e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017)
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN PADA UNIT TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI BADAN USAHA MILIK DESA (Studi Kasus Pada BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali) 1
Putu Anik Yuliantini, I Gusti Ayu Purnamawati, 2Nyoman Trisna Herawati
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak BUM Desa merupakan salah satu bentukan badan usaha desa dalam meningkatkan kesejahteraan desa lewat optimalisasi sumber daya yang ada di desa. Pembentukan BUM Desa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.39 Tahun 2010 tentang Pembentukan BUM Desa. BUM Desa dalam operasinya diharapkan menunjukan tanggung jawab sosialnya dengan menerapkan akuntansi lingkungan. Dalam kegiatan operasional BUM Desa Desa Tajun yaitu unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu dan unit Pengelolaan Pasar banyak menimbulkan permasalah lingkungan sehingga perlu penanganannya dan pencatatan biaya-biaya terkait penanganan tersebut sebagai wujud dari penerapan akuntansi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis penerapan akuntansi lingkungan dan dampak akuntansi lingkungan pada Unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun. Jenis penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisa data deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, tidak terdapat perlakuan khusus terhadap biaya-biaya lingkungan pada BUM Desa Desa Tajun. BUM Desa Desa Tajun melalui unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu hanya menerapkan akuntansi lingkungan secara normatif, sehingga dapat dikatakan BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun belum menerapkan akuntansi lingkungan secara sempurna. Dampak yang diperoleh dari akuntansi lingkungan adalah memudahkan dalam menganalisis komponen biaya lingkungan terkait pengolahan limbah dan membantu dalam mengambil keputusan terkait pemberian harga kompos, pengedalian biaya overhead dan penganggaran modal. Kata kunci: Limbah, Biaya Lingkungan, Akuntansi Lingkungan
Abstract A Village Owned Business Agency (BUM Desa is one of village business agencies in the framework of improving village prosperity through optimizing resources that are existing in the village. The formation of BUM Desa is in accordance with the Minister of Internal Affairs Regulation No. 39 of 2010 on the formation of BUM Desa which in its operation is expected to show its social responsibility by using environmental accounting. In the operational activities of BUM Desa Tajun many problems faced so that there is a need to tackle them and to record costs related to
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) the tackling as the realization of environmental accounting. This study was aimed at analyzing the use of environmental accounting and the impact of the environmental accounting on the integrated garbage processing place in the village owned business agency ( BUM Desa) Mandala Giri Amertha in Tajun Village. This study belonged to quantitative descriptive research. This study used interview, observation and documentation study. The data obtained were analyzed by comparative descriptive data analysis method. The results showed that there was no special treatment on the environmental costs at BUM Desa of Tajun Village. BUM Desa of Tajun Village through the integrated garbage processing unit only implements environmental accounting normatively, so that it can be said that it has not used environmental accounting fully. The impact of the environmental accounting is that it makes it easy to analyze environment cost components related to the processing of the waste and it helps in making a decision related to the determination of compost cost, the control of the overhead cost and capital budgeting. Keywords: Waste, Environmental Cost, Environmental Accounting
PENDAHULUAN Isu kerusakan lingkungan, penyebab dan dampaknya terhadap kehidupan manusia di masa sekarang maupun dampak di masa yang akan datang menyebabkan seluruh masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Saat ini perusahaan dituntut tidak hanya mengutamakan pemilik dan manajemen, tetapi juga seluruh pihak yang terkait, seperti karyawan, konsumen, serta masyarakat dan lingkungan. Hal ini karena keberadaan perusahaan tidak terlepas dari kepentingan berbagai pihak, salah satunya adalah dukungan lingkungan. Dalam upaya pelestarian lingkungan, ilmu akuntasi berperan melalui pengungkapan sukarela dalam laporan keuangannnya terkait dengan biaya lingkungan atau environmental costs. Sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat akun-akun terkait dengan biaya lingkungan ini disebut dengan environmental accounting (Aniela, 2012). Akuntansi lingkungan adalah suatu istilah yang berupaya untuk mengelompokkan pembiayaan yang dilakukan perusahaan dan pemerintah dalam melakukan konvensi lingkungan ke dalam pos lingkungan dan praktik bisnis perusahaan (Suartana, 2010). Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandan biaya (environmental costs), dan manfaat atau efek (economic benefit), serta menghasilkan efek
