul sebesar Rp. 25.000.000,-. Pembangunan Pura Empelan atau Bendungan sebesar Rp. 100.000.000,-. Adapun beberapa Pelaksanaan upakara yang dilaksanakan P3A subak Tibu Beleng yaitu: Ngusaba: Upacara ini a. Upacara dimaksudkan sebagai perwujudan rasa Puji Syukur kehadapan Tuhan atas rakhmat yang diberikan sehingga kegiatan P3A subak Tibu Beleng dapat berjalan dengan baik dan berhasil sampai panen. Merana: Upacara ini b. Nangluk merupakan upacara untuk mohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa agar segala yang ditanam di wilayah Subak Tibu Beleng dapat terhindar dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Upacara Pecaruan c. Pecaruan: merupakan suatu upacara yang dilakukan di Subak, dengan maksud memohon kepada Tuhan Yang Maha
Esa agar terjadi keseimbangan antara lingkungan alam semesta dengan mkhluk hidup yang berada dan melaksanakan aktivitas di wilayah subak Tibu Beleng. d. Mendak Toyo: yaitu memohon kepada Tuhan atau Ida Sanghyang Widi Wasa agar air yang mengalir ke wilayah Subak Tibu Beleng selama periode musim tanam dapat memenuhi kebutuhan tanaman dan memberi kehidupan selama pertumbuhan tanaman. e. Pengiwit: upacara mohon kehadapan Tuhan Ida Sanghyang Widi Wasa agar tanaman padi yang ditanam selama musim tanam dapat tumbuh dengan baik selama masa pertumbuhan, dari penanaman sampai panen tanpa ada halangan yang mengganggu sehingga panen dapat berhasil dengan baik dengan produksi yang tinggi. f. Biukukung: upacara mohon kepada Tuhan yang dalam awatara Dewi Sri sebagai penguasa Tanaman Padi dan kemakmuran semoga pertemuan asmara antara kepala putik dan tepung sari pada tanaman padi terjadi proses penyerbukan yang sempurna yang berlanjut terjadinya pembuahan dengan baik, sehingga padi akan keluar dengan bulir yang lebat dan bernas. g. Manyi (Ngampung): Upacara ini dilakukan ketika panen padi, dengan mengambil dua ikat padi untuk diupacarai yang umumnya disebut banten Akitan . Ketika dibawa pulang, maka padi yang dalam kepercayaan Dewa Nini atau perwujudan Dewi Sri dituntun pulang lalu ditempatkan di Lumbung sebagai tempat menyimpan padi. h. Mantenin upacara agar simpanan padi di lumbung semakin bertambah sehingga tidak kekurangan pangan sampai panen berikutnya. Bhaga Pawongan atau kelembagaan program kerja yang telah dilaksanakan berupa: Melakukan pemungutan iuran pemakai air sebesar 2kg gabah/are (Rp 7.000,-/are) setiap panen padi. Pengambilan ubinan padi dan palawija setiap panen. Pemilihan pengurus setiap 5 tahun. Pemungutan dana itik setiap kali
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) panen padi, untuk tempek Dauh Pangkung Babakan sebesar Rp 1.000.000,- dan untuk tempek Dangin Pangkung Rp 1.500.000,-. Pemungutan dana panen sebesar Rp 2.000,- setiap kali panen padi. Adanya Anggaran Dasar (Awig-awig), Anggaran Rumah Tangga (Perarem Penyahcah Awig), Pelaporan keuangan baik yang bersumber dari swadaya maupun dana bantuan, penggunaannya dilaporkan secara tertulis kepada anggota maupun instansi pemberi bantuan. Pertanggung jawaban kepada anggota disamping secara tertulis dengan buktibuktinya juga dibacakan didepan rapat anggota (Profil P3A subak Tibu Beleng). Program kerja yang telah dilaksanakan pada Bhaga Palemahan atau pengelolaan yaitu: Pembuatan jalan produksi di Blok atau Tempek Banjar Ngoneng (500 m x 3 m), dengan nilai Rp. 500.000.000.-. Pembuatan jalan produksi di Blok atau Tempek Babakan (700 m x 3 m), dengan nilai Rp. 700.000.000.