JURNAL PENELITIAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA PUISI MELALUI MEDIA AUDIO DI KELAS III SDN 17 BONGOMEME KAB. GORONTALO Oleh
ROY S. ISMAIL NIM. 151 409 233 (Kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo)
Abstrak Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Apakah melalui media audio dapat miningkatkan kemampuan membaca puisi pada siswa kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo dapat ditingkatkan? Adapun tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca puisi melalui media audio di kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo. Metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas subjek dalam penelitian ini adalah 26 orang siswa kelas III SDN 17 Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan kepentingan penjelasan maka penulis menggunakan tehnik pengumpulan data melalaui data hasil kemampuan siswa dalam membaca puisi yang diamati melalui tiga aspek pada setiap siklus. Hasil kemampuan siswa membaca puisi melalui media audio dapat ditingkatkan, yang ditunjukan dengan indikator kinerja Untuk kemampuan siswa dalam membaca puisi minimal 70 % dari 26 orang jumlah seluruh siswa yang dikenai tindakan. Hal ini ditunjukan oleh hasil capain siswa rata-rata memperoleh nilai minimal 70. Dengan rincian perolehan sebagai berikut : siklus I untuk ketuntasan kemampuan siswa dalam membaca puisi melalui media audio siswa dengan perolehan nilai minimal 70 nampak hanya 18 orang siswa atau 69 %. Sedangkan untuk tindakan pembelajaran siklus II, hasil kemampuan siswa dalam membaca puisi telah meningkat hingga mencapai 96 % dari hasil sebelumnya. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus dapat di simpulan bahwa dengan menggunakan media audio pada siswa kelas III SDN 17 Bongomeme Kabupaten Gorontalo hasil kemampuan siswa membaca puisi meningkat. Kata kunci : Kemampuan Membaca Puisi dan Media Audio.
Pembahasan Menurut Rusyana 2008:132 Untuk kepentingan pendidikan, tujuan pembelajaran sastra tentulah merupakan bagian dari tujuan pendidikan keseluruhannya, karena proses belajar dan pembelajaran sastra merupakan bagian dari proses pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan agar siswa mampu mengapresiasikan puisi melalui pelaksanaan pembacaan puisi di Sekolah Dasar khususnya pada siswa kelas III. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menikmati, menghayati dan memahami sastra dan dapat meningkatkan keberanian serta keterampilan dalam menuangkan gagasan, pengalaman, perasaan, dalam bentuk karya sastra, akan tetapi kenyataan tidak demikian. Banyak siswa yang tidak mampu mengapresiasikan puisi dengan baik, hal ini didasarkan pada pengalaman awal yang ditemui peneliti di lapangan dan banyak di antara siswa yang mampu membaca puisi namun tidak mampu mengapresiasikannya. Proses belajar mengajar di SDN 17 Bongomeme kec. Bongomeme Kab. Gorontalo khususnya siswa kelas III dalam pembelajaran membaca puisi belum sepenuhnya menguasai dengan baik. Hal ini sesuai dengan temuan pada observasi awal dari 26 orang siswa hanya 6 orang atau 23 % yang berani tampil dan mampu mengekspresikan puisi dengan baik, sedangkan kegagalan pembelajaran membaca puisi masih mendominasi dengan capaian 77 %. Sebagai gambaran penyebabnya antara lain: siswa tidak mau tampil dan ketika tampil siswa dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang kurang tepat. Apabila hal ini tidak segera di tindaklanjuti maka yang menjadi salah satu tujuan dari kurikulum yaitu membaca puisi dengan baik dan benar tidak akan tercapai. Penyebab utamanya adalah siswa belum sepunuhnya menguasai teknik dengan baik, ini bisa terjadi karena guru dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa didukung dengan media pembelajaran yang membuat siswa akan termotivasi dalam kegitan pembelajaran. Guru hanya menjelaskan apabila membaca puisi intonasinya harus benar, vokalnya harus jelas, serta berekspresi yaitu
sesuai
dengan isi puisi yang dibacakan tanpa didukung dengan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tingkat karaktersitik siswa.