perlindungan lingkungan (environmental protection) (Ikhsan, 2008). Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah sejak lama dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program. Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, desa berhak untuk menggali potensi desa dan mengembangkannya dalam suatu badan usaha. Badan usaha yang dapat didirikan oleh desa adalah Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) sesuai dengan yang diatur dalam Bab X Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pengertian BUM Desa atau Badan Usaha Milik Desa menurut Permendagri No. 39 Tahun 2010 tentang BUM Desa adalah usaha desa yang dibentuk atau didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Desa Tajun merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Jumlah Penduduk Desa Tajun sebanyak 6.874 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1.902 KK, dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai petani. Desa Tajun sudah mempunyai BUM Desa yang sudah ada sejak tahun 2010. Nama BUM Desa tersebut adalah Mandala Giri Amertha dengan empat unit bidang operasional yakni Unit Pengelolaan Sarana Air Bersih, Unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu, Unit Simpan Pinjam dan Unit Pengelolaan Pasar.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) Unit pengelolaan pasar memberikan perlindungan terhadap pedagang kecil dan mendudukan masyarakat desa sebagai pelaku ekonomi di pasar desa dengan 72 kios dan lapak pasar sebanyak 28, unit ini penyumbang limbah terbesar setiap harinya. Untuk menyikapi hal tersebut di bentuklah unit TPST oleh BUM Desa. Hal ini menunjukkan bahwa BUM Desa Mandala Giri Amertha dalam unit operasinya tidak hanya bertujuan untuk mencari laba semata, akan tetapi ada satu unit usaha yang memfokuskan kepada kesehatan lingkungan desa tersebut melalui unit TPST Mandala Giri Amertha. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Desa Tajun Bapak Ir. Gede Ardana tentang BUM Desa Desa Tajun yang bergerak dibidang lingkungan hal ini mengindikasikan bahwa terdapat biaya-biaya lingkungan. BUM Desa akan mengeluarkan sejumlah biaya dalam menangani sampah-sampah yang tidak lagi dapat diberdayagunakan, seperti biaya dalam pengangkutan sampah untuk dijual ke DKP Kabupaten Buleleng, ini tentunya terkait biaya transportasi, biaya tenaga angkut dan biaya pemeliharaannya. Sedangkan untuk sampah-sampah yang akan dibakar juga memerlukan sejumlah biaya dalam penangannya, misalnya saja biaya pencegahan polusi, biaya tenaga kerja dan biaya pembelian bahan bakar. Maka dari itu biaya-biaya lingkungan yang terjadi harus dicatat oleh BUM Desa Mandala Giri Amertha sebagai wujud dari penerapan akuntansi lingkungan. Akuntansi lingkungan merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan melaporkan akuntansi lingkungan (Ikhsan, 2008). Unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha selalu mengalami kerugian setiap tahun meskipun sudah mendapat tambahan retribusi dana dari unit operasional yang lain. Maka dari itu penerapan akuntansi lingkungan dapat digunakan untuk menilai tingkat keluaran dan capaian tiap tahun untuk menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang harus berlangsung terus menerus. Akuntansi lingkungan sangat penting dalam hal menyikapi kerugian
tersebut, agar dapat membantu manajemen dalam memutuskan harga, mengendalikan overhead dan pelaporan informasi lingkungan kepada stakeholder. Adanya akuntansi lingkungan dapat pula membantu BUM Desa membuat keputusan mengenai perubahan dalam operasional yang dilakukan unit TPST dalam hal pengelolaan limbah desa sehingga unit yang bertujuan untuk menjadikan lingkungan masyarakat Desa Tajun bersih, tidak mengalami kerugian secara terus menerus dalam operasionalnya. Peraturan BUM Desa yaitu Permendagri No.37 Tahun 2007 yang mengharuskan BUM Desa untuk transparan dalam pelaporan segala biayabiaya yang dikeluarkan selama operasional, termasuk biaya lingkungan. Maka dari itu, penting untuk mengangkat fenomena akuntansi lingkungan yang ada pada laporan keuangan BUM Desa. Teori yang mendukung penyampaian laporan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan adalah legitimacy theory dan stakeholder theory (Deegan, 2004: 292). Legitimacy theory menyatakan bahwa perusahaan akan memastikan bahwa mereka beroperasi dalam batasan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan tempat perusahaan berada. Peneliti menggunakan Legitimacy theory karena BUM Desa Desa Tajun secara kontinu akan beroperasi sesuai dengan batas-batas dan nilai yang diterima oleh masyarakat di sekitar perusahaan dalam usaha untuk mendapatkan legitimasi berkaitan dengan kontrak sosial antara yang dibuat oleh BUM Desa dengan berbagai pihak dalam masyarakat. Stakeholder theory memperhatikan keseluruhan pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Peneliti menggunakan stakeholder theory karena BUM Desa akan berusaha untuk mencapai harapan stakeholder dengan penyampaian aktivitas-aktivitas lingkungan dan sosial. Menurut Hansen dan Mowen (2007), biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu (1) Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs); (2) Biaya deteksi lingkungan (environmental detection
