e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017)
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KAIN ENDEK SUTRA WARNA ALAM UNTUK MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK PADA USAHA TENUN IKAT SWASTIKA (TRADITIONAL WEAVERS) 1
Ni Putu Ayu Damayanti I Gusti Ayu Purnamawati, 2Anantawikrama Tungga Atmadja
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana perusahaan menghitung harga pokok produksi dalam menentukan harga jualnya. Cara perusahaan menghitung harga pokoknya dengan cara menjumlahkan biaya-biaya yang ada saja. Kemudian peneliti ingin membandingkan perhitungan harga pokok produksinya menurut metode perusahaan sendiri dengan metode konvensional (fuul costing). Dalam menghitungan harga pokok produksi terbagi menjadi tiga yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Penelitian ini di lakukan di usaha tenun Ikat Swastika yang terletak di Br. Budamanis, Sidemen, Karangasem. Penelitian ini di fokuskan pada satu proses produksi per bulan khusus pada produk kain endek sutra warna alam dalam menentukan harga pokok produksinya. Analisis data yang di gunakan yaitu jenis data kualitatif dengan metode deskriptif analisis, dan pengumpulan datanya melaluii wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil yang di peroleh dari menghitung penentuan harga pokok produksi untuk menentukan harga jual produk kain endek sutra warna alam yaitu di lihat dari perhitungan menurut usaha Tenun Ikat Swastika itu sendiri dan menggunakan metode konvensional (full costing). Hasil dari perhitungan menggunakan metode menurut usaha Tenun Ikat Swastika itu sendiri yaitu Rp 282.667 sedangkan menggunakan metode konvensional (full costing) yaitu Rp 291.454. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penentuan harga pokok produksi di usaha tenun Ikat Swastika seharusnya menggunakan metode konvensional (full costing) karena keuntungannya lebih besar daripada menggunakan metode sendiri. Jika usaha Tenun Ikat Swastika masih tetap menggunakan metode perhitungannya sendiri, maka usaha Tenun Ikat Swastika akan mendapat kerugian setiap satu lembar kain tenun endek sutra warna alam sebesar Rp 8.787. Kata kunci: Harga Pokok Produksi, Metode Konvensional (full costing), Kerugian harga jual.
Abstract This study was aimed at analyzing the calculation of production cost price in determining the selling price of the product of natural color silk endek cloth in Tenun Ikat Swastika (Traditional Weavers) Business. The firm still used a simple method of calculating the production cost. The production cost product according to the firm itself and conventional method (full costing) was compared. In calculating the production cost price there are three costs: raw material cost, manpower cost, and overhead cost. This study was conducted at Tenun Ikat Swastika business that is located in Br. Budamanis, Sidemen, Karangasem. This study focused on one production process each month, especially natural color silk endek cloth in determining its production cost. The data were analyzed by using qualitative data type with descriptive analysis method, and the data were collected through interview, observation and documentation. The results showed that the calculation of production cost price of the production by using the firm method was Rp 282,667 while by using full costing was Rp 291,454. The profit made is more when full
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017) costing is used than when the firm method is used. If Tenun Ikat Swastika still uses the firm method, then it will suffer a loss Rp 8.787 for every sheet of the natural color silk endek cloth. Keywords: production cost price, conventional method (full costing), lost sale price.
