ISSN: 2301-4717 Volume 1, Nomor 1, Februari 2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
1
9
Over Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Pengumuman Penerbitan Saham dan Obligasi Syariah di Bursa Efek Indonesia Nita Erika Ariani dan Nani Suryantina Analisis Pengaruh Orientasi Profesional Terhadap Konflik Peran dengan Variabel Moderating: Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Orientasi Tujuan Sistem Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh Rayyan Firdaus
25
Pengaruh Rasio Kecukupan Modal, Non Performing Loan, dan Tingkat Likuiditas terhadap Profitabilitas Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Riha Dedi Priantana dan Zulfia
37
Pengaruh Arus Kas Terhadap Return Saham Studi Kasus pada PT. Semen Gresik, TBK Wahyuddin dan Santi Setiawaty
47
Pengaruh Arus Kas Bebas dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya terhadap Dividen Kas yang Diterima oleh Pemegang Saham Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Jen Surya
63
Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Pengujian Pecking Order Theory dan Static Trade-Off Eddy Suranta, Pratana Puspa Midiastuty dan Minarti Megasari Tampubolon
79
Pengaruh Profesionalisme Aparatur Terhadap Keefektifan Pelaksanaan Anggaran dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Instansi pada Universitas Malikussaleh Kamariah
JURUSAN AKUNTANSI Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Jurnal Akuntansi dan Keuangan ISSN: 2301-4717 VOLUME 1, NOMOR 1, FEBRUARI 2011 HALAMAN 1 – 92
Terbit 2 kali dalam setahun pada setiap bulan Februari dan Agustus, berisi tulisan yang diangkat dari hasil-hasil penelitian maupun pemikiran bidang akuntansi dan atau keuangan yang relevan bagi pengembangan profesi dan praktek akuntansi di Indonesia EDITORS M. Haykal (Chief of Editor) Hilmi (Managing Editor) Muammar Khaddafi, Amru Usman Hendra Raza, Mursyidah Rita Mutia, Naz’aina Iswadi, Yurina
REVIEWERS Ade Fatma Lubis Universitas Sumatera Utara
Adi Zakaria Affif Universitas Indonesia
Erlina Universitas Sumatera Utara
Fachruzzaman Universitas Bengkulu
Julli Mursyida Universitas Malikussaleh
Islahuddin Universitas Syiah Kuala
Kamil Md. Idris School of Accountancy UUM-Malaysia
Murhaban Universitas Malikussaleh
Rini Indriani Universitas Bengkulu
Syukri Abdullah Universitas Syiah Kuala
TB. Ismail Universitas Tirtayasa
Wahyuddin Universitas Malikussaleh
Zaafri Husodo Universitas Indonesia EDITORIAL SECRETARY Rayyan Firdaus Harry Hassan Masyarafah Kusnandar Zainuddin EDITORIAL OFFICE Gedung Jurusan Akuntansi FE-Unimal Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe Telp/Fax. 0645-40210/0645-40211 Email:
[email protected] JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN diterbitkan sejak Februari 2011 Oleh Jurusan Akuntansi FE-Unimal Redaksi menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik rapi sesuai kebijakan editorial (lihat dihalaman belakang jurnal) di atas kertas HVS A4 spasi ganda dengan jumlah 30 – 40 halaman. Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format.
Daftar Isi Over Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Pengumuman Penerbitan Saham dan Obligasi Syariah di Bursa Efek Indonesia Nita Erika Ariani dan Nani Suryantina
1-8
Analisis Pengaruh Orientasi Profesional Terhadap Konflik Peran dengan Variabel Moderating: Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Orientasi Tujuan Sistem Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh Rayyan Firdaus
9-23
Pengaruh Rasio Kecukupan Modal, Non Performing Loan, dan Tingkat Likuiditas terhadap Profitabilitas Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Riha Dedi Priantana dan Zulfia
25-36
Pengaruh Arus Kas Terhadap Return Saham Studi Kasus pada PT. Semen Gresik, TBK Wahyuddin dan Santi Setiawaty
37-45
Pengaruh Arus Kas Bebas dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya terhadap Dividen Kas yang Diterima oleh Pemegang Saham Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Jen Surya
47-62
Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Pengujian Pecking Order Theory dan Static Trade-Off Eddy Suranta, Pratana Puspa Midiastuty dan Minarti Megasari Tampubolon
63-78
Pengaruh Profesionalisme Aparatur Terhadap Keefektifan Pelaksanaan Anggaran dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Instansi pada Universitas Malikussaleh Kamariah
79-92
Volume 1, Nomor 1, Februaridan 2011 Keuangan Jurnal Akuntansi
ISSN: 2301-4717
Jurnal Keuangan Volume 1,Akuntansi Nomor 1,dan Februari 2011 p 1-8
OVER REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PENGUMUMAN PENERBITAN SAHAM DAN OBLIGASI SYARIAH DI BURSA EFEK INDONESIA Nita Erika Ariani1 & Nani Suryantina2 Dosen pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Alumni pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
1 2
The aim of this research was to know over the reaction of the stock market at the time of before and after the announcement of the publication of the islamic share and obligation in the Indonesian Stock Exchange . This analysis was based on the data 37 companies that published the Islamic share and obligation. The data that was used in this research was the secondary data took the form of the price data of the share of the company that published the islamic share and obligation from 2007 to 2009. Further the analysis of the data in this research used the difference test of two in general that was processed with the computer program statistical package for social science (SPSS) the version 15. Results of this research showed that happening over the reaction of the market at the time of before and after the announcement of the publication of the Islamic share and obligation that were marked by the occurrence of the abnormal change return at the time of before and after the announcement of the publication of the Islamic share and obligation. This indicated that the announcement of the publication of the islamic share and obligation contained information that was significant for the investor that could influence return the share. Keywords: abnormal return, islamic share, islamic obligation
Pasar modal adalah pasar dimana instrumen keuangan jangka panjang, seperti saham, obligasi, reksadana dan instrumen turunan diperjualbelikan. Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial asset (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder) (Anoraga dan Pakarti, 2001:5). Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan perdagangan yang menawarkan sekuritas kepada masyarakat, kegiatan umum sehubungan dengan perusahaan sekuritas yang telah dikeluarkan, dan kegiatan yang berhubungan dengan sekuritas dan lembaga profesi.” Pasar modal memainkan peran penting dalam perekonomian suatu negara karena melayani dua fungsi sekaligus. Pertama, pasar modal sebagai alternatif bagi perusahaan dari sumber daya modal. Kedua, pasar modal sebagai alternatif investasi untuk umum (IDX, 2009). Pasar
modal tidak hanya menerbitkan instrumen untuk investasi konvensional, namun juga instrumen investasi yang berbasis syariah seperti saham syariah, reksadana syariah dan obligasi syariah. Instrumen syariah yang diperjualbelikan di pasar modal adalah surat berharga yang akad maupun cara penerbitannya tidak melanggar prinsipprinsip syariah. Pasar modal yang dijalankan dalam konsep syariah adalah setiap perdagangan surat berharga yang mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan syariah. BAPEPAM meluncurkan pasar modal syariah pada tanggal 14-15 maret 2003 sekaligus melakukan penandatanganan Nota Kesepakatan (Memorandum of Under Standing) dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Perkembangan pasar modal syariah sejauh ini cukup menjanjikan (Setiawan, 2005 dalam Susanto dan Cahyadin, 2008). Hal ini setidaknya tampak dari terus bertambahnya jumlah perusahaan yang listing dalam Daftar Efek Syariah (DES), melakukan penawaran umum obligasi syariah, atau menerbitkan reksadana
Nita Erika Ariani & Nani Suryantina
syariah (Susanto dan Cahyadin, 2008). Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 192 perusahaan yang terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) yang terdiri dari 20 perusahaan yang mengeluarkan obligasi syariah dan 172 perusahaan yang mengeluarkan saham syariah (bapepam, 2007). Kemudian pada tahun 2008 jumlah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) bertambah sebanyak 24 perusahaan menjadi 216 perusahaan yang terdiri dari 21 perusahaan yang mengeluarkan obligasi syariah, 193 perusahaan yang mengeluarkan saham syariah dan selebihnya adalah 2 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) (bapepam, 2008). Kemudian pada akhir tahun 2009 yaitu 28 desember 2009 tercatat 217 perusahaan yang terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) yaitu sebanyak 21 perusahaan yang mengeluarkan obligasi syariah, 192 perusahaan yang mengeluarkan saham syariah dan selebihnya adalah 4 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) (bapepam, 2009). Dari Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh BAPEPAM maka dapat dilihat perkembangan surat berharga yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada saat adanya pernyataan bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang mempunyai komponen bunga (Interest-bearing instrument) dikeluarkan dari daftar investasi halal dan ini merupakan berita baik (good news) untuk investor akan kinerja perusahaan. Hal ini dikemukakan oleh Ghoniyah et.al. (2008) dalam penelitiannya mengenai reaksi pasar modal Indonesia terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah. Dalam penelitian lain juga dibuktikan bahwa perdagangan surat berharga syariah seperti saham dan obligasi syariah mempunyai pangsa pasar yang konservatif. Hal ini dinyatakan oleh Wanalita (2007) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa investor menyambut baik terhadap penetapan perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan abnormal return pada tanggal penetapan dengan hari-hari sebelum tanggal penetapan perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut yaitu
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Ghoniyah et.al (2008) dan Wanalita (2007) maka dapat disimpulkan bahwa betapa surat berharga yang memenuhi kriteria syariah lebih mendapat simpati dan diinginkan oleh investor karena relatif jauh dari resiko. Indeks saham berbasis syariah lebih potensial berkembang daripada indeks saham konvensional. Sebab, instrumen berbasis syariah lebih digemari investor sebagai alternatif investasi (okezone, 2008). Menurut berbagai penelitian yang telah dilakukan dalam pasar modal (Rahmawati dan Suryani (2005), Subekti (2005) dan Lestari dan Subekti (2002)) menyatakan bahwa terdapat beberapa penyimpangan yang membuat pasar modal bereaksi secara berlebihan (overriaction). Pasar modal bereaksi secara berlebihan (overiacction) diakibatkan karena pasar tidak efisien yang diakibatkan para pelaku pasar bersifat irrasional terhadap informasi dalam pasar modal (Rahmawati dan Suryani, 2005). Pasar lebih sering overriaction daripada underreaction terhadap informasi. Hal ini salah satunya diakibatkan dengan bias overconfidence yaitu pasar terlalu percaya diri (Fama, 1997 dalam Rahmawati dan Suryani, 2005). Pada tahun 2002 kondisi pasar modal Indonesia tidak efisien setengah kuat dari keputusan. Akan tetapi, pada tahun tersebut kondisi pasar modal Indonesia telah memenuhi persyaratan efisiensi pasar dalam bentuk setengah secara informasi karena pasar modal bereaksi atas publikasi laporan laba perusahaan dalam nilai signifikan (Subekti, 2005). Pasar dikatakan efisien apabila jika tidak seorang pun investor baik secara individu maupun institusi akan mampu memperoleh abnormal return dalam waktu yang lama. Hal ini dinyatakan bahwa jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang ada maka kondisi pasar yang seperti ini dikatakan sebagai pasar efisien (efficient market) (Lestari dan Subekti, 2002). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Ghoniyah et.al. (2008). Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Ghoniyah et.al (2008) adalah bahwa pada penelitian Ghoniyah et.al. (2008) menggunakan variabel obligasi syariah, sedangkan penelitian
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 1, Nomor 1, Februari 2011
yang peneliti lakukan dengan menambahkan satu variabel yaitu saham syariah, hal ini dikarenakan saham syariah juga sedang berkembang dan mendapat respon baik oleh investor di pasar modal. Kemudian hal lain yang membedakan penelitian Ghoniyah et.al. (2008) dengan penelitian ini adalah bahwa Ghoniyah et.al. (2008) menggunakan data pada tahun 2006, sedangkan penelitian ini menggunakan data pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hal ini dikarenakan saham dan obligasi syariah pada tahun 2007 sangat pesat perkembangannya di pasar modal (infobanknews, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk melihat over reaksi pasar pada pasar modal terhadap pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah yang ditandai dengan adanya perubahan abnormal return. Ruang lingkup penelitian ini hanya menitikberatkan pada perubahan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengeluarkan saham dan obligasi syariah pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: ” Terdapat perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia.” METODE PENELITIAN Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan saham dan obligasi syariah pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, serta saham dan obligasi syariah tersebut masih aktif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Alasan peneliti mengambil perusahaanperusahaan yang menerbitkan saham dan obligasi syariah dari tahun 2007 adalah karena saham dan obligasi syariah pada tahun 2007 sangat pesat perkembangannya di pasar modal Indonesia (infobanknews, 2007). Adapun perusahaan yang mengeluarkan
saham dan obligasi syariah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, serta saham dan obligasi syariah tersebut masih aktif dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 adalah sebanyak 37 perusahaan yang terdiri dari 30 perusahaan yang mengeluarkaan saham syariah dan 7 perusahaan yang mengeluarkaan obligasi syariah. Daftar dapat dilihat pada lampiran 18 dan lampiran 19. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, karena semua populasi dalam penelitian ini dijadikan sebagai sampel maka penelitian ini bersifat sensus. Data dan teknik pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data-data harga saham dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) perusahaan yang mengeluarkan saham dan obligasi syariah tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Data diperoleh dari Pusat referensi Pasar Modal dengan alamat Gedung BEI, lantai 1 Tower 2 Jalan Jendral Sudirman, Kavling 52-53 Jakarta 12190 yang dikirim via pos, dan juga dari media komunikasi berupa internet. Periode Pengamatan Periode pengamatan disebut juga periode jendela (windows period). Periode pengamatan (windows period) dalam penelitian ini diambil 10 hari sekitar tanggal pengumuman, yaitu 5 hari sebelum tanggal pengumuman saham dan obligasi syariah (prevent windows) dan 5 hari setelah tanggal pengumuman saham dan obligasi syariah (post event period). Pengambilan periode ini dilakukan untuk menghindari counfounding effect yaitu pengukuran reaksi pasar yang seharusnya karena pengaruh suatu event saja (Karyani dan Manurung, 2006). Pengambilan periode yang terlalu panjang (lebih dari 5 hari) ataupun terlalu pendek (kurang dari 5 hari) akan menyebabkan pengaruh yang bias. sebelum penerbitan
t-5
saat penerbitan
setelah penerbitan
t0
t+5
Gambar 3.1, Periode Pengamatan
Nita Erika Ariani & Nani Suryantina
Definisi dan operasional variabel Definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Variabel over reaksi pasar yaitu yang menyatakan bahwa pasar telah bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi. Variabel over reaksi pasar ini dapat diukur dengan rumus abnormal return.
Abnormal Return Abnormal return adalah selisih antara tingkat return yang teralisir (realized return) dengan tingkat return yang diharapkan (expected return) (Karyani dan Manurung, 2006). ARt = Rit - Rmt Dimana: ARt = Return tidak normal (abnormal return) saham pada bulan ke t Rit = Return sesungguhnya (realized return) Rmt = Return pasar (market return)
Yang kemudian dikumulatifkan kedalam cumulative abnormal return (CAR) yaitu:
n CARi-t = ∑ ARi,t i=1
Dimana: CARi,t = Cumulative Abnormal Return saham i pd waktu t ARi,t = Abnormal Return i pada waktu t Return sesungguhnya (return realisasi) Return sesungguhnya (return realisasi) adalah selisih antara harga penutupan saham i pada hari t dengan harga penutupan saham i pada hari t-1 dan dibagi dengan harga penutupan saham i pada hari t-1. Rmt
=
IHSGt – IHSGt-1 IHSGt-1
Dimana: Rit = return sesungguhnya (return realisasi untuk saham pada hari t)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Pit = harga penutupan (closing price) saham i pada waktu t Pit-1 = harga penutupan (closing price) saham i pada waktu t-1 Return pasar (market return) Return pasar (market return) adalah selisih harga penutupan IHSG saham pada waktu t dengan harga penutupan IHSG saham pada waktu t-1 dibagi dengan harga penutupan IHSG saham pada waktu t-1. Rit =
Pit – Pit-1 Pit-1
Dimana: Rmt = return pasar (market return) IHSG = IHSG (closing price) saham pada waktu t IHSGt-1 = IHSG (closing price) saham pada waktu t-1
2. Variabel saham syariah digunakan untuk mengukur kinerja saham perusahaan yang mengeluarkan saham syariah tersebut yang di uji pengaruhnya terhadap reaksi pasar modal yang dapat dilihat pada perubahan return saham perusahaan tersebut. Variabel ini dihitung dengan menggunakan return saham harian, dengan rumus sebagai berikut: Pit – Pit-1 Rit = Pit-1 Dimana: Rit = return sesungguhnya (return realisasi untuk saham pada hari t) Pit = harga penutupan (closing price) saham i pada waktu t Pit-1 = harga penutupan (closing price) saham i pada waktu t-1 3. Variabel Obligasi Syariah Variabel obligasi syariah adalah variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja saham perusahaan yang mengeluarkan obligasi syariah tersebut. Variabel obligasi syariah ini dapat dilihat dari perubahan return saham
Volume 1, Nomor 1, Februari 2011
(Ghoniyah et.al, 2008). Variabel ini dihitung dengan menggunakan return saham harian, dengan rumus sebagai berikut: Rit =
Pit – Pit-1 Pit-1
Dimana: Rit = return sesungguhnya (return realisasi untuk saham pada hari t) Pit = harga penutupan (closing price) saham i pada waktu t Pit-1 = harga penutupan (closing price) saham i pada waktu t-1
Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan pengujian beda dua rata-rata yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diolah dengan program statistical package for science (SPSS). Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka dilakukan pengujian hipotesis. Untuk melakukan keputusan menerima atau menolak hipotesis yang diajukan, maka perlu dilakukan pengujian secara statistik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah yang diolah dengan program komputer statistical package for social science (SPSS). Pengujian hipotesis diukur dengan menggunakan pengukuran parameter yaitu merupakan usuran yang digunakan untuk menggambarkan status populasi, misalnya ratarata populasi, varians populasi, dan koefisien korelasi populasi ( Triyuliana, 2007:15). Untuk melihat perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah digunakan uji beda dua rata-rata dengan melihat nilai ratarata (mean) pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
syariah di Bursa Efek Indonesia. Apabila terjadi perbedaan pada nilai rata-rata (mean) maka hipotesis ditolak yaitu terjadi perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah, tetapi apabila nilai rata-rata (mean) tidak berbeda maka hipotesis diterima yang berarti tidak terjadi perbedaan Abnormal Return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah. Karena penelitian ini bersifat sensus maka tidak perlu dilihat lagi tingkat signifikansinya, karena nilai rata-rata (mean) yang diperoleh adalah nilai rata-rata (mean) dari populasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa informasi reaksi pasar modal yang diperoleh dari harga saham harian dari perusahaanperusahaan yang mengeluarkan saham dan obligasi syariah dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Selanjutnya informasi mengenai harga saham tersebut adalah harga penutupan dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Data yang diuji dalam penelitian ini meliputi reaksi pasar modal terhadap pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah yang diukur dengan menggunakan abnormal return (AR) dan kemudian dikumulatifkan dalam cummulative abnormal return (CAR). Populasi target yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 perusahaan yaitu 30 perusahaan yang mengeluarkan saham syariah dan 7 perusahaan yang mengeluarkan obligasi syariah. Karena populasi target dalam penelitian ini hanya sedikit yaitu 37 perusahaan, maka semua elemen diteliti. Dengan kata lain, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus. Penelitian ini akan membahas mengenai perubahan abnormal return (AR) pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah. Saham Syariah Saham syariah adalah suatu variabel yang
Nita Erika Ariani & Nani Suryantina
memperlihatkan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut yang diukur dengan menggunakan abnormal return (AR) dan kemudian dikumulatifkan kedalam cummulative abnormal return (CAR). Dari perhitungan statistik yang menggunakan program microsoft excel dan statistical package for social science (SPSS) maka dapat diperbandingkan rata-rata cummulative abnormal return (CAR) sebelum pengumuman penerbitan saham syariah adalah 33,78456, sedangkan rata-rata cummulative abnormal return (CAR) sesudah pengumuman penerbitan saham syariah adalah -0,04006. Obligasi Syariah Obligasi syariah adalah suatu variabel yang menperlihatkan kinerja perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut yang juga diukur dengan menggunakan abnormal return (AR) dan kemudian dikumulatifkan kedalam cummulative abnormal return (CAR). Dari hasil perhitungan statistik yang menggunakan microsoft excel dan statistical package for social science (SPSS) maka dapat dilihat perbandingan rata-rata cummulative abnormal return (CAR) sebelum pengumuman penerbitan obligasi syariah sebesar -0,12331, sedangkan rata-rata cummulative abnormal return (CAR) sesudah pengumuman penerbitan obligasi syariah adalah 0,05063. Hasil Pengujian Hipotesis Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Penerbitan Saham Dan Obligasi Syariah Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan statistical package for social science (SPSS). Penelitian ini menggunakan uji beda dua ratarata. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
apakah diantara data yang akan diuji terdapat perbedaan abnormal return atau tidak. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 tersebut maka dapat dilihat nilai rata-rata (mean) sebelum pengumuman penerbitan saham syariah adalah 33,78456 dan nilai rata-rata (mean) sesudah pengumuman penerbitam saham syariah adalah -0,04006. Dengan demikian dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan saham syariah. Sedangkan untuk nilai rata-rata (mean) sebelum pengumuman penerbitan obligasi syariah adalah -0,12331 dan nilai rata-rata (mean) sesudah pengumuman penerbitan obligasi syariah adalah 0,05063. Dengan demikian maka terjadi perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman penerbitan obligasi syariah. Dari hasil pengujian tersebut maka diperoleh rata-rata abnormal return sebelum pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah berbeda dengan rata-rata abnormal return sesudah pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan abnormal return terhadap pengumuman penerbitan saham maupun obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghoniyah et.al (2008) yang dimana dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pasar bereaksi atau terjadi perubahan abnormal return tetapi tidak signifikan terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah.
Tabel 1 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Penerbitan Saham Dan Obligasi Syariah Keterangan Mean Over Reaksi Pasar Modal sebelum pengumuman penerbitan: - saham syariah - obligasi Syariah
33,78456 -0,12331
Mean Over Reaksi Pasar Modal sesudah pengumuman penerbitan: - saham syariah - obligasi syariah
-0.04006 0,05063
Sumber: Data Sekunder diolah 2009
Hasil
Volume 1, Nomor 1, Februari 2011
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wanalita (2007) yang dimana hasil penelitiannya menunjukkan adanya perubahan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah penerbitan atau penetapan saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa peristiwa pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia memuat kandungan informasi (information content) yang bermakna (good news) bagi investor. Hal ini disebabkan karena investor lebih memilih investasi berbasis syariah daripada investasi konvensional karena investasi berbasis syariah relatif jauh dari resiko. Penelitian ini mempunyai keterbatasan-
REFERENSI Aliamin (2007), Merekontruksi Akuntansi Syariah, Syiah Kuala University Press, Banda Aceh. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti (2001), Pengantar Pasar Modal, Rineka Cipta, Semarang. Al-Ghazaly, Hasbulloh (2008) ”Perkembangan Saham Syariah di Dunia”, Artikel Internet. Senin, 1 Juni 2009. Ghoniyah, Nunung, Mutamimah, dan Jenar Widayati (2008), ”Reaksi Pasar Modal Terhadap Pengumuman Penerbitan Obligasi Syariah” Simposium Nasional Akuntansi 11, hal:1-23. Halim, Abdul(2003), Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia (2004), Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Oktober 2004, Salemba Empat, Jakarta. Jandiar, M.Denny (2008) ”Jual Beli Saham Dalam Islam”, Artikel Internet. Jumat, 5 Juni 2009. J. Fabozzi, Frank (2000), Manajemen Investasi, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta. Jogiyanto (2007), Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan Pengalaman-Pengalaman,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
keterbatasan antara lain adalah masa penelitian yang peneliti lakukan hanya dalam jangka waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hal ini menyebabkan kemungkinan tidak terjadinya perbedaan abnormal return diluar tahun 2007 dan 2009. Berdasarkan keterbatasan peneliti yang telah dipaparkan diatas maka peneliti memberikan saran untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu lebih dari tiga tahun. Hal ini diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat menghasilkan hasil penelitian yang lebih baik dan mengganti variabel misalnya dampak pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia atau resiko investasi pada saham dan obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia sehingga lebih dapat memperkuat penelitian ini.