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) costs); (3) Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure costs); (4) Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure costs). Terdapat beberapa komponen pembiayaan yang harus dihitung dalam akuntansi lingkungan, yaitu (Handayani, 2010) (1) Biaya operasional bisnis, (2) Biaya daur ulang limbah, (3) biaya penelitian dan pengembangan yang terdiri dari biaya total untuk material, tenaga ahli,dan tenaga kerja. Akuntansi Lingkungan memberikan laporan bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Penggunaan internal akuntansi lingkungan menghasilkan informasi lingkungan untuk membantu membuat keputusan manajemen mengenai tingkat harga, pengendalian overhead pabrik, dan penganggaran modal, sedangkan untuk kepentingan eksternal, akuntansi lingkungan mengungkapkan informasi lingkungan untuk kepentingan publik dan masyarakat keuangan lainnya. Informasi tersebut disajikan dalam laporan keuangan perusahaan (akuntansi keuangan lingkungan) dalam bentuk data keuangan. Menurut Ikhsan, (2008) tujuan dan maksud dikembangkannya akuntansi lingkungan adalah akuntansi lingkungan sebagai alat manajemen lingkungan yang digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan konservasi lingkungan dan akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat digunakan untuk menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi lingkungan dan hasilnya kepada publik. Regulasi mengenai akuntansi pertanggungjawaban sosial di Indonesia telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 57 yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Akuntansi dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan juga telah diatur SAK. PSAK No 1 paragraf 9 telah memberikan penjelasan mengenai penyajian dampak lingkungan sebagai berikut. “Perusahaan menyajikan laporan tambahan mengenai lingkungan hidup (atau nilai tambah), khususnya bagi industri dengan sumber daya utama terkait
dengan lingkungan hidup (atau karyawan dan stakeholder lainnya sebagai pengguna laporan keuangan penting)”. Menurut Mulyani, (2011) terdapat lima tahap dalam pengelompokan analisis lingkungan yaitu: (1) Identifikasi, (2) Pengakuan, (3) Pengukuran, (4) Penyajian (5) Pengungkapan. Akuntansi lingkungan memberikan peran dalam tiga perwujudan akuntansi, yaitu: Pertama, akuntansi keuangan, akuntansi lingkungan berperan untuk memberikan tambahan informasi melalui pengungkapan (disclosure) wajar atau dalam data kuantitatif pada komponen laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala serta menunjukkan kegiatan dan hasil operasional perusahaan yang mencakup dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kedua, akuntansi biaya, akuntansi lingkungan digunakan untuk alokasi biaya yang wajar dan pengendalian segala aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan perusahaan. Ketiga, akuntansi manjemen, akuntansi lingkungan berperan dalam pengambilan keputusan manajemen. Perusahaan-perusahaan perlu mengidentifikasi dampak lingkungan yang potensial dan pengaruhnya dalam setiap proses dan mengevaluasi sumber daya manajerial yang dialokasikan dengan tepat untuk pengaruh lingkungan (Ismail et al., 2007). Menurut Anelia, (2011) terdapat beberapa alasan yang mendukung pelaksanaan akuntansi lingkungan yaitu: (1) Biaya lingkungan jika tidak mendapatkan perhatian khusus akan menjadi tidak jelas dan masuk dalam akun overhead atau bahkan akan diabaikan. (2) Banyak perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan dapat diimbangi dengan menghasilkan pendapatan melalui penjualan limbah sebagai suatu produk. (3) Pengelolaan biaya lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan perbaikan kinerja lingkungan dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan manusia serta keberhasilan perusahaan. (4) Memahami biaya lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat mendorong penetapan biaya dan harga produk lebih akurat dan dapat membantu perusahaan dalam mendesain proses
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) produksi, barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan untuk masa depan. (5) Akuntansi untuk biaya lingkungan dan kinerja lingkungan dapat mendukung perkembangan perusahaan dan operasi dari sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan. Penelitian terkait penerapan akuntansi lingkungan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti pada penelitian Haryanto (2013) yang bertujuan untuk mengetahui penerapan akuntansi lingkungan dalam RSU Muhamadyah Jogjakarta menunjukan bahwa RSU Muhamadyah Jogjakarta menggunakan model normatif dalam perlakuan biaya lingkungan yaitu dengan menggabungkan rekening biaya-biaya dalam satu pos biaya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2014) yang bertujuan untuk mengjkaji penerapan akuntansi lingkungan pada RK Charitas Palembang menunjukan bahwa perlakuan akuntansi biaya yang dilakukan oleh RK Charitas Palembangdilakukan dengan pengakuan biaya lingkungan yang dicatat oleh Bagian Sanitasi Lingkungan yang diakui sebagai salah satu aset tetap. Berkaitan dengan hal tersebut, maka masalah yang akan dikaji dan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: (1) Bagaimana bentuk penerapan akuntansi lingkungan pada unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Mandala Giri Amertha?, (2) Bagaimana dampak penerapan akuntansi lingkungan pada unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Mandala Giri Amertha?. METODE Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan juga menentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai, sehingga dalam melaksanakan penelitian rancangan penelitian sangat diperlukan dari tahap awal hingga tahap pelaporan hasil. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang berupa studi kasus. Maksud dan Tujuan digunakan metode ini adalah mengetahui sejauh mana
