e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
PENGARUH PENGENDALIAN INTERN KAS, MORALITAS INDIVIDU, GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KECENDERUNGAN TERJADINYA KECURANGAN (FRAUD) KAS (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Buleleng) 1
Kadek Anggun Kusuma Dewi, Edy Sujana, 2Gede Adi Yuniarta
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia e-mail : {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh penjelasan yang teruji tentang besarnya pengaruh pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan kas. Lokasi penelitian ini pada SKPD Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi pada penelitian ini yakni seluruh pegawai pada 15 SKPD di Kabupaten Buleleng. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana sampel dalam penelitian ini adalah para pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi atau keuangan termasuk pula kepala sub bagian keuangan. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 114 responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Pengujian data dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas serta uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan (1) Pengendalian Internal Kas Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan Kas, (2) Moralitas Individu Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan Kas, (3) Gaya Kepemimpinan Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan Kas, (4) Kepuasan Kerja Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan Kas, (5) Pengendalian Intern Kas, Moralitas Individu, Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Berpengaruh Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan Kas. Kata kunci : pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, kecurangan kas. Abstract The study aimed at finding out the valid description about the extent of the effect of cash internal control, individuals’ morality, leadership styles, and working satisfaction on the cash fraud tendency. The study was conducted at the working units of local government Buleleng by utilizing a quantitative design. The population of the study consisted of all staffs from 15 working units in Buleleng Government offices, from which 114 respondents consisted of those from accounting or financial department, including heads of financial sub-section were determined by using a purposive sampling technique as the samples of the study. The data were collected by using questionnaire which were then tested based on validity testing and reliability testing. While the classical assumption test were made possible by normality, heteroskedastisity, and
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) multikolonierity testing. The hypothesis testing was done by using multiple linear regression analysis supported by SPSS software. The results of the study indicated that (1) cash internal control had a significant but negative effect on the cash fraud tendency, (2) individuals’ morality had a significant but negative effect on the cash fraud tendency, (3) leadership styles had a significant but negative effect on the cash fraud tendency, and (4) working satisfaction had a significant but negative effect on the cash fraud tendency, (5) the cash internal control, individuals’ morality, leadership styles, and working satisfaction had a significant effect on the cash fraud tendency. Key words: cash internal control, individuals’ morality, leadership styles, working satisfaction, cash fraud tendency.
PENDAHULUAN Kecurangan (fraud) merupakan salah satu bentuk kejahatan di dalam dunia akuntansi. The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Keuangan Bersertifikat, mengklasifikasikan kecurangan (fraud)dalam berbagai klasifikasi yang kemudian dikenal dengan istilah “FraudTree” yaitu Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation), Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fradulent Statement), dan Korupsi (Corruption). Kecurangan (fraud) bisa terjadi dimana saja dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Menurut Tuanakotta (2010), kecurangan (fraud) disebabkan oleh tekanan (pressure), persepsi akan adanya peluang (perceived opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah, Pengendalian internal yang baik dan efektif akan menutup peluang terjadinya kecurangan (Tunggal,2011). Pengendalian atas kas merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena kas merupakan harta perusahaan yang sangat likuid dan jumlahnya relatif besar, maka sangatlah penting untuk diamankan. Kecurangan akan dilakukan jika ada kesempatan dimana seseorang harus memiliki akses terhadap aset atau memiliki wewenang untuk mengatur prosedur pengendalian yang memperkenankan dilakukannya skema kecurangan. Sehingga untuk itu di dalam meminimalisir peluang atau kesempatan seseorang untuk melakukan