BPFE, Yogyakarta. Jogiyanto (2003), Teori Fortofolio Dan Analisis Investasi, Edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta. Karyani, Etikah dan Adler H. Manurung (2006), ”Pengaruh Pengumuman Perubahan Bond Rating Terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9, No.3: 282-306. Lestari, Sri dan Imam Subekti (2002), ”Asosiasi Antara Pengumuman Kabinet Baru Tanggal 23 Agustus 2000 Dengan Stock Price Dan Trading Volume Activity Di PT Bursa Efek Jakarta” Tema, Vol. III No.1. Nasarudin, M. Irsan, dan Indra Surya (2004), Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana, Jakarta. Puspopranoto, Sawaldjo (2004), Keuangan Perbankan Dan Pasar Keuangan, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Putra, Joni Eka (2008) ”Obligasi Syariah”, Artikel Internet. Jumat, 5 Juni 2009. Rahmawati, dan Tri Suryani (2005), ”Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta” Simposium Nasional Akuntansi 8, hal:64-73. Rodoni, Ahmad, dan Othman Yong (2002),
Nita Erika Ariani & Nani Suryantina
Analisis Investasi Dan Teori Portofolio, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Share, William F, Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey (2005), Investasi, Edisi Keenam, Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Subekti, Imam (2005), ”Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba Dan Reaksi Pasar Modal Di Indonesia” Simposium Nasional Akuntansi 8, hal:223-237. Sukadji, Soetarlinah (2000), Menyusun Dan Mengevaluasi Laporan Penelitian, UI-Press, Jakarta. Susanto, Akhmad Akbar dan Malik Cahyadin
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
(2008), ”Praktik Ekonomi Islam di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Perekonomian”. Dalam proses untuk dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi Syariah MUAMALAH, Vol.5. Tambuan, Andy Porman (2007), Menilai Harga Wajar Saham, Gramedia, Jakarta. Wirdyaningsih (2005), Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Edisi Pertama, Prenada Media, Jakarta. www.bapepam.go.id www.mui.or.id www.idx.co.id www.infobanknews.com
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 ISSN : 2301-4717
Jurnal Akuntansi Keuangan Volume 1, Nomor dan 1, Februari 2011
p 9-23
Analisis Pengaruh Orientasi Profesional Terhadap Konflik Peran Dengan Variabel Moderating: Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Orientasi Tujuan Sistem Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh RAYYAN FIRDAUS Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
The aim of this research is to know the influences of professional orientation variable and moderating variable that is participant in budget compilation, system purpose orientation toward the role conflict in the state universities in Banda Aceh. This research was conducted in some state universities. The method of taking sampling was done to 47 respondents by using census. All of the respondents were being samples due to the limited number of respondents. They were the vice rectors and vice deans of the universities. The result of this research showed that the professional orientation variable influenced the rule conflict variable. Furthermore the interaction of participation in budget compilation showed that the professional orientation and participation in budget compilation also influenced the role conflict variable. Keywords: influences, professional orientation, participation Kondisi persaingan usaha yang semakin kompetitif memberikan dorongan yang sangat besar pada Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kualitas output yang dihasilkan, agar lulus yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja. Berbagai Perguruan Tinggi melakukan pembenahan di segala bidang dan salah satunya peningkatan efesiensi dan efektivitas manajemen, untuk itu para pengelola Perguruan Tinggi sebagian besar menetapkan bahwa manajer puncak hingga manajer tingkat menengah di pegang oleh para profesional pendidikan. Jika seorang dosen menduduki jabatan struktural mempunyai peran ganda yaitu sebagai manajer dan peran sebagai staf pengajar, maka manajer harus melaksanakan tugas secara efesien dan mencapai tujuan organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Keberhasilan sebagai manajer akan diukur antara lain dengan pengendalian administratif yang salah satunya dilakukan melalui proses penganggaran. Adanya potensi terjadinya konflik peran atas penerapan proses penganggaran pada organisasi yang didominasi profesional, perlu mendapat perhatian yang seksama. Karena konflik peran yang terjadi dalam satu organisasi tidak hanya membawa dampak yang merugikan
bagi karyawan seperti menurunnya kepuasan kerja dan meningkatkannya ketegangan kerja, tetapi hal tersebut berpotensi untuk menurunkan kinerja organisasi serta bisa menyebabkan tingkat perputaran karyawan yang tinggi dan menurunkan komitmen organisasi (Senatra, 1980; Collins et. al. 1995 serta Abernethy dan Stoellinder, 1995). Sementara menurut Comerfond dan Abernethy (1999) menyatakan bahwa konflik peran dapat dihindari pada bentuk pengendalian administratif. Mereka memandang bahwa konflik peran yang muncul ketika profesional terlibat dalam penganggaran, dapat diatasi dengan tujuan sistem. Hasil penelitian mereka mendukung proposisi bahwa individu yang memiliki orientasi profesional yang tinggi tidak perlu mengalami konflik peran ketika terlibat dalam penganggaran, asalkan komitmen pada tujuan sistem. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti kembali penelitian yang dilakukan oleh Balianus Patria Latuheru dan Arifin Sabeni (2004) guna melihat apakah fenomena yang telah diperoleh pada penelitian terdahulu dengan tempat dan waktu yang berbeda juga akan terjadi pada Perguruan Tinggi Negeri di kota Banda Aceh. sehingga penulis mencoba mengangkat permasalahan diatas dengan judul “Analisis
10 Rayyan Firdaus
Pengaruh Orientasi Profesional Terhadap Konflik Peran Dengan Variabel Moderating: Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Orientasi Tujuan Sistem Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh”. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu berapa besar pengaruh variabel orientasi profesional dan variabel moderating yaitu partisipasi penyusunan anggaran, orientasi tujuan sistem terhadap konflik peran pada perguruan tinggi negeri di Banda Aceh ? Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel orientasi profesional dan variabel moderating yaitu partisipasi penyusunan anggaran, orientasi tujuan sistem terhadap konflik peran pada perguruan tinggi negeri di Banda Aceh. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan Dapat menambah wawasan bagi penulis mengenai pengaruh orientasi profesional terhadap konflik peran dengan variabel moderating partisipasi penyusunan anggaran dan orientasi tujuan sistem, dan juga dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh orientasi profesional terhadap konflik peran terhadap pihak yang berkepentingan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membatasi pada pembahasan tentang orientasi profesional yang mencakup tingkat pendidikan dan tingkat keahlian yang dimiliki oleh seorang profesinal dengan menggunakan dua faktor kontijensi sebagai variabel moderating yaitu partisipasi penyusunan anggaran dan orientasi tujuan sistem yang berpengaruh terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri di Banda Aceh.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
LANDASAN TEORITIS Pengertian Orientasi Profesional Salim & Salim dalam Balianus & Arifin Sabeni (2004 : 676) menyebutkan bahwa orientasi profesional adalah dasar pemikiran untuk menentukan sikap dan arah secara tepat dan benar yang dimiliki oleh seorang profesional. Comeford & Abernethy dalam Rudi Fahruddin (2004 : 462) mengemukakan bahwa orientasi profesional menunjukan sistem yang memfokuskan pada indikasi tingginya profesional komitmen. Orientasi profesional yang tinggi dapat menunjukkan keinginan untuk mencapai atau menjaga otonomi dalam lingkungan kerja. Adapun konsekuensi bahwa individu yang menunjukan orientasi profesional yang tinggi akan mengalami konflik karena dipandang nilai manajerial akan mengancam otonominya. Pengertian Konflik Veitzhal Rivai (2004 :507) mendefenisikan konflik adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota – anggota atau kelompok dalam suatu organisasi / perusahaan yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai, atau persepsi. Konflik dapat juga diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota lain. Patricia Buhler (2004 : 602) menyatakan konflik adalah permasalahan yang terjadi antara dua organisasi atau lebih dari sejumlah konflik tertentu sebagai akibat dari persaingan sehat. Kenneth Boulding dalam Suranta (1998 : 671) telah memberikan batasan konflik sebagai suatu keadaan persaingan yang terjadi pada kelompok dimana adanya ketidaksesuaian harapan-harapan yang satu dengan yang lain. Veithzal Rivai (2004 : 508) mengkategorikan bentuk-bentuk konflik menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Berdasarkan pelakunya, konflik bisa bersifat internal / eksternal bagi individu yang mengalaminya. 2. Berdasarkan penyebabnya, konflik yang
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 11
di sebabkan karena mereka yang bertikai ingin memperoleh keuntungan sendiri atau timbulnya perbedaan pendapat, penilaian dan norma. 3. Berdasarkan akibatnya, konflik dapat bersifat baik atau buruk.
f. Konflik antar perusahaan Dapat terjadi karena memiliki saling ketergantungan satu sama lain terhadap satu tugas/ pekerjaan yang menyebabkan adanya dampak negatif terhadap perusahaan.
Jenis – jenis konflik, menurut Veithzal Rivai (2004 : 509) adalah a. Konflik dalam diri seseorang Seorang dapat mengalami konflik internal dalam dirinya karena harus memilih tujuan yang saling bertentangan karena bimbang dalam memilih atau melakukan. Konflik ini juga dapat terjadi karena tuntutan tugas yang melebihi kemampuannya. b. Konflik antara individu Konflik yang terjadi sering kali disebabkan oleh adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan, dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan. c. Konflik antar anggota kelompok Suatu konflik dapat mengalami konflik substantif atau konflik afektif, dimana konflik substantif adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda jika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas dasar yang sama. Sedangkan konflik afektif adalah konflik yang terjadi berdasarkan atas tanggapan emosional terhadap suatu situasi tertentu d. Konflik antar kelompok Terjadi karena masing–masing kelompok ingin mengejar kepentingan atau tujuan kelompok. e. Konflik intra perusahaan Yang meliputi konflik vertikal, terjadi antara manajer dan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan tugas. Konflik horizontal terjadi antara karyawan atau departemen yang memiliki hirarki yang sama dalam organisasi. Konflik lini – staff, yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang keterlibatan staff dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer. Konflik peran dapat terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
Pengertian Peran (Role) Peran (role) yang dinyatakan oleh Van Sell et al. dalam collins et al.(1995:671) yaitu seperangkat penghargaan yang ditujukan kepada pemegang jabatan pada posisi tertentu. Teori peran meyatakan bahwa individu akan mengalami konflik peran apabila ada dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan kepada seseorang, sehingga apabila individu tersebut mematuhi satu diantaranya akan mengalami kesulitan / tidak mungkin mematuhi yang lainnya ( Gregson, 1994 : 257 ). Teori peran menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik peran apabila ada dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada seseorang, sehingga apabila individu tersebut mematuhi satu diantaranya akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin mematuhi yang lainnya (Wolfe dan Snoke, 1995: 671). Raelin J.A dalam Abernethy Stoelwinde (1995 : 671) melihat ada tiga sumber yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian peran yang dialami profesional yang bekerja dalam organisasi yaitu: 1. Profesional terus menerus menuntut otonomi terhadap pekerjaan itu sendiri dan kondisi kerja mereka.Mereka membawa keahlian khusus kedalam organisasi dan menginginkan mereka sendiri yang memutuskan bagaimana akan menggunakan keahlian tersebut. 2. Profesional cenderung bertanggungjawab terhadap profesi yang sudah dipilihnya dan memihak kepada profesi tersebut kepada organisasi tempat mereka bekerja. 3. Profesional setia kepada norma dan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesionalnya dibandingkan dengan norma dan standar yang ditetapkan oleh atasan mereka dalam organisasi tempat mereka bekerja.
12 Rayyan Firdaus
Pengertian Konflik Peran Ataina Hudayati (2004 : 562) menyatakan bahwa konflik peran timbul akibat seseorang mempunyai peran sebagai anggota yang dalam profesinya bertindak sebagai akademisi / staff pengajar dan perannya sebagai jajaran birokrat manajer pada perguruan tinggi tempat dia bekerja. Jika suatu individu mempunyai peran ganda yang bertentangan atau menerima berbagai pengharapan atas peran yang bertentangan atas jabatan tertentu (Collins et al. 1995 : 297). Copur dalam Abernethy & Stoelwinder (1995 : 297) menjelaskan dua hal yang dipandang sebagai penyebab timbulnya konflik peran pada para profesional / birokrat yaitu: 1. Tugas birokratis bersifat parsial dan pelatihan berlangsung singkat yang dilakukan dalam organisasi. 2. Tugas profesional bersifat keseluruhan (general), pelatihan membutuhkan waktu yang relatif lama di luar organisasi. Dari uraian di atas dapat di simpulkan konflik peran adalah dapat terjadi antara berbagai peran yang di emban oleh satu orang atau lebih sebagai akibat dari persaingna yang wajar yang mempunyai batasan-batasan tertentu . Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama dua pihak atau lebih yang membawa efek dimasa yang akan datang bagi mereka yang membuat keputusan (Backer et al. 1978 : 401) Siegel & Marconi (1985:53) menyatakan bahwa dengan partisipasi karyawan akan dilibatkan egonya dan bukan sekedar terlibat dalam tugas yang mereka kerjakan. Hal ini akan tentu meningkatkan moral dan inisiatif yang besar diseluruh level manajemen. Schriff & Lewin (1974:144) mengemukakan ada beberapa aspek fungsional dari sistem partisipasi: 1. Partisipasi akan meningkatkan moral, menimbulkan minat, semangat dan inisiatif pelaksananya. 2. Perencanaan menjadi lebih baik sebagai akibat banyaknya orang yang berpartisipasi,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
sehingga pengetahuan mereka akan bermanfaat dalam proses anggaran. 3. Partisipasi akan merangsang kerja sama antara bagian dalam perusahaan. 4. Partisipasi langsung dalam penyusunan anggaran membuat para bawahan akan lebih memahami tujuan yang ingin dicapai dan mereka akan lebih tanggapan terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul pada saat anggaran dilaksanakan. Menurut Milani (1975:464) menyatakan partisipasi anggaran yaitu tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses perancangan anggaran. Kenis (1979:676) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran adalah luasnya manajer terlibat dalam penyiapan anggaran dan besarnya pengaruh manajer kepada sasaran anggaran unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan partisipasi penyusunan anggaran adalah merupakan jumlah pengaruh yang dimiliki oleh seorang individu dalam menyusun anggaran secara bersama-sama, dan turut mempengaruhi keputusan-keputusan yang di ambil secara langsung terhadap individu. Orientasi Tujuan Sistem Salim & Salim (1991:677) mendefinisikan orientasi adalah sebagai dasar pemikiran untuk menentukan sikap, arah dan sebagainya secara tepat dan benar. Sedangkan tujuan sistem adalah tujuan yang menyinggung berbagai kondisi yang di inginkan dari suatu organisasi. Hal ini meliputi tujuan-tujuan manajerial seperti efesiensi, adaptasi, integrasi, pertumbuhan, stabilitas, satuan dan akuntabilitas finansial (Abernethy & Stoelwinder, 1991). Orientasi tujuan sistem mencakup komitmen individu pada tujuan dan nilai-nilai manajerial (Comerford & Abernethy, 1999). Hal ini direfleksikan dalam perilaku yang di arahkan pada pencapaian tujuan yang berkaitan dengan manajemen yang mencakup efesien dan pertanggungjawaban (Perrow dalam Mutmainah, 2000).
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Orientasi Profesional dan Konflik Peran Keterlibatan profesional dalam birokrat menjadi problematik tersendiri karena keinginan profesional tidak hanya terlibat dalam pengendalian proses pekerjaan, tetapi juga pengendalian tujuan (Barley& Tolbert, 1991: 672). Sementara itu organisasi tidak memberikan hak-hak istimewa pada profesional bila bertentangan dengan tujuan Manajemen dan prinsip-prinsip Manajemen birokrat. Dimana tujuan implisit kebijakan Manajemen birokrat adalah untuk mengendalikan perilaku profesional yang sering berseberangan dengan upaya efisien dan efektivitas dalam manajemen birokratik, yang sering menyentuh masalah krusial pada jasa profesional yaitu penekanan pada efesiensi biaya. Dilain pihak perhatian Manajemen terhadap kebutuhan anggota organisasinya akan berpengaruh pada komitmen manajerial. Keadaan ini didukung oleh studi Aranya & Ferris (1984) yang berkesimpulan bahwa organisasi untuk memfasilitasi pemenuhan harapan profesional akan berpengaruh pada komitmen profesional pada tujuan-tujuan manajerial organisasi. Jika organisasi dipandang memiliki komitmen pada tujuan profesional individu, maka individu cendrung untuk mengembangkan komitmennya pada tujuan-tujuan organisasi. Keadaan ini menghendaki adanya harmonisasi antara tujuan Manajemen dan tujuan profesional yang saling mendukung. Kondisi ini akan terjadi bila manajemen mendapatkan kepercayaan para profesional (Korsgaard dkk,1995). Aranya & Feris (1984:672) menyatakan bahwa luasnya konflik yang di alami para profesional tergantung seberapa tingginya mereka menjaga orientasi profesionalnya atau tergantung pada beralihnya orientasi menuju nilai dan norma organisasi. Menurut Wallace (1995: 672) menyatakan bahwa komitmen yang tinggi pada profesi tidak berarti bahwa komitmen pada organisasi rendah, dengan demikian antara keduanya tidak bersifat saling menggantikan. Jika organisasi bisa mengusahakan agar komitmen yang tinggi pada profesi tersebut diikuti dengan usaha untuk membuat profesional tersebut setia dengan tujuan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 13
organisasi. Kenyataannya organisasi memilih para profesional yang bisa sukses menerima tujuan profesinya dan tujuan organisasinya. Uraian diatas memberi kesimpulan bahwa orientasi profesional yang tinggi yang dimiliki seorang manajer (birokrat) dapat menimbulkan konflik peran dan bisa pula tidak, tergantung dari berbagai variabel lain. Menurut Davis & Newstrom (1996: 673) karena para manajer melakukan banyak peran yang berbeda, mereka harus sangat adaptif untuk berubah dari satu peran keperan laiannya dengan cepat. Aktivitas para manajer dan karyawan diarahkan oleh persepsi peran (role perception) mereka, yaitu apa yang harus dilakukan menurut pandangan mereka dalam peran mereka sendiri dan bagaimana seyogyanya orang lain bertindak dalam peran mereka. Orientasi Tujuan Sistem dan Konflik Peran Konflik peran berimplikasi pada sikap dan perilaku profesional yang berimbas pada lingkungan kerja organisasi, maka manajemen berkepentingan untuk mengatasinya. Penelitian Abernethy (1999: 673) dianggap memberikan alternatif solusi yang berarti Untuk mengatasi konflik peran profesional-manajerial. Mereka mengedepankan orientasi tujuan sistem individu yang dapat ditumbuhkan melalui media partisipasi dalam penganggaran meskipun mereka dan beberapa peneliti lain menyatakan bahwa poartisipasi dalam penganggaran juga merupakan salah satu pemicu munculnya konflik peran profesional manajerial. Beberapa riset sebelumnya seputar konflik peran menyarankan hal-hal yang tampaknya belum menjawab permasalahan sesuai kondisi dan tuntutan yang berkembang. Prototipikal Profesional sering kali digambarkan sebagai seseorang yang menolak nilai-nilai yang berhubungan dengan orientasi tujuan sistem atau orientasi manajerial (Comerford dan Abernethy, 1999: 673). Hal ini disebabkan para profesional sejak awal diarahkan dan disosialisasikan sesuai dengan model pengendalian profesional, serta membentuk orientasi nilai-nilai dan norma- norma profesional yang kuat, yang dianggap sebagai antitesis
14 Rayyan Firdaus
orientasi tujuan sistem. Organisasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang mendorong profesional untuk menerima orientasi tujuan sistem, tanpa melepaskan komitmen mereka pada nilai-nilai profesional (Comerford & Abernethy, 1999: 673). Integrasi ini mensyaratkan profesional untuk berpartisipasi dalam mengendalikan administrasi formal seperti anggaran. Hal ini disebabkan anggaran tidak hanya merupakan alat pengendalian, namun juga berguna sebagai perencanaan finansial, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan memotivasi (Kennis,1970: 673). Ini berarti bahwa anggaran dapat digunakan sebagai alat formal untuk mengkomunikasikan aturan-aturan organisasi tentang perilaku yang diharapkan, norma dan nilai-nilai organisasi (Collins, 1978: 673). Penanaman orientasi nilai-nilai manajerial pada seluruh pihak yang berpartisipasi merupakan salah satu alternatif solusi yang paling menjanjikan untuk mengantisipasi konflik peran profesesional-manajerial. Untuk mendukung hal ini diperlukan media partisipasi para profesional pada proses penganggaran dalam arti sebenarnya yang akan memungkinkan upaya untuk mendorong profesional meningkatkan orientasi sistem tujuan secara wajar. Sementara itu profesional tidak harus mengorbankan orientasi profesional mereka untuk berpartisipasi secara efektif pada proses penganggaran. Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Konflik Peran Siegel & Marconi (1989: 674) menyatakan penerapan partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat, yaitu : a. Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran ) menjadi egoinvolved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka. b. Partisipasi akan menaikan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikan kerjasama anggota kelompok dalam penetapan sasaran. c. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran. d. Partisipasi dapat mengurangi rasa
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
ketidaksamaan didalam alokasi sumber daya diantara bagian-bagian organisasi. Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidak mempunyai keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi. Partisipasi dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi, jika diterapkan secara tidak benar (Siegel & Marconi, 1989: 674). Comerfort & Abernethy (1999: 674) menyatakan interaksi para profesional dalam proses penyusunan anggaran bisa menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan para profesional cenderung mempunyai komitmen rendah pada nilai manajerial, dia bisa menyusun anggaran semata-mata untuk memenuhi kepentingan profesinya dan bukan untuk kepentingan organisasinya sehingga melibatkan mereka secara langsung dalam pengendalian keuangan seperti dalam penganggaran akan menimbulkan konflik peran. Penelitian lain yang menemukan bukti adanya dampak negatif partisipasi dilakukan oleh lowe, E.A. (1968) Young, S.M. (1985) dan Lukha, K. (1988) dalam Hudayati (2001). Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran berhubungan positif dengan timbulnya senjangan anggaran. Senjangan anggaran didefinisikan sebagai jumlah yang oleh manajer dengan sengaja dibuat melebihi kebutuhan bagi sumber-sumber yang dibutuhkan dalam angggaran atau dengan sengaja merendahkan kemampuan produktivitas perusahaan. Puspa & Rianto (1999: 675) telah melakukan penelitian dengan model yang sama dengan Abernethy Stoelwinder (1995: 675), dengan responden dokter dan dosen, hasilnya menunjukan bahwa untuk kelompok profesional dosen, interaksi antara orientasi profesional dan dominasi pengendalian output dapat menimbulkan konflik. Sedangkan untuk kelompok profesional dokter, pengendalian output tidak menimbulkan konflik peran. Sementara Ataina Hudayati (2001) yang meneliti pengaruh aspek-aspek penganggaran terhadap konflik peran pada perguruan tinggi, menyatakan bahwa interaksi antara orientasi
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 15
profesional dan penggunaan anggaran sebagai evaluasi kinerja tidak berpengaruh terhadap konflik peran. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah variabel orientasi profesional dan variabel moderating yaitu partisipasi penyusunan anggaran, orientasi tujuan sistem berpengaruh signifikan terhadap konflik peran pada perguruan tinggi negeri di Banda Aceh. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah survey. Data penelitian yang di butuhkan adalah data primer dalam bentuk persepsi responden (subjek) penelitian. Pengambilan data menggunakan survey langsung dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan skala likert dengan 5 (lima) poin dan wawancara ( tanya jawab langsung dengan responden). Kuesioner yang di gunakan diadopsi dari penelitian sebelumnya yaitu Arifin Sabeni (2004). Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Peguruan Tinggi Negeri di kota Banda Aceh. Penarikan sampel dilakukan dengan metode ”Sensus” terhadap 47 responden yaitu semua responden dijadikan sampel mengingat jumlah yang terbatas dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah Pembantu Rektor dan Pembantu Dekan pada PTN di kota Banda Aceh yang berjumlah 47 orang, dengan alasan bahwa pada level ini pembantu Rektor dan Pembantu Dekan yang membidangi tugas-tugas administrasi dan keuangan, lebih memahami proses persiapan dan penyusunan anggaran karena mereka terlibat secara langsung dan dapat merasakan pengaruhnya terhadap peran gandanya. Tabel jumlah responden Nama Universitas Unsyiah
Responden
Sampel
Pembantu Rektor
3 orang
Pembantu Dekan
25 orang
IAIN
Pembantu Rektor
3 orang
Pembantu Dekan
16 orang
Jumlah
47 orang
Sumber : IAIN dan Unsyiah, tahun 2011.
Metode Pengumpulan Data Penelitian Lapangan (Field Research) dilakukan untuk memperoleh data-data primer dimana data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian. Untuk memperoleh data primer, penelitian melakukannya melalui observasi (pengamatan langsung) dan wawancara (tanya jawab langsung dengan responden). Dan mengedarkan angket pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada responden. Operasional dan Pengukuran Variabel Indentifikasi variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Terikat (Dependent Variabel) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konflik peran (Y). Dalam penelitian ini konflik peran yang dimaksud adalah konflik peran yang dialami oleh Pembantu Rektor dan Pembantu Dekan yang memiliki peran ganda baik secara staf pengajar maupan sebagai manajer. Variabel ini di ukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Rizzo et al. (1970) dengan lima poin skala likert. 2. Variabel Bebas (Independent Variabel) Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah orientasi profesional (X1). Orientasi profesional dalam hal ini berarti dasar pemikiran untuk menentukan sikap dan arah secara tepat dan benar yang harus dimiliki seorang profesional. Variabel ini di ukur berdasarkan instrumen yang dikembangkan oleh Miller & Wager (1971). 3. Variabel Moderating (Moderating Variabel) Sedangkan variabel moderating dalam penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran (X2) dan orientasi tujuan sistem (X3).Adapun yang dimaksud dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah luasnya manajer terlibat dalam penyiapan anggaran dan besarnya pengaruh manajer
16 Rayyan Firdaus
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
terhadap sasaran anggaran unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Variabel ini di ukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975). Sedangkan orientasi dapat didefinisikan sebagai dasar pemikiran untuk menentukan sikap,arah, dan sebagainya secara tepat dan benar. Sedangkan tujuan sistem adalah tujuan yang menyinggung berbagai kondisi yang diinginkan dari suatu organisasi yang meliputi tujuan-tujuan seperti efisien, adaptasi, intetegrasi, pertumbuhan, stabilitas, kesatuan dan akuntabilitas finansial (Abernethy & Stoelwinder, 1991). Variabel ini terdiri dari empat item pengukuran yang dikembangkan oleh Abernethy & Stoelwinder (1991). Metode Analisa Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda (multiple regression). Pendekatan ini di adopsi dari Comerfod dan Abernethy (1999). Yang menggunakan persamaan regresi sebagai berikut : Y = a + b1X1 + e Y = a + b1X1 + b2X2 + b4X1X2 + e Y = a + b1X1 + b3X3 + b5X1X3 + e Dimana : Y = Konflik Peran a = Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien Regresi X1 = Orientasi Profesional X2 = Partisipasi Penyusunan Anggaran X3 = Orientasi Tujuan Sistem X1, X2 = Interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran X1, X3 = Interaksi antara orientasi profesional dengan orientasi tujuan sistem e = error ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Variabel Orientasi Profesional Orientasi profesional merupakan dasar pemikiran untuk menentukan sikap dan arah secara tepat dan benar yang dimiliki oleh seorang profesional. Orientasi profesional yang tinggi dapat menunjukkan keinginan untuk mencapai atau menjaga otonomi dalam lingkungan kerja. Adapun konsekuensi bahwa individu yang menunjukan orientasi profesional yang tinggi akan mengalami konflik karena dipandang nilai manajerial akan mengancam otonominya. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel orientasi profesional yang merupakan dasar pemikiran untuk menentukan sikap dan arah secara tepat dan benar yang dimiliki oleh seorang profesional pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Banda Aceh doperoleh nilai ratarata dari tanggapan responden sebesar 4,1854,
Tabel 1 Rata-Rata Tanggapan Responden Terhadap Variabel Orientasi Profesional No.