Tentunya dengan kenyataan ini kita semua menaruh harapan agar kiranya dalam pementasan karya sastra siswa mampu untuk mementaskan karya sastra dengan baik dan benar ini tentunya dimulai dari kegitan pembelajaran di sekolah dasar khusnya siswa agar menyukai pembacaan puisi dapat ditempuh dengan langkah-langkah: mengajak siswa berdiskusi tentang puisi yang akan dibacakan, siswa bisa mendengarkan melalui media audio yang akan ditampilkan oleh guru, sehingga dengan demikian siswa akan meniru dengan apa yang telah didengar melalui audio berupa lafal serta intonasi yang baik dan benar. Menurut Djamarah
2010:124 media audio adalah merupakan media
perantara yang hanya mengandalkan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa indonesia khususnya dalam pembelajaran membaca puisi, media audio dapat dijadikan pilihan yang tepat dan efektif sehingga akan menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diformulasikan dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Puisi Melalui Media Audio Kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo.” Kajian Teori Membaca menurut Hodgson yang dikutib oleh (Tarigan 2008:7) adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Sedangkan menurut Crawley dan Mountain membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, dan metakognitif sebab proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan. (dalam Somadayo 2011:6) Menurut Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2007: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses.
Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Membaca merupakan kegiatan yang kompleks artinya membaca melibatkan segenap batin kita yaitu pengalaman, respon, intelektual, emosional dan kreativitas sehingga mampu menangkap apa yang telah dibacanya. (Subana 2006:37). Hal senada diungkapkan oleh (Syafie 2005:14) Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting dalam kegiatan berbahasa. Dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi secara lisan dan secara tertulis. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf. Dalam hal ini huruf-huruf yang menurut alphabet latin. Menurut (Warudijoyo 2009:19) “Membaca merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain juga kepada diri sendiri”. Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar menghafal tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, prikolinguistik dan meta kognitif. Sebagai suatu proses befikir, membaca mencakup aktivtas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Menurut Nuttall (dalam Rofi’uddin
2002:73)
membaca merupakan upaya menggali informasi dari berbagai jenis teks, sesuai dengan tujuan membaca. Untuk memperoleh informasi pembaca akan menggunakan strategi tertentu, yang berupa ketrampilan menangani kata dan ketrampilan menangani teks itu sendiri. Menurut Santosa dkk, Pada hakekatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca
sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dann mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. (2010:6.3). Menurut Rifaffere, dalam (Pradopo, 2007 :32) puisi merupakan konvensi wujud yang selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep dan estetiknya. Artinya , bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna , bukan hanya kosong tanpa makna dan selalu mengalami perubahan, perkembangan, sepanjang tahun. Pendapat lain dikemukakan oleh Tocqueville dalam (Tirtawirya, 2003 :10) bahwa puisi ialah hal mencari dan melukiskan kebenaran , melainkan memuja kebenaran dan “Memberi Jiwa” suatu gambaran yang lebih indah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kontemporer (2001 :120) puisi adalah “keterangan kesustraan yang bentuk bait-bait sajak , seperti pantun , gurindam, dan sebagainya” selanjutnya Tarigan dalam (Djojosuroto, 2005 :10) kata puisi bersal dari bahasa Yunani “poesis” yang berarti penciptaan. Menurut Waluyo, (2003: 10) mengatakan pengertian puisi adalah “karya sastra dengan bahasa yang didapatkan, dipersingkat, dan diberi irama dan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (Imajinatif)”. Kata-kata betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. Karena itu salah satu usaha penyair adalah memiliki persamaan bunyi (Irama) . kata-kata itu memiliki makna yang lebih luas dan banyak . karena itu , kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figurative. Bahasa/pilihan kata yang digunakan dalam puisi menurut Zulela (2012:34) umumnya lebih sederhana, tidak mengandung kata kias yang tinggi. Khusus pada puisi anak disampaikan dalam bahasa yang lebih sederhana dan pada umumnya belum menggunakan bahasa kias. Bahasa dalam puisi harus jelas, kuat, jitu dan menarik dan bersifat konotatif. Pengalaman penyair dalam bahasa puisinya haruslah meyakinkan pembacanya, seperti dikatakan oleh Caleridge dalam (Situmorang 2001 : 36) bahwa puisi sama dengan kata-kata terbaik dalam tata cara (aturan) oleh karena itu bahasa dalam puisi mengandung arti yang sangat
berbeda dengan bahasa sehari-hari dimana tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual pengarangnya. a. Emosi dan Puisi Situmorang (2001:47) berpendapat bahwa “emosi benar-benar merupakan unsur yung utama dalam puisi yang membedakannya dalam wahana, yang lain” oleh karena itu istilah-istilah lain yang mengatakan hal-hal yang bersamaan dengan itu seperti kesengan,kegembiraan, ketampanan,kemulusan, atau inspirasi , merupakan hal-hal yang dikemukakan secara tradisional dalam puisi. Dalam kehidupan yang nyata, emosi perasaan timbul oleh situasi konkrit yang aktual yang membangkitkan perasaan-perasaan cinta dan benci, hasrat dan keengganan. Emosi kadang-kadang menyenangkan,kadang-kadang mengerikan, cita dan harapan bersama-sama dengan perasaan kegembiraan, kekaguman dan keheranan adalah perasaan-perasaan yang menyebar dan merambat dari kegembiraan, yang menyenangkan kepada kebahagiaan yang mengagumkan. Oleh karena
itu,
emosi
dalam
puisi
haruslah
cocok
dengan
situasi
yang
dikemukakannya. b. Cara mengemukakan puisi Penyair seperti halnya musikus , mengembangkan efek emosinya dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang benar dan jiwa seninya yang utama. Kebisaan-kebiasaan ini diperoleh secara instinktif atau seperti biasa kita kenal dengan istilah-istilah seleksi, amplifikasi dan kompresi. Setiap unsur
yang
dikemukakan di atas depergunakan oleh penyair secara keseluruhan , sebab setiap unsur akan memberikan sumbangan yang langsung kepada penzahiran perasaan seseorang. Untuk menguji kemampuan siswa dalam membaca puisi, ada beberapa hal/aspek yang dinilai menurut Safari (1997:135) diantaranya: 1) Pemahaman isi/maksud puisi, 2) Peresapan dalam hati (seolah-olah milik si pendeklamasi sendiri); 3) Ketepatan ekspresi yang meliputi: Daya hafal, pengucapan, irama, batas sintaksis (batas perhentian/bernapas), mimik (dibuat-buat, dipaksakan dll), gerak-gerik. Seorang pembaca puisi Menurut Yulianto (2008:32) sangatlah perlu mengetahui hal-hal yang menjadi aspek penilaian dalam membaca puisi. Aspek
yang dinilai dalam membaca puisi meliputi aspek pelafalan, aspek intonasi (penekanan), aspek penghayatan/ekspresi. Berikut penjelasannya: a. Pelafalan Aspek pelafalan adalah hal yang sangat penting ketika membacakan puisi. Aspek ini meliputi tepat tidaknya dalam artikulasi, benar/tidaknya dalam pengucapan kata, dan lancar/tidaknya dalam membacakan puisi. b. Intonasi/Penekanan Pada aspek ini merupakan bagin terpenting ketika membacakan puisi. Aspek ini meliputi tinggi rendahnya nada suara sipembaca puisi sehingga para penikmat dapat memahami jenis puis yang dipentaskan. c. Penghayatan Pembaca puisi yang baik adalah ketika puisi yang dibacakannya mampu menyampaikan pesan yang terkandung dalam puisi dengan penuh penghayatan. Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa penilaian ini adalah bentuknya sederhana sehingga dapat memudahkan bagi penilai dalam menilai kemampuan membaca puisi siswa yag dipentaskan. Menurut Djumarah (2010:120) kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “Medium”, yang secara harafiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyaluran informasi belajar atau penyalur pesan. (Hal senada di ungkapkan oleh Blake dan Horalsen (dalam Dunggio, 2006:37), media dalah ”Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan”. Menurut Hamidjojo (dalam Dunggio, 2006:37) media adalah “semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan untuk menyebar ide atau pendapat atau gagasan yang dikemukakan itu bisa sampai kepada penerima”. Selanjutnya Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.
