e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014)
Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Laverage Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Kasus Pada Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013) 1
Novita Rahmadani,1Edy Sujana, 2Nyoman Ari Surya Darmawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio keuangan pada perusahaan perbankan, untuk mengetahui prediksi financial distress serta untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap prediksi financial distress. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sumber data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan tahun 2009-2013 dari 9 perusahaan perbankan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan regresi linear berganda dengan SPSS 19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perusahaan perbankan yang diteliti dalam kurun waktu 2009-2013 rata-rata memiliki rasio keuangan yang positif, (2) terdapat empat perusahaan yang diprediksi berpotensi financial distress,empat perusahaan grey area, satu perusahaan dalam keadaan sehat,dan (3) secara simultan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Kata kunci: laverage, likuiditas, prediksi financial distress, profitabilitas, rentabilitas ekonomi. Abstract This study was aimed at finding out the financial ratio in banking corporations, finding out the prediction of financial distress and finding out the effect of financial ratio on the prediction of financial distress. This study was a quantitative research. The source of data was Bursa Efek Indonesia in the form of the 2009-2013 financial report from 9 banking corporations which were selected by using purposive sampling technique. The data analysis to test the hypothesis was carried out by using multiple linear regression analysis and SPSS 19. The results showed that (1) the banking corporations being studied in the 2009-2013 period on the average have positive financial ratios, (2) there are four corporations predicted have the potential to be financially distressed, four in the grey area, one in the healthy condition, and (3) simultaneously, the liquidity ratio, profitability ratio, economic rantability ratio and laverage ratio have an effect on the prediction of financial distress. Keywords: laverage, liquidity, prediction of financial distress, profitability, economic rentability
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Dalam krisis ekonomi yang diawali dengan dilikuidasinya 16 bank pada bulan November 1997, telah menyebabkan bangsa Indonesia terjerumus dalam tingkat kemiskinan yang meningkat secara drastis yaitu mencapai 49,5 juta orang (Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006:57). Besarnya dampak krisis menyebabkan banyak peneliti yang mencoba mencari penyebabnya. Peneliti ekonomi makro berpendapat bahwa penyebab krisis karena menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, sedangkan peneliti mikro berpendapat bahwa industri perbankan memiliki peran besar terjadinya krisis. (Ema Septiana : 2009). Pihak perbankan nasional yang tidak dilikuidasi harus tetap bersaing untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat di tengah krisis multidimensi tersebut. Nasabah ataupun calon nasabah tentunya akan memilih bank yang sehat dan dapat dipercaya untuk melakukan jasa perbankan. Sebuah tantangan berat yang harus dihadapi oleh perbankan agar tetap bisa menjaga perusahaan agar tidak mengalami kebangkrutan sehingga para nasabah ataupun calon nasabah bisa percaya terhadap jasa perbankan. Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus di waspadai oleh perusahaan. Apabila suatu perusahaan telah bangkrut berarti perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha, oleh karena itu perusahaan sedini mungkin untuk melakukan berbagai analisis terutama analisis tentang kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikanperbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. (Hanafi dan Halim, 1996:263 dalam Atim, 2008).