kecurangan maka diperlukan pengendalian internal yang efektif. Menurut Wilopo (2006) menyatakan bahwa pengendalian intern yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan. Tekanan (pressure) adalah faktorfaktor penyebab kecurangan yang didasari oleh kondisi psikologi pelaku (Ramamooti,2008). Seorang karyawan akan cenderung untuk mengikuti peraturan perusahaan ketika dipimpin oleh seseorang dengan gaya kepemimpinan yang tepat (Pramudita,2013). Semakin tepat gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin maka akan dapat menurunkan resiko fraud. Rasionalisasi adalah pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal. Menurut Wilopo (2006), semakin tinggi level penalaran moral individu maka akan semakin cenderung untuk tidak berbuat kecurangan. Bagi mereka dengan standar moral yang lebih tinggi, mungkin tidak begitu mudah untuk melakukan kecurangan. Namun bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka akan lebih mudah merasionalisasi kecurangan. Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa Kepuasan Kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Tinggi atau rendahnya tingkat Kepuasan Kerja karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dengan apa yang diharapkan. Ketidakpuasan kerja dapat menjadi salah satu faktor pendorong untuk melakukan Fraud karena karyawan merasa tidak dihargai dan cenderung
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) merasionalisasi tindakan tersebut untuk memenuhi apa yang menjadi harapannya (Prasetya,2015). Individu yang berada pada level moral yang rendah merupakan suatu ancaman bagi perusahaan karena ketika individu tersebut mengalami ketidakpuasan dalam bekerja maka ia akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan sehingga individu tersebut akan selalu merasionalisasikan tindakan yang menurutnya benar sekalipun sebenarnya adalah salah. Bentuk skema kecurangan yang paling umum yakni melibatkan beberapa bentuk penyalahgunaan asset. Penyalahgunaan Asset dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang. Delapan puluh lima persen dari kecurangan yang dimasukkan dalam penelitian ACFE (The Association of Certified Fraud Examiners) masuk ke dalam kategori ini. Aset dapat digunakan secara langsung atau tidak langsung demi keuntungan si pelaku. Transaksi yang melibatkan kas, akun cek, persediaan, peralatan, perlengkapan, dan informasi adalah yang paling rentan untuk disalahgunakan. Tindakan tindakan yang saat ini telah dilaksanakan belum mampu untuk mengurangi para perilaku kecurangan sehingga hal tersebut harus disertai dengan upaya pencegahan yang tepat. Untuk menghindari adanya tindakan penyelewengan atau penyalahgunaan kas maka diperlukan tindakan pengendalian kecurangan. Pengendalian intern kas yang seharusnya dapat meminimumkan terjadinya kecurangan tidak diterapkan dengan baik, banyaknya moralitas yang masih kurang dikalangan pemerintahan, gaya kepemimpinan yang belum diaplikasikan sesuai tanggungjawab, dan kepuasan kerja masih bersifat individualis, sehingga untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian dimana peneliti ingin menguji seberapa besar “Pengaruh Pengendalian Intern Kas, Moralitas Individu, Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas”. Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalahpenelitian yang dilakukan oleh Sudibyo (2016), Prasetya (2015), Saputra (2015), Lestari (2015), Prawira (2014), Artini (2014), Ayu Putri (2014), Arif Tiro (2014), Kurniawan (2013), dan Zulkarnain (2013). Penelitian ini akan mengkaji kembali dengan pengembangan variabel yang akan dipakai pada penelitian ini dan jenis kecurangan yang lebih khusus yakni mengenai kecurangan (fraud) kas. Penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di Kabupaten Buleleng. Dari adanya pengujian ini maka dapat dijadikan acuan yang harus diperhatikan dan dapat menjadi pertimbangan untuk menghindari kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) di pemerintahan. Selain itu, pemerintah Kabupaten Buleleng dapat melakukan pembenahan dan selanjutnya dapat dijadikan cerminan untuk menerapkan sistem pemerintahan yang baik dan benar untuk kedepannya. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Seberapa besar pengaruh pengendalian intern kas terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng?, (2) Seberapa besar pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng?, (3) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng?, (4) Seberapa besar pengaruh kepuasan kerjaterhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng?, dan (5) Seberapa besar pengaruh pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan, dan kepuasan kerjasecara bersama-sama terhadap kecenderungan terjadinya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng?. Berkaitan dengan masalah yang dirumuskan, adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui: (1) Besar pengaruh pengendalian intern kas terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng, (2) Besar pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng, (3) Besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng, (4) Besar pengaruh kepuasan kerjaterhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng, dan (5) Besar pengaruh pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan, dan kepuasan kerjasecara bersama-sama terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng Pengendalian atas kas merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena kas merupakan harta perusahaan yang sangat likuid dan jumlahnya relatif besar, maka sangatlah penting untuk diamankan. Pengendalian intern yang efektif akan membantu melindungi aset perusahaan, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto,2008). Menurut teori Tunggal (2010) yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaksanakan pengendalian intern dalam perusahaan tentu akan membantu mereka dengan mudah mengecek kecurangan yang terjadi, dan pada akhirnya akan mudah mendeteksi kecurangan secara dini. Apabila suatu instansi memiliki
pengendalian intern kas yang kurang memadai maka akan menimbulkan hambatan dari adanya kesalahan maupun kecurangan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi, dan akhirnya informasi akuntansi sebagai produk dari system akuntansi, kualitasnya menjadi buruk dan pada akhirnya mempengaruhi ketepatan pengambilan keputusan. Dengan demikian, pengendalian yang cukup dan efektif dapat memperkecil celah bagi para pelaku kecurangan untuk melakukan tindakan yang merugikan perusahaan dan menguntungkan mereka sendiri. Semakin efektif pengendalian intern maka peluang untuk terjadinya kecurangan dalam suatu perusahaan akan semakin kecil. Hal ini didukung dengan penelitian oleh Krisna Saputra (2015), Ayu Lestari (2015), Darma Prawira (2014), Ari Artini (2014), Gusnadi Kurniawan (2013), dan Zulkarnain (2013) yang menyatakan bahwa pengendalian intern kas yang efektif berpengaruh signifikan negatif terhadap terjadinya fraud. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H1: Pengendalian Internal Kas Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas . Wahyudi (2006) menyebutkan bahwa kecenderungan fraud juga berasal dari dalam diri individu itu sendiri, salah satunya moralitas. Liyanarachchi (2009), menunjukkan bahwa level penalaran moral individu mereka akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Semakin tinggi level penalaran moral seseorang, akan semakin mungkin untuk melakukan hal yang benar. Dalam tindakannya, orang yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung akan melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sendiri karena ia akan merasionalisasikan apa yang menurutnya benar sekalipun itu adalah salah. Penelitian ini juga berpendapat bahwa moralitas individu akan mempengaruhi kecenderungan seseorang melakukan kecurangan. Artinya, semakin tinggi tahapan moralitas individu (tahapan post-
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) konvensional), maka semakin individu memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya. Dengan demikian, semakin tinggi moralitas individu, semakin ia akan berusaha untuk menghindarkan diri dari kecenderungan kecurangan. Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu maka akan semakin cenderung untuk tidak berbuat kecurangan. Hal diatas senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusnardi Kurniawan (2013), Darma Prawira (2014), dan Krisna Saputra (2015) dimana menemukan hasil yakni Moralitas berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kecurangan(fraud). Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H2: Moralitas Individu Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas. Seorang pemimpin sangat perlu untuk memperhatikan gaya kepemimpinannya. Seorang karyawan akan cenderung untuk mengikuti peraturan perusahaan ketika dipimpin oleh seseorang dengan gaya kepemimpinan yang tepat (Pramudita,2013). Gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya kepemimpinan yang dapat memberikan motivasi kerja kepada bawahannya.Suatu tekanan (pressure) akan membuat pegawai cenderung melakukan tindak fraud, baik faktor keuangan dari individu maupun non keuangan yang berkaitan dengan faktor tekanan dari pekerjaan itu sendiri yaitu dari gaya kepemimpinan seorang atasan. Tekanan dari pemimpin akan membuat seorang pegawai akan bertindak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan atasannya. Fenomena tersebut memicu terjadinya tindak fraud dalam suatu instansi (Sudibyo,2016). Jadi, apabila bawahannya merasa tertekan oleh gaya kepemimpinan yang buruk maka tindakan fraud kemungkinan terjadi. Sikap bawahan akan mengikuti sikap pimpinan.
