e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015)
PENGARUH GENDER, TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL, PENGALAMAN KERJA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng) 1
Putu Ira Indayani, 1Edy Sujana, 2Ni Luh Gede Erni Sulindawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh gender, tingkat pendidikan formal auditor, pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah staf dalam jabatan fungsional yang melaksanakan fungsi pemeriksaan di Inspektorat Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng yang berjumlah 43 orang. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji regresi linier berganda. Data dianalisis dengan menggunakan software SPSS versi 19. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gender terhadap kualitas audit, (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan formal auditor terhadap kualitas audit, dan (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengalaman kerja auditor auditor terhadap kualitas audit. Kata Kunci: gender, tingkat pendidikan formal, pengalaman kerja auditor, kualitas audit.
Abstract The research was aimed at gaining evidence empirically on the impact of gender, formal education level of auditors and work experience of auditors on audit quality. This is a quantitative research by using primary data gained by questionnaire and measured using Likert scale. The sampling technique applied was purposive sampling. The samples included 43 staff who did role of auditing at inspectorate offices of Denpasar Municipality, Badung and Buleleng regency. The technique used to analyze data was multiple linear regression test. The data was analyzed using SPSS version 19. The results of the research showed that (1) there was positive and significant impact of gender on audit quality, (2) there was positive and significant impact of the formal education level of the auditors on the audit quality, (3) there was positive and significant impact of the work experience of the auditors on the audit quality. Keywords: gender, formal education level, work experience of auditor, audit quality
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) PENDAHULUAN Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah. Fungsi pengawasan adalah memberikan penilaian yang independen dalam pemerintahan daerah untuk menguji dan mengevaluasi pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, fungsi pengawasan diharapkan dapat lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja pemerintah. Dengan demikian pengawasan pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 dinyatakan bahwa auditor internal/inspektorat bertugas untuk menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai unit/satuan kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi pemerintah daerah. Adanya peran auditor internal/inspektorat selaku pengawas intern pemerintah akan dapat memberikan sumbangan perbaikan efisiensi dan efektivitas terhadap informasi dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Sebagai suatu contoh, untuk menetukan keandalan informasi keuangan, inspektorat melakukan review terhadap laporan keuangannya. Proses review atas laporan keuangan menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan sesuai ketentuan yang berlaku. Masukan yang diberikan inspektorat dalam proses review ini akan menuntun terwujudnya laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan sehingga meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah. Selama ini banyak temuan audit yang terdeteksi oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya korupsi di Kota
Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng. Di Kota Denpasar terjadi kasus korupsi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali dengan terdakwa bendahara unit pelaksana teknisnya Yudho Kardianto yang merugikan keuangan negara senilai Rp 236 juta yang muali disidangkan bulan Maret lalu (http://www.antarabali.com). Sedangkan di Kabupaten Badung kasus korupsi terjadi melibatkan anggota Komisi D DPRD Badung Nyoman Giri Prasta atas dugaan “mark up” pengadaan tanah untuk lapangan di Desa Plaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, yang merugikan negara sebesar Rp 1,06 miliar (http://infokorupsi.com). Dan yang terakhir di Kabupaten Buleleng terjadi kasus korupsi yang melibatkan mantan Bupati Buleleng yaitu Putu Bagiada yang terbukti terlibat korupsi upah pungut Pajak Bumi dan Bangunan Kehutanan Perkebunan dan Pertambangan (PBB-KPP) senilai Rp 1.6 miliar dan sudah divonis 2 tahun penjara oleh Majelis Hakim (http://regional. kompas.com). Melihat dari sekian banyaknya kasus korupsi yang masih terjadi di Indonesia bahkan di Provinsi Bali, mencerminkan bahwa kantor Inspektorat tidak lagi berjalan sebagai mana mestinya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Sebagai penunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, sangat diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas. Tercapainya kinerja yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik pula. SDM adalah faktor penting demi terciptanya laporan keuangan yang berkualitas. Keberhasilan suatu entitas bukan hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimilikinya melainkan kompetensi sumber daya manusia yang dimilikinya. Dalam hal ini kompetensi sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan entitas yang bersangkutan. Kompetensi adalah ciri seseorang yang dapat dilihat dari keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang dimilikinya dalam hal menyelesaikan tugas-tugas yang
