e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
PENGARUH AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, KETEPATAN WAKTU DAN PENGAWASAN INTERNAL TERHADAP KINERJA ANGGARAN BERKONSEP VALUE FOR MONEY PADA INSTANSI PEMERINTAH DI KABUPATEN BULELENG 1
I Desak Nyoman Tri Wandari, 1Edy Sujana, 2I Made Pradana Adi Putra Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada 28 instansi di Kabupaten Buleleng. Sampel dalam penelitian ini yaitu Kepala Instansi Pemerintahan dan Bendahara pada setiap Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng. Metode pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan program SPSS versi 16.0. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng, (2) transparansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money pada Instansi Pemerintah Kabupaten Buleleng, (3) ketepatan waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng, dan (4) pengawasan internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng, (5) akuntanbilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Kata Kunci: akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, pengawasan internal, kinerja anggaran berkonsep value for money Abstract This study aimed at finding out the empirical effect of accountability, transparency, punctualitydan internal control on the performance of value for money concept based budgeting. The data of the study were collected in the forms of quantitative by using questionnaires. All staff members of 28 offices around local government in Buleleng regency were determined as the population, while the samples consisted of all the head office of the local government in Buleleng regency including their treasures were selected based on purposive sampling technique. The data were analyzed based on SPSS version 16.00 Program. The hypothesis was tested by using multiple linear regressions. The results of the study indicated that: (1) accountability had a positive and significant effect on theperformance of value for money concept based budgeting ,(2) transparency had a positive and significant effect on the performance of value for money concept based budgeting, (3) punctuality had a positive and significant effect on the performance of value for money concept based budgeting at the local government office in Buleleng regency, and (4) internal control had a positive and significant effect on the
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) performance of value for money concept based budgeting at the local government office in Buleleng regency, (5) accountability, transparency, punctuality and internal control had a positive and significant effect on the performance of value for money concept based budgeting. Keywords:
accountability, transparency, punctuality and internal performance of value for money concept based budgeting.
PENDAHULUAN Di era reformasi dan desentralisasi sekarang ini, good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa. Khususnya yang menganut prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintahan baik pusat maupun daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah secara efektif, banyak perubahan yang terjadi pada negara Indonesia yang menjadi sorotan yaitu bersifat signifikan dan fundamental. Hal ini tertuang sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Selanjutnya implementasi otonomi daerah ini mendapat sambutan dengan adanya pengesahan UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Adanya perubahan paradigma pemerintah dari sentralistik (terpusat) ke desentralistik (otonomi daerah) sangat mempengaruhi dinamika penyelenggaraan pemerintah daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan berwibawa (good governance), selain itu membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien. Dengan pengalokasian dana secara baik, maka akan berimplikasi pada pembangunan daerah dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Namun, pada kenyataannya selama ini kinerja anggaran dalam proses penyusunan, pembahasan sampai pada penetapan APBD serta laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ), umumnya perhatian lebih terfokus pada besarnya anggaran. Penyusunan anggaran lebih menekankan pada input, di mana
control,
the
perubahan terletak pada jumlah anggaran yang meningkat dibanding tahun sebelumnya. Kinerja anggaran lebih mengutamakan penyerapan anggaran dibandingkan melakukan penghematan dana anggaran sehingga banyak anggaran digunakan untuk hal-hal yang tidak perlu, tidak terjadi efisiensi anggaran, dan banyak penggunaan anggaran yang meyimpang dengan tujuan atau target kebijakan pemerintah. Permasalahan lain yaitu kinerja anggaran juga selama ini memiliki kelemahan perencanaan dalam pengalokasian anggaran belanja menyebabkan lemahnya kinerja pemerintah, sehingga ada unit kerja yang kelebihan pembiayaan dan ada pula unit kerja yang kekurangan pembiayaan. Sebagai contoh permasalahan adalah tingkat penyimpangan keuangan di daerah termasuk di Bali masih cukup tinggi. Kabupaten Buleleng merupakan salah satu Daerah yang menjadi sorotan dalam halnya penyimpangan APBD. Hasil temuan dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) terhadap Kabupaten Buleleng cukup mengejutkan. Di mana Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 diduga oleh aparat hukum telah terjadi penyimpangan APBD mencapai angka 30 milyar, yang salah satunya menjadi sorotan yaitu adanya bantuan bencana alam fiktif kepada beberapa desa di Kabupaten Buleleng. Selain itu, pada tahun 2010, Kabupaten Buleleng juga mendapat sorotan terkait dengan 4 pembebasan lahan kolam renang yang diduga oleh aparat hukum telah terjadi kesalahan prosedur pembayaran ganti rugi yang berpotensi merugikan keuangan negara. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah daerah perlu melakukan pengelolaan dana publik yang didasarkan pada konsep dasar performance budgeting system (anggaran kinerja) dengan cara dikembangkan sistem
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) anggaran APBD yang berbasis kinerja anggaran berkonsep value for money. Artinya penyusunan, pembahasan, penetapan sampai pengawasan pelaksanaan anggaran tidak cukup dengan hanya melihat besar kecilnya anggaran yang merupakan masukan, tapi juga harus memperhatikan kinerja anggaran tersebut yang meliputi capaian kinerja, keluaran, hasil dan manfaat serta tepat tidaknya kelompok sasaran kegiatan yang dibiayai anggaran. Anggaran yang baik akan menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi karena memuat suatu set keluaran yang diinginkan. Good governance akan terwujud jika anggaran dapat dikelola dengan sebaik mungkin. Penerapan good governance tidak terlepas dari adanya prinsip akuntabilitas. Secara umum, dalam setiap pengelolaan anggaran selalu dikaitkan dengan akuntabilitas publik. Pada pengelolaan anggaran perlu adanya akuntabilitas, dimana semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik baik di pusat maupun di daerah, selain itu tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik dalam halnya pengelolaan anggaran. Transparansi dapat diartikan memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pengelolaan anggaran yang juga menjadi faktor penting yaitu ketepatan waktu. Sebuah anggaran dituntut juga dalam halnya ketepatan waktu dimana diharapkan adanya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya keterlambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan dalam menyusun anggaran. Tercapainya pengelolaan anggaran yang baik tidak lepas dari adanya pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung pengguna anggaran itu sendiri (pengawasan internal). Perlu adanya pengawasan internal yang baik dalam pengelolaan sebuah anggaran untuk mengetahui atau mengevaluasi kinerja anggaran agar kinerja dapat berjalan dengan baik.
Untuk dapat menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) berdasarkan anggaran berbasis kinerja (ABK) diperlukan kinerja sesuai dengan prinsip-prinsip good governance tersebut. Kinerja anggaran merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan dengan visi, misi, dan rencana organisasi. Kinerja Instansi Pemerintah dalam penyusunan anggaran digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam penganggaran. Pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for money atau pengawasan atas kinerja output. Value for money harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah karena dalam konteks otonomi daerah, value for money merupakan jembatan untuk mengantar Pemerintah Daerah mencapai good governance yaitu Pemerintah Daerah yang transparan, akuntabel, ekonomis, efektif, dan efisien. Untuk hubungan akuntabilitas dengan kinerja anggaran berkonsep value for money, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Garini (2011) yang menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Jika semakin kuat penerapan akuntabilitas, maka semakin tinggi pula kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan kinerja anggaran yang baik dibutuhkan pertanggungjawaban anggaran agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang diharapkan. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama: H1: akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Garini (2011), yang menyatakan bahwa transparansi (keterbukaan) dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan kinerja anggaran yang berkonsep value for money untuk menghasilkan anggaran yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kuat transparansi, maka semakin tinggi pula kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2014) yang menunjukkan bahwa transparansi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua: H2: transparansi berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Informasi yang disampaikan tepat waktu dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Baridwan, 1997). Yahya & Putra (2012), yang menunjukkan bahwa ketepatan jadwal penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Jika dalam sebuah anggaran daerah mampu memberikan informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu, maka semakin tinggi pula kinerja anggaran berkonsep value for money. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga: H3: ketepatan waktu berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Pengawasan internal memberikan keyakinan yang memandai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Efisiensi dan efektivitas merupakan elemen utama dari kinerja anggaran berkonsep value for money pada organisasi sektor publik (Mardiasmo, 2010). Oleh karena itu, pengawasan internal berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2014), yang menunjukkan bahwa pengawasan internal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis keempat: H4: pengawasan internal berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Elemen utama kinerja anggaran berkonsep value for money pada organisasi sektor publik yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo, 2002), dipengaruhi oleh akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal. Apabila
akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam penyusunan anggaran, maka pelaksanaan dalam menyusun sebuah anggaran dapat terarah dan menuju kepada tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mulya (2014), yang menunjukkan bahwa akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan internal secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kelima: H5: akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. METODE Penelitian ini dilaksanakan di 28 Instansi Pemerintah Kabupaten Buleleng. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel penelitian ini yaitu akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu dan pengawasan internal merupakan variabel bebas. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja anggaran berkonsep value for money. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode penarikan purposive adalah pengambilan sampel yang menggunakan kriteria khusus terhadap sampel (Prasetyo & Lina Miftahul Jannah, 2010:135). Sampel dalam penelitian ini adalah kepala instansi dan bendahara pada setiap instansi pemerintah di Kabupaten Buleleng. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuesioner. Kuesioner ini ditujukan kepada kepala dinas dan bendahara yang dituangkan dalam daftar pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan penelitian yang beradaptasi dari Mulya (2014) yang terdiri dari 32 pertanyaan, yang berisi 5 kelompok pertanyaan yang berkriteria tertentu. Kelompok pertama berisi tentang akuntabilitas dengan 9 item pertanyaan, kelompok kedua transparansi dengan 5 item pertanyaan, kelompok ketiga ketepatan waktu degan 6 item pertanyaan,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) kelompok keempat pengawasan internal dengan 5 item pertanyaan dan kelompok kelima yaitu kinerja anggaran berkonsep value for money dengan 7 item pertanyaan. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala ordinal atau skala likert. Skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011). Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis menggunakan uji regresi regresi linier sederhana dan uji regresi regresi linier berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Kuesioner akuntabilitas terdiri dari 9 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,448 s.d 0,607 dan indeks reliabilitas kuesioner Alpha Cronbach sebesar 0,717 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner transparansi terdiri dari 5 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,606 s.d 0,801 dan indeks reliabilitas kuesioner Alpha Cronbach sebesar 0,785 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner ketepatan waktu terdiri dari 6 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,501 s.d 0,688 dan indeks reliabilitas kuesioner Alpha Cronbach sebesar 0,747 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner pengawasan internal terdiri dari 5 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,718 s.d 0,781 dan indeks reliabilitas kuesioner Alpha Cronbach sebesar 0,791 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner kinerja anggaran berkonsep value for money terdiri dari 7 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,536 s.d 0,770 dan indeks reliabilitas kuesioner Alpha Cronbach sebesar 0,758 dengan klasifikasi tinggi. Hasil pengujian normalitas data menggunakan statistik Kolmogiorov-
Smirnov menunjukkan bahwa nilai-nilai statistik yang diperoleh memiliki angka signifikansi lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, pengawasan internal, dan kinerja anggaran berkonsep value for money berdistribusi normal. Hasil pengujian multikolinieritas mengunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10. Nilai korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian di antara variabel bebas tidak ada korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier. Hasil pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Sumber: data diolah (2014). Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot Hasil pengujian heteroskedastisitas pada grafik scatterplot pada Gambar 1 menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu serta arah penyebarannya berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian tidak terjadi gejala heteroskesdastisitas pada regresi ini, sehingga model regresi yang dilakukan layak dipakai. Pada penelitian ini diajukan lima hipotesis. Pengujian hipotesis yang pertama digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil analisis disajikan pada Tabel 1.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana antara Akuntabilitas terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 3,866 3,391 X1 0,697 0,088 Sumber: data diolah (2014). Model
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil perhitungan regresi b1 sebesar 0,697 konstanta a sebesar 3,866. Dengan demikian, dapat digambarkan hubungan variabel dengan persamaan regresi ˆ Y 3,866 0,697 X1. Pada persamaan regresi diperoleh arah koefisien positif, yang menunjukan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Harga thitung sebesar 7,907 dengan taraf
Standardized Coefficients Beta 0,759
t
Sig.
1,140 7,907
0,260 0,000
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2tailed) pada dk = 48-1 = 47 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Pengujian hipotesis yang kedua digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil analisis disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana antara Transparansi terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 13,032 1,545 X2 0,853 0,074 Sumber: data diolah (2014). Model
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil perhitungan regresi b2 sebesar 0,853 konstanta a sebesar 13,032. Dengan demikian, dapat digambarkan hubungan variabel dengan persamaan regresi ˆ Y 13,032 0,853 X 2 . Pada persamaan regresi diperoleh arah koefisien positif, yang menunjukan bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Harga thitung sebesar 11,453 dengan taraf
Standardized Coefficients Beta 0,860
t
Sig.
8,437 11,453
0,000 0,000
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2tailed) pada dk = 48-1 = 47 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara transparansi terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Pengujian hipotesis yang ketiga digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil analisis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana antara Ketepatan Waktu terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 2,776 1,703 X3 1,067 0,065 Sumber: data diolah (2014). Model
Standardized Coefficients Beta 0,924
T
Sig.
1,630 16,392
0,110 0,000
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil perhitungan regresi b3 sebesar 1,067 konstanta a sebesar 2,776. Dengan demikian, dapat digambarkan hubungan variabel dengan persamaan regresi ˆ Y 2,776 1,067 X 3 . Pada persamaan regresi diperoleh arah koefisien positif, yang menunjukan bahwa ketepatan waktu berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Harga thitung sebesar 16,392 dengan taraf
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2tailed) pada dk = 48-1 = 47 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ketepatan waktu terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Pengujian hipotesis yang keempat digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil analisis disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana antara Pengawasan Internal terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 18,480 1,810 X4 0,650 0,096 Sumber: data diolah (2014). Model
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil perhitungan regresi b4 sebesar 0,650 konstanta a sebesar 18,480. Dengan demikian, dapat digambarkan hubungan variabel dengan persamaan regresi ˆ Y 18,480 0,650 X 4 . Pada persamaan regresi diperoleh arah koefisien positif, yang menunjukan bahwa pengawasan internal berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Harga thitung sebesar 6,764 dengan taraf
Standardized Coefficients Beta 0,706
t
Sig.
10,212 6,764
0,000 0,000
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2tailed) pada dk = 48-1 = 47 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengawasan internal terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Pengujian hipotesis yang kelima digunakan analisis regresi linier ganda. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Ganda antara Akuntabilitas, Transparansi, Ketepatan Waktu, dan Pengawasan Internal terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 2,820 1,735 X1 0,134 0,059 X2 0,323 0,082 X3 0,482 0,115 X4 0,183 0,057 Sumber: data diolah (2014).
Standardized Coefficients Beta
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil perhitungan koefisien determinasi sebesar 0,917. Hal ini menunjukkan bahwa 91,7% variabel kinerja anggaran berkonsep value for money dipengaruhi oleh variabel akuntabilitas, transparansi, ketepatan
waktu, dan pengawasan internal, sedangkan 8,3% dipengaruhi oleh faktor lain. hasil perhitungan regresi b1 sebesar 0,134, b2 sebesar 0,323, b3 sebesar 0,482, b4 sebesar 0,183, dan konstanta a sebesar 2,820. Dengan demikian, dapat
Model
0,146 0,326 0,418 0,199
t
Sig.
1,626 2,281 3,921 4,196 3,193
0,111 0,028 0,000 0,000 0,003
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) digambarkan hubungan variabel-variabel dengan persamaan regresi ˆ 2,820 0,134 X Y 1
0,323 X 2 0,482 X 3 0,183 X 4 .
Pada persamaan regresi diperoleh arah koefisien positif, yang menunjukan bahwa akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Harga thitung sebesar 2,281, 3,921, 4,196, dan 3,193 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai ttabel (2-tailed) pada dk = 48-1 = 47 adalah 2,021. Karena thitung lebih besar dari ttabel dan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. PEMBAHASAN Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Kinerja anggaran selama ini, proses penyusunan, pembahasan sampai pada penetapan APBD serta laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ), umumnya perhatian lebih terfokus pada besarnya anggaran. Penyusunan anggaran lebih menekankan pada input, di mana perubahan terletak pada jumlah anggaran yang meningkat dibanding tahun sebelumnya. Kinerja anggaran lebih mengutamakan penyerapan anggaran dibandingkan melakukan penghematan dana anggaran sehingga banyak anggaran digunakan untuk hal-hal yang tidak perlu, tidak terjadi efisiensi anggaran, dan banyak penggunaan anggaran yang meyimpang dengan tujuan atau target kebijakan pemerintah. Untuk menghindarkan penyalahgunaan anggaran, perlu dikembangkan sistem anggaran APBD yang berbasis kinerja anggaran berkonsep value for money. Artinya penyusunan, pembahasan, penetapan sampai pengawasan pelaksanaan anggaran tidak cukup dengan hanya melihat besar kecilnya anggaran yang merupakan masukan, tapi juga harus memperhatikan
kinerja anggaran tersebut yang meliputi capaian kinerja, keluaran, hasil dan manfaat serta tepat tidaknya kelompok sasaran kegiatan yang dibiayai anggaran. Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Pengukuran kinerja berdasarkan alokasi biaya dan pelayanan yang menekankan pada tiga elemen utama ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Untuk menerapkan kinerja anggaran berkonsep value for money, maka sangat diperlukan akuntabilitas pemerintah terhadap pengelolaan anggaran. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Sebagai contoh, bentuk akuntabilitas dilaksanakannya Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2012 disampaikan Bupati Buleleng dalam rapat paripurna yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD. Dalam laporannya, Bupati Buleleng menyampaikan kepada DPRD dengan maksud memenuhi tanggung jawab konstitusi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya pertanggungjawaban kepada DPRD, maka DPRD ikut mengetahui dan memantau jalannya penyusunan dan pengelolaan anggaran serta menilai tingkat penghematan, efisiensi, dan keefektivan penggunaan anggaran. Dengan demikian, kinerja anggaran berkonsep pada value for money dapat berjalan dengan baik. Temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nadia (2011), yang menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Kinerja anggaran selama ini memiliki kelemahan perencanaan dalam pengalokasian anggaran belanja menyebabkan lemahnya kinerja pemerintah, sehingga ada unit kerja yang kelebihan pembiayaan dan ada pula unit kerja yang kekurangan pembiayaan. Unit kerja yang kelebihan pembiayaan mengakibatkan penghematan dan efisiensi menjadi rendah, sedangkan ada unit kerja yang kekurangan pembiayaan mengakibatkan efektivitas menjadi rendah untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Kesenjangan yang lebar antara kebutuhan anggaran dengan keterbatasan anggaran yang dapat disediakan akan menimbulkan pengalokasian anggaran yang buruk apabila arah dan prioritas penggunaan anggaran tidak terdefinisi dengan baik, proses pengalokasian anggaran tidak sistematik, dan praktik penganggaran yang tidak transparan karena lemahnya persyaratan kelayakan pembiayaan. Untuk menghindari pengalokasian anggaran yang buruk diperlukan suatu sistem kinerja anggara berkonsep value for money. Artinya penyusunan, pembahasan, penetapan sampai pengawasan pelaksanaan anggaran tidak cukup dengan hanya melihat besar kecilnya anggaran yang merupakan masukan, tapi juga harus memperhatikan kinerja anggaran tersebut yang meliputi capaian kinerja, keluaran, hasil dan manfaat serta tepat tidaknya kelompok sasaran kegiatan yang dibiayai anggaran. Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Pengukuran kinerja berdasarkan alokasi biaya dan pelayanan yang menekankan pada tiga elemen utama ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Untuk menerapkan kinerja anggaran berkonsep value for money, maka sangat diperlukan transparansi dari pemerintah.
Transparansi bukan sekedar keterbukaan dalam menunjukkan bagaimana uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Sebagai contoh transparansi anggaran yang dilakukan pemerintah kabupaten Buleleng adalah dilaporkannya keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI perwakilan provinsi Bali. BPK RI menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Buleleng kepada DPRD Kabupaten Buleleng dalam Rapat Paripurna Istimewa. Dengan diawasi dan diketahui oleh masyarakat dan DPRD, maka pihak berkepentingan, yaitu DPRD dan masyarakat dapat ikut memantau kinerja dalam penyusunan anggaran suatu instansi pemerintahan serta menilai tingkat penghematan, efisiensi, dan keefektivan penggunaan anggaran. Dengan demikian, kinerja anggaran berkonsep value for money dapat berjalan dengan baik. Temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nadia (2011), yang menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Pengaruh Ketepatan Waktu terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Menurut IAI (2007) bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan dan informasi yang relevan akan bermanfaat bagi pemakai apabila tepat waktu yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Dengan informasi laporan keuangan disampaikan tepat waktu maka semakin cepat dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai contoh, setiap akhir tahun pada bulan Desember, setiap dinas dan instansi pemerintahan melaksanakan tutup anggaran. Pada tutup anggaran, anggaran yang dimiliki harus digunakan sepenuhnya secara efektif. Selain itu, jika anggaran digunakan secara efektif, akan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) menghasilkan ketepatan waktu dalam proses tutup anggaran. Setelah itu, disusunlah laporan keuangan mengenai seluruh anggaran yang telah digunakan selama satu tahun yang telah berlangsung. Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan akan sangat dipengaruhi oleh ketepatan waktu saat proses tutup anggaran. Pada tahun berikutnya, dilaksanakan SPJ (surat pertanggungjawaban). Selain itu dengan adanya ketepatan waktu pada proses penutupan anggaran, pelaporan keuangan, dan penyusunan SPJ, maka akan berpengaruh pada proses pengambilan keputusan. Sangat penting adanya ketepatan waktu pada saat proses pengambilan keputusan agar menghasilkan informasi yang relevan sehingga kinerja anggaran dapat berjalan dengan baik berkonsep pada value for money. Temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yahya & Putra (2012), yang menunjukkan bahwa ketepatan jadwal penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Pengaruh Pengawasan Internal terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Lingkup pengawasan internal pemerintah selama ini hanya sebatas pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance). Pengawasan yang didasarkan pada kepatuhan adalah pengawasan yang memeriksa bahwa pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan undang-undang peraturan. Dalam pengawasan kepatuhan terdapat asas kepatutan. Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan, kepatutan lebih pada kebijaksanaan pimpinan dalam mengambil keputusan. Jika melanggar kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan. Kelemahan pengawasan internal yang didasarkan pada kepatuhan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan pemerintah terhadap APBD.
Penyalahgunaan APBD dimungkinkan terjadi karena keputusan diambil oleh pimpinan. Pengalokasian anggaran tidak hanya untuk kepentingan masyarakat, tetapi juga untuk proyek-proyek demi kepentingan pribadi pejabat. Hal ini menyebabkan tidak terjadi penghematan anggaran, efisiensi, dan efektivitas anggaran. Untuk mengatasi kelemahan pengawasan internal tersebut, maka diperlukan suatu sistem pengawasan internal berbasis kinerja, yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas (value for money). Audit ekonomi dan efisiensi disebut juga management audit atau operational audit, Sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit value for money merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dala pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kinerja yang telah dicapai dengan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut. Tujuan pengawasan internal dengan menekankan value for money adalah untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga sektor publik dan untuk perbaikan kinerja pemerintah. Dalam menyusun anggaran diperlukannya sebuah pengawasan internal agar pelaksanaan dalam menyusun sebuah anggaran dapat terarah dan menuju kepada tercapainya tujuan yang direncanakan. Sebagai contoh pengawasan internal yang dilakukan kabupaten Buleleng adalah adanya Satuan Pengawas Internal yang diwadahi dalam sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang kemudian dikenal dengan Inspektorat Daerah atau Badan Pengawas Keuangan Daerah (Bawasda), yang berfungsi sebagai auditor atau
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) pemeriksa internal bagi Pemerintah Kabupaten yang bertanggungjawab kepada Bupati. Dengan adanya pengawasan internal mengenai anggaran di lingkungan instansi bersangkutan, dimana dalam penelitian ini yaitu kepala instansi pemerintahan dapat mengontrol atau mengevaluasi agar tidak terjadinya kesalahan sehingga kinerja anggaran dapat berjalan dengan baik. Kepemimpinan dari kepala instansi pemerintahan yang dilaksanakan dalam lingkungan organisasi sangat dibutuhkan dalam hal pengawasan kinerja anggaran. Penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for money. Temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulya (2014), yang menunjukkan bahwa pengawasan internal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Ketepatan Waktu, dan Pengawasan Internal terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Kinerja akan berjalan dengan baik, jika sudah ada nya prinsip good governance yang mendasarinya. Menurut Mangkunegara (2006:16), kinerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: (1) Faktor Individu (2) Faktor lingkungan. maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan variabel dengan teori tersebut. Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban pihak pemegang amanah kepada pihak pemberi amanah (principal) yang jika dikaitkan dengan faktor kinerja tersebut, akuntabilitas tergolong pada faktor lingkungan kerja organisasi karena dalam hal ini pertanggungjawaban dilakukan oleh lingkungan organisasi. Hubungan antara oknum pemerintahan dalam organisasi kepada pihak berkepentingan dalam halnya pengelolaan anggaran, apakah sudah adanya pertanggungjawaban dilingkungan organisasi tersebut. Transparansi merupakan keterbukaan informasi kepada masyarakat, dimana terdapat keterkaitan dengan faktor kinerja
tersebut yaitu tergolong dalam faktor lingkungan kerja organisasi, dikarenakan keterbukaan dimulai dari lingkungan kerja selanjutnya kepada DPRD dan masyarakat. Sedangkan ketepatan waktu yang merupakan informasi yang disajikan tepat waktu ini tergolong pada faktor individu. Dimana adanya kesadaran sendiri untuk bekerja dengan cepat, tepat waktu sesuai yang diharapkan. Selanjutnya yaitu pengawasan internal, pada variabel ini tergolong pada faktor lingkungan kerja organisasi karena dilaksanakan dalam lingkungan organisasi berkaitan dengan kepemimpinan dalam mengawasi kinerja apakah sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan agar nantinya tidak adanya penyimpangan. Dengan adanya penjelasan hubungan dari akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu dan pengawasan internal maka berpengaruh terhadap kinerja anggaran yang berkonsep value for money. Konsep value for money yang digunakan adalah pengukuran ekonomi, pengukuran efisiensi, dan pengukuran efektivitas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan anggaran dikelola dengan baik, anggaran dikelola secara ekonomis, efisien dan efektif, dengan demikian kinerja sudah berjalan dengan baik. Temuan ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulya (2014), yang menunjukkan bahwa akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan internal secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal adaterhadap kinerja anggaran berkonsep value for money, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money, (2) transparansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) berkonsep value for money, (3) ketepatan Waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money, (4) pengawasan Internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money, (5) akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) Bagi instansi pemerintah daerah agar dapat meningkatkan akuntabilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal sehingga pemerintahan yang baik dapat terlaksana terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan harus cepat tanggap dalam menjalankan setiap keluhan publik atau masyarakat, (2) Teknik pengumpulan data menggunakan penyebaran kuesioner secara langsung, peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan juga metode pengumpulan data wawancara sehingga informasi yang didapat lebih akurat dan lengkap, (3) Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas populasi penelitian, yaitu dengan menambah jumlah aparatur yang bekerja pada Kantor Instansi Pemerintah Daerah tidak hanya yang berada di wilayah Buleleng saja, sehingga diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih tinggi, (4) Pada penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kenerja anggaran berkonsep value for money, seperti implementasi financial audit, good governance, dan peran auditor internal. DAFTAR PUSTAKA Anugriani, Mulya. 2014. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Bone. Skripsi.
Makassar: Hasanuddin.
Universitas
Baridwan, Z. 1997. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode,. Yogyakarta: BPFE. Mangkunegara, 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama Mardiasmo. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010. Anggaran. Direktorat Jendral Otonomi Daerah Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nadia,
Garini. 2011. Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Kinerja Instansi Pemerintah pada Dinas Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Nadirsyah, M. Rizal Yahya & Gunawan, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Tesis. Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. _______, 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. _______, 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. _______, 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.