kebenaran atas informasi yang didapat, apakah dapat dipertanggungjawabkan atau memudahkan dalam mengambil kesimpulan berdasarkan nilai yang dihasilkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlakuan akuntansi lingkungan pada Unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di BUM Desa Mandala Giri Amertha. Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini adalah Akuntansi lingkungan atau green accounting merupakan akuntansi yang di dalamnya terdapat identifikasi, pengukuran, dan alokasi biaya lingkungan, dimana biaya-biaya lingkungan ini akan diintegrasikan dalam pengambilan keputusan bisnis, dan selanjutnya akan dikomunikasikan kepada para stakeholders di BUM Desa Desa Tajun. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data kualitatif, data kualitatif dalam penelitian ini berupa profil BUM Desa, struktur organisasi, informasi terkait pengelolaan limbah dan lain sebagainya, (2) Data kuantitatif, data kuantitatif dalam penelitian ini adalah jumlah atau angka yang terdapat dalam laporan keuangan BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun, sehingga dengan melihat laporan tersebut, maka peneliti menjadi lebih paham dan bisa melakukan analisis data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data sekunder, dan (2) Data primer. Informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive yang terdiri dari Kepala Desa Tajun sebagai informan kunci, Ketua BUM Desa Mandala Giri Amertha sebagai informan utama, Bendahara TPST Mandala Giri Amertha sebagai informan untuk mengetahui laporan keuangan unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha, dan Masyarakat Desa Tajun yang ditunjuk secara purposive. Metode analisa data yang digunakan peneliti adalah metode analisis deskriptif komparatif, dalam hal ini peneliti mendeskripsikan hasil temuan yang berasal dari data terkumpul, kemudian dibandingkan dengan metode penerapan akuntansi lingkungan dan teori yang berkembang di kalangan akademik mengenai penerapan akuntansi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) lingkungan di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun. Terkait dengan analisis perlakuan akuntansi lingkungan dilakukan berdasarkan pembagian biaya lingkungan sesuai dengan teori Hansen & Mowen. Untuk memperoleh data yang valid dan aktual, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangunan di Desa tajun selalu memperhatikan tiga konsep yang akan digunakan sebagai acuan dalam aktivitasnya, dimana yang pertama harus memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang ada di desa, kemudian harus berpihak kepada masyarakat miskin, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Pada tanggal 20 November 2010 Pemeritah Desa Tajun mengadakan musyawarah desa untuk membahas rencana pembentukan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan potensi yang ada di Desa Tajun. Dalam musyawarah tersebut di hadiri oleh tokoh–tokoh masyarakat desa, BPD, LPM, Kepala Dusun sewilayah Desa Tajun yang bertempat di Aula Kantor Desa Tajun. Setelah dilaksanakan musyawarah desa, maka secara resmi BUM Desa Mandala Giri Amertha mulai berdiri tanggal 22 Desember 2010 dengan Unit Usaha yang di bentuk adalah (1) Unit Pengelolaan Sarana (UPS) Air Bersih, (2) Unit Simpan Pinjam, (3) Unit Pengelolaan Pasar dan (4) Unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu. Dalam menjalankan kegiatan operasional BUM Desa, BUM Desa Mandala Giri Amertha memiliki struktur organisasi sebagai garis komando baik vertikal maupun horizontal sehingga mudah melakukan kordinasi dalam setiap kegiatan. Struktur organisasi BUM Desa Desa Tajun dibagi menjadi empat bidang atau unit dalam mengelola dan menjalankan operasional yang terkait langsung terhadap kebutuhan warga masyarakat Desa Tajun. BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun memiliki tujuan untuk meningkatkan pendapatan asli Desa Tajun dalam rangka
