e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
ANALISIS RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KREDIT PADA BUMDes “GUNUNG SARI MAS” DI DESA DINAS BULIAN, KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, KABUPATEN BULELENG 1I
Kadek Suarita Yasa,1I Gusti Ayu Purnamawati, 2Edy Sujana Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan kebijakan restrukturisasi kredit dalam upaya mengurangi kredit bermasalah dan meningkatkan kualitas kredit pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengurus BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan reduksi data, display data, dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tahapan dalam menerapkan restrukturisasi kredit pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian yaitu penelitian berkas kredit, mengirim surat teguran, melakukan negosiasi, putusan restrukturisasi, dan monitoring. Kebijakan restrukturisasi yang diterapkan pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian adalah sistem denda, menambah jatuh tempo atau penjadwalan kembali (rescheduling), dan penyitaan jaminan. Untuk meningkatkan kualitas kredit pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian sudah menerapkan analisis 5 C, dan menerapkan kebijakan restrukturisasi dengan baik yang ditandai dengan adanya peningkatan SHU setiap tahunnya. Kata kunci: Restrukturisasi, kredit, kredit bermasalah, kualitas kredit, BUMDes. Abstract This study aimed at finding out the implementation of debt restructuring policy to decrease bed credits and improve the credit quality at BUMDes (Village Owned Business Entity) “Gunung Sari Mas” Bulian. This is a descriptive qualitative research. The data used were primary data collected by performing interviews with the management of BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian. The results of the study showed that the procedures in implementing the debt restructuring at BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian were studying the credit file, issuing reprimand letter, conducting negotiation, deciding restructuring and monitoring. The restructuring policies implemented by BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian were penalty system, due date extend or reschedule and collateral confiscation. To improve its credit quality, BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian had implemented the 5 C’s analysis and good restructuring policy, indicated by the increase of dividend every year. Key words: Resructuring, credit, bed credit, credit quality, BUMDes
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) PENDAHULUAN Pembangunan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desa merupakan agen pemerintah yang paling depan dalam melaksanakan pembangunan, karena pembangunan ditingkat desa berkenaan langsung dengan masyarakat. Dalam mendorong pembangunan ditingkat desa, pemerintah memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk mengelola daerahnya secara mandiri, salah satunya adalah melalui lembaga ekonomi yang berada ditingkat desa yakni Badan Usaha Milik Desa. Lembaga berbasis ekonomi ini menjadi salah satu program yang dijalankan desa sebagai sarana untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes). Peranan Badan Usaha Milik Desa sebagai instrumen penguatan otonomi desa dan juga sebagai instrumen kesejahteraan masyarakat. Badan usaha ini sebagai instrumen otonomi desa maksudnya adalah untuk mendorong pemerintah desa dalam mengembangkan potensi desanya sesuai dengan kemampuan dan kewenangan desa. Sedangkan sebagai instrumen kesejahteraan masyarakat yakni dengan melibatkan masyarakat didalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa akan
mendorong ekonomi dan juga mengurangi tingkat pengangguran di desa. Sesuai amanat Pasal 213 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa dapat mendirikan badan usaha milik desa (BUMDes) guna mewadahi aktivitas perekonomian masyarakat desa. BUMDes dengan demikian merupakan payung bagi semua kegiatan ekonomi di desa. Artinya, BUMDes dapat mewadahi semua aktivitas ekonomi desa, tanpa harus membuat bidang usaha ekonomi yang lain. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah sebuah perusahaan yang dikelola olah masyarakat desa, yang kepengurusanya terpisah dari pemerintah desa. BUMDes dibentuk untuk menggali potensi wirausaha yang ada di desa tersebut. Dengan dikelola oleh warga masyarakat yang mempunyai jiwa wirausaha, diharapkan BUMDes nantinya akan menghasilkan pendapatan asli desa yang diperoleh dari hasil perputaran usaha yang dikelola oleh BUMDes tersebut. Tabel 1 berikut menyajikan daftar nama dan jumlah kredit BUMDes di Kecamatan Kubutambahan yang diperoleh dari BPMPD Kabupaten Buleleng, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Kredit BUMDes di Kecamatan Kubutambahan No