-. Pembuatan jalan usaha tani di Blok atau Tempek Dlodbrawah (200 x 2,5 m), dengan dana sebesar Rp. 350.000.000,- . Pembangunan dan finishing Kantor atau Bale P3A subak sebesar Rp. 25.000.000, -. Penyerpisan lumbung sebesar Rp. 5.000.000,- . Pembangunan Gudang di Kantor P3A subak sebesar Rp. 15.000.000,-. Pembangunan penyengker atau pagar kantor P3A atau Bale Subak, sebesar Rp. 25.000.000,-. Pembangunan 4 unit pelinggih, rehab atap Pura Pucak Sari sebesar Rp. 25.000.000,- Perehaban Bale Timbang di Blok atau Tempek Mendoyo Kajo Rp. 3.000.000,-. Pemasangan 10 buah pintu air sebesar Rp. 5.000.000,-. Penyambungan dan pemasangan instalasi listrik di kantor P3A atau Bale Subak sebesar Rp. 5.000.000,. Pembangunan Lumbung Pangan P3A subak sebesar Rp. 100.000.000,-. P3A subak Tibu Beleng mempunyai kewenangan untuk mengurus, menyusun rencana kerja, mengatur pola tanam, dan membantu pengamat pengairan dalam melakukan pembagian air di bangunan sadap atau bagi (Profil P3A subak Tibu Beleng).
Aktifitas Pengendalian Aktifitas pengendalian yang dilakukan didasarkan pada akuntabilitas pengelolaan air dan asset kebendaan. Coward, (1983) dan Sutawan, (1986) dalam Pitana, (1993) menyatakan subak membangun berbagai fasilitas irigasi seperti empelan, trowongan, saluran dan sebagainya, air yang telah didapatkan oleh subak tersebut pada akhirnya harus didistribusikan kepada segenap anggota, ada dua hal terpenting yang harus diperhatikan dalam distribusi air irigasi pada suatu subak sebagai berikut : a. Dasar yang digunakan untuk menentukan hak atas air setiap anggota Subak memiliki dua hak dasar yaitu hak dasar luas sawah dan hak atas dasar tektek. Jika hak atas air didasarkan pada luas sawah, maka volume air yang diterima oleh seseorang petani yaitu proporsional dengan luas sawah petani lainnya. Sedangkan pada sistem tektek, debit air yang ditentukan oleh kontribusi petani dalam kegiatan-kegiatan subak, tanpa terlalu memperhatikan luas sawah. Sistem tektek ialah suatu cara dalam kegiatan pengaturan air yang posisinya berada di tengah atau melintangi saluran tersier dengan ketinggian yang sama dengan saluran tersier. b. Sistem distribusi air antar waktu Pada umumnya ada dua metode yang dikenal oleh subak, alokasi air yaitu metode pengaliran kontinyu yaitu seluruh petani mendapatkan air secara serempak, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, serta metode bergilir yaitu seluruh petani mendapatkan air secara tidak serempak, tetapi mendapatkan air pada waktu tertentu saja. Suatu subak harus mengoperasikan fasilitas irigasi yang dimiliki untuk menjamin adanya pembagian air sesuai dengan aturan yang telah disepakati, kegiatan mengoperasikan pintu-pintu air pada bangunan bagi yaitu seperti membuka, menutup, dan mengatur, selain itu, subak juga melakukan pemeliharaan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) secara berkala atas berbagai fasilitas irigasi yang dimiliki, sehingga dapat berjalan dan berfungsi dengan baik., dengan adanya pemeliharaan tersebut, maka subak mengerahkan sumberdaya dari anggota, seperti tenaga kerja, bahan-bahan atau pun uang (Sutawan, 1986 dalam Pitana, 1993) Sumber air yang mengalir pada P3A subak Tibu Beleng berasal dari sungai bilukpoh kemudian mengalir ke bendungan tibu beleng, bendungan tersebut merupakan tanggungjawab ketua subak, wakil ketua subak, bendahara subak. Dari bendungan air yang mengalir ke trowongan (aungan) yang merupakan saluran primer menuju pemaroan mengaliri wilayah dauh pangkung ditangani oleh staf subak, kelian subak, wakil kelian subak, bendahara subak, satu penjaga bendung, kemudian air mengalir menuju saluran sekunder yang bertanggungjawab ialah ketua, wakil, bendahara subak, kemudian air mengalir ke saluran tersier yang merupakan tanggungjawab ketua, wakil, bendahara subak serta juru arahan masing-masing blok, blok pengairan pada P3A subak