e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016)
PENGGUNAAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2015 1
Vandi Surya Winata Gede Adi Yuniarta, SE., M.Si,Ak., 2Ni Kadek Sinarwati, SE., M.Si.,Ak
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected].
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan dengan berdasarkan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Subjek penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia dan objeknya adalah kinerjsa keuangan. Sementara teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun ketentuan yaitu 1). Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam perusahaan manufaktur BUMN. 2) Memiliki data laporan keuangan tahunan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan periode 2012-2015. 3) Perusahaan manufaktur yang membagikan devidennya selama periode 2012-2015. Hasil penelitian yang dilakukan dengan pengukuran berdasarkan Economic Value Added (EVA) pada tahun 2012, terdapat dua perusahaan yang bernilai positif dan 25 perusahan yang bernilai negatif, sedangkan tahun 2013 seluruh perusahaan bernilai negatif. Pada tahun 2014, dua perusahaan bernilai positif dan dua puluh lima perusahan bernilai negatif, pada tahun 2015, satu perusahaan yang bernilai positif dan dua puluh enam perusahaan bernilai negatif. Pada perhitungan Market Value Added (MVA) tahun 2012, dua puluh lima perusahaan bernilai positif dan dua perusahaan bernilai negatif, tahun 2013-2014 perusahaan bernilai positif sebanyak dua puluh empat, dan bernilai negatif sebanyak tiga perusahaan, pada tahun 2015, dua puluh satu perusahaan bernilai positif dan enam bernilai negatif. Dalam perusahaan yang EVA dan MVA yang bernilai negatif maka perusahaan harus melokasikan dananya dengan baik dan menciptakan kinerja keuangan yang sehat pada perusahaan. Dengan memperhatikan nilai EVA dan MVA dapat membantu investor sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi.
Kata kunci : kinerja keuangan, economic value added, market value added
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016)
Abstract
This research aims to analyze the financial performance based on Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA). The subject of this research is the entire manufacturing companies listed on the indonesia stock exchange and its object is the kinerjsa finance. While the technique used is the sample of purposive sampling technique, namely the determination of the sample with a particular consideration. As for the provision that is 1). Manufacturing companies that are included in manufacturing companies. 2) Have annual financial statement data and publish annual financial statementsof the period 2012-2015. 3) manufacturing companies who share devidennya during the period 2012-2015. The results of the research conducted with measurements based on Economic Value Added (EVA) in 2012, there are two companies that is positive and twenty five companies is negative, while the year 2013 throughout the company is negative. In 2014, the company is positive and twenty five companies is negative, by 2015, a company that is positive an twenty-six company is negative. On the calculation of the Market Value Added (MVA) in 2012, twenty-five companies is positive and two negative-valued company, 2013-2014 companies is positive as many as twentyfour, and is negative as much as three companies by 2015, twenty one company is positive and six negative value. In the company of EVA and MVA which is negative thenthe company must be located the funds properly and creating a healthy financial performance at the company. Having regard to the value of EVA and MVA can helpinvestors as a material consideration in investing. Keywords : financial performance, economic value added, market value added
PENDAHULUAN Analisis laporan yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja keuangan melalui laporan keuangan adalah dengan rasio keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas perusahaan dalam mengelola keuangannya serta dapat menilai kinerja menajemen suatu perusahaan dalam periode tertentu dan periode yang akan datang. Untuk mengetahui gambaran tentang kinerja perusahaan maka digunakan analisis laporan
keuangan, dimana analisis rasio keuangan mencakup analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Hal ini terjadi dikarenakan fungsi akuntansi sebagai media komunikasi diantara para pelaku bisnis. Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan (SAK, 2002). Namun perlu disadari
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas masih memiliki kelemahan yaitu tidak memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dalam perhitungannya, dimana hal tersebut menunjukkan bersarnya pengembalian yang akan diberikan kepada pemegang saham atas modal yang ditanamkan di perusahaan. Untuk mengurangi adanya kelemahan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis rasio keuangan maka diperlukan yang lebih baik dalam pengukuran kinerja yang memasukkan komponen biaya atas ekuitas yaitu dengan metode Economic Value Added (EVA). EVA merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan. Metode ini dapat menyajikan suatu ukuran kinerja dengan mempertimbangkan harapan kreditor dan pemegang saham. Untuk mengatasi kelemahan dari analisis rasio keuangan, maka dikembangkan konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Dengan mengetahui EVA dan MVA yang merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus pada nilai perusahaan dapat membantu manajemen untuk mengetahui berapa the truecost of capital dari bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal, hal yang sesungguhnya menjadi perhatian investor bisa diperlihatkan secara jelas dan berapa jumlah sebenarnya dari modal yang diinvestasikan ke dalam bisnis. Bursa Efek Indonesia sebagai tempat transaksi