meningkatkan kemampuan Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan serta Pelayanan masyarakat. Dari tujuan tersebut, penting bagi BUM Desa Mandala Giri Amertha untuk mengkaji kegiatan operasional yang dapat mendukung tujuan berdirinya BUM Desa. Menurut Peraturan Desa Tajun Nomor 04 Tahun 2010, yang telah diperbaharui menjadi Peraturan Desa Tajun Nomor 4 BAB III Tahun 2015 tentang jenis dan pengembangan usaha BUM Desa Mandala Giri Amartha telah ditetapkan sebagai berikut: (1) Pelayanan jasa, (2) Perdagangan sarana poduksi, (3) penyaluran Sembilan bahan kebutuhan pokok masyarakat, (4) Pertambangan dan Energi khusus untuk pengelolaan pertambangan bahan galian golongan C dengan luas di bawah satu hektar tanpa menggunakan alat berat, (5) Perindustrian, (6) Pariwisata, (7) Perhubungan, (8) Pekerjaan umum yang meliputi pemeliharaan rutin jalan kabupaten yang ada di desa yang terdiri dari pembersihan semak, pembersihan saluran irigasi meliputi pembangunan, pengawasan dan pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfaatan air bersih, dan pengelolaan pemeliharaan pompanisasi, jaringan irigasi yang ada di desa. Dari uraian tersebut, maka dapat kita tinjau bahwa jenis dan pengembangan usaha yang di lakukan BUM Desa Mandala Giri amertha berkaitan dengan aspek akuntansi berbasis lingkungan. Sangat terlihat pada point ke delapan, yang menyatakan tentang lingkup pekerjaan umum membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam kegiatan operasinya. Atas sikap penanganan dan antisipasi BUM Desa Mandala Giri Amertha terhadap masalah pekerjaan umum menjadi poin penting, tidak terlepas dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Sampah yang sudah termasuk ke dalam kategori limbah tidak berdaya guna bagi masyarakat awam di rubah menjadi sesuatu yang bermanfaat oleh BUM Desa Mandala Giri Amertha melalui unit TPST. Sisa-sisa yang didapatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh unit TPST adalah
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) sampah organik yang diolah menjadi pupuk kompos, sampah non-organik yang akan di jual kepada pihak DKP, dan sampah yang sudah tidak memiliki nilai residu akan di kumpulkan untuk kemudian di bakar. BUM Desa akan mengeluarkan sejumlah biaya dalam menangani sampah-sampah yang sudah tidak berdaya guna misalnya saja biaya pencegahan polusi, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian bahan bakar. Tidak menjadi halangan bagi unit TPST apabila memerlukan sesuatu yang sifatnya materi dalam mengatasi limbah yang ada karena telah disiapkan oleh BUM Desa Mandala Giri Amertha. Setelah penulis melakukan wawancara dan observasi, maka dapat diuraikan mengenai analisis penerapan akuntansi lingkungan dan dampak penerapan akuntansi lingkungan pada unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha. Suatu laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Gunawan, 2015). Berdasarkan analisa terhadap laporan keuangan yang ada pada BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun ini, bahwa Unit TPST BUM Desa Mandala Giri Amertha tidak membuat tahap pencatatan (jurnal umum), buku besar, perubahan ekuitas, laporan neraca dan laporan terkait lainnya. Unit TPST BUM Desa Mandala Giri Amertha hanya membuat sejumlah laporan keuangan yang sederhana dan ringkas yaitu laporan arus kas dan laporan laba rugi. Analisis Laporan Arus Kas Laporan keuangan unit TPST BUM Desa Mandala Giri Amertha disamakan dengan laopran arus kas selama periode operasional BUM Desa. Menurut Suwardjono, (2009) laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang memberikan gambaran dan informasi terkait kas masuk dan kas keluar selama periode transaksi dalam suatu perusahaan. Laporan arus kas BUM Desa Desa Tajun, khususnya dalam unit TPST
terdiri atas kas awal Desember 2014 sebesar Rp 10.778.100, kas dari hasil pemasukan sebesar Rp 56.163.000, kas keluar sebagai biaya sebesar Rp 62.980.200 dan kas akhir desember 2015 sebesar Rp 3.960.900. Unit TPST juga telah melakukan pemeliharaan dan perbaikan beberapa kendaraan, baik pengangkut sampah organik maupun pengangkut sampah non-organik dalam penjualan nanti ke DKP. Alat-alat dalam penanganan limbah-limbah khususnya limbah non-organik tidak dicatat secara spesifik oleh pihak BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun, yang dicatat hanya alat-alat yang ada dalam operasional pengomposan saja. Untuk rincian alat yang digunakan dalam unit TPST dicatat dan diakui sebagai mesin yaitu: (1) Mesin pencacah berfungsi sebagai penghancur sampah organik, (2) Mesin Ampad berfungsi sebagai penghalus pupuk, (3) Motor Tiga Roda berfungsi sebagai pengangkut sampah dari rumah tangga ke TPST, (4) Pick Up berfungsi sebagai pengangkut sampah non-organik ke DKP. Analisis Laporan Laba-Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan ringkasan dari hasil kegiatan perusahaan selama satu periode akuntansi sehingga laporan ini dipandang sebagai laporan yang paling penting dalam laporan tahunan (Margareta, 2012). Laporan laba-rugi BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun khususnya dalam unit TPST terdiri atas pendapatan operasional, biaya operasional dan biaya atau rugi operasional. Analisis penerapan akuntansi lingkungan dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pegawai bagian akuntansi di BUM Desa Mandala Giri Amertha khususnya dalam unit TPST untuk mengetahui pencatatan biaya-biaya lingkungan pada laporan aktivitas BUM Desa. Setelah dilakukan penelusuran dari bagian pembukuan dan wawancara di TPST Mandala Giri Amertha, maka diperoleh informasi bahwa biaya-biaya lingkungan dicatat sebagai biaya operasional. Berikut komponen biaya operasional unit TPST pada BUM Desa Mandala Giri Amertha.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017)