terdiri dari 9 blok yaitu blok Penyaringan, blok Pergung, blok Tegalcangkring Kauh, blok Babakan, blok Tegalcangkring Kangin, blok Dlodbrawah, blok Banjar Ngoneng, blok Mendoyo Kaja, dan blok Mendoyo Klod. Pendistribusian air irigasi secara adil kepada semua anggota prinsipnya, pembagian air irigasi dilakukan secara adil kepada semua anggotanya dengan sistem tektek. Jika kondisi air irigasi tidak mencukupi maka diterapkan pembagian air secara bergilir, pinjam meminjam air irigasi dan pelampias yakni tambahan air irigasi untuk sawah petani yang berada di hilir atau jauh dari sumber air dan saluraran air irigasi (Sudarta dan Darma, 2013 dalam Sunaryasa, 2002). Informasi dan Komunikasi Informasi dan komunikasi yang merupakan bagian pengendalian intern pada P3A subak tibu beleng yaitu P3A subak tibu beleng lembaga adat bersifat sosio agraris religious.
Subak merupakan suatu warisan budaya Bali yang berupa suatu sistem irigasi yang mengatur pembagian pengelolaan airnya yang berdasarkan pada pola pikir harmoni dan kebersamaan yang berlandaskan pada aturan-aturan formal dan nilai-nilai agama yang tradisional. Pada ranah P3A subak terdapat pernyataan sebagai berikut: Setiap program sudah ada jadwalnya kita ikuti itu kayang upacara kalau dari bhage parahyangan sudah menetapkan kita ikuti prosesnya saling percaya dan ikut mengawasi (ketut Tama,2016) Pernyataan yang diungkapkan salah satu anggota subak P3A subak Tibu Beleng mempertegas budaya yang berkembang ialah saling percaya, masingmasig anggota saling percaya satu sama lainnya sehingga menetapkan semuanya sama rata, sama-sama memiliki tanggungjawab dan hak yang sama. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keinginan (kama) manusia yang bersangkutan. P3A subak menerapkan adanya nilai-nilai Tat Twam Asi. Karena maksud yang terkandung didalam ajaran Tat Twam Asi ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua makhluk adalah sama sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri. Adanya Tat Wam Asi yang melekat pada P3A subak Tibu Beleng memberikan gambaran bahwa informasi dan komunikasi yang dilakukan berpusat pada kepercayaan dan nilai-nilai tradisionalnya. Secara sederhana informasi dan komunikasi yang terdapat pada P3A subak yang menyangkut adanya nilai-nilai tradisional berupa saluran distribusi air, hal ini diperjelas dengan bagan flowchart
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017)
Gambar 2. Flowchart Saluran Distribusi Air pada P3A subak Berdasarkan flowchart tersebut dapat dipaparkan pendistribusian air pertama-tama dengan membuka pintu air yag terdapat pada bendungan di P3A subak, air yang mengalir akan masuk mengaliri trowongan (aungan) kemudian menuju saluran air primer, tersier dan sekunder apabila air tidak mengalir melalui saluran tersebut maka diadakan pengecekan trowongan untuk mengetahui penyebab air tidak mengalir, pengecekan dilakukan secara bersama-sama, ketika air telah mengaliri saluran primer, tersier, dan sekunder air akan mengaliri blok-blok sawah milik petani, air yang mengalir ke sawah milik petani diberikan waktu selama 2 hari pengairan pada masing-masing blok Pada P3A subak terdapat 9 blok yaitu blok Penyaringan, blok Pergung, blok Tegalcangkring Kauh, blok Babakan, blok Tegalcangkring Kangin, blok Dlodbrawah, blok Banjar Ngoneng, blok Mendoyo Kaja, dan blok Mendoyo Klod. Air yang mengaliri blok sawah petani untuk melaksanakan penanaman hingga panen, akan dikenakan pungutan iuran pemakaian air sebesar 2kg gabah/are
