e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013) 1
Nyoman Ari Setiawan Jaya Sasmita Gede Adi Yuniarta, 2Nyoman Ari Surya Darmawan
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail : {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Opini audit going concern merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan para pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Opini audit going concern yang diterima oleh suatu perusahaan menunjukkan bahwa adanya keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 sebagai sampel penelitian. Sampel penelitian berjumlah 11 perusahaan atau 55 data observasi yang dipilih dengan mengunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Sedangkan variabel leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, dan auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going conceren. Kata kunci: going concern, leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure. Abstract Going concern auditing opinion could become one thing to be considered by the financial repport users to make decisions before making investment. Going concern auditing opinion accepted by a company indicates the auditor’s scepticism occurs about the life sustainability of the company. The aim of this study was to find out the effect of the leverage factor, the growth of the companies, auditing quality, the previous auditing opinion, and auditor client tenure on the possible acceptance of the going concern audit opinion.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) This study involved 11 or 55 observation data manufacture companies listed in BEI during the periode of 2009-2013 selected based on purposive sampling method as the sample. The hypothesis was tested by using logistic regression analysis. The results indicated that the previous audit opinion had a positive effect on the going concern audit opinion. While leverage variable, company’s growth, audit quality, and auditor client tenure had no effect on the going concern audit opinion. Key-words: going concern, leverage, company’s growth, audit quality, previous year audit opinion, auditor client tenure
PENDAHULUAN Krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dampak krisis keuangan di Indonesia terhadap sektor keuangan sudah dirasakan selama tahun 2008, yaitu dengan anjloknya nilai tukar rupiah, turunnya indeks harga saham karena larinya investor asing, pelarian modal baik dari bursa saham maupun pasar obligasi Pemerintah. Akibatnya likuiditas sektor keuangan sangat ketat, inflasi tinggi, tingginya risiko usaha, dan makin besarnya cost of money. Salah satu yang mendapat sorotan adalah kelangsungan hidup perusahaan. Ketika suatu perusahaan mengalami permasalahan keuangan (financial distress), kegiatan operasional akan terganggu, yang akhirnya berdampak pada tingginya resiko yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya di masa mendatang, hal ini akan berpengaruh terhadap opini audit yang di berikan oleh auditor. Para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan. Namun, masalah yang sering dihadapi oleh auditor untuk dalam memberikan opini going concern adalah bahwa sangat sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan, sehingga banyak auditor yang mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern. Penyebab auditor mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern
adalah hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya. Mutchler (1985) dalam Januarti (2009) menyebutkan kriteria perusahaan akan menerima opini going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern tahun sebelumnya, dalam proses likuidasi, modal yang negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, 2 samapai 3 tahun berturut-turut rugi, laba ditahan negatif. Oleh karena itu, kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure. Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: (1) apakah leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (2) apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (3) apakah kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (4) apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, (5) apakah auditor client tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) audit, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure terhadap penerimaan opini audit going concern. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992 dalam Widyantari, 2011). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2008) menyatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Jadi berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini dapat disusun hipotesis yang pertama sebagai berikut: H1 : Leverage berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman, 1968 dalam Widyantari, 2011). Penelitian Fanny dan Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) menemukan bahwa pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Jadi berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini dapat disusun hipotesis yang kedua sebagai berikut: H2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. DeAngelo (1981) dalam Widyantari (2011) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Mutchler et al. (1997) dalam Widyantari (2011) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor nonBig 6. Namun penelitian Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007) menemukan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Jadi berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini dapat disusun hipotesis yang ketiga sebagai berikut: H3 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Mutchler (1984) dalam Widyantari (2011) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), serta Putra (2010) yang menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern. Jadi berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini dapat disusun hipotesis yang keempat sebagai berikut: H4 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Auditor client tenure atau audit firm tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan dengan auditee yang sama (Espahbodi, 1991 dalam Januarti, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa auditor client tenure berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) menemukan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Jadi berdasarkan uraian di atas maka pada penelitian ini dapat disusun hipotesis yang keempat sebagai berikut: H5: Auditor client tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan dan referensi penelitian pasar modal mengenai faktorfaktor yang berpengaruh pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi praktisi kantor akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan penilaian mengenai keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
Metode Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Sedangkan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini audit dan daftar perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini: variabel independen yaitu: leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opini audit going concern tahun sebelumnya, auditor client tenure, dan variabel dependen yaitu opini audit going concern. Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data laporan keuangan dengan mengakses dan mengunduh situs resmi Bursa Efek Indonesia melalui website www.co.id. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan situs resmi BEI berupa laporan keuangan auditan perusahaan sampel selama periode amatan yaitu tahun 2009-2013. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Siagian dan Sugiarto, 2002 dalam Rudyawan, 2008). Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah: (1) terdaftar di BEI selama periode penelitian (2009-2013), (2) mengalami laba bersih yang negatif sekurangnya 2 periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2009-2013). Laba bersih yang negatif digunakan untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah dan memiliki
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) kecenderungan untuk menerima opini audit going concern, (3) data yang dibutuhkan terdsedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2009-2013, (4) menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai 31 Desember dan Rupiah sebagai mata uang pelaporan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2007). Analisis regresi logistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS). Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam persamaan berikut. ln = α + β1L + β2PP + β3KA + β4OATS + β5ACT + ε (1) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian dengan statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 1.