Tabel 1. Biaya Operasional Unit TPST pada BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun Tahun 2015 Uraian 31 Desember 2015 Biaya Tenaga Kerja Rp 53.300.000 Biaya Operasional Kendaraan Rp 2.896.000 ATK Biaya Perjalanan Dinas Rp 80.000 Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin Rp 2.830.000 Barang dan Jasa pihak Ketiga Biaya Operasional Mesin Pencacah Rp 240.000 Biaya Operasional Mesin Ampad Rp 485.000 Biaya Operasional lainnya Rp 2.149.200 Jumlah Biaya Operasional Rp 62.980.200 Sumber: Laporan Aktivitas BUM Desa Desa Tajun Pada Unit TPST Tahun 2015, (data diolah peneliti) Dari komponen biaya operasional diatas terdapat biaya-biaya lingkungan yang tidak diakui secara khusus oleh unit TPST Mandala Giri Amertha BUM Desa Desa Tajun. Biaya operasional yang dicatat oleh unit TPST Mandala Giri Amertha merupakan biaya-biaya yang timbul dalam hal pengelolaan limbah desa. Seluruh biaya yang dikeluarkan baik dari biaya tenaga kerja hingga biaya operasional lainnya merupakan biaya yang dikeluarkan guna menganggulangi pencemaran lingkungan dengan cara mengelola limbah yang dihasilkan oleh aktivitas BUM Desa dan limbah yang dihasilkan masyarakat Desa Tajun. Pencatatan biaya-biaya lingkungan dalam laporan aktivitas tersebut adalah sebagai berikut: (1) Biaya tenaga kerja, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak BUM Desa dalam pengelolaan sampah organik menjadi kompos, biaya pengangkut sampah, biaya tenaga kerja pengelola, biaya tenaga pembakar sampah dan biaya bagi tukang yang mengatur tempat pengumpulan sampah. (2) Biaya operasional kendaraan, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh BUM Desa dalam mengoperasikan kendaraan seperti motor roda tiga dan pick-up. Biaya ini meliputi pembelian bahan bakar bagi kendaraan. (3) Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin dan kendaraan, merupakan biaya yang dikeluarkan BUM Desa dalm hal menjaga keberlanjutan mesin dan
kendaraan operasi. Misalnya saja, jasa reparasi atau service mesin dan kendaraan operasi. (4) Biaya operasional lain, merupakan biaya yang tidak dicatat oleh pihak BUM Desa secara spesifik karena biaya ini terjadi secara insidental, misalnya saja biaya untuk pembakaran sampah atau limbah non-organik yang tidak berdayaguna, serta biaya pengalihan asap pembakaran agar tidak menyebabkan polusi. Seperti hasil kutipan wawancara dengan bapak Ketut Latrayasa selaku bendahara TPST, berikut ini. “Biaya untuk membakar sampah itu, seperti membeli minyak tanah, korek dan biaya terkait lainnya yang berhubungan dengan pembakaran limbah itu masuk ke biaya operasional lainnya. Kalau biaya tenaga kerja itu ya,,tenaga kerja yang ada di TPST ini dik, kalau yang mengangkut atau tukang angkut sampah untuk dibawa ke DKP juga masuk disana.” (wawancara tanggal 6 November 2016). Berdasarkan pemaparan dan hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terdapat pos-pos khusus yang menunjukan biaya yang terkait dengan pengelolaan limbah BUM Desa. Unit TPST BUM Desa Mandala Giri Amertha mencatat biaya-biaya tersebut dalam rekening yang serumpun, dalam hal ini diakui sebagai biaya operasional
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) disebabkan oleh tidak adanya standar baku yang mengatur nama-nama rekening untuk pelaporan biaya yang terkait dengan lingkungan. Analisis Tahap Perlakuan Akuntansi Lingkungan Pada Unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun Akuntansi lingkungan sebagai sebuah metode untuk mengungkapan biaya-biaya lingkungan yang terjadi dalam suatu badan usaha memerlukan beberapa tahapan. Tahap-tahap pelaporan akuntansi memiliki kaitan yang erat terhadap perjalanan sebuah rekening untuk diakui atau diungkapkan dalam laporan keuangan (Margareta,2012). Berikut merupakan tahapan perlakuan akuntansi lingkungan di BUM Desa Desa Tajun, yakni: (1) Pengidentifikasian, unit TPST BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun mengidentifikasi biaya-biaya sehubungan dengan pengolahan sampah organik dan non-organik, biaya tenaga kerja dan biaya pemeliharaan mesin operasi dalam hal menjaga kelestarian lingkungan yang teridentifikasi sebagai biaya lingkungan pada BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun sebesar Rp 62.980.200. (2) Pengakuan, unit TPST BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun mengakui elemen biaya saat biaya tersebut terjadi dalam upaya pengelolaan limbah di desa. Pembiayaannya dilakukan setiap bulan dan ditotalkan pada akhir periode akuntansi untuk dilaporkan dalam laporan keuangan. (3) Pengukuran, BUM Desa mengukur biaya-biaya lingkungan yang dikeluarkan (dalam hal pengolahan limbah desa) menggunakan satuan moneter rupiah dengan acuan realisasi biaya pada periode sebelumnya dan sebesar kos yang dikeluarkan.(4) Penyajian, biaya lingkungan di dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap laporan aktivitas BUM Desa, biaya lingkungan terjadi pada TPST Mandala Giri Amertha secara umum disajikan dalam biaya operasional. Tidak ada penyajian secara khusus pada biaya-biaya yang berhubungan dengan pengolahan limbah BUM Desa. (5) Pengungkapan, Haryono (2013) menyatakan bahwa