sebesar Rp. 7.000/are yang dikenakan setiap panen padi. Jika setelah panen padi petani tidak membayar dikenakan denda berupa pembayaran dua kali lipat iuran air per petak sawah yang dimiliki (/are). Iuran tersebut akan dimasukkan sebagai kas P3A subak yang akan digunakan untuk memperbaiki trowongan dan saluran air apabila mengalami kerusakan. Adanya nilai tradisonal berupa Tat Wam Asi pada P3A subak mengkomunikasikan informasi yang didapat akan memberikan dampak yang baik bagi para penggunanya ditambah lagi informasi yang didapat benar dan berguna untuk kepentingan P3A subak Tibu Beleng, dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Wam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan ini. Ajaran Tat Wam Asi selain merupakan jiwa filsfat social, juga merupakan dasar dari tata susila Hindu di dalam usaha untuk mencapai perbaikan moral. Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina hubungan yang selaras dan rukun diantara sesama makhluk hidup lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Pengawasan Pengendalian intern yang tertuang pada P3A subak Tibu Beleng yaitu Implementasi sistem pengendalian intern P3A subak Tibu Beleng berdasarkan Tri Hita Karana. Pada tahap ini P3A subak telah melaksanakan pengawasan, berdasarkan hasil wawancara seorang narasumber menyatakan: karna subak Tibu Beleng tetap berpedoman pada konsep pembangunan dibali yaitu beradasar kan pada Tri Hita Karana sehingga subak Tibu Beleng melaksanakan berdasarkan pada bidang masingmasing, namun pengawasannya dilakukan bersama sesuai aturan yang tetera pada awig-awig dan perarem, adanya pelaporan hasil setiap kegiatan, adanya keterbukaan dan transparansi pada setiap bhaga yang ada (I Gede Budiarta,2016). Pengawasan yang dilakukan sesuai sama program kerja kita, disubak seluruh kegiatan terbagi jadi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) palemahan, parahyangan, pawongan, kegiatan yang dilakukan kita ikuti terus kita liat bagus apa tidak kedepannya semua kegiatan sudah ada yang tanggungjawab jadi bisa dipertanggungjawabkan baik berupa upacara, rembug, sampai pembersihan saluran irigasi kita pantau (I Ketut Wiadnyana,2016) Pernyataan yang dilontarkan bapak I Gede Budiarta selaku juru arahan P3A subak dan I Ketut Wiadnyana selaku wakil ketua P3A subak menandakan pengawasan yang dilakukan berkaitan dengan tiga aspek yang terkandung dalam Tri Hita Karana, pada keadaan sebenarnya pengawasan dilakukan berdasarkan adanya pertanggungjawaban terkait pelaksanaan kegiatan serta pelaporan jumlah dana yang digunakan sesuai dengan ketetapan yang tertuang pada program kerja dari Bhaga Parahyangan, Bhaga Pawongan, dan Bhaga Palemahan yang menghasilkan laporan keuangan sebagai produk untuk mengambil keputusan dan pertimbanganpertimbangan selanjutnya untuk keberlangsungan P3A subak Pengungkapan secara penuh mengenai seluruh kegiatan yang telah dilakukan yaitu dengan menggelar rapat untuk melaporkan pertanggungjawaban keuangan, dan laporan pertanggungjawaban kegiatan sehingga seluruh pengurus dan anggota P3A subak mengetahuinya. Pembina P3A subak juga mengawasi pengelolaan air serta asset kebendaan yang terdapat pada P3A subak Tibu Beleng. Dalam hal ini Pembina P3A subak memberikan arahan kepada pengurus bagaimana cara membuat proposal pengajuan dana bantuan, memberikan solusi terkait permasalahan yang tidak dapat diselesaikan memberikan metode dan pola tanam yang tepat mengenai cara tanam pada sawah-sawah milik petani, memberikan arahan dan pemeliharaan tanaman dan ternak secara efektif dan efisien yang dimiliki P3A subak sehingga dapat menguntungkan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengendalian intern yang dilakukan P3A subak tibu beleng berdasarkan klasifikasi dari COSO menggambarkan Lingkungan pengendalian yang tertera pada P3A subak