e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PROFESSIONAL JUDGMENT AUDITOR, INDEPENDENSI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT LAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus pada Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali) 1
Putu Indira Yunitasari, 1I Made Pradana Adiputra, 2 Edy Sujana Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh professional judgment auditor, independensi dan pengalaman kerja terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian kausal, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemegang jabatan fungsional auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling, dengan menggunakan sampel jenuh sebanyak 62 responden. Jenis data penelitian adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS for windows versi 19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Professional judgment auditor (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan; (2) Independensi auditor (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan; (3) Pengalaman kerja auditor (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuanga; dan (4) Professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Kata Kunci:
Professional Judgment Auditor, Independensi, Pengalaman Kerja, Pertimbangan Tingkat Materialitas.
Abstract The study aimed at finding out the effect of professional judgment auditors, independency and working experiences towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report. It was a causal study utilizing quantitative approach. The population of this study were all the staffs of functional auditors in the office of Financial Supervision Body and Development (BPKP) Representation of Bali. There were 62 respondents involved as the samples of the study which were selected based on purposive random sampling by using saturated samples. There were two types of data, such as primary and secondary data, which all of them were collected by using questionnaire. The analysis was made based on multiple regressions supported by SPSS 19 program for windows.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) The results indicated that (1) Professional judgment auditor (X1) had a significant effect and positive correlation towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report; (2) the auditor independency (X2) had a significant effect and positive correlation towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report; (3) the auditor’s working experiences (X3) had a significant effect and positive correlation towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report; (4) Professional judgment auditor, auditor independency, and auditor’s working experiences simultaneously had significant effects and positive correlations towards the materiality level judgment in the process of auditing financial report. Key-words: Professional Judgment Auditor, Independency, Working Experiences, Materiality Level Judgment
PENDAHULUAN Organisasi sektor publik merupakan suatu organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi stakeholder sektor publik, mereka membutuhkan informasi yang lebih bervariasi, handal dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun eksternal organisasi, dengan membuat laporan keuangan sebagai salah satu wujud akuntabilitas publik. Dalam proses pembuatan laporan keuangan ini tidak terlepas dari adanya salah saji material maupun tidak material baik diakibatkan karena adanya kecurangan (fraud) maupun kekeliruan (human error). Disinilah peran dari pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan pusat/daerah, dengan melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan pusat/daerah. Salah satu langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk suatu badan pengawasan pengelolaan keuangan. Lembaga audit, biasanya akan mengarahkan pemeriksaannya pada penugasan-penugasan yang mencakup semua bidang yang secara finansial signifikan dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh auditannya. Lembaga audit hanya akan berkonsentrasi pada bidangbidang yang dianggap material. Seorang
auditor tidak mungkin memeriksa semua hal untuk memastikan bahwa semuanya telah diperlakukan dengan selayaknya dalam suatu sistem atau telah dilaporkan dengan benar. Auditor harus memutuskan sampai tingkatan mana memeriksa hal-hal tersebut yang sesuai dengan tujuantujuannya, dan karena hal inilah konsep materialitas muncul dalam audit. Materialitas merupakan jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Informasi dipandang sebagai material bila disajikan salah atau tidak disajikan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan ekonomis yang diambil oleh pengguna laporan yang mendasarkan keputusankeputusannya sebagian pada informasi dalam laporan keuangan (Murwanto, 2008:150). Saat ini belum ada standar akuntansi ataupun standar auditing yang berisi pedoman tentang pengukuran materialitas secara kuantitatif. Pada kenyataannya dalam menentukan tingkat materialitas antar auditor berbeda-beda sesuai dengan aspek situasionalnya, sehingga penentuan materialitas terkesan bersifat subjektif. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional (professional judgment) dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
keuangan (PSA No. 25, SA Seksi 312, Paragraf 10). Menurut ISA 200 dalam Tuanakotta (2011:89), professional judgment auditor dipengaruhi oleh penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing, akuntansi dan standar etika, untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama berlangsungnya penugasan audit dan auditor juga harus memiliki sikap skeptisme profesional. Semua tahapan proses audit sangat tergantung pada professional judgment auditor dalam menentukan tingkat materialitas, resiko audit dan merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji material atau tidak, secara individual atau secara gabungan, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yoga Satria Prima (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa secara parsial professional judgment auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat. Seorang auditor ketika melakukan pertimbangan tingkat materialitas juga harus menjunjung tinggi independensinya agar kepercayaan stakeholder terhadap kualitas hasil pemeriksaan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Arens, dkk., (2011:74), independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit dan penerbitan laporan audit. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagaimana diatur dalam PERMENPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, mengatur tentang independensi dan objektivitas auditor. Dengan mempertahankan independensi, auditor akan mampu terhindar dari konflik kepentingan dalam melakukan suatu pertimbangan yang objektif untuk merumuskan dan menyatakan pendapatnya setelah menimbang apakah semua
informasi yang di dapat material atau tidak. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yoga Satria Prima (2012) dan Anesia Putri Kinanti (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa secara parsial indepedensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Selain menjunjung tinggi independensinya, dalam standar umum audit pertama menegaskan bahwa berapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar audit ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Pengalaman kerja auditor adalah pengalaman dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani (Asih, 2006:26). Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan untuk menentukan pertimbangan tingkat materialitas dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Victor Tuahta (2010) dan Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai salah satu organisasi sektor publik di Indonesia memiliki kompleksitas tugas yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari layanan yang diberikan oleh BPKP. BPKP tidak hanya merupakan auditor intern pemerintah pusat namun dalam pelaksanaan tugasnya BPKP juga memberikan layanan non audit. Kompleksitas tugas audit dan ruang lingkup audit BPKP yang begitu luas menyebabkan auditor yang bekerja di dalam instansi ini harus mengasah kemampuannya ketika melakukan pertimbangan tingkat materialitas saat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
proses audit laporan keuangan yang tentunya akan berpengaruh terhadap opini yang akan diterbitkan, tak terkecuali untuk auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Untuk menganalisis adanya pengaruh professional judgment auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas; (2) Untuk menganalisis adanya pengaruh independensi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas; (3) Untuk menganalisis adanya pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas; dan (4) Untuk menganalisis apakah professional judgment auditor, independensi dan pengalaman kerja secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. judgment auditor H1 : Professional berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan Professional judgment auditor merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi auditor, yang akan mempengaruhi pembuatan opini akhir auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas (Jamilah, dkk., 2007:2). Professional judgment dipengaruhi oleh penerapan pengetahuan dan pengalaman seorang auditor dalam melaksanakan audit. Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki. Penerapan pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh auditor secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak pemahaman yang tersimpan dalam ingatannya dan auditor menjadi lebih peka terhadap kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, sehingga akan semakin mendukung proses pertimbangan tingkat materialitas. Professional judgment auditor juga ditentukan oleh sikap skeptisme profesional auditor yang pada akhirnya juga mendukung suatu pertimbangan tingkat materialitas.
Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa seorang auditor yang menerapkan pengetahuan, pengalaman dan sikap skeptisme profesional dalam pengambilan professional judgment akan menghasilkan pertimbangan tingkat materialitas yang tepat. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Prima (2012), yang membuktikan bahwa secara parsial professional judgment auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. H2 : Independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan Independensi merupakan suatu cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit (Murwanto, 2008:106). Dalam melaksanakan tanggung jawab audit suatu entitas, pemeriksa mungkin menghadapi tekanan atau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan pemerintah, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan independensi pemeriksa dalam mempertimbangankan tingkat materialitas, sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan dan mempengaruhi auditor dalam menentukan jenis opini audit yang akan diambil. Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor tidak dapat bebas dari gangguan-gangguan yang mengancam independensinya maka tingkat materialitas yang ditentukan tidak dapat dihandalkan. Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa seorang auditor yang menjunjung tinggi independensinya akan menghasilkan suatu pertimbangan tingkat materialitas yang dapat dihandalkan. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Prima (2012) dan Kinanti (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa independensi auditor secara parsial berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. H3 : Pengalaman kerja auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