perusahaan diharuskan mengungkapkan aktivitas lingkungan yang terkait erat dengan limbah produksi atau buangan sebagai laporan tambahan. Berdasarkan hasil penelitian, BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun tidak membuat laporan khusus terkait biaya-biaya lingkungan dan menyajikan biaya-biaya tersebut dalam rekening yang serumpun di dalam laporan aktivitasnya. Berdasarkan model pengungkapan yang disampaikan oleh Haryanto (2003), maka BUM DesaMandala Giri Amertha Desa Tajun menggunakan model normatif dalam pelaporan biaya lingkungannya. Model normatif ini mencatat dan mengakui biaya-biaya lingkungan secara keseluruhan yakni dalam lingkup satu ruang rekening secara umum bersama rekening lain yang serumpun. Penerapan model normatif sebagai model pelaporan biaya lingkungan terkait penanganan limbah dari kegiatan utama di TPST Mandala Giri Amertha, menyebabkan biaya-biaya tersebut masih sulit untuk dilihat bagi pengguna laporan keuangan. Secara umum berdasarkan teori yang ada, BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun belum menerapkan akuntansi lingkungan secara sempurna. Rekomendasi Penerapan Akuntansi Lingkungan bagi Unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mengharuskan bagi perusahaan yang berpotensi menghasilkan limbah untuk mengungkapkan aktivitas lingkungan terkait sangat erat dengan limbah produksi sebagai laporan tambahan. Selama ini unit TPST Mandala Giri Amertha di BUM Desa Desa Tajun, menyajikan biaya lingkungan (dalam hal biaya pengolahan limbah) dalam kelompok biaya operasional dalam laporan laba rugi. Unit TPST Mandala Giri Amertha di BUM Desa Desa Tajun belum melaporkan dan menyajikan biaya lingkungan dalam laporan secara khusus. Berikut ini merupakan contoh yang dapat dibuat berdasarkan biaya-biaya lingkungan terkait pengolahan limbah desa yang terjadi pada unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017)
Tabel 2. Contoh Laporan Biaya Lingkungan Unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun Laporan Biaya Lingkungan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015 Biaya Lingkungan
Jumlah (Dalam Rupiah)
Biaya Pencegahan Lingkungan Biaya jasa pegawai daur ulang limbah Biaya pelatihan karyawan Biaya Deteksi Lingkungan Biaya pilah sampah Biaya pemeliharaan kendaraan dan mesin Biaya Kegagalan Internal Lingkungan Biaya bahan bakar minyak mobil pengangkut limbah Biaya bahan bakar minyak motor tiga roda Biaya bahan bakar minyak tanah Biaya bahan bakar bensin mesin ampad Biaya bahan bakar solar mesin pencacah Pembelian karung untuk sampah plastik Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan Jumlah Biaya Lingkungan
52.500.000 80.000 1.800.000 2.830.000 2.061.000 835.000 278.000 485.000 240.000 562.200 61.671.200
Sumber: Biaya Lingkungan Unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun Tahun 2015 (Data Diolah Peneliti) Tabel 3. Laporan Keuangan Lingkungan Unit TPST BUM Desa Mandala Giri Amertha Laporan Keuangan Lingkungan Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2015 Total kerugian lingkungan Biaya pencegahan lingkungan Biaya deteksi lingkungan Biaya kegagalan internal lingkungan Biaya kegagalan eksternal lingkungan Total Biaya Lingkungan Sumber: Hasil Wawancara dan Observasi , 2016 Berdasarkan informasi mengenai biaya lingkungan menurut Hansen & Mowen, maka biaya lingkungan yang terjadi pada unit TPST di BUM Desa Mandala Giri Amertha Desa Tajun tahun 2015 dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Biaya pencegahan lingkungan sebesar Rp 52.580.000,00. (2) Biaya deteksi lingkungan sebesar Rp 4.630.000,00. (3) Biaya Kegagalan Internal sebesar Rp4.461.200. (4) Tidak terjadi kerugian biaya eksternal lingkungan pada unit TPST di BUM Desa Mandala
Rp 6.817.200 Rp 52.580.000 Rp 4.630.000 Rp 4.461.200 Rp 61.671.200
Giri Amertha seperti halnya memulihkan tanah karena unit TPST Mandala Giri Amertha Desa Tajun tidak pernah melakukan pembuangan limbah yang sudah tidak bermanfaat ke luar lingkungan TPST yang menyebabkan kerugian pada masyarakat dan lingkungan sekitar. Total Biaya yang dikeluarkan dalam mengolah limbah desa pada tahun 2015 adalah sebesar Rp 61.671.200,00. Berbeda dengan jumlah yang tercata dalam laporan laba rugi yang di buat oleh unit TPST Mandala Giri Amertha dengan selisih
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) perbedaan sebesar Rp 1.309.000,00. Perbedaan tersebut muncul karena dalam biaya operasional lainnya mencatat biaya biaya yang dikeluarkan untuk jamuan tamu, membeli korek api , dupa, dan air galon. Biaya untuk pengeluaran tersebut seharusnya dapat diminimkan. Dampak Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada Unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Mandala Giri Amertha Adanya akuntansi lingkungan dapat mendorong pertanggungjawaban entitas dan meningkatkan transparansi lingkungan. Tujuan dari akuntansi lingkungan.Dengan melihat aktivitas yang dilakukan oleh unit TPST maka dapat dijelaskan bahwa aktivitas tersebut bukan tanpa mengeluarkan biaya. Unit TPST Mandala Giri Amertha menerapkan akuntansi lingkungan sebagai wujud dari pertanggungjawaban operasional mereka terkait dengan pengolahan limbah