yang meliputi implementasi konsep Tri Hita Karana oleh pengurus, penilaian resiko mencakup penerapan program kerja P3A subak Tibu Beleng, aktifitas pengendalian meliputi akuntabilitas pengelolaan air dan asset kebendaan pada P3A subak Tibu Beleng, informasi dan komunikasi meliputi P3A subak Tibu Beleng yang merupakan lembaga adat bersifat sosio agraris religius, dan pengawasan meliputi implementasi sistem pengendalian intern P3A subak Tibu Beleng berdasarkan Tri Hita Karana. P3A subak Tibu Beleng telah menerapkan sistem pengendalian intern yang memadai adanya nilai agama yang menyelimuti kegiatan-kegiatan atau program kerja P3A subak memberikan tumbuhnya falsafah Tat Twam Asi yang memberikan sikap gotong-royong dan sikap susila yang membentuk kepribadian yang baik pada setiap orang di P3A subak, sehinga P3A subak Tibu Beleng belum pernah terjadinya pelanggaran awig-awig, perarem. Perencanaan yang matang serta adanya akuntabilitas dan transparansi dalam menjalankan kegiatan serta pengelolaan air dan asset kebendaan yang dimiliki mengungkapkan rasa tanggungjawab yang besar dan adanya rasa saling percaya. Nilai-nilai yang tertuang pada pengelolaan P3A subak memperkuat adanya konsep Tri Hita Karana yang merupakan tiga penyebab kebahagiaan yang tertuang pada bhaga parahyangan, bhaga pawongan serta bhaga palemahan yang saling terikat dan memiliki timbal balik dengan sistem pengendalian intern yang diterapkan P3A subak. Dengan hal tersebut dapat membuktikan layaknya P3A subak tibu beleng meraih juara 1 tingkat nasional sebagai subak terbaik.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 7 No: 1 Tahun 2017) Saran Organisasi subak yang ada dan berkembang di Bali khususnya dan di seluruh dunia umumnya perlu menerapakan sistem pengendalian intern yang dibarengi dengan implementasi Tri Hita Karana untuk konsep keberlangsungan organisasi dan kemajuan organisasi subak itu sendiri. Perlu adanya penerapan nilai-nilai budaya tradisonal yang melandasi adanya Tri Hita Karana seperti nilai Tat Twam Asi nilai susila, gotong-royong dan saling percaya serta dibarengi dengan rasa tanggungjawab dan adanya keterbukaan (transparansi) dalam setiap kegiatan yang dijalankan organisasi subak. DAFTAR PUSTAKA Atmadja, Anantawikrama Tungga. 2007. Dekonstruksi Terhadap Ideologi Dibalik Pemilihan Jurusan Di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Pada Mahasiswi Jurusan D3 Akuntansi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Ikip Negeri Desertasi. Singaraja: Singaraja). Universitas Pendidikan Ganesha. Atmaja, Nengah Bawa. 2014. Saraswati dan Ganesha sebagai Simbol Paradigm Interpretativisme dan Positivisme Visi Integral Mewujudkan Iptek dari Pembawa Musibah Menjadi Berkah Bagi Umat Manusia. Denpasar: Pustaka Larasan. Metodologi Bungin, Burhan. 2004. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi. P3A Subak. 2013. Profil P3A subak Tibu Beleng Desa Penyaringan Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. P3A Subak Tibu Beleng. 1986 Anggaran Dasar Kelompok Tani subak Tibu Beleng.
Pitana, I Gede. 1993. Subak. Sistem Irigasi Tradisional di Bali. Upada Sastra. Denpasar: Erlanggi. Putri, Komang Try Wahyuni Kusuma, Dkk. 2016. Penerapan struktur Pengendalian Internal (SPI) Dalam Pengelolaan Dana Subak Pada Subak Pohasem Desa Pekraman Mayong Periode 2012-2014. E-Jurnal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 Vol. 4, No. 1, Hal. 3-4. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunaryasa, I Made Oka. 2002 Upaya Revitalisasi Peran Subak Dalam Pelestarin Fungsi Lingkungan (Studi Kasus: Subak Jatiluwih dan Subak Tesis. Kloda Tabanan Bali). Universitas Diponogoro Semarang.