PENDAHULUAN Penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing atau konvensional sebenarnya dapat digunakan sebagai metode yang akurat dalam menentukan harga pokok produksi namun perhitungan dengan metode konvensional hanya dapat digunakan untuk produksi satu jenis barang saja, karena hanya akan memfokuskan pada biaya yang timbul saja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukaan oleh Haryadi (2002:67) bahwa penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat juga akan mempengaruhi keputusan pengambilan oleh manajemen. Mulyadi (2003:40) dapat dilakukan dengan menggunakan metode full costing, variabel costing atau dengan sistem activity based costing, namun untuk metode full costing atau konvensional terjadi banyak sekali distorsi dalam penentuan harganya karena sistem pembebanan biaya tidak diperhitungkan secara detail. Daya pikat kerajinan tangan Bali memang unik. Salah satunya adalah kerajinan kain endek sutra warna alam. Selama ini kain endek sutra warna alam Bali sudah ramai dipakai masyarakat. Penggunaannya tidak hanya pada kegiatan upacara adat, tetapi juga dimanfaatkan oleh pegawai negeri atau pun tenaga kerja swasta sebagai pakaian seragam. Produksi kain endek sutra warna alam Bali tersebar di setiap daerah, seperti di Kelungkung, Gianyar, Jembrana, dan Karangasem khususnya Desa Sidemen. Di dalam dunia bisnis tekstil Indonesia khususnya di Bali sekarang ini, perusahaan mengalami persaingan yang sangat ketat. Salah satunya adalah usaha tenun yang saat ini peningkatannya sangat pesat. Usaha tenun sudah mulai diminati banyak kalangan di Indonesia khususnya di Bali Kecamatan Sidemen. Perusahaan tenun ikat di Kecamatan Sidemen salah satunya adalah perusahaan tenun ikat Swatika. Usaha
tenun ikat Swastika merupakan perusahaan perseorangan yang bergerak di dunia industri tekstil, yang menggunakan peralatan alat tenun bukan mesin, alat yang di gunakan yaitu alat Glojeg. Tenun kain endek sutra warna alam ini merupakan hasil karya masyarakat di Desa Sidemen yang sekaligus merupakan mata pencaharian masayarakat setempat. Perusahaan Swastika memproduksi tenun ikat kain endek sutra warna alam ini bertujuan untuk melestarikan hasil dari alam dan mempertahankan nilai budaya masyarakat setempat. Usaha ini berlokasi di Banjar Budamanis, Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem. Dari persaingan yang sulit itu, perusahaan harus menggunakan dan menerapkan strategi manajemen analisis keuangan yang baik dalam mewujudkan tujuan perusahaan dengan menentukan bagaimana produk yang dihasilkan dapat diserap oleh pasar, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selain strategi yang baik, harga jual produk juga berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan. Dalam menghitung harga pokok terdapat tiga unsur biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini merupakan unsur biaya yang besar jumlahnya dibandingkan dengan jumlah biaya keseluruhan, dimana efisiensi produksi sangat erat kaitannya dengan biaya produksi. Selain itu, biaya produksi merupakan unsur biaya yang sangat penting dalam menentukan harga pokok produksi. Perhitungan harga pokok produk yang tidak dilakukan dengan metode yang tepat akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan, yang dapat berakibat kerugian dan akan menghambat laju perkembangan perusahaan. Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan yang menjadi dasar awal dalam melakukan penelitian, yaitu:
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017)
1.
2.
Bagaimanakah strategi usaha Tenun Ikat Swastika dalam menentukan harga pokok produksi kain endek sutra warna alam? Bagaimanakah perbandingan antara biaya produksi dengan harga jual tenun kain endek sutra warna alam pada usaha Tenun Ikat Swastika?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
2.
Untuk mengetahui bagaimana starategi usaha Tenun Ikat Swastika dalam menentukan harga pokok produksi kain tenun endek sutra warna alam pada usaha tenun ikat Swastika. Untuk mengetahui bagaimanakah perbandingan antara biaya produksi dengan harga jual kain endek sutra warna alam pada usaha Tenun Ikat Swastika.
Dari rumusan masalah dan tujuannya, maka peneliti ingin melakukan penelitian di usaha Tenun Ikat Swastika agar mengertahui lebih dalam bagaimana usaha Tenun Ikat Swastika menentukan harga pokok produksinya. METODE Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif yaitu suatu proses yang naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai orang atau objek yang diteliti (Sugiyono,2009). Jenis data yang di gunakan yaitu data kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan pada usaha Tenun Ikat Swastika yang berada di Br. Budamanis, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Dalam penelitian ini di fokuskan pada pengamatan penentuan harga pokok produksi kain endek sutra warna alam pada usaha tenun ikat Swastika. Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik usaha tenun ikat Swastika. Objek dalam penelitian ini adalah harga pokok produksi, pengetahuan pemilik tentang harga pokok produksi, dan kesiapan pemilik ataupun tenaga kerja dalam menerapkan penentuan harga pokok
