e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL DAN PENGALAMAN KERJA AUDITOR INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI KASUS PADA BPR DI KOTA SINGARAJA)
Gede Suantara[1], Lucy Sri Musmini [1], Nyoman Trisna Herawati[2]
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Pada era globalisasi sekarang ini Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitasnya agar mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Salah satu kebijakan yang dapat diambil oleh manajemen adalah meningkatkan struktur pengendalian intern perusahaan. Selain manajemen yang menetapkan sistem pengendalian intern perusahaan, terdapat juga peran pengawas internal yang dengan keahlian, pengalaman dan independensi mereka memberikan masukan dan saran bagaimana sebaiknya struktur pengendalian dibuat dan dilaksanakan. Dengan adanya badan pengawas internal inilah diharapkan struktur yang dibuat oleh manajemen perusahaan dapat dikoreksi dan dibenahi sehingga menjadi struktur pengendalian yang baik dan pada akhirnya perusahaan dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Karena pentingnya eksistensi seorang pengawas intern, menuntut mereka untuk memiliki sikap independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja dalam melaksanakan tugas pemeriksaan intern. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal. Populasi yang digunakan adalah BPR Kota Singaraja. Jenis data penelitian ini adalah kuantitatif, sumber data yang digunakan adalah data primer. Metode pengumpulan data dengan menyebar kuesioner. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis berganda, uji t, uji f dan uji MRA. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh signifikan dan positif secara parsial dan simultan independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja terhadap efektivitas sistem pengendalian internal BPR dan variabel motivasi mampu memoderasi pengaruh variabel independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja terhadap efektivitas sistem pengendalian internal BPR. Kata kunci
: Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja, Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Abstract In the recent globalization era the rural banks (BPR) were required to improve their productivity in order to be able to compete to the other financial institutions. One of the policies made by the management was to improve the internal controlling structure of the company. In addition to the management which decided to establish the internal controlling system of the company, there was also an important role of the internal supervision with their expertise, experiences, and independence which could give essential advices on how to make and implement the controlling structures. With the internal controlling system, the structures made by the management could be corrected and revised to result good controlling structure and at last could achieve the pre-determined goal. Since the existence of the internal supervisors was very important, they were required to have independent attitude, as well as professional expertise, and working experiences when doing their job in internal supervising. This study was a causal design with the population covering all the rural banks (BPR) in Singaraja. The data of the study was in a quantitative one obtained from the primary sources. The method of data collection was by distributing questionnaires. The techniques of analysis used were a multiple analysis, t-test, f-test and MRA test. The results of the study indicated that there was a partial and simultaneous positive significant effect of independency, professional expertise and working experiences on the effectiveness of internal controlling system of BPR and the motivation variables could be able to moderate the effect of independence, professional expertise and working experiences variables on the effectiveness of internal controlling system. Key-words: independency, professional expertise, working experiences, effectiveness of internal controlling system.
PENDAHULUAN Pada era globalisasi sekarang ini Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitasnya agar mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Ada tiga konsekuensi logis dari timbulnya persaingan yang semakin tajam, yaitu mundur, bertahan, atau semakin berkembang. Agar dapat bertahan dan semakin berkembang, diperlukan upaya penyehatan dan penyempurnaan dalam hal produktivitas, efisiensi, serta efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi harus terus dikembangkan dan ditingkatkan. Salah satu kebijakan yang dapat diambil oleh manajemen adalah meningkatkan struktur pengendalian intern perusahaan (Desyani dan Ratnadi, 2006). Selain manajemen yang menetapkan sistem pengendalian intern perusahaan, terdapat juga peran pengawas internal yang dengan keahlian, pengalaman dan independensi mereka memberikan masukan dan saran