Semakin tepat gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin maka akan dapat menurunkan resiko fraud. Para peneliti terdahulu seperti yang dikemukakan oleh Dianingtyas Sudibyo (2016) dan Zulkarnain (2013) juga melakukan penelitian dengan menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh negatif gaya kepemimpinan terhadap fraud. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H3: Gaya Kepemimpinan Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas. Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa Kepuasan Kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Setiap individu memiliki tingkat Kepuasan Kerja yang berbeda-beda. Tinggi atau rendahnya tingkat Kepuasan Kerja karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dengan apa yang diharapkan. Jika karyawan menerima lebih dari harapannya, tentu karyawan akan merasa puas, sebaliknya jika karyawan menerima kurang dari apa yang diharapkannya, karyawan akan merasa tidak puas. Dalam suatu organisasi ketidakpuasan kerja dapat ditunjukan melalui berbagai cara, salah satunya dengan meningkatkan tingkat kesalahan diantaranya sengaja melakukan Fraud. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong untuk melakukan Fraud karena karyawan merasa tidak dihargai dan cenderung merasionalisasi tindakan tersebut untuk memenuhi apa yang menjadi harapannya (Prasetya,2015). Pernyataan di atas dibuktikan pada penelitian terdahulu oleh Eka Prasetya (2015) dimana Kepuasan Kerja berpengaruh negatif terhadap Fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Putri (2014) juga mendapatkan hasil yang serupa, dikatakan bahwa terdapat pengaruh Kepuasan Kerja yang signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada DPKKA Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini berarti menunjukkan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) bahwa tingginya tingkat Kepuasan yang dirasakan pegawai dapat meminimalisir tingkat Kecenderungan Kecurangan yang terjadi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut : H4: Kepuasan Kerja Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas. Dalam fraud scale, ketika tekanan situasional dan peluang untuk melakukan fraud tinggi namun integritas personal rendah maka kemungkinan untuk merasionalisasikan tindakan fraud akan sangat tinggi. Tekanan yang dimaksud adalah sebagai akibat dari adanya gaya kepemimpinan yang tidak tepat sehingga bawahan merasa tertekan akan pekerjaannya. Peluang yang dimaksud disini adalah adanya kondisi pengendalian internal yang rendah dalam sebuah organisasi. Sedangkan integritas personal yang rendah ditunjukkan dengan moralitas individu dan kepuasan kerja karyawan yang rendah, jika moral individu seseorang buruk dan kepuasan kerja yang rendah maka kecenderungan kecurangan akan sangat terjadi karena seseorang dengan moral yang rendah akan selalu merasionalisasikan tindakan yang menurutnya benar dimana tindakan tersebut digunakan untuk memenuhi semua harapan dan keinginannya karena selama ini ia merasa tidak puas akan pekerjaannya. Individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama hanya untuk kepentingan pribadinya. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka akan lebih mudah merasionalisasi kecurangan.Hal hal tersebut sangat memungkinkan untuk terjadi kecurangan pada kas, perlu diingat bahwa pelaku fraud selalu mencari pembenaran rasional untuk membenarkan perbuatannya (Molida,2011).Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis : H5: Pengendalian Intern Kas, Moralitas Individu, Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Berpengaruh
Signifikan Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas. METODE Penelitian ini dilakukan pada SKPD di Kabupaten Buleleng. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel penelitian ini yaitu pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja yang merupakan variabel bebas. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud)kas.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai bagian keuangan pada SKPD di Kabupaten Buleleng termasuk pula Kepala Sub Bagian Keuangan, di mana jumlah responden sebanyak 114 orang. Data didapat dari hasil pengisian kuisioner yang dianalisis secara statistik. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Uji kualitas data meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Uji hipotesis menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah pegawai bagian keuangan pada SKPD di Kabupaten Buleleng termasuk pula Kepala Sub Bagian Keuangan. Data responden yang dapat diambil dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, pendidikan, dan lama bekerja. Adapun pengukuran yang dilakukan melalui perolehan data lapangan dengan bantuan kuesioner yang telah disebar. Responden yang bekerja pada masing masing Dinas
