e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Studi Empiris pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng) 1
Ni Wayan Nistri Wirasuasti, 1Ni Luh Gede Erni Sulindawati, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi aparat Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Penelitian ini merupakan tipe penelitian penjelasan (explanatory/confirmatory research), karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen dengan variabel dependen melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat inspektorat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Sehingga sampelnya adalah aparat inspektorat yang melakukan pemeriksaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan menggunakan data primer dalam pengujian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada para responden sejumlah 31 responden. Setelah itu dianalisis dengan program SPSS versi 19 dengan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial kompetensi (thitung = 3,534 > ttabel = 2,052, independensi (thitung = 3,644 > ttabel = 2,052, dan motivasi (thitung = 2,322 > ttabel = 2,052) berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Sedangkan secara simultan kompetensi, independensi, dan motivasi (Fhitung = 19,828 > Ftabel = 2,96) berpengaruh terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng. . Kata kunci: independensi, kompetensi, kualitas audit, dan motivasi.
Abstract This study was aimed at finding out the effect of competency, independency, and motivation of Bangli Regency Government inspectorate and Buleleng Regency Government inspectorate apparatus on audit quality in the region’s financial controlling. This study was an explanatory/confirmatory research since it was intended to explain a
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) causal relation between independent variabels and dependent variabel through the testing of the hypotheses formulated. The population consisted of all the inspectorate apparatus. Sampling technique in this study is to use a purposive sampling method. So that the sample is inspecting apparatus. The type of data used in this study was quantitative data and this study used primary data in the testing. The data collection method used in this study was survey method and the data were collected by distributing questionnaires to the respondents who were 31 in number. After that the data were analyzed using SPSS version 19 by multi-regression analysis. On the basis of the result it was obtained that partially competency (t obs. = 3.534 > tc.v = 2.052, independency (tobs. = 3.644 > tc.v.= 2.052, and motivation (tobs. = 2.322 > t c.v. = 2.052) had a positive effect on audit quality of the inspectorate apparatus in the region’s financial controlling. Where as simultaneously, competency, independency, and motivation (Fobs. = 19.828 > Fc.v.= 2.96) had an effect on audit quality of the inspectorate apparatus in the region’s financial controlling in Bangli Regency Government Inspectorate and Buleleng Regency Government Inspectorate. Keywords: independency, competency, audit quality, and motivation.
PENDAHULUAN Penyalahgunaan wewenang merupakan salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan yang salah satunya yaitu tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan perhatian besar bagi masyarakat. Masyarakat menuntut akan adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan oleh lembaga-lembaga sektor publik, diantaranya yaitu lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan milik negara/daerah maupun organisasi publik lainnya yang ada di negeri ini. Tuntutan tersebut wajar dilakukan oleh masyarakat karena dalam berbagai penelitian yang dilakukan penyebab dari banyaknya penyelewangan wewenang yang terjadi tersebut disebabkan oleh pengelolaan pemerintah yang buruk (bad governance) dan buruknya birokrasi yang ada di Indonesia ini (Sunarsip, 2001 dalam Efendy, 2010). Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), menurut Mardiasmo (2005) terdapat tiga aspek penting yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian adalah mekanisme yang
dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengawasan dan sistem pengendalian intern yang baik merupakan bagian dari fungsi manajemen tersebut oleh karena itu perlu diterapkan agar tercipta sistem penyelenggaran pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN. Sehingga program ataupun kebijakan yang telah disusun berjalan sesuai dengan rencana dan tujuannya tercapai secara ekonomi, efektif, dan efisien. Dalam hal ini profesi auditor pemerintah menjadi sorotan masyarakat dalam menjalankan tugasnya agar dapat dipercaya. Auditor harus melakukan penyempurnaan dalam hal pencapaian tujuannya agar dapat dipercaya oleh masyarakat. Selain itu juga, standar dan aturan etika profesi yang ada dilaksanakan dengan sebaiknya agar tercipta kualitas kerja yang baik oleh profesi auditor tersebut (Noveri, 2010). Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah (Lamatenggo). Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Menurut Elder, dkk., (2011:20), auditor internal adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), untuk melayani kebutuhan pemerintah. Tugas utama audit BPKP adalah dikerahkan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasional berbagai program pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Pasal 4 menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, inspektorat provinsi, kabupaten/kota mempunyai fungsi yaitu perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan, dan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Government Accountability Office (GAO) dalam Efendy (2010) mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar pofesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Pendapat lain mengenai kualitas audit menurut De Angelo (1981) dalam Alim, dkk (2007), sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Dengan kata lain, kompetensi dan independensi dapat mempengaruhi kualitas audit. Pengertian kualitas audit menurut De Angelo (1981) dalam Efendy (2010) menjelaskan bahwa terdapat faktor penting yang dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut merupakan dasar yang digunakan oleh auditor dalam melakukan audit baik pada sektor publik maupun sektor swasta. Pernyataan standar umum pertama SPKN menyatakan bahwa
pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Pernyataan standar umum kedua SPKN menjelaskan bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Dengan kata lain bahwa setiap aparat yang bekerja pada organisasi yang melakukan pemeriksaan harus mempunyai sikap independensi dan harus tetap dipertahankan agar proses audit yang dilakukan dapat dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan terutama oleh masyarakat. Kompetensi dan independensi merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik dan dapat dipercaya. Namun, belum tentu auditor yang memiliki kedua hal tersebut akan memiliki komitmen untuk melakukan audit dengan baik. Goleman (2001) dalam Efendy (2010) menjelaskan bahwa hanya dengan adanya motivasi seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Oleh karena itu, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi dan memiliki komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kualitas audit telah dilakukan oleh Muh. Taufiq Efendy (2010), dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kompetensi dan motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sedangkan independensi berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Penelitian juga dilakukan oleh Alim, dkk (2007), yang menyatakan bahwa independensi dan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Menurut I. A. Angge Septiari (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan kompetensi yang ditinjau dari pengetahuan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan kompetensi yang ditinjau dari pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas, dan independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Penelitian ini merupakan rujukan dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menguji kembali fenomena yang sama yang akan dilakukan dalam profesi auditor internal pemerintah daerah yaitu aparat inspektorat di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng, karena peneliti melihat bahwa kurang optimalnya pengawasan pengelolaan keuangan daerah di tingkat daerah. Penyimpangan anggaran dalam bentuk tindak pidana korupsi yang menjerat mantan Bupati Bangli yaitu merugikan pemerintah sebesar Rp 1,395 miliar dari total dana bansos Rp 17 miliar pada tahun 2010 (http://metrobali.com, diakses tanggal 17 Februari 2014). Selain itu juga, salah satu kasus korupsi yang pernah terjadi di Buleleng adalah kasus yang menjerat mantan Bupati Kabupaten Buleleng dalam kasus upah pungut Pajak Bumi dan Bangunan Kehutanan Perkebunan dan Pertambangan (PBB-KPP) tahun 2012 senilai Rp 1,6 miliar (http://kompas.com, diakses tanggal 6 Mei 2014). Oleh karena itu, pemahaman akan pentingnya audit yang berkualitas bagi terwujudnya pemerintahan yang akuntabel akan mampu memotivasi aparat inspektorat untuk menggunakan dan meningkatkan kompetensi dan independensi yang dimilikinya. Jadi dengan pertimbangan di atas, peneliti mengambil judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng)”. Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1)
menganalisis pengaruh kompetensi aparat terhadap kualitas audit inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah, (2) menganalisis pengaruh independensi aparat terhadap kualitas audit inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah, (3) menganalisis pengaruh motivasi aparat terhadap kualitas audit inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah, dan (4) menganalisis secara simultan pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi aparat terhadap kualitas audit inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.