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) dibebankan kepadanya. Kompetensi merupakan dasar seseorang untuk mecapai kinerja tinggi dalam menyelesaikan kinerjanya. Sumber daya manusia yang tidak memiliki kompetensi tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaanya secara efisien, efektif, dan ekonomis. Dalam hal ini pekerjaan yang dihasilkan tidak akan tepat waktu dan terdapat pemborosan waktu serta tenaga. Kualitas SDM auditor dapat ditentukan dari gender, tingkat pendidikan formal, dan pengalaman kerja auditor yang akan mempengaruhi kualitas audit. Gender memberikan perbedaan dalam tingkat pertimbangan moral. Pertimbangan moral yang dimaksud adalah langkah pengambilan keputusan dan informasi dalam mengaudit perusahaan klien. Pengambilan keputusan harus didukung oleh informasi yang memadai. Laki-laki dalam pengolahan informasi tersebut biasanya tidak menggunakan seluruh informasi yang tersedia sehingga keputusan yang diambil kurang komprehensif dan kualitas hasil kerjanya kurang baik. Sedangkan, perempuan mereka dalam mengolah informasi cenderung lebih teliti dengan menggunakan informasi yang lebih lengkap dan mengevaluasi kembali informasi tersebut dan tidak gampang menyerah (Meyer & Levy dalam Jamilah (2007). Perempuan relatif lebih efisien dibandingkan laki-laki dalam mendapat akses informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya ingat yang lebih tajam terhadap suatu informasi baru dibandingkan kaum pria dan demikian halnya kemampuan dalam mengolah informasi lebih hati-hati sehingga dalam membuat keputusan judgment lebih tepat dibandingkan kaum pria. Kualitas audit sangat penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk hubungan gender dengan kualitas audit, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wibawa (2010) dan Kusumayanti (2013), yang menunjukan bahwa variabel independen yakni gender berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama:
H1:
gender berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Selain gender, faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah tingkat pendidikan formal. Faktor sumber daya manusia instansi pemerintahan khususnya di Inspektorat merupakan salah satu hal penting yang akan menunjang kualitas audit yang berkualitas. Faktor sumber daya manusia yang mempengaruhi kualitas audit seorang auditor adalah tingkat pendidikan formal auditor. Tingkat pendidikan formal merupakan adalah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang kompetensi seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Dengan memiliki pendidikan formal yang baik dapat meningkatkan sumber daya manusia dan akan berpengaruh pada hasil audit. Pencapaian pendidikan pada auditor dapat meningkatkan kualitas dari audit pemerintahan, serta pencapaian pendidikan menjamin kualitas tenaga kerja. Dengan memiliki pendidikan formal yang baik dapat meningkatkan sumber daya manusia dan akan berpengaruh pada hasil audit. Cheng et al. (2009) dalam Pebryanto (2013), menyarankan bahwa capaian pendidikan pada auditor dapat meningkatkan kualitas dari audit pemerintahan, serta pencapaian pendidikan menjamin kualitas tenaga kerja. Untuk hubungan tingkat pendidikan formal dengan kualitas audit, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Pebryanto (2013), yang menunjukan bahwa variabel independen yakni tingkat pendidikan formal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika semakin tinggi tingkat pendidikan formal auditor, maka semakin tinggi pula kualitas audit. Hal ini dikarenakan pendidikan formal yang baik dapat meningkatkan sumber daya manusia dan akan berpengaruh pada hasil audit. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua: H2: tingkat pendidikan formal auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Pengalaman kerja erat kaitannya dengan lama masa kerja dan banyaknya pemeriksaan yang dilakukan auditor. Semakin lama masa kerja sebagai auditor maka akan mempengaruhi dalam
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) profesionalitasnya. Pengalaman merupakan salah satu sumber peningkatan keahlian auditor yang dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, contohnya: pelaksanaan tugastugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor. Selain itu, pengalaman juga mempunyai arti penting dalam upaya perkembangan tingkah laku dan sikap seorang auditor. Pengalaman yang diperoleh auditor menunjukkan dampak bagi penambahan tingkah laku yang dapat diwujudkan melalui keahlian yang dimiliki untuk lebih mempunyai kecakapan yang matang. Pengalamanpengalaman yang didapat auditor, memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki oleh auditor melalui proses yang dapat dipelajari. Bertambahnya waktu bekerja bagi seorang auditor tentu saja akan diperoleh berbagai hal baru menyangkut praktikpraktik audit dan akuntansi yang terjadi pada obyek pemeriksaan. Pengalaman yang diperoleh seorang auditor akan bisa meningkatkan judgement profesional dalam pemeriksaan, di mana hal tersebut erat kaitannya dengan profesionalitas seorang auditor. Pengalaman menunjukkan peningkatan kemampuan yang dimiliki oleh seorang auditor. Untuk hubungan pengalaman kerja auditor dengan kualitas audit, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Pebryanto (2013), yang menunjukan bahwa variabel independen yakni pengalaman kerja auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika semakin tinggi pengalaman kerja auditor, maka semakin tinggi pula kualitas audit. Hal ini dikarenakan seseorang dapat menilai kinerja sesuai dengan tingkat pengalaman yang dimilikinya. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga: H3: pengalaman kerja auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
METODE Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Inspektorat Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel penelitian ini yaitu gender, tingkat pendidikan formal, dan pengalaman kerja auditor merupakan variabel bebas. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kualitas audit. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan kriteria auditor PNS yang memiliki pengalaman audit minimal 1 (satu) tahun. Jadi, sampel penelitian ini adalah staf dalam jabatan fungsional yang melaksanakan fungsi pemeriksaan di Inspektorat Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng yang berjumlah 43 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuesioner. Kuesioner ini ditujukan kepada pihak Inspektorat tempat responden bekerja yang dituangkan dalam daftar pernyataan. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 26 pernyataan, yang berisi 4 kelompok pernyataan yang berkriteria tertentu. Kelompok pertama berisi tentang gender dengan 1 item pernyataan, kelompok kedua tingkat pendidikan formal auditor dengan 5 item pernyataan, kelompok ketiga pengalaman kerja auditor auditor dengan 9 item pernyataan, kelompok keempat kualitas audit dengan 11 item pernyataan. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas, (2) Uji hipotesis menggunakan uji regresi regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Kuesioner tingkat pendidikan formal auditor terdiri dari 5 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,694 s.d 0,787 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,791 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner pengalaman kerja auditor terdiri dari 9 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,408 s.d 0,529 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,689 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner kualitas audit terdiri dari 11 butir dengan indeks
validitas butir bergerak dari 0,331 s.d 0,426 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,645 dengan klasifikasi tinggi. Hasil pengujian normalitas data menggunakan statistik angka Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 untuk statistik Kolmogorov-Smirnov Z. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05. Berdasarkan Tabel 1, ditunjukkan bahwa angka Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0,668 yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
N Normal Parametersa,b
Unstandardized Residual 43 0,0000000 0,83253691 0,111 0,058 -0,111 0,726 0,668
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is normal. b. Calculated from data. Sumber: data diolah (2015) Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data gender, tingkat pendidikan formal auditor, pengalaman kerja auditor, dan kualitas audit berdistribusi normal. Pada Tabel 2 hasil pengujian multikolinieritas menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masingmasing variabel bebas lebih kecil dari 10,
yaitu 1,273 untuk variabel gender, 1,765 untuk variabel tingkat pendidikan formal auditor, dan 1,700 untuk variabel pengalaman kerja auditor. Nilai tolerance lebih besar dari 0,1, yaitu 0,786 untuk variabel gender, 0,567 untuk variabel tingkat pendidikan formal auditor, dan 0,588 untuk variabel pengalaman kerja auditor.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) Gender Tingkat pendidikan formal auditor Pengalaman kerja auditor Sumber: data diolah (2015) Berdasarkan nilai VIF dan tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian di antara variabel bebas tidak ada korelasi atau tidak terjadi
0,786 0,567 0,588
1,273 1,765 1,700
Keterangan Non Multikolinieritas Non Multikolinieritas Non Multikolinieritas
multikolinearitas pada model regresi linier. Hasil pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual lebih besar
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) dari 0,05, yaitu 0,233 untuk variabel gender, 0,059 untuk variabel tingkat pendidikan formal auditor, dan 0,390 untuk variabel pengalaman kerja auditor yang ditunjukkan
pada Tabel 3. Dengan demikian, tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Tabel 3. Hasil Pengujian Heterokedastisitas
Model 1 (Constant) Gender Tingkat pendidikan formal auditor Pengalaman kerja auditor a. Dependent Variable: ABS Sumber: data diolah (2015)
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t B Std. Error Beta 0,593 1,765 0,336 -0,231 0,190 -0,208 -1,211 0,097 0,050 0,392 1,941 -0,046 0,052 -0,172 -0,868
Pada penelitian ini diajukan 3 hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan analisis regresi linier ganda. Hasil analisis uji koefesien determinasi disajikan pada
Sig. 0,739 0,233 0,059 0,390
Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, ditunjukkan bahwa hasil uji koefesien determinasi dengan nilai Adjusted R Square yang diperoleh sebesar 0,816.