produksi pada usaha tenun ikat Swastika di Br.Budamanis, Sidemen, Karangasem. Informan penelitian ini ditunjuk, yang ditunjuk yaitu pemilik usaha Tenun Ikat Swastika, mereka yang ditunjuk ditentukan kriterianya, yakni sejauh mana mereka memahami masalah yang dikaji sebagaimana yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, posisi dalam usaha menentukan harga pokok produksinya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini di kumpulkan melalui teknik wawancara, teknik observasi, dan dokumentasi. Reduksi data, reduksi data bertujuan untuk mempertajam analisis. Proses wawancara kepada informan terkadang keluar dari konteks paduan wawancara yang disusun. Reduksi pada hasil wawancara ini dilakukan dengan menghilangkan jawaban-jawaban informasi yang keluar dari konteks pertanyaan pedoman wawancara. Penyajian data ini di lakukan terhadap data yang di peroleh melalui proses wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang di peroleh melalui wawancara dan observasi disajikan melalui penyusunan teks naratif dalam kesatuan bentuk, keteraturan, penjelasan, pemaknaan konfigurasi dan alur sebab akibat. Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan observasi disajikan dalam bentuk tabel-tabel untuk memudahkan proses analisis. Analisis data dilakukan dengan merujuk pada proposisi yang telah di buat sebelumnya. Proporsi ini ini diuji, untuk megetahui sejauh mana dapat dipertahankan melalui bukti-bukti yang sahih dalam menjawab pertanyaan penelitian, selanjutnya hasil analisis terhadap terhadap proporsi ini dimanfaatkan dalam penarikan kesimpulan penelitian yang menguraikan hal-hal yang hakiki, makna subjektif, temuan konsep, dan proses universal atas permasalahan yang teliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Usaha Tenun Ikat Swastika Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Kain endek sutra warna alam
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017)
Usaha Tenun Ikat Swastika menghitung harga pokok produk dengan menggunakan metode sendiri, cara perusahaan menghitung harga pokok produk dengan menjumlahkan biayabiaya produksi perusahaan. Biaya-biaya yang di jumlahkan hanyalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya penunjang dalam produksi produk, tapi biaya penunjang ini tidaklah semua di masukkan masih ada biaya yang biasanya di masukkan tapi dianggap biaya tersebut tidaklah penting, seperti biaya pemeliharaan mesin, biaya penyusutan dan biaya lain-lain yang mempengaruhi produksi kain endek lainnya. Alasan pemilik perusahaan menggunakan metode tersebut untuk mencapai laba yang maksimal dan menyesuaikan dengan harga produk perusahaan dengan produk perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama. Selain itu perusahaan juga bergantung pada harga yang beredar di pasar, pemilik mengatakan jika perusahaan mengeluarkan produk dengan harga yang tidak sesuai dengan pasar nantinya akan terjadinya ketimpangan harga pasar yang menyebabkan pengepul tidak lagi memilih untuk membeli produk di perusahaannya. Dalam penelitian ini, penulis membuat perbandingan antara perhitungan harga pokok produksi menurut perhitungan perusahaan itu sendiri dan menurut metode konevensional (full costing). Perusahaan menghitung harga pokok dengan menjumlahkan biaya produksi dimana biaya tersebut di perhitungkan dan di akumulasikan seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Sedangkan yang menggunakan metode konvesinonal (full costing) perhitungannya sama, namun berbeda di biaya overhead pabriknya.
Usaha Tenun Ikat Swastika menghitung harga pokok produk dengan menggunakan metode sendiri, perusahaan menghitung harga pokok produk dengan cara menjumlahkan biaya-biaya produksi perusahaan. Biaya-biaya yang di
jumlahkan hanyalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya penunjang dalam produksi produk, tapi biaya penunjang ini tidaklah semua di masukkan masih ada biaya yang biasanya di masukkan tapi dianggap biaya tersebut tidaklah penting, seperti biaya pemeliharaan mesin, biaya penyusutan dan biaya lain-lain yang mempengaruhi produksi kain endek lainnya. Perusahaan menggunakan metode tersebut hanya untuk mencapai laba yang maksimal dan menyesuaikan harga produk perusahaan dengan produk perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama. Selain itu perusahaan juga bergantung pada harga yang beredar di pasar, pemilik mengatakan jika perusahaan mengeluarkan produk dengan harga yang tidak sesuai dengan pasar nantinya akan terjadinya ketimpangan harga pasar yang menyebabkan pengepul tidak lagi memilih untuk membeli produk di perusahaannya. Perusahaan juga tidak terlalu memperhitungkan harga pokok produknya, karena harga pokok produk yang di tetapkan sudah dianggap memberikan perusahaan laba yang maksimal, maka perhitungan tersebut tidaklah penting. Namun jika dilihat dari sudut ilmu akuntansi, perhitungan harga pokok produk yang benar maka akan memberikan perusahaan laba atau rugi yang sebenarnya dalam perusahaan. Menghitung harga pokok produksi menggunakan metode perhitungan konvensional (full costing) digunakan pada industri kecil dan menengah karena industri ini masih menggunakan proses pencatatan biaya yang masih relatif sederhana. Dalam hal ini, dilihat dari kebutuhan manajemen metode perhitungan harga pokok produksi konvensional