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) di Pemerintah Kabupaten Buleleng pada penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah dari segi gender, terdiri dari 52 orang responden laki-laki (45,6%) dan 62 orang responden perempuan (54,4%). Berdasarkan Pendidikan, responden dengan pendidikan sarjana yaitu sebanyak 53 orang (46,5%), responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 8 orang (7%), responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 53 orang (46,5%). Berdasarkan lama kerja diperoleh sebagian besar responden bekerja selama <5 tahun yaitu sebanyak 12 orang (10,5%), responden yang bekerja selama 5-10 tahun yaitu sebanyak 26 orang (22,8%), dan responden yang bekerja selama >10 tahun yaitu sebanyak 76 orang (66,7%). Kuesioner yang disebarkan sesuai dengan perhitungan sampel sebanyak 114 eksemplar. Dari 114 kuisioner yang dikirim, kuisioner yang kembali sebanyak 114 buah atau 100% dari total kuisioner. Hal ini menunjukkan tingkat response rate sangat baik. Untuk menguji kualitas data digunakan uji validitas dan reliabilitas. Hasil Uji Validitas menyatakan bahwa seluruh item pertanyaan dari kuesioner mengenai pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan kecenderungan terjadinya kecurangan kas memiliki korelasi positif dan nilai rhitung di atas nilai rtabel 0,1840 serta berada pada tingkat signifikansi yaitu dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa, seluruh butir dalam instrument penelitian ini dikatakan valid atau dapat dinyatakan layak digunakan sebagai alat ukur. Sedangkan untuk Uji reliabilitas item pernyataan yang akan diuji terdiri dari 36 butir pernyataan. Pengujian reliabilitas data menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan yang terdapat dalam kuisioner dapat dikatakan reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari pada 0,70, yaitu sebesar 0,846 untuk variabel pengendalian intern kas, 0,904 untuk variabel moralitas individu, 0,948 untuk variabel gaya kepemimpinan, 0,700 untuk variabel
kepuasan kerja dan 0,876 untuk variabel kecenderungan kecurangan kas. Jadi, dapat dinyatakan bahwa seluruh variabel telah memenuhi syarat reliabilitas atau dapat dikatakan reliabel sehingga, dapat digunakan untuk melakukan penelitian. Uji normalitas digunakan untuk melihat dan mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal. Uji normalitas sebaran data dalam penelitian ini adalah menggunakan KolmogorovSmirnov Test. Dimana data dikatakan berdistribusi normal jika koefesien Asym.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (α=5%). Hasil uji menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. 0,949. Oleh karena nilai Asymp. Sig. lebih besar dari alpha 5% maka, dapat dinyatakan bahwa model uji telah memenuhi syarat normalitas data. Selain itu untuk menentukan data dapat terdistribusi secara normal atau tidak dapat juga dilakukan dengan metode grafik histogram dan kurva normal probability plot dalam program SPSS. Dapat diketahui bahwa penyebaran data (titik) berada pada suatu diagonal, sehingga model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk membuktikan atau menguji ada atau tidaknya hubungan yang linier (multikolinearitas) antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain. Hasil uji multikolinearitas untuk variabel pengendalian intern kas memiliki nilai tolerance sebesar 0,773 dan nilai VIF sebesar 1,293, untuk variabel moralitas individu memiliki nilai tolerance sebesar 0,803 dan nilai VIF sebesar 1,245, untuk variabel gaya kepemimpinan memiliki nilai tolerance sebesar 0,791 dan nilai VIF sebesar 1,246, dan untuk variabel kepuasan kerja memiliki nilai tolerance sebesar 0,796 sedangkan nilai VIF sebesar 1,256. Nilai tolerance untuk masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,1 sedangkan, nilai VIF kurang dari 10. Jadi dapat dinyatakan bahwa, model uji tidak terdeteksi kasus multikolinearitas atau dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) Glejser dimana jika nilai signifikan 0.05 dengan 0.05 maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Dapat diketahui bahwa semua data variabel memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 artinya pada model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel pengendalian intern kas (X1), moralitas individu (X2), gaya kepemimpinan (X3), dan kepuasan kerja (X4) terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan kas (Y) pada SKPD di Kabupaten Buleleng. Adapun rangkuman dari hasil uji regresi linier berganda dapat ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model 1 (Constant) Pengendalian Intern Kas Moralitas Individu Gaya Kepemimpinan Kepuasan Kerja (Sumber: Data Primer Diolah, 2016)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 38,494 2,944 -0,320 0,075 -0,342 -0,173 0,083 -0,165 -0,090 0,039 -0,186 -0,447 0,132 -0,269