Info ini dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar prediksi kebangkrutan. (S.Munawir, 2002: 292). Menurut Hofer dan Whitaker dalam jurnal penelitian Almilia (2006) mendefinisikan bahwa financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Sedangkan menurut Platt dan Platt dalam jurnal penelitian Ayu dan Niki (2009) mendefiniskan bahwa financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan maupun likuidasi. Ini berarti financial distress terjadi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan dengan laba menurun atau mengalami kerugian selama beberapa tahun. Wahyu Widodo dan Doddy Setiawan (2009) menyatakan bahwa rasio keuangan yang menggunakan likuiditas yang diukur dengan current ratio dan cash ratio tidak berpengaruh terhadap financial distress. Profitabilitas dan quick ratio berpengaruh negatif terhadap financial distress. Financial Reverage yang diukur dengan total liabilities to total asset tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan, current liabilities to total asset tidak berpengaruh terhadap financial distress dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Christanty Amazia (2010) pada semua perusahaan Go Public kecuali keuangan dan perbankan di BEI tanpa membedakan perusahaan besar dan kecil, yang didasarkan pada penelitian Platt and Platt menghasilkan hipotesis bahwa variabel rasio keuangan yang signifikan mendominasi pengaruh financial distress, meliputi rasio laba bersih terhadap penjualan, rasio aktiva lancar terhadap hutang, rasio penjualan terhadap total aktiva, rasio penjualan terhadap aktiva lancar, rasio laba bersih terhadap total aktiva dan rasio kas terhadap hutang lancar. Peneliti juga menyarankan untuk
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) mencari variabel yang memungkinan signifikan terhadap financial distress dengan menggunakan model Altman, Camel, Seta dll. Penulis menduga bahwa tidak semua rasio keuangan dapat dilakukan untuk memprediksi financial distress karena size perusahaan yang berbeda akan berpengaruh terhadap rasio keuangan dan tingkat kesulitan keuangannya, di mana modal dan aset yang dimiliki akan berbeda. Selain itu, model prediksi financial distress dan pengujian terhadap data dapat mempengaruhi signifikasi terhadap hasil pengujian sehingga perlu rasio keuangan yang terbaik dan tepat untuk memprediksi financial distress. Penulis mencoba untuk mengembangkan penelitian ini dengan memilih perusahaan pada sektor perbankan yang listing di BEI dan menggunakan laporan keuangan selama 5 tahun (2009 sampai 2013) dengan variabel rasio keuangan model Altman sebagai rasio terbaik yang digunakan untuk memprediksi financial distress. Rasio keuangan model Altman memiliki 5 (lima) rasio keuangan terbaik dari 22 (dua puluh dua) rasio keuangan dalam memprediksi financial distress perusahaan atau kebangkrutan. Karena penulis menggunakan sampel penelitian pada sektor perbankan maka digunakan 4 (empat) rasio keuangan model Altman. Sedangkan untuk mengetahui kekuatan pengaruh prediksi sektor perbankan yang mengalami financial distress, digunakan regresi linear berganda. Pentingnya prediksi financial distress perusahaan yang digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan yang akan datang, maka penulis tertarik mengambil judul “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Laverage Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Kasus Pada Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)” Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage
pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. (2) Bagaimana prediksi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Dan (3) Berapa besar pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage secara simultan dan parsial terhadap prediksi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Adapula tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. (2) Untuk mengetahui prediksi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. (3) Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage terhadap prediksi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Salah satu komponen dalam menganalisis permasalahan financial distress (kesulitan keuangan) yaitu dengan menggunakan laporan keuangan yang dibuat perusahaan, dimana terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan perubahan modal. Laporan keuangan tidak hanya digunakan oleh pemilik perusahaan saja namun digunakan oleh pihak-pihak luar yang memerlukan analisis dalam mengambil keputusan atau tindakan bisnis antara lain investor, kreditor, supplier, karyawan dan masyarakat umum. Salah satu bagian laporan keuangan yang digunakan dalam meneliti ataupun menganalisis kondisi perusahaan adalah rasio keuangan yang terdiri atas pos-pos elemen dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai data analis. Sebuah perusahaan sangat perlu untuk mengetahui keadaan perusahaannya berdasarkan atas analisis rasio yang dilakukan. Oleh karena itu