e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016)
PENGARUH PERTUMBUHAN AKTIVA PRODUKTIF, DANA PIHAK KETIGA DAN UMUR TERHADAP KINERJA OPERASIONAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI KECAMATAN BANJAR TAHUN 2012-2014 Oleh: Ni Made Mukti Nurwahyuni1, Ni Kadek Sinarwati2, Made Arie Wahyuni3 Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar tahun 2012-2014. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji autokorelasi, normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, regresi linier berganda, uji statistik F dan statistik t dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pertumbuhan aktiva produktif berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional, (2) dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional, (3) umur berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional, (4) pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional. Kata kunci: pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, umur dan kinerja operasional.
Abstract This study aims to determine the effect of growth in earning assets, third party funds, and the age of operating performance Village Credit Institutions (LPD) in Banjar District in 20122014. In this research method used is quantitative data used in this research is secondary data. Methods of data collection is done by the method of documentation. The data were analyzed using Autocorrelation, Normality, Multicolinearity, Heteroscedasticity , Multiple Linear Regression, Statistical F-test and t-test using SPSS 16.0. The results of this study indicate that (1) the growth of earning assets significantly influence operating performance, (2) third party funds a significant effect on operating performance, (3) age a significant effect on operating performance, (4) the growth of productive assets, third party funds, and age simultaneously significant effect on operational performance. Keywords: growth of productive assets, third-party funds, age and operating performance.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) PENDAHULUAN Indonesia sekarang ini telah memasuki era perkembangan yang mana telah mengalami banyak perubahan dari segi teknologi, pendidikan atau perekonomian. Hal ini diwajarkan, karena sebagai negara yang berkembang memang sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor tersebut di atas. Dalam pencapaian tersebut, Indonesia mencanangkan berbagai program guna meningkatkan perekonomian masyarakat dalam bentuk yang bervariasi dan dengan lembaga yang berbeda tetapi masih ada pada satu lingkup program. Oleh karena itu, untuk meningkatkan perekonomian secara menyeluruh pemerintah Indonesia tidak hanya menitikberatkan pembangunan di daerah perkotaan saja melainkan seharusnya juga di pedesaan. Pembangunan perekonomian di pedesaan ini penting dilakukan karena memiliki peranan untuk menunjang perekonomian dan juga pembangunan nasional karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan. Lembaga keuangan mempunyai kegiatan utama yaitu menyediakan dana (modal) dan menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Melalui surat keputusan Gubernur Provinsi Bali No.3 Tahun 2007 menyebutkan bahwa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan salah satu unsur kelembagaan keuangan desa pakraman untuk mengelola potensi keuangan desa pakraman tersebut. Awig-awig desa pakraman dijadikan sebagai landasan operasional dari Lembaga Perkreditan Desa (LPD), landasan ini mengedepankan sebuah ikatan kekeluargaan dan semangat gotong-royong antar warga desa pakraman. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) memiliki tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang dalam kegiatan ekonominya. Tujuan jangka pendeknya adalah memperoleh adanya laba maksimal dan tentunya mensejahterakan masyarakat, sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya yaitu untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Setiap usaha pasti menginginkan pendapatan yang besar dengan modal
yang sedikit, begitu pula Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang merupakan Lembaga Keuangan Mikro milik pemerintah, maka dari itu pendapatan yang dihasilkan oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sangatlah penting untuk kelangsungan hidup masyarakat dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) itu sendiri. Masalah keuangan menjadi salah satu masalah dalam menentukan perkembangan LPD. Berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam memperoleh laba atau profit serta mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan, sehingga untuk meningkatkan rentabilitas, LPD harus memiliki kinerja keuangan yang sehat. Rentabilitas atau kemampuan untuk menghasilkan keuntungan merupakan indikator dalam menilai baik atau tidaknya kinerja suatu LPD, sehingga dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai kinerja yang baik. Kelangsungan usaha LPD dalam pencapaian keuntungan tentunya bergantung pada kinerja LPD yang baik. Kinerja merupakan hasil dari suatu proses kegiatan yang akan dicapai sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Aktiva LPD yaitu aktiva produktif yang menjadi sumber pendapatan paling utama bagi LPD adalah kredit yang diberikan. Bentuk aktiva produktif yang ada pada LPD yaitu penyaluran kredit kepada masyarakat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan aktiva produktif berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasional pada LPD di Kecamatan Banjar tahun 2012-2014, untuk mengetahui dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasional LPD di Kecamatan Banjar tahun 2012-2014,untuk mengetahui umur berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasional LPD di Kecamatan Banjar tahun 2012-2014, dan untuk mengetahui pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur berpengaruh secara simultan terhadap kinerja operasional LPD di Kecamatan Banjar 2012-2014. Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam peraturan Lembaga
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Perkreditan Desa (LPD) dalam peraturan Gubernur Bali No 11 Tahun 2013 adalah lembaga keuangan milik desa pakraman yang bertempat di wilayah desa pakraman. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) didirikan pada tahun 1984 oleh Pemerintah Provinsi Bali berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984, yang kemudian di atur di bawah Peraturan Daerah (PERDA). Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012, Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun. Dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri berhak mengurus rumah tangganya sendiri dijadikan sebagai landasan mengedepankan sebuah ikatan kekeluargaan dan semangat gotongroyong antar warga desa pakraman. Terdapat fungsi dan tujuan didalam Lembaga Perkreditan Desa (LPD), diantaranya ialah : mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun tabungan dan deposito dari krama desa, memberantas ijin, gadai gelap, dan lainlain yang dapat dipersamakan dengan itu, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja bagi krama desa, meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa. Perkembangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Desa Pakraman di Provinsi Bali sampai saat ini cukup pesat. Setelah 30 tahun berjalan, keberadaan LPD terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dipedesaan sekaligus menyangga tumbuh dan berkembangnya budaya Bali sebagai aset bangsa. LPD tidak saja memerankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang melayani transaksi keuangan masyarakat desa tetapi telah pula menjadi solusi atas keterbatasan akses dana bagi masyarakat pedesaan. Kesuksesan LPD ini merupakan buah dari konsep pendirian dan pengelolaan LPD yang digali dari
kearifan lokal dan kultural masyarakat Bali yang berbasis pada kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan. Penyebab kesuksesan LPD juga berasal dari pola pengelolaan yang berbasis komunitas dengan landasan nilai-nilai kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam budaya Bali. Ada empat faktor yang saling terkait yang dapat menjelaskan pertumbuhan LPD yang sangat cepat tersebut sebagai lembaga perantara keuangan di provinsi Bali, yaitu : pertumbuhan LPD yang cepat tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa pemerintah provinsi Bali memiliki keinginan politis yang kuat untuk menyediakan akses kredit bagi masyarakatnya melalui pendirian LPD, pertumbuhan yang sangat cepat pada portofolio nasabah dari pinjaman LPD mengindikasikan bahwa LPD baik sebagai lembaga keuangan maupun mekanisme tata kelolanya sesuai dengan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali terutama daerah pedesaan, karena masing-masing LPD beroperasi hanya disebuah desa adat yang wilayahnya relatif kecil, anggota komunitas memiliki informasi yang cukup mengenai LPD dan dapat dengan mudah mengaksesnya, dan jumlah tabungan menunjukkan bahwa LPD bukan hanya merupakan lembaga pemberi pinjaman tetapi juga sebagai lembaga tabungan yang berarti LPD telah mampu berperan sebagai lembaga perantara keuangan seperti halnya Bank umum. Menurut Syahyunan (2002:2) Sebagai lembaga pemberi jasa-jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan berbagai fasilitas kepada nasabah, Loanable funds dari bank terbesar diberikan dalam bentuk fasilitas kredit. Akan tetapi, sebagian dana itu disisihkan dalam bentuk penanaman lain, yaitu surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal bank pada lembaga keuangan yang bukan bentuk bank atau perusahaan lain. Aktiva yang produktif atau productive assets sering juga disebut dengan earning assets atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana bank tersebut diatas adalah untuk mencapai tingkat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) penghasilan yang diharapkan. Aktiva produktif adalah penaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman laiinya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian dari assets management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris). Menurut Siamat, (1995:230) Aktiva produktif atau earning assets adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif bank terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, dan penyertaan. Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pengertian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilaksanakan oleh bank melalui berbagai strategi agar masyarakat tertarik dan mau menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank (Martono, 2010:24). Menurut Kasmir (2012 :58) untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana Umur menentukan cara berpikir, bertindak, dan berperilaku perusahaan dalam melakukan operasionalnya. Selain itu umur mengakibatkan perubahan pola piker dan tingkat kedewasaan perusahaan tersebut dalam mengambil sikap atas setiap tindakan-tindakannya. Begitu pula dengan perusahaan kecil dan menengah apabila pimpinan menginginkan perubahan atau peningkatan, maka harus mempunyai pola pikir yang luas. Umur dapat digunakan
untuk melihat gambaran kinerja dan reputasi perusahaan oleh pihak luar. Perusahaan yang memiliki umur lebih lama memberikan gambaran yang positif bagi dunia perbankan. Oleh karena itu, perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari kreditur sehingga memungkinkan memiliki tingkat hutang yang lebih tinggi (Chen, dkk 1998). Kinerja operasional perusahaan merupakan kinerja yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan modal yang dimiliki perusahaan tanpa adanya hutang (Dian dan Astuti, 2005:278). Hal ini ditunjukkan melalui besar kecilnya tingkat laba operasional setelah pajak yang diperoleh perusahaan pada satu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Kinerja operasional adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya pada satu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:740/KMK/1989 (Dewi,2010:42), kinerja perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. LPD juga melakukan penilaian terhadap kinerja mereka. Kemampuan LPD dalam menghasilkan keuntungan dari dana yang di milikinya disebut dengan rentabilitas LPD. Rentabilitas menurut Riyanto (2011:59) adalah rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Munawir (2010:33) rentabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif merupakan indikator dalam menilai baik atau tidaknya kinerja suatu LPD, sehingga dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai kinerja yang baik. Dengan demikian rentabilitas
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah modal tersebut. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskritif kuantitatif dengan fokus pembahasan mengenai pengaruh aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur terhadap kinerja operasional LPD di Kecamatan Banjar tahun 2012-2014. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adala sumber data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, seperti orang lain, dokumen (Sugiyono, 2007:129). Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan data dokumentasi berupa laporan keuangan LPD di Kecamatan Banjar dari tahun 2012-2014 yang diperoleh dari Lembaga Pemberdayaan Lembaga Perkreditan Desa (LPLPD) Kabupaten Buleleng. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif disajikan untuk memberikan sebuah informasi mengenai karakteristik variabel-variabel penelitian, berupa nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan aktiva produktif memiliki sampel (N) sebanyak 33 dengan nilai terendah (minimum) sebesar -200 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar 1,240. Sedangkan nilai rata-rata (mean) pertumbuhan aktiva produktif adalah 0,031182 dengan standar deviasi sebesar 0,341572 dimana nilai ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan aktiva produktif standar deviasinya lebih besar dari nilai rata-rata (mean). Variabel dana pihak ketiga memiliki sampel (N) sebanyak 33 dengan nilai terendah (minimum) sebesar -320 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar 1,242. Sedangkan nilai rata-rata (mean) dana pihak ketiga sebesar 0,30455 dengan standar deviasi sebesar 0,324765 dimana
nilai ini menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga standar deviasinya lebih besar dari nilai rata-rata (mean). Variabel umur memiliki sampel (N) sebanyak 33 dengan nilai terendah (minimum) sebesar 8 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar 25. Sedangkan nilai rata-rata (mean) untuk variabel umur sebesar 16,55 dengan standar deviasi sebesar 5,810 dimana nilai ini menunjukkan bahwa variabel umur standar deviasinya lebih kecil dari nilai rata-rata (mean). Variabel kinerja operasional memiliki sampel (N) sebanyak 33 dengan nilai terendah (minimum) sebesar 3,1 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar 15526,0. Sedangkan nilai rata-rata (mean) kinerja operasional sebesar 1267,45 dengan standar deviasi sebesar 4005,0699 dimana nilai ini menunjukkan bahwa variabel kinerja operasional standar deviasinya lebih besar dari nilai rata-rata (mean). Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik atau uji statistik. Pengujian normalitas nilai residual dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menguji uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Dalam Uji Kolmogorov- Smirnov terhadap masingmasing variabel didapatkan bahwa nilai signifikansinya lebih dari 0,05 sehingga dapat diasumsikan data tersebut terdistribusi normal. Dari hasil SPSS 16, hasil pengujian secara statistik diperoleh nilai K-S residual sebesar 1,183 dengan probabilitas signifikan sebesar 0,122. Nilai tersebut menunjukkan bahwa secara statistik probabilitas signifikan K-S lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima atau data residual pada penelitian ini berdistribusi normal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005). Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat kolerasi antara kesalahan periode