perdagangan saham dari berbagai jenis perusahaan yang ada di Indonesia. Ada beberapa pengelompokan perusahaan di Bursa Efek Indonesia berdasarkan sektor-sektor yang dikelola. Sektorsektor tersebut terdiri dari sektor sumber daya alam, sektor manufaktur, sektor jasa. Sektor industri manufaktur adalah salah satu kelompok perusahaan yang ikut berperan aktif dalam pasar modal karena sektor industri diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian nasional dan telah menempatkan industri manufaktur sebagai sektor dalam perekonomian di Indonesia. Sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi tiga subsektor yang terdiri dari industri dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengelola bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang tersebut. Adapun beberapa rekomendasi kebijakan khusus untuk industri manufaktur adalah 1). Mengisi lampiran menengah yang hilang yaitu mempermudah perusahaanperusahaan yang non-ekspor menjadi eksportir. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perusahaan pengekspor memperluas pangsa pasar di luar negeri. 2). Membuat perusahaan semakin bernilai yaitu membantu perusahaan manjadi bernilai, misalnya melalui investasi yang lebih besar untuk pendidikan, keterampilan pekerja dan teknologi. Selain itu juga membina kerja sama yang lebih erat antar perusahaan dengan institusi pendidikan. Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) mengetahui kinerja keuangan yang telah dicapai perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam bidang keuangan yang biasanya perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan (Van Horne dalam Heru Sutejo, 2005). Menurut Agnes Sawir (2005:2), definisi kinerja keuangan adalah kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan. Kinerja keuangan merupakan kinerja yang harus diukur untuk mengetahui keadaan keuangan suatu perusahaan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan perlu menyesuaikan kondisi perusahaan dengan alat ukur penilaian kinerja serta tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan itu sendiri, sehingga dapat tercapai tujuan perusahaan. Menurut Munawir (2004:31), tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah: 1) Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. 2) Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif. 4) Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, hal tersebut diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya. Pengertian Economic Value Added (EVA) Menurut Keown (dalam Azhar, 2011:16-27), dasar teoritis dari konsep EVA diperkenalkan oleh dua orang pakar keuangan, yakni Merton H. Miller dan Franco Modigliani antara tahun 1958–1961. Mereka berargumentasi bahwa laba ekonomis (economic income) merupakan penciptaan nilai (value creation) di perusahaan dan bahwa tingkat pengembalian (rate of return/cost of capital) ditentukan berdasarkan tingkat risiko yang diasumsikan oleh investor. Namun mereka tidak memberikan teknik untuk mengukur laba ekonomis dalam suatu perusahaan. Konsep EVA kemudian dipopulerkan oleh Stern Steward & Co pada tahun 1989 dengan mengembangkan teknik dalam menghitung nilai tambah ekonomis perusahaan. Menurut Brigham, 2006:69 EVA juga mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas setelah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas. Sedangkan menurut Young (2001:18), EVA merupakan alat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) komunikasi yang efektif, baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk berhubungan dengan pasar modal. Kelebihan Economic Value Added (EVA)
Menurut Pradhono, 2004:141 EVA memiliki kelebihan diantaranya: 1) EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengguna EVA bisa menyesuaikan dengan kondisi spesifik. 2) EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis. 3) Struktur EVA yang relatif sederhana membuatnya bisa digunakan oleh bagian engineering, environmental dan personil lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan. Kelemahan Economic Value Added (EVA) Menurut Resmi (2003:286), kelebihan EVA adalah EVA lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional, karena dilakukan penyesuaian terhadap biaya-biaya tertentu yang dikeluarkan. Namun, adapun kelemahan EVA diantaranya: 1) EVA cenderung mengabaikan pengukuran nonfinansial dan kepentingan stakeholder. 2) Penghitungan EVA masih mendasarkan pada laporan keuangan, yang kemungkinannya dapat direkayasa pembukuannya untukmendapatkan EVA positif. Pengukuran Economic Value Added (EVA) Menurut Young (2001:39), EVA sama dengan selisih antara