menerima opini audit non going concern. Nilai rata-rata leverage (L) sebesar 0,93727 menunjukkan bahwa 93,727 persen aset perusahaan yang menjadi sampel dibelanjai dengan utang dan perusahaan yang menjadi sampel sebagian besar memiliki modal yang negatif (difisiensi modal). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel memiliki beban yang tinggi di masa datang yang akan mengancam kelangsungan usahanya. Nilai rata-rata pertumbuhan perusahaan (PP) yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan menghasilkan nilai yang positif yaitu sebesar 0,020281 dengan nilai minimum -0,9149158 dan maksimum 2,554214. Nilai rata-rata yang positif menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan sampel mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan penjualan bersihnya. Nilai minimum sebesar 0,9149158 menunjukkan ada perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif, namun sebaliknya ada pula perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dengan nilai maksimum 2,554214. Nilai rata-rata kualitas
Tabel 1. Statistik Deskriptif
OGC L PP KA OATS ACT Valid N (listwise)
N Minimum 55 0 55 ,039549040 55 -,914915805 55 0 55 0 55 1 55
Maximum
Mean 1 ,47 2,554214021 ,93727167893 2,943010211 ,02028111415 1 ,36 1 ,47 5 2,05
Std. Deviation ,504 ,579461207520 ,520770453193 ,485 ,504 1,224
Sumber: data diolah 2014.
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan hasilnya sebagai berikut, nilai rata-rata opini audit going concern (OGC) sebesar 0,47 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going concern lebih sedikit muncul. Dari 55 perusahaan yang menjadi sampel penelitian, 26 perusahaan menerima opini audit going concern, dan 28 perusahaan
audit (KA) sebesar 0,36 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa kualitas audit dengan kode 1, yakni KAP yang berafiliasi dengan Big 4 lebih sedikit muncul dari 55 sampel perusahaan yang diteliti. Dari 55 sampel perusahaan yang diteliti, 20 sampel perusahaan diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big 4, dan 35 sampel perusahaan diaudit oleh KAP yang tidak berafiliasi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) dengan Big 4. Nilai rata-rata opini audit tahun sebelumnya (OATS) sebesar 0,47 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya dengan kode 1, yakni menerima opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 55 sampel perusahaan yang diteliti. Dari 55 sampel perusahaan yang diteliti, 26 sampel perusahaan menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, dan 29 sampel perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya. Nilai rata-rata auditor client tenure (ACT) adalah sebesar 2,05 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 5. Nilai ratarata sebesar 2,05 menunjukkan bahwa dari 55 perusahaan yang menjadi sampel, memiliki rata-rata perikatan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) selama 2 tahun 5 hari. Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 2. Tabel 2. Uji Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 2,530
df
Sig. 7
,925
Sumber: data diolah 2014.
Nilai satistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah 2,530 dengan probabilitas signifikansi 0,925 yang nilainya jauh diatas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2 LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2 LL) pada akhir (Block Number = 1). Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Antara -2 LL Awal dan -2 LL Akhir -2 LL awal (Block Number = 0)
76,082
-2 LL akhir (Block Number = 1)
24,568
Sumber: data diolah 2014.
Nilai -2 LL awal adalah sebesar 76,082 dan setelah dimasukkan kelima variabel independen, maka nilai -2 LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 24,568. Penurunan nilai -2 LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R Square. Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 4. Tabel 4. Uji Koefisien Determinasi
Step 1
-2 Log likelihoo Cox & Snell d R Square 24,568a ,608
Nagelkerke R Square ,812
Sumber: data diolah 2014.
Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,812 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 81,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 18,8 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan dari model regresi untuk memprediksi probabilitas penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan. Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam tabel 5. Tabel 5. Tabel Klasifikasi Predicted Observed
Percenta ge 1 Correct 2 93,1 24 92,3 92,7
OGC Step 1 OGC 0 1 Overall Percentage
0 27 2
Sumber: data diolah 2014.
Tampilan tabel 5 tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern adalah
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) sebesar 92,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 24 perusahaan (92,3%) yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 26 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit non going concern adalah sebesar 93,1 persen. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 27 perusahaan (93,1%) yang diprediksi menerima opini audit non going concern dari total 29 perusahaan yang menerima opini audit non going concern. Pengujian multikolinearitas dalam regresi logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antarvariabel independen. Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 6.
multikolinearitas yang serius antarvariabel bebas. Model regresi yang terbentuk disajikan pada tabel 7 menghasilkan nilai koefisien regresi dan signifikansi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antarvariabel. Tabel 7 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada taraf kesalahan 5 persen. Hasil pengujian regresi logistik menghasilkan model sebagai berikut: ln = - 3,729 + 2,114 L - 0,833 PP - 2,596 KA + 5,148 OATS +0,120 ACT + ε (2) Berdasarkan model regresi yang terbentuk, dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut: (1) Konstanta sebesar -3,729 dalam model berarti, jika variabel-variabel independen leverage, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opini audit going concern tahun sebelumnya, dan auditor client
Tabel 6. Matriks Korelasi
Step 1
Constant L PP KA OATS ACT
Constant 1,000
L -,784
PP ,152
KA ,532
OATS -,402
-,784 ,152 ,532 -,402 -,570
1,000 -,062 -,585 ,307 ,123
-,062 1,000 ,160 ,032 -,190
-,585 ,160 1,000 -,514 -,332
,307 ,032 -,514 1,000 -,026
ACT -,570 ,123 -,190 -,332 -,026 1,000
Sumber: data diolah 2014.
Hasil pengujian menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi antar variabel yang nilainya lebih besar dari 0,8, maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala
tenure bernilai nol, maka nilai opini audit going concern dapat turun sebesar 3,729 satuan, atau dengan kata lain, ada pengaruh variabel-variabel lain di luar leverage,
Tabel 7. Variabel dalam persamaan
Step 1
a
L PP KA OATS ACT Constant
Sumber: data diolah 2014.
B 2,114 -,833 -2,596 5,148 ,120 -3,729
S.E. 2,023 1,419 1,735 1,307 ,558 1,932
Wald 1,092 ,344 2,239 15,520 ,046 3,726
df 1 1 1 1 1 1
Sig. ,296 ,557 ,135 ,000 ,830 ,054
Exp(B) 8,283 ,435 ,075 172,129 1,127 ,024
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, opini audit going concern tahun sebelumnya, dan auditor client tenure yang mempengaruhi opini audit going concern sebesar -3,729. (2) Variabel leverage (L) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 2,114 dengan tingkat signifikan 0,296 yang lebih besar dari α (5%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern dengan odds 8,823. (3) Variabel pertumbuhan perusahaan (PP) menujukkan koefisien regresi negatif sebesar -0,833 dengan tingkat signifikansi 0,557 yang lebih besar dari α (5%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern dengan odds 0,435. (4) Variabel kualitas audit (KA) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar -2,596 dengan tingkat signifikansi 0,135 yang lebih besar dari α (5%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern dengan odds 0,075. (5) Variabel opini audit tahun sebelumnya (OATS) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 5,148 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari α (5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa opini audit tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menujukkan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya memiliki kemungkinan yang semakin besar untuk menerima opini audit going concern pada tahun berjalan. (6) Variabel auditor client tenure (ACT) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,120 dengan tingkat signifikansi 0,830 yang lebih besar dari α (5%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern dengan odds 1,127.