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017)
(full costing) lebih banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan. Dari penjelasan di atas, maka peneliti ingin melakukan perbandingan antara perhitungan harga pokok produk yang dihitung dengan menggunakan metode perusahaan dengan metode penentuan harga pokok produk sesuai dengan kaidah auntansi yaitu metode konvensional (full Costing),
untuk mengetahui yang manakah lebih baik di terapkan. Berikut perbandingan perhitungan harga pokok produk yang dihitung dengan menggunakan metode perusahaan dengan metode penentuan harga pokok produk sesuai dengan kaidah auntansi yaitu metode konvensional (full Costing). Berikut perbandingannya dapat di lihat pada tabel1:
Tabel 1. Perbandingan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Endek Sutra Warna Alam Per Produk Dengan Menggunakan Metode Perusahaan dan Metode Konvensional (Full Costing) Keterangan
Metode Menurut Perusahaan (1) Rp
Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya Overhead pabrik Jumlah produk yang di hasilkan Harga pokok produksi Produksi Kain endek sutra warna alam Per produk Sumber: data diolah 2016 Berdasarkan tabel 1 diatas, perhitungan harga pokok produksi menurut metode perusahaan dengan metode konvensional (Full Costing) terdapat perbedaan. Perhitungan harga pokok menurut perusahaan lebih rendah daripada dengan metode konvensional (Full Costing) dimana bisa dilihat dalam tabel di atas, perbedaan yang signifikan di sebab pada perhitungan biaya Overhead pabrik. Jika dilihat dari perhitungan biaya Overhead pabrik menurut perusahaan dengan metode konvensional (Full Costing), perhitungan menurut perusahaan masih belum lengkap dan banyak biaya-biaya yang belum di akui dan dimasukkan ke dalam biaya Overhead seperti biaya bahan bakar, biaya penyusutan,dan biaya pemeliharaan mesin. Adapun selisih jumlah atau perbedaan hasil perhitungan
3.100.000 3.570.000 1.810.000 30 produk Rp. 282.667
Metode Konvensional (Full Costing) (2) Rp 3.100.000 3.570.000 2.073.612 30 produk Rp. 291.454
Perbandi ngan (1-2) Rp 263.612 Rp 8.787
harga pokok produksi yaitu sebesar Rp.8.787. Perhitungan dengan metode konvensional (Full Costing) akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan efesiensi sumber daya yang digunakan dalam kegiatan produksi maupun dalam penetapan harga jual sesuai dengan besarnya keuntungan yang diharapkan perusahaan. Seperti contoh perhitungan biaya Overhead pada perusahaan, terdapat akun biaya pengiriman barang, biaya pengiriman barang tersebut seharusnya tidak termasuk kedalam biaya yang mempengaruhi harga pokok produk, tetapi biaya pengiriman termasuk biaya pemasaran. Perbandingan Antara Biaya Produksi Dengan Harga Jual Tenun Kain Endek Sutra Warna Alam.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017)
Ahmad (2007) mengungkapkan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang di keluarkan untuk menghasilkan suatu barang. Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Swastha (2007) mengungkapkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa di tambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan. Harga adalah jumlah uang yang di butuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Perbandingan antara biaya produksi dengan harga jual di lakukan karena biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa, maka dari itu perbandingan antara biaya produksi dengan harga jual dilakukan agar bisa mengetahui seberapa besar keuntungan yang di dapat dari biaya produksi hingga terjual. Dari hasil melakukan perbandingan tersebut, maka perusahaan akan mengetahui apakah mendapat keuntungan atau kerugian, jika dengan melakukan perbandingan tersebut, usaha tenun ikat swastika akan lebih mudah untuk mengetahui seberapa besar biaya produksi yang akan di keluarkan hingga harga penjualannya tidak terlalu mahal maupun tidak terlalu rendah sehingga perusahaan tidak mengalami kerugiaan. Jika perhitungan tidak cermat ataupun tepat maka perusahaan bisa mengalami kerugian, maka dari itu perbandingan ini sangat baik diterapkan untuk menghindari kerugian yang akan terjadi. Perbandingan biaya produksi dengan harga jual kain tenun endek sutra warna alam pada usaha Tenun Ikat Swastika dilakukan dengan dengan cara perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dan menurut metode konvensional yaitu sebagai berikut: Perhitungan menurut perusahaan:
Persentase Perbandingan = Persentase Perbandingan = Persentase Perbandingan = 80% Perhitungan menurut metode konvensional: Persentase perbandingan = Persentase perbandingan = Persentase perbandingan = 83% Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa harga jual kain tenun endek sutra warna alam di Tenun Ikat Swastika mendapat keuntungan baik dengan menggunakan perhitungan menurut perusahaan dengan memperkirakan sendiri biaya produksinya maupun menurut metode konvensional. Keuntungan yang di peroleh dari perhitungan menurut perusahaan sebesar 80% per produk, dan 83% per produk menurut perhitungan metode konvensional. Hasil yang di dapat tersebut dari biaya produksi yang berbeda namun harga jualnya sama, karena perhitungan biaya produksi menurut perusahaan dan menurut metode konvensional berbeda dan terdapat selisih sebesar Rp 8.787. Maka dari itu, hasil keuntungannya pun terdapat selisih sebesar 3% namun tetap sama-sama menguntungkan karena harga jual lebih besar dari biaya produksinya. Melakukan perbandingan ini akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan efesiensi sumber daya yang di gunakan dalam penetapan harga jual sesuai dengan keuntungan yang di harapkan perusahaan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017)
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan analisis data dari pembahasan hasi penelitian penulis menyimpulkan bahwa: 1. Perusahaan kain tenun ikat Swastika menghitung harga pokok produk dengan cara menjumlahkan biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya penunjang pabrik (biaya lain-lain). Dalam perhitungan menurut perusahaan hasil yang di dapat yaitu total biaya produksi menurut perusahaan sebesar Rp8.563.612 dan hasil perhitungan harga pokok produk sebesar Rp282.667 perproduk perhitungan ini di bulatkan. 2. Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang dilakukan lapangan melalui wawancara dengan pemilik perusahaan Swastika, dilihat dari perhitungan harga pokok produk yang dilakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan kaidah akuntansi yang berlaku. Alasan perusahaan menggunakan metode tersebut adalah untuk untuk mencapai laba yang maksimal dan menyesuaikan dengan harga produk perusahaan dengan produk perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama. Selain itu perusahaan juga bergantung pada harga yang beredar di pasar, pemilik mengatakan jika perusahaan mengeluarkan produk dengan harga yang tidak sesuai dengan pasar nantinya akan terjadinya ketimpangan harga pasar yang menyebabkan pengepul tidak lagi memilih untuk membeli produk di perusahaannya. 3. Metode harga pokok yang seharusnya di pakai perusahaan dalam menghitung harga pokok produk yaiu metode konvensional (Full Costing) dimana perhitungan ini memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya Overhead pabrik baik yang berprilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang seharusnya di catat yaitu Rp291.453 bukan sebesar Rp282.667. jika perusahaan tetap memakai metode perhitungan tersebut, perusahan akan
mengalami kerugian sebesar Rp8.787 per lembar kain tenun warna alam, kerugian ini disebab perbedaan jumlah biaya Overhead pabrik yang tidak lengkap dicatat oleh perusahaan. Adapun biaya yang tidak di masukkan yaitu biaya penyusutan peralatan, biaya bahan bakar, dan biaya pemeliharaan. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan dalam penenlitian ini diantaranya: 1. Sebaiknya perusahaan mengunakan metode perhitungan harga pokok produk sesuai kaidah akuntansi yaitu metode konvensional (Full Costing). Karena dalam penelitian diatas perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp2.787 (per- produk). Selain itu, laba yang diperoleh perusahaan transparan dan menekan adanya kecurangan (Fraud) yang dilakukan oleh karyawan. 2. Sebaiknya usaha tenun ikat swastikamenggolongkan biaya produksi untuk memudahkan menghitung harga pokok produk perusahaan. Selain menggolongkan biaya produksi, sebaiknya perusahaan juga membuat daftar aktiva tetap yang dimiliki termasuk harga perolehan, umur ekonomis, dan nilai residu aktiva tetap tersebut sebagai dasar dalam melakukan perhitungan atas penyusutan aktiva tetapdan dimasukan ke dalam biaya Overhead pabrik, agar harga pokokproduksi dapat disajikan secara akurat. 3. Sebaiknya usaha Tenun Ikat Swastika membuat laporan keuangan agar lebih mudah dalam mengetahui laba atau rugi yang akan diperoleh dalam menjual kain endek sutra warna alam tersebut, selain itu usaha Tenun Ikat Swastika akan mengetahui keadaan keuangan di masa yang akan mendatang jika di buat dalam laporan keuangan yang lengkap. Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad,
Kamaruddin. 2007. Akuntansi Manajemen, Dasar-dasar konsep Biaya dan Pengambilan keputusan. Raja Grafindo, Jakarta.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No 1 Tahun 2017)
Gunawan, Ayu Purnamawati, Ari Surya Darmawan. 2015. “ Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Vol.3 No.01 hal : 1. Universitas Pendidikan Ganesha..
Haryadi. 2002. Akuntansi Biaya untuk Penentuan Harga Pokok Produksi. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi. 2003.Activity Based Cost System.Yogyakarta:UPP AMD YKPN Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Swastha, B. 2007, Azas-azas Marketing. Edisi Revisi. Akademi Keuangan dan Bisnis (AKB). Yogyakarta