laba operasi perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan biaya modal. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan dengan biaya modal ratarata tertimbang. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut. EVA = NOPAT – Capital Charges Menurut Tunggal (2001), dalam menghitung Economic Value Added (EVA), terdapat langkahlangkah perhitungan sebagai berikut. 1) Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax) Rumus : NOPAT = Laba Bersih Setelah Pajak + Beban Bunga Ket: Net Operating Profit After Tax (NOPAT) merupakan penjumlahan dari laba usaha, penghasilan bunga, beban atau penghasilan pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian atas laba rugi bersih perusahaan asosiasi, laba/rugi penjualan aktiva tetap dan investasi saham, laba/rugi lain-lain terkait dengan operasional perusahaan. 2) Menghitung Invested Capital (IC) Rumus: Invested Capital = Total Hutang & Ekuitas – Hutang Jk. Pendek Ket: Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pandek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain. 3) Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) Rumus:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) WACC = [D x rd ( 1- T )] + ( E x re ) Dimana: a) Menghitung Tingkat Modal dari Hutang : Total Hutang Tingkat Hutang (D) = Total Hutang dan Ekuitas b) Menghitung Biaya Hutang Jangka Pendek (rd) : Beban Bunga Cost Of Detb (rd) = Total Hutang c) Menghitung Pajak Penghasilan (T) : Beban Pajak Tingkat Pajak (T) = Laba Bersih Sebelum Pajak d) Menghitung Tingkat Modal dari Ekuitas (E) : Total Ekuitas Tingkat Modal (E) = Total Hutang dan Ekuitas e) Menghitung Biaya Modal (re) : Laba Bersih Setelah Pajak Cost Of Equity = Total Ekuitas 4) Menghitung Capital Charges Rumus: Capital Charges = WACC x Invested Capital 5) Menghitung Nilai Economic Value Added (EVA) Rumus: EVA = NOPAT – Capital Charges Pengertian Market Value Added (MVA) Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham, tetapi juga akan membantu untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi. Kekayaan pemegang saham akan dimaksimalkan dengan meminimalkan perbedaan antara nilai pasar dari saham perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang telah diberikan oleh pemegang saham. Perbedaan tersebut disebut sebagai
nilai tambah pasar atau market value added (Agus Sartono, 2008). Djawahir Kusnan (2007:30), mengatakan bahwa market value added mencerminkan ekspektasi pemegang saham terhadap perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa mendatang. MVA lebih merupakan metrik kekayaan (wealth metric) yang mengukur nilai perusahaan dari waktu ke waktu. MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan uang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan. Yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu. MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan angka pengembalian lebih besar daripada biaya modal. Semakin besar MVA, semakin baik. Keunggulan Market Value Added (MVA) Kelebihan MVA menurut Zaky (2002:139), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend maupun norma industri sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Menurut Iramani & Febrian (2005:6), keunggulan yang dimiliki EVA diantaranya sebagai berikut : 1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi. 2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan nilai buku. 3. Perhitungan EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. 4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan dengan divisi yang memberikan EVA lebih besar. 5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Kelemahan Market Value Added (MVA) Menurut Natitupulu (2008:31), MVA memiliki beberapa kekurangan, yaitu: 1. MVA tidak memperhitungkan opportunity cost dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. 2. MVA tidak memperhitungkan intern cash return yang diberikan pada pemegang saham. 3. MVA tidak dihitung pada tingkat divisional (unit bisnis) dan tidak dapat dipergunakan untuk perusahaan yang tidak memperjual belikan sahamnya secara publik. Perhitungan Market Value Added (MVA) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar dari perusahaan (hutang dan ekuitas) dengan total investasi modal kedalam perusahaan, nilai pasar dari perusahaan adalah “enterprise value” dari perusahaan yang bersangkutan dimana merupakan hasil jumlah seluruh nilai pasar yang diklaim oleh pihak lain terhadap
perusahaan pada suatu waktu tertentu, total investasi modal adalah seluruh investasi yang dikeluarkan semua pihak kepada perusahaan pada suatu waktu tertentu. Menurut Siti (2011:8), Market Value Added (MVA) dirumuskan sebagai berikut : MVA = (Harga Saham x Jumlah Saham Beredar) Total Ekuitas Perbedaan antara -Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Menurut Brigham (2006:70), terdapat perbedaan antara EVA dan MVA sebagai berikut. 1. EVA menunjukkan adanya nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya bahkan mungkin termasuk masamasa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan. 2. EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unitunit lain dari sebuah perusahaan besar, sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan. METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik pencatatan dokumentasi. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang langsung dapat diakses melalui www.idx.co.id. Teknik pengumpulan data ini merupakan pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan. Melalui penelitian ini diharapkan akan memperoleh data indikator EVA dan MVA serta informasi-informasi lain yang diperlukan. Selain itu, untuk memperoleh berbagai macam data dan informasi, penulis menggunakan teknik penelitian kepustakaan (library
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) research). Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku di perpustakaan dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalahmasalah yang akan diteliti oleh penulis. Panulis juga memperoleh data dengan melihat informasi yang ada di internet sebagai bahan tambahan yang mendukung dalam penelitian ini. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Sementara teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004).