METODE Penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Buleleng bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi, independensi dan motivasi terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Penelitian ini merupakan tipe penelitian penjelasan (explanatory/ confirmatory research), karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen dengan variabel dependen melalui pengujian hipotesis (Sugiyono, 2009: 56). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan maksud penelitian yang berarti sebelum sampel diambil, ditentukan terlebih dahulu batasan-batasan sampel yang seperti apa yang akan diambil (Wiyono, 2011:88). Dalam penentuan sampel ini mempertimbangkan kriteria-kriteria yaitu pemahaman tentang prinsip akuntansi dan standar auditing yang diterapkan, pendidikan formal yang telah ditempuh oleh auditor, lamanya auditor dalam melakukan proses audit maupun kriteria lain yang digunakan untuk mendukung tujuan dari penelitian ini. Sehingga dalam penelitian ini sampelnya adalah aparat inspektorat yang melakukan pemeriksaan yang terdiri dari inspektur, auditor, P2UPD (Pejabat Pengawas Urusan Pemerintah Daerah) dan irban (Inspektur Pembantu) sebanyak 38 aparat.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner. Menurut Sugiyono (2009: 199), kuesioner yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawab. Kuesioner tersebut dibagikan secara langsung kepada responden untuk diisi. Dalam penelitian ini kuesioner diambil dari penelitian Muh. Taufiq Efendy (2010). Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari kompetensi, independensi, dan motivasi, sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit aparat inspektorat. Pengujian instrumen penelitian yang berupa kuesioner terdiri dari dua yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana ketepatan alat ukur penelitian tentang isu yang hendak kita ukur (Ghozali, 2007). Instrumen yang dikatakan valid apabila diperoleh nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Setelah melakukan uji validitas, kemudian dilanjutkan uji reliabilitas yang bertujuan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu kontrak yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu (Ghozali, 2007). Uji reliabilitas menggunakan koefisien cronbach’s alpha, dengan ketentuan apabila nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut handal atau reliabel (Ghozali, 2007). Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berkorelasi antar variabel independen (bebas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Analisis data yang digunakan dengan analisis regresi berganda untuk mencari pengaruh kompetensi (X1), independensi (X2), dan motivasi (X3) terhadap kualitas audit inspektorat dalam pengawasan kuangan daerah (Y). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Uji hipotesis dilakukan dengan program SPSS versi 19. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut. Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e. Dalam uji regresi berganda tidak hanya melakukan analisis terhadap nilai koefisien untuk msing-masing variabel independen, tetapi juga analisis terhadap nilai koefisien determinasi, uji simultan (uji F), dan uji parsial (uji t). Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Uji simultan (uji F) dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang dilakukan adalah dengan melihat nilai dari probability value (p value). Apabila nilai probability value (p value) < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak. Selain itu juga membandingkan antara nilai Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan tingkat signifikan 5%, begitupun sebaliknya. Uji parsial (uji t) bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Uji t dilakukan Ketentuan untuk uji t yaitu apabila p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak. Selain itu juga dengan membandingkan thitung terhadap ttabel dengan ketentuan apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Responden dalam penelitian ini yaitu aparat inspektorat yang melakukan pemeriksaan di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli dan Inspektorat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Pemerintah Kabupaten Buleleng. Jumlah kuesioner yang disebarkan kepada responden adalah sebanyak 38 kuesioner. Tingkat pengembalian (response rate) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 81,58%. Hal ini dikarenakan kuesioner yang disebarkan yang berjumlah 38 kuesioner kembali untuk jumlah 31 kuesioner. Kuesioner yang tidak kembali tersebut disebabkan karena terdapat aparat yang masih melakukan pendidikan, aparat yang mengambil cuti, karena ada jabatan yang kosong akibat dari aparat yang telah selesai masa kerjanya atau pensiun maupun kuesioner yang tidak dapat diolah. Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan. Responden (aparat) perempuan lebih banyak yaitu 48,39% dibandingkan responden laki-laki yang hanya 51,61%. Selanjutnya responden dikelompokkan berdasarkan usia dan diketahui bahwa mayoritas responden yang berusia 40 – 50 tahun sebanyak 45,16%. Kemudian responden yang berusia kurang dari 40 tahun hanya sebanyak 35,48%. Sedangkan responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 19,36%. Responden yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari tingkat pendidikan Strata 1 (S1) dan Magister (S2). Diketahui bahwa mayoritas responden adalah berpendidikan S1 yaitu sebanyak 77,42%, sedangkan responden yang berpendidikan Magister (S2) adalah sebanyak 22,58%. Statistik Deskriptif Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa untuk variabel kompetensi (X1) diperoleh nilai terendah sebesar 20 dan nilai tertinggi sebesar 27. Sedangkan rata-rata sebesar 23,06 dan standar deviasi sebesar 2,065. Sehingga variansi data relatif lebih kecil karena standar deviasi lebih kecil dari rata-rata dan secara keseluruhan tingkat kompetensi aparat inspektorat termasuk kategori tinggi. Variabel independensi (X2) menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 14 dan nilai tertinggi sebesar 23. Sedangkan rata-rata sebesar 17,48 dan standar deviasi sebesar 2,379. Sehingga variansi data relatif lebih kecil karena standar deviasi lebih kecil dari
rata-rata dan secara keseluruhan tingkat kompetensi aparat inspektorat termasuk kategori sedang. Variabel motivasi (X3) menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 24 dan nilai tertinggi sebesar 34. Sedangkan rata-rata sebesar 28,26 dan standar deviasi sebesar 3,245. Sehingga variansi data relatif lebih kecil karena standar deviasi lebih kecil dari rata-rata dan secara keseluruhan tingkat kompetensi aparat inspektorat termasuk kategori tinggi. Sedangkan variabel kualitas audit (Y) menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 19 dan nilai tertinggi sebesar 39. Sedangkan rata-rata sebesar 30 dan standar deviasi sebesar 4,590. Sehingga variansi data relatif lebih kecil karena standar deviasi lebih kecil dari rata-rata dan secara keseluruhan tingkat kompetensi aparat inspektorat termasuk kategori tinggi. Uji Kualitas Data Uji kualitas data dalam penelitian ini terdiri dari dua uji yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Uji ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan untuk mengukur kualitas data yang dilakukan dengan program SPSS versi 19. Uji validitas dilakukan dengan program SPSS versi 19 dengan menganalisis koefisien korelasi pearson moment untuk setiap item butir pernyataan setiap variabel kualitas audit (Y), kompetensi (X1), independensi (X2), dan motivasi (X3). Setiap butir pernyataan dikatakan valid apabila rhitung > rtabel, rtabel dapat dihitung dengan derajat kebebasan df = jumlah responden – 2, jadi df = 31 – 2 = 29, r(0,05;29) = 0,355. Dari hasil uji diperoleh bahwa nilai rhitung > rtabel. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap item butir pernyataan dalam penelitian ini untuk semua indikator dalam setiap variabel tersebut valid atau sah. Selain itu juga bisa dilihat dari nilai signifikan pada tingkat signifikansi 0,05, apabila nilai Sig. < 0,05 maka dikatakan valid. Dari hasil uji menunjukkan bahwa setiap butir pernyataan signifikan pada tingkat signifikansi 0,05, maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap butir pernyataan semua variabel tersebut valid.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Uji reliabilitas menggunakan uji One Shot dengan nilai Cronbach Alpha (α) untuk setiap variabel yaitu lebih besar dari 0,60. Dari hasil uji dengan SPSS versi 19 diperoleh variabel kompetensi memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,735, variabel independensi memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,639, variabel motivasi memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,722, dan variabel kualitas audit memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,881. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahwa item-item pernyataan untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah reliabel dan data hasil kuesioner dapat dipercaya. Uji Asumi Klasik Setelah melakukan uji terhadap instrumen penelitian selanjutnya melakukan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi ini terdapat suatu penyimpangan atau tidak. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas dalam penelitian ini dilihat dari hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, histogram, dan grafik Normal P-Plot. Hasil uji dengan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,184 yang lebih tinggi dari 0,05. Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak ada penyimpangan data dalam penelitian ini yang berarti bahwa sebaran data menunjukkan distribusi normal.
Gambar 1.1 Grafik Histogram (Sumber: Data primer, diolah, 2014).
Gambar 1.2 Grafik Normal P-Plot (Sumber: Data primer, diolah, 2014). Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal P-Plot dapat disimpulkan bahwa grafik menunjukkan pola distribusi yang mendekati normal. Dari grafik normal P-Plot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta arah penyebarannya mengikuti arah garis normal. Sehingga dalam hal ini, data pada penelitian ini dapat dikatakan telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini diperoleh nilai tolerance masing-masing variabel bebas yaitu kompetensi (0,997 > 0,01), independensi (0,644 > 0,01), motivasi (0,643 > 0,01). Sedangkan nilai VIF masing-masing variabel bebas yaitu kompetensi (1,003 < 10), independensi (1,552 < 10), dan motivasi (1,556 < 10). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki masalah multikolinieritas. Uji heteroskedastisitas dianalisis dengan menggunakan uji glejser dan grafik scatterplot. Dari hasil uji glejser diperoleh nilai signifikansi untuk masing-masing variabel bebas yaitu kompetensi (0,284 > 0,05), independensi (0,401 > 0,05), motivasi (0,761 > 0,05). Oleh karena nilai signifikan untuk semua variabel bebas menunjukkan > 0,05 maka model regresi dalam penelitian ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) audit sebesar 65,30%. Artinya variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan sebesar 65,30% pengaruhnya terhadap variabel dependennya. Sedangkan sisanya sebesar 34,70% bisa dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis hasil output SPSS versi 19, persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Y = -18,434+ 0,846 (X1) + 0,942 (X2) + 0,440 (X3) + e
Gambar 1.3 Grafik Scatterplot (Sumber: Data primer, diolah, 2014). Berdasarkan Gambar 1.3 terlihat bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Hipotesis Hasil output SPSS versi 19 diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0,653 atau (65,30%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yang terdiri dari kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap variabel dependen yaitu kualitas
Berdasarkan persamaan regresi maka dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar -18,434 menyatakan bahwa tanpa adanya kompetensi, independensi, dan motivasi untuk melaksanakan kegiatan audit maka kualitas audit sebesar -18,434. Jika variabel kompetensi ditingkatkan setiap satu poin maka akan meningkatkan kualitas audit sebesar 0,846. Jika variabel independensi ditingkatkan setiap satu poin maka akan meningkatkan kualitas audit sebesar 0,942 poin. Sedangkan jika variabel motivasi ditingkatkan setiap satu poin maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0,440 poin.
Tabel 1. Hasil Uji t Coefficientsa
Model 1 (Constant) X1
Unstandardized Coefficients B Std. Error -18.434 0.846
6.950 0.239
0.942 0.440 Sumber: Data primer, diolah, 2014.
0.259 0.190
X2 X3
Berdasarkan Tabel 1 diatas, diperoleh nilai koefisien regresi dan nilai signifikansi pada tingkat 0,05. Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) yang menyebutkan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah menunjukkan bahwa nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
0.381
-2.652 3.534
0.013 0.001
0.488 0.311
3.644 2.322
0.001 0.028
dengan p value 0,001. Diperoleh nilai thitung = 3,534 > ttabel = 2,052, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh signifikan antara variabel kompetensi dengan variabel kualitas audit pada taraf signifikansi 0,05 atau dengan kata lain H1 diterima. Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) yang menyebutkan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah menunjukkan bahwa nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value 0,001. Diperoleh thitung = 3,644 > ttabel = 2,052, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh signifikan antara variabel independensi dengan variabel kualitas audit pada taraf signifikansi 0,05 atau dengan kata lain H2 diterima. Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) yang menyebutkan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah menunjukkan bahwa nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value 0,028. Diperoleh thitung = 2,322 > ttabel = 2,052, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh signifikan antara variabel motivasi dengan variabel kualitas audit pada taraf signifikansi 0,05 atau dengan kata lain H3 diterima. Hasil uji F diperoleh bahwa nilai Fhitung sebesar 19,828. Pada taraf signifikan 0,05 dengan jumlah 3 variabel independen (kompetensi, independensi, dan motivasi) sehingga didapat df1= 3 sedangkan jumlah responden 31 sehingga didapat df2 = n-k-1 = 27, diperoleh nilai Ftabel = 2,96. Jadi Fhitung = 19,828 > Ftabel = 2,96. Karena Fhitung > Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel independen (kompetensi, independensi, motivasi) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (kualitas audit). Pembahasan Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Dari hasil uji statistik dengan program SPSS versi 19 diperoleh nilai koefisien regresi variabel kompetensi adalah 0,846. Nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value 0,001. Hasil tersebut juga didukung oleh perhitungan nilai thitung = 3,534 > ttabel = 2,045 yang menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.
Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti (2007), Achmad Badjuri (2012) dan Muh. Taufiq Efendy (2010) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Untuk meningkatkan kualitas audit, seorang auditor sangat bergantung pada tingkat kompetensinya. Jika auditor memiliki kompetensi yang baik maka auditor akan dengan mudah melakukan tugas-tugas auditnya dan sebaliknya jika rendah maka dalam melaksanakan tugasnya, auditor akan mendapatkan kesulitan-kesulitan sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan rendah pula. Seorang auditor yang memiliki tugas pemeriksaan dalam sektor pemerintahan juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan. Dengan wawasan yang luas, tingkat pendidikan yang tinggi, dan pelatihan serta pengetahuan yang dimiliki selama menjadi auditor merupakan dasar yang digunakan dalam menjalankan tugas audit untuk mencapai kualitas yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang tertuang dalam standar audit APIP disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Dengan demikian, auditor belum memenuhi persyaratan jika ia tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang audit. Seorang auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaanya wajib memiliki kompetensi dalam proses audit. Dalam melakukan tugas pemeriksaan terhadap sistem keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan, maka seorang auditor harus memiliki kompetensi yang diperoleh dari pelatihan di bidang akuntansi dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas audit. Selain dituntut untuk memiliki kompetensi tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktikpraktik audit. Penelitian yang dilakukan oleh I. A. Angge Septiari (2013) menyimpulkan bahwa kompetensi yang ditinjau dari pengetahuan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Seorang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) auditor yang memiliki wawasan yang luas, tingkat pendidikan yang tinggi, serta ilmu dan pelatihan yang dimiliki selama menjadi auditor merupakan dasar yang digunakan dalam melakukan audit untuk mencapai kualitas audit yang baik. Pengetahuan tersebut sangat diperlukan oleh auditor untuk menjalankan tugasnya dengan baik serta dapat menghasilkan laporan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun kompetensi yang ditinjau dari pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas. Hal tersebut membuktikan bahwa kompetensi auditor yang ditinjau dari pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas auditnya. Hal tersebut terjadi karena pengalaman seorang auditor dalam melakukan audit sudah lama dan banyak, tanpa adanya pengetahuan yang dimiliki maka hasil audit tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Dari hasil uji statistik dengan program SPSS versi 19 diperoleh nilai koefisien regresi variabel independensi adalah 0,942. Nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value 0,001. Hasil tersebut didukung oleh nilai thitung = 3,644 > ttabel = 2,052 yang menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh. Taufiq Efendy (2010) dan Achmad Badjuri (2012) yang menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa independensi auditor sektor publik tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan yang dihasilkan. Aparat inspektorat masih terpengaruh dengan penentu kebijakan dan sering adanya mutasi antar satuan kerja perangkat daerah. Akibatnya, meskipun aparat acapkali mendapat fasilitas dari auditee,
namun aparat tetap menganggap bahwa audit yang baik tetap harus dilaksanakan. Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Sehingga mutlak bagi aparat inspektorat memiliki independensi pada saat melakukan penugasan profesionalnya. Bagi auditor sektor publik, independensi sangat ditekankan pada saat penugasan audit karena mereka pada dasarnya melakukan audit terhadap lembaga pemerintah dan auditeenya adalah sesama PNS. Pelanggaran etika independensi bagi auditor sektor publik dapat berdampak pada sanksi pidana dan pemecatan sebagai APIP. Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti (2007), dan I. A. Angge Septiari (2013) yang menyimpulkan bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Suatu proses audit tidak dibenarkan memihak kepada siapapun, karena apabila seorang auditor kehilangan sikap independensinya walaupun memiliki kompetensi yang tinggi, maka auditor tersebut tidak akan bisa untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Untuk menjaga tingkat independensi sangatlah tidak mudah agar tetap sesuai dengan jalur yang seharusnya. Kerjasama dengan klien yang terlalu lama bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor. Selain itu juga berbagai fasilitas yang disediakan oleh kliennya selama penugasan audit untuk auditor. Sehingga auditor akan berada pada posisi yang dilematis karena mungkin akan mudah dikendalikan oleh auditan. Pengaruh Motivasi terhadap Kualitas Audit Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Dari hasil uji statistik dengan program SPSS versi 19 diperoleh nilai koefisien regresi variabel motivasi adalah 0,440. Nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value 0,028. Hasil tersebut juga didukung oleh