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa, persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y 38,494 0,320 X 1 0,173 X 2 0,090 X 3 0,447 X 4
Persamaan garis regresi linier berganda tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh yang negatif antara pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng. Pengaruh Pengendalian Intern Kas (X1) Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas (Y) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng H1 : Pengendalian Intern Kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kaspada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel pengendalian intern kas memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000 dan nilai thitung yang negatif sebesar 4,246
t 13,075 -4,246 -2,087 -2,332 -3,387
Sig. 0,000 0,000 0,039 0,022 0,001
lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,98197. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa pengendalian intern kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) kas. Hal ini menunjukkan memang benar ada pengaruh yang negatif dan nyata (signifikan) secara parsial antara pengendalian intern kas terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng. Pengendalian yang cukup dan efektif dapat memperkecil celah bagi para pelaku kecurangan untuk melakukan tindakan yang merugikan perusahaan dan menguntungkan mereka sendiri. Pengendalian internal yang baik dan efektif akan menutup peluang terjadinya kecurangan(Tunggal,2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi Pengendalian Intern Kas maka semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng. Hal ini tercermin dari hasil jawaban responden dimana pengendalian intern kas yang diaplikasikan dengan sistem
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) informasi dan komunikasi akuntansi yang sesuai dan tepat akan menyebabkan pengelolaan kas dapat dikendalikan dengan baik dan dapat menghasilkan informasi akuntansi sebagai produk dari sistem akuntansi dengan kualitas yang baik sehingga apabila pengendaliannya tinggi maka peluang kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas akan menjadi rendah. Semakin tinggi sistem informasi dan komunikasi akuntansinya di dalam melakukan pengendalian intern kas maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng. Pengaruh Moralitas Individu (X2) Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas (Y) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng H2 : Moralitas Individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kaspada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel moralitas individu memiliki tingkat signifikan sebesar 0,039 dan nilai thitung yang negatif sebesar 2,087 lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,98197. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) kas. Liyanarachchi (2009) dan Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu maka akan semakin cenderung untuk tidak berbuat kecurangan. Jika moralitas suatu individu tinggi maka individu itu akan bisa merasionalisasikan segala tindakan mana yang benar dan mana yang tidak. Sedangkan bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka akan lebih mudah merasionalisasi kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi Moralitas Individu maka semakin rendah tingkat
kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng. Hal ini tercermin dari hasil jawaban responden yang menunjukkan bahwa moral individu dari masing masing responden yang ada di SKPD sudah memenuhi kriteria tinggi dimana di dalam melakukan penyusunan laporan realisasi anggaran, responden melakukannya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan mempertimbangkan prinsip prinsip kesejahteraan masyarakat dan tidak ingin merugikan pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih mementingkan organisasinya dan berperilaku jujur. Semakin tinggi tingkat moralitas individu di dalam melakukan suatu penyusunan laporan realisasi anggaran maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X3) Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas (Y) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng H3 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kaspada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan memiliki tingkat signifikan sebesar 0,022 dan nilai thitung yang negatif sebesar 2,332 lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,98197. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) kas. Seorang karyawan akan cenderung untuk mengikuti peraturan perusahaan ketika dipimpin oleh seseorang dengan gaya kepemimpinan yang tepat (Pramudita,2013).Tekanan (pressure) adalah faktor-faktor penyebab