Nama Desa
Nama BUMDes
1 Bengkala BUMDes “Vila Karya Lestari” 2 Tamblang BUMDes “Kusuma Giri Amerta” 3 Bontihing BUMDes “Giri Amerta Sadhu” 4 Pakisan BUMDes “Karya Sari” 5 Bulian BUMDes “Gunung Sari Mas” 6 Depeha BUMDes “Kerta Winangun Sari” 7 Tunjung BUMDes “Tunjung Mekar” 8 Tajun BUMDes “Mandala Giri Amerta” 9 Bukti BUMDes “Santhi Amerta” 10 Mengening BUMDes “Anugerah Amertha Bumi” Sumber : BPMPD Kabupaten Buleleng (2017). BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian merupakan BUMDes yang terletak di desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. BUMDes ini didirikan pada Tahun 2013, yang sekarang terus berkembang dengan sebuah nama BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian. Modal
Jumlah kredit Tahun 2016 (Rp.) 469.387.160 1.296.542.025 988.002.500 259.852.000 4.129.632.979 1.644.720.000 2.723.911.927 5.238.448.000 2.037.500.000 1.036.522.000
awal diterima dari dana Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (GERBANGSADU) Mandara atau GSM, yang mana merupakan Program Terobosan Pemerintah Provinsi Bali dalam menanggulangi kimiskinan, peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) kesejahteraan masyarakat Bali. Dana program GSM yang diberikan kepada masyarakat Desa Bulian sebeasar Rp 1.020.000.000 yang dalam realisasinya Rp 20.000.000 untuk dana operasional, 80% (Rp 800.000.000) digunakan untuk peningkatan ekonomi masyarakat Bulian yang notabene tergolong miskin, dan 20% (Rp 20.000.000) digunakan untuk pembangunan fisik (infrastruktur) Desa yang nantinya diharapakan mampu menunjang kelancaran pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Bulian. Dalam melakukan pemberian kredit, BUMDes haruslah menganut prinsip kehatihatian. Kesalahan dalam memberikan kredit akan memberikan resiko yang besar. Resiko tersebut berupa resiko tidak tertagihnya piutang dan terlambatnya penerimaan piutang dari jadwal, sehingga akan menimbulkan masalah dalam perkreditan atau kredit macet. Apabila kredit macetnya meningkat, maka pihak BUMDes akan mengalami kesulitan dalam likuiditasnya jika sewaktu-waktu terjadi penarikan dana dalam jumlah yang besar. Agar nantinya tidak terjadi masalah yang tidak diinginkan seperti kredit macet maka sebelum melakukan pemberian kreditperusahaan harus memperhatikan unsur 5 C (The Five of Credit), yaitu character, capacity, capital, collateral and
condition. Dalam penelitian Antoro (2015) yang berjudul “Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit di Bank BRI Mlati Yogyakarta” menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan kredit macet Bank BRI Cabang Mlati menggunakan beberapa metode yaitu: restrukturisasi kredit, penyelesaian secara damai, penyelesaian secara hukum, penyelesaian kredit melalui bantuan pihak ketiga, dan lelang parate eksekusi. Awalnya sistem perkreditan yang dijalankan BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian berjalan lancar (periode 2013-2014). Nasabah membayar bunga dan melunasi hutangnya dengan tepat waktu sesuai dengan jatuh tempo yang diberikan. Namun sekarang permasalahan mulai muncul yaitu mulai ada nasabah yang lalai membayar bunga kredit, sampai mendapat panggilan dari pihak BUMDes dan ada juga sampai dikenanakan denda karena terlambat sekali untuk membayar bunga sesuai dengan waktu jatuh tempo yang telah diberikan oleh BUMDes. Permasalahan untuk nasabah yang terlalu lama tidak membayar bunga dan tidak bisa mengembalikan pokok kredit yang diberikan ini akan membuat jaminan kredit nasabah akan disita oleh pihak BUMDes. Tabel 2 berikut adalah data yang diperoleh peneliti mengenai kategori kredit :
Tabel 2 Kategori Kualitas Kredit Total Pinjaman
Kategori
Kurang Lancar Diragukan Rp 4.129.632.979 Rp 150.575.275 Rp 124.541.450 Sumber : Data penerima kredit BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian Untuk menghadapi dan meminimalkan risiko kredit yang terjadi, BUMDes “Gunung Sari Mas” menerapkan kebijakan restrukturisasi. Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Penanganan kredit bermasalah pada BUMDes “Gunung Sari Mas” mengacu pada MUSDES (Musyawarah Desa) dan Keputusan dalam rapat Anggota BUMDes dengan Komisaris BUMDes tentang kebijakan kredit dalam merestrukturisasi kredit bermasalah. Dalam