Pengalaman auditor dapat diperoleh dari lama bekerja sebagai auditor, frekuensi melakukan tugas audit dan banyak entitas yang pernah ditangani (Asih, 2006:26). Auditor yang mempunyai pengalaman kerja yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi serta pemilihan bukti yang relevan yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan untuk memberi kesimpulan mengenai pertimbangan tingkat materialitas yang dapat diandalkan. Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa semakin banyak pengalaman seorang auditor, maka pertimbangan tingkat materialitas dalam laporan keuangan perusahaan akan semakin tepat. Selain itu, semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis instansi/lembaga pemerintah. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuahta (2010) dan Kusuma (2012) yang membuktikan secara empiris bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. judgment auditor, H4 : Professional independensi dan pengalaman kerja secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan Dalam menentukan tingkat materialitas laporan keuangan diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang tidak mudah. Dalam menetapkan suatu tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku, oleh karena itu auditor dituntut untuk menggunakan pertimbangan profesional. Dalam suatu pengambilan professional judgment auditor harus menerapkan pengetahuan, pengalaman dan sikap skeptisme profesionalnya. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Seorang auditor yang memiliki
independensi tinggi akan mampu menghasilkan suatu pertimbangan tingkat materialitas yang objektif dan handal. Selain professional judgment dan independensi, pengalaman kerja juga mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas. Semakin lama seorang auditor bertugas dan semakin banyak tugas-tugas pemeriksaan laporan keuangan yang pernah dilakukan, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas akan semakin baik. Berdasaran uraian di atas, maka dalam penilitian ini diprediksi bahwa apabila ketiga faktor tersebut dimiliki oleh seorang auditor, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas suatu laporan keuangan akan semakin baik. METODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal. Populasi penelitian ini adalah seluruh pemegang Jabatan Fungsional Auditor (JFA) yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pola pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling, dengan mempertimbangkan kriteria, seperti JFA yang memiliki jenjang pendidikan terakhir minimal SMA atau DIII untuk jabatan auditor terampil dan minimal sarjana (S1) atau DIV untuk jabatan auditor ahli; memahami akuntansi, auditing dan etika profesi sebagai auditor; telah mengikuti pendidikan, pelatihan fungsional dan telah memperoleh sertifikat lulus jabatan fungsional auditor ahli dan auditor terampil; serta minimal lama bekerja 1 tahun di BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Sampel yang digunakan adalah sempel jenuh sebanyak 62 auditor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data primer dan sekunder. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 4, yaitu (1) Professional Judgment Auditor (X1); (2) Independensi (X2); (3) Pengalaman Kerja (X3) dan (4) Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini didapatkan melalui kuesioner.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
Uji kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 19. Pengujian validitas dilakukan dengan teknik korelasi bivariate (person correlation). Untuk uji reliabilitas, suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Grobanch Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2012:48). Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, grafik histogram, dan kurva penyebaran P-Plot (Ghozali, 2012:160). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Adanya gejala multikolinearitas, menurut Ghozali (2012:106) adalah mempunyai VIF ≥ 10 dan mempunyai angka tolerance ≤ 0,10. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode scatter plot, dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Data dalam penelitian ini dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis koefisien determinasi dan analisis regresi linier berganda. Kriteria apabila hipotesis diterima adalah jika P value (sig) < α sebesar 0,05 dan jika koefisien regresi searah dengan hipotesis. Secara umum formulasi dari regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji parsial (uji t) maupun uji simultan (uji F). Uji Parsial (t-test) menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Uji Simultan (F-test) menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 62 buah, dengan tingkat pengembalian 62 buah atau setara dengan 100%. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan dalam kuesioner valid, karena nilai signifikansi sudah berada di bawah 0,05. Hasil uji
reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel dapat dikatakan reliabel karena nilai Cronbach’S Alpha > 0,70. Hasil pengujian normalitas sudah menunjukkan data terdistribusi secara normal, karena hasil signifikansi variabel pengganggu atau residual adalah 0,911 > 0,05. Selain itu, pola distribusi dalam grafik histogram tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan dalam grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Untuk lebih jelasnya hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 sebagai berikut.
Gambar 1 Grafik Histogram Uji Normalitas
Gambar 2 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas Model regresi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya gejala multikolinearitas, dimana nilai VIF variabel Professional Judgment Auditor sebesar 1,077, Independensi sebesar 1,169 dan Pengalaman Kerja sebesar 1,089. Nilai-nilai tersebut semuanya kurang dari 10. Sedangkan nilai tolerance untuk variabel Professional Judgment Auditor sebesar 0,929, Independensi sebesar 0,855 dan Pengalaman Kerja sebesar 0,918 yang lebih besar dari 0,10. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan tidak
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
terdapat titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu pada scatterplot yang dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai adjusted R square
sebesar 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan dipengaruhi oleh professional judgment auditor, independensi, pengalaman kerja sebesar 47,5% sementara sisanya 52,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun hasil persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini: Y = 9,498 + 0,390 X1+ 0,498 X2 + 0,337 X3 +ε Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan maka digunakan uji parsial dan uji simultan. Hasil uji parsial dan uji simultan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Parsial Unstandardized Coefficients B Std. Error 9.498 6.138 .390 .134
Standardized Coefficients Beta
Model 1 (Constant) Professional Judgment Auditor Independensi .498 .112 Pengalaman Kerja .337 .117 a. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Sumber: Data Primer Diolah
.280
t 1.547 2.906
Sig. .127 .005
.448 .279
4.463 2.877
.000 .006
Tabel 2 Hasil Uji Regresi Simultan Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 288.780 3 96.260 19.373 .000a Residual 288.188 58 4.969 Total 576.968 61 a. Predictors: (Constant), Pengalaman Kerja, Professional Judgment Auditor, Independensi b. Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Sumber: Data Primer Diolah Pada tabel 1, menunjukkan bahwa professional judgment auditor memiliki t hitung sebesar 2,906 > t tabel 1,6711 dan nilai probabilitas yaitu 0,005 < 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Ini menunjukkan bahwa professional judgment auditor berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Untuk variabel independensi auditor memiliki t hitung sebesar 4,463 > t tabel 1,6711 dan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua diterima. Ini menunjukkan bahwa independensi auditor
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Untuk variabel pengalaman kerja auditor memiliki t hitung sebesar 2,877 > t tabel 1,6711 dan nilai probabilitas yaitu 0,006 < 0,05. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima. Ini menunjukkan bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) atau uji F pada tabel 2, didapat F hitung sebesar 19,373 > F tabel 2,76 dengan tingkat signifikansi 0,000, jauh lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat diterima. Ini menunjukkan bahwa professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Pembahasan Pengaruh Professional Judgment Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan professional judgment auditor (X1) memiliki nilai probabilitas 0,005 dan nilai t hitung sebesar 2,906. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka hipotesis pertama diterima. Hal ini dikarenakan, t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 1,6711 atau 2,906 > 1,6711. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi professional judgment auditor, maka semakin tinggi pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan provinsi Bali. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yoga Satria Prima (2012), yang membuktikan bahwa secara parsial professional judgment auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat. Auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali menggunakan pertimbangan profesional (professional
judgment) dalam menghasilkan suatu pertimbangan tingkat materialitas yang tepat dalam pengauditan laporan keuangan suatu instansi pemerintah karena belum ada standar baku yang mengatur. Pertimbangan profesional ini didapat dari penerapan pengetahuan dan pengalaman audit selama bekerja di BPKP serta sikap mental skeptisme profesional dalam pengumpulan bukti dan memperoleh informasi tambahan dari pihak manajemen. Penerapan pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak pemahaman yang tersimpan dalam ingatan auditor dan auditor menjadi lebih peka terhadap kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Auditor dapat mengembangkan pemahaman-pemahaman tersebut ketika melakukan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti, sehingga auditor dapat menghasilkan pertimbangan tingkat materialitas yang tepat. Selain itu, seorang auditor juga harus memiliki sikap skeptisme profesional. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa salah saji material atau ketidakakuratan yang signifikan dalam data akan terdeteksi dan menetukan apakah salah saji tersebut sebenarnya merupakan praktik-praktik kecurangan dalam pelaporan keuangan yang disengaja atau tidak. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan independensi auditor (X2) memiliki nilai probabilitas 0,000 dan nilai t hitung sebesar 4,463. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka hipotesis kedua diterima. Hal ini dikarenakan, t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 1,6711 atau 4,463 > 1,6711. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan provinsi Bali. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yoga Satria Prima (2012) dan Anesia Putri Kinanti (2012) yang membuktikan bahwa independensi auditor secara parsial berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara gabungan, material atau tidak, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit. Dalam melaksanakan tanggung jawab inilah, pemeriksa mungkin menghadapi tekanan dan atau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan independensi seorang pemeriksa dalam mempertimbangankan tingkat materialitas, sehingga mempengaruhi pula jenis opini audit yang akan diterbitkanl. Auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali dalam melaksanakan tugas pengawasan, termasuk dalam mempertimbangankan tingkat materialitas selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam BPKP yang disingkat dengan PIONIR, yaitu: Profesional, Integritas, Orientasi pada pengguna, Nurani dan akal sehat, Independen dan Responsibel. Auditor wajib menggalang kerjasama dan menjamin interaksi yang sehat dengan pihak yang diperiksa, sehingga pengambilan keputusan dalam menentukan tingkat materialitas dapat diandalkan dan dapat memperoleh hasil audit berkualitas. Seorang auditor yang menjunjung tinggi independensinya sebagai seorang auditor profesional tidak akan mudah goyah walaupun terdapat gangguan pribadi, gangguan ekstern maupun organisasi yang mengancam independensi dalam proses penentuan tingkat materialitas dari salah
saji yang yang ditemukan. Auditor yang independen akan tetap fokus dan tidak mudah terpengaruh ketika melakukan pengumpulan dan pengevaluasian bukti sehingga temuan audit sesuai dengan kondisi dilapangan yang dapat menunjang keputusan auditor dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas yang dapat mewakili besarnya salah saji pada laporan keuangan. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan pengalaman kerja auditor (X3) memiliki nilai probabilitas 0,006 dan nilai t hitung sebesar 2,877. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka hipotesis ketiga diterima. Hal ini dikarenakan, t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 1,6711 atau 2,877 > 1,6711. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan provinsi Bali. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Victor Tuahta (2010) dan Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012) yang membuktikan bahwa pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dalam menetapkan pertimbangan tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku. Oleh karena itu seorang auditor harus memiliki pengalaman dalam menetukan tingkat materialitas yang tepat. Pengalaman auditor dapat diperoleh dari lamanya bekerja dan banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Semakin lama seorang auditor bekerja dalam sebuah instansi dan semakin banyak penugasan audit yang pernah dilakukan oleh seorang auditor, maka semakin terbiasa dan terampil auditor dalam menghadapi situasi dan keadaan dalam setiap penugasan serta semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang auditor yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
mempunyai pengalaman lebih akan menghasilkan kemampuan yang lebih dalam mendeteksi kesalahan, mencari penyebab kesalahan, dan selektif dalam memandang, menanggapi dan menentukan informasi yang relevan, untuk menunjang pengambilan keputusan yang tepat mengenai pertimbangan tingkat materialitas yang dapat mewakili besarnya salah saji dalam laporan keuangan. Auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi Bali dalam satu kali periode pengauditan tergabung dalam suatu tim audit melakukan pemeriksaan lebih dari 10 jenis entitas pada wilayah pengawasan yang berbeda. Auditor menjadi terbiasa mendapatkan tugas-tugas kompleks ketika melakukan pengawasan, terutama dalam mempertimbangkan tingkat materialitas suatu entitas yang mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masingmasing laporan keuangan pokok, karena laporan keuangan tersebut saling berhubungan. Banyaknya penugasan dan kompleksitas tugas yang tinggi ini, meningkatkan pengalaman auditor mengenai entitas, mengetahui kerumitan entitas, serta ruang lingkup, program dan kegiatan entitas bersangkutan. Sehingga pada periode pengauditan selanjutnya menunjang kemampuan auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas yang tepat untuk keseluruhan laporan keuangan entitas yang bersangkutan. Pengaruh Professional Judgment Auditor, Independensi, dan Pengalaman Kerja Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan Berdasarkan pengujian hipotesis keempat melalui F-test terlihat bahwa F hitung sebesar 19,373 > F tabel 2,76 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman kerja auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada auditor di BPKP Perwakilan provinsi Bali. Hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai adjusted R square sebesar 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan dipengaruhi oleh professional judgment auditor, independensi, pengalaman kerja sebesar 47,5% sementara sisanya 52,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dalam menentukan tingkat materialitas suatu laporan keuangan diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang tidak mudah. Dalam menetapkan suatu tingkat materialitas auditor tidak memiliki standar yang baku, oleh karena itu auditor dituntut untuk memiliki suatu pertimbangan profesional (professional judgment) dalam menetapkan tingkat materialitas. Professional judgment auditor yang diambil dalam pertimbangan tingkat materialitas berdasarkan penerapan pengetahuan, pengalaman dan sikap skeptisme profesionalnya. Penerapan pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh auditor secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak pemahaman yang tersimpan dalam ingatannya yang dikembangkan pada saat melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti dan auditor juga menjadi lebih peka terhadap kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Selain penerapan pengetahuan dan pengalaman, seorang auditor juga harus memiliki sikap mental skeptisme profesional yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap keabsahan bukti pemeriksaan dan informasi yang diberikan oleh pihak manajemen. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang tidak memihak di dalam melakukakan pertimbangan tingkat materialitas. Auditor yang independen akan tetap fokus dan tidak mudah terpengaruh ketika melakukan pengumpulan dan pengevaluasian bukti sehingga temuan audit sesuai dengan kondisi dilapangan yang dapat menunjang keputusan auditor dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas yang dapat mewakili besarnya salah saji pada laporan keuangan. Seorang auditor yang memiliki independensi tinggi akan mampu menghasilkan suatu pertimbangan tingkat materialitas yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
objektif dan handal. Selain professional judgment dan independensi, pengalaman kerja juga mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas. Semakin lama seorang auditor bertugas dan semakin banyak tugas-tugas pemeriksaan laporan keuangan yang pernah dilakukan, maka pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas akan semakin baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa professional judgment auditor, independensi dan pengalaman kerja dapat mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan pada auditor di BPKP Perwakilan Provinsi Bali. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) professional judgment auditor (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,005 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi professional judgment auditor, maka semakin tinggi pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. (2) Independensi auditor (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. (3) Pengalaman kerja auditor (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,006 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin tinggi pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor dalam proses audit laporan keuangan pada BPKP Perwakilan
provinsi Bali. (4) Professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Dari pengujian koefisien determinasi diperoleh adjusted R square sebesar 0,475. Hal ini menunjukkan bahwa pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan dipengaruhi oleh professional judgment auditor, independensi, pengalaman kerja sebesar 47,5% sementara sisanya 52,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain: (1) Bagi pihak BPKP Perwakilan Bali sebagai lembaga pengawas keuangan dan pembangunan yang independen dan professional diharapkan lebih memperhatikan professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman kerja karena berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan; (2) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selajutnya, terutama bagi peneliti yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan professional judgment auditor, independensi, pengalaman kerja dan pertimbangan tingkat materialitas sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang dapat menjadi referensi di bidang pengauditan; (3) Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari kejelasan pengaruh professional judgment auditor, independensi, dan pengalaman kerja terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Ada beberapa variabel lain yang diindikasi mempengaruhi materialitas pemeriksaan laporan keuangan yang belum diungkap dalam penelitian ini, seperti diantarannya profesionalisme, etika profesi, integritas, obyektivitas, motivasi, dan komitmen organiasi.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Salemba Empat. Asih. 2006. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing. Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Ghozali, Imam. Multivariate SPSS 20. Badan Diponegoro.
2012. Aplikasi Analisis dengan Program IBM Cetakan VI. Semarang: Penerbit Universitas
Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli 2007. Kinanti, Anesia Putri. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensidan Motivasi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Suatu Pengauditan Laporan Keuangan. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Prima, Yoga Satria. 2012. Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Strata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara. Tuahta, Victor. 2010. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Survey Terhadap Beberapa Kantor Akuntan Publik di Bandung. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir Kritis Dalam Auditing, Salemba Empat: Jakarta. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah. Standar Profesi Akuntan Publik No. 25, SA Seksi 312 tentang Resiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit. www.bpkp.go.id/bali
Kusuma, Novanda Friska Bayu Aji. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingakat Materialitas (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Yogyakarta). Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Murwanto, R., A. Budiarso, F.H. Ramadhana. 2008. Audit sektor publik: Suatu Pengantar Bagi Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah, BPPK – Departeman Keuangan RI.