Adapun kriteria perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam perusahaan manufaktur BUMN. 2. Memiliki data laporan keuangan tahunan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan periode 2012-2015. 3. Perusahaan manufaktur yang membagikan devidennya selama periode 2012 sampai dengan 2015. Adapun jumlah perusahaan yang akan dipilih berdasarkan sampel yang sudah ada berdasarkan beberapa kriteria. Berikut disajikan rincian pemilihan sampel dalam penelitian ini seperti tabel 3.1 pengambilan sampel berikut ini.
Tabel 3.1 Pengambilan Sempel Keterangan Jumlah Populasi Perusahaan yang tidak termasuk dalam perusahaan manufaktur BUMN 3 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan selama periode 2012-2015 4 Perusahaan yang tidak membagikan devidennya selama periode 2012-2015 Jumlah perusahaan Sumber : www.sahamok.com (data diolah) No 1 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan perhitungan Market Value Added (MVA) selama periode 4 tahun yaitu pada tahun 2012-2015. Selama 4 tahun amatan yaitu dari tahun 2012-2015 perusahaan yang bisa memiliki nilai positif (EVA > 0) yaitu perusahaan MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk) dan perusahaan UNVR (Unilever Indonesia Tbk). Perusahaan MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk) memiliki EVA bernilai positif (EVA > 0) pada tahun 2012 dan 2014,
Jumlah 143 (31) (37) (48) 27
sedangkan perusahaan UNVR (Unilever Indonesia Tbk) memiliki EVA bernilai positif (EVA > 0) pada tahun 2012, 2014 dan 2015. Sedangkan pada tahun 2013 perusahaan UNVR (Unilever Indonesia Tbk) bernilai negatif (EVA < 0). Dengan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan Economic Value Added (EVA), perusahaan yang diamati tidak sepenuhnya tidak bisa memberikan nilai tambah perhadap perusahaan dan kepada pemilik saham perusahaan. Perhitungan Economic Value Added (EVA) masih membutuhkan perhitungan Market
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Value Added (MVA) untuk saling melengkapi kekurangan dari perhitungan Market Value Added (MVA). Perhitungan pengukuran kinerja keuangan dengan Market Value Added (MVA) yang selama kurun waktu 4 tahun yaitu dari tahun 2012-2015 perusahaan yang memiliki MVA bernilai positif (MVA > 0) pada tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun yang sebelumnya, pada tahun 2012 perusahaan manufaktur yang memiliki MVA bernilai positif (MVA > 0) yaitu sebanyak 25 perusahaan. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 sebanyak 24 perusahaan, pada tahun beriktunya yaitu pada tahun 2015 yaitu sebanyak 20 perusahaan yang memiliki MVA bernilai positif (MVA > 0). PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulan sebagai berikut. (1) Hasil pengukuran kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur dengan menggunakan pendekatan EVA menunjukkan bahwa hampir keseluruhan perusahaan menunjukkan EVA negatif yang berarti bahwa manajemen perusahaan belum dapat menciptakan nilai tambah ekonomi perusahaan. Sedangkan pada periode 2012 dan periode 2014 perusahaan MLBI telah mampu menciptakan nilai EVA positif (EVA > 0), sedangkan perusahaan UNVR pada tahun 2012, 2014 dan 2015 dapat menciptakan nilai EVA positif (EVA > 0) yang artinya perusahaan berada dalam kondisi yang baik dan memiliki nilai tambah ekonomis lebih setelah perusahaan membayar semua kewajiban pada para penyandang dana
atau investor sesuai ekspektasinya. Namun pada perusahaan MLBI tahun 2013 dan tahun 2015 manajemen perusahaan belum mampu menciptakan nilai EVA yang positif, sama halnya dengan perusahaan UNVR pada tahun 2013, perusahaan belum mampu menciptakan nilai EVA positif yang berarti bahwa manajemen perusahaan belum dapat menciptakan nilai tambah ekonomi perusahaan. (2) Hasil perhitungan menggunakan MVA pada perusahaan manufaktur untuk mengukur kinerja keungan periode 20122015 menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada periode tersebut terdiri dari perolehan nilai MVA positif meningkat dan bernilai positif menurun namun terdapat juga nilai negatif. Perolehan MVA positif (MVA > 0) selama periode berturut-turut terdiri dari ASII , CPIN, DLTA, GGRM, GJTL, HMSP, IKBI, JPFA, KAEF, MLBI, MYOR, ROTI, SMGR, SMSM, TCID, TOTO, TSPC, ULTJ, UNIC, UNVR. MVA positif (MVA > 0) berada dalam kondisi yang baik, karena perusahaan mampu menciptakan nilai tambah pasar, hasil ini akan menarik investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu (MVA > 0) berarti pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham pun menjadi bertambah.. Sedangkan yang memperoleh MVA negatif (MVA < 0) selama berturut-turut terdiri dari ALMI dan TRST. Hal ini mengindikasikan bahwa pihak manajemen telah menurunkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang saham pun menjadi berkurang. Sedangkan pada perusahaan EKAD, IGAR, LION, SCCO