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) kecurangan yang didasari oleh kondisi psikologi pelaku (Ramamooti,2008). Seorang karyawan tidak akan merasa tertekan apabila pemimpinnya adalah seseorang dengan gaya kepemimpinan yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi Gaya Kepemimpinan seseorang maka semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng. Hal ini tercermin dari hasil jawaban responden dimana dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan di masing masing SKPD sudah cukup tepat dengan menerapkan Gaya Kepemimpinan Demokratis dimana terdapat hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan, dan pemimpin menyampaikan pembagian tugas dengan baik. Gaya Kepemimpinan Demokratis adalah gaya kepemimpinan yang paling ideal untuk diterapkan karena karyawan tidak akan merasa tertekan, karyawan akan cenderung untuk mengikuti peraturan perusahaan dan tidak akan berbuat kesalahan kesalahan yang disengaja di dalam bekerja sehingga hal hal seperti kecenderungan terjadinya kecurangan kas akan diminimalisir. Semakin tinggi tingkat gaya kepemimpinan sesorang dalam hal ini gaya kepemimpinan demokratis maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng Pengaruh Kepuasan Kerja (X4) Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas (Y) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng H4 : Kepuasan Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kaspada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja memiliki tingkat signifikan sebesar 0,001 dan nilai thitung yang negatif sebesar 3,387 lebih
besar dari nilai ttabel yaitu 1,98197. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis keempat dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) kas. Kepuasan Kerja adalah kepuasan yang dirasakan karyawan terhadap pekerjaan/perusahaannya, antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan atau perusahaannya. Jika karyawan menerima kurang dari apa yang diharapkannya, karyawan akan merasa tidak puas. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong untuk melakukan Fraud karena karyawan merasa tidak dihargai dan cenderung merasionalisasi tindakan tersebut untuk memenuhi apa yang menjadi harapannya (Prasetya, 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi Kepuasan Kerja maka semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng. Hal ini tercermin dari hasil jawaban responden yang menunjukkan bahwa komunikasi antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai sebagai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi para karyawan sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja. Kepuasan Kerja tersebut tentu akan membawa dampak yang baik pula bagi perusahaan dimana karyawan tidak akan berperilaku yang dapat mengecewakan perusahaan seperti melakukan suatu kecurangan. Semakin tinggi tingkat komunikasi di dalam suatu perusahaan akan menimbulkan rasa kepuasan dalam bekerja sehingga akan menyebabkan semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di kabupaten Buleleng Pengaruh Pengendalian Intern Kas (X1), Moralitas Individu (X3), gaya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) Kepemimpinan (X3) dan Kepuasan Kerja (X4) Terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (Fraud) Kas (Y) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng H5 : Pengendalian Intern Kas, Moralitas Individu, Gaya Kepemimpinan, dan Kepuasan Kerjasecara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Terjadinya Kecurangan (fraud) Kas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng. Untuk melakukan pengujian inidigunakan analisis varian (ANOVA) dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil dariUji regresi simultan (F-test) ditunjukan pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Uji Simultan (Uji F-test) ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 458,282 4 114,571 22,455 ,000a Residual 556,139 109 5,102 Total 1014,421 113 (Sumber: Data Primer Diolah, 2016) karyawan merasa tidak dihargai. Berdasarkan pengujian hipotesis Karyawan yang merasa tidak puas akan kelima melalui F-test terlihat pada Tabel 2 melakukan suatu perbuatan untuk bahwa nilai Fhitung sebesar 22,455 > Ftabel memuaskan keinginannya sehingga sebesar 2,43 serta nilai signifikansinya cenderung merasionalisasikan segala