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) t dengan kesalahan periode t-1. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi, digunakan metode Durbin-Watson (Dw Test). Adapun pengambilan keputusan dalam uji DurbinWatson ini yaitu jika nilai dU s.d 4-dU maka tidak terdapat Autokorelasi positif maupun negatif. Dari hasil SPSS 16, hasil pengujian secara statistik diperoleh nilai Durbin-Watson hitung dari model regresi sebesar 1,823. Nilai DW tabel untuk 3 variabel independen dan sampel yang berjumlah 33 diperoleh nilai dL= 1,2576 dan dU = 1,6511, karena nilai DW 1,823 lebih besar dari batas atas (dU) 1,6511 dan kurang dari pada 4 - dU = 4 – 1,6511 = 2,3489. Jadi, 1,2576 < 1,823< 2,3489 artinya tidak terjadi autokorelasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi model regresi berganda. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflaction factor (VIF) dari masingmasing variabel independen. Hasil pengujian menunjukkan tidak ada gejala multikolonieritas bila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau nilai VIF lebih kecil dari 10. Dari hasil SPSS 16, hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada kolerasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plots antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan residualnya (SRESID). Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas menunjukkan grafik scaterplot tidak membentuk pola yang teratur seperti bergelombang, melebar ataupun menyempit, tetapi titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau dapat disebut homokedastisitas. Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini digunakan Ftabel dengan taraf nyata (α) = 5%: df = (k1);(n-k) = (4-1);(33-4) = 3;29, sehingga diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,93, sedangkan untuk menentukan besarnya Fhitung diperoleh dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Dari tabel 4 dapat dilihat besarnya Fhitung adalah 3,063. Oleh karena Fhitung (3,063) > Ftabel (2,93), maka H0 ditolak dan H4 diterima, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur secara bersamasama berpengaruh terhadap kinerja operasional. Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dari hasil perhitungan pada tabel 4 ketiga variabel independen yang dimasukkan kedalam model regresi variabel pertumbuhan aktiva produktif signifikan pada 0,05 karena probabilitas signifikansi untuk pertumbuhan aktiva produktif 0,047 sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan aktiva produktif memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014. Dari hasil perhitungan pada tabel 4 ketiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi variabel dana pihak ketiga signifikan pada
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) 0,05 karena probabilitas signifikansi untuk dana pihak ketiga 0,036 sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa dana pihak ketiga memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014. Dari hasil perhitungan pada tabel 4 ketiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi variabel umur signifikan pada 0,05 karena probabilitas signifikansi untuk umur 0,012 sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa umur memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014. Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda, dimana dalam analisis regresi tersebut akan menguji pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 20122014. Pada tabel 4 dengan memperhatikan angka pada kolom Unstandardized Coefficients Beta, maka dibentuk persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 5752,012 + (-1611,396 X1) + (2125,768 X2) + (-198.071 X3) Arti dari koefisien regresi diatas adalah: α = Nilai koefisien sebesar 5752,012 artinya, bila pertumbuhan aktiva produktif (X1), dana pihak ketiga (X2) dan umur (X3) sama dengan nol, maka nilai kinerja operasional (Y) adalah sebesar 5752,012 persen. β1 = -1611,396 artinya, bila pertumbuhan aktiva produktif (X1) bertambah 1% maka kinerja operasional (Y) akan menurun sebesar 1611,396 persen, dengan asumsi variabel lain konstan. β2 = -2125,768 artinya bila dana pihak ketiga (X2) bertambah 1% maka kinerja operasional (Y) akan menurun sebesar 2125,768 persen, dengan asumsi variabel lain konstan. β3 = -198.071 artinya bila umur (X3) bertambah 1% maka kinerja operasional