Pengaruh Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Rumusan hipotesis H1 yaitu leverage berpengaruh positif pada penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 2,114 dengan tingkat signifikan 0,296 yang lebih besar dari α (5%) sehingga H1 ditolak atau dengan kata lain leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 11 perusahaan manufaktur, walaupun sebagian besar perusahaan memiliki total kewajiban yang lebih kecil daripada total aktiva setiap tahunnya, namun perusahaan tetap saja mengalami rugi. Hal ini menunjukkan bahwa total kewajiban yang lebih kecil dibandingkan dengan total aktivanya tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit going concern. Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rudyawan (2008) dan Ika (2010) namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masyitoh dan Adhariani (2010) dan Widyantari (2011) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif secara signifikan pada penerimaan opini audit going concern. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Rumusan hipotesis H2 yaitu pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar -0,833 dengan tingkat signifikansi 0,557 yang lebih besar dari α (5%) sehingga H2 ditolak. Hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut diperoleh bukti empiris bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini disebabkan karena ketidak stabilan pertumbuhan penjualan yang dialami oleh perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dan pertumbuhan penjualan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) perusahaan tidak diikuti dengan peningkatan laba dan penurunan hutang. Peningkatan beban operasional yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan penjualan akan mengakibatkan laba bersih yang negatif dan berdampak pada saldo laba ditahan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going concern karena ketidak stabilan pertumbuhan penjualan yang dialami perusahaan dan peningkatan penjualan perusahaan yang belum tentu diikuti dengan peningkatan labanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan Setyarno (2006) dan Widyantari (2011). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Rumusan hipotesis H3 yaitu kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern dengan koefisien regresi negatif sebesar 2,596 dengan tingkat signifikansi 0,135 yang lebih besar dari α (5%) atau dengan kata lain H3 ditolak. Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarno (2006) dan Widyantari (2011) yang menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern, namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit tidak dapat dijadikan sebagai faktor yang dapat memengaruhi opini audit going concern, karena dalam memberikan kualitas audit yang baik, KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun KAP yang berafiliasi dengan KAP Non Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun KAP yang berafiliasi dengan KAP Non Big 4 selalu bersikap obyektif terhadap pekerjaannya dan sama-sama memiliki kemungkinan mengeluarkan opini audit going concern jika
terbukti kliennya terdapat masalah untuk melangsungkan usahanya. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Rumusan hipotesis H4 yaitu opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 5,148 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari α (5%) sehingga H4 dapat diterima. Hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut diperoleh bukti empiris bahwa opini audit tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini audit going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Walaupun penerbitan kembali opini audit going concern tidak semata-mata didasarkan pada penerimaan opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun penerimaan opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan mempersulit perusahaan untuk bangkit dari kesulitan yang dialami. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno (2006) dan Widyantari (2011). Pengaruh Auditor Client Tenure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Rumusan hipotesis H5 yaitu auditor client tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel auditor client tenure tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern dengan koefisien regresi positif sebesar 0,120 dengan tingkat signifikansi 0,830 yang lebih besar dari α (5%) atau dengan kata lain
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) H5 ditolak. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyantari (2011) yang menyatakan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya tidak mengganggu independensi dari auditor. Auditor akan tetap mengeluarkan opini audit going concern kepada perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usaha tanpa memperdulikan kehilangan fee audit yang akan diterima di masa mendatang. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, kajian teori, hipotesis, dan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 11 perusahaan manufaktur, walaupun sebagian besar perusahaan memiliki total kewajiban yang lebih kecil daripada total aktiva setiap tahunnya, namun perusahaan tetap saja mengalami rugi. Hal ini menunjukkan bahwa total kewajiban yang lebih kecil dibandingkan dengan total aktivanya tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going concern karena ketidak stabilan pertumbuhan penjualan yang dialami perusahaan dan peningkatan penjualan perusahaan yang belum tentu diikuti dengan peningkatan labanya. Kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan kualitas audit yang baik, KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun KAP yang berafiliasi dengan KAP Non Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik. KAP
yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun KAP yang berafiliasi dengan KAP Non Big 4 selalu bersikap obyektif terhadap pekerjaannya dan sama-sama memiliki kemungkinan mengeluarkan opini audit going concern jika terbukti kliennya terdapat masalah untuk melangsungkan usahanya. Opini audit tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini audit going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Auditor client tenure tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya tidak mengganggu independensi dari auditor. Auditor akan tetap mengeluarkan opini audit going concern kepada perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usaha tanpa memperdulikan kehilangan fee audit yang akan diterima di masa mendatang. Saran Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) adalah sebesar 0,812 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 81,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 18,8 persen dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk menjelaskan penerimaan opini audit going concern. Variabel lain yang secara teoritis mungkin dapat memengaruhi opini audit going concern yaitu rasio profitabilitas, rasio likuiditas, opinion shopping, dan penerapan strategi manajemen. Oleh karena itu, penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan variabel lain tersebut dan variabel tersebut dapat diuji dengan teknik analisis yang berbeda. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan objek
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1 Tahun 2015) yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Ika, Sapta Relungningsih. 2010. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2008. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya. Available at: http://www.google.co.id. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Nonkeuangan yang Memengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ 2000-2005). Jurnal MAKSI. Vol. 8, No. 1: 43-58. Masyitoh, Oni Currie and Desi Adhariani. 2010. The Analysis of Determinants of Going concern Audit Report. Journal of Modern Accounting and Auditing. Vol. 6, No.4: 26-37.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Putra, I Gede Cahyadi. 2010. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen. Tesis. Universitas Udayana, Bali. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. 2008. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Available at: http://www.google.co.id. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Ekonometrika Pengantar. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Widyantari, A.A.Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana, Denpasar.