perumusan masalah pertama dalam penelitian ini yakni: H1: Bagaimana rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) Penilaian financial distress dapat memprediksi apakah perusahaan akan mengalami kebangkrutan atau tidak dan digunakan sebagai persiapan untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan manajemen dalam mengembalikan kondisi keuangan agar dapat mempertahankan eksistensi perusahaan di masa datang. Salah satu instrumen yang digunakan untuk memahami kondisi keuangan adalah laporan keuangan perusahaan yang dikonversi melalui perhitungan rasio keuangan sehingga menghasilkan informasi keuangan yang berguna dalam pengambilan keputusan pihak manajemen. Pentingnya melakukan analisis terhadap financial distress perusahaan yang menjadikan peneliti membuat hipotesis sebagai berikut: H2: Bagaimana prediksi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Antara variabel (Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Leverage) yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi nilai modal kerja yang besar menunjukkan produktivitas aktiva perusahaan yang mampu menghasilkan laba usaha yang besar seperti yang diharapkan perusahaan perbankan. Dengan meningkatnya laba usaha perusahaan maka akan menarik investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut sehingga laba ditahan perusahaan akan mengalami peningkatan. Meningkatnya laba ditahan dan modal kerja yang dimilki perusahaan akan mendorong meningkatnya total penjualan perusahaan perbankan. Begitu pula sebaliknya, jika modal kerja yang dimiliki perusahaan semakin kecil maka perusahaan akan memperoleh laba yang kecil pula. Jika perusahaan mengalami hal seperti ini maka akan mendorong pada terjadinya kesulitan keuangan dan jika keadaan ini terus berlanjut maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. (Ibrah, 2012). Maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3 : Rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio leverage secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress perusahaan METODE Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis dengan hipotesis (Husein, 2009). Sumber informasi utama dari penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang telah terdaftar dan mencatatkan sahamnya serta perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan tahun 20092013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent) dari penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio profitabiilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio leverage sedangkan variabel terikat (dependent) dari penelitian ini adalah prediksi financial distress. Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data dengan lebih banyak mengumpulkan data berupa angka dan menguraikannya secara menyeluruh dan sesuai dengan pemasalahan yang sedang diteliti, sehingga akan diperoleh suatu hasil dari pengolahan data yang disebut hasil penelitian. Rancangan penelitian ini akan berguna untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian dan juga menentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai sehingga desain penelitian dari tahap awal hingga tahap pelaporan hasil penelitian. Desain penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel X1,X2,X3,X4 terhadap Y. Penelitian ini juga menggunakan bantuan program Statistikal Product and Service Solutions (SPPS) Versi 19 dengan uji non parametrik. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, heteroskedastisitas, uji autikorelasi dan uji
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) multikolinearitas. Uji hipotesis menggunakan uji koefesien determinasi (R2), uji regresi berganda, dan uji simultan (uji F). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil X1 Rasio Likuiditas (Working Capital to Total Assets) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya. Dari hasil perhitungan total asset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaanperusahaan perbankan kurang relatif terhadap total kapitalisasinya. Dapat dilihat bahwa 9 perusahaan bank lainnya belum ada yang mampu menghasilkan modal kerja lebih besar dari Rp. 1000 untuk setiap Rp. 1000 asset. X2 Rasio Profitabilitas (Retained Earnings to Total Assets) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Rasio ini merupakan indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap panjangnya waktu yang mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif sehingga semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kegagalan usaha. Bila perusahaan merugi, total dan nilai laba ditahan pada perusahaan akan mengalami penurunan. Dari hasil perhitungan laba ditahan terhadap total asset yang dimiliki masingmasing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaanperusahaaan perbankan tidak mampu menghasilkan laba ditahan seperti yang diharapkan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp. 1000 aktiva, belum ada yang mampu menghasilkan laba ditahan lebih besar dari Rp.1000.