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) menunjukkan MVA positif (MVA > 0) pada tahun 2012-2014, sedangkan pada tahun 2015 perusahaan tersebut menunjukkan MVA negatif (MVA < 0). Kemudian pada LMSH mengalami MVA negatif (MVA < 0) berturut-turut pada tahun 2013-2015, sedangkan pada tahun 2012 LMSH mengalami positif (MVA > 0). Saran Berdasarkan beberapa simpulan yang telah dikemukakan, maka penulis dapat ajukan saransaran sebagai berikut. (1) Hal yang harus dipertimbangkan untuk EVA yaitu, mengefisiensikan biaya operasi, struktur modal yang optimal yang memperhitungkan biaya modal, fleksibelitas strategi bisnis, dan efektivitas dalam pengembalian atas modal. Dalam mempertahankan nilai MVA pada nilai pasar modal yaitu dengan mempertimbangkan jumlah modal yang diinvestasikan perusahaan. Pertimbangan untuk modal yang diinvestasi tersebut dapat dilakukan dengan mengalokasikan sumber-sumber dana yang dimiliki oleh perusahaan dengan baik seperti proyek-proyek pada perusahaan yang tidak produktif dapat ditarik modalnya. Dengan kinerja keuangan yang sehat pada perusahaan akan mampu menarik investor untuk melakukan investasi dan diharapkan harga saham akan ikut meningkat sesuai dengan ekspektasi pasar. (2) Bagi investor yang akan melakukan investasi pada perusahaan manufaktur sebaiknya untuk lebih memperhatikan nilai EVA dan MVA yang digunakan untuk mengukur kinerja, melalui
kemampuan penciptaan profit ekonomis perusahaan dan kemampuan dalam memberikan nilai tambah pada perusahaan. Untuk lebih berkompetisi dalam pasar, penciptaan nilai tesebut juga harus diikuti pada kemampuan atau keunggulan yang dimiliki perusahaan. Dengan memperhatikan nilai EVA dan MVA dapat membantu investor sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi. (3) Kepada peneliti, khususnya yang berminat meneliti kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA dan MVA, disarankan untuk menambah metode untuk mengukur kinerja keuangan lainnya seperti CVA, dan SHV (Helfert, 2000). DAFTAR PUSTAKA Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Agus Sartono. 2008. Manajemen keuangan teori, dan aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta. Brigham dan Houstoun. 2006. Manajemen Keuangan Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Djawahir, Kusnan M. 2007. SWA 100 Peringkat EVA dan MVA Terbaik 2007: Para Pencetak Kekayaan di Pasar Modal. Majalah SWA, Edisi No 26/2007. Iramani, Rr. Febrian Erie. Financial Value Added : Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Jurnal
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Akuntansi dan Keuangan. 7(1). 1 – 10.2005. Keown, Arthur J., Martin, Jhon D., Petty J. William, Scott JR., David F., (2004). “Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsisp dan Aplikasi, edisi 9, PT. INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan., Edisi 4. Yogyakarta: Liberty. Natitupulu dan yulius. 2004. Pengaruh Economic Value Added, residual income, earnings dan arus kas operasi terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Jakarta). Jurnal akuntansi dan keuangan. Vol.6, No 2, hal 140-166. Pradhono dan Yulius. 2004. pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earning dan arus kas operasi terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (Study pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta) jurnal akuntansi dan keuangan Vol. 6, No. 2, November 2004: 140-166. Resmi, Siti. 2003. Economic Value Added (EVA) Sebagai Pengukur Kinerja Perusahaan : Sebuah Harapan Dan Kenyataan. Jurnal akuntansi dan manajemen STIE YKPN: Yogyakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tunggal, Amin Widjaja. Memahami Konsep EVA dan Value Based Management (UBM). Jakarta : Harvarindo, 2001. Van Horne dan John Warchowics. 2007. Manajemen Keuangan III, Edisi Keempat Cetakan Pertama. Diterjemahkan oleh Heru Sutejo. Jakarta: Salemba Empat. Young dan O’Byrne. 2001. EVA dan manajemen berdasarkan nilai. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat. Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi 8. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.