Variabel
Rata-Rata
1.
Bagi saya dapat mewujudkan dan melaksanakan riset dari ide saya sendiri itu penting
3,5745
2.
Dapat melakukan jenis penelitian yang akan memberikan kontribusi pada profesi saya itu penting artinya bagi saya
3,9149
3.
Dapat menerbitkan hasil kerja saya dalam jurnal atau majalah profesional itu penting
3,5106
4.
Bagi saya masuk mengajar tepat pada waktunya adalah suatu hal yang penting
4,5319
5.
Saya sangat menginginkan untuk dapat melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, walaupun kegiatan tersebut kurang manfaatnya bagi organisasi tempat saya bekerja
4,5106
6.
Dalam jangka panjang saya menginginkan dihargai atas keberadaan saya sebagai dosen yang profesional dan bukan sebagai pejabat pada perguruan tinggi tempat saya bekerja
4,6809
7.
Dalam waktu dekat ini saya ingin menerbitkan tulisan saya dalam jurnal profesi, meskipun topik yang saya buat tersebut mungin memliki kontribusi sedikit bagi perguruan tinggi saya
4,5745
Rata-rata Sumber : Data Primer, 2011(diolah)
4.1854
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
hal ini menunjukkan bahwa variabel orientasi profesional pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Banda Aceh dijalankan dengan baik. Analisis Variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama dua pihak atau lebih yang membawa efek dimasa yang akan datang bagi mereka yang membuat keputusan, dengan adanya partisipasi karyawan akan dilibatkan egonya dan bukan sekedar terlibat dalam tugas yang mereka kerjakan. Hal ini akan tentu meningkatkan moral dan inisiatif yang besar diseluruh level manajemen. Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidak mempunyai keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi. Partisipasi dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi, jika diterapkan secara tidak benar. interaksi para profesional dalam proses penyusunan anggaran bisa menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan para profesional cenderung mempunyai komitmen rendah pada nilai manajerial, dia bisa menyusun anggaran sematamata untuk memenuhi kepentingan profesinya dan bukan untuk kepentingan organisasinya sehingga melibatkan mereka secara langsung dalam pengendalian keuangan seperti dalam penganggaran akan menimbulkan konflik peran. Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Banda Aceh doperoleh nilai rata-rata dari tanggapan responden sebesar 4,4645, hal ini menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Banda Aceh berlangsung dengan baik dan bagus. Analisis Variabel Orientasi Tujuan Sistem Orientasi adalah sebagai dasar pemikiran untuk menentukan sikap, arah dan sebagainya secara tepat dan benar. Sedangkan tujuan sistem adalah tujuan yang menyinggung berbagai kondisi yang di inginkan dari suatu organisasi. Hal ini meliputi tujuan-tujuan manajerial seperti efesiensi, adaptasi, integrasi, pertumbuhan, stabilitas, satuan dan akuntabilitas finansial.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 17
Orientasi tujuan sistem mencakup komitmen individu pada tujuan dan nilai-nilai manajerial. Hal ini direfleksikan dalam perilaku yang di arahkan pada pencapaian tujuan yang berkaitan dengan manajemen yang mencakup efesien dan pertanggungjawaban. Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel orientasi tujuan sistem pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Banda Aceh doperoleh nilai ratarata dari tanggapan responden sebesar 4,5404, hal ini menunjukkan bahwa variabel orientasi tujuan sistem pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Banda Aceh juga relatif baik dan bagus dalam artian perguruan tinggi di Kota Banda Aceh tetap memiliki komitmen yang kuat dalam menetukan orientasi tujuan sistem. Analisis Variabel Konflik Peran Untuk melihat bagaimana tanggapan responden terhadap variabel konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri di Banda Aceh dari Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Banda Aceh doperoleh nilai rata-rata dari tanggapan responden sebesar 4,5851, hal ini menunjukkan bahwa variabel konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Banda Aceh juga terjadi wlaupun masih dalam taraf normal. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Untuk melihat pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, orientasi tujuan sistem dan orientasi profesional terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh dimana hasil perhitungan akhir estimator dapat dilihat pada tabel 5. Dari Tabel 5 menggambarkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) bernilai 0,952 atau 95,2 % menunjukkan bahwa determinan variabel orientasi profesional berpengaruh terhadap variabel konflik peran sebesar 95,2 %, dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,976 atau 97,6 % menggambarkan bahwa variabel orientasi profesional sangat erat hubungannya terhadap variabel konflik peran yaitu sebesar 97,6 %. Dari tabel diatas diperoleh persamaan akhir estimasi yaitu : Y= 3,692 + 1,125 X1, yang artinya
18 Rayyan Firdaus
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 2 Rata-Rata Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penyusunan Anggaran No.
Variabel
Rata-Rata
1.
Saya terlibat dalam penyusunan anggaran
4,3617
2.
Penyusunan anggaran belum dinyatakan selesai sampai saya menyetujinya
4,3830
3.
Pendapat saya menjadi faktor penting di dalam penyusunan anggaran
4,4681
4.
Saya merasa puas dalam setiap penyusunan anggaran yang saya buat
4,5106
5.
Saya rela memberikan pendapat saya apabila diperlukan
4,5957
Atasan sering meminta pendapat saya saat anggaran sedang disusun
4,4681
6.
Rata-rata
4.4645
Sumber : Data Primer, 2011 (diolah) Tabel 3 Rata-Rata Tanggapan Responden Variabel Orientasi Tujuan Sistem No.
Variabel Saya memiliki komitmen yang kuat dalam pencapaian tujuan sistem dalam lingkungan tempat saya bekerja Pengendalian administrasi yang saya lakukan selalu terkoordinasi dan terkendali sesuai dengan orientasi pencapaian tujuan sistem budaya organisasi tempat saya bekerja Sikap dan perilaku saya selalu berorientasi pada pencapaian tujuan sisem organisasi sesuai nilai dan etika profesi yang saya tekuni saat ini Perencanaan financial, koordinasi evaluasi kinerja dan motivasi kerja sesuai orientasi tujuan sistem organisasi Saya mengedepankan orientasi tujuan sistem dalam efisiensi, adaptasi, integrasi, pertumbuhan, stabilitas. kesatuan dan akuntabilitas dalam prtisipasi anggaran dan konflik peran
1. 2. 3. 4. 5.
Rata-rata
Rata-Rata 4,5106 4,4255 4,6809 4,5745 4,5106 4.5404
Sumber : Data Primer, 2011 (diolah) Tabel 4 Rata-Rata Tanggapan Responden Terhadap Variabel Konflik Peran No.
Variabel
Rata-Rata
1.
Saya bekerja dengan dua kelompok pekerja atau lebih yang cara melakukan pekerjaannnya tidak sama (misalnya di satu sisi harus mematuhi intruksi dari pimpinan tentang hal tertu, namun disisi lain etika profesional saya sebagai dosen tidak menghendaki
4,5532
2.
Saya menerima penugasan manjerial dari pimpinan tanpa didukung oleh kemampuan saya yang cukup untuk melakukannya
4,6383
3.
Saya melakukan hal-hal yang mungkin dapat diterima oleh seseorang tetapi ditolak oleh orang lain
4,4255
4.
Saya harus melanggar peraturan atau kebijakan tertentu untuk bisa melaksanakan suatu penugasan
4,4681
5.
Saya mengerjakan pekerjaan yang menurut saya tidak perlu
4,5106
6.
Saya diminta untuk melakukan suatu pekerjaan yang saling tidak bersesuaian satu sama lain (sebagai dosen dan sebagai manjerial pada perguruan tinggi)
4,6809
7.
Saya melakukan hal-hal yang harus dilakukan secara berbeda
4,7660
8.
Saya menerima penugasan tanpa fasilitas yang cukup untuk melaksanakannnya (misalnya seseorang dosen diharuskan melaksanakan tridharma perguruan tinggi, namun tidak ditunjang oleh fasilitas yang mencukupi dari manajemen kampus)
4,6383
Rata-rata Sumber : Data Primer, 2011 (diolah)
4,5851
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Variabel Penelitian
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 19
Tabel 5 Analisis Regresi Linier Sederhana Dengan Variabel Bebas Orientasi Profesional Koefisien t Hitung sig Label Regresi
X1
Orientasi Profesional
1,125
30,028
R squared :
0,952
F Ratio :
901,671
R korelasi :
0,976
Probabilitas:
0,000
0,000 Konstanta : 3,692
Sumber : Hasil pengolahan data Tabel 6 Analisis Regresi Linier Berganda Variabel
Label
Penelitian
Koefisien Regresi
t Hitung
Prob.
X1
Orientasi Profesional
1,738
3,879
0,000
X2
Partisipasi Penyusunan Anggaran,
1,263
2,850
0,007
Interaksi Antara Orientasi Profesional
0,932
2,235
0,031
X1X2
dengan
Partisipasi
Penyusunan
Anggaran R squared :
0,962
F Ratio :
361,167
R korelasi :
0,981
Probabilitas:
0,000
Konstanta : 4,11
Sumber : Hasil pengolahan data Tabel 7 Analisis Regresi Linier Berganda dengan Variabel Bebas Orientasi Profesional, Orientasi Tujuan Sistem dan Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem Variabel
Label
Koefisien Regresi
t Hitung
Sig
Penelitian X1
Orientasi Profesional
2,020
4,499
0,000
X3
Orientasi Tujuan Sistem
1,347
2,480
0,017
1,090
2,385
0,022
X1X3
Interaksi
Antara
Profesional
dengan
Orientasi Orientasi
Tujuan Sistem R squared :
0,958
F Ratio :
330,432
R korelasi :
0,979
Probabilitas:
0,000
Sumber : Hasil pengolahan data
Konstanta : 3,495
20 Rayyan Firdaus
constanta sebesar 3,692 menggambarkan bahwa apabila variabel orintasi profesional diabaikan maka konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh hanya sebesar 3,962. Apabila variabel orientasi profesional (X1) mengalami kenaikan satu persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh sebesar 1,125 dengan asumsi variabel lain yang mempengaruhi konflik peran dianggap tetap. Dari Tabel 5 menggambarkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) bernilai 0,962 atau 96,2 % menunjukkan bahwa determinan variabel orientasi profesional, partisipasi penyusunan anggaran dan interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap variabel konflik peran sebesar 96,2 %, dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,981 atau 98,1 % yang menggambarkan bahwa variabel orientasi profesional, partisipasi penyusunan anggaran dan interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran sangat erat hubungannya terhadap variabel konflik peran yaitu sebesar 97,6 %. Dari tabel 6 diperoleh persamaan akhir estimasi yaitu : Y= 4,11 + 1,738 X1 + 1,263 X2 + 0,936 X1X2, yang artinya konstanta sebesar 4,11 menggambarkan bahwa apabila variabel orientasi profesional, partisipasi penyusunan anggaran dan interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran diabaikan maka konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh hanya sebesar 4,11. Apabila variabel orientasi profesional (X1) mengalami kenaikan satu persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh sebesar 1,738 dengan asumsi variabel partisipasi penyusunan anggaran dan interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran dianggap tetap. Apabila variabel partisipasi penyusunan anggaran (X2) mengalami kenaikan satu persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh sebesar 1,263 dengan asumsi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
variabel orientasi profesional dan interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran dianggap tetap. Apabila variabel interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran (X1X2) mengalami kenaikan satu persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh sebesar 0,936 dengan asumsi variabel orientasi profesional dan partisipasi penyusunan anggaran dianggap tetap. Dari Tabel 7 menggambarkan bahwa nilai koefisien determinan (R2) bernilai 0,958 atau 95,8 % menunjukkan bahwa determinan variabel orientasi profesional, Orientasi Tujuan Sistem dan Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem berpengaruh terhadap variabel konflik peran sebesar 95,8 %, dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,979 atau 97,9 % yang menggambarkan bahwa variabel orientasi profesional, Orientasi Tujuan Sistem dan Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem sangat erat hubungannya terhadap variabel konflik peran yaitu sebesar 97,9 %. Dari tabel diatas diperoleh persamaan akhir estimasi yaitu : Y= 3,495 + 2,020X1 + 1,347 X3 + 1,090 X1X3, yang artinya konstanta sebesar 3,495 menggambarkan bahwa apabila variabel orientasi profesional, Orientasi Tujuan Sistem dan Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem diabaikan maka konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh hanya sebesar 3,495. Apabila variabel orientasi profesional (X1) mengalami kenaikan satu persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh sebesar 2,020 dengan asumsi variabel Orientasi Tujuan Sistem dan Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem anggaran dianggap tetap. Apabila variabel Orientasi Tujuan Sistem (X3) mengalami kenaikan satu persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh sebesar 2,020 dengan asumsi variabel variabel orientasi profesional, dan
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem dianggap tetap. Apabila variabel Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem (X1X3) mengalami kenaikan satu persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap konflik peran pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh sebesar 1,090 dengan asumsi variabel orientasi profesional dan Orientasi Tujuan Sistem dianggap tetap. Hasil Uji-F dan Uji-t Uji F dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, uji F memperlihatkan signifikansi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. F-hit dalam persamaan ini untuk semua model regresi diperoleh lebih besar dari F- hitung, hal ini menggambarkan bahwa semua variabel bebas secara universal mempengaruhi variabel terikat pada Perguruan Tinggi Negeri Di Banda Aceh. Uji t (t-tes) Uji t dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara partial, uji t memperlihatkan signifikan pengaruh variabel bebas secara partial terhadap variabel terikat. - Variabel orientasi profesional diperoleh t-hit sebesar 30,028 lebih besar dari t- tebel yaitu 2,0129 maka variabel orientasi profesional secara partial mempengaruhi variabel konflik peran. - Variabel partisipasi penyusunan anggaran diperoleh t-hit sebesar 2,850 lebih besar dari tyaitu 2,0129. Hal ini menunjukkan bahwa tebel secara partial variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap variabel konflik peran. - Variabel interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran diperoleh t-hit sebesar 2,850 lebih besar dari tyaitu 2,0129. Hal ini menunjukkan bahwa tebel secara partial variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap variabel konflik peran. - Variabel Orientasi Tujuan Sistem diperoleh
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 21
t-hit sebesar 2,480 lebih besar dari t- tebel yaitu 2,0129. Hal ini menunjukkan bahwa secara partial variabel Orientasi Tujuan Sistem berpengaruh terhadap variabel konflik peran. - Variabel Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem diperoleh tsebesar 2,385 lebih besar dari t- tebel yaitu hit 2,0129. Hal ini menunjukkan bahwa secara partial variabel Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem berpengaruh terhadap variabel konflik peran. Keterbatasan Ada beberapa keterbatsan yang terdapat dalam penelitian ini : 1. Responden dalam penelitian ini terbatas pada level menengah dan level atas hal ini membawa implikasi hasil penelitian ini tidak dapat di generalisir untuk level yang lebih rendah. 2. Responden dalam penelitian ini terbatas pada perguruan tinggi universitas sedangkan bentuk perguruan tinggi lainnya seperti politeknik, akademi dan sekolah tinggi belum dijadikan responden. 3. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara yang disesuaikan dengan kriteria atau pertimbangan tertentu akan memberikan kemampuan generalisasinya yang rendah. 4. Perbedaan yang cukup signifikan antara responden perguruan tinggi swasta dan perguruan tinggi negeri tidak dikelompokkan jawaban responden sehingga sukar untuk digeneralisasi apakah jawaban antara dosen PTS dan PTN adalah sama KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat di ambil kesimpulan yaitu a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh variabel orientasi profesional berpengaruh terhadap variabel konflik peran dapat dilihat dari nilai koefisien determinan (R2) bernilai 0,952 atau 95,2% yang menunjukkan bahwa determinan variabel orientasi profesional berpengaruh terhadap variabel konflik peran
22 Rayyan Firdaus
sebesar 95,2 %, dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,976 atau 97,6 % menggambarkan bahwa variabel orientasi profesional sangat erat hubungannya terhadap variabel konflik peran yaitu sebesar 97,6 % dengan persamaan akhir estimator adalah : Y= 3,692 + 1,125 X1 b. Nilai koefisien determinan (R2) untuk variabel orientasi profesional, partisipasi penyusunan anggaran dan interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran bernilai 0,962 atau 96,2 % menunjukkan bahwa determinan variabel orientasi profesional, partisipasi penyusunan anggaran dan interaksi antara orientasi profesional dengan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap variabel konflik peran sebesar 96,2 %, dengan persamaan akhir estimasi dengan variabel interaksi diperoleh persamaan akhir sebagai berikut : Y= 4,11 + 1,738 X1 + 1,263 X2 + 0,936 X1X2. c. Koefisien determinan (R2) untuk variabel orientasi profesional, Orientasi Tujuan Sistem dan Interaksi Antara Orientasi Profesional
REFERENSI Abernethy, MA 1996. “Physicians and resource Management: The Role of Accountability and Non-Accounting control”. Financial Accountability & Management,, hal. 141-156 -------------, & Stoelwider. J.U 1991. “Budget Use, Task Uncertainty, System Goeal Orientation and Subunit Perfomance : A test Of The Fit” Hypothesis in not for- profit Hospitals”. Accounting, Organization and Socienty, Hal 105-120. …………., & Stoelwinder. 1995 “The Role of Profesional Control in the Management of Complex Organization”. Accounting Organizations and Society, Hal 1-17 Anthony, R. N. dan V. Govindarajan.1998. Management Control System. Ninth Edition. Boston. McGraw-Hill Co.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dengan Orientasi Tujuan Sistem bernilai 0,958 atau 95,8 % menunjukkan bahwa determinan variabel orientasi profesional, Orientasi Tujuan Sistem dan Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Orientasi Tujuan Sistem berpengaruh terhadap variabel konflik peran sebesar 95,8 %, dengan persamaan akhir estimasi yautu Y= 3,495 + 2,020X1 + 1,347 X3 + 1,090 X1X3. Saran-Saran - Diharapkan kepada perguruan tinggi di Kota Banda Aceh supaya dapat memperkecil konflik peran yang bisa terjadi didalam sistem, dimana unsur orientasi profesional, tujuan sistem dan penyusunan anggaran dilakukan dengan lebih bagus dan terbuka. - Dari hasil penelitian ternyata variabel yang paling kecil pengaruhnya terhadap konflik peran yaitu variabel Interaksi Antara Orientasi Profesional dengan Partisipasi Penyusunan Anggaran, maka diharapkan supaya variabel ini dimasa yang akan datang lebih diperhatikan sehingga variabel konflik peran yang bisa terjadi dapat dihindari semaksimal mungkin
Aranya, N., & Ferris, K. 1984 “A Reexamination of Accountants Organizational Profesional Conflict,”The Accounting Review, hal. 1-5. Argyris, C 1973. Some Limits Of Rational Man Organizational theory, Publik Administrasion Review. Bacharach, S.B. 1995.”Contested Control: System Of Control and Their Implication in Performance Evaluation”. Accounting Organization and Sociaty,. Hal. 373-398. Barley, S.R dan PS Tol Bert, 1991. Introduction : At The In terception Of Organizations And Accupation Riset In Sociology Of Organization, Hal 1-13. Collins, F.et.al. 1995.” The Relationship Between Budgetary Management Style and Organizational Comitment in a Not-ForProfit Organization”. Behavioral Research in Accounting.
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Comerford, S.E & Abernethy, MA. 1999. Budgeting and The Management of Role Conflict in Hospital. Behavioral Research in Accounting. Hal. 94-110. Copur, H, 1990. Academic Professionals A Study Of Conflict and Satisfaction in Professoriate. Human Relations. Hal 113-127. Davis Keith & Newstrom, JW. 1996. Perilaku Dalam Organisasi, Jilid I Edisi ke tujuh, Penerbit, Erlangga, Jakarta. Gregson, T Wende. J dan Auno J. 1994. Role Ambiguity, Role Conflict dan Perceifet Enveronmental Uncertainty Are The Scales Mensuring Separate Construk of Accuntant Behavioral Reseach in Accounting. Hal; 144159. Hall. R. H. 1967. “Some Organizational Considerations in the Profesional Organization Relationship”. Administrative Science Quarterly. 461-478. Hopwood, A. 1976. “Control in Organizations: Accounting and Human Behavior, Englewood Cliffs. Pretice Hall. Hudayati, A. 2001. “ Pengaruh Aspek-aspek Penganggaran Terhadap Konflik Peran Studi Empiris pada perguruan tinggi:, Simposium Nasional Akuntansi IV, hal 561578. Kenis, 1979. Effect Of Budgettary Goal characteristics on manajerial Attitude And Performance. The Accounting Review. Hal 707-721. Miller, G.A & L.W. Wager. 1971 “Adult Socialization, Organizational Structure and Role Orientations. “Administrative Science Quarterly. Hal 151- 163. Milani, K. 1975. the Relationship of partisipation in Budget – Setting to industrial Supervisor
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 23
Performance And Attitude : A Field Study : the Accounting review. Hal 274-284. Mutmainah, S. 2003. “Manajemen Konflik Peran Profesional-Manajerial Melalui Orientasi Tujuan Sistem dan Keadilan Persepsian: Suatu Upaya Meningkatkan Kinerja dan Kepuasan Kerja. “Jurnal Bisnis & Akuntansi, Vol. 5, No.2, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti. Outley, D.T.1988. “Budqet Use and Managerial Perfomance. “Journal of Accounting Research . Hal 122-149. Puspa, D.F. & Riyanto.B. 1999, “Tipe Lingkungan Pengendalian Organisasi, Orientasi Profesional, Konflik Peran, Kepuasan Kerja dan Kinerja: Suatu Penelitian Empiris “Jurnal Riset Akuntansi Indonesia , Vol. 2, No.1, hal 117-135. Realin, J.A. 1989 The Class Of Culture: Mangers Profesional, Boston, MA: Harvard Business School Press. Salim, Peter & Yenny Salim, 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi pertama, Jakarta,Modern Engglish Press. Siegel,G., & Marconi, H.R. 1989. Behavior Accounting, Cincinnati, Ohio, South Western Publishing Co. Senatra, P.T. 1980. Role Conflict Ambiguity, And organizational Climete In a public Accounting Firm, The Accounting review. Hal 594-603. Suranta, Sri. 1998. “Konflik Peran dalam Organisasi Profesi: Sumber Konsekuensi dan Implikasi”. Perspektif, nomor: 12, hal 259. Wallance, J.E., 1995. Organizational & Profesional Comitment in Profesional & Nonprofesional Organizations. Administrative Science Quarterly, hal. 228-252.
24 Rayyan Firdaus
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 1 Nomor 1, Februari 2011 ISSN : 2301-4717
Jurnal Akuntansi Keuangan2011 25 Volume 1, Nomordan 1, Februari
p 25-36
Pengaruh Rasio Kecukupan Modal, Non Performing Loan, dan Tingkat Likuiditas terhadap Profitabilitas Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Riha Dedi Priantana & zulfia Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
This research aims to test the influence of the adequate capital representative by Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), and Loan to Deposit Ratio (LDR) toward Return on Asset (ROA) as the representative of banking profitability. The population in this research is public banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange from year 2007 until 2009 amount 29 banking. Data used in this study is secondary from annual report banking listed on the Indonesia Stock Exchange from year 2007 until 2009. Analysis technique used is multiple linear regression and hypothesis test use coefficient of regression test and t test. Result of research shows coefficient of regression test show capability CAR, NPL, and LDR to predict ROA is 22,7% while the remaining 77,3% is explained by other causes outside model used in research. Based on the partial results of hypothesis test (t test) indicate that NPL variable has a significant effect to the profitability of banking, while the CAR and LDR variable is not significant to the profitability of banking. Keywords: capital adequacy ratio, non performing loan, loan to deposit ratio, return on asset Latar Belakang Tujuan aktivitas operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal untuk kemakmuran pemiliknya. Begitu pula bagi setiap perbankan, laba merupakan hal yang mutlak untuk diperoleh, yaitu agar dapat mempertahankan kontinuitas operasional perusahaan atau dalam istilah akuntansi disebut dengan going concern. Namun profitabilitas yang dicapai oleh bank mengalami kenaikan dan penurunan dalam setiap periode. Profitabilitas yang diperoleh oleh perbankan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang juga mempengaruhi tingkat kesehatan bank (Mintarti, 2009). Untuk mengukur profitabilitas bank maka digunakan analisis rasio keuangan Return On Assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki bank secara efektif dan efisien (Yuliani, 2007). Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank untuk kemakmuran pemiliknya dan kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil.