Tabel 4. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 0,911 Sumber: data diolah (2015)
0,829
0,816
Hal ini menunjukkan bahwa audit daerah mampu dijelaskan bersama-sama oleh perubahan gender, tingkat pendidikan formal dan pengalaman kerja auditor 81,6%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
kualitas secara variabel auditor, sebesar 18,4%
Std, Error of the Estimate 0,86396
Hasil Regresi berganda antara variabel gender (X1), tingkat pendidikan formal auditor (X2), pengalaman kerja auditor (X3) terhadap kualitas audit daerah (Y) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Analisis Persamaan Regresi Linier Ganda
Model 1
(Constant) Gender Tingkat pendidikan formal auditor Pengalaman kerja auditor a. Dependent Variable: Kualitas audit Sumber: data diolah (2015)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 22,922 2,821 0,679 0,304 0,363 0,080 0,495 0,084
Standardized Coefficients Beta 0,167 0,400 0,510
t
Sig.
8,127 2,232 4,558 5,912
0,000 0,031 0,000 0,000
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) Berdasarkan Tabel 5 diperoleh model persamaan regresi linier berganda, yaitu: ˆ 22,922 0,679 X 0,363 X 0,495 X . Y 1 2 3 Berdasarkan Tabel 5 dan persamaan regresi, maka diambil keputusan sebagai berikut. 1. Koefisien regresi untuk variabel gender sebesar 22,922, arah koefisien tersebut positif yang menunjukkan bahwa gender berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan gender dan kualitas audit adalah searah. Berdasarkan Tabel 5, diperoleh harga thitung sebesar 2,232 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 43-1 = 42 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara gender terhadap kualitas audit. Jadi, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gender terhadap kualitas audit. 2. Koefisien regresi untuk variabel tingkat pendidikan formal auditor sebesar 0,363, arah koefisien tersebut positif yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan tingkat pendidikan formal auditor dan kualitas audit adalah searah. Jika tingkat pendidikan formal auditor semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Berdasarkan Tabel 5, diperoleh harga thitung sebesar 4,558 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 43-1 = 42 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan formal auditor terhadap kualitas audit. Jadi, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan formal auditor terhadap kualitas audit. 3. Koefisien regresi untuk variabel pengalaman kerja auditor sebesar 0,495, arah koefisien tersebut positif
yang menujukkan bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan pengalaman kerja auditor dan kualitas audit adalah searah. Jika pengalaman kerja auditor semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Berdasarkan Tabel 5, diperoleh harga thitung sebesar 5,912 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 43-1 = 42 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit. Jadi, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit. PEMBAHASAN Pengaruh Gender terhadap Kualitas Audit Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara gender terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan gender terhadap kualitas audit. Justifikasi tersebut mempertimbangkan kajian teori dan empiris. Secara teoretis, gender merupakan sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih, 2003). Teori gender diturunkan dari pemikiran-pemikiran dan teori sosial. Pada mulanya dikenal dua aliran teori, yaitu teori nuture dan teori nature. Kemudian dikembangkan teori bersifat kompromistis yang disebut teori keseimbangan atau teori equilibrium (Siswanto, 2008) dalam Agustianto (2013). Menurut teori nuture, perbedaan perempuan dan laki-laki adalah hasil kontruksi sosial budaya, sehingga menghasilkn peran dan tugas yang berbeda. Teori nature menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat, sehingga harus diterima. Sedangkan teori equilibrium menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) laki-laki. Wanita pada umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi daripada pria (Ruegger & King dalam Jamilah, et. al., 2007). Pertimbangan moral yang dimaksudkan adalah sebagai langkah pengambilan keputusan dan informasi dalam mengaudit perusahaan klien. Pengambilan keputusan harus didukung oleh informasi yang memadai. Laki-laki dalam pengolahan informasi tersebut biasanya tidak menggunakan seluruh informasi yang tersedia sehingga keputusan yang diambil kurang komprehensif dan kualitas hasil kerjanya kurang baik. Sedangkan perempuan, mereka dalam mengolah informasi cenderung lebih teliti dengan menggunakan informasi yang lebih lengkap dan mengevaluasi kembali informasi tersebut dan tidak gampang menyerah (Meyer & Levy dalam Jamilah (2007). Perempuan relatif lebih efisien dibandingkan laki-laki dalam mendapat akses informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya ingat yang lebih tajam terhadap suatu informasi baru dibandingkan kaum pria dan demikian halnya kemampuan dalam mengolah informasi lebih hati-hati sehingga dalam membuat keputusan judgment lebih tepat dibandingkan kaum pria. Kualitas audit sangat penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibawa (2010), yang menyatakan bahwa gender berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumayanti (2013), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara gender terhadap kualitas hasil kerja audit internal. Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Auditor terhadap Kualitas Audit Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan formal auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan tingkat
pendidikan formal auditor terhadap kualitas audit Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan empiris. Secara teoretis, kualitas audit merupakan probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (Anggelo dalam Badjuri (2012:123). Adapun pelanggaran yang dimaksud adalah adanya ketidaksesuaian antara pernyataan tentang kejadian ekonomi klien dengan kriteria yang telah ditetapkan. Faktor sumber daya manusia instansi pemerintahan khususnya di Inspektorat merupakan salah satu hal penting yang akan menunjang kualitas audit yang berkualitas. Faktor sumber daya manusia yang mempengaruhi kualitas audit seorang auditor adalah tingkat pendidikan formal auditor. Tingkat pendidikan formal merupakan adalah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang kompetensi seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Dengan memiliki pendidikan formal yang baik dapat meningkatkan sumber daya manusia dan akan berpengaruh pada hasil audit. Pencapaian pendidikan pada auditor dapat meningkatkan kualitas dari audit pemerintahan, serta pencapaian pendidikan menjamin kualitas tenaga kerja. Dengan memiliki pendidikan formal yang baik dapat meningkatkan sumber daya manusia dan akan berpengaruh pada hasil audit. Cheng et al. (2009) dalam Pebryanto (2013), menyarankan bahwa capaian pendidikan pada auditor dapat meningkatkan kualitas dari audit pemerintahan, serta pencapaian pendidikan menjamin kualitas tenaga kerja. Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pebryanto (2013), yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh Pengalaman Kerja auditor terhadap Kualitas audit Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) positif dan signifikan pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan empiris. Secara teoretis, pengalaman kerja adalah suatu acuan seorang karyawan dapat menempatkan diri secara tepat kondisi, berani mengambil resiko, mampu menghadapi tantangan dengan penuh tanggung jawab serta mampu berkomunikasi dengan baik terhadap berbagai pihak untuk tetap menjaga produktivitas, kinerja dan menghasilkan individu yang kompeten dalam bidangnya. Pengalaman kerja profesional memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja (Muzahid, 2009). Pengalaman kerja erat kaitannya dengan lama masa kerja dan banyaknya pemeriksaan yang dilakukan auditor. Semakin lama masa kerja sebagai auditor maka akan mempengaruhi dalam profesionalitasnya. Pengalaman merupakan salah satu sumber peningkatan keahlian auditor yang dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, contohnya: pelaksanaan tugastugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor. Bertambahnya waktu bekerja bagi seorang auditor tentu saja akan diperoleh berbagai hal baru menyangkut praktik-praktik audit dan akuntansi yang terjadi pada obyek pemeriksaan. Pengalaman yang diperoleh seorang auditor akan bisa meningkatkan judgement profesional dalam pemeriksaan, di mana hal tersebut erat kaitannya dengan profesionalitas seorang auditor. Pengalaman auditor akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing. Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan.
Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pebryanto (2013), yang menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh gender, tingkat pendidikan formal auditor, pengalaman kerja auditor, dan peran internal audit terhadap kualitas audit, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gender terhadap kualitas audit. (2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan formal auditor terhadap kualitas audit. (3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. (1) Bagi auditor, perlu ditingkatkannya pengalaman kerja dan tingkat pendidikan formal agar bisa meningkatkan kinerja auditor, sehingga informasi yang diberikan auditor dapat digunakan dengan baik dalam membantu pihak auditor. (2) Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel lain atau dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor seperti motivasi, ambiguitas, serta independensi. (3) Teknik pengumpulan data menggunakan penyebaran kuesioner secara langsung, peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan juga metode pengumpulan data wawancara sehingga informasi yang didapat lebih akurat dan lengkap. DAFTAR PUSTAKA Agustianto, Angga. 2013. Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman Auditor, Gender, dan Kualitas Audit terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 (Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015) Keuangan. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Badjuri, Achmad. 2012. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Jawa Tengah). Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol. 1, No. 2, 130-135. Fakih, M. 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jamilah, S., Zaenal F., & Grahita, C. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar. Kusumayanti, P. T. 2014. Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit dan Gender terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi pada Badan Inspektorat Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Bangli). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Volume: 2 No. 1. Muzahid, M. 2014. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Kualitas Pelatihan, dan Lama Pengalaman Kerja Pegawai terhadap Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Akuntansi. Vol. 2, No. 2. Pebryanto, Setyadi. 2013. Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal, Pengalaman Kerja, Tingkat Kualifikasi Profesi, Continuing Professional Development Terhadap Kualitas Audit di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ri Perwakilan Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Ekonom dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makasar. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cetakan ke-18, Bandung: CV Alvabeta. Wibawa, A. 2010. Pengaruh Gender, Kompetensi, dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Yogyakarta & Semarang).
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.