sebesar 0,000. Berdasarkan hasil uji tindakan yang menurutnya benar. tersebut maka hipotesis kelima dalam Seseorang yang memiliki moralitas yang penelitian ini diterima yang menyatakan buruk apabila merasakan kepuasan kerja bahwa Pengendalian Intern Kas, Moralitas yang rendah tentu akan Individu, Gaya Kepemimpinan, dan merasionalisasikan segala tindakan yang Kepuasan Kerjasecara simultan menurutnya benar. Hal -hal tersebut berpengaruh signifikan terhadap sangat memungkinkan untuk terjadi Kecenderungan Terjadinya Kecurangan kecurangan pada kas, perlu diingat bahwa (fraud) Kas. pelaku fraud selalu mencari pembenaran Hasil Penelitian ini menunjukkan rasional untuk membenarkan bahwa Pengendalian Intern Kas, Moralitas perbuatannya (Molida,2011). Individu, Gaya Kepemimpinan, dan Kepuasan Kerja secara bersama sama SIMPULAN DAN SARAN berpengaruh signifikan terhadap Simpulan Kecenderungan Terjadinya Kecurangan Berdasarkan hasil analisis data, (fraud) Kas pada Satuan Kerja Pemerintah maka kesimpulan dari penelitian ini Daerah (SKPD) di Kabupaten menunjukkan memang benar terdapat Buleleng.Hasil penelitian ini sejalan pengaruh negatif dan signifikan antara dengan teori Fraud Triangle. pengendalian intern kas terhadap Pengendalian intern kas yang kecenderungan terjadinya kecurangan sangat rendah maka akan membukakan (fraud) kas pada SKPD Kabupaten peluang (opportunity) untuk suatu individu Buleleng, menunjukkan memang benar untuk melakukan kecurangan, terlebih lagi terdapat pengaruh negatif dan signifikan jika hal tersebut disertai dengan adanya antara moralitas individu terhadap suatu tekanan dari atasan dengan gaya kecenderungan terjadinya kecurangan kepemimpinan yang buruk dimana dapat (fraud) kas pada SKPD Kabupaten menimbulkan kepuasan kerja yang rendah Buleleng, menunjukkan memang benar dari bawahannya. Ketidakpuasan kerja terdapat pengaruh negatif dan signifikan dapat terjadi karena karyawan menerima antara gaya kepemimpinan terhadap kurang dari apa yang diharapkannya, kecenderungan terjadinya kecurangan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017) (fraud) kas pada SKPD Kabupaten Buleleng, menunjukkan memang benar terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada SKPD Kabupaten Buleleng dan menunjukkan memang benar terdapat pengaruh signifikan antara pengendalian intern kas, moralitas individu, gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan (fraud) kas pada SKPD Kabupaten Buleleng Saran Saran yang dikemukakan dalam kaitannya dengan keterbatasan penelitian ini yakni pengembangan kuesioner dengan bahasa yang mudah dipahami untuk dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, pihak SKPD di Kabupaten Buleleng hendaknya lebih memberikan perhatian terhadap pelaksanaan pengendalian intern khususnya kas, moral dari pegawai maupun kepala SKPD, gaya kepemimpinan yang diterapkan dan juga memperhatikan kepuasan kerja pegawai agar dapat meminimalisasi terjadinya kecurangan, serta untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai variabel-variabel lain yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya kecurangan kas dan dapat menambah jumlah sampel dari penelitian. DAFTAR PUSTAKA Dianingtyas Sudibyo, Tyagita. 2016. “Pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap efektivitas pengendalian internal dalam mendeteksi resiko fraud di PT. Kaltim Industrial Estate”. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Hernandez, J.R dan T. Groot. 2007. Corporate Fraud: Preventive Control Which Lower Corporate Fraud. Amsterdam Research in Accounting. Liyanarachi, G dan C. Newdick. 2009. The Impact of Moral Reasoning and Retaliation on Whistle-Blowing: New-
Zealand Evidence. Journal of Business Ethics 89. Pramudita, Aditya. 2013. Analisis Fraud di Sektor Pemerintahan Kota Salatiga. Accounting Analysis Journal. Volume 2 Nomor 1. Halaman: 35-43. Prasetya A, Eka. 2015. “PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP FRAUD DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi pada BMT di Wonosari)”. Skripsi. Yogyakarta: FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Ramamooti, S. 2008. The Psychology and Sociology of Fraud: Integrating the Behavioral Sciences Component Into Fraud and Forensic Accounting Curricula. Issues in Accounting Education 23. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-18. Bandung: CV Alfabeta. Tuanakotta, Theodorus. M. 2010. Akuntansi Forensik dan Auditor Investigatif, Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFE UI). Tunggal, A.W. 2011. Teori dan Kasus Internal Auditing. Jakarta: Harvarindo. Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9, Padang, 23-26 Agustus 2006.