X3 Rasio Rentabilitas Ekonomi (Earning Before Interest and Tax to Total Assets) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Dari hasil perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan maka dapat terlihat bahwa asset produktif perusahaan perbankan belum mampu menghasilkan laba usaha seperti yang telah direncanakan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp. 1000 aktiva, belum dapat menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak lebih besar dari Rp. 1000. X4 Rasio Laverage (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. Hasil variabel (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) memperlihatkan seberapa banyak aset dari suatu perusahaan dapat mengalami penurunan dalam nilainya sebelum hutangnya melebihi aset yang dimiliki. Dilihat dari tabel di atas, menunjukkan 9 bank yang mengalami perkembangan berfluktuasi yaitu Bank Artha Graha Internasional Tbk, Bank Bukopin Tbk, Bank Capital Indonesia Tbk, Bank Central Asia Tbk, Bank CIMB Niaga Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, Bank Kesawan Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Victoria Internasional Tbk,. Adanya penurunan / fluktuasi dari hasil (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) ditandai dengan meningkatnya jumlah utang perusahaan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) dan menurunnya harga saham di pasar modal. Hasil Model Analisis Altman Z-Score Lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2009 sampai 2013 setiap bank memiliki kondisi keuangan yang berbeda-beda untuk setiap tahunnya. Ada enam bank yang pada tahun 2009 berada pada kondisi bangkrut dan pada empat tahun terakhir memiliki kondisi sehat yaitu Bank Victoria Indonesia Tbk. Meskipun masih ada dua bank yang dalam lima tahun masih mengalami kondisi bangkrut sesuai dengan kriteria Altman Z-score untuk perusahaan perbankan go public yaitu Bank Bukopin Tbk, dan Bank Capital Tbk, sedangkan yang mengalami kondisi grey area yaitu Bank Central Asia Tbk. Selama lima tahun berturut-turut Bank Victoria Internasional Tbk mengalami kondisi keuangan yang sehat. Pada Bank Artha Graha Internasional Tbk, mengalami kondisi keuangan yang berkembang secara perlahan, terlihat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berada dalam keadaan bangkrut sesuai dengan kriteria Altman z-score, tahun 2013 berada pada grey area. Untuk Bank CIMB Niaga Tbk berada dalam kondisi grey area dalam tiga tahun kemudian pada tahun 2012 dan 2013 mengalami kondisi sehat. Bank Internasional Indonesia Tbk mengalami bangkrut pada tahun 2009 kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010 sampai tahun 2012 dengan kondisi grey area tetapi pada tahun berikutnya kembali berada pada kondisi bangkrut. Bank Kesawan Tbk, mengalami bangkrut pada tahun 2009 sampai tahun 2010 kemudian meningkat pada tahun 2011 dengan berada pada kondisi sehat kemudian kembali bangkrut pada tahun 2012 sampai 2013. Bank Negara Indonesia Tbk, mengalami bangkrut pada satu tahun pertama dan tahun 2010 sampai tahun 2013 berada dalam kondisi grey area. Keempat variabel yang digunakan untuk menghitung nilai z-score suatu perusahaan perbankan yaitu ( ) Working Capital to Total Assets, ( ) Retained Earning to Total Assets, (
) Earning
Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, ( ) Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Sofyan Syafri Harahap, 2009: 353). Antara variabel yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi nilai modal kerja yang besar menunjukkan produktivitas aktiva perusahaan yang mampu menghasilkan laba usaha yang besar seperti yang diharapkan perusahaan perbankan. Dengan meningkatnya laba usaha perusahaan maka akan menarik investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut sehingga laba ditahan perusahaan akan mengalami peningkatan. Meningkatnya laba ditahan dan modal kerja yang dimilki perusahaan akan mendorong meningkatnya total penjualan perusahaan perbankan. Begitu pula sebaliknya, jika modal kerja yang dimiliki perusahaan semakin kecil maka perusahaan akan memperoleh laba yang kecil pula. Jika perusahaan mengalami hal seperti ini maka akan mendorong pada terjadinya kesulitan keuangan dan jika keadaan ini terus berlanjut maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Hasil Uji Normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov data dinyatakan berdistribusi normal, karena tingkat signifikansi atau nilai probabilitas >0,05 yaitu 0,176 untuk likuiditas, 0,932 untuk tingkat profitabilitas, 0,983 untuk tingkat rentabilitas ekonomi, 0,920 untuk tingkat laverage dan 0,243 untuk variabel financial distress. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dinyatakan terdapat gejala multikolineritas atau korelasi antara variabel independen karena nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,824 untuk variabel tingkat likuiditas, 0,743 untuk variabel tingkat profitabilitas, 0,663 untuk variabel rentabilitas ekonomi dan 0,715 untuk variabel laverage. Dapat dilihat juga dari nilai VIF lebih kecil dari 10 yaitu 1,214 untuk variabel tingkat likuiditas (X1), 1,346 untuk variabel tingkat profitabilitas, 1,507 untuk variabel rentabilitas ekonomi dan 1,398 untuk variabel laverage. Jadi, dapat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji gletser menunjukkan hasil bahwa nilai signifikansi untuk X1 sebesar 0,301 lebih besar dari 0,05 dan untuk X2 sebesar 0,154 lebih besar dari 0,05, untuk X3 sebesar 0,461 lebih besar dari 0,05 dan untuk X4 sebesar 0,404 lebih besar dari 0,05 sebagai batas tingkat kekeliruan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji autokorelasi diketahui bahwa bahwa uji Durbin-Watson menghasilkan nilai 2,168. Dari tabel diketahui bahwa nilai DW > 1 (2,168>1) dan <3 (2,168<3) jadi dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada data penelitian. Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai Adjusted R Square
yang diperoleh sebesar 0.946, hal ini menunjukkan bahwa perubahan prediksi financial distress di perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh perubahan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage sebesar 94,6% sedangkan sisanya 5,4%, dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan nilai Fhitung sebesar 1.856.173,065 lebih besar dari Ftabel sebesar 6,39 dengan angka signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Hal ini berarti bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage terhadap prediksi financial distress. Berikut hasil uji F yang ditunjukkan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji F Sum of Model Squares Df Mean Square F 1 Regression 23.586 4 5.897 1856173.065 Residual .000 4 .000 Total 23.586 8 a. Predictors: (Constant), Laverage, Profitabilitas, Likuiditas, Rentabilitas_Ekonomi b. Dependent Variable: Z-Score Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Pembahasan Rasio Keuangan Berdasarkan penghitungan rasiorasio keuangan yang dipakai sebagai prediksi financial distress yaitu terdiri atas rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio laverage. Nilai rasio likuiditas yang positif dimiliki oleh perusahaan yang liabilities nya lebih kecil dibanding total aset dan mempengaruhi rasio likuidasi karena perusahaan akan likuid jika 1 rupiah liabilities perusahaan dapat dijamin oleh 1 rupiah aset, sedangkan jika hutang lancar mendominasi dalam total aset nya maka aset lancar tidak mampu menutupi hutang lancar perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas positif yang berarti aset lancar relatif mendominasi total asetnya adalah semua perusahaan
Sig. .000a
perbankan yang diteliti. Semakin besar rasio likuiditas maka semakin likuid perusahaan, begitu sebaliknya. Nilai rasio profitabilitas yang digunakan adalah untuk mendeteksi keuntungan berdasarkan profitabilitas kumulatif. Pada perusahaan perbankan rasio profitabilitas ini didominasi oleh nilai positif. Perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas positif dengan pengelolaan laba ditahan lebih baik adalah 9 perusahaan yang diteliti. Nilai rasio yang positif disebabkan dalam rentang 5 tahun perusahaan mengalami rugi komprehensif yang jika diakumulasikan nilainya tidak besar dibandingkan dengan laba ditahan tahun berikutnya atau sebaliknya. Jika rugi komprehensif ini lebih besar dari akumulasi laba maka profitabilitas ini menjadi negatif, namun jika rugi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) komprehensif lebih kecil dari laba ditahannya maka profitabilitas bernilai positif sehingga jika dibandingkan dengan total aset maka nilai rasio tetap positif, namun tingkat nilai besar atau kecilnya rasio mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mengelola laba ditahannya untuk menghasilkan total aset. Semakin besar rasio profitabilitas semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aset dengan