(Y) akan menurun sebesar 198.071 persen, dengan asumsi variabel lain konstan. PEMBAHASAN Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Produktif terhadap Kinerja Operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014. Berdasarkan hasil uji statistik t diketahui bahwa variabel pertumbuhan aktiva produktif berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan pertumbuhan aktiva produktif sebesar 0,047 yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga, hipotesis pertama (H1) diterima, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi dan Suartana (2009) membuktikan bahwa pertumbuhan aktiva produktif secara parsial berpengaruh dan signifikan pada kinerja operasional. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Setyawati dan Suartana (2014) bahwa secara parsial pertumbuhan aktiva produktif berpengaruh pada kinerja operasional. Selain itu pula penelitian yang dilakukan oleh Yanti dan Yudiaatmaja (2016), membuktikan bahwa aktiva produktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja operasional. Pertumbuhan aktiva produktif yang diberikan mencerminkan seberapa besar LPD menyalurkan dana yang berhasil di himpun dalam bentuk kredit kepada masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan aktiva produktif yang diberikan, maka semakin besar kredit yang disalurkan kepada masyarakat. Pertumbuhan aktiva produktif yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan profitabilitas dan pendapatan yang diperoleh LPD, sehingga kinerja operasional pada LPD tersebut juga akan semakin baik. Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Kinerja Operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Berdasarkan hasil uji statistik t diketahui bahwa variabel dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 20122014. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan dana pihak ketiga sebesar 0,036 yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga, hipotesis kedua (H2) diterima, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyawati dan Suartana (2014) membuktikan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh pada kinerja operasional. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Andhika dan Sujana (2016) membuktikan pertumbuhan deposito dan tabungan berpengaruh positif terhadap kinerja operasional. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian yang di lakukan oleh Yanti dan Yudiaatmaja (2016), membuktikan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja operasional. Pertumbuhan tabungan dan deposito mencerminkan seberapa besar dana yang berhasil di himpun oleh LPD di Kecamatan Banjar dalam bentuk tabungan dan deposito. Menurut Riyanto (2011:59), rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, pertumbuhan rentabilitas LPD di Kecamatan Banjar mengindikasikan kesuksesan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, ini merupakan indikator dalam menilai baik atau tidaknya kinerja suatu LPD yang dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai kinerja yang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan tabungan dan deposito yang diperoleh oleh LPD mampu dikelola dengan baik, sehingga intensitas perolehan pertumbuhan tabungan dan deposito meningkatkan kinerja operasional. Pengaruh Umur terhadap Kinerja Operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 20122014 Berdasarkan hasil uji statistik t diketahui bahwa variabel umur
berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 20122014. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan umur sebesar 0,012 yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga, hipotesis ketiga (H3) diterima, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anindito (2015), membuktikan bahwa variabel umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Namun hasil berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Putra (2009) membuktikan bahwa variabel umur operasional berpengaruh negatif pada profitabilitas. Umur digunakan sebagai standar pengukuran dalam beberapa model struktur modal. Semakin muda umur LPD terdapat kecenderungan untuk menyediakan informasi lebih sedikit dibandingkan dengan LPD yang lebih tua usianya. Hal ini dikarenakan LPD yang baru berdiri atau yang memiliki umur lebih muda memiliki pengalaman lebih kecil dibandingkan dengan LPD yang lebih tua atau yang lebih lama berdiri. LPD yang dapat bertahan dalam waktu yang lama menunjukkan bahwa LPD tersebut telah sukses menjalankan bisnisnya. LPD yang telah berdiri lebih lama dapat membantu meningkatkan kemampuan dalam memperoleh lebih banyak modal. LPD yang memiliki umur lebih lama biasanya akan dapat mengelola keuangan dengan baik sehingga kemungkinan memiliki modal sendiri yang lebih besar dan tingkat hutang yang kecil, oleh karena itu umur yang lebih lama mempengaruhi modal LPD. LPD yang telah lama berdiri umumnya memiliki rentabilitas yang lebih stabil dibandingkan LPD yang baru berdiri atau yang masih memiliki umur yang singkat. LPD yang telah lama berdiri akan meningkatkan labanya karena adanya pengalaman dari manajemen sebelumnya dalam mengelola bisnisnya (Bestivano,2013). Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Produktif, Dana Pihak Ketiga, dan Umur
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) terhadap Kinerja Operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014. Berdasarkan hasil uji statistik F diketahui bahwa variabel pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur berpengaruh secara simultan terhadap kinerja operasional Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar Tahun 2012-2014. Hal ini dilihat dari nilai F hitung sebesar 3,063 dengan probabilitas 0,012. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur berpengaruh secara simultan terhadap kinerja operasional. Sehingga hipotesis keempat (H4) diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Suartana (2009) bahwa pertumbuhan aktiva produktif dan dana pihak ketiga secara simultan berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja operasional. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial variabel pertumbuhan aktiva produktif memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja operasional. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikan sebesar 0,047 < 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial variabel dana pihak ketiga memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja operasional. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikan sebesar 0,036 < 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial variabel umur memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja operasional. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikan sebesar 0,012 < 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik secara simultan variabel pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasional. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikan sebesar 0,012 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran bagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Banjar diharapkan untuk memperhatikan tingkat aktiva produktif perusahaan, karena
aktiva produktif merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan atau lembaga keuangan dibandingkan aktiva lainnya, sehingga aktiva produktif seperti pemberian kredit seharusnya lebih menjadi hal yang harus ditingkatkan. Selain itu penanaman dana pihak ketiga harus dioptimalkan untuk membantu LPD dalam memenuhi kredit, sehingga dengan dana pihak ketiga akan membantu kelancaran arus keuangan LPD. Kepada peneliti lain khususnya yang meneliti pengaruh pertumbuhan aktiva produktif, dana pihak ketiga, dan umur terhadap kinerja operasional disarankan untuk menggunakan penelitian ini sebagai referensi tambahan dan menambah variabel lainnya sebagai variabel bebas misalnya kualitas aktiva produktif, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan jumlah nasabah kredit. DAFTAR PUSTAKA Andhika, Putu Bayu dan I Ketut Sujana. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Kredit, Dana Pihak Ketiga, Dan Aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Pada Kinerja Operasional. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.4, No. 6, hal: 23-26 Anindito, B 2015. Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, Umur Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Lq-45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. EJurnal Akuntansi Universitas Diponegoro. Vol. 8, No.3, hal: 12-19 Dewi, Putu Nila Krisna dan Suartana I Wayan. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Produktif Dan Dana Pihak Ketiga Pada Kinerja Operasional Lembaga Perkreditan Desa Di Kabupaten Badung. EJurnal Akuntansi & Bisnis, Universitas Udayana. Vol.4, No.2, hal: 15-21 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Semarang: Badan Universitas Diponegoro.
Penerbit
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ______. 2012. Pemasaran Bank. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Munawir. 2007. Analisis Keuangan. Edisi Yogyakarta: Liberty.
Laporan Keempat.
______. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty. Pemerintah Daerah Provinsi Bali. 2007. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa disertai Keputusan Gubernur. Pemerintah Daerah Provinsi Bali. 2007. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa. Pemerintah Daerah Provinsi Bali. 2007. Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa Sebagaimana telah Diubah Beberapa Kali Terakhir dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa. 2013. Denpasar. [Online] Tersedia di: http://Simkum.baliprov.go.id/uploads/
PERGUB_11_2013.doc, pada 13 April 2016]
[Diakses
Riyanto, Bambang.2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Setyawati, A.A. Putu dan I Wayan Suartana. 2014. Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Produktif, Dana Pihak Ketiga, Tingkat Kredit Bermasalah dan Ukuran LPD Pada Kinerja Operasional. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.8, No. 3, hal: 598-608. Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syahsunan. 2002. Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan Bank. Jurnal Perbankan, Universitas Sumatra Utara. Wahyuni, Ni Luh Oka dan Putra I Wayan. 2009. Pengaruh tingkat perputaran kas, komposisi pendanaan, umur operasional, dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah pada profitabilitas BPR di Kabupaten Badung. Yanti, Rika Febri dan Yudiaatmaja Fridayana, 2016. Pengaruh Aktiva Produktif dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Kinerja Operasional pada LPD Kecamatan Buleleng. E-Jurnal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, Manajemen. Vol. 2, No.6, hal: 24-32