Media audio menurut (Djamarah 2010:124) adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorde, piringan hitam. Hal senada diungkapkan oleh Ashar 2006:122 Media audio adalah media untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran.contoh media yang dapat dikelompokkan dalam media audio diantaranya : radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll. Sedangkan menurut (Setyosari dkk 2009:56) Media audio (media dengar) adalah media yang isinya hanya diterima melalui indra pendengar. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indra dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata. Seperti pada media pembelajarn yang lainnya media audio juga mempunyai kelebihan serta kekurangannya sebagaimana di ungkapkan oleh Rivai Berikut ini kelebihan dari media audio diantaranya: 1). Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang mendengar penyajian melalui media audio menerima pesan yang sama. 2). Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. 3). Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4). Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. 5). Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. Sedangkan kekurangan media audio diantaranya: 1) Memerlukan suatu pemusatan pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu, sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara belajar khusus,
2) Media Audio yang
menampilkan simbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak, sehingga pada hal – hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual. 3) Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan penguasaan pembendaharaan kata – kata atau bahasa, serta susunan kalimat. 4) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak, 5) Penampilan melalui ungkapan
perasaan atau symbol analog lainnya dalam bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa maka akan terjadi kesalah pahaman. (2008:131-132) Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengukur kemampuan siswa membaca puisi melalui media audio di kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pada bagian ini peneliti menyajikan tentang hasil penelitian mengenai data data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun 2012/3013, yaitu pada siswa kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo. Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya. Dari pelaksanaan siklus I, diperoleh data yaitu data hasil pengamatan siswa, data hasil pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran, hasil evaluasi siswa, serta dokumentasi pembelajaran. Adapun hasil analisis data kegiatan siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa membaca puisi melalui media Audio di kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini. Hasil Analisis data kegiatan siswa pada siklus I melalui media audio Peresapan Ketepatan Pemahaman Dalam Hati Ekspresi Isi Jlh Nilai Siklus I
N o
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Jumlah
10
15
1
11
14
1
13
12
1
Persentase (%)
38
58
4
42
54
4
50
46
4
(%) Kemampuan
69 %
Keterangan : M
= Mampu
KM
= Kurang Mampu
TM
= Tidak Mampu
Ket
M
TM
2039
18
8
78
69
31
Dari hasil analisis data pada kegiatan siklus I melalui penggunaan media audio dapat dijelaskan berikut ini: a.
Pada aspek ketepatan ekspresi pada saat membacakan puisi nampak terdapat 10 siswa atau 78 % sesuai hasil pengamatan masuk pada kategori mampu (M) dan dari 26 jumlah siswa keseluruhan nampak 15 orang siswa atau 58 % pada kategori kurang mampu (KM) dan pada aspek ini sesuai hasil pengamatan terdapat 1 orang siswa atau 4 % tidak mampu (TM) mengekspresikan puisi yang dibacanya.
b.
Pada aspek pemahaman isi
pada saat membacakan puisi sesuai hasil
pengamatan dan analisis terdapat 11 orang siswa atau 42 % yang telah mampu (M) memahami isi puisi dengan intonasi dengan baik, dan 14 atau 54 % siswa masuk pada kategori kurang mampu (KM) dan 1 orang siswa atau 4 % tidak mampu (TM) memahami puisi yang dibacanya. c.
Sedangkan pada aspek peresapan dalam hati dari 26 jumlah siswa nampak 13 orang siswa atau 50 % yang telah berhasil masuk pada kategori mampu (M), dan 12 orang siswa atau 46 % masuk pada kategori kurang mampu (KM) sedangkan untuk kategori tidak mampu (TM) terdapat 1 orang atau 4 % belum nampak peresapan dalam hatinya ketika membacakan puisi. Dari hasil analisis data yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran di
siklus I dari ketiga aspek yang diamati jika di rata-ratakan yang telah mampu membacakan puisi dengan baik jika di persentasikan baru sekitaran 43 %. Dan ketuntasan kemampuan siswa dalam membacakan puisi dari 26 jumlah siswa yang dikenai tindakan telah mencapai 69 %. Jika di bandingkan pada kegiatan
observasi awal
siswa yang telah berhasil sesuai hasil capain siswa jika
dipersantasikan baru mencapai 23 %. Jadi pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini nampak telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membacakan puisi sebesar 46 %.
Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Dalam hal ini kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Pelaksanaannya sama seperti pada siklus I. hasil analisis data kegiatan siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa membaca puisi melalui media Audio di kelas III SDN 17 Bongomeme Kab. Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini. Hasil analisis data hasil kegiatan siswa pada siklus II dengan menggunakan media audio
No
Ketepatan
Pemahaman
Ekspresi
Isi
Nama Siswa
Peresapan Dalam Hati Jlh
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Jumlah
20
6
20
6
19
7
Persentase (%)
77
23
77
23
73
27
(%) Ketuntasan
M
TM
2391
25
1
92
96
4
96 %
Keterangan : M
= Mampu
KM
= Kurang Mampu
TM
= Tidak Mampu
Dari hasil analisis data pada kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan media audio dalam membaca puisi dapat dijelaskan seagai berikut: a.