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) perhitungan nilai thitung = 2,322 > ttabel = 2,052 yang menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Semakin tinggi tingkat motivasi aparat inspektorat, maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkannya Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh. Taufiq Efendy (2010) yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Goleman (2001) dalam Muh. Taufiq Efendy (2010) menyatakan bahwa hanya motivasi yang akan membuat seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Respon atau tindak lanjut yang tidak tepat terhadap laporan audit dan rekomendasi yang dihasilkan akan dapat menurunkan motivasi aparat untuk menjaga kualitas audit. Apabila dikaitkan dengan teori kebutuhan, maka motivasi sangat berkaitan dengan proses audit yang dilakukan. Dalam teori kebutuhan terdapat lima jenjang kebutuhan manusia yang terdiri dari: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan/prestise, dan kebutuhan aktualisasi diri. Pada kebutuhan yang keempat, kebutuhan akan penghargaan maka seseorang akan melakukan suatu tindakan agar mendapatkan pengakuan dari orang lain. Seorang auditor yang melakukan audit dengan baik maka akan mendapatkan pengakuan yang baik juga dari lingkungannya. Begitupun juga dengan suatu badan/organisasi independen yang bertugas melakukan pemeriksaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan keungan daerah yang dalam hal ini adalah inspektorat. Apabila aparat pemeriksa yang berada didalamnya mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pengawasan pengelolaan keungan daerah, maka pemeriksa yang berada pada inspektorat maupun inspektorat itu sendiri akan mendapatkan pengakuan yang baik dan kepercayaan yang tinggi terhadap badan/organisasi tersebut dari stakeholder.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Auditor belum memenuhi persyaratan apabila ia tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam bidang audit, semakin tinggi tingkat kompetensi auditor maka semakin tinggi juga tingkat kualitas audit yang dihasilkan, (2) independensi berpengaruh positif kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Semakin independen aparat inspektorat maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan, (3) motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Semakin baik tingkat motivasi aparat inspektorat, maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkannya. Karena hanya motivasi yang akan membuat seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada, (4) kompetensi, independensi, dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Kompetensi dan independensi merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seluruh aparat inspektorat, namun belum tentu aparat yang sudah mempunyai kedua standar tersebut dapat melakukan audit yang baik. Hanya dengan motivasi seorang auditor akan memiliki komitmen untuk melakukan audit yang baik. Sehingga dengan komitmen terhadap kelompok atau suatu organisasi dan memiliki inisiatif serta optimisme yang tinggi tujuan yang telah disusun akan tercapai dan telah memenuhi standar yang ada. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dihasilkan, diajukan beberapa saran yaitu: (1) penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan sebuah penelitian dengan metode lainnya, misalnya dengan metode wawancara langsung untuk pengumpulan datanya, (2) penelitian ini terbatas pada objek penelitian auditor sektor publik
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) (pemerintah), peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar memperluas objek penelitian, dan (3) pada penelitian ini, variabel independen yang diteliti berpengaruh terhadap variabel kualitas audit sebesar 65,30%, berarti bahwa ada pengaruh sebesar 34,70% dari variabelvariabel lain di luar model regresi ini. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh variabel-variabel lain yang belum termasuk pada penelitian ini.
Hasanudin. (2013, 5 Maret). Korupsi, Mantan Bupati Buleleng Dihukum 2 Tahun. http://kompas.com, diakses tanggal 6 Mei 2014).
DAFTAR PUSTAKA Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Noveri, Helsa. 2010. Pengaruh Pemahaman Good Governance dengan Independensi Auditor, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dengan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Terhadap Kinerja Auditor Internal, Tesis desertasi Universitas Andalas.
Badjuri, Achmad. (2012). “Analysis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Jawa Tengah)”. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 1, No. 2 (hlm. 120 – 135). Efendy, Muh. Taufiq. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Elder, Randal J., Mark S. Beasly, Alvin A. Arens, Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam .2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Cetakan Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang. http://metrobali.com, Korupsi Bansos, Mantan Bupati Bangli dibui 6 Tahun, diakses tanggal 17 Februari 2014).
Lamatenggo, Moh. Bahrunsyah, Abd Hamid Habbe, Muh Asdar. “Faktor−Faktor Kompetensi Aparatur Inspektorat dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Inspektorat Kabupaten Gorontalo”. Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Septiari, I. A. Angge. 2013. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada 5 Kantor Inspektorat Provinsi Bali). Skripsi. Singaraja: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang tertuang dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2007. Jakarta. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta. Wiyono, Gendro. 2011. 3 in One (Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.