desa. BUM Desa Mandala Giri Amertha menerapkan akuntansi lingkungan untuk menganalisis komponen biaya lingkungan terkait pengolahan limbah serta untuk menganalisis perlakuan akuntansi biaya lingkungan terhadap pengelolaan limbah. Dampak yang dirasakan dengan dilakukannya pencatatan akuntansi lingkungan adalah (1) Penerapan akuntansi lingkungan memungkinkan untuk mengelola dan menganalisis biaya lingkungan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, serta mempertimbangkan pelestarian lingkungan yang efektif dan efisien melalui pengambilan keputusan yang tepat. (2) Memberikan informasi mengenai pengelolaan internal, yaitu keputusan manajemen mengenai pemberian harga kompos, pengendalian biaya overhead dan penganggaran modal. (3) Membantu para pengguna informasi dalam pengambilan keputusan untuk kebijakan atau program perusahaan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan di masa yang akan datang. (4) Memudahkan dalam pengambilan keputusan dan merencanakan strategi pencapaian laba yang diperoleh unit TPST Mandala Giri Amertha.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap analisis penerapan akuntansi lingkungan pada unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Mandala Giri Amertha dapat disimpulkan bahwa BUM Desa Desa Tajun khususnya dalam unit TPST tidak menyajikan biaya lingkungan secara spesifik pada laporan keuangannya. Biaya-biaya lingkungan yang terjadi dimasukan dalam rekening serumpun dalam laporan aktivitas operasi yaitu dalam biaya operasional. Maka dari itu, unit TPST BUM Desa Desa Tajun dapat dikatakan menerapkan model normatif dalam pengakuan biaya lingkungan dalam penyusunan laporan keuangannya sehingga biaya-biaya tersebut masih sulit untuk dilihat bagi pengguna laporan keuangan. Adapun dampak dari akuntansi lingkungan terkait pengolahan limbah yaitu: (1) Penerapan akuntansi lingkungan memungkinkan untuk mengelola dan menganalisis biaya lingkungan dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, serta mempertimbangkan pelestarian lingkungan yang efektif dan efisien melalui pengambilan keputusan yang tepat. (2) Memberikan informasi mengenai pengelolaan internal, yaitu keputusan manajemen mengenai pemberian harga kompos, pengendalian biaya overhead dan penganggaran modal. (3) Membantu para pengguna informasi dalam pengambilan keputusan untuk kebijakan atau program perusahaan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan di masa yang akan datang. (4) Memudahkan menganalisis komponen biaya lingkungan terkait pengolahan limbah. (5) Memudahkan dalam pengambilan keputusan dan merencanakan strategi pencapaian laba yang diperoleh unit TPST Mandala Giri Amertha. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat diberikan yaitu, diharapkan BUM Desa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 7 No: 1 Tahun 2017) Mandala Giri Amertha Desa Tajun khususnya unit TPST Mandala Giri Amertha untuk membuat laporan keuangan terkait biaya lingkungan yang lebih spesifik dalam laporan keuangan terpisah dan sederhana. Hal ini diperlukan, sehingga lebih mudah untuk mengidentifikasi biaya-biaya yang terjadi terkait lingkungan tempat BUM Desa itu beroperasi. Selain itu, pada saat pembakaran sampah mohon untuk lebih memperhatikan lokasi pembakaran, sehingga tidak merusak lingkungan dan membahayakan masyarakat akibat polusi udara.
DAFTAR PUSTAKA Aniela, Yoshi. 2012. Peran Akuntansi Lingkungan Dalam Meningkatkan Kinerja Lingkungan Dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1, No. 1, Januari 2012.
Haryono, Jusup. Al. 2013. Dasar-dasar Akuntansi. Yokyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Yogyakarta: Graha ilmu. Ismail, M., A, Seetharaman, & Saravanan. 2007. Environmental Accounting as a Tool for Environmental Management System. Jasem, (online). Vol. 11 No. (2), hal: 137-145. Margareta, Veny S. 2012. “Penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah Sakit Umum Medika Sari”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Bina Nusantara. Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, 2010. Jakarta
Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. Sydney: McGraw-Hill Book Company.
Suwardjono. 2009. Teori akuntansi: perekayasaan pelaporan keuangan. (ed. III). Yogyakarta: BPFE.
Departemen Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta
Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Lingkungan dan Tripple Bottom Line Accounting: Paradigma Baru Akuntansi Bernilai Tambah. Jurnal Bumi Lestari, Vol.10, No.1, hlm: 105 112.
Gunawan, Surya Darmawan & Ayu Purnamawati. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Propitabilitas, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 03, No.01. Hansen & Mowen (2006). Akuntansi Manjerial. (Diterjemahkan oleh : Dewi Fitriasari & Deny Arnos Kwary). Jilid 1. Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat. Haryanto. 2003. “Penerapan Akuntansi Lingkungan Dalam RSU Muhamadyah Jogjakarta”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: UMY.
Susanti.
2014. “Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada RK CHaritas Palembang”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Palembang: Universitas Truna Merdeka.