Sesuai hasil pengamatan khusnya pada aspek ketepatan ekspresi pada saat membacakan puisi dari 26 jumlah keseluruhan siswa yang dikenai tindakkan nampak telah mondominasi dengan terdapat
Ket
Nilai
20 siswa atau 77 % telah
mampu membacakan puisi dengan ketepatan ekspresi yang baik dengan kategori mampu (M) dan untuk kategori kurang mampu (KM) terdapat 6 orang siswa atau 23 % dari jumlah keseluruha siswa, dan pada tindakan siklus II ini pada aspek ini tidak terdapat siswa yang masuk pada kategori tidak mampu (TM). sehingganya jika disimpulkan pada aspek ketepatan ekspresi ketika membacakan puisi ini siswa yang telah mampu jika dipersentasekan sebesar 77 % ini berarti telah mengalami peningkatan sebesar 39 % dari siklus sebelumnya. b.
Pada aspek pemahaman isi pun demikian telah terjadi peningkatan dari siklus Sebelumnya dimana pada siklus I untuk kategori mampu hanya 11 orang siswa atau 42 % dan pada siklus II ini terjadi peningkatan dengan 20 orang siswa atau 77 % siswa yang masuk pada kategori mampu (M) dengan demikina telah terjadi peningkatan sebesar 35 % dari tindakan sebelumnya.
c.
Dan untuk aspek peresapan dalam hati saat membacakan puisi telah terjadi peningkatan sebagaimana yang nampak pada tabel analisis diatas dengan terdapatnya 19 orang siswa
atau 73 % yang telah mampu (M)
mengekspresikan pembacaan puisi denag peresapan dalam hati yang baik dan benar, ini berarti telah terjadi peningkatan dari pelaksanaan siklus sebelumnya pada aspek ini sebesar 23 %. Jika disimpulkan dan melihat hasil analisis data
dimana persentase
kemampuan siswa ketika membacakan puisi pada tindakan siklus II ini telah mencapai 96 %.
Simpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik
beberapa
simpulan sebagai berikut: 1) Penggunaan media aodio ternyata dapat meningkatkan kemampuan membaca puis pada siswa kelas III SDN 17 Bongomeme, yakni dari 23 % pada kegiatan observasi awal, dengan menggunakan media audio, meningkat
menjadi 69 % pada kegiatan siklus I, dari hasil kegiatan siklsu I di refleksi dan disimpulkan untuk diadakannya tindakan perbaikan pada siklsu II hal ini dilakukan sesuai hasil refleksi dengan melihat hasil belum tercapinya indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Hasil pelaksanaan kegiatan siklus II memperoleh hasil peningkatan kemampuan membaca puisi melalui media audio hingga mencapai 95 %. 2) Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas sampai pada dua siklus, sebagai penyempurnaan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang terdapat pada
siklus I, dengan diadakannya tindakan pada siklsu II ini maka kemampuan siswa dalam membaca puisi mengalami peningkatan yang bermakna sehingga dapat dikatakan hipotesis tindakan yang telah diajukan diterima.
Daftar Pustaka Ashar, Arsyad. 2006. Media pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Depdikbud. 2007. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Tentang Pengolahan Analisis dan Pelaporan Kemampuan. Jakarta Dimyanti, 2010 Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta Djojosuroto, Kaniyati : 2005 . Puisi Pendekatan dan pembelajaran : bandung Nuansa. Djamarah,dkk. 2010 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dunggio Sartin, dkk 2006. Strategi Pembelajaran. Gorontalo; Universitas Negeri Gotontalo Paradopo, 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gadjah Mada Universiti Press. Rahim Farida 2005. Pengajaran membaca di sekolah dasar. Jakrta: Bumi Aksara.
.................... 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah (edisi kedua). Jakarta : Bumi Aksara. Rivai, 2008. Media Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Rofi’uddin, dkk. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra. Jakarta: Angkas Rusyana, 2008. Metode pengajaran sastra. Bandung: Angkasa Safari, 1997. Pengujian dan penilaian bahasa dan sastra indonesia. Jakarta: Kartanegara Santosa Fuji.dkk 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.Jakarta: Universitas Terbuka Setyosari,dkk. 2009. Media pembelajaran. Elang Emas : Malang Situmorang. 2001. Puisi Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur . Nusa Indah.
Ende Flores :
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta Jakarta. Somadoyo, Samsu. 2011 Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.Graha Ilmu: Yogyakarta Subana 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud Proyek Pembinaan tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Syafie, 2005, Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud Tarigan. 2008. Membaca Angkasa:Bandung
Sebagai
suatu
Keterampilan
Berbahasa.
Tirtawijaya, 2003. Apresiasi puisi dan prosa. ende flores : Nusa indah, Waluyo, Herman . 2003. Apresiasi puisi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Warudijoyo. 2009. Strategi Pembelajaran Berartikulasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yulianto, 2008. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta : Girimukti Pusaka Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya