1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYIMAK DIALOG MELALUI MODEL STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION DI KELAS III SDN 4 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO SRI MARHAYULYA MOHI (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd Wiwy T. Pulukadang, S.Pd, M.Pd ABSTRAK Sri Marhayulya Mohi. 2013. Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyimak Dialog Melalui Model Pembelajaran Koperatif Tipe Student Team Achivement Division Di Kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Evie Hasyim,M.Pd Pembimbing II Wiwy T Pulukadang,S.Pd,M.Pd.Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah model pembelajaran koperatif tipe Student Team Achivement Division dapat meningkatkan kemampuan siswa menyimak dialog di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo ? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa menyimak dialog di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo melalui model pembelajaran koperatif tipe Student Team Achivement Division. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah siswa yang memiliki kemampuan menyimak dialog dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Student Team Achivement Division pada siklus 1 sebanyak 16 siswa atau sebesar 66.67%, dan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada siklus 2 yaitu sebanyak 21 siswa atau sebesar 87.50%, sehingga indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu jika kemampuan siswa menyimak dialog berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan jumlah siswa yang ada di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo, telah terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koperatif tipe Student Team Achivement Division dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak dialog. Kata Kunci : Menyimak, Model STAD BAB I PENDAHULUAN Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, pembelajaran bahasa sangatlah penting, mengingat kegiatan berbahasa sangat dominan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah mengajarkan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Namun untuk mampu berkomunikasi dengan baik, siswa harus memiliki keterampilan berbahasa (language skill) sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berbagai pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia mengindikasikan bahwa kemampuan menyimak siswa sekolah dasar belum optimal. Rata-rata kemampuan siswa dalam menyimak masih sangat rendah. Hasil observasi yang dilakukan di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa dari 24 siswa masih terdapat 17 siswa atau 70.83% yang belum memiliki kemampuan menyimak dialog dengan baik, sedangkan 7 siswa atau 29.17% telah memiliki kemampuan menyimak dialog dengan baik. Untuk menghindari hal di atas, maka guru harus menggunakan model pembelajaran dengan melalui Model
yang sesuai dengan materi yang diajarkan.Salah satunya
Student Team Achivement Division. (Menurut Widyantini. (2008: 90)
2 Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik BAB II 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa 2.1.1 Pengertian Kemampuan Siswa Menurut Wijaya dan Dwitagama (2010) Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki. Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar disekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan bahan kognitif, afektif, psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri. Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Berkaitan dengan itu Muslich (2009: 80) mengemukakan secara rinci taksonomi blomm sebagai berikut : A. Ranah kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapakan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, mengunakan prinsip.
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
5. Sintesis,mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja.
6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan. Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan tergolong terendah dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang terendah merupakan perilaku yang “ harus ” dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi. Untuk dapat menganalisis misalnya, siswa harus memiliki pengetahuan, pemahaman, penerapan tertentu. B. Rana afektif, terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut :
3 1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
2. Partisipasi,yag mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam satu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam satu kegiatan.
3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya menerima suatu pendapat orang lain.
4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan yang berdisiplin. Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi kemampuan kognitif. Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku terendah danperilaku pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi. C. Ranah psikomotor, terdiri dari tujuh jenis perilaku:
1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau serangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakaup jasmani dan rohani.
3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan.
4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. 5. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien, dan tepat.
6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaran khusus yang berlaku
7. Kreatifitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Ketujuh
jenis
perilaku
tersebut
mengandung
urutan
taraf
yang
berangkaian.
Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan ururtan fase-fase dalam proses belajar motorik. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa adalah keseluruhan kemampuan siswa dalam bersikap, berfikir dan bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki sebagai hasil dari proses belajar. 2.2 Hakekat Menyimak Dialog 2.2.1 Pengertian Menyimak Dialog Terkadang orang beranggapan bahwa menyimak dengan mendengar memiliki pengertian yang sama sehingga persepsi yang demikian pada akhirnya dalam aplikasinya tidak sesuai dengan harapkan dalam proses belajar mengajar. Kesalahan tersebut menjadikan guru berpikir sederhana
4 dalam mengajarkan kegiatan menyimak. Menurut Tarigan (2008: 20) pengertian menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan. Selanjutnya Ghazali (2010: 167) mengemukakan bahwa pada dasarnya menyimak itu merupakan suatu proses kejiwaan mulai dari proses pengenalan bunyi yang didengarnya dengan penuh perhatian melalui alat pendengar. Kemudian, menyusun penafsiran yang penuh dengan pergaulan aktif antara terka, perkiraan, idealisasi, dibarengi dengan interprestasi dan apresiasi untuk menangkap informasi, ide, dan pesan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses penyimpanan dan menghubungkan hasil penafsiran untuk memperoleh pemahaman komunikasi yang diantarkan lewat bahasa lisan. Berbeda dengan pendapat-pendapat tersebut, Abidin (2012: 80) membagi pengertian menyimak menjadi dua, pertama, menyimak atau mendengarkan dalam arti sempit mengacu pada proses mental pendengar yang menerima bunyi yang dirangsangkan oleh pembicara dan kemudian menyusun penafsiran apa yang disimaknya, kedua, menyimak dalam pengertian luas mengacu pada proses bahwasi penyimak tidak hanya mengerti dan membuat penafsiran tentang apa yang disimaknya, tetapi lebih dari itu ia berusaha melakukan apa yang diinformasikan oleh materi yang disimaknya. Dari uraian tersebut, maka dapatlah disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat didalamnya. Dalam hal mendengarkan atau memerhatikan orang membaca atau orang yang bercakap, penyimak menerima keterangan melalui rangkaian bunyi bahasa dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca atau bercakap. Jika pembicara dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan dapat melihat gerak muka dan gerak tangan pembicara seperti, bibir, mimik, dan sebagainya. Jika penyimak menyimak lewat media bantu seperti tape recorder, maka si penyimak hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang disampaikan oleh si pembicara. Hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman. 2.2.2 Tujuan Menyimak Dialog Secara umum tujuan menyimak ada dua macam, yaitu tujuan bersifat khusus dan tujuan bersifat umum. Adapun tujuan yang bersifat khusus adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran. Namun tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Menurut Rahim (2007: 51) adapun tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut.
1) Mendapatkan fakta
5 Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui radio, tape recorder, TV, dan percakapan.
2) Menganalisis fakta Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.
3) Mendapatkan inspirasi Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
4) Menghibur diri Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali Menurut Ghazali (2010: 168) Proses menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan yaitu; pertama adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. Kedua pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara. Berdasarkan dua aspek tersebut jika diperinci lebih jauh maka tujuan menyimak dapat disusun sebagai berikut:
a) Mendapat fakta b) Menganalisis fakta c) Mengevaluasi fakta d) Mendapatkan inspirasi e) Mendapat hiburan f) Memperbaiki kemampuan berbicara Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyimak merupakan kegiatan disengaja, direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran untuk mencapai tujuan itu menimbulkan aktifitas berfikir dalam menyimak. Aktifitas menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai. 2.2.3 Langkah-Langkah Menyimak Dialog Menurut Tarigan (2008: 61) untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada siswa sekolah dasar, ada beberapa teknik yang perlu ditempuh yaitu:
1) Teknik loci (Loci System) Salah satu teknik mengingat yang paling tradisional adalah teknik loci. Teknik ini pada dasarnya memberikan cara mengingat pesan dengan memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus diingat.Teknik ini dilakukan dengan, mempelajari urutan informasi dengan informasi lain yang serupa, dengan mempelajari lokasi-lokasi yang ada disekitar kita dan mencocokan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi-lokasi tersebut.
2) Teknik penggabungan
6 Teknik yang kedua adalah teknik penggabungan (link system), teknik ini memberikan gagasan tentang cara mengingat,yaitu dengan menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan diingat dengan pesan ke dua, ke tiga, dan seterusnya. Pesan berantai itu dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu anda visualkan secara jelas dalam pikiran. Untuk mencega terjadinya kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimata-rantaikan), anda pun perlu menghubungkan pesan pertama tersebut dengan lokasi yang akan mengingatkan pada item tadi.
3) Teknik Fonetik Sistem lain yang lebih kompleks tetapi cukup efektif adalah teknik fonetik atau phonetic system. Teknik ini melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunyi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-bilangan tadi serta bunyi-bunyi, dengan pesan yang akan diingat.
4) Teknik pengelompokan kategorial Pengelompokan kategorial, yakni suatu teknik pengorganisasian yang dapat digunakan secara sistemtis untuk memodifikasikan informasi baru dengan cara memberikan struktur baru pada informasi-informasi tadi.
5) Teknik Pemenggalan Teknik ini memberikan cara mengingat pesan dengan cara memenggal pesan-pesan yang panjang. Contohnya, apabilah mendengar orang menyebutkan nomor telepon, misalnya 6651814, maka agar mudah mengingatnya kita memenggal, kelompok angka itu menjadi 665-18-14, atau 66-51-814 dan sebagainya.
6) Konsentrasi Berkonsentrasi pada pesan yang dikirimkan oleh pembicara merupakan kesulitan utama yang dihadapi oleh pendengar. Karena seringnya berkomonikasi dalam rentang waktu yang terlalu lama,
sehingga
keadaan
seperti
ini
menuntutnya
untuk
membagi-bagi
energi
untuk
memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada satu rangsang saja. Menurut Ghazali (2010: 168) pendengar akan lebih bertanggung jawab dan meningkatkan konsentrasinya dengan melatih perilaku sebagai berikut:
a. Jujur terhadap penutur apabila ia mempunyai kesulitan dalam menangkap pesan yang disampaikan;
b. Membuat pertanyaan-pertanyaan pribadi agar lebih memperhatikan; c. Melatih kebiasaan menuliskan pendapat orang lain pada sat penutur terlibat pembicaraan dengan pendengar lain
d. Mendengar dengan tujuan untuk berbagai pesan antara satu penutur dengan penutur lain . e. Mempraktekkan/melatih kemampuan pendengar. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada siswa sekolah dasar, ada beberapa teknik yang perlu ditempuh. Yang terpenting adalah guru harus mempelajari teknik-teknik tersebut agar dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.
7
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa Dalam Menyimak Dialog Menurut Tarigan (2008: 48) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan kemampuan menyimak antara lain :
1) Keterbatasan Sarana 2) Kebahasaan 3) Biologis. 4) Lingkungan 5) Metodologi yang Digunakan 6) Kurikulum 7) Faktor-faktor tambahan Menurut Ghazali (2010: 179) ada beberapa faktor yang mempengaruhi variabel-variabel yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman dari hasil pendengaran (listening comprehension), faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah; b. Tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian; c. Karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik. Faktor lain yang bisa mempengaruhi upaya guru meningkatkan kemampuan murid menyimak di sekolah dasar, yaitu faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah; tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian; dan karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik. 2.3 Hakekat Model STAD 2.3.1 Tujuan Model STAD Tujuan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Terkait dengan itu Ibrahim (2010: 21) mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih para peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.” Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Slavin (Nur, 2009: 8) bahwa “Dalam model pembelajaran kooperatif akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Sebagai contoh misalnya dalam metode yang disebut Student Teams Achievement Division (STAD).” Menurut Widyantini. (2008: 90) Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam
8 lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Menurut Trianto (2009: 122) Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu : 1) Penyajian kelas, 2) Belajar kelompok, 3) Kuis, 4) Skor pengembangan dan, 5) Penghargaan kelompok. Menurut Sanjaya (2010: 62) Tujuan utama dari pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
1.