bagaimana sebaiknya struktur pengendalian dibuat dan dilaksanakan. Dengan adanya badan pengawas internal inilah diharapkan struktur yang dibuat oleh manajemen perusahaan dapat dikoreksi dan dibenahi sehingga menjadi struktur pengendalian yang baik dan pada akhirnya perusahaan dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Desyani dan Ratnadi (2006) berdasarkan wawancara dengan pihak Bank Indonesia dan beberapa karyawan Bank Perkreditan Rakyat, terdapat kecenderungan bahwa pengawas intern merangkap sebagai kepala bagian, pengawas intern merupakan orang yang memiliki hubungan yang erat dengan pimpinan BPR, dan pengawas intern terdiri atas orang-orang yang tidak kompeten. Hal ini akan sangat mempengaruhi kesehatan Bank Perkreditan Rakyat itu sendiri. Karena pentingnya eksistensi seorang pengawas intern, menuntut mereka untuk memiliki sikap independensi, keahlian profesional,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) dan pengalaman kerja dalam melaksanakan tugas pemeriksaan intern. Independensi seorang auditor merupakan suatu kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. Integritas merupakan prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta seperti apa adanya. Sedangkan objektivitas merupakan suatu sikap yang tidak memihak dalam mempertimbangkan fakta, kepentingan pribadi tidak terdapat dalam fakta yang dihadapi (Mayangsari, 2003:6 dalam Suputra dan Yasa 2010). Keahlian profesional adalah tingkat kemahiran profesional auditor internal dalam melakukan pemeriksaan yang dilaksanakan dengan keterampilan dan kecermatan profesionalnya terhadap penerapan struktur pengendalian. Elemenelemen dari keahlian profesional ini adalah ketaatan terhadap kode etik profesional, pengetahuan, ketrampilan, dan disiplin ilmu, hubungan dan komunikasi antar manusia, dan pendidikan berkelanjutan (Grefita, 2011 dalam Dianawati dan Ramantha, 2013). Pengalaman kerja seorang auditor akan mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugastugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang (Widhiati 2005 dalam Suputra dan Yasa, 2010). Pengalaman yang dimiliki oleh auditor nantinya akan modal tersendiri untuk mengungkapkan temuan temuan atas proses audit. Desyani dan Ratnadi (2006) menyatakan bahwa pengalaman kerja pengawas intern secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern. Selain independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian intern adalah salah satunya motivasi. Motivasi itu sendiri merupakan suatu stimulus agar seseorang mau untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya bahkan lebih. Saputra (2009) menyatakan bahwa motivasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern. Ini mengindikasikan bahwa motivasi sendiri dapat
mempengaruhi auditor intern untuk bekerja dan memberikan pernyataan yang berguna bagi keefektifan sistem pengendalian intern perusahaannya. Dengan semakin banyaknya motivasi yang diterima oleh auditor internal maka kemungkinan akan menambah juga keefektifan sistem pengendalian intern perusahaan tersebut. Dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut (1) apakah independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal; (2) apakah independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal dengan motivasi sebagai moderasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Singaraja. Sasaran yang diamati dalam penelitian ini adalah auditor internal atau pengawas internal Bank Perkreditan Rakyat. Yang menjadi fokus akan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas dan variabel moderasi terhadap variabel terikat. Dalam hal ini variabel bebas terdiri dari independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja, sedangkan variabel moderasi yaitu motivasi dan variabel terikat yaitu efektivitas sistem pengendalian internal. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah Auditor Internal Bank Perkreditan Rakyat, Badan Pengawas BPR, 3 orang Kabid yang mengerti tentang Sistem Pengendalian Internal Bank Perkreditan Rakyat. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer berupa jawaban responden terhadap item item pertanyaan yang terdapat dalam lima instrument penelitian,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) yaitu Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja, Motivasi serta Efektivitas Struktur Pengendalian Intern. Berdasarkan jawaban yang diterima akan menggambarkan bagaimana peran responden dalam menciptakan efektivitas pengendalian intern. Jawaban dari setiap instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang berupa kata kata antara lain : pilihan jawaban Sangat Tidak Setuju (Skor 1), Tidak Setuju (Skor 2), Ragu ragu (Skor 3), Setuju (Skor 4) dan Sangat Setuju (Skor 5). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dan MRA (untuk menguji variabel moderasi). Uji kualitas data dibagi menjadi 2 prosedur yaitu (1) Uji Validitas dan (2) Uji Reabilitas. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang disusun benar – benar akurat sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (variabel kunci yang sedang diteliti). Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi pearson dan setelah dilakukan pengukuran dengan SPSS akan dilihat tingkat signifikan atas semua pertanyaan. Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item – Total Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid (Ashari, 2011). Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden atas seluruh butir pertanyaan atau pernyataan yang digunakan. Pengujian reliabilitas berguna untuk mengetahui apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama (Umar, 2000 dalam Ashari (2011). Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut dengan koefisien cronbach’s alpha dengan bantuan software SPSS. Cronbach’s alpha
merupakan uji reliabilitas untuk alternative jawaban lebih dari dua (Ashari, 2011). Menurut Supramono dan Utami (2004) dalam Ashari (2011) secara umum suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki koefisien cronbach’s alpha > 0,6. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Uji Normalitas, (2) Uji Multikolinieritas dan (3) Uji Heterokedastisitas. Uji Normalitas Menurut Umar (2000) dalam Ashari (2011), uji Normalitas berguna untuk mengetahui variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan 2 metode pengujian yaitu p_plot dan diagram histogram. Sebagaimana dikemukakan oleh Lubis (2007) dalam Ashari (2011) data dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar disekitar garis diagonal. Kenormalan data juga dapat dilihat dengan melihat diagram histogram dimana keputusan/pengambilan kesimpulan yaitu jika grafik histogram tidak condong ke kiri dan ke kanan maka data penelitian berdistribusi normal dan sebaliknya Ashari (2011). Uji Multikolinieritas berguna untuk mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi Ashari (2011). Menurut Santoso (2000) dalam Ashari, 2011) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu : Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10, dan nilai Toleransi tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 1/10 atau 0,1. Semakin tinggi VIF maka semkin rendah Tolerance Ashari (2011). Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) homokedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas Ashari (2011). Menurut Umar (2000) dalam Ashari (2011) model regresi yang baik adalah model yang heteroskedastisitas. Cara memprediksinya adalah : a. Titik titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0. b. Titik titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan MRA. Untu regresi berganda dapat
b. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima Keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil keputusan berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan : a. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha diterima dan Ho ditolak b. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Uji F menguji pengaruh antara beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Pada tabel ANOVA didapat uji F yang menguji semua sub variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi. Dengan menggunakan derajat keyakinan 95% atau taraf nyata 5% serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk mencari nilai F tabel. Nilai F tabel dapat dilihat dengan menggunakan F tabel. Dasar pengambilan
Tabel 1. Pengumpulan Data Kusioner yang disebarkan Kuisioner yang kembali Kuisioner yang tidak kembali Kuisioner yang tidak bisa diolah (cacat) Kuisioner yang bisa diolah Sumber : Data Kuisioner, 2014 digunakan rumus sebagai berikut, Sedangkan untuk MRA (Moderated Regresion Analiysis) menggunakan rumus sebagai berikut,
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t, yaitu menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Untuk mencari t tabel dengan df = N-2, taraf nyata 5% dapat dengan menggunakan tabel statistik. Nilai t tabel dapat dilihat dengan menggunakan ttabel. Dasar pengambilan keputusan adalah : a. Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak
45 39 6 4 35
100% 86,66% 13,34% 8,88% 77,77%
keputusan adalah : a. Jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak b. Jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima Keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil keputusan berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan : a. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha diterima dan Ho ditolak b. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan Ho diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah kuisioner yang disebar adalah sebanyak 45 kuisioner. Sebanyak 39 kuisioner kembali namun 4 kuisioner yang cacat (tidak bisa diolah). Sehingga jumlah data yang dapat diolah adalah sebanyak 35 kuisioner seperti yang tergambar pada Tabel 1.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Uji validitas yang terjadi disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan adalah valid. Pengujian dilakukan dengan mengkorelasikan item item pertanyaan dengan total nilai setiap variabel dengan metode “Pearson Correlation”, dengan ketentuan sebagai berikut: jika rhitung > rtabel maka item pernyataan dinyatakan valid. Pada penelitian ini sampel berjumlah 35 orang, maka diperoleh df= N-k= 35-4=31 sehingga r tabel nya 0.334. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Shot, artinya satu kali pengukuran saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lainnya atau dengan kata lain mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Hasil perhitungan uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha ( ) untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari 0,600 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item-item instrumen untuk masingmasing variabel adalah reliabel (Nunnally dalam Ghozali, 2006). Hasil uji menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha dari masing masing variabel tersebut memiliki nilai diatas 0,600 yang merupakan standar pengambilan keputusan untuk uji reabilitas. Di dalam penelitian ini, adapun uji asumsi klasik yang dipakai yaitu uji Normalitas, uji Multikolinearitas, uji Heteroskedastisitas. Uji normalitas residual digunakan untuk menguji apakah data residual terdistribusi secara normal atau tidak. Residual merupakan nilai sisa atau selisih antara nilai variabel dependen (Y) dengan variabel dependen hasil
analitis regresi (Y’). model regresi yang baik adalah yang memiliki data residual yang terdistribusi normal. Dua cara yang sering digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu dengan analisis
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas Sumber : Output SPSS v. 19, 2014 grafik (normal P - P plot) regresi dan uji one sample Kolmogorov-Smirnov (Priyatno, 2012 : 49 – 50). Multikolinieritas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antarvariabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2012). Persamaan regresi berganda yang baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel independen. VIF (Variance Inflation Factor) adalah alat uji yang digunakan untuk mengukur ada tidaknya variabel yang berkorelasi. Dimana nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 (Effendy, 2011). Hasil yang didapat dari uji Multikolinieritas dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 2.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan tabel yang merupakan hasil uji multikolinieritas data terlihat bahwa keempat variabel bebas
data menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi
Tabel 2. Uji Multikolinieritas Variabel Independen
Collinearity Statistics Tolerance 0,589
VIF 1,698
Keahlian Profesinal
0,438
2,285
Pengalaman Kerja
0,249
4,017
Motivasi
0,140
7,126
Independensi
Keputusan Tidak terjadi masalah Multikolinieritas Tidak terjadi masalah Multikolinieritas Tidak terjadi masalah Multikolinieritas Tidak terjadi masalah Multikolinieritas
Sumber : Output SPSS v. 19, 2014 dan moderasi tidak mengalami masalah multikolinieritas. Hal ini terlihat dari besarnya Tolerance dari masing masing variabel tersebut memiliki nilai diatas 0,1. Dari Variance Inflation Factors (VIF) juga terlihat bahwa keempat variabel memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat variabel ini tidak terjadi masalah multikolinieritas. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
heteroskedastisitas dalam model regresi. Angka R Square dalam penelitian ini adalah 0,885. Hal ini berarti 88,5% dari variasi Y (Efektifitas Sistem Pengendalian Internal) bisa dijelaskan oleh 3 variabel ini yaitu X1 (Independensi), X2 (Keahlian Profesional) dan X3 (Pengalaman Kerja). Sisanya (100% - 88,5% = 11,5%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel bebas ini. Model regresi berganda dimaksudkan untuk menguji apakah ketiga variabel bebas yaitu X1 (Independensi),
Tabel 3. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) -15.091 4.626 X1 .174 .081 .155 X2 .437 .085 .387 X3 .727 .101 .569 a. Dependent Variable: Y Sumber : Output SPSS v.19, 2014 pengamatan pada model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas (Priyatno, 2012). Pengujian homogenitas terhadap variabel penelitian digunakan uji heterokedastisitas. Berdasarkan grafik scatterplot tampak bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik
t -3.262 2.147 5.157 7.170
Sig. .003 .040 .000 .000
X2 (Keahlian Profesional) dan X3 (Pengalaman Kerja) secara bersama sama berpengaruh terhadap Y (Efektivitas Sistem Pengendalian Internal). Berikut ini adalah hasil output SPSS v.19 mengenai pengaruh simultan variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y. Model regresi dapat dilihat pada tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) bahwa X1, X2 dan X3 memiliki koefisien regresi yang dapat dirumuskan dengan persamaan regresi sebagai berikut,
Dari hasil penelitian ini pengujian hipotesis pertama (H1) yang menyebutkan bahwa independensi auditor internal berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem pengendalian internal. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel independensi (X1) adalah 0,174 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,040. Nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini dipertegas dengan hasil perhitungan nilai thitung dan ttabel. Independensi memiliki nilai thitung sebesar 2,147. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df (derajat kebebasan) n-k-1 = 31 adalah 2,040. Dengan demikian, nilai thitung 2,147 > ttabel 2,040. Hasil pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel independensi auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pada taraf signifikansi 5% atau dengan kata lain H1 diterima. Dari hasil penelitian ini pengujian hipotesis kedua (H2) yang menyebutkan bahwa keahlian profesional auditor internal berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem pengendalian internal. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel independensi (X2) adalah 0,347 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000. Nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini dipertegas dengan hasil perhitungan nilai thitung dan ttabel. Keahlian Profesional memiliki nilai thitung sebesar 5,157. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df (derajat kebebasan) n-k-1 = 31 adalah 5,157. Dengan demikian, nilai thitung 5,157 > ttabel 2,040. Hasil pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel keahlian profesional auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pada taraf signifikansi 5% atau dengan kata lain H2 diterima. Dari hasil penelitian ini pengujian hipotesis kedua (H3) yang menyebutkan bahwa pengalaman kerja auditor internal berpengaruh positif terhadap efektivitas
sistem pengendalian internal. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel independensi (X3) adalah 0,727 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000. Nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini dipertegas dengan hasil perhitungan nilai thitung dan ttabel. Pengalaman Kerja memiliki nilai thitung sebesar 7,170. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df (derajat kebebasan) n-k-1 = 31 adalah 7,170. Dengan demikian, nilai thitung 7,170 > ttabel 2,040. Hasil pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel keahlian profesional auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pada taraf signifikansi 5% atau dengan kata lain H3 diterima. Dari hasil pengujian terhadap uji simultan ANOVA atau F test, diperoleh nilai Fhitung sebesar 79,730 dengan signifikasi sebesar 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari nilai signifikan 0,05 (0,000 < 0,05), maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi efektivitas sistem pengendalian internal atau dapat dikatakan bahwa independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja auditor internal secara simultan berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal. Secara lebih tepat, nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dimana jika Fhitung > Ftabel maka secara simultan variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada taraf = 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang/df1 (k) = 3 (jumlah variabel independen) dan derajat kebebasan penyebut/df2 (n-k-1) = 31, diperoleh nilai Ftabel 2,911. Dengan demikian, nilai Fhitung 79,730 lebih besar dari nilai Ftabel 2,911 (79,730 > 2,911). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja secara bersama-sama mempengaruhi variabel efektivitas sistem pengendalian internal sehingga H4 Diterima. Dari hasil pengujian terhadap uji MRA, terlihat bahwa variabel X1 (Independensi) berpengaruh terhadap (Y)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) efektivitas sistem pengendalian internal dengan motivasi (X4) sebagai moderasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa X1 memberikan nilai koefisien parameter sebesar -1,718 dengan tingkat signifikansi 0,003 (<0,05). Variabel X4 memberikan nilai koefisien parameter sebesar -0,717 dengan tingkat signifikansi 0,221 (> 0,05). Variabel m1 memberikan nilai koefisien parameter sebesar 0,037 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003 (<0,05). Variabel m1 yang merupakan interaksi antara X1 dan X4 ternyata signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X4 merupakan variabel moderating. Dari hasil pengujian terhadap uji MRA, terlihat bahwa variabel X2 (Keahlian Profesional) berpengaruh terhadap (Y) efektivitas sistem pengendalian internal dengan motivasi (X4) sebagai moderasi. Dari hasil pengujian terhadap uji MRA Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel X2 (Keahlian Profesional) berpengaruh terhadap (Y) efektivitas sistem pengendalian internal dengan motivasi (X4) sebagai moderasi. Hasil menjelaskan bahwa X2 memberikan nilai koefisien parameter sebesar -1,046 dengan tingkat signifikansi 0,037 (<0,05). Variabel X4 memberikan nilai koefisien parameter sebesar -0,176 dengan tingkat signifikansi 0,726 (> 0,05). Variabel m2 memberikan nilai koefisien parameter sebesar 0,026 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021 (<0,05). Variabel m2 yang merupakan interaksi antara X2 dan X4 ternyata signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X4 merupakan variabel moderating. Dari hasil pengujian terhadap uji MRA, terlihat bahwa variabel X3 (Pengalaman Kerja) berpengaruh terhadap (Y) efektivitas sistem pengendalian internal dengan motivasi (X4) sebagai moderasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa X3 memberikan nilai koefisien parameter sebesar -0,960 dengan tingkat signifikansi 0,045 (<0,05). Variabel X4 memberikan nilai koefisien parameter sebesar -0,325 dengan tingkat signifikansi 0,592 (>0,05). Variabel m3 memberikan nilai koefisien parameter sebesar 0,024 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,028 (<0,05). Variabel m3 yang merupakan interaksi antara X2 dan X4 ternyata signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X4 merupakan variabel moderating. Ketiga variabel bebas berpengaruh terhadap variabel dependen, dalam hal ini X1 (Independensi), X2 (Keahlian Profesional) dan X3 (Pengalaman Kerja) berpengaruh terhadap Y (Efektivitas Sistem Pengendalian Internal) dengan Motivasi pemoderasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H5 Diterima. Pengaruh Independensi Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal adalah hasil uji R Square menunjukkan bahwa angka 0,371 (37,1%). Sebesar 37,1% faktor atas efektivitas sistem pengendalian internal dapat dijelaskan oleh independensi. Independensi berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal juga dapat ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 4,408 yang lebih besar dari nilai ttabel 2,040 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Dianawati dan Ramantha (2006) yang memperoleh bahwa independensi auditor internal berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal. Begitu juga hasil yang diperoleh Desyani dan Ratnadi (2006). Pengaruh Keahlian Profesional Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian profesional berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal adalah hasil uji R Square yang menunjukkan bahwa angka 0,596 (59,6%). Sebesar 59,6% faktor atas efektivitas sistem pengendalian internal dapat dijelaskan oleh keahlian profesional. Keahlian professional berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal juga dapat ditunjukkan dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) nilai thitung sebesar 6,984 yang lebih besar dari nilai ttabel 2,040 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (<0,05). Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Dianawati dan Ramantha (2006) dan Desyani dan Ratnadi (2006) yang menyatakan bahwa keahlian professional auditor internal berpengaruh signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal. Pengaruh Keahlian Pengalaman Kerja Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal adalah R Square menunjukkan bahwa angka 0,750 (750%). Sebesar 75% faktor atas efektivitas sistem pengendalian internal dapat dijelaskan oleh pengalaman kerja. Pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal juga dapat ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 9,957 yang lebih besar dari nilai ttabel 2,040 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (<0,05). Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Dianawati dan Ramantha (2006), Desyani dan Ratnadi (2006) dan Saputra (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikaan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal BPR. Selain pendidikan dan pengetahuan, fungsi pemeriksaan internal juga dituntut berpengalaman. Berkaitan dengan pangalaman kerja, Sutrisno (2002:103 dalam Herawaty, 2013) mengemukakan sebagai berikut: “faktor pengalaman (langsung) memang berperan penting bagi penumbuhan sikap yang kuat terhadap suatu objek.” Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal adalah hasil R Square menunjukkan bahwa angka 0,885
(88,5%). Sebesar 88,5% faktor atas efektivitas sistem pengendalian internal dapat dijelaskan oleh independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja. independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal juga dapat ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 79,730 yang lebih besar dari nilai Ftabel 2,911 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (<0,05). Hasil yang didapatkan ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Desyani dan Ratnadi (2006) yang menyatakan bahwa independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja secara bersama sama berpengaruh terhadap sistem pengendalian internal BPR. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Secara Parsial Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja auditor internal berpengaruh yang signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal dengan motivasi sebagai variabel moderating. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikasi m1 (interaksi antara X1 dengan X4) adalah sebesar 0,003 < 0,05, nilai signifikasi m2 (interaksi antara X2 dan X4) adalah sebesar 0,021 < 0,05 dan nilai signifikasi m3 (interaksi antara X3 dan X4) adalah sebesar 0,028 < 0,05. Jika dilihat dari nilai Fhitung maka diperoleh nilai untuk m1, m2 dan m3 adalah 546,651, 590,110 dan 492,183. Dari hasil signifikasi semua interaksi menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa motivasi merupakan variabel moderating yang memperkuat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Hasil ini sejalan dengan Saputra (2009) yang menemukan bahwa motivasi secara bersama sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah di uraikan sebelumnya, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: Independensi memiliki nilai thitung sebesar 2,147. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df (derajat kebebasan) n-k-1 = 31 adalah 2,040. Dengan demikian, nilai thitung 2,147 > ttabel 2,040. Hasil pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel independensi auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pada taraf signifikansi 5% atau dengan kata lain H1 diterima. Keahlian Profesional memiliki nilai thitung sebesar 5,157. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df (derajat kebebasan) n-k-1 = 31 adalah 5,157. Dengan demikian, nilai thitung 5,157 > ttabel 2,040. Hasil pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel keahlian profesional auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pada taraf signifikansi 5% atau dengan kata lain H2 diterima. Pengalaman Kerja memiliki nilai thitung sebesar 7,170. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dan df (derajat kebebasan) n-k-1 = 31 adalah 7,170. Dengan demikian, nilai thitung 7,170 > ttabel 2,040. Hasil pengujian ini menginterpretasikan bahwa variabel keahlian profesional auditor internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal pada taraf signifikansi 5% atau dengan kata lain H3 diterima. Independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja auditor internal secara simultan berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal. Secara lebih tepat, nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dimana jika Fhitung > Ftabel maka secara simultan variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada taraf = 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang/df1 (k) = 3 (jumlah variabel independen) dan derajat kebebasan penyebut/df2 (n-k-1) = 31, diperoleh nilai Ftabel 2,911. Dengan
demikian, nilai Fhitung 79,730 lebih besar dari nilai Ftabel 2,911 (79,730 > 2,911). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel independensi, keahlian professional dan pengalaman kerja secara bersama-sama mempengaruhi variabel efektivitas sistem pengendalian internal sehingga H4 Diterima. Ketiga variabel bebas berpengaruh terhadap variabel dependen, dalam hal ini X1 (Independensi), X2 (Keahlian Profesional) dan X3 (Pengalaman Kerja) berpengaruh terhadap Y (Efektivitas Sistem Pengendalian Internal) dengan Motivasi pemoderasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H5 Diterima. SARAN Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperbesar sampel yang digunakan dan menambahkan variabel variabel yang mungkin mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian internal BPR seperti Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Lingkungan Pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA Agusta, L dan Sutanto, E.M. 2013.“Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV Haragon Surabaya”. Jurnal AGORA Vol. 1, No. 3, (2013) Ashari, Ruslan. 2011. “Pengaruh Keahlian, Independensi, Dan Etika Terhadap Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi Maluku Utara”. Skripsi. Program Kekhususan Akuntansi Pemerintahan Pengawasan Keuangan Negara Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Desyani dan Ratnadi. 2006. ” Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung”.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
dan
Bisnis
Dianawati dan Ramantha. 2013. “Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional Dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Terhadap Efektivitas Struktur Pengendalian Internal Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Gianyar”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.3. Hal 439450 Effendy, M.T. 2010. “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Gorontalo)”. Thesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Elder, dkk. 2011. “Jasa Audit dan Assurance”. Jakarta : Salemba Empat Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi 3. BP Undip. Semarang . 2001. “Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20”. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Herrawaty, Netty. “Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional Dan Pengalaman Auditor Internal Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern (Hotel Kelas Melati Di Kota Jambi)”. Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April 2013 : 129-141. Fakultas Ekonomi Universitas Jambi Santoso, Singgih. 2011.”Mastering SPSS Versi 19”. Jakarta: PT Alex Media Komputindo Saputra, Argo Dwi. 2009. “Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Kerja Internal Auditor Terhadap
Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Saputra dan Yasa. 2010. “ Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan Dan Pengalaman Kerja Pada Kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali”. Tidak Dipublikasikan Tjun,
T.L Dkk. 2012. “Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung
Putri
dan Saputra. 2013. “Pengaruh Independensi , Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1: Hal. 39-53
Priyatno, Duwi. 2012. “Mandiri Belajar Analisa Data Dengan SPSS”.Yogjakarta: Mediakom