mengelola penggunaan laba ditahannya. Rasio rentabilitas ekonomi digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba disini merupakan laba operasi yang digunakan sebagai ukuran produktivitas perusahaan dalam mengelola total asetnya. Semakin baik pengelolaan aset, maka semakin baik produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba operasi, jika laba operasi bernilai negatif itu berarti perusahaan mengalami loss operating income atau rugi pendapatan operasi. Semakin besar laba operasi semakin memberi keuntungan bagi investor dalam menilai profit perusahaan dalam berinvestasi karena produktivitas perusahaan dapat menghasilkan laba. Namun tingkat produktivitas perusahaan tidak hanya dilihat dari faktor laba namun dari keseluruhan rasio keuangan yang ada. Sedangkan perusahaan yang memiliki rasio rentabilitas ekonomi positif adalah 9 perusahaan perbankan yang diteliti. Rasio laverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya dengan modal atau ekuitas yang dimiliki. Semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan dapat menutupi total hutangnya dengan ekuitas atau modal yang dimiliki. Namun jika total hutang lebih besar dari ekuitasnya maka perusahaan akan dapat mengalami kesulitan keuangan. Penggunaan ekuitas ini biasanya merupakan cara terakhir perusahaan apabila aset lain yang diputar untuk menghasilkan laba tidak dapat mencukupi untuk memenuhi jumlah hutangnya. Ekuitas ini meliputi modal yang disetor dan laba ditahan. Ekuitas dapat bernilai negatif jika rugi ditahan lebih besar
dari modal yang disetor atau dapat juga disebabkan oleh modal yang disetor dalam bentuk issue right (hak pemesanan efek terlebih dahulu) jadi modal disetor ini bernilai negatif. Perusahaan yang memiliki rasio laverage positif adalah 9 perusahaan perbankan yang diteliti. Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Dari hasil pengamatan rasio, maka perusahaan yang diprediksi berpotensi financial distress dari 9 perusahaan perbankan yaitu 4 perusahaan yang meliputi Bank Artha Graha Internasional Tbk, Bank Bukopin Tbk, Bank Capital Indonesia Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, dalam keadaan rawan sebanyak 4 perusahaan yaitu Bank Central Asia Tbk, Bank CIMB Niaga Tbk, Bank Kesawan Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, dan 1 perusahaan diprediksi sehat yaitu Bank Victoria Internasional Tbk. Besarnya nilai prediksi financial distress ini dipengaruhi oleh besar kecilnya rasio keuangan perusahaan dan skala Z-Score Altman. Jika semua nilai rasio keuangan bernilai positif maka semua perusahaan perbankan akan diprediksi dalam kondisi sehat, namun berdasarkan hasil penghitungan cenderung rasio keuangan memiliki nilai negatif sehingga mempengaruhi pada persamaan Z-Score. Hal ini sesuai dengan teori Fahmi (2012:105) bahwa penyebab terjadinya financial distress dikarenakan kondisi yang menunjukkan ekuitas negatif dari neraca perusahaan dan teori Plat dan Plat dalam Fahmi (2012:158) bahwa financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan atau cenderung mengalami defisit. Secara rata-rata perusahaan perbankan mengalami kesulitan keuangan dengan rata-rata rasio likuiditas sebesar 0,189, rasio profitabilitas sebesar 0,038, rasio rentabilitas ekonomi sebesar 0,016 dan rasio laverage sebesar 0,200. Dari rata-rata rentabilitas ekonomi mempunyai nilai paling rendah. Hal ini sesuai dengan informasi dalam bab 1, bahwa ekonomi global selain mempengaruhi naik turunnya kurs mata uang juga mempengaruhi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) pendapatan perusahaan yang nantinya berdampak pada laba yang diraih perusahaan tersebut. Di tengah krisis multidimensi tersebut pihak perbankan nasional yang tidak dilikuidasi harus tetap bersaing untuk mengembalikan kepercayaan investor. Para investor tentunya akan memilih bank yang sehat dan dapat dipercaya untuk melakukan jasa perbankan. Sebuah tantangan berat yang harus dihadapi oleh perbankan agar tetap bisa menjaga perusahaan agar tidak mengalami kebangkrutan sehingga para investor ataupun calon investor bisa percaya terhadap jasa perbankan. Tingginya rata-rata laverage sangat mempengaruhi pada kondisi perusahaan karena profit merupakan modal untuk mengembangkan usaha, dengan tingginya profit perusahaan dapat dengan baik melakukan penambahan aset, membiayai beban operasi dan membagikan keuntungan pada pemegang saham. Jika profit menurun atau bahkan merugi maka akan mengganggu kesehatan perusahaan karena dengan profit menurun atau rugi, perusahaan akan menggunakan aktiva lain untuk menjaga operasi perusahaan agar terus berjalan. Rendahnya profitabilitas dapat menjadikan perusahaan mengalami gejala pertama financial distress karena akan berdampak langsung terhadap penurunan aset lancar, terhambatnya pelunasan kewajiban dan penurunan aset lainnya untuk dijadikan modal operasi. Efek ekonomi global yang besar dapat memberikan dampak langsung pada likuiditas, profitabilitas, rentabilitas ekonomi dan solvabilitas (laverage) perusahaan karena tercantum pada laporan keuangan yang kemudian dihitung dalam rasio keuangan yang digunakan sebagai informasi kondisi perusahaan baik bagi perusahaan itu sendiri dalam mengambil tindakan dan keputusan ekonomis serta bagi para investor yang akan menanamkan modalnya. Didasarkan pada teori Wild dan Subramanyam dalam Dewi Yanti (2010:289) bahwa rasio keuangan dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan dan Z-Score merupakan alat
yang bermanfaat sebagai pengarah, penyaring dan memantau pada area tertentu, maka berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan perbankan sesuai dengan kriteria kelayakan regresi berganda yang dilakukan. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Financial Distress Hasil dari pengujian regresi berganda diperoleh pengaruh rasio keuangan terhadap prediksi financial distress secara parsial (individu) yaitu dengan uji t dan pengaruh rasio keuangan terhadap prediksi financial distress secara simultan (bersama-sama) yaitu dengan uji F yang diperoleh dari hasil ANOVA. Pada uji F (simultan), besarnya pengaruh rasio keuangan secara serentak adalah 1.856.173,065 dengan signifikan 0,000. Pengaruh rasio keuangan ini sangat kuat karena berada dibawah signifikasi 0,05. Kekuatan pengaruh dapat juga dilihat pada koefisien determinasi (r2) sebesar 0,873. Selain memiliki pengaruh sangat kuat juga memiliki hubungan yang kuat dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,934. Pengujian rasio keuangan secara serentak memang mempengaruhi prediksi financial distress karena prediksi financial distress ini memiliki 4 rasio keuangan yang jika nilai rasio tinggi atau rendah akan mempengaruhi nilai prediksi Z-Score pada skala sehat, rawan atau mengalami financial distress. Signifikannya pengaruh rasio keuangan yang terdiri atas likuiditas, profitabilitas, rentabilitas ekonomi dan laverage secara simultan membuktikan bahwa rasio keuangan Altman memiliki karakter masing-masing sehingga hanya rasio-rasio terbaik yang dapat dikombinasikan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan. Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio likuiditas pada uji t secara parsial, H0 mengalami penolakan karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) signifikasi 0,000. Dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas berpengaruh kuat terhadap prediksi financial distress dan memiliki hubungan yang kuat dan searah dari nilai koefisien korelasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,991. Jika rasio likuidasi ini meningkat maka Z-Score akan meningkat dan berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Rasio profitabilitas pada uji t, H0 mengalami penolakan karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan signifikasi 0,000. Dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh kuat terhadap prediksi financial distress sebesar 136,327 secara signifikan. Selain memiliki pengaruh yang kuat, rasio ini memiliki hubungan yang sangat kuat dengan koefisien korelasi sebesar 0,025. Jika rasio profitabilitas naik maka nilai ZScore akan meningkat dan berpengaruh terhadap prediksi financial distress karena laba ditahan memiliki andil dalam mempertahankan perusahaan dalam menjalankan operasinya karena laba ditahan digunakan untuk modal operasi perusahaan. Rasio rentabilitas ekonomi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Rasio rentabilitas ekonomi pada uji t, H0 mengalami penolakan karena nilai t hitung 90.408 lebih besar dari t tabel 1,895 dengan signifikasi 0,000. Dapat disimpulkan bahwa rasio rentabilitas ekonomi mempunyai hubungan yang kuat rasio ini memiliki hubungan yang sangat kuat dengan koefisien korelasi sebesar 0,075 dan berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Rasio laverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Rasio laverage pada uji t, H0 mengalami penolakan karena nilai t hitung 189,154 lebih besar dari t tabel 1,895 dengan signifikasi 0,000. Dapat disimpulkan bahwa rasio laverage berpengaruh
terhadap prediksi financial distress perusahaan dan memiliki hubungan yang kuat dengan prediksi financial distress karena nilai koefisien sebesar -0,298. Secara parsial seluruh rasio memiliki hubungan dengan prediksi financial distress baik dengan hubungan yang kuat dan berpengaruh terhadap prediksi financial distress. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: Rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rentabilitas ekonomi, rasio laverage yang positif dimiliki oleh 9 perusahaan perbankan yang diteliti. Perusahaan dengan rasio likuiditas tertinggi adalah Bank Victoria Internasional Tbk yaitu sebesar 0,865 atau 86,5%. Terendah adalah Bank Bukopin Tbk, dan Bank Central Asia Tbk yaitu sebesar 0,020 atau 2%. Perusahaan dengan rasio profitabilitas tertinggi yaitu Bank Central Asia Tbk dan terendah yaitu Bank Kesawan Tbk. Perusahaan dengan rasio rentabilitas ekonomi tertinggi yaitu Bank Central Asia yaitu 0,034 atau 3,4% dan terendah yaitu Bank Kesawan Tbk yaitu 0,000 atau 0%. Perusahaan dengan rasio laverage tertinggi adalah Bank Central Asia Tbk yaitu sebesar 0,435 atau 43,5% dan terendah adalah Bank Artha Graha Internasional Tbk yaitu 0,053 atau 5,3%. Perusahaan yang diprediksi berpotensi financial distress adalah Bank Artha Graha Internasional sebesar 0,971, Bank Bukopin Tbk sebesar 0,357, Bank Capital Indonesia sebesar 0,900, Bank Internasional Indonesia Tbk sebesar 1,034. Perusahaan yang diprediksi berpotensi rawan adalah Bank Central Asia Tbk sebesar 1,119, Bank CIMB Niaga Tbk sebesar 2,104, Bank Kesawan Tbk sebesar 1,136 dan Bank Negara Indonesia besar 1,401. Sedangkan perusahaan yang diprediksi dalam kondisi sehat adalah Bank Victoria Internasional Tbk sebesar 6,089.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) Saran Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian serta untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya yakni untuk meneliti prediksi kondisi financial distress perusahaan lebih baik menggunakan metode penelitian lain yang lebih bervariasi agar diketahui perbedaan signifikasi yang lebih akurat dalam menguji pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi financial distress.
DAFTAR PUSTAKA Arthesa, Ade. Edia Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank. Jakarta: PT. Indeks. Almilia, Luciana Spica. 2006. Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, STIE Perbanas Surabaya, Vol.XII No.1, ISSN : 0854-9087. Amazia, Christanty. 2010. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Go-Public, Skripsi Yang Dipublikasikan, Jurusan Akuntasi, STIE Perbanas Surabaya. Ema Septiana. 2009. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode Camels. (Studi Empiris pada Perbankan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20062008). Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: CV Alfabeta. Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis, Second Edition, PrenticeHall International Edition, Singapore. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Harahap, Sofyan Safri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Husein, Umar. 2009. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Kamaludin dan Indriani, Rini. 2012. Manajemen Keuangan ”Konsep Dasar dan Penerapannya. Edisi Revisi. CV Mandar Maju: Bandung. Ramadhani, Ayu Suci, dan Lukviarman, Niki. 2009. Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, Dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1 Sarwono, Jonathan. 2012. Mengenal SPSS Statistics 20 Aplikasi Untuk Riset Eksperimental. Kompas Gramedia: Jakarta. S.Munawir. 2002. Analisis Keuangan. Yogyakarta Yogyakarta.
Informasi Liberty:
Subramanyam, K.R. dan Wild, John J., Dalam Terjemahan Yanti, Dewi. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 10, Buku 2. Salemba Empat: Jakarta. St. Ibrah Mustafa Kamal. 2012. Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa Efek Indonesia (dengan menggunakan model Altman Z-score). Skripsi Manajemen, Universitas Hasanuddin Makassar. Widodo, Wahyu dan Setiawan, Doddy. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11, No.2, Agustus 2009, Hlm. 107-119
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume: 2 No. 1 Tahun 2014) http://en.wikipedia.org/wiki/Altman_Zscore, Diunduh 13/04/2014 Jam 13:48.