Pembukaan
a) Guru menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
c) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak. 2. Pengembangan
a) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
b) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
c) Mengontrol
pemahaman
siswa
sesering
mungkin
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah. e) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya. 3. Latihan Terbimbing
a) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. b) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
c) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik. 4. Belajar Kelompok Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview
9 konsep atau menjawab pertanyaan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
a. Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
b. Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. c. Bagikan lembar kegiatan siswa. d. Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
e. Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
f. Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya. 5. Kuis Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. 6. Penghargaan Kelompok Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Dengan bekerja kelompok maka diharapkan memacu motivasi siswa untuk belajar sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa akan akan meningkat. 2.3.2 Langkah-Langkah Model STAD Pembelajaran
kooperatif
tipe
Student
Team
Achievement
Division
(STAD)
yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya. Model pembelajaran tipe STAD merupakan
10 pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut Suyitno dan Pandoyo (2007: 73) bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut :
a) Presentasi kelas Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
b) Kerja kelompok Kelompok terdiri dari 3-4 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan
masalah
yang
dihadapi,
membandingkan
jawaban,
atau
memperbaiki
miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
c) Tes Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.
d) Peningkatan skor individu Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
e) Penghargaan kolompok Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan pengghargaan. Dengan pemilihan metode yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Slavin (Depdiknas, 2009: 40), nilai perkembangan individu dalam kelompok dapat dilihat dengan menggunakan tabel dibawah ini: 2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Menyimak Dialog Menurut Thompson (Suyitno dan Pandoyo, 2007: 70), bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akedemik dan keterampilan antar pribadi. Dari berbagai uraian yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat saling bantu membantu satu sama lain dalam anggota dalam kelompoknya untuk mencapai kemajuan kelompoknya. Berkaitan dengan pembelajaran kooperatif tersebut, maka pembelajaran menyimak tidak kalah pentingnya dengan berbicara, membaca dan menulis. Peristiwa menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai bahkan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Penyimak yang berhasil adalah penyimak yang dapat memanfaatkan pengetahuan yang disimaknya maupun yang telah mereka miliki yang berhubungan dengan materi yang mereka simak. Menyimak dan berbicara merupakan
11 komunikasi lisan dan komunikasi lisan tidak akan terjadi bilamana kedua kegiatan ini tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi, kegiatan ini disebut kegiatan desiprokal. Menurut Uno (2006: 61) bahwa kunci keberhasilan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah persiapan guru dalam:
1. Memilih materi yang ada pada standar isi dengan melihat pengetahuan prasyarat siswa; 2. Memilih materi yang ada pada standar isi dengan melihat minat siswa; 3. Memilih materi yang ada pada standar isi yang memungkinkan untuk dilakukannya kuis yang dapat diujikan dan di-skor dengan cepat;
4. Menyusun tugas untuk anggota masing-masing kelompok sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugas masing-masing dengan bertanggung jawab untuk kelompok masing-masing. Selain itu juga, para anggota masing-masing kelompok harus saling mendengarkan dan mengungkapkan pendapat masing-masing kelompok secara ikhlas;
5. Membimbing agar siswa dapat berkomunikasi dengan kelompok lain secara bijaksana sehingga melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa dapat saling berbagi kemampuan, belajar berpikir kritis, menyampaikan pendapat, memberi kesempatan, menyalurkan kemampuan, membantu belajar, serta menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain anggota kelompok. Menurut Abidin (2012: 76) Materi-materi dalam standar isi yang diharapkan akan berhasil secara optimal dalam kegiatan pembelajaran jika digunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1. Materi-materi untuk memahami konsep-konsep yang riil serta membutuhkan kemampuan bekerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa;
2. Materi-materi yang berkaitan dengan pemecahan masalah Berkaitan dengan pembelajaran menyimak dialog di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah :
1) Guru menuyusun Rencana Program Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD.
2) Guru menyampaikan materi pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar, yaitu pemerintah pusat.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah).
4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi sistem pemerintah pusat sebagaimana yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.
5) Guru memberikan tes kepada setiap siswa secara individu
12 6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
7) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan ketrampilan individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi hasil penelitian Setelah Peneliti melakukan semua prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan yakni sejak bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013 di SDN SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo 3.1.1 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus 1 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Indikator Memeriksa kesiapan belajar siswa Appersepsi dan pre-test Membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia Menyampaikan tujuan pembelajaran Menyampaikan manfaat belajar Bahasa Indonesia Mengajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman sebelumnya Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi sebelumnya Membimbing siswa dalam menyimak dialog dengan intonasi yang sesuai dengan dialog yang disimak Membimbing siswa dalam memahami dialog yang diperdengarkan sebelumnya. Pendampingan siswa dalam kegiatan menyimak dengan tepat Membimbing siswa bekerja sama dalam kelompok berdiskusi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog dengan sesama teman Memberikan umpan balik terhadap kesalahan pada saat siswa menirukan dialog Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat Memberikan penguatan kepada siswa Evaluasi hasil siswa terhadap pembelajaran Menyempurnakan jawaban siswa Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman Menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana Suara jelas dan tidak monoton Memberikan penghargaan kepada siswa Penampilan Jumlah
SB √ √
Kriteria Penilaian B C K
SK
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5
6
6
5
2
13
No
Kriteria Penilaian SB B C K SK 20.83 25.00 25.00 20.83 8.33
Indikator Persentase (%)
3.1.2 Hasil Analisis data kegiatan siswa pada siklus I Data Aktifitas Siswa Dalam Diskusi Kelompok Pada Siklus 1 Aspek Yang Dinilai Kerjasama Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keaktifan Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Partisipasi Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 Sri Nelpiyanti Abas
√
√
√
17 Siti Zahrah Otoluwa
√
√
√
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Siswa Apriyanto Dako Wingki Ahmad Abdul Yasune Aan Husain Zulfikar Pakaya Yasmin Hasan Moh Raflin Wantu Imran Y Hasan Hamid Djumasowaty Daud I Pola Ramin Yunus Nggiu Simon Malanuwa Marni Mustafa Aqmal Wantu Riska Rauf
18 Sandra Ishak Totahe
√
19 Rika Musa Eyato
√
20 Riska I. Mustafa
√
21 Verawati A Ilyas
√
√
√
√
√ √
√ √
√
22 Maharani Naue
√
√
√
23 Hasni T. Malanuwa
√
√
√
24 Irawaty R.Malanuwa
√
√
√
Jumlah
15
9
17
7
13
11
Persentase (%)
62.50
37.50
70.83
29.17
54.17
45.83
14
3.1.3 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Menyimak Dialog Data Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Menyimak Dialog pada Siklus
N o
Nama siswa
Aspek yang Dinilai Kesesuaian Keintensifan Hasil Hasil Penyimakan Penyimakan Dialog Dialog 3
1 2 3 4 5 6 7
8 9
1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6
Apriyanto Dako Wingki Ahmad Abdul Yasune Aan Husain Zulfikar Pakaya Yasmin Hasan Moh Raflin Wantu Imran Y Hasan Hamid Djumasow aty Daud I Pola Ramin Yunus Nggiu Simon Malanuwa Marni Mustafa Aqmal Wantu Riska Rauf Sri Nelpiyanti Abas
2
1
3
2
Nilai Sk or
1
Bobot 4
√
√ 5
√
√ 5
√
√ 3 √
4 √ 5 √
√ 5
3
50
5
83,33333 33
√ √ √ √ √ √ √ √
√ 4 √ 5
√
√
√
√
5 5 √
√ 5 √ 5
√
√ 5 √
66,66666 67 83,33333 33 83,33333 33
Tidak Mam pu √
√
√
√
Mamp u
√
√
√
66,66666 67 83,33333 33 83,33333 33 50
Tafsiran
√
√
√
Skor x 100
√
66,66666 67 83,33333 33 83,33333 33 83,33333 33 83,33333 33 83,33333 33 83,33333 33
√ √ √ √ √ √ √
15 1 7
Siti Zahrah Otoluwa Sandra Ishak Totahe Rika Musa Eyato Riska I. Mustafa Verawati A Ilyas Maharani Naue Hasni T. Malanuwa Irawaty R.Malanu wa
1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4
Jumlah Persentase (%)
5 √
√
66,66666 67
√
√
√
3
50
4
66,66666 67 83,33333 33 83,33333 33 83,33333 33 83,33333 33
√
√
√
√ 5
√
√
√
√
5 5 √
√ 5
√ 20 83, 33
√
√ 4
3 12, 5
83,33333 33
√ √ √ √ √
√ 1 4,1 67
13 54, 17
9 37, 5
2 8,3 3
-
Nilai Rata-Rata
1816,666 67 75,69444 44
16 66,666 67
8 33,33 3
3.1.4 HASIL BELAJAR SIKLUS I Dari hasil analisis data yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran di siklus I dari kedua aspek yang diamati
jika di rata-ratakan yang telah berhasil mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan atau di persentasikan telah mencapai
66,67
%. Jika di bandingkan pada kegiatan
observasi awal dimana persentase kemampuan siswa baru mencapai 29,17 %. Dengan diadakannya tindakan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyimak dialog sebesar 36,83 %. 3.1.5 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus 2 Data Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Memeriksa kesiapan belajar siswa Appersepsi dan pre-test Membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia Menyampaikan tujuan pembelajaran Menyampaikan manfaat belajar Bahasa Indonesia Mengajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman sebelumnya Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi sebelumnya Membimbing siswa dalam menyimak dialog dengan
Kriteria Penilaian SB
B
C
√ √ √ √ √ √ √ √
K
SK
16
No
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kriteria Penilaian
Indikator
SB
benar Membimbing siswa dalam Menyimak Dialog Pendampingan siswa dalam kegiatan berdialog sehingga Hasil penyimakan sama dengan dialog yang didengar. Membimbing siswa bekerja sama dalam kelompok berdiskusi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog dengan sesama teman Memberikan umpan balik terhadap kesalahan pada saat siswa menyimak dialog yang ditirukan didepan kelas. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat Memberikan penguatan kepada siswa Evaluasi hasil siswa terhadap pembelajaran Menyempurnakan jawaban siswa Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman Menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana Suara jelas dan tidak monoton Memberikan penghargaan kepada siswa Penampilan Jumlah Persentase (%)
B
C
K
SK
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10
10
4
41.67
41.67
16.66
3.1.6 Data Aktifitas Siswa Dalam Diskusi Kelompok Pada Siklus 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Apriyanto Dako Wingki Ahmad Abdul Yasune Aan Husain Zulfikar Pakaya Yasmin Hasan Moh Raflin Wantu Imran Y Hasan Hamid Djumasowaty Daud I Pola Ramin Yunus Nggiu Simon Malanuwa Marni Mustafa Aqmal Wantu Riska Rauf Sri Nelpiyanti Abas Siti Zahrah Otoluwa Sandra Ishak Totahe Rika Musa Eyato Riska I. Mustafa
Kerjasama Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aspek Yang Dinilai Keaktifan Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Partisipasi Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17
No 21 22 23 24
Nama Siswa
Kerjasama Ya Tidak √ √ √ √
Verawati A Ilyas Maharani Naue Hasni T. Malanuwa Irawaty R.Malanuwa
Aspek Yang Dinilai Keaktifan Ya Tidak √ √ √ √
Partisipasi Ya Tidak √ √ √ √
Jumlah
21
3
20
4
21
3
Persentase (%)
87.50
12.50
83.33
16.67
87.50
12.50
3.1.7 Data Hasil Pengamatan Kemampuan siswa Menyimak Dialog pada Siklus 2 Aspek yang Dinilai
N o
Nama siswa
Kesesuaian Hasil Penyimaka n Dialog 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Apriyanto Dako Wingki Ahmad Abdul Yasune Aan Husain Zulfikar Pakaya Yasmin Hasan Moh Raflin Wantu Imran Y Hasan Hamid Djumasowat y Daud I Pola
2
1
Keintensifan Hasil Penyimakan Dialog 3
12 13 14 15
Ramin Yunus Nggiu Simon Malanuwa Marni Mustafa Aqmal Wantu Riska Rauf
5 √
√
√
√
√
5 5 5 √
√ 5
√
√ 5 √
√ 4
√
√ 5
√
5 √ 5 √
√
√
√
5 5 √
√ 5 √
17
Sri Nelpiyanti Abas Siti Zahrah
√ 5 √ 5
√ √
Tafsiran
83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 66,666666 7 83,333333 3
√ √
5
83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 83,333333
Tidak Mamp u
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√ 16
1
√ √
Nilai Skor x 100 Bobot
Mamp u 5
√
√ 11
2
Sko r
√ √ √ √ √ √ √ √
18 Otoluwa 18 Sandra Ishak Totahe 19 Rika Musa Eyato 20 Riska I. Mustafa 21 Verawati A Ilyas 22 Maharani Naue 23 Hasni T. Malanuwa 24 Irawaty R.Malanuwa Jumlah Persentase (%)
0
-
3 66,666666 7 83,333333 3 83,333333 3 66,666666 7 83,333333 3 83,333333 3 83,333333 3 1950
0
-
-
4 √
√ 5
√
√ 5
√
√ 4
√
√ 5
√
√ 5
√
√
√ 18
0
75
0
√ 15 62, 5
5 6 2 5
9 37, 5
Nilai Rata-Rata
√ √ √ √ √ √ √ 21
3
87,5
12,5
81,25
3..1.8 Hasil Belajar Siklus II Dari hasil analisis data yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran di siklus II dari kedua aspek yang diamati jika di rata-ratakan yang telah berhasil mencapai indikator kinerja yang ditetapkan atau di persentasikan telah mencapai persentase kemampuan siswa
87,5 %. Jika di bandingkan pada kegiatan siklus I dimana baru mencapai 66,67
%. Dengan diadakannya tindakan
pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyimak dialog 87,5 %. 3.2 PEMBAHASAN Dari kegiatan pembelajaran yang diuraikan tersebut, maka hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus 1 mengalami peningkatan dari observasi awal yang hanya 29,17 % atau 7 siswa yang menguasai materi menjadi 66,67% atau 16 siswa. Namun demikian, capaian ini belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga tindakan dilanjutkan pada siklus 2. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 dengan perbaikan terhadap aspek-aspek yang belum maksimal pada siklus 1, maka diperoleh data sejumlah 21 orang atau 87,5 % siswa yang telah menguasai/memahami materi dalam menyampaikan pesan pendek. Deskripsi data tersebut menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak dialog dapat ditingkatkan melalui pembelajaran STAD. Pernyataan ini didasarkan atas capaian nilai hasil belajar siswa yang telah mencapai bahkan melebihi indikator kinerja yang telah ditentukan. Tercapainya indikator ini didukung oleh proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara maksimal dalam setiap aspek kegiatannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran STAD di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo meningkat. Sehingga, hipotesis tindakan yang berbunyi “Jika model Student Team Achivement Division digunakan dalam pembelajaran Menyimak, maka
19 kemampuan siswa dalam menyimak dialog di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo akan meningkat”. terbukti dan dinyatakan diterima.
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada bab terdahulu, maka dapat simpulkan bahwa rendahnya kemampuan siswa menyimak dialog di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo disebabkan oleh metode mengajar yang diterapkan guru di kelas kurang mendorong motivasi belajar siswa. Dalam mengajar, guru masih menggunakan metode ceramah saja, sehingga seringkali siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi secara tuntas. Berkaitan dengan masalah rendahnya kemampuan siswa menyimak dialog di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka peneliti telah mengupayakan alternatif pemecahan masalahnya, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Division. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas maka ternyata terdapat peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan. Jumlah rata-rata siswa yang memiliki kemampuan dalam menyimak dialog dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Division pada siklus 1 sebesar 66.67%, dan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada siklus 2 yaitu sebesar 87.50%, sehingga indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu jika kemampuan siswa menyimak dialog berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan jumlah siswa yang ada di kelas III SDN 4 Batudaa Kabupaten Gorontalo, telah terpenuhi. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achivement Division dipandang cocok dan relevan digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa menyimak dialog pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
4.2 Saran-Saran Bertitiktolak dari kesimpulan akhir hasil penelitian ini, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1) Kepada guru Guru sekolah dasar harus benar-benar memahami hakikat pengajaran menyimak di sekolah dasar. Kemudian harus mampu merencanakan proses belajar mengajar yang efektif sesuai
20 dengan kompetensi dasar. Selain itu juga harus mampu mengajarkannya dengan berbagai metode mengajar yang menarik perhatian siswa.
2) Kepada Siswa Kepada para siswa diharapkan untuk secara terus menerus melatih kemampuan menyimak sebagai salah satu indikator pembelajaran Bahasa Indonesia. Latihan menyimak dapat dilakukan dengan teman-teman baik disekolah maupun di rumah. DAFTAR PUSTAKA Abidin. Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung : Refika Aditama Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Atmini, Dhoruri. 2007. Pendekatan Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bahan Diklat Profesi Guru Sertifikasi Guru Rayon 11 DIY & Jateng. Yogyakarta: UNY. Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran Yang Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. Edu,
Mbah Brata. 2010. “Keterampilan Menyimak”. Terdapat dalam http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html. Diakses 2 April 2013.
Ghazali, H.A Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Refika Aditama Ibrahim, Muslimin. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press Muslich, Masnur. 2009. KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual). Jakarta: PT Bumi Aksara. Nur, Mohammad. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA Poerwanto, Harry. Keterampilan menyimak SD. Terdapat dalam http://bay-kun.blogspot.com/2013/keterampilanmenyimak..html. Diakses 22 Maret 2013 Rahim. Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Sanjaya, Wina. 2010. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana. Suyitno Amin, Pandoyo, Hidayah Isti, Suhito, Suparyan 2007. Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
21 Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. 2010. Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif. http://www.jurnal.lipi.go.id/publikasi.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press Yuningsih. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Berita Pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 1 Karangsambung Tahun Pembelajaran 2011/2012. Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. Terdapat pada : http://digilib.umpwr.ac.id/index.php
22
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta : Bandung Dimyanti,Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah. dkk. 2010 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University
Press
Isjoni, 2009. Pembelajaran kooperatif. Pustaka belajar. Yogyakarta Jufri 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Kadir, Mastura. 2009. Meningkatkan kemampuan menentukan makna kata dalam
suatu
wacana melalui model pembelajaran Think Pair Share (Skripsi). Universitas Negeri Gorontalo. Nurhadi, dkk. 2008. Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang- ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana. Rachmadi, Widdiharto. 2006. Model-Model pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: PPPG
Matematika. Riyanto, Yatim.2010. Paradigma baru Pembelajaran. Jakarta:Kencana Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta
Jakarta.
Suryani, Nunuk 2012. Strategi belajar mengajar. Yogyakarta : Ombak. Taniredja Tukiran dkk. 2011. Model-model pembelajaran inovatif, Alfabeta Bandung. Trianto, 2010. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Wardani, dkk.2007. Pemantapan Kemampuan Profesional . Universitas
Terbuka:
Kencana. Jakarta .
23