Penelitian yang dilakukan oleh Mintarti (2009) menyebutkan bahwa profitabilitas perbankan dipengaruhi oleh modal, likuiditas, dan risiko piutang tak tertagih yang diwakili oleh rasio kecukupan modal, rasio Non Performing Loan (NPL), dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal bank yaitu perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (Ihsan, 2008). Arthesa dan Handiman (2006:146) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan minimum antara modal dengan aktiva yang mengandung risiko. Menurut standar yang ditetapkan Bank for International Settlements (BIS), perbankan diwajibkan untuk menyediakan modal minimum (CAR) sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva dengan bobot risiko masing-masing (Taswan, 2006:79). Kredit bermasalah atau kredit tidak lancar adalah pinjaman yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya tidak sesuai dengan perjanjian kredit saat pinjaman tersebut dilakukan (Kunarjo, 2003:256). Non Performing Loan
26 Riha Dedi Priantana & zulfia
(NPL) adalah rasio kemampuan bank dalam menekan atau meminimalisir jumlah kredit tidak lancar menjadi kredit lancar (Ansori, 2006). Bank Indonesia menentukan batas maksimum rasio NPL sebesar 5%. Bila bank mampu menekan NPL di bawah 5% maka potensi keuangan akan semakin besar karena bank dapat memutar kembali dana kepada nasabah lain, hal ini akan meningkatkan profitabilitas perbankan. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadinya penangguhan (Hamonangan dan Siregar, 2008). Salah satu penilaian likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Bank yang sehat harus menjaga agar LDR sebesar 85% sampai dengan 110%, jika LDR diatas 110% maka bank akan mengalami kesulitan likuiditas dan berdampak pada penurunan profitabilitas (Siagian dan Yasin, 2010). Penelitian ini mengadopsi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prastiyaningtias (2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan. Namun ada beberapa perbedaan, yaitu: pertama, penelitian terdahulu menggunakan sampel perbankan pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sampel perbankan tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai keadaan perbankan sebelum, saat dan setelah krisis global yang juga berakibat pada sektor perbankan di Indonesia. Kedua, penelitian sebelumnya menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan jumlah sampel hanya 20 bank, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode sensus sehingga jumlah perbankan yang digunakan sebanyak 29 bank. Tinjauan Kepustakaan Gambaran Umum Perbankan Pengertian bank menurut IAI (2009:31.1) dalam PSAK Nomor 31 Standar Akuntansi Keuangan Revisi 2000: “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Sama seperti perusahaan pada umumnya, perbankan juga diwajibkan untuk melaporkan posisi keuangannya dalam bentuk laporan keuangan setiap periode. Dalam PSAK No. 1 (Revisi 2009:01.5) disebutkan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Harahap, 1993:66). Sesuai dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia Tahun 2008 mengharuskan laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan komitmen dan kontingensi, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan dianalisis untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut memiliki prospek yang bagus di masa depan. Analisis terhadap pos-pos neraca akan dapat diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisis terhadap laporan laba ruginya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perbankan yang bersangkutan (Tunggal, 2000:7). Analisis rasio keuangan adalah analisis dengan cara membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya, baik secara individu maupun secara bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi (Jumingan, 2006:242). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2008:297). Analisis rasio keuangan juga dapat digunakan untuk membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan akan datang dalam perusahaan yang sama (Horne dan Wachowicz, 2005:202). Kondisi keuangan perusahaan dapat dinilai dari analisis beberapa rasio keuangan untuk membuat penilaian yang wajar (Horne dan Wachowicz,
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
2005:205). Analisis rasio keuangan untuk menilai profitabilitas perbankan yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital adequacy ratio, non performing loan, dan loan to deposit ratio. Capital Adequacy Ratio Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan minimum antara modal dengan aktiva yang mengandung risiko (Arthesa dan Handiman, 2006:146). CAR merupakan jumlah modal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga keputusan para penitip uang dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvency kegiatan usaha perbankan (Latumaerissa, 1999:92). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/12/PBI/2003 standar minimum CAR yang harus dipenuhi bank adalah 8%. Non Performing Loan NPL merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar risiko kredit yang diberikan kepada nasabah mengalami masalah (Arifin dan Syukri, 2006:146). Besarnya NPL mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan kebijakan pembiayaan atau kredit yang dijalankan oleh bank (Pratin dan Adnan, 2005). Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, setiap bank harus menjaga tingkat NPL dibawah 5%. Bila suatu bank memiliki NPL tinggi maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). Loan to Deposit Ratio Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan (Hamonangan dan Siregar, 2008). Menurut Kasmir (2006:272), Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Penelitian yang dilakukan Yuliani (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio LDR, maka semakin rendahnya likuiditas bank.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 27
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/ DPNP Tanggal 14 Desember 2001 bank yang sehat memiliki LDR 85% sampai dengan 110%. Return On Asset Untuk mengetahui hubungan antara struktur organisasi dan kinerja keuangan bank dapat dirumuskan formulasi strategi organisasi dalam rangka menghadapi persaingan salah satunya adalah rasio Return On Assets (ROA) bank (Mawardi, 2005). Menurut Kasmir (2006:281), ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Ketentuan Bank Indonesia menetapkan ROA minimal bank 1,25% dan juga merupakan indikator kepercayaan masyarakat kepada perbankan terhadap pengelolaan aset bank (Mintarti, 2009). Kerangka Pemikiran Pengaruh CAR terhadap Profitabilitas Dengan tingkat kecukupan modal yang cukup maka bank dapat menjalankan aktivitas operasionalnya dengan efisien, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuliani (2007) yang menyatakan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh positif terhadap return on assets. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi rasio kecukupan modal maka akan semakin memperkecil risiko yang dihadapi bank sehingga akan meningkatkan return on assets suatu bank. maka hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: H1: Capital adequacy ratio berpengaruh signifikan positif terhadap return on assets. Pengaruh NPL terhadap Profitabilitas Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank, semakin besar NPL maka akan menunjukkan semakin buruk kualitas kredit yang ditanggung pihak bank dan semakin besar pula kemungkinan bank berada dalam kondisi yang bermasalah. Oleh karena itu, semakin besar rasio NPL
28 Riha Dedi Priantana & zulfia
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
menunjukkan semakin buruknya manajemen perbankan dalam mengelola kredit sehingga mengakibatkan perolehan laba yang rendah. Penelitian yang dilakukan Mawardi (2005) menyatakan bahwa non performing loan berpengaruh signifikan negatif terhadap return on assets. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya risiko kredit yang dihadapi bank akan mengurangi profitabilitas yang dihasilkan bank yang diperlihatkan dalam perolehan return on assets yang rendah. maka hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: H2: Non performing loan berpengaruh signifikan negatif terhadap return on assets.
digunakan dalam penelitian ini adalah balanced pooled data atau balanced panel data (pooling of time series and cross-sectional observation). Panel data adalah gabungan dari time series dan cross section yaitu unit yang sama diteliti dalam beberapa waktu (Gujarati, 2003:636). Jika objek yang diamati selama 3 tahun adalah 29 perbankan maka jumlah pengamatan menjadi 87 perbankan. Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan menelusuri laporan tahunan perbankan yang dipublikasikan selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
Pengaruh LDR terhadap Profitabilitas Semakin tinggi LDR (Loan to Deposit Ratio) menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. Oleh karena itu Bank Indonesia menentukan batasan LDR sebesar 85% sampai dengan 110%. LDR diasumsikan berpengaruh positif terhadap laba, sehingga LDR juga diprediksikan berpengaruh positif terhadap ROA karena dibentuk dari laba perusahaan. maka hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: H3: Loan to deposit ratio berpengaruh signifikan positif terhadap return on assets.
Operasionalisasi Variabel
Metode Penelitian Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2009 yang berjumlah 29 perusahaan perbankan, oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode sensus. Daftar perbankan yang diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berupa laporan keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 sampai dengan 2009.Jenis data yang
Return On Assets (ROA) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan. Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Menurut Kasmir (2006:281), Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan (Yuliani, 2007). ROA merupakan tingkat pengembalian atas aktiva yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Horne dan Wachowicz, 2005:224): ROA = Laba Bersih x 100% Total Aktiva
Capital Adequacy Ratio (CAR) Dalam penelitian ini Capital adequacy Ratio (CAR) merupakan variabel independen yang pertama (X1). CAR adalah jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga keputusan para nasabah sebagai pemilik dana dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvency kegiatan usaha perbankan (Latumaerissa, 1999:92). Rasio ini mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 29
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Tabel 1 Populasi Penelitian No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Nama Perusahaan Perbankan PT. Bank Agroniaga, Tbk. PT. Bank Bumi Putera Indonesia, Tbk. PT. Bank Capital Indonesia, Tbk. PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk. PT. Bank Central Asia, Tbk. PT. Bank Bukopin, Tbk. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. PT. Bank Tabungan Negara, Tbk. PT. Bank Mutiara, Tbk. PT. Bank Danamon, Tbk. PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk. PT. Bank Kesawan, Tbk. PT. Bank Mandiri, Tbk. PT. Bank Bumi Arta, Tbk. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk. PT. Bank Permata, Tbk. PT. Bank Swadesi, Tbk. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk. PT. Bank Victoria, Tbk. PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk. PT. Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk. PT. Bank Mega, Tbk. PT. Bank OCBC Nisp, Tbk. PT. Bank Panin, Tbk. PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk.
Sumber: Data diolah (2011)
diberikan (Prastiyaningtias, 2010). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004): CAR =
Modal Bank x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Non Performing Loan (NPL) Dalam penelitian ini NPL merupakan variabel independen yang kedua (X2). Rasio NPL menunjukkan risiko kredit yang mengalami masalah dari seluruh kredit yang diberikan oleh bank. NPL merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar risiko kredit yang diberikan kepada nasabah mengalami masalah (Arifin dan Syukri, 2006:146). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004): Total Kredit Bermasalah NPL = x 100% Total Kredit
Loan to Deposit Ratio (LDR) Dalam penelitian ini Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan variabel independen yang ketiga (X3). LDR adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya (Latumaerissa, 1999:23). LDR merupakan rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga dan modal inti. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004): LDR =
Jumlah Kredit yang Diberikan x 100% Total Dana Pihak Ketiga + Modal Inti
30 Riha Dedi Priantana & zulfia
Metode Analisis Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS 17.0 (Statistical Package for Social Science). Metode analisis pengujian hipotesis adalah regresi linear berganda (Multiple Linear Regression) untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio capital adequacy ratio, non performing loan, dan loan to deposit ratio terhadap return on assets. Spesifikasi persamaan regresi linear berganda (Multiple Linear Regression) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Dimana : Y = Return on assets α = Konstanta β1 = Koefisien regresi capital adequacy ratio β2 = Koefisien regresi non performing loan β3 = Koefisien regresi loan to deposit ratio X1 = Capital adequacy ratio X2 = Non performing loan X3 = Loan to deposit ratio e = Error Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal (Umar, 2003:181). Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada tingkat signifikansi 5%. Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari: 1. Bila nilai signifikan > 0,05 berarti distribusi data normal. 2. Bila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikoliniearitas untuk mengetahui
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi (Umar, 2003:177). Menurut Ghozali (2005:91) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas digunakan output dari matrik Pearson Corelation yang dapat dilihat dari nilai tolerance atau VIF (Variance Inflation Factor) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: VIF = 1 / Tolerance 1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. c. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variasi dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas, sementara untuk variasi yang berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Umar, 2003:179). d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antardata yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2003:182). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Ghozali, 2005:95): 1. Bila nilai DW berada terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan (4 – DU), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4 – DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4 – DU) dan (4 – DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 31
Uji Heterokedastisitas Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 hasil pengujian heterokedastisitas menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel independen CAR, NPL, dan LDR lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa asumsi heterokedastisitas ditolak untuk variabel-variabel dalam penelitian ini. Dengan kata lain, ketiga variabel independen memiliki varian yang sama atau homokedastisitas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Data Penelitian Statistik deskriptif dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan nilai tertinggi, terendah, dan rata-rata dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return On Assets (ROA) pada 87 observasi selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. 2. Uji Asumsi klasik Uji Normalitas Tabel 3menunjukkan hasil pengujian normalitas terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan Tabel 3 nilai asymp. sig (2tailed) variabel dependen ROA yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Ln lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel dependen berdistribusi normal. Variabel independen CAR, NPL, dan LDR lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel dependen dan independen tersebut berdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan setiap variabel independen memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 yang berarti bahwa tidak terdapat multikolinearitas di antara variabel independen. Dengan demikian seluruh variabel independen yaitu CAR, NPL, dan LDR dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen ROA.
Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil perhitungan Durbin-Watson pada Tabel 6 menunjukkan nilai DW sebesar 2,406. Hasil pengujian pada tingkat signifikansi 5% untuk 87 observasi (n = 87) dan 3 variabel independen (k = 3) menunjukkan nilai du (batas atas) = 1,577 dan dl (batas bawah) = 1,434 sehingga diperoleh nilai du (4 - 1,577) = 2,423. Nilai DW hitung terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (4-du) atau du < dw < 4-du yaitu 1,721 < 2,406 < 2,423 sehingga dapat dikatakan bahwa model terbebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005:95). Pengujian Hipotesis Uji kekuatan model penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6, dimana nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,227 atau 22,7% memiliki arti 22,7% variasi ROA untuk kategori bank dapat dijelaskan oleh variabel bebas yaitu CAR, NPL, dan LDR sedangkan sisanya 77,3% dijelaskan oleh sebab lain diluar penelitian. Hasil pengujian menunjukkan dari ketiga variabel independen dalam model regresi hanya variabel non performing loan saja yang signifikan dibawah 0,05. Sedangkan variabel kecukupan modal dan tingkat likuiditas tidak signifikan dengan tingkat signifikansi diatas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA hanya dipengaruhi oleh non performing loan dengan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 0,763 + 0,421X1 – 1,008X2 + 0,007X3 + e
32 Riha Dedi Priantana & zulfia
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 2 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA CAR NPL
87 87
-52.09 -22.29
6.14 50.37
.9566 17.8090
5.99055 8.68807
87
.48
27.90
3.4430
3.74425
LDR
87
38.49
103.88
75.0855
16.21642
Valid N (listwise)
87
Sumber: Data sekunder hasil olahan SPSS versi 17.0 (2011) Tabel 3 Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) LnCAR N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
LnNPL
86 2.8381 .35445 .097 .097 -.054 .901 .391
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
LDR
87 .9170 .76776 .060 .060 -.049 .559 .914
LnROA
87 -.5531 .82993 .160 .103 -.160 .928 .356
61 .2870 .99435 .174 .094 -.174 1.248 .089
a. Test distribution is Normal. Sumber: Data sekunder hasil olahan SPSS versi 17.0 (2011) Tabel 4 Uji Multikolinearitas (Coefficientsa) Collinearity Statistics Tolerance VIF
Model 1
(Constant) LnCAR LnNPL LDR
.883 .890 .985
Keterangan Non multikolinearitas Non multikolinearitas Non multikolinearitas Non multikolinearitas
1.132 1.124 1.016
a. Dependent Variable: LnROA Sumber: Data sekunder hasil olahan SPSS versi 17.0 (2011) Tabel 5 Uji Heterokedastisitas (Coefficientsa) Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant) LnCAR LnNPL LDR
-.889 .034 -.112 .004
Std. Error 1.161 .332 .175 .006
Standardized T
Coefficients Beta
Sig.
-.766 .103 -.641 .669
.014 -.089 .089
.447 .919 .524 .506
a. Dependent Variable: LnROA Sumber: Data sekunder hasil olahan SPSS versi 17.0 (2011) Tabel 6 Uji Autokorelasi (Model Summary b) Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 .124a .015 a. Predictors: (Constant), LnCAR, LnNPL, LDR b. Dependent Variable: LnROA Sumber: Data sekunder hasil olahan SPSS versi 17.0 (2011)
-.037
Std. Error of the Estimate .84495
DurbinWatson 2.406
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 33
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Tabel 7 Uji Kekuatan Penjelasan Model Penelitian (Model Summary) Model 1
R
R Square .504a
Std. Error of the
Adjusted R Square
.254
Estimate
.227
1.47638
a. Predictors: (Constant), Lncar, Lnnpl, LDR b. Dependent Variable: LnROA Sumber: Data sekunder hasil olahan SPSS versi 17.0 (2011) Tabel 8 Uji Kekuatan Variabel Independen (Coefficientsa) Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model B 1
(Constant) Lncar Lnnpl LDR
.763 .421 -1.008 .007
Std. Error 1.874 .529 .246 .010
T
Sig.
Beta .089 -.454 .068
.407 .796 -4.104 .700
.685 .428 .000 .486
a. Dependent Variable: ROA Sumber: Data sekunder hasil olahan SPSS versi 17.0 (2011)
Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset Hasil pengujian hipotesis pertama dapat dilihat dari uji secara parsial pada Tabel 4.7 yang menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,796 dengan nilai signifikansi 0,428 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Asset Hasil pengujian hipotesis kedua dapat dilihat dari uji secara parsial pada Tabel 4.7 menunjukkan nilai t hitung sebesar -4.104 dengan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa non performing loan berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas perbankan. Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Asset Hasil pengujian hipotesis ketiga dapat dilihat dari uji secara parsial pada Tabel 4.7 menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,700 dengan nilai signifikansi 0,486 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa loan to deposit ratio berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap profitabilitas perbankan. Pembahasan Hasil pengujian untuk hipotesis pertama (H1) ditolak. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi CAR suatu bank tidak menjadi tolak ukur keberhasilan manajemen bank untuk memperoleh keuntungan tinggi. Capital adequacy ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA dapat dikarenakan adanya peraturan Bank Indonesia bahwa CAR bank umum minimal 8%. Kondisi ini mengakibatkan Bank menjaga agar peraturan tersebut selalu dapat dipenuhi, namun bank cenderung menjaga agar CAR tidak lebih dari 8% karena ini berarti idle fund atau bahkan pemborosan, karena sebenarnya modal utama bank adalah kepercayaan, sedangkan CAR 8% hanya dimaksudkan Bank lndonesia untuk menyesuaikan kondisi dengan perbankan internasional. Hasil pengujian untuk hipotesis kedua (H2) diterima. Non performing loan berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA karena NPL mencerminkan risiko kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kredit yang ditanggung oleh bank sehingga semakin besar kemungkinan bank berada dalam kondisi yang
34 Riha Dedi Priantana & zulfia
bermasalah. Kredit bermasalah mengakibatkan berkurangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk pada profitabilitas bank. Hasil pengujian untuk hipotesis ketiga (H3) ditolak. Loan to deposit ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA karena besarnya pemberian kredit tidak didukung dengan kualitas kredit. Kualitas kredit yang buruk akan meningkatkan risiko terutama bila pemberian kredit dilakukan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian dan ekspansi dalam pemberian kredit yang kurang terkendali sehingga bank akan menanggung risiko yang lebih besar pula. Selain itu, adanya pergerakan data atau LDR yang fluktuatif pada masing-masing perbankan setiap tahun. LDR yang sehat berkisar antara 85% dan 110% sedangkan rata-rata LDR dalam penelitian ini 75% sehingga LDR tidak dapat memberikan pengaruh nyata dalam mengukur profitabilitas perbankan (Yuliani, 2007). Kesimpulan Kesimpulan Berdasarkan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat disimpulkan bahwa: a. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA ditolak. b. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa rasio NPL berpengaruh negatif terhadap ROA dapat diterima. c. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
rasio LDR berpengaruh positif terhadap ROA ditolak. 1. Hasil pengujian kekuatan penjelasan model penelitian (explanatory power of the model) dilihat dari nilai adjusted R2 sebesar 0,227. Hal ini menunjukkan besar pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA sebesar 22,7% sedangkan sisanya 77,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. 3. Uji t menunjukkan jika semua variabel independen konstan maka besarnya profitabilitas perbankan adalah 76,3%. Kenaikan 100% CAR menaikkan ROA sebesar 42,1%, kenaikan 100% NPL menurunkan ROA sebesar 100,8%, dan kenaikan 100% LDR menaikan ROA sebesar 0,7% dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Keterbatasan Penelitian 1. Waktu penelitian hanya tiga tahun pengamatan yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009 sehingga hanya terdapat 29 bank yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan ROA perbankan. 2. Rasio keuangan yang digunakan sebagai dasar untuk memprediksi ROA hanya terbatas pada variabel CAR, NPL, dan LDR. REKOMENDASI 1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan rentang waktu pengamatan lebih dari tiga tahun agar hasil penelitian memberikan hasil yang lebih akurat. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan rasio keuangan lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 35
REFERENSI
terhadap Return On Equity Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. www.jurnalakuntansi13.com. Diakses pada Tanggal 14 Januari 2011.
Ansori, M. 2006. Analisis Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Studi Kasus pada Perusahaan Daerah BPR BKK Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang dari Tahun 2000 Sampai Tahun 2005. Fokus Ekonomi. Vol. 1, No.2: 54-63. Arifin, Johar. dan M. Syukri. 2006. Aplikasi Excel dalam Bisnis Perbankan Terapan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Harahap, SS. 1993. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. ----------------. 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arthesa, A. dan E. Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: PT. Indeks.
Horne, JCV. dan JM. Wathcowicz. 2005. Fundamental of Financial Management: Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Bank Indonesia. 1997. Peraturan Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR Tentang Batas Rasio Non Performing Loan.
Ihsan, M. 2008. Penilaian Kesehatan Bank. Percikan. Edisi September 2008. ISSN: 08548986. Vol. 92: 47-55.
Bank Indonesia. 1997. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 30/12/KEP/DIR Tentang Batas Rasio Non Performing Loan.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi aksara.
Bank Indonesia. 2001. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP Tentang Batas Rasio Likuiditas Bank. Bank Indonesia. 2003. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/12/PBI/2003 Tentang Batas Rasio Capital Adequacy Ratio. Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Tentang Penilaian Rasio Keuangan Bank. Bank Indonesia. 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 72/PBI/2005 Tentang Kualitas Kredit. Bank Indonesia. 2007. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 Tentang Standar Kecukupan Penyediaan Modal Minimum. Bank Indonesia. 2010. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP Tentang Kecukupan Modal. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, DN. 2003. Basic Econemetrics. New York: Mc Graw-Hill Company. Hamonangan, SS. dan HS. Siregar. 2008. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio
Kasmir. 2006. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Kunarjo. 2003. Glosarium: Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Jakarta: UIP. Latumaerissa, JR. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi. Vol. 14, Juli 2005 No.1: 83-94. Mintarti, Sri. 2009. Implikasi Proses Take-Over Bank Swasta Nasional Go Public terhadap Tingkat Kesehatan dan Kinerja Bank. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Mei 2009, Vol. 13: 346-358. Prastiyaningtias, Fitriani. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum Go Public yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 20052008). Skripsi, Universitas Diponegoro. Pratin. dan A. Adnan. 2005. Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Loan, Prosentase Bagi Hasil dan Markup Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia (BMI). SINERGI Kajian Bisnis dan Manajemen Edisi Khusus on Finance 2005. ISSN: 1410 – 9018: 35–52.
36 Riha Dedi Priantana & zulfia
Siagian, FD. dan W. Yasin. 2010. Pengaruh Non performing Loan (NPL), Tingkat Kecukupan Modal, Tingkat Likuiditas, dan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Tingkat Profitabilitas Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. www.jurnal akuntansi49.com. Diakses pada Tanggal 14 Januari 2011. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tunggal, AW. 2000. Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Cipta. Umar, Husein. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia. www.idc.co.id Yuliani. 2007. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Desember 2007, Vol.5: 15-43.
Volume 1 Akuntansi Jurnal Nomor 1, Februari dan2011 Keuangan ISSN : 2301-4717
Jurnal Akuntansi Keuangan2011 37 Volume 1, Nomordan 1, Februari
p 37-45
PENGARUH ARUS KAS TERHADAP RETURN SAHAM: Studi Kasus: PT. Semen Gresik, TBK Wahyuddin1 & Santi Setiawaty2 1
Dosen pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh 2 Pegawai Negeri Sipil, Pemko Lhokseumawe
The purpose of this study was to test the effect of cash flow return on shares of PT. Semen Gresik Tbk (Persero). The data used in this study is secondary data from financial statements and stock price movements during the period 1998-2009. This research model is a regression method is first tested the total cash flow to return later each cash flow (operating, financing and investment to stock returns. The study found that the cash flow effect on stock returns. In addition, after each test all cash flows also affects stock returns and operating cash flow compared to the dominant influence of other cash flows. Keywords: cash flow, stock return, investment LATAR BELAKANG Investor sebagai pihak yang menanamkan dana pada suatu perusahaan tentunya menginginkan agar nilai saham yang tercermin dalam harga saham yang dimilikinya tersebut semakin meningkat, yang secara otomatis akan meningkatkan nilai kekayaan para investor. Menurut Bie dan Tim (2008) tujuan seorang investor menginvestasikan dananya dalam bentuk saham di pasar modal adalah untuk memperoleh hasil yang besar, namun tidak tertutup kemungkinan risiko akan gagal selalu ada dalam investasi tersebut atau dengan kata lain investor menderita kerugian. Dalam menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di pasar modal biasanya keputusan yang di ambil di dasarkan pada berbagai informasi yang dimilikinya baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi. Menurut Husnan, Pudjiastuti (2004) dan Hanafi (2004) mengatakan bahwa sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan, perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan. Di samping manajer keuangan (pihak internal perusahaan), beberapa pihak di luar perusahaan juga perlu memahami informasi kondisi keuangan perusahaan mulai dari investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon pemberi dana selaku pihak eksternal.