penelitian Lubis (2013) yang berjudul “Analisis Kontribusi Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Pada Kantor Cabang Medan Sisimangaraja” menunjukkan bahwa restrukturisasi kredit memiliki kontribusi yang tinggi dalam mengurangi kredit bermasalah di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Medan Sisimangaraja. Dari penelitian ini dijadikan sebagai acuan bahwa peranan restrukturisasi kredit sangat penting di dalam menjalankan usaha kredit.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Dalam penelitian Purnamawati yang berjudul ” Prosedur Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pada PT. Pegadaian Cabang Singaraja” menunjukkan bahwa prosedur pemberian kredit usaha mikro kecil dan menengah yang ditetapkan oleh PT. Pegadaian Cabang Singaraja telah dilaksanakan dengan baik mulai dari pengajuan permintaan kredit, penyelidikan berkas jaminan, melakukan survey, mempelajari berkas-berkas kredit, sampai dengan pencairan kredit. Penelitian ini akan menjadi acuan peneliti dalam melakukan analisis di BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian, karena dengan prosedur pemberian kredit yang baik nantinya akan bisa menigkatkan kualitas kredit dan mengurangi terjadinya kredit bermasalah. Merujuk pada hal tersebut diatas, maka kebijakan restrukturisasi pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian menarik untuk diangkat dalam penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut, adapun beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1) Bagaimana tahapan dalam menerapkan restrukturisasi kredit diBUMDes “Gunung Sari Mas” Desa Dinas Bulian, 2) Bagaimana penerapan restrukturisasi kredit dalam mengatasi kredit bermasalah pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Desa Dinas Bulian, 3) Bagaimana upaya dalam meningkatkan kualitas kredit pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Desa Dinas Bulian. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Seperti yang di definisikan oleh Bugdan dan Taylor (dalam Moleong, 2001:3), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghadalkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan tingkah laku yang diamati dari orang yang diteliti.Dalam proses menggali data penelitian, peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu: sumber primer dan sumber sekunder. Data primer adalah data yang sangat diperlukan dalam melakukan penelitian atau istilah lain data yang utama (Hikmat, 2011). Data sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan,
seperti buku, laporan, bulletin, dan majalah yang sifatnya dokumentasi (Waluya, 2007:79). Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk menggumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh diolaah dengan metode analisis data, yaitu: dengan pengumpulan data, reduksi data, display data, verivikasi dan penarikan kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian Desa Bulian, merupakan Desa yang terletak di sebelah utara Pulau Bali yang memiliki jumlah penduduk mencapai 4.130 jiwa, dari jumlah angkatan kerja yang terdapat di Desa Bulian 55% diantaranya sudah bekerja. Dan jumlah angkatan kerja yang belum bekerja mencapai 45% ini lebih banyak dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan keterampiln yang dimiliki oleh masyarakat pencari kerja di Desa Buli Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Permasalahan sosial lain yang ada di Desa Bulian selain permasalahan yang digambarkan diatas antara lain : 1. Tingginya tingkat pengangguran 2. Terbatasnya lapngan pekerjaan 3. Meningkatnya tingkat kriminalitas 4. Meningkatnya anak putus sekolah baik tingkat SD maupun SMP 5. Bertambahnya penduduk miskin. Mengacu pada permasalahan diatas, maka pemerintah Desa Bulian berinisiatif mengajukan permohonan dana GERBANGSADU MANDARA (GSM) untuk mengatasi permasalahan tersebut dan meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bulian. Program GERBANGSADU MANDARA (GSM) ini merupakan Program Trobosan Pemerintah Provinsi Bali dalam menanggulangi kemiskinan, peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Bali. Dengan dana GERBANGSADU MANDARA (GSM) pemerintah Desa Bulian membentuk Usaha Ekonomi Produktif BUMDes “Gunung Sari Mas’ Bulian. BUMDes “Gunung Sari Mas’ Bulian didirikan pada tahun 2013 dengan modal awal yang berasal dari Program
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Gerbangsadu Mandara Provinsi Bali sebesar Rp 800.000.000,00. BUMDes “Gunung Sari Mas’ terletak di Dsa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Dalam pelaksanaan usahanya, BUMDes “Gunung Sari Mas’ Bulian memiliki dua unit usaha yaitu ; unit usaha simpan pinjam dan unit usaha toko. Kedua unit usaha ini diharapkan mampu membantu dan memfasilitasi semua kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat Desa Bulian. Dan sampai saat ini unit usaha BUMDes “Gunung Sari Mas’ Bulian berjalan lancar dan terus mengalami peningkatan. Tahapan dalam Menerapkan Restrukturisasi Kredit di BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Wayan Budanawa, ST selaku Ketua Unit Simpan Pinjam BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian, menyatakan : “Penerapan kebijakan Restrukturisasi pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian melalui beberapa tahapan, yang pertama dimulai dari Penelitian Berkas Kredit yang dilakukan oleh kami dari staf BUMDes, Mengirim Surat Teguran baik dengan surat atau lewat telepon yang dilakukan oleh ketua unit simpan pinjam dan verifikasi, Melakukan Negosiasi anatara nasabah atas koletibilitas kreditnya, Putusan Restrukturisasi yang keluarkan oleh ketua BUMDes, dan terakhir Monitoring yang dilakukan oleh verifikasi BUMDEs”. Adapun tahap-tahapan dalam melakukan Restrukturisasi kredit oleh BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian yaitu : 1. Penelitian Berkas Kredit Untuk debitur yang mengalami kesulitan pembayaran kredit atau tergolong sebagai debitur yang bermasalah dalam menyelesaikan kewajiban kreditnya, akan dilakukan penelitian kembali terhadap berkas-berkas kredit oleh pihak BUMDes. Dalam hal ini hal yang perlu diperhatikan dan diamati oleh pihak BUMDes yaitu : a. Melihat kondisi kredit dan mengklasifikasikan kembali baik dari
segi kolektibilitas, jenis usaha maupun lokasi debitur. b. Meneliti kembali berkas jaminan, baik kelengkapannya maupun keaslian jaminan. c. Melakukan penilaian kembali terhadap kondisi akhir nilai jaminan, termasuk dilakukannya peninjauan kelapangan untuk melihat kembali keberadaan harta yang dijaminkan oleh nasabah. Penelitian terhadap kondisi tunggakan kredit, kondisi jaminan dilakukan monitoring yang terus-menerus untuk debitur yang mengalami masalah. Hal ini diperlukan untuk memperbaharui data-data menyangkut tunggakan kredit yang ada di BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian. Dengan demikian, kondisi perkreditan akan dapat terus dimonitoring perkembangannya, hal ini akan banyak membantu BUMDes dalam menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengatasi kredit bermasalah. 2. Mengirim Surat Teguran Berdasarkan data yang ada pada klasifikasi tunggakan kredit, kepada nasabah yang bersangkutan dikirimkan surat teguran. Surat teguran ini dimaksudkan untuk mengingatkan nasabah bahwa ia telah menunggak, dan diminta untuk segera melunasi atau membayar tunggakan tersebut. Surat teguran disampaikan bersamaan dengan pendekatan yang dilakukan terhadap nasabah di lapangan. Pendekatan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi nasabah tersebut hingga ia tidak melaksanakan kewajibannya. Setelah surat teguran disampaikan, segera dibuatkan laporan hasilnya. Salah satu ukuran bahwa nasabah tersebut menanggapi surat teguran tersebut antara lain dengan datangnya nasabah ke kantor BUMDes untuk menyampaikan masalahnya atau yang bersangkutan langsung membayar kewajibannya yang tertunggak. Bila nasabah tersebut datang ke BUMDes , maka yang perlu dilakukan adalah membicarakan kondisi kredit dan cara penyelesain kewajibannya. Dan yang paling cocok dalam kesempatan itu adalah diperolehnya kesediaan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) nasabah untuk segera melunasi seluruh kewajibannya. Kesediaan nasabah harus tertuang hitam diatas putih dalam bentuk surat pernyataan bermaterai , kapan nasabah tersebut meluanasi tunggakan/kreditnya, termasuk kesediaan menerima sanksi bila dikemudian hari ini tidak dilaksanakan yang bersangkutan. Tentunya bila hal ini tidak dilaksanakan, pihak BUMDes dapat mengemukakan beberapa akibat dari tidak dilunasinya kredit , misalnya kemungkinan dilakukan penyitaan Agunan. Dan bila nasabah tidak mengindahkan surat teguran, atau juga tidak melaksanakan kewajibannya setelah menyatakan kesediaannya untuk membayar tunggakan kredit, maka selanjutnya harus harus ditindaklanjuti dengan kegiatan lapangan. Hal ini untuk menyampaikan teguran II dan III/teguran terkahir, yang dapat ditindak lanjuti dengan somasi. 3. Melakukan negosiasi BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian melakukan negosiasi dengan menawarkan rekstrukturisasi kredit sesuai dengan kebijakan internal BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian dan pada akhirnya penawaran restrukturisasi kredit ini disetujui oleh debitur. Proses rekstrukturisasi yang telah dilaksanakan BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian yaitu: 1. Debitur mengajukan permohonan restrukturisasi kepada kreditur atau pihak BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian 2. Setelah diterimanya permohonan restrukturisasi, maka pihak BUMDes melakukan kunjungan kepada usaha debitur untuk mengetahui secara pasti dan langsung tentang kondisi usaha yang dikelola oleh debitur. Setelah itu, petugas BUMDes membuat laporan kunjungan nasabah (LKN) 3. Setelah membuat laporan, petugas BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian selanjutnya membuat Berita Acara Negosiasi (BAN) 4. Barulah melakukan analisis kembali atau disebut juga dengan 5C.
4. Putusan Restrukturisasi Putusan restrukturisasi kredit diatur oleh pihak Manajemen BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian, dimana pihak manajemen mengadakan diskusi dengan anggota yang lainnya untuk menyelamatkan kredit bermaslah terhadap debitur. Dalam diskusi tersebut pihak manajemen atau Ketua BUMDes disini memberikan solusi dan saran yang nantinya dari solusi-solusi tersebut akan mengahasilkan satu solusi terbaik dengan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan hasil diskusi bersam anggotanya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Wayan Budanawa, ST selaku ketua unit Simpan Pinjam secara garis besar menjelaskan materi putusan restrukturisasi kredit terhadap debitur yaitu : 1. Memberikan sangsi denda kepada debitur jika dalam pembayaran bunga pinjaman lewat atau lebih dari 1 (satu) kali. Iniakan dikenakan denda sebesar 3% (tiga persen) dari nilai angsuran. 2. Memberikan perpanjangan jangka waktu kredit atau penjadwalan kembali (Rescheduling), jika pembayaran bunga pinjaman lewat atau lebih dari 3 (tiga) kali. Ini akan dekenakan dikenakan denda sebesar 3% (tiga persen)dari sisa utang debitur (untk kredit musiman). 3. Penyitaan Jaminan. Dalam penyitaan jaminan tergolong menjadi dua jenis penyitaan yaitu : a. Penyitaan jaminan secara non permanen, yaitu jika sudah jatuh tempo pembayaran kredit debitur tidak bisa melunasi utangnya maka jaminan kredit ditahan oleh pihak BUMDes dan jika debitur bisa melunasi utangnya, maka jaminan akan dikembalikan kepada debitur yang bersangkutan dengan syarat dikenakan bunga 3% (tiga persen)dari sisa utangnya. b. Penyitaan jaminan secara permanen, yaitu jika sudah jatuh tempo pembayaran kredit debitur tidak bisa melunasi utangnya dan tidak melakukan penjadwalan kembali maka jaminan kredit dari debitur akan disita secara
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) permanen dan akan diadakan sistem lelang oleh pihak BUMDes atas jaminan kredit debitur yang bersangkutan. 5. Monitoring Monitoring usaha harus lebih ditingkatkan terhadap debitur, kunjungan ke debitur harus lebih sering dilakukan, omset usaha dan biayabiaya harus diperketat artinya pihak BUMDes harus mengetahui secara detail perkembangan usaha debitur, sehingaga secara dini dapat diketahui oleh pihak BUMDes dan tindakntindakan pencegahan. Monitoring secara ketat berlangsung selama 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun selama proses restrukturisasi berjalan. Setelah dilakukan monitoring oleh pihak BUMDes dan diketahui bahwa kondisi debitur memburuk karena beberapa hal yang tidak dapat diperbaiki maka pihak BUMDes mengambil keputusan untuk menyita dan menjual jaminannya. Dari tahapan-tahapan restrukturisasi oleh BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu Meilissa Ivana (2013) yang berjudul “Restrukturisasi Kredit Oleh PT.Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kawi Malang Terhadap Perusahaan Otobus Putra Mulia Berkedudukan Di Kabupaten Malang”, meliputi tahap-tahap yaitu prakarsa restrukturisasi kredit, negosiasi, analisis dan evaluasi, putusan restrukturisasi, dokumentasi restrukturisasi, dan monitoring. Penerapan Restrukturisasi Kredit dalam Mengatasi Kredit Bermasalah di BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian Kebijakan restrukturisasi pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian merupakan upaya perbaikan yang dilakukan BUMDes dalam kegiatan perkreditan terhadap nasabah yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Tujuan restrukturisasi kredit adalah untuk menyelamatkan kredit BUMDes dari kerugian sekaligus menyelamatkan usaha nasabah agar kembali sehat dan menjaga kualitas pinjaman nasabah. Jumlah kredit bermasalah pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian yang sudah tercatat sesuai dengan hasil wawancara akan dijelaskan pada table 3 yaitu :
Tabel 3 Kategori KualitasKredit Kategori Kurang Lancar Diragukan Rp 4.129.632.979 Rp 150.575.275 Rp 124.541.450 Sumber : Data penerima kredit BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian. Total Pinjaman
Dari data diatas, untuk kategori kualitas kredit debitur atau nasabah kurang lancar itu sebagian besar akan dikenakan sangsi berupa Denda sebesar 3% (tiga persen) dari nilai angsuran. Sedangkan untuk kategori diragukan akan dikenakan Penjadwalan kembali dan dikenakan denda 3% (tiga persen) dari sisa hutangnya. Berikut ini analisa penerapan kebijakan Restrukturisasi Kredit yang deterapakan di BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian : 1. Sistem Denda Dalam hal ini pihak BUMDes emberikan sangsi denda kepada debitur yang lalai dalam membayar
2.
kewajibannya yaitu membayara bunga pinjaman kredit tiap bulannya. Jika dalam pembayaran bunga pinjaman lewat atau lebih dari 1 (satu) kali maka, pihak BUMDes akan mengenakan denda kepada debitur sebesar 3% (tiga persen) dari nilai angsuran. Perpanjangan jangka waktu kredit atau penjadwalan kembali (Rescheduling). Jangka waktu kredit merupakan cerminan dari risiko kredit yang mungkin muncul. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi risiko yang mungkin muncul, maka dari itu pihak BUMDes “Gunung Sari Mas”
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
3.
Bulian akan membebankan bunga 3% dalam hal ini. Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memperingan debitur untuk memenuhi kewajibannya. Dengan adanya perpanjangan jangka waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk melanjutkan usahanya. Pendapatan usaha yang seharusnya digunakan untuk membayar utang yang jatuh tempo dapat digunakan untuk memperkuat usaha dan dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi seluruh utangnya. Penyitaan Jaminan. Dalam penyitaan jaminan tergolong menjadi dua jenis penyitaan yaitu : a. Penyitaan jaminan secara non permanen, yaitu jika sudah jatuh tempo pembayaran kredit debitur tidak bisa melunasi utangnya maka jaminan kredit ditahan oleh pihak BUMDes dan jika debitur bisa melunasi utangnya, maka jaminan akan dikembalikan kepada debitur yang bersangkutan dengan syarat dikenakan bunga 3 (tiga) persen dari sisa utangnya. b. Penyitaan jaminan secara permanen, yaitu jika sudah jatuh tempo pembayaran kredit debitur tidak bisa melunasi utangnya dan tidak melakukan penjadwalan kembali maka jaminan kredit dari debitur akan disita secara permanen dan akan diadakan sistem lelang oleh pihak BUMDes atas jaminan kredit debitur yang bersangkutan.
Upaya yang Dilakukan BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian dalam Meningkatkan Kualitas Kredit Kualitas atau collectability adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabahserta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, kolektibilitas dari suatu pinjaman dapat dikelompokan dalam lima kelompok, yaitu kredit lancar, dalam
perhatian khusus (special mention), kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Wayan Budanawa, ST menyatakan : “Untuk kualitas kredit BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian, kami selalu menjaga agar kredit yang kami salurkan bisa kembali lagi dan tidak mengalami kemacetan. Untuk penggolongannya, disini kami golongkan yaitu Kredit dikategorikan Lancar, Kurang Lancar, Kredit Diragukan, dan Kredit Macet”. Berikut ini adalah penjabaran upayaupaya yang dilakukan BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian agar kualitas kredit tetap lancar dan tergolong baik yaitu dengan : 1. Penerapan Prinsip 5 C Dilihat dari aspek 5 C prosedur pengendalian internal dalam pemberian dan proses pengawasan kredit pada BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian dapat dilihat sebagai berikut : a. Character BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian akan menilai debitur atau calon debitur dari segi watak dan karakter kepribadiannya di kehidupan sehariharinya dengan bertanya kepada warga sekitar atau melihat langsung keadaanya karena calon nasabah masi di sekitaran desa Bulian. Serta menilai kejujuran debitur untuk mengetahui apakah debitur ini bisa dipercaya untuk diberikan pinjaman kredit. BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian sudah menerapkan prinsip ini dengan baik, karena sudah melakukan survey terhadap nasabah baru dengan mewawancarai lingkungan sekitar nasabah tanpa sepengetahuannya. Selain itu pihak BUMDes juga mengajukan beberapa pertanyaan seputar usaha yang akan dibiayai. Dari wawancara tersebut dapat dilihat sikap dan cara menjawab calon nasabah. Bagi nasabah lama penilain karakter dilakukan dengan menilik riwayat kredit sebelumnya.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) b. Capacity BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian akan melakukan analisis tentang kemampuan diri debitur untuk membayar angsuran. Dengan melihat lamanya usaha yag dimiliki debitur dan apakah usaha tersebut terus berkembang atau semakin menurun. BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian sudah menerapkan prinsip ini dengan baik dan maksimal. Pengukuran yang dilakukan dengan melihat keahlian calon nasabah dalam mengelola bidang usaha dan kemampuan manajerialnya. Selain itu juga dilihat dari prospek usaha yang dikembangkan, sehingga pihak BUMDes dapat melihat sejauh mana kemampuan calon nasabah untuk membayar kewajibannya. c. Capital Permodalan yang dimaksud oleh BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian adalah apakah debitur ini mampu membayar atau melunasi kreditnya dilihat dari penghasilan yang dihasilkan oleh debitur dengan modal yang dimilki dalam menjalankan usahanya. BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian sudah menerapkan prinsip ini dengan baik. Yang menjadi ukuran disini adalah dengan melihat seberapa banyak asset-aset yang dimiliki calon nasabah dan melihat kondisi sekitar lingkungannya (kondisi perekonomian), serta penghasilan dari usaha yang dilakukan. d. Collateral Yang dimaksud oleh BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian adalah barang yang digunakan oleh debitur untuk menjaminkan kreditnya. Jenis jaminan yang berlaku atau yang dekenakan kepada debitur atau nasabahnya yaitu BPKB dan Sertifikat (tanah), untuk jaminan yang berupa BPKB (motor dan mobil) itu dberlakukan mulai dari tahun 2000 akan mendapat pinjaman atau kredit sebesar atau setengah dari harga jual motor/mobil
2.
tahun bersangkutan. Sedangkan untuk jaminan sertifikat akan mendapat pinjaman atau kredit maksimal Rp 25.000.000,(disesuaikan dengan luas tanah dalam sertifikat tersebut). Untuk sistem bunga yang dikenakan BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian, ada 2 (dua) kategori yaitu masyarakat kategori RTM (Rumah Tangga Miskin) dan masyarakat non RTM. Masyarakat yang dikategorikan RTM biasanya mereka memiliki kartu BPJS, KPS, Jamkesmas, KIS dan lain-lainnya akan dikenakan bunga sebesar 1% (menetap) dengan batas pinjaman kredit sebesar Rp 5.000.000,-. Sedangkan untuk masyarakat non RTM akan dikenakan bunga sebesar 1,5% (menetap) dengan batas pinjaman sebesar Rp 25.000.000,-. BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian sudah menerapkan prinsip ini dengan baik, karena pengecekan langsung dilakukan terhadap jaminan yang diajukan oleh calon nasabah. e. Condition of Econimy Hal ini akan dilihat dari kondisi ekonomi debitur apakah baik atau kurang baik. Tetapi BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian tidak terlalu mempermasalahkan hal ini karena kondisi ekonomi dari debitur bisa saja berubah dan tidak selamanya baik. Jika 4 (empat) aspek diatas sudah terpenuhi untuk syarat pemberian kredit akan dapat dicairkan tanpa mempermasalahkan kondisi ekonomi dari debitur. Kebijakan Restrukturisasi 1. Sistem Denda Dalam hal ini pihak BUMDes emberikan sangsi denda kepada debitur yang lalai dalam membayar kewajibannya yaitu membayara bunga pinjaman kredit tiap bulannya. Jika dalam pembayaran bunga pinjaman lewat atau lebih dari 1 (satu) kali maka, pihak BUMDes akan mengenakan denda kepada debitur sebesar 3% (tiga persen) dari nilai angsuran.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) 2. Perpanjangan jangka waktu kredit atau penjadwalan kembali (Rescheduling). Jangka waktu kredit merupakan cerminan dari risiko kredit yang mungkin muncul. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi risiko yang mungkin muncul, maka dari itu pihak BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian akan membebankan bunga 3% dalam hal ini. Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memperingan debitur untuk memenuhi kewajibannya. Dengan adanya perpanjangan jangka waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk melanjutkan usahanya. Pendapatan usaha yang seharusnya digunakan untuk membayar utang yang jatuh tempo dapat digunakan untuk memperkuat usaha dan dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi seluruh utangnya. 3. Penyitaan Jaminan. Dalam penyitaan jaminan tergolong menjadi dua jenis penyitaan yaitu : 1. Penyitaan jaminan secara non permanen, yaitu jika sudah jatuh tempo pembayaran kredit debitur tidak bisa melunasi utangnya maka jaminan kredit ditahan oleh pihak BUMDes dan jika debitur bisa melunasi utangnya, maka jaminan akan dikembalikan kepada debitur yang bersangkutan dengan syarat dikenakan bunga 3 % (tiga persen) dari sisa utangnya. 2. Penyitaan jaminan secara permanen, yaitu jika sudah jatuh tempo pembayaran kredit debitur tidak bisa melunasi utangnya dan tidak melakukan penjadwalan kembali maka jaminan kredit dari debitur akan disita secara permanen dan akan diadakan sistem lelang oleh pihak BUMDes atas jaminan kredit debitur yang bersangkutan.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari hasil penelitian, analisis dan pembahasan maka dari penulis skripsi dapat menarik sebuah kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Tahapan dalam Menerapkan Restrukturisasi Kredit di BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian yaitu : a. Penelitian Berkas Kredit b. Mengirim surat teguran c. Melakukan negosiasi d. Putusan restrukturisasi e. Monitoring 2. Penerapan Restrukturisasi Kredit dalam Mengatasi Kredit Bermasalah di BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian terdapat 3 kebijakan yaitu : a. Sistem Denda b. Perpanjangan Jangka Waktu atau Penjadwalan Kembali (Rescheduling) c. Penyitaan Jaminan 3. Upaya yang Dilakukan BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian dalam Meningkatkan Kualitas Kredit yaitu ada beberapa cara dengan menerapakan suatu kebijakan berupa : a. Penerapan analisis 5C, yang dimana dalam analisis ini sangat ditekankan bagaimana karakter seseorang yang akan menjadi nasabah, bagaimana perkembangan modal usahanya untuk melakukan pemenuhan kewajibannya, dan yang tidak kalah penting adalah jenis jaminan yang dijaminkan untuk mengikat nasabah jika nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. b. Menerapkan kebijakan Restrukturisasi yang bertujuan untuk menyelamatkan debitur agar kreditnya tidak mengalami kemacetan. SARAN BUMDes “Gunung Sari Mas” Bulian selama menjalankan usahanya sudah sangat baik, khususnya untuk unit usaha simpan pinjam kebijakan-kebijakan kredit yang diterapkan mampu untuk meminimalkan risiko kredit yang terjadi. Untuk saran dari peneliti, 1. Sebaiknya bagi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) nasabah atau debitur yang mempunyai tunggakan lebih dari 3 kali tidak langsung diberi kesempatan untuk melakukan penjadwalan kembali. Ini akan berdampak pada sistem pengendalian internal BUMDes yang lemah, karena nasabah pada saat pertama melakukan permohonan kredit sudah melihat paeraturan-peraturan dalam Surat Perjanjian Kredit dan akhirnya mereka mengetahui bilamana nasabah melakukan keterlambatan membayar bunga kredit lebih dari 3 kali dan tidak memiliki kemampan untuk membayarnya lagi maka harus melakukan penjadwalan kembali. Sebaiknya untuk penjadwalan kembali harus dikenakan bunga lebih besar dari sisa hutang agar sistem pengendalian internal lebih kokoh dan berdampak positif bagi kualitas kredit BUMDes. 2. Tindakan monitoring harus lebih ditingkatkan terhadap perkembangan usaha dan keuangan nasabah termasuk kemampuan pemenuhan kewajiban debitur kepada pihak lain. 3. Agar proses restrukturisasi dapat berjalan efektif seharusnya melakukan penilaian lebih dalam terhadap karakter dan prospek usaha dilanjutkan dengan penilaian keuangan dan jaminan.
DAFTAR PUSTAKA Antoro. 2015. Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit di Bank BRI Mlati Yogyakarta.Tesis. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. BPMPD Kabupaten Buleleng. 2017. Jumlah Kredit BUMDes di Kecamatan Kubutambahan. Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ivana, Meilissa. 2013. Restrukturisasi Kredit Oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kawi Malang Terhadap Perusahaan Otobus Putra Mulia Berkedudukan Di Kabupaten Malang. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Lubis, Fikha Rachmawati 2013. Analisis Kontribusi Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Pada Kantor Cabang Medan Sisimangaraja. Skripsi. Medan: Politeknik Negeri Medan. Purnamawati, Ayu. 2013. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pada PT. Pegadaian Cabang Singaraja. Skripsi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Republik Indonesia. 2004. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 72 Tahun 2005. Tentang Desa.