Sunariyah (2000) menyebutkan berbagai informasi di luar perusahaan seperti informasi ekonomi makro, gejolak politik dalam negeri, keamanan, nilai tukar rupiah terhadap dollar, sektor industri dan kondisi pasar seringkali mempengaruhi harga saham dan return saham, namun demikian seringkali pula faktor internal masih berpengaruh dominan terhadap harga saham dan return saham. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya kinerja keuangan perusahaan yang terangkum dalam laporan keuangan perusahaan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan, Ikatan Akuntan Indonesia menyebutkan: Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima dimasa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan yaitu laporan arus kas atau laporan arus dana (Hanafi, 2004). Usman (1999) laporan keuangan merupakan
38 Wahyuddin & Santi Setiawaty
salah satu sumber informasi yang dapat dipergunakan investor dalam mengambil keputusan investasi di lantai bursa, oleh karena itu analisis terhadap laporan keuangan ini dianggap penting dilakukan untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut. Ukuran yang digunakan dalam analisis kinerja keuangan melalui laporan keuangan ini sangat beranekaragam dan kadang-kadang berbeda dari satu industri ke industri lainnya. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan oleh investor maupun pihak manajemen adalah analisis terhadap laporan arus kas. Analisis terhadap arus kas emiten melalui laporan arus kas dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan di bursa saham dalam rangka membeli suatu saham perusahaan emiten. Arus kas yang lancar adalah sangat penting bagi tujuan likuiditas manajemen. Apabila arus kas melebihi kebutuhan operasi dan ekspansi perusahaan maka perusahaan tentunya tidak perlu meminjam tambahan dana yang besar karena arus kas yang berlebih ini akan tersedia untuk mengurangi hutang perusahaan dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan emiten (Manurung, 1998). Informasi tentang arus kas berguna bagi investor dan pemakai lainnya sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas tersebut. Menurut Somantri (1995) ada beberapa tujuan dari laporan keuangan, tujuan yang paling utama adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pemakai eksternal lainnya, untuk pengambilan keputusan investasi, kredit dan lainnya. Tujuan kedua berkenaan dengan keharusan pelaporan keuangan, yaitu menyediakan informasi mengenai prospek arus kas untuk membantu investor dan kreditur dalam mengukur prospek arus kas perusahaan yang bersangkutan karena investor melakukan investasi ke dalam suatu perusahaan, demikian juga kreditur memberikan kredit kepada suatu perusahaan maka prospek arus kas kreditur akan dipengaruhi oleh arus kas perusahaan tersebut. Selanjutnya tujuan ketiga dari Objective of Financial Reporting mengharuskan pelaporan keuangan menyediakan informasi spesifik dari suatu perusahaan, seperti: informasi mengenai
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
aktiva, utang, ekuitas pemilik, earning dan arus kas. Berdasarkan latar belakang di atas paper ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh arus kas terhadap return saham pada perusahaan PT. Semen Gresik, TBK Kajian Literatur Pengertian laporan keuangan dan arus kas Pelaporan keuangan merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat beberapa keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian dividen kepada pemegang saham, dan lain sebagainya (Meythi, 2006). Laporan keuangan perusahaan bertujuan meringkaskan kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut untuk jangka waktu atau periode tertentu. Ada 3 (tiga) jenis laporan keuangan yang sering dilaporkan: neraca keuangan, laporan laba rugi dan laporan aliran kas (Hanafi, 2004). Neraca keuangan merupakan ’snapshot’ gambaran kekayaan perusahaan pada saat tertentu. Karena fokus pada titik tertentu maka neraca keuangan dinyatakan biasanya neraca per tanggal tertentu. Laporan rugi laba meringkaskan kegiatan perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi laba sering dianggap sebagai laporan yang paling penting dalam laporan tahunan. Kegiatan yang dilaporkan melipurti kegiatan rutin operasi bisnis dan kegiatan yang tidak rutin, seperti penjualan aset tertentu. Penghentian lini bisnis tertentu, perubahan metode akuntansi dan lain sebagianya. Definisi kegiatan rutin dan non rutin akan tergantung dari jenis usaha yang dilakukan oleh perusahaan (Hanafi, 2004). Laporan arus kas merupakan ringkasan arus kas selama satu periode. Laporan ini menunjukkan perubahan arus kas yang terjadi karena kegiatan operasi, investasi dan financial selama satu periode sehingga posisi kas berubah (Lgh, Ah, Dks.,2006:12). Di dalam PSAK No. 2 (2002:22)
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
menyebutkan bahwa “Tujuan Laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Jenis-jenis arus kas Kasmir (2003:144) menyatakan bahwa arus kas mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan, laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas yang diklasifikasikan menjadi tiga kegiatan yaitu operasi, investasi dan pendanaan. Sedangkan Anoraga (2001:547) menyatakan bahwa laporan arus kas merupakan “laporan yang menguraikan arus kas masuk dan arus kas keluar menurut kategorinya, laporan ini menjelaskan perubahan kas selama suatu periode. Menurut PSAK No. 2 (2002:23) menyatakan arus kas adalah arus masuk dan keluar kas dan setara kas yang mengakibatkan penambahan dan pengurangan uang dalam bentuk tunai pada posisi kas. Selanjutnya menurut Sunariah (2000:173) menyatakan arus kas adalah masuknya uang ke perusahaan dari penjualan artau penerimaan lainnya dan keluarnya uang dari perusahaan dalam bentuk tunai untuk pemasok barang, pembayaran gaji dan lain sebagainya. Menurut Kieso et al. (2002, 237) tujuan laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode tertentu. Penerimaan dan pembayaran kas selama satu periode tertentu diklasifikasikan dalam tiga aktivitas, yaitu aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan. Manfaat laporan arus kas ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah satunya Bowen et al. (1986) mengatakan bahwa data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti: (1) memprediksi kesulitan keuangan, (2) menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman, (3) memprediksi peringkat (rating) kredit, (4) menilai perusahaan, dan (5) memberikan informasi tambahan pada pasar modal. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (2002:24) menyatakan bahwa tujuan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 39
laporan arus kas adalah memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktifitas dari operasi, investasi dan pendanaan selama suatu periode akuntansi. Selanjutnya Harahap (2001:243) menyebutkan bahwa tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada suatu priode tertentu. Sedangkan menurut Anoraga (2001:550) tujuan dari laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi keaadaan keuangan perusahaan dan sekaligus sarana untuk menilai antara lain: 1). Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas, 2). Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, 3). Penyebab terjadinya perbedaan antara laba dan arus kas terkait, 4). Pengaruh kegiatan investasi dan pembiayaan yang menggunakan kas dan yang tidak (non kas) terhadap posisi keuangan perusahaan. Komponen laporan arus kas Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas dalam tiga kategori utama, yaitu arus kas dari aktifitas operasi, arus kas dari aktifitas investasi dan arus kas dari aktifitas pendanaan (Hanafi, 2004). Arus kas operasi Aktifitas operasi menunjukkan kas dari transaksi penghasilan dan biaya. Konsep aktifitas operasi dalam laporan arus kas berbeda dengan pendapatan operasi dalam laporan laba rugi. Arus kas operasi oleh perusahaan diharapkan bernilai positif atau surplus dari tahun ke tahun. Hal ini karena arus kas dari aktifitas operasi yang surplus dapat menambah dana bagi perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan berupaya meningkatkan operasi dalam usahanya. Surplus arus kas dari aktifitas operasi ini dapat menyebabkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik karena adanya kemungkinan perusahaan akan membagikan dividen yang cukup besar bagi para pemegang saham sehingga akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan di lantai bursa.
40 Wahyuddin & Santi Setiawaty
Sementara itu arus kas dari aktifitas operasi yang defisit menunjukkan semakin berkurangnya laba perusahaan sehingga ada kemungkinan perusahaan akan membagikan dividen semakin kecil. Selain itu perusahaan tidak akan dapat meningkatkan kas dari sumber lain dalam waktu yang tidak terbatas. Jika kondisi ini terus berlangsung maka kemungkinan saham perusahaan tidak akan diminati oleh investor sehingga pada akhirnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan dan kemungkinan terburuk perusahaan akan bangkrut (Manurung, 1998:126). Arus kas investasi Menurut Anoraga (2001:154) menyatakan bahwa arus kas investasi dikaitkan degan investasi dalam dan pelepasan aktiva pabrik serta sekuritas hutang dan ekuiditas tertentu, memberikan dan menagih pinjaman, serta kegiatan strategis lainnya. Selanjutnya menurut Skousen, dkk (2001:56) mengatakan bahwa kegiatan investasi yang utama adalah pembelian dan penjualan tanah, gedung dan peralatan. Dalam PSAK (2002:35) dijelaskan bahwa pengungkapan terpisah arus kas investasi ini perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Arus kas pendanaan Harahap (2001:246) menyebutkan bahwa yang termasuk kegiatan pembiayaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjam dan membayar hutang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar hutang tertentu. Skousen, dkk (2001:57) mengukapkan bahwa kegiatan pendanaan adalah kegiatan di mana kas diperoleh dan dibayar kembali kepada pemilik dan kreditur, menurut PSAK (2002:37) dijelaskan bahwa: “Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktifitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Retur saham Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Van Horne (1992:121) mendefinisikan return saham yaitu: “the return of an investment is the change of market price, plus any cash payment received due to ownership, devidend by the beginning price”. Usman (1999:211) menyatakan bahwa “equity investors receive their return in the form dividend plus change in the market price of their share (that is capital gain or losses)”. Menurut Anoraga (2001:187) menyatakan Capital gain terjadi jika harga pasar yang dinilai sekarang lebih tinggi dari harga perolehannya. Sedangkan Capital losses terjadi jika nilai sekarang harga pasar lebih rendah dari harga perolehannya. Berdasarkan definisi di atas maka return atas suatu saham terdiri dari capital gain (losses) dan dividen yield. Capital gain (losses) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu. Penelitian Sebelumnya Susanto dan Ekawati (2006) yang meneliti relevansi nilai informasi laba dan aliran kas terhadap harga saham dalam kaitannya dengan siklus hidup perusahaan. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa siklus hidup perusahaan mempengaruhi relevansi informasi laba dan aliran kas. Aliran kas investasi dan aliran kas pendanaan mempunyai value-relevance pada tahap start-up sedangkan laba, aliran kas operasi, aliran kas pendanaan mempunyai value-relevance pada tahap growth. Pada tahap mature laba dan komponen aliran kas mempunyai value-revance sedangkan pada tahap decline aliran kas operasi dan aliran kas pendanaan yang mempunyai valuerelevance. Penelitian yang dilakukan Parawiyati dan Baridwan (1998) menguji hubungan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas masa mendatang. Hasil pengujiannya menunjukkan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 41
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
sebaliknya yaitu laba merupakan prediktor yang lebih baik dari pada arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas. Cheng et al. (1996) melakukan penelitian untuk menguji apakah nilai tambah kandungan informasi arus kas operasi meningkat ketika earnings bersifat transitori. Laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan sangat bermanfaat bagi investor dalam mengambil keputusan ekonomi. 0leh sebab itu IAI mengharuskan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk melaporkan arus kasnya terhitung 31 Desember 1995 Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya (Komite Standar Akuntansi Pemerintah, 2004). Laporan arus kas juga menjadi 1 alat pertanggung jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas). Finger (1994), melakukan penelitian dengan menguji kemampuan laba untuk memprediksi laba dan arus kas di masa mendatang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: laba merupakan prediktor yang signifikan atas laba dimasa mendatang untuk 88% perusahaan dan arus kas adalah prediktor yang lebih baik atas arus kas untuk periode prediksi jangka pendek, dibandingkan prediktor laba atau arus kas. Triyono dan Yogiyanto (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengetahuan mengenai laporan arus kas suatu perusahaan ini memungkin investor dapat melihat kinerja perusahaan dan akhirnya dapat memprediksi harga saham dan keuntungan (return) yang akan diterimanya di masa mendatang dalam bentuk dividen dan capital gain. Melalui laporan arus kas ini pula investor dapat melihat bagaimana aktivitas-aktivitas operasi, investasi dan pendanaan perusahaan yang mempengaruhi kas selama suatu periode akuntansi.
METODE Data dan Model Penelitian ini menggunakan data sekunder yang di peroleh melalui Directory Pasar Modal Indonesia berupa data laporan keuangan pada PT. Sermen Gersik dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2009. Model penelitian ini adalah metode regresi. Analisa data dilakukan dengan metode regresi linier, yang dirumuskan sebagai berikut:
Y
a b1 X 1t ei
,
Dimana: Y = return saham X1 = arus kas operasi X2 = arus kas investasi X3 = arus kas pendanaan α = Konstanta β1 = Koefisien regresi ei = Error term. HASIL Perkembangan Arus dan Return Saham Pada PT. Semen Gresik Berdasarkan laporan keuangan PT. Semen Gresik selama 12 tahun dapat diketahui bahwa perkembangan arus kas terus mengalami perkembangan pada periode tehun tersebut. Perkembangan arus kas pada PT. Semen Gresik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, bahwa arus kas pada PT. Semen Gresik terus mengalami peningkatan dalam 12 (dua belas) tahun terakhir. Kenaikan ini terlihat dari tahun 1999 sampai akhir tahun 2009. Kenaikan arus kas tertinggi pada tahun 2008 yaitu mencapai Rp. 183.470.873.618.- atau naik sebesar 45,11% dibandingkan tahun 2007 yang sebesar Rp. 126.432.107.152.- atau setara dengan 31,08%. Penurunan arus kas yang terbesar terjadi pada tahun 1999 pada yaitu sebesar 16,53% sebanding dengan Rp. 19.127.147.982.dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selanjutnya dari Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa arus kas operasi pada PT. Semen Gresik terus mengalami peningkatan, peningkatan yang
42 Wahyuddin & Santi Setiawaty
paling besar terdapat pada tahun 2006 yaitu mencapai Rp. 42.269.600.401,- atau mencapai 50,95% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2,84% atau setara dengan Rp. 28.003.037.511,-. Penurunan tersebut merupakan penurunan yang paling rendah dalam 1 tahun terakhir. Kemudian, Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa peningkatan arus kas pendanaan pada PT. Semen Gresik selama 12 tahun terus mengalami peningkatan, peningkatan yang paling besar terdapat pada tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 89,67% atau setara dengan Rp. 109.358.876.242,, sedangkan tahun sebelumnya hanya mencapai peningkatan sebesar Rp. 57.656.402.307,- atau naik hanya sebesar 33,51%. Penurunan arus kas pendanaan yang paling sedikit terdapat pada tahun 1999 yang mengalami peningkatan hanya sebesar Rp. 6.307.506.524,- atau naik setara dengan 18,00%. Berdasarkan hasil olah data seperti yang terlihat pada Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa arus kas investasi pada PT. Semen Gresik selama 12 (dua belas) tahun terakhir terus juga mengalami peningkatan, paling signifikan terjadi pada tahun 2009 yaitu mencapai Rp. 20.472.761.928,- atau naik setara 48,04% dibandingkat tahun sebelumnya yang naik hanya sebesar 10,29%. Peningkatan arus kas investasi yang paling sedikit terdapat pada tahun 2004 yang mencapai Rp. 6.866.510.121.- atau naik setara 7,11%. Terakhir, Tabel 1 juga menjelaskan bahwa return saham mengalami peningkatan dan ada juga yang tetap sama dengan tahun sebelumnya. Peningkatan return saham yang terbesar terdapat pada tahun 2008 yang yaitu sebesar 3,750 atau meningkat sebesar 25,00% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,000 atau meningkat sebesar 17,65%. Sedangkat peningkatan return saham yang paling sedikit terdapat pada tahun 2001 yaitu mencapai 2.415 atau naik setara 1,26%. Peningkatan dan penurunan return saham dapat di akibatkan oleh kebijakan investasi perusahaan dan kondisi pada pasar saham pada tahun tersebut.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
PEMBAHASAN Pengaruh Arus Kas Terhadap Return Saham Pada PT. Semen Gresik Berdasarkan estimasi terhadap persamaan yang dilakukan dengan metode OLS (ordinary least squares) diperoleh hasil dari perhitungan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda melalui perantara program Eviews 4 maka diperoleh parameter dari masing-masing variabel seperti terdapat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis data Tabel di atas menunjukkan bahwa adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hal tersebut terlihat dari nilai t statistik 5,390485 dengan signifikansi 1% lebih kecil dari nilai signifikan 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel arus kas berpengaruh positif signifikan terhadap return saham PT. Semen Gresik, Tbk (Persero). Selanjutnya jika diuji per aruskas penelitian ini juga menemukan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Tabel 3). Tabel 3 mengidikasikan bahwa arus kas operasi (x1) berpengaruh signifikan terhadap return saham (Y), hal tersebut terlihat pada nilai t statistik 5.815967 dengan probabilitas 1%. Hal yang sama juga didapatkan pada arus kas pendanaan (x2) yang berpengaruh signifikan terhadap return saham (Y), dimana nilai t statistik 5.757439 dengan probabilitas 1%. Demikian juga pada arus kas investasi (x2) juga berpengaruh signifikan terhadap retur saham (Y), dengan nilai t statistik 4,765343 dan probabilitas 1% juga. Dari hasil temuan tersebut terlihat bahwa arus kas operasi memiliki pengaruh yang dominan dibandingkan dengan arus kas lain. Hal tersebut berimplikasi return saham PT. Semen Gresik Tbk (Persero) sangat ditentukan oleh operasional perusahaan bukan arus kas pendanaan dan arus kas investasi. Kesimpulan Berdasarkan
koefisien-koefisien
estimasi,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 43
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Tabel 1 Data Arus Kas dan Return Saham PT. Semen Gresik 1998-2009 No 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
A.K Operasi 8,011,504,620 9,435,548,782 11,371,589,752 14,459,096,246 15,777,008,462 18,064,458,652 27,228,432,311 28,003,037,511 42,269,600,401 56,236,600,412 60,282,632,450 68,933,623,570
A.K Investasi
A.K Pendanaan
3,056,485,779 3,384,092,676 4,114,562,100 4,952,089,652 5,907,005,420 6,410,683,676 6,866,510,121 9,232,860,608 10,998,000,000 12,539,104,433 13,829,364,926 20,472,761,928
5,345,245,232 6,307,506,524 7,689,742,010 9,682,575,628 12,392,556,820 15,897,268,942 22,023,020,052 30,826,178,137 43,186,020,511 57,656,402,307 109,358,876,242 138,539,763,914
Arus Kas 16,413,235,631 19,127,147,982 23,175,893,862 29,093,761,526 34,076,570,702 40,372,411,270 56,117,962,484 68,062,076,256 96,453,620,912 126,432,107,152 183,470,873,618 227,946,149,412
Sumber: Data diolah (2010) Tabel 2 Hasil Regresi Arus Kas terhadap Return Saham PT.Semen Gresik Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 12/08/11 Time: 01:50 Sample: 1 12 Included observations: 12 Variable C X R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient 1.004854 0.097087 0.388350 0.327184 0.319283 1.019417 -2.233211 0.855201
Std. Error t-Statistic 2.711536 0.370585 0.038530 2.519763 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Prob. 0.7187 0.0304 7.833333 0.389249 0.705535 0.786353 6.349206 0.030400
Sumber: Data Diolah, 2010 Tabel 3. Hasil Regresi Parsial Variabel Arus Kas Operasi, Investas dan Pendanaan Terhadap Return Saham PT.Semen Gresik, Tbk Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 12/08/11 Time: 02:00 Sample: 1 12 Included observations: 12 Variable Coefficient C 1829.445 X1 2.89E-08 C 1679.683 X2 1.20E-07 C 2177.284 X3 1.36E-08 Sumber: Data Diolah, 2010
Std. Error 181.1300 4.97E-09 204.8050 2.08E-08 161.3621 2.85E-09
t-Statistic 10.10017 5.815967 8.201379 5.757439 13.49316 4.765343
Prob. 0.0000 0.0002 0.0000 0.0002 0.0000 0.0008
Return Saham 1,500 1,570 2,385 2,415 2,445 2,550 3,000 3,000 3,000 3,000 3,750 3,750
44 Wahyuddin & Santi Setiawaty
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
mencerminkan bahwa variabel arus kas berpengaruh terhadap return saham. Arus kas operasi, arus kas pendanaan dan arus kas investasi mempunyai pengaruh positif serta memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan berpengaruh terhadap return saham pada PT. Semen Gresik. Hasil regresi menunjukan bahwa variabel variabel arus kas operasi merupakan variabel dominan mempengaruhi return saham pada PT. Semen Gresik. Arus kas operasi, arus kas pendanaan dan arus kas investasi, yang saat ini sudah ada harus dapat ditingkatkan dan pergunakan secara efektif agar
dapat menghasilkan laba bagi perusahaan yang lebih besar sehingga dapat dipergunakan untuk di investasikan ke sektor lain maupun di pasar saham. Pihak manajemen perusahaan harus lebih bijak lagi dalam mengambil suatu keputusan mengenai kebijakan perusahaan baik dari faktor intern dan ekstern perusahaan, guna menciptakan perusahaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis menyarankan kepada para peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan dan mengkaji penelitian ini dengan faktor-faktor agar dan teoriteori yang baru lain yang dapat mempengaruhi return saham pada suatu perusahaan.
REFERENSI
Lgh, Ah, Dks (2006) Arus Kas dan Perencanaan Keuangan, Bahan kuliah Magister Manajemen, STEKPI
Anoraga, Pandji (2001). Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta, Jakarta. Bie, dkk (2008). Strategi Membeli di Pasar Modal Perdana. www.Economy.okezone.com.
Manurung, Adler, (1998), Analisis Arus Kas Terhadap Tingkat Pengembangan Saham di Bursa Efek Jakarta, Majalah Usahawan No. 5 tahun XXVII Mei 1998. Hal 11-18
Cheng, C.S.A., Chao-Shin Liu, dan Thomas F.S. 1996. “Earnings Permanence and the Incremental Information Content of Cash Flows from Operations”. Journal of Accounting Research. Vol. 34, No.1, Spring, 173-181.
Meythi,(2006) Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26
Finger, Catherine. (1994). The Ability of Earning to Predict Future Earning and Cash Flow. Journal of Accounting Research Vol. 32.2 (Autum), P.210-223.
Parawiyati dan Zaki Baridwan. 1998. “Kemampuan Laba dan Arus Kas dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas Perusahaan Go Publik di Indonesia”.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1 No. 1, h.1-11.
Hanafi, Mamdhuh, (2004), Manajemen Keuangan, BPFE, UGM Jogyakarta Harahap, Sofyan Syafri, (2001). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny (2004), Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi keempat, UPP AMP YKPN, Jogyakarta Kasmir (2005). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta, raja Grafindo. Kieso, DE., JE Weygandt dan TD Warfield. 2002. Akuntansi Intermediete Jilid 1. Terjemahan Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2004)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (2002), Simposium Nasional Akuntansi (SNA), di Padang. Skousen, dkk (2001) Financial Statemnet Analysis and Security Valuation. McGrawHill International. Somantri, Hendri (1995). Akuntasi Keuangan. Edisi Pertama, Penerbit Armico, Bandung. Sunariyah (2000). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP AMP YKPM, Yogyakarta. Susanto, San dan Ekawati, Erni, (2006), Relevansi Nilai Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan, Simposium
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Nasional Akuntansi Padang Triyono dan Yogiyanto, (2000), Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga atau Return Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 1 Hal 54-68
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 45
Usman Marzuki (1999). ABC Pasar Modal Indonesia. Penerbit Institut Bankir Indonesia dan ISEI, Jakarta. Van Horne, James C., (1992). Financial Management and Policy, 9th Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs.
46 Wahyuddin & Santi Setiawaty
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Jurnal Akuntansi Keuangan2011 47 Volume 1, Nomordan 1, Februari
Volume 1 Akuntansi Jurnal Nomor 1, Februari dan2011 Keuangan ISSN : 2301-4717
p 47-62
PENGARUH ARUS KAS BEBAS DAN PEMBAYARAN DIVIDEN KAS SEBELUMNYA TERHADAP DIVIDEN KAS YANG DITERIMA OLEH PEMEGANG SAHAM
Studi Pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Jen Surya Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Aceh
The aimed of this research is to investigate The influence of free cash flow and divident of cash last year to divident of cash, and the subject are manufacture emitent that listed on Indonesian Stock Exchange (ISE). The result of research show the free cash flow and divident of cash last year have influence to divident of cash simultaneously positive. Eventhought partially free cash flow less significat influnce to divident of cash, but last year divident of cash has positive significant to cash of divident on manufacture emitent listed on Indonesian stock exchange Keywords: free cash flow, divident last year, and divident of cash. LATAR BELAKANG Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh investor. Investor dalam menginvestasikan asetnya mengharapkan untuk mendapatkan tingkat kembalian (return) baik berupa dividen maupun capital gain. bukan didasarkan pada kebijakan manajemen (intern) perusahaan, tetapi didasarkan pada hasil atau kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Sejauh ini laporan keuangan, khususnya neraca dan laporan laba/rugi masih diyakini sebagai alat yang andal bagi para pemakainya untuk mengurangi risiko ketidakpastian dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi. Kebijakan apapun yang ditempuh oleh manajemen perusahaan, bagi investor tidak terlalu dipertimbangkan, karena kebijakan manajemen hanya dapat diketahui oleh pihak intern perusahaan Keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para investor disebut kebijakan dividen (dividend policy). Di sisi lain perusahaan dihadapkan dalam berbagai macam kebijakan, antara lain : perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan
rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen. Umumnya investor dalam penerimaan dividen lebih menginginkan perusahaan melakukan pembayaran dividen dalam bentuk tunai, hal ini dikarenakan pembayaran dividen dalam bentuk tunai akan mengurangi risiko ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasi pada suatu perusahaan. Dividen merupakan imbal balik atas investasi yang dilakukan oleh investor pada perusahaan, umumnya besaran dividen yang dibagikan pada pemegang saham berdasarkan besarnya perolehan laba. Dividen memiliki hubungan yang positif dengan laba, hal ini terlihat dimana umumnya perusahaan akan menaikkan dividen billa terjadi peningkatan laba, Beberapa peneliti antara lain Litner (1956) mengemukakan bahwa perusahaan hanya akan menaikkan dividen bila manajemen berkeyakinan bahwa laba perusahaan akan naik. Dividen umumnya dapat dibagikan kepada pemegang saham oleh perusahaan bila laporan laba rugi menunjukkan adanya perolehan laba, dan laba yang dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen bersumber dari laba bersih. Di Indonesia kewajiban untuk melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 yang berlaku efektif 1 Januari 1995 dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang menyatakan bahwa perusahaan harus menyusun
48 JEN SURYA
laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Namun yang lebih penting dari laporan arus kas adalah arus kas bebas, sehingga dapat dipergunakan dalam pembayaran dividen kas. Arus kas bebas merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi investasi atas modal kerja, properti, perkebunan peralatan dan aset lainnya, “Free cash flow as equal to the after tax operating earnings of a company plus noncash charges less investment in working capital, property, plant and equipment, and other assets (Copeland et al., 1991).” Jelaslah bahwa arus kas operasi yang diperuntukkan untuk pembayaran dividen kas adalah arus kas bebas, dimana arus kas bebas merupakan arus kas yang merupakan sisa dari pengeluaran kas yang dikeluarkan untuk modal kerja dan asset. Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2004). Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Oleh karenanya kesempatan untuk melakukan investasi dengan kas yang dibagikan sebagai dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen kas dapat menjadi signal mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi pokok pinjaman. Kebijakan dividen kas yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu memotivasi pemerhati untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Manajemen dalam menentukan besaran jumlah dividen yang akan dibagikan sering dihadapkan pada suatu keputusan yang sulit, kesulitan ini disebabkan oleh manajemen harus mempertimbangkan pembayaran dividen yang lebih kecil, lebih besar, tetap ataupun stabil,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
karena setiap keputusan pembayaran dividen akan berakibat investor bereaksi atas saham perusahaan. Pembayaran dividen yang stabil umumnya akan mempertimbangkan dividen sebelumnya dilakukan untuk menjaga kepercayaan investor, sebagaimana dinyatakan Warren and Reeve (2004:515) ”How ever, many corporations try to maintain a stable dividend record in order to make their stock attractive to investor”. Stabilitas pembayaran dividen perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya sentimen pasar, sehingga bila perusahaan tidak mampu menjaga stabilitas pembagian dividen atau sama sekali tidak membayarkannya maka oleh pasar perusahaan biasanya dianggap dalam keadaan pailit. Penelitian ini dilakukan pada emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki laba, arus kas operasi, arus kas bebas dan pernah melakukan pembayaran dividen kas tahun sebelumnya. Alasan pemilihan emiten manufaktur sebagai unit analisis penelitian ini didasarkan pada emiten manufaktur merupakan kelompok industri yang terbesar jumlahnya di Bursa Efek Indonesia (Indonesian Stock Exchange,2006). Dari hasil paparan diatas, maka penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Arus Kas Bebas dan Dividen Kas Sebelumnya terhadap Dividen Kas”, dengan mengambil objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam kurun waktu tahun 20022006. TINJAUAN TEORITIS Arus Kas Bebas Banyak literatur mendefenisikan Arus kas bebas (free cash flow). Secara umum arus kas bebas merupakan arus kas yang diperoleh dari operasi perusahaan yang bebas setelah perusahaan menginvestasikan kembali pada aktiva lain. Penman (2001:111) menyatakan bahwa “Called free cash flow because it is the part of the cash from operation that is free after the firm reinvests in new assest”. Brigham dan Daves (2004:205) juga menggambarkan arus kas
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
bebas adalah “Free cash flow is the cash actually available for distribution to investor after the company has made all the investment in fixed assets and working capitals necessary to sustain on going operation”. Arus kas bebas diperoleh dari arus kas operasi dikurangi arus kas investasi, Penman (2001:112) menyatakan bahwa “Free cash flow is cash flow from operation which is generated by investment less cash used to make investment. Free cash flow is cash from operation less than cash investments”. Dari apa yang dikemukakan Penman tersebut dapat dikatakan bahwa arus kas bebas merupakan arus kas yang tersedia bagi investor, nilai perusahaan sangat tergantung pada harapan arus kas bebas dimasa datang. Oleh karena itu bagi manajer cara meningkatkan nilai perusahaan adalah dengan cara meningkatkan arus kas bebas (Brigham dan Daves, 2004: 204,205) Manajer perusahaan dengan arus kas bebas yang relatif besar dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham melalui peningkatan pembayaran dividen atau membeli kembali saham (Jensen,1986 dalam Arfan, 2006:56). Untuk itu arus kas bebas dapat dijadikan sebagai indikator yang baik untuk kinerja operasi perusahaan. Brigham dan Daves (2004:206) menyebutkan ada lima kegunaan arus kas bebas (1) membayar bunga kepada kreditor, (2) membayar pokok utang kepada kreditor, (3) membayar dividen kepada pemegang saham, (4) membeli kembali saham dari pemegang saham, dan (5) membeli surat-surat berharga (marketable securities) dan aset non operasi lainnya. Dividen Kas Laba yang diperoleh perusahaan dari usahanya tidak semua akan dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan perusahaan disebut retained earnings. Laba yang diperoleh perusahaan pada dasarnya dapat diinvestasikan kembali sebagai penambahan aktiva untuk kegiatan operasional, membeli surat berharga, melunasi hutang, atau membagikannya kepada pemegang saham (lebih dikenal dengan dividen). Dividen adalah pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 49
dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik (Smith and Skousen, 1995:155). Dividen ada dua macam yaitu dividen kas dan dividen saham. Sebagaimana dinyatakan oleh Warren and Reeve (2004:515) “A cash distribution of earnings by a corporation to its shareholder is called a cash dividend, and a distribution of shares of stock to stockholder is called stock dividend”. Bagi investor untuk meyakini bahwa mereka akan memperoleh deviden adalah biasanya dengan adanya pengumuman pembagian deviden oleh pihak manajemen yang didasari dari hasil rapat umum pemegang saham (RUPS). Warren and Reeve (2004:515) menyatakan “a large amount of retained earnings does not always mean that a corporation is able to pay dividends. The balance of the cash and retained earnings account are often unrelated, Thus a large retained earnings account does not mean that there is cash available to pay dividend”. Jadi investor mengetahui jika mereka akan memperoleh dividen dengan adanya pengumuman resmi manajemen tentang pembagian dividen. Dividen biasanya dibagikan secara semesteran ataupun secara tahunan. Warren and Reeve (2004:515) menyatakan bahwa “Although dividends may be paid once a year or semiannually, most corporation pay dividends quarterly. In years of high profits, a corporation may declare a special extra dividend”. Biasanya pengumuman pembagian dividen ini dapat kita lihat pada surat kabar dan maupun penyedia jasa investasi, dan ini akan mengurangi laba ditahan. Sebagaimana dinyatakan Warren and Reeve (2004:515) ”The declaration of dividend reduces the retained earnings of the corporation”. Penelitian Sebelumnya Penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat menjadi referensi dan berkaitan dengan penelitian ini antara lain: 1. Pengaruh Cash Ratio, Current Ratio, Total Debt To Total Asset, Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta 20012005. Oleh Endra Gunawan tahun 2007. 2. Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, dan Arus
50 JEN SURYA
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kas Bebas Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta 2001-2005. Oleh Jen Surya tahun 2007. Pengaruh Profitability Dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat: (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Manufaktur Di BEJ 2002-2003). Oleh Michelle Suharli tahun 2006. Pengaruh Arus Kas Bebas, Set Kesempatan Investasi, Dan Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba. Oleh Muhammad Arfan pada tahun 2006. Hubungan Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Deviden Kas. Oleh Hermi pada tahun 2004. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Oleh Meythi tahun 2003. Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan-Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Oleh Mutamimah dan Sulistyo pada tahun 2000 Analisis Faktor–Faktor (ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, EPS dan Size) Yang Mempengaruhi Dividen Kas Di Bursa Efek Jakarta. Oleh Nurhidayati tahun 2006.
Penjelasan detil tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi referensi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Kerangka Teoretis Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap Dividen kas Arus kas bebas memiliki peran penting dalam pembayaran dividen di bandingkan laba bersih yang diperoleh perusahaan. Pasternak (2007:1) menyatakan “Forget earnings. If you really want to see if a company’s dividend is secure, then you need to evaluate the real bottom line-free cash flow (FCF)”. Ini mengindikasikan meskipun perusahaan memiliki laba dalam aktivitasnya, namun tersedianya arus kas bebas lebih menjamin agar dividen dapat dibayarkan. Arus kas bebas merupakan arus kas yang digunakan bukan untuk membiayai hal-hal yang
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
berhubungan dengan pembiayaan perusahaan melainkan diperuntukkan seperti biaya bunga dan dividen “Free cash flow requires that cash flow does not incorporate any financingrelated cash flows, such as interest expense or dividends (Dimitrios, 2004 : 649)”. Arus kas bebas selain digunakan untuk membayar dividen juga digunakan manajemen untuk melunasi hutang dan membeli kembali saham yang beredar Lebih lanjut Pasternak (2007:1) menyatakan “By contrast, free cash flow represents real money. It’s the hard cash the company puts in the pocket after paying its bills and investing in the business. Management can use free cash flow to pay down debt, buy back shares, or do what’s most important to income investors-pay us our dividends”. Penelitian untuk mengetahui hubungan arus kas bebas dilakukan oleh beberapa peneliti. Arfan (2006) meneliti pengaruh arus kas bebas terhadap manajemen laba, dimana tidak ada pengaruh arus kas bebas terhadap manajemen laba. Surya (2007) meneliti pengaruh arus kas bebas terhadap dividen kas, hasil penelitiannya menujukkan adanya pengaruh negatif arus kas bebas terhadap dividen kas. Pengaruh Dividen Kas Sebelumnya Terhadap Dividen kas Dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki. Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Menurut Hermi (2004), pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan. Menurut Pasternak (2007) mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 51
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Tabel 1 Matrik Penelitian Sebelumnya No 1.
Peneliti/Tahun/Judul Gunawan, Endra (2007)
Variabel yang digunakan Dependen
Surya, Jen (2007)
Suharli, Michelle (2006). Pengaruh Profitability Dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat: (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Manufaktur Di BEJ 2002-2003).
4.
Muhammad Arfan (2006). Pengaruh Arus Kas Bebas, Set Kesempatan Investasi, Dan Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba.
Kesimpulan Penelitian
1) Cash Ratio, 2) Current Ratio 3) Total Debt To Total Asset. 4) Laba Akuntansi 5) Laba Tunai.
1. Analisis regresi linier berganda. 2. Uji Asumsi Klasik: uji normalitas, multikolineritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dengan program SPSS Versi 12.
1. Secara simultan semua variabel independen yaitu Cash Ratio, Current Ratio, Total Debt To Total Asset, Laba Akuntansi dan Laba Tunai berpengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan industri manufaktur di Bursa Efek Jakarta. 2. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa laba akuntansi dan laba tunai berpengaruh terhadap dividen kas. Sedangkan variabel Cash Ratio, Current Ratio, Total Debt To Total Asset tidak berpengaruh.
Dividen Kas
1) Laba 2) Arus Kas Operasi 3) Arus Kas Bebas.
1. Analisis regresi linier berganda. 2. Uji Asumsi Klasik: uji normalitas, multikolineritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dengan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) Versi 11.0.
1. Secara simultan laba bersih, arus kas operasi, dan arus kas bebas berpengaruh terhadap dividen kas. 2. Secara parsial, laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen kas, sementara secara parsial arus kas bebas berpengaruh negatif terhadap dividen kas pada.
Kebijakan Dividen Tunai
1) Profitability 2) Investment Opportunity Set 3) Likuiditas (variabel penguat)
Olah data dengan SPSS Versi 13. Deteksi multikolineritas dengan analisa matrik korelasi antar variabel dan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
1. Likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (moderator) 2. Profitabilitas dapat mempengaruhi kebijakan dividen 3. Investment oppotunity set tidak dapat mempengaruhi kebijakan dividen
Manajemen Laba
1) Arus Kas Bebas 2) Set Kesempatan Investasi 3) Financial Leverage
1. Arus kas bebas tidak Standardized multiple regression models atau memiliki pengaruh positif analisa jalur (path analyterhadap manajemen laba. sis) yang merupakan 2. Set kesempatan investasi analisis regresi yang memiliki pengaruh positif menggunakan hubungan yang lebih kecil terhadap diantara variabel-variamanajemen laba. bel yang distandarkan. 3. Financial leverage berpengaruh negatif, bermakna bahwa semakin tinggih financial leverage semakin kecil peluang managemen laba 4. Arus kas bebas, set kesempatan investasi dan financial leverage secara bersama-sama cukup berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, dan Arus Kas Bebas Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta 2001-2005.
3.
Analisis yang Digunakan
Dividen Kas
Pengaruh Cash Ratio, Current Ratio, Total Debt To Total Asset, Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta 2001-2005.
2.
Independen
52 JEN SURYA
5.
Hermi (2004)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Dividen Kas
1. Laba Bersih 2. Arus Kas Operasi
1. Korelasi Pearson. 1. terdapat hubungan yang 2. Koefisien signifikan antara laba bersih Determinasi dengan dividen kas pada 3. Uji hipotesis dengan perusahaan perdagangan signifikansi 5%. besar barang produksi Data di olah dengan 1999-2002. program statistical 2. terdapat hubungan yang package for the signifikan antara arus kas Social Sciences operasi dengan dividen Business Intellegent kas pada perusahaan (SPSS BI) perdagangan barang produksi tahun 1999-2002
Harga Saham
1) Arus Kas Operasi 2) Persistensi Laba (Variabel Intervening)
Path Analysis
Dividen Kas
1) FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Dividen. b) Return on Investment c) Cash Ratio d) Current Ratio e) Debt to Total Asset (DTA) f) Earning Per Share (EPS) g) Size
Uji Asumsi Klasik: 1) Secara parsial Return on 1) Uji Multikolineritas Investment, Cash Ratio, dengan nilai DTA, dan size tidak variance influence berpengaruh terhadap dividen kas, sementara factor (VIF). cash ratio dan earning per 2) U j i Heterokedastisitas share berpengaruh terhadap dengan multivariate dividen kas. s t a n d a r i z e d 2) Secara simultan keenam scatterplot faktor-faktor tersebut 3) Uji Autokorelasi berpengaruh signifikan dengan Durbin positif terhadap dividen kas Watson 4) Uji Hipotesis: parsial dan simultan, dengan SPSS
Hubungan Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Perdagangan Besar Barang Produksi Di BEJ Pada Periode1999-2002
6.
Meythi (2003). Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening.
7.
Mutamimah (2000)
dan
Sulistyo
Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi Dividen Kas Per Share Perusahaan-Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta
Sant (1994) menunjukkan bukti bahwa stabilitas dividen dan earning merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi preferensi investor untuk memperoleh dividen di masa yang akan datang pada level signifikansi 0,001 (kurang dari 1%). Ini mengindikasikan bahwa pembayaran dividen kas sebelumnya menjadi pertimbangan bagi perusahaan maupun pemegang saham. Berdasarkan kerangka teoritis yang dikembangkan, maka dikembangkanlah skema kerangka teoritis penelitian ini, skema kerangka teoritis merupakan pola hubungan antara variable bebas (independen) dengan variable terikat (dependen) dapat dilihat pada gambar 1.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: laba, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya, baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas pada emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini difokuskan untuk menguji pengaruh arus kas bebas dan dividen sebelumnya terhadap dividen kas yang diperoleh para pemegang saham pada perusahaan manufaktur
Arus Kas Bebas
Tidak adanya pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai intervening variable.
Deviden Kas
Deviden Kas Sebelumnya Gambar 1. Kerangka Teoritis
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan periode penelitian dari tahun 2002 sampai dengan 2006. Desain Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen (arus kas operasi, arus kas bebas dan dividen sebelumnya) terhadap variabel dependen (dividen kas) melalui pengujian hipotesis. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel penelitian atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel lain (Umar, 2008:8). Metode penelitian yang digunakan adalah metode sensus, dimana semua elemen populasi diteliti. Adapun populasi sasaran dalam penelitian ini berjumlah 109 observasi. Menurut Sekaran (2003:121-122) desain atau rancangan suatu penelitian harus memuat: (1) tujuan studi; (2) tipe penelitian; (3) luas intervensi penelitian (4) lingkungan studi; (5) unit analisis; (6) time horizon. Berikut penjelasan masingmasing desain penelitian: 1. Tujuan studi. Tujuan studi ini adalah untuk menguji hipotesis (hypotheses testing) yang dikembangkan berdasarkan teori-teori dan penelitian terdahulu. Hipotesis dibangun untuk menjelaskan fenomena. Bentuk hubungan antar variabel, dimana hubungan variabel tersebut berupa kausalitas (Sekaran 2003:123). 2. Tipe penelitian. Penelitian ini bersifat kausalitas, yaitu tipe penelitian yang menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara variabel independen yaitu Laba, arus kas operasi dan arus kas bebas terhadap variabel dependen yaitu dividen kas. 3. Intervensi peneliti. Peneliti tidak memiliki kemampuan dalam mengintervensi, baik berupa mengendalikan maupun memanipulasi variabel, karena variabel tersebut sudah ada ex post facto (Cooper,et al., 2006 : 141). 4. Lingkungan studi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis dengan kondisi lingkungan penelitian yang sebenarnya
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 53
(natural) yaitu emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. 5. Unit analisis. Unit analisis penelitian ini adalah laporan keuangan auditan emiten manufaktur di BEJ. 6. Horison waktu (Time Horizone). Horizon waktu penelitian ini bersifat Cross-sectional studies yaitu data dikumpulkan sekaligus atau satu tahap dari emiten manufaktur untuk periode satu tahun (Sekaran, 2003 :138). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun yang menjadi populasi sasaran penelitian ini adalah emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu tahun 2002- tahun 2006 yang memenuhi kriteria: 1. Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2. Mempublikasikan laporan keuangan auditan 3. Perusahaan tersebut memiliki laba bersih 4. Memiliki arus kas operasi positif, 5. Memiliki arus kas bebas positif 6. Melakukan pembayaran dividen kas tahun sebelumnya 7. Membayar dividen kas tahun berjalan Berdasarkan kriteria diatas dari 411 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sampai akhir tahun 2005, namun emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2002 sampai tahun 2006 berjumlah 119 emiten manufaktur berdasarkan klasifikasi Indonesia Capital Market Directory sebagai populasi. Namun dari 119 perusahaan manufaktur hanya 13 perusahaan yang terpilih sebagai sampel, ini artinya ada 106 yang dikeluarkan dari sampel atau dengan kata lain tidak memenuhi kriteria sampel. Tahapan penentuan sampel sasaran tersebut dapat dilihat dalam ringkasan Tabel 2. Data dan Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan diambil dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur
54 JEN SURYA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 2 Penentuan Populasi Sasaran Emiten Manufaktur Periode 2002 sampai dengan 2006 Emiten manufaktur terdaftar di BEI
119 emiten
Dikeluarkan: Emiten manufaktur yang di-delist
19 emiten
Emiten manufaktur yang tidak di-delist.
90 emiten
Dikeluarkan: Emiten manufaktur yang mengalami kerugian
17 emiten
Emiten manufaktur yang memperoleh laba
73 emiten
Dikeluarkan: Emiten Manufaktur memiliki arus kas operasi negatif
13 emiten
Emiten Manufaktur memiliki arus kas operasi positif
60 emiten
Dikeluarkan: emiten manufaktur memiliki arus kas bebas negatif
11 emiten
Emiten manufaktur memiliki arus kas bebas positif
49 emiten
Dikeluarkan: emiten manufaktur tidak membayar dividen kas sebelumnya
19 emiten
Emiten manufaktur membayar dividen kas sebelumnya
30 emiten
Dikeluarkan: emiten manufaktur tidak membayar dividen kas
17 emiten
Emiten manufaktur membayar dividen kas
13 emiten
Sumber: Data hasil penelitian dari tahun 2002 sampai dengan 2006 (diolah).
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2002 sampai dengan 2006. sumber data penelitian ini adalah: 1. Mailis online Indonesia Stock Exchange (http//www.isx.co.id.) 2. Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Reference Center) 3. Directory Bursa Efek Indonesia (BEI) 4. Indonesian Capital Market Directory. 5. Homepage BEI dan Pojok BEI Data penelitian yang telah diperoleh dan dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan pooled data yaitu kombinasi antara cross sectional dan time series data (Gujarati, 1997:212) Defenisi dan Pengukuran Operasionalisasi Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen, dan variabel dependen, dimana : Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada penelitian ini yang variabel dependen (Y) adalah dividen kas. Dividen kas adalah dividen yang dibayarkan secara tunai oleh perusahaan kepada pemegang saham, Sebagaimana dinyatakan oleh Warren and Reeve (2004:515) “A cash distribution of earnings by a corporation to its shareholder is
called a cash dividend.” Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah: laba, arus kas operasi, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya. Adapun defenisi masing-masing variabel independen dalam penelitian ini adalah: - Laba bersih (X1) merupakan pengurangan beban (kerugian) terhadap pendapatan (keuntungan) dari semua sumber (Wallace, 1997) - Arus kas bebas (X3) merupakan kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang saham setelah semua proyek investasi yang menguntungkan telah dilakukan untuk mempertahankan kelanjuatan operasi perusahaan (Jones, 2001). - Dividen kas sebelumnya (X4) merupakan pembayaran dividen kas sebelumnya menjadi pertimbangan baik perusahaan maupun pemegang saham (Penman, 2001) Bagaimana operasionalisasi variabel independen terlihat seperti Table 3 diatas. Metode Analisis Data Data Penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda yaitu menggunakan pooled data mulai
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 55
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Tabel 3 Operasionalisasi variabel Variabel
Defenisi
Indikator
Skala
Arus kas Bebas (X1)
Kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang saham setelah semua proyek investasi yang menguntungkan telah dilakukan untuk mempertahankan kelanjuatan operasi perusahaan.
Arus kas bebas. Diukur dengan arus kas bebas perlembar saham
Rasio
Jones dan Sarma, (2001)
Dividen kas Sebelumnya (X2)
pembayaran dividen sebelumnya menjadi pertimbangan baik perusahaan maupun pemegang saham
dividen sebelumnya diukur dengan dividen per lembar.
Rasio
Penman, (2001)
Dividen kas (Y)
dividen yang dibayarkan secara tunai oleh perusahaan kepada pemegang saham
dividen kas diukur dengan dividen per lembar saham.
Rasio
Warren and Reeve, (2004)
dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Data diolah dengan menggunakan program bantuan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) Versi 15.0. Adapun persamaan model regresi berganda dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Y = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + ε Dimana: Y = Dividen kas X1 = Arus kas bebas X2 = Dividen kas sebelumnya β0, β1, β2 = Konstanta dan koefisien regresi ε = Variabel gangguan yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Persamaan regresi linier berganda ini digunakan untuk menguji secara parsial maupun simultan variabel independen X1, dan X2 (arus kas bebas, dividen kas sebelumnya) terhadap varibel dependen Y (dividen kas). Model analisis data yang digunakan adalah model Regresi Linear berganda dengan menggunakan pooled data dengan tahun penelitian di mulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Rancangan Pengujian Hipotesis. Untuk menguji pengaruh variabel independen (laba, arus kas bebas dan dividen kas sebelumnya) terhadap variabel dependen (dividen kas) dilakukan dengan dua cara yaitu: uji secara
Referensi Indikator
parsial dan uji secara simultan/ bersama-sama. a. Uji Parsial. Untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis Pertama (H1) H01 : β1 = 0; Arus kas bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. HA1 : β1 ≠ 0; Arus kas bebas berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Hipotesis Kedua (H2) H02 : β2 = 0; Dividen kas sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. HA2 : β2 ≠ 0; Dividen kas sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Hipotesis Keempat (H4) 2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipótesis. Kriteria penerimaan dan penolakan hipótesis adalah sebagai berikut: Jika βi (i=1,2) = 0 : H0 tidak ditolak. Jika βi (i=1,2) ≠ 0 : H0 ditolak. Ho tidak ditolak artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, sedangakan Ho ditolak berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Uji Simultan Untuk menguji hipotesis ke empat (H4), yaitu pengaruh variabel independen secara bersama-
56 JEN SURYA
sama terhadap variabel dependen, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis nol (HO) dan hipotesis alternatif (HA) sebagai berikut: H04 : β1=β2 = 0 , laba, arus kas bebas dan dividen kas sebelumnya secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen kas. HA4 : paling sedikit ada satu βi (i=1,2) ≠ 0, laba, arus kas bebas dan dividen kas sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap dividen kas. 2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipótesis. Kriteria penerimaan dan penolakan hipótesis adalah sebagai berikut: Jika H04 : β1=β2 = 0 : H0 tidak ditolak Jika H04 : paling sedikit ada satu βi (i= 1,2) ≠ 0 : H0 ditolak H0 tidak ditolak artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, sedangkan Ho ditolak berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. HASIL-HASIL PENELITIAN DAN Gambaran Umum Observasi Penelitan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Badan Pengelola Pasar Modal (Bapepam) melalui surat edaran nomor SE-02/PM/2002 menetapkan karakteristik utama perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah sumberdaya menjadi barang jadi melalui suatu proses pabrikasi. Bapepam mengelompokkan ada tiga jenis industri manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu: a) Industri dasar dan kimia, b) aneka industri, dan c) makanan dan minuman. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2002 sampai 2006 berjumlah 119, namun dari kriteria yang telah ditetapkan diatas hanya 13 emiten manufaktur yang menjadi sampel dari penelitian ini. 13 emiten manufaktur yang terpilih sebagai sampel tersebar ke dalam tiga klasifikasi perusahaan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
manufaktur diatas. Ada tiga kegiatan utama yang termasuk kelompok industri manufaktur yaitu: 1. Kegiatan untuk memperoleh dan atau menyimpan input atau bahan baku. 2. Kegiatan pengolahan/pabrikasi/perakitan bahan baku menjadi barang jadi. 3. Kegiatan menyimpan dan atau memasarkan barang jadi. Dari ke 13 sampel terpilih, tersebar kedalam beberapa kelompok kegiatan usaha. Sebanyak 54 % sampel merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam aktivitas usaha industri dasar dan kimia. Sebesar 31% memiliki aktivitas di aneka industri, sementara 15% aktivitas usaha sampel adalah bergerak di industri makanan dan minuman. Statistik Diskriptif Sampel ini kemudian di buatkan nilai average dari masing-masing variabel X, seperti; laba bersih, arus kas bebas dan dividen kas tahun sebelumnya, juga variabel Y atau dividen kas tahun berjalan. tujuannya agar dapat diolah dengan menggunakan SPSS. Versi 15. Dari data yang diolah, di hasilkan rata-rata hitung dan standar deviasi. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dividen kas memiliki rata-rata hitung sebesar Rp. 650,08 selama lima tahun dari periode tahun 20022006 yang bermakna bahwa secara keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia membayarkan dividen kas ratarata sebesar Rp. 650,08 perlembar sahamnya Sementara standar deviasi perlembar saham yang diperoleh dari hasil uji statistik adalah untuk dividen kas Rp. 1.117,46, arus kas bebas Rp. 2.897,54 dan pembayaran dividen kas sebelumnya Rp. 1.154,71. Pengujian Asumsi Klasik Analisa data penelitian dilakukan dengan model persamaan regresi linier berganda dengan melakukan uji asumsi t dan uji F. Sebelum dilakukan analisi tersebut maka data yang ada terlebih dulu dianalisa dengan ujia asumsi klasik.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 57
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Tabel 4 Kegiatan Usaha Industri Manufatur Jenis Industri
Jumlah Emiten
Persentase
7 4 2
54% 31% 15%
13
100%
1. Industri Dasar dan Kimia 2. Aneka Industri 3. Industri Makanan dan Minuman Total Sumber: Data sekunder diolah (2006) Tabel 5 Descriptive Statistics Mean Dividen Kas Arus Kas Bebas Pembayaran Dividen Sebelumnya
Std. Deviation
N
650,0818
1.117,46406
13
2.430,4457
2.897,53795
13
647,6977
1.154,70490
13
Sumber: Data Sekunder Penelitian, 2007 (diolah)
Pengujian Normalitas Data dan Autokorelasi Dalam melakukan uji regresi disyaratkan agar data yang dipakai adalah normal. Pada penelitian ini untuk mengetahui normalitas distribusi data dilakukan dengan melihat nilai residual pada model regresi yang akan diuji. Jika residual berdistribusi normal maka nilai-nilai sebaran datanya akan terletak disekitar garis lurus (Santoso, 2002). Berikut ini disajikan gambar : grafik yang menunjukkan hasil pengujian normalitas sebaran data yang terletak diskitar garis lurus yang merupakan output dari SPSS. Versi 15.0 Pada gambar 1, dapat disimpulkan bahwa penyebaran data semuanya mengikuti distribusi normal karena berada di sekitar garis lurus, artinya tidak terdapat data yang menyimpang secara ekstrim. Sementara untuk melihat hubungan variabel (correlation) digunakan metode Durbin Watson yang menghasilkan nilai 2,636 ini bermakna bahwa data memiliki autokorelasi negatif. Menurut Santoso (2000), nilai Durbin-Watson di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, jika nilai Durbin-Watson berada -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, dan jika nilai Durbin-Watson di atas +2 berarti ada autokorelasi negative. Hasil pengujian autokorelasi diperoleh nilai DurbinWatson berada -2 sampai +2 berarti tidak ada masalah autokorelasi.
Gambar 1: Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Pengujian Heterokedatisitas Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi gejala ini adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variable independent dengan residualnya, salah satunya dengan grafik scatter plot. Jika terdapat pola tertentu dalam grafik hal ini menunjukkan gejala heteroskedasitas, demikian sebaliknya.
58 JEN SURYA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
variabel dependen (Y) masing-masing sebesar; arus kas bebas 13,1% dan pembayaran dividen kas sebelumnya 101,3%. Hal ini menunjukkan hanya dividen kas sebelumnya yang memiliki multikolinearitas terhadap dividen kas, hal ini di karenakan dividen kas sebelumnya menunjukkan nilai koefisien lebih dari 10. Sementara hanya arus kas operasi yang tidak memiliki nilai multikolinearitas negatif, koefisien VIF ini ditunjukkan pada Tabel 6.
Gambar 2: Scatterplot
Hasil pengujian heteroskedasitas untuk masing-masing persamaan dapat dilihat Gambar 2. Setelah melihat grafik hasil pengujian heteroskedasitas di atas tampak bahwa data-data yang ada tidak membentuk satu pola, dengan demikian disimpulkan bahwa persamaan tidak mengandung heteroskedasitas. Pengujian multikolonearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas (Imam Ghozali, 2001). Secara matematis pengukuran multikolinearitas dapat dirumuskan sebagai persamaan inflasi berikut ini:
ViF
ViF
1 1- r2 1 1 - 0,998 = 9,98
Nilai Variance Inflating Factor (VIF) terjadinya multikolonearitas jika VIF melebihi nilai 10 (Hair dkk, 1995). Pada tabel 10 dapat diketahui bahwa model regresi semuanya tidak terjadi masalah multikolonearitas karena nilai VIF yang dihasilkan sebesar 9,99 karena memenuhi asumsi uji multikolonearitas, arus kas bebas (X1), maupun dividen kas sebelumnya (X3) terhadap
Pengujian Hipotesis Untuk menguji pengaruh arus kas bebas (X1), dan dividen kas sebelumnya (X2) terhadap dividen kas (Y) dilakukan menggunakan regresi linier berganda. Pengujian yang dilakukan dengan melihat hasil uji parsial (uji t), maupun uji simultan (uji F). Uji Parsial Uji parsial adalah uji yang dilakukan untuk melihat pengaruh individual masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Hasil olah data menggunakan SPSS Versi 15 menunjukkan bahwa dividen kas dengan nilai t = 0,205 dan signifikansi 84,3% karena tingkat signifikansi yang ada diatas kurang dari 95%. dan pembayaran dividen kas sebelumnya memiliki pengaruh signifikan terhadap dividen kas dengan nilai t = 31,613 dengan signifikansi lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 pada emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), secara rinci ditunjukkan pada Tabel 7. Uji Simultan Uji simultan adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (X) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Y). Hasil uji F ini dapat dilihat pada tabel Anova atau Tabel 8. Dari hasil pengolahan data dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 1.291,228 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) berarti hipotesis Ha diterima, bermakna, laba bersih, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas pada
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 59
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Tabel 6 Coefficients Standardized Coefficients
Model
95% Confidence Interval for B
Beta 1
Tolerance
(Constant)
Collinearity Statistics
VIF
Std. Error
B
-48.369
56.545
Arus Kas Bebas
.028
-.110
.131
.011
94.927
Dividen Kas Sebelumnya
.976
.876
1.013
.203
4.929
a Dependent Variable: Dividen Kas Tabel 7 Coefficients Standardized Coefficients
Model
T
Sig.
Beta 1
(Constant)
0,129
0,180
0,862
Arus Kas Bebas
0,976
0,205
0,843
0,129
31,613
0,000
Pembayaran Sebelumnya
Dividen
a. DependeVaVariable: Dividen Kas Sumber : Data Primer Penelitian, 2007 Tabel 8 ANOVA(b) Model 1
Df
Mean Square
Regression
4
3.740.384,248
Residual
8
2.896,766
Total
12
F
Sig.
1.291,228
.000(a)
a Predictors: (Constant), Dividen Kas Sebelumnya, Arus Kas Operasi, Laba Bersih, Arus Kas Bebas b Dependent Variable: Dividen Kas Tabel 9 Coeficients Unstandardized Coefficients S t d . B Error
Model 1
t
Sig.
(Constant)
4,088
0,180
0,180
0,862
Arus Kas Bebas
0,011
0,205
0,205
0,843
0,944
31,613
31,613
0,000
Pembayaran Sebelumnya
Dividen
a. Dependent Variable: Dividen Kas
60 JEN SURYA
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Sebaliknya hipotesis H0 yang menyatakan laba bersih, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya secara simultan tidak berpengaruh terhadap dividen kas pada emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia, ditolak. Berdasarkan pengolahan data maka diperoleh model persamaan dari, arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya secara simultan berpengaruh terhadap dividen kas pada emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Tabel 9 coeficients berikut menggambarkan persamaan regresi linear berganda: Y = 4,088 + 0,011X1 + 0,944 X2 c. Uji pengaruh Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa, koefisien dan variabel arus kas bebas menghasilkan koefisien β3 = ,011 yang berarti setiap kenaikan variabel arus kas bebas sebesar 1 maka dividen kas akan turun sebesar 1,1% dengan asumsi variabel lain tetap. Variabel arus kas bebas mempunyai nilai sig. t = 0,843. Ini berarti secara parsial hubungan variabel arus kas bebas kurang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dividen kas. Variabel dividen kas sebelumnya menghasilkan koefisien β4 = 0,944 yang berarti setiap kenaikan variabel dividen kas sebesar 1 maka dividen kas akan meningkat sebesar 94,4% dengan asumsi variabel lain tetap. Variabel dividen kas sebelumnya mempunyai nilai sig. t = 0,000. Ini berarti secara parsial hubungan variabel pembayaran dividen kas sebelumnya terhadap variabel dividen kas berpengaruh secara signifikan. KESIMPULAN Penelitian ini ditujukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh arus kas bebas, dan dividen kas sebelumnya terhadap dividen kas pada emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hipotesis diuji dengan menggunakan regresi berganda (multiple regression) dengan model empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba bersih, dan arus kas bebas dan dividen kas
sebelumnya secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan positif terhadap dividen kas pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Secara parsial arus kas bebas kurang memiliki pengaruh yang sinifikan terhadap dividen kas. Namun untuk pembayaran dividen kas sebelumnya sangat berpengaruh signifikan positif terhadap dividen kas pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini memiliki keterbatasan sehingga menimbulkan masih adanya variabel yang kurang memiliki pengaruh signifikan terhadap dividen kas, keterbatasan ini dapat saja dikarenakan: a. Terbatasnya sampel yang digunakan hanya pada perusahaan manufaktur. b. Berdasarkan data yang ditemukan, masih adanya perusahaan manufaktur yang belum melaporkan laporan keuangan auditannya sesuai tahun berjalannya. c. Masih adanya hasil olah data SPSS Versi 15 seperti variabel arus kas bebas yang hasil olah datanya kurang signifikan dan arus kas operasi yang signifikansinya negatif d. Mungkin juga, keterbatasan disebabkan terlalu ketatnya kriteria sampel yang digunakan, sehingga hanya 13 sampel yang diperoleh dari 119 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. REKOMENDASI Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang dihasilkan, dapat disarankan: a. Perlunya mempertimbangkan memperbesar jumlah sampel penelitian dengan cara: memasukkan jenis perusahaan lain diluar perusahaan manufaktur, maupun dengan menambah jumlah sampel dengan memperpanjang jangka waktu penelitian. b. Ada baiknya Bapepam lebih bersikap tegas lagi bagi emiten yang listing di BEI untuk secara rutin dan tepat waktu melaporkan kondisi keuangannya setiap tahun, hal ini selain berguna bagi kredibilitas emiten itu sendiri, kredibilitas Bapepam dan BEI, juga terinformasikannya secara kontinue kondisi
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
perusahaan bagi investor selain berguna bagi perkembangan riset permodalan dan investasi di pasar modal. c. Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan alternatif varabel lain, selain arus kas operasi dan arus kas bebas
REFERENSI Aida Yulia, dan Muslim A. Jalil, (2003), Pengaruh Orientasi Profesional Terhadap Konplik Peran: Interaksi antara partisipasi anggaran dan penggunaan anggaran sebagai alat ukur kinerja dengan orientasi manajemen. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol.1 No. 3 Desember 2003 Ainul M, Aida dan Gudono, (2001), Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi Terhadap Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 4. No. 1 Januari 2001. Arfan, Muhammad (2006). Pengaruh Arus Kas Bebas, Set Kesempatan Investasi, Dan Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba. Desertasi, Universitas Padjadjaran. Belkaoui, Ahmed (1993). Accounting Theory. Third Edition, Orlando Florida, Harcoult & Brace Corporation. Bodie, Zvi (1998). Essentials of Investment. Third Edition, New York, Irwin Mc GrawHill. Brealey, Myers, and Allen (2006). Corporate Finance. Eight Edition. New York, Irwin Mc Graw-Hill. Brigham , Eugene F. dan Philip R Daves. 2004. Intemediate Finacial Management. 8th Edition. Mason, Ohio: South-Western. Copeland, T., Koller, T. and Murrin, J. (1991), Valuation: Measuring and Managing the Value of Companies, McKinsey & Company. Dimitrios V. Kousenidis (2004). A free cash flow version of the cash flow statement: a Note. School of Economics, Department of Business Administration, Aristotle University of Thessaloniki, Greece Elizabeth (2000). Hubungan Laba Akuntansi,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 61
agar hasil yang diperoleh lebih baik. d. Kriteria sampel yang ditetapkan dalam pemilihan sampel perlu dilakukan peninjauan ulang dengan apakah memperlonggar kriteria sampel ataupun lebih memperketat kriteria sampel tersebut.
Laba Tunai dengan Dividen Kas. Tesis, Universitas Indonesia. Financial Accounting Standard Board (1990). Statement of Financial Accounting Concepts, Illinois 60430: Irwin Homewood. Fitriastuti, Lucia Ika (2004). ”Analisis Kemampuan Prediksi Laba, Komponen Laba, Dan Arus Kas Untuk Memprediksi Arus Kas Masa Depan: Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ ”. Tesis, Universitas Gajah Mada. Fridson, Martin S. (1995). Financial Statement Analysis. 2nded. New York : John Wiley and Sons, Inc. Gujarati, D.N. (1995). Basic Econometric. Singapore: Mc Graw-Hill Company. Gunawan, Endra (2007). “Pengaruh Cash Ratio, Current Ratio, Total Debt To Total Asset, Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta 2001-2005.” Tesis, Universitas Syiah Kuala. Hartono,Jogianto (1998). Teori Portofolio dan analsis Investasi .Edisi Empat. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Hendriksen, Eldon S. dan Michael F, Van Breda (1992). Accounting Theory. Fifth Edition Boston : Richard D. Irwin, Inc. Hermi (2004).”Hubungan Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Deviden Kas”. Tesis, Universitas Trisakti. Ikatan Akuntan Indonesia (2007). Standard Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Imam Ghozali (2001), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip, Semarang.
62 JEN SURYA
Jones, Stewart dan Rohit Sarma (2001). The Impact Of Free cash Flow, Finacial Leverage and Accounting Regulation on Earnings Management in Australia’s Old and New Economies. Managerial Finance, Vol 27, No.12, pp.18-39. Kieso, Donald E dan Jerry J Weygandt (1998). Intermediate Accounting. Ninth Edition. New York : John & Sons, Inc Lipe,R.C.(1990). “The Relationship Between Stock Return And Accounting Earnings Given Alternative Information”. Contemporary Accounting Research 69: 49-71. Lintner, J. (1956), ‘‘Distribution of Incomes of Corporations Among Dividends, Retained Earnings and Taxes’’, American Economic Review, Vol. 46, pp. 97-113. Meythi (2003). ”Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening”. Tesis, Univesitas Kristen Maranatha. Mutamimah dan Sulistyo. (2000).” Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan-Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Yogyakarta Naimah, Zahroh dan Sidharta Utama (2005). ”Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, Dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”. Tesis, Universitas Kristen Maranatha. Niswonger, Rollin. Philip E.Fess and Carl S. Warren (1993). Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi Keenam belas, Alih Bahasa Oleh Hyginus Ruswinarto dan Herman Wibowo, Jakarta: Penerbit Erlangga. Nurhidayati (2006). “Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Kas Di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yokyakarta. Pasternak (2007). Free Cash Flow For Dividen Payment. http//:www.themotleeyfool.com. Penman, Steven H. (2001). Financial Statement Analisys Security Valuation. Singapore: Mc Graw Hill Sant, R. and Cowan, A.R. (1994), ‘‘Do dividends signal earnings? The case of omitted dividends’’, Journal of Banking and Finance,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol. 18, pp. 1113-33. Scroeder, Richard G. dan Myrtle Clark (1998). Accounting Theory-Text and Reading. 6th Edition. Canada : John Willey & Sons, Inc. Smith, Jay M. dan K. Fred Skousen (1997). Intermediate Accounting. 12th Edition Cincinati : South Western Publishing. Suharli, Michelle (2006). ‘Pengaruh Profitability Dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat: (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Manufaktur Di BEJ 2002-2003).” Tesis Magister Akuntansi (Tidak Dipublikasikan). Jakarta. Suadi, Arief (1998). Penelitian Tentang Manfaat Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 13. N0.2: 1-16. Surya, Jen (2007). “Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, dan Arus Kas Bebas Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta 2001-2005.” Tesis Universitas Syiah Kuala. Susanto, San dan Erni Ekawati (2004). ”Relevansi Nilai Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan”. Tesis, Universitas Kristen Duta Wacana. Swasta, Basu (1997). Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Edisi Revisi, Harcou Yogyakarta, Penerbit Liberty. Thiono, Handri (2005). ”Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metode Langsung Dan Tidak Langsung Dalam Memprediksi Arus Kas Dan Deviden Masa Depan”. Tesis, Universitas Gajah Mada. Umar, Husein (2008), Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Wallace, Wanda A. (1997). Financial Accounting. 3rd ed. Cincinati : South Western Publishing. Warren and Reeve (2004). Financial Accounting for Future Business Leaders. Cincinati : South Western Publishing. Yahya, Muhammad Nur (2005) ”Tingkat Keuntungan Dan Likuiditas Saham Disekitar IPO Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol”. Tesis, Universitas Syiah Kuala.
Volume 1 Akuntansi Jurnal Nomor 1, Februari dan2011 Keuangan ISSN : 2301-4717
Jurnal Akuntansi Keuangan2011 63 Volume 1, Nomordan 1, Februari
p 63-78
PENENTUAN PERILAKU KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Pengujian Pecking Order Theory dan Static Trade-Off Eddy Suranta1, Pratana Puspa Midiastuty1 dan Minarti Megasari Tampubolon2 Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu 2 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu
1
Financing resource is very important to support firm activities. A number of theories have been proposed to explain financing behavior in companies. This research aims to examine two capital structure theories, static trade off and pecking order theory to explain financing behavior of companies that listed in BEI, specially manufacturing industries. Sample was determined using purposive sampling method. The final sample comprises 97 companies from manufacturing industries that listed in BEI for the 2004 through 2008. There are two hypotheses examined in this research. Researcher used linear regression to test all hypotheses. The results of this research support second hypothesis where target debt showing result positive and significantly. The results of this study show that manufacturing industries tend to use static trade off compared to pecking order theory in decision financing. Keywords: capital structure, pecking order, static trade off, long term debt
LATAR BELAKANG Irrelevance theory yang dibangun oleh Modigliani dan Miller (1958) merupakan tonggak kelahiran keuangan modern sekaligus merupakan dasar acuan bagi pengembangan teori struktur modal. Dalam irrelevance theory dikemukakan bahwa dengan asumsi perfect capital market, struktur modal yang digunakan perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Sementara itu, dalam relevance theory dikemukakan bahwa melalui penetapan struktur modal yang optimal, yakni berkaitan dengan proporsi penggunaan sumber dana intern dan ekstern dalam memenuhi kebutuhan dana, dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Arifin, 2001). Struktur modal yang digunakan perusahaan digambarkan dengan memperbandingkan antara hutang jangka panjang (long term debt) dengan jumlah modal sendiri (saham) yang digunakan perusahaan (Brealey dan Myers, 2000 dalam Nugroho, 2006). Sampai saat ini, penelitian mengenai struktur modal bertujuan untuk menentukan model yang dapat menjelaskan keputusan pendanaan perusahaan. Literatur keuangan menawarkan dua model bersaing
dalam keputusan pendanaan, yakni Static Trade Off (STO) yang dikemukakan oleh Miller (1977) dan Pecking Order Theory (POT) yang pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984). Pendanaan dengan static trade off mendasarkan keputusan pendanaan pada suatu struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal ini dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari pengurangan pajak atas penggunaan hutang terhadap kos kebangkrutan (Mayangsari, 2001). Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana pengurangan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Berdasarkan pada teori ini, perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Static trade off mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade off antara pengurangan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur
64 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
modal. Implikasinya, perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Sementara itu, didalam pecking order theory tidak terdapat struktur modal yang optimal untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Mayangsari (2001) menyatakan pendanaan berdasarkan pecking order theory mendasarkan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Myers (1984) menyatakan bahwa penentuan struktur modal perusahaan dengan pecking order theory didasarkan pada keputusan pendanaan secara hierarki dari pendanaan yang bersumber pada laba, hutang, sampai pada saham, yakni dimulai dari sumber dana dengan biaya termurah. Teori ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil, hal ini sesuai dengan konsep pecking order theory dimana perusahaan yang memiliki dana internal yang cukup tidak akan menerbitkan hutang, sehingga tingkat hutangnya kecil (Arifin, 2001). Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai kebijakan struktur modal terkait dengan teori static trade off telah membuktikan adanya perilaku pendanaan berdasarkan static trade off diantaranya seperti Darminto (2007); Cotei dan Farhat (2009); dan Sulistyowati (2009). Sementara, beberapa peneliti juga telah membuktikan adanya perilaku pendanaan perusahaan berdasarkan tata urutan sumber pendanaan yakni pecking order theory seperti Shyam-Sunder dan Myers (1999); dan Frank dan Goyal (2003) yang mempertimbangkan ukuran perusahaan. Beberapa peneliti lainnya juga melakukan pengujian pecking order theory dengan mempertimbangkan kapasitas hutang perusahaan (firms’ debt capacities) seperti Jong, Verbeek, dan Verwijmeren (2005); Chirinko dan Singha (2000); dan Lemmon dan Zender (2004). Perumusan Masalah Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah kebijakan pendanaan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia lebih cenderung menggunakan pecking order theory yang didasarkan pada defisit pendanaan? 2. Apakah kebijakan pendanaan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia lebih cenderung menggunakan static trade off yang didasarkan pada target adjusted model static trade off? TINJAUAN TEORITIS Teori Struktur Modal Teori struktur modal menjelaskan bagaimana pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan (Sembiring, 2008). Bauran hutang dan ekuitas untuk pendanaan perusahaan merupakan bahasan utama dari keputusan struktur modal (capital structure decision). Struktur modal pada dasarnya menggambarkan jenis-jenis sumber dana jangka panjang perusahaan yang digunakan untuk mendanai kegiatan investasinya. Struktur modal yang digunakan perusahaan digambarkan dengan memperbandingkan antara hutang jangka panjang (long term debt) dengan jumlah modal sendiri (saham) yang digunakan perusahaan (Brealey dan Myers, 2000 dalam Nugroho, 2006). Modigliani dan Miller adalah pencetus dari teori struktur modal. Tulisan Modigliani dan Miller (1958) yang memodelkan bahwa struktur modal adalah irrelevant merupakan tonggak kelahiran keuangan modern sekaligus merupakan dasar acuan bagi pengembangan teori struktur modal (Arifin, 2005). Teori yang dikeluarkan oleh Modigliani dan Miller ini dikenal dengan nama teori struktur modal modern (Model MM Preposisi I tanpa Pajak). Mereka berpendapat bahwa struktur modal perusahaan tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Teori MM tanpa pajak ini tidak membedakan antara perusahaan berhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pada tahun 1963, Modigliani dan Miller mempublikasikan sebuah artikel untuk memperbaiki model awal mereka dengan memperhitungkan adanya pajak perseroan (akan tetapi tetap mengabaikan pajak perorangan). Untuk selanjutnya model tersebut dikenal dengan sebutan model MM-2 atau model MM dengan pajak perseroan. Model MM-2 yang dipublikasikan tahun 1963 memperlihatkan situasi perpajakan yang dihadapi perusahaan dengan lebih baik, akan tetapi belum memperlihatkan situasi perpajakan yang dihadapi oleh para investor. Pada tahun 1977, dalam tulisannya yang berjudul Debt and Taxes, Miller mengemukakan sebuah model yang memperhitungkan pajak perorangan. Dalam model tersebut, investor dihadapkan pada dua kemungkinan jenis pajak yaitu pajak perorangan atas ekuitas atau pendapatan dividen, dan pajak perorangan atas hutang atau pendapatan bunga. Donaldson pada tahun 1961, dan kemudian diikuti oleh Myers (1984) mengemukakan pecking order theory yang membahas urutan pembiayaan perusahaan, mulai dari pendanaan internal sampai pendanaan eksternal. 5elanjutnya, Miller (1977) mengemukakan sebuah teori struktur modal yang dikenal dengan nama teori static trade off dimana penggunaan alternatif sumber dana perusahaan dengan teori ini didasarkan pada cost dan benefit antara biaya modal dan keuntungan penggunaan hutang yaitu, biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak (Christianti, 2006). Ada juga Jensen dan Meckling (1976) yang mengemukakan teori agensi yang berkaitan dengan nilai perusahaan karena adanya konflik antara manajemen perusahaan dan pemegang saham perusahaan. Kemudian mucul pula signaling model of financial structure yang merupakan sebuah model signaling pada struktur modal yang disusun berdasarkan asumsi adanya masalah asymmetric information antara manajer dan pemegang saham (Arifin, 2005). Manajer lebih banyak informasi mengenai perusahaan yang sedang dijalankannya dibandingkan dengan pemegang saham luar. Di antara begitu banyak teori yang dikemukakan tentang struktur modal, ada dua teori yang cukup terkenal, yaitu Static Trade-Off (STO) dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 65
Pecking Order Theory (POT). Static Trade Off Teori static trade off ini merupakan evolusi atau pengem-bangan dari teori irrelevance-nya Modigliani dan Miller dan saat ini merupakan mainstream dari teori struktur modal (Arifin, 2005). Mendasarkan pada static trade off, perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Teori static trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resikokebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan (Brealey dan Myers, 1991 dalam Nugroho, 2006). Konsep static trade off dalam balancing theory adalah menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal sehingga disebut pula sebagai teori static trade off. Teori ini berasumsi bahwa struktur modal suatu perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost (biaya agensi) ketika hutang meningkat pada sisi yang lain. Teori ini mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka static trade off antara pengurangan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan mensubstitusikan hutang menjadi ekuitas, atau ekuitas menjadi hutang, sampai mencapai nilai perusahaan yang maksimal. Ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya dan peningkatan hutang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas tambahan hutang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan agency cost. Berdasarkan teori ini, perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Titik optimal ini terjadi karena adanya pajak,
66 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
sebagai faktor yang mendorong perusahaan meningkatkan hutangnya dan biaya kebangkrutan yang mendorong perusahaan untuk membatasi tingkat hutangnya. Tingkat keuntungan dan pajak suatu perusahan mempunyai hubungan yang positif, sehingga perusahaan tersebut memiliki motivasi untuk mengurangi pajak perusahaan, yang antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan hutangnya. Dalam hal ini hutang bertindak sebagai tax shields, karena dapat mengurangi pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga kepada pihak yang memberikan hutang. Ada bentuk tax shields lain yang dapat membuat arus kas tetap menjadi arus kas internal perusahaan dalam bentuk pengurangan laba, yaitu biaya depresiasi dan amortisasi. Static trade off juga membuat suatu prediksi serupa tentang dividen. Perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan dengan pemilihan pembayaran dividen yang menyamakan biaya dan manfaat rupiah dari pembayaran dividen yang dibayarkan (Fama dan French, 2000). Pecking Order Theory Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961 dalam surveinya pada perusahaan di Amerika Serikat, sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers (1984). Pada tahun 1984, Myers mengembangkan suatu teori alternatif yang dikenal sebagai pecking order theory dalam keputusan pendanaan melalui tulisannya yang berjudul The Capital Structure Puzzle, menyatakan bahwa ada semacam tata urutan (pecking order) bagi perusahaan dalam keputusan pendanaan. Tata urutan pendanaan muncul jika biaya dari penerbitan sekuritas baru meliputi biaya dan manfaat dari pembayaran dividen dan penerbitan hutang. Myers (1984) di dalam pecking order theory menyatakan bahwa permasalahan utama keputusan struktur modal perusahaan adalah informasi yang tidak simetris (assymmetric information) di antara manajer dan investor mengenai kondisi internal perusahaan, serta argumentasi bahwa manajer berpihak kepada pemegang saham lama. Kedua permasalahan tersebut menyebabkan perusahaan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
memiliki hierarki pendanaan yang dimulai dari arus kas internal, hutang, kemudian saham. Arifin (2005) menyatakan bahwa pecking order theory dapat menjawab beberapa temuan penting yang tidak sesuai dengan static trade off. Pertama, temuan bahwa di perusahaanperusahaan yang tinggi profitabilitasnya adalah perusahaan yang rendah debt ratio-nya, sementara static trade off menyatakan perusahaan yang tinggi profitabilitasnya mestinya perusahaan yang telah mengoptimalkan porsi hutangnya. Kedua, peristiwa peningkatan porsi hutang selalu berkaitan dengan adanya positive abnormal return yang cukup besar bagi pemegang saham, sementara peristiwa penurunan porsi hutang akan mendorong menurunnya harga saham. Ketiga, perusahaan menerbitkan surat hutang secara reguler namun penerbitan saham baru sangat jarang dilakukan perusahaan. Pecking order theory menyatakan bahwa saham tidak akan pernah diterbitkan karena memiliki permasalahan asimetri informasi yang paling tinggi. Shyam-Sunder dan Myers (1999) menguji teori ini dengan menganalisis hubungan antara defisit pendanaan internal dengan perubahan tingkat hutang perusahaan dan menemukan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan satu-satu, yang menunjukkan bahwa defisit pendanaan internal akan selalu dibiayai melalui hutang, dan saham bukan merupakan alternatif pendanaan eksternal yang akan dipilih perusahaan. Penentuan struktur modal berdasarkan pecking order theory dimulai ketika arus kas internal perusahaan tidak cukup (defisit) untuk mendanai investasi real dan deviden, maka perusahaan akan menerbitkan hutang. Chirinko dan Singha (2000) dalam penelitiannya menunjukkan koefisien PO secara signifikan lebih kecil dari satu bahkan ketika perusahaan mengambil keputusan pendanaan secara hierarki sesuai dengan pecking order theory. Secara rasional, jika deficit perusahaan besar, perusahaan mungkin mempunyai keterbatasan untuk menggunakan hutang (debt capacity) dan harus mendanai defisitnya yang tersisa dengan ekuitas. Selain itu, Chirinko dan Singha (2000) juga menyatakan bahwa keterbatasan untuk menggunakan hutang akan
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
tinggi ketika perusahaan mempunyai leverage ratio yang tinggi. Maka dari itu perusahaan mendanai sisa defisit yang tidak bisa didanai oleh penerbitan hutang melalui ekuitas. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lemmon dan Zender (2004), dengan menggunakan kapasitas hutang perusahaan (firms’ debt capacities) untuk menguji pecking order theory. Lemmon dan Zender (2004) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio hutang pada level rata-rata tidak mempunyai keterbatasan untuk menggunakan hutang. METODE PENELITIAN Populasi dan Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor industri manufaktur yang listing di BEI. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI sebelum tahun 2003-2009 dan selama periode penelitian tidak mengalami delisting. 2. Laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur secara periodik dapat diperoleh di Pusat Referensi Pasar Modal. 3. Data laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang rupiah. 4. Perusahaan memiliki hutang jangka panjang. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan penggunaan hutang jangka panjang (ΔD) yang diperoleh dari hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah defisit dan surplus pendanaan, dan target debt ratio. 1. Defisit Pendanaan Defisit pendanaan diperoleh dari penjumlahan deviden kas perusahaan i tahun t, arus kas investasi perusahaan i tahun t, perubahan working capital perusahaan i tahun t, dikurangi arus kas operasi perusahaan i tahun t.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 67
2. Target Debt Ratio Target debt ratio merupakan rasio target hutang yang diperoleh melalui penjumlahan nilai dari rasio nilai pasar terhadap nilai buku perusahaan, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset, beban depresiasi terhadap total aset, variabel dummy R&D, R&D terhadap total asset, logaritma natural total aset, dan target pembayaran hutang jangka panjang. Alat pengujian dan Metode Analisis Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan KolmogorovSmirnov (Uji K-S) dimana data dikatakan berdistibusi normal apabila nilai asymp. sig. > 0.05. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Menurut keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat dari nilai DW yaitu bila nilai DW terletak diantara nilai du dan 4-du (du
0.05. Penelitian ini mereplikasi model penelitian yang digunakan oleh Christianti (2008) dengan beberapa modifikasi yakni: 1. Modifikasi dari Shyam-Sunder dan Myers (1999) dalam model penelitiannya yang tidak membedakan pengaruh antara kondisi finasial defisit dan surplus terhadap perubahan leverage perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk membedakan pengaruh antara kondisi finansial defisit dan surplus. 2. Modifikasi dari Chirinko dan Singha (2000) jika defisit perusahaan besar, perusahaan mungkin mempunyai keterbatasan untuk menggunakan hutang dan harus mendanai
68 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
defisitnya yang tersisa dengan ekuitas. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba membedakan perusahaan dalam empat kondisi finansial yaitu, perusahaan dengan kondisi finansial surplus dan defisit masing-masing dalam 4 kategori yakni: large, medium large, medium small, dan smallest. 3. Modifikasi dari Frank dan Goyal (2003) yang menemukan adaya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pecking order theory. Terkait dengan asimetri informasi, dimana asimetri informasi lebih tinggi pada perusahaan kecil dibandingkan perusahaan besar. Maka dari itu, ukuran perusahaan dibagi menjadi 4 kategori dengan berdasarkan aset perusahaan yaitu large, medium large, medium small, dan smallest. 4. Melakukan pengujian perilaku pendanaan berdasarkan static trade-off dengan target adjusted model. Pengujian Pecking Order Theory (POT) Penentuan defisit dan surplus pendanaan perusahaan ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Christianti, 2008): DEF = Divt + It + ΔWt - Ct Dimana: DEF = Defisit pendanaan tahun ke t DIV = Dividen kas pada tahun ke t I = Arus kas investasi tahun ke t ΔW = Perubahan working capital tahun ke t C = Arus kas operasi tahun ke t Shyam-Sunder dan Myers (1999) dalam Christianti (2008) menguji pecking order theory dengan menggunakan model empiris yang berhubungan dengan pendanaan defisit sebagai berikut: ∆Dit = βpo*DEFit + εit Dimana: ∆Dit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1 βpo = koefisien PO DEF = defisit pendanaan perusahaan i tahun t
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Koefisien slope memberikan informasi proporsi pendanaan yang didanai dengan hutang jangka panjang untuk setiap peningkatan setiap rupiah defisit dan pecking order theory (POT) menyatakan bahwa besarnya koefisien slope adalah mendekati satu. Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika koefisien regresi memiliki nilai p-value < 0,05, maka berarti defisit finansial perusahaan berpengaruh positif terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Untuk melakukan investigasi terhadap perbedaan perilaku perusahaan dengan pendanaan defisit dan surplus selama periode penelitian, digunakan model regresi pooled data (Christianti, 2008) sebagai berikut: Δdit = α + β1*dit + βpo*DEFit + εit Dimana: dit = variabel dummy yaitu 1 jika DEFit < 0 (deficit), dan 0 jika DEFit > 0 (surplus). DEF = defisit pendanaan perusahaan i tahun t ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1. Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika koefisien regresi memiliki nilai p-value < 0,05 maka berarti terdapat perbedaan penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami defisit dan surplus pendanaan. Untuk melakukan investigasi perbedaan perilaku perusahaan dengan pendanaan defisit dari waktu ke waktu, digunakan model regresi pooled data (Christianti, 2008) sebagai berikut: ΔDit = α + β1*dit + βpo*DEFit + βsur*dit*DEFit + εit Dimana: dit = variabel dummy yaitu 1 jika DEFit sebelum tahun 2006, dan 0 jika DEFit setelah tahun 2006
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
DEF = defisit pendanaan perusahaan i tahun t ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1 Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika koefisien regresi memiliki nilai p-value < 0,05 maka berarti terdapat perbedaan penggunaan hutang antara perusahaan yang mengalami defisit dan surplus pendanaan dari waktu ke waktu. Untuk melakukan investigasi perbedaan perilaku perusahaan dengan pendanaan defisit berdasarkan ukuran (size) perusahaan, digunakan model regresi pooled data. Ukuran (size) perusahaan dibagi dalam 4 kategori yakni large, medium large, medium small, dan smallest yang diukur dari aset perusahaan. Adapun model penelitian untuk menjawab hipotesis yang keempat adalah sebagai berikut (Christianti, 2008): ΔDit = α + β1*dit + β2*bit + β3*cit + β4*DEFit + εit Dimana: dit = variabel dummy yaitu 1 jika ukuran aset merupakan kategori large, dan 0 jika ukuran aset termasuk kategori medium large, medium small, dan smallest. bit = variabel dummy yaitu 1 jika ukuran aset merupakan kategori medium large, dan 0 jika ukuran aset termasuk kategori large, medium small, dan smallest. cit = variabel dummy yaitu 1 jika ukuran aset merupakan kategori medium small, dan 0 jika ukuran aset termasuk kategori large, medium large, dan smallest. DEF = defisit pendanaan perusahaan i tahun t ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1 Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika koefisien regresi memiliki nilai p-value < 0,05 maka berarti terdapat perbedaan penggunaan hutang antara jenis ukuran perusahaan industri
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 69
manufaktur di BEI. Estimasi selanjutnya menggunakan ukuran surplus pendanaan untuk menguji POT. Tingkat surplus pendanaan perusahaan dibedakan dengan menggunakan perhitungan kuartil untuk variabel DEF > 0 dalam persamaan (2) yang menghasilkan perbedaan large surplus, medium large surplus, medium small surplus, dan smallest surplus. Berikut model estimasinya (Christianti, 2008): ΔDit = α + β1*dit + β2*bit + β3*cit + β4*SURit + εit Dimana: dit = variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori large surplus, dan 0 jika DEF termasuk kategori medium large surplus, medium small surplus, dan smallest surplus. bit = variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori medium large surplus, dan 0 jika DEF termasuk kategori large surplus, medium small surplus, dan smallest surplus. cit = variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori medium small surplus, dan 0 jika DEF termasuk kategori large surplus, medium large surplus, dan smallest surplus.. DEF = defisit pendanaan perusahaan i tahun t ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1 Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika koefisien regresi memiliki nilai p-value < 0,05 maka berarti terdapat perbedaan penggunaan hutang antara jenis ukuran (size) surplus perusahaan industri manufaktur di BEI. Estimasi selanjutnya menggunakan kapasitas hutang untuk menguji POT. Kapasitas hutang perusahaan dibedakan dengan menggunakan perhitungan kuartil untuk variabel DEF < 0 dalam persamaan (2) yang menghasilkan perbedaan large deficit, medium large deficit, medium small
70 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
deficit, dan smallest deficit. Berikut ini adalah model estimasinya (Christianti, 2008): ΔDit = α + β1*dit + β2*bit + β3*cit + β4*DEFit + εit Dimana: dit = variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori large deficit, dan 0 jika DEF termasuk kategori medium large deficit, medium small deficit, dan smallest deficit. bit = variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori medium large deficit, dan 0 jika DEF termasuk kategori large deficit, medium small deficit, dan smallest deficit. cit = variabel dummy yaitu 1 jika DEF merupakan kategori medium small, dan 0 jika DEF termasuk kategori large deficit, medium large deficit, dan smallest deficit. DEF = defisit pendanaan perusahaan i tahun t ΔDit = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1 Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika koefisien regresi memiliki nilai p-value < 0,05 maka berarti terdapat perbedaan penggunaan hutang antara jenis ukuran (size) deficit perusahaan industri manufaktur di BEI. Pengujian Static Trade Off (STO) Darminto (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa spesifikasi model untuk menguji mean reversion dari leverage atau penyesuaian ke arah target leverage dilakukan dengan metode partial adjustment process yakni sebagai berikut: Dit – Dit–1 = δ(Dit* – Dit–1) + εit Dimana: Dit – Dit–1 = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t dikurangi hutang jangka panjang perusahaan i tahun t-1
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Dit* = target debt ratio untuk perusahaan i pada tahun t + 1. Dit-1 = hutang jangka perusahaan I tahun t-1 eit = error term δ = tingkat kecepatan penyesuaian terhadap target leverage Fama dan French (2000) menyatakan bahwa target debt ratio (Dit*) dirumuskan dalam persamaan regresi sebagai berikut: Dit* = b0+b1Vt/At+b2ETt/At+b3Dpt/At+ b4RDDt+b5RDt/At+b6Ln(At)+b7TPt+1+et+1 Dimana: Vt/At = rasio nilai pasar terhadap nilai buku perusahaan ETt/At = rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset Dpt/At = rasio beban depresiasi terhadap total aset RDDt = variabel dummy yaitu 1 dan 0 untuk masing-masing perusahaan yang melaporkan dan tidak melaporkan R&D RDt/At = rasio R&D terhadap total asset Ln(At) = logaritma natural total aset TPt+1 = hutang jangka panjang perusahaan i tahun t+1 Dit* = target debt ratio Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah jika koefisien regresi memiliki nilai p-value < 0,05 maka berarti target debt berpengaruh positif terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang HASIL-HASIL PENELITIAN Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah 149 perusahaan. Setelah dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, jumlah perusahaan yang dapat diteliti adalah sebanyak 96 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 477 observasi.
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 71
Keterangan mengenai sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah. Pengujian Hipotesis Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah kebijakan pendanaan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia lebih cenderung menggunakan pecking order theory yang didasarkan pada defisit pendanaan. Dalam pengujian hipotesis pertama ini, dilakukan pengujian terhadap 6 persamaan untuk menguji pecking order theory (persamaan 2 sampai persamaan 7). Pengujian pecking order theory pada persamaan (2) ∆Dit = βpo*DEFit + εit, bertujuan untuk menguji pengaruh defisit pendanaan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Adapun hasil regresi persamaan 2 disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,055 menunjukkan bahwa 5,5% variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel defisit pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 94,5% dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F adalah sebesar 28.715 dengan nilai signifikansi p-value = 0.000 < 0.05 menunjukkan bahwa defisit pendanaan mempengaruhi perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian juga menunjukkan koefisien βpo sebesar -0.239 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari variabel defisit dan surplus pendanaan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan
Christianti (2008) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif defisit pendanaan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Dengan demikian, pengaruh positif defisit pendanaan terhadap perubahan penggunaan hutang, seperti yang dijelaskan dalam pecking order theory tidak terbukti. Pengujian pecking order theory pada persamaan (3) ΔDit / σi = α(1 / σi) + β1(dit / σi) + βpo(DEFit / σi) + εit bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami defisit pendanaan dengan perusahaan dengan kondisi surplus. Adapun hasil regresi persamaan 3 disajikan dalam Tabel 3. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0.658 yang menunjukkan bahwa 65.8% variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel defisit pendanaan dan variabel dummy defisit dan surplus pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 34.2% dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F sebesar 306.414 dengan nilai signifikansi p 0.000 < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien βpo sebesar -0.098 dan t-statistik -6.289 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan yang berarti bahwa defisit pendanaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan hutang jangka panjang. Koefisien β0 sebesar 0.142 dan t-statistik 10.778 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan. Koefisien β1 sebesar -0.165 dan t-statistik -5.081 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan
Tabel 1 Sampel Penelitian Perusahaan Sampel Jumlah observasi awal
149 perusahaan 745
100%
5 observasi
0.6%
Laporan keuangan tahunan tidak tersedia
220 0bservasi
29.5%
Data laporan keuangan tahunan dilaporkan selain mata uang rupiah
40 observasi
5.3%
Tidak memiliki hutang jangka panjang
3 observasi
0.4%
477 observasi
64%
Observasi yang dikeluarkan dari penelitian: Mengalami delisting selama periode penelitian
Observasi yang digunakan dalam penelitian Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011.
72 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tabel 2 Hasil Pengujian Persamaan 2 (Pengujian Pecking Order Theory: Defisit Pendanaan) Variabel
Koefisien
t-Statistik
Sig.
DEF
-0.239
-5.359
0.000*
R2 Adj. R2 F-Statistik Sig.
0.057 0.055 28.715 0.000*
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan:* signifikan pada level 5% Tabel 3 Hasil Pengujian Persamaan 3 (Pengujian Pecking Order Theory: Defisit dan Surplus) Variabel
Koefisien
t-Statistik
Sig.
Konstanta
0.142
10.778
0.000*
DIT
-0.165
-5.081
0.000*
DEF
-0.098
-6.289
0.000*
R Adj. R2 F-Statistik Sig. 2
0.660 0.658 306.414 0.000*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : * signifikan pada level 5% Tabel 4 Hasil Pengujian Persamaan 4 (Pengujian Pecking Order Theory: Waktu) Variabel
Koefisien
t-Statistik
Sig.
Konstanta
-0.014
-28.673
0.000*
DEF
0.166
2.747
0.006*
DTDEF
-.0220
-3.644
0.000*
R2 Adj. R2 F-Statistik Sig.
0.757 0.756 492.954 0.000*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : * signifikan pada level 5% Tabel 5 Hasil Pengujian Persamaan 5 (Pengujian Pecking Order Theory: Ukuran Perusahaan) Variabel
Koefisien
t-Statistik
Sig.
Konstanta
0.414
6.632
0.000*
DitSIZE
-0.659
-4.350
0.000*
BitSIZE
-.0587
-6.336
0.000*
CitSIZE
-0.576
-6.171
0.000*
DEF
-1.906
-6.464
0.000*
R2 Adj. R2 F-Statistik Sig.
0.256 0.249 32.549 0.000*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : * signifikan pada level 5%
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari pengunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami defisit pendanaan dengan kondisi keuangan perusahaan yang surplus. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Christianti (2008) yang juga menemukan adanya perbedaan antara pengunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami defisit pendanaan dengan kondisi keuangan perusahaan yang surplus. Pengujian pecking order theory selanjutnya bertujuan untuk menguji perbedaan penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami defisit pendanaan dengan perusahaan dengan kondisi surplus dari waktu ke waktu dengan persamaan (4) ΔDit / σi = α(1 / σi) + β1(dit / σi ) + βpo(DEFit / σi) + βsur (dit*DEFit)/ σi + εit. Adapun hasil regresi persamaan 4 disajikan dalam Tabel 4. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,756 yang menunjukkan bahwa 75,6% variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel defisit pendanaan dan perkalian dummy waktu dengan defisit pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 24.4% dijelaskan oleh variabel lain. Sementara variabel dummy waktu dikeluarkan dari persamaan dikarenakan adanya multikolinearitas atau adanya korelasi dengan variabel independen lainnya. Nilai statistik F adalah sebesar 492.954 dengan nilai signifikansi p = 0.000 < 0.05 yang menunjukkan bahwa defisit pendanaan dan dummy waktu*defisit pendanaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan koefisien β0 sebesar -0.014 dan t-statistik -28.673 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Koefisien βsur sebesar -0.220 dan t-statistik -3.644 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Koefisien βpo sebesar 0.166 dan t-statistik 4.957 dengan nilai signifikansi 0.006 < 0.05 yang berarti bahwa defisit pendanaan berpengaruh positif dan signifikan perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Namun tidak terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 73
mengalami defisit pendanaan dengan kondisi keuangan yang mengalami surplus dari waktu ke waktu. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Christianti (2008) yang menemukan adanya penggunaan hutang jangka panjang antara perusahaan yang mengalami defisit pendanaan dengan kondisi keuangan yang mengalami surplus dari waktu ke waktu. Pengujian pecking order theory selanjutnya dengan persamaan (5) ΔDit / σi = α(1 / σi) + β1(dit / σi ) + β2(bit / σi) + β3(cit / σi ) + β4(DEFit / σi) + εit bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penggunaan hutang jangka panjang antara berbagai jenis ukuran perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Adapun hasil regresi persamaan 5 disajikan dalam Tabel 5. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 adalah sebesar 0.249 yang menunjukkan bahwa 24.9% variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel dummy ukuran perusahaan dan variabel defisit pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 75.1%dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F adalah sebesar 32.549 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 yang menunjukkan bahwa dummy ukuran perusahaan dan defisit pendanaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien βpo sebesar -1.906 dan tstatistik -6.464 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan, namun menunjukkan tanda yang negatif yang berarti bahwa defisit pendanaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Nilai koefisien β0 sebesar 0.414 dan t-Statistik 5.892 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan. Nilai masing-masing koefisien variabel dummy ukuran perusahaan dan t-Statistiknya adalah sebesar 0.659 untuk koefisien β1 dengan tstatistik -6.965, -0.587 untuk koefisien β2 dengan dengan t-statistik -8.326, dan sebesar -0.576 untuk koefisien β3 dengan t-Statistik -6.171. Semua variabel dummy ukuran perusahaan signifikan secara statistik nilai signifikansi 0.000 < 0.05 berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang untuk
74 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
semua jenis ukuran perusahaan manufaktur di BEI. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Christianti (2008) menemukan tidak adanya perbedaan penggunaan hutang jangka panjang untuk semua jenis ukuran perusahaan manufaktur. Pengujian pecking order theory selanjutnya dengan persamaan (6) ΔDit / σi = α(1/σi) + β1(dit/σi) + β2(bit/σi) + β3(cit/σi) + β4(SURit/ σi) + εit bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penggunaan hutang jangka panjang antara berbagai jenis ukuran surplus perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Adapun hasil regresi persamaan 6 disajikan dalam Tabel 6.
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Christianti (2008) yang juga menemukan adanya perbedaan penggunaan hutang jangka panjang di antara jenis ukuran (size) surplus perusahaan manufaktur. Pengujian pecking order theory selanjutnya dengan bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan penggunaan hutang jangka panjang antara berbagai jenis ukuran defisit perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan persamaan (7) ΔDit / σi = α(1/σi) + β1(dit/σi ) + β2(bit/σi ) + β3(cit/σi ) + β4(DEFit /σi) + εit . Adapun hasil regresi persamaan 7 disajikan dalam Tabel 7 diatas.
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.981 yang menunjukkan bahwa 98.1% variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel dummy size surplus dan variabel surplus pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 1.9% dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F adalah sebesar 1613 dengan nilai signifikansi p = 0.000 < 0.05 yang menunjukkan bahwa dummy size surplus dan defisit pendanaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien β0 sebesar 0.014 dan t-statistik 63.884 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan. Nilai masing-masing koefisien variabel dummy size surplus dan t-statistiknya adalah sebesar 0.068 untuk koefisien β1 dengan t-Statistik 16.827, -0.012 untuk koefisien β2 dengan dengan t-Statistik -62.212, dan sebesar -0.025 untuk koefisien β3 dengan t-Statistik -10.186. Semua variabel dummy size surplus signifikan secara statistik dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang untuk semua jenis size surplus perusahaan manufaktur di BEI. Nilai koefisien βpo sebesar -0.010 dan tStatistik -4.655 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan. Namun koefisien PO menunjukkan tanda yang negatif artinya bahwa defisit pendanaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian ini
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 7 dilihat bahwa nilai adjusted R2 adalah sebesar 0.834 yang menunjukkan bahwa 83.4% variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel dummy size defisit dan variabel defisit pendanaan, sedangkan sisanya sebesar 16.6% dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F adalah sebesar 325.098 dengan nilai signifikansi p = 0.000 < 0.05 menunjukkan bahwa dummy size defisit dan defisit pendanaan secara bersamasama mempengaruhi perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan koefisien β0 sebesar -1.008 dan t-statistik -39.829 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan. Nilai masing-masing koefisien variabel dummy size defisit dan t-statistiknya adalah sebesar 0.598 untuk koefisien β1 dengan t-statistik 0.586, 0.521 untuk koefisien β2 dengan dengan t-statistik 30.906, dan sebesar 0.165 untuk koefisien β3 dengan t-statistik 13.472. Signifikansi variabel dummy size surplus adalah signifikan untuk size medium large deficit dan medium small deficit yaitu 0.000 < 0.05, namun tidak signifikan untuk size large deficit dengan nilai signifikansi 0.558 > 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari penggunaan hutang jangka panjang untuk jenis size medium large deficit dan medium small deficit. Nilai koefisien βpo adalah sebesar -3.581 dan t-statistik –40.050 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 adalah signifikan. Namun koefisien PO menunjukkan tanda yang negatif berarti bahwa
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 75
Tabel 6 Hasil Pengujian Persamaan 6 (Pengujian Pecking Order Theory: Size Surplus) Variabel
Koefisien
t-Statistik
Sig.
Konstanta
0.014
63.884
0.000*
DitSUR
0.068
16.827
0.000*
BitSUR
-0.012
-62.212
0.000*
CitSUR
-0.025
-10.186
0.000*
SUR
-0.010
-4.655
0.000*
R2
0.982
Adj. R2
0.981
F-Statistik
1613
Sig.
0.000*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : * signifikan pada level 5% Tabel 7 Hasil Pengujian Persamaan 7 (Pengujian Pecking Order Theory: Size Defisit) Variabel
Koefisien
t-Statistik
Sig.
Konstanta
-1.008
-39.829
0.000*
DitDEF
0.598
0.586
0.558
BitDEF
0.521
30.906
0.000*
CitDEF
0.165
13.472
0.000*
DEF
-3.581
-40.050
0.000*
R2
0.836
Adj. R2
0.834
F-Statistik
325.098
Sig.
0.000*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : * signifikan pada level 5% Tabel 8 Hasil Pengujian Persamaan 8 (Pengujian Target Debt) Variabel
Koefisien
t-Statistik
Sig.
Target Debt
0.890
42.651
0.000*
R2
0.793
Adj. R2
0.792
F-Statistik Sig. Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011 Keterangan : * signifikan pada level 5%
1819 0.000*
76 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
terdapat pengaruh negatif dan signifikan defisit pendanaan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Christianti (2008) yang tidak menemukan adanya perbedaan penggunaan hutang jangka panjang diantara jenis ukuran (size) defisit untuk perusahaan manufaktur di BEI. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh koefisien PO untuk hampir semua persamaan mempunyai arah negatif. Berarti dapat disimpulkan bahwa defisit pendanaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Sehingga, hipotesis pertama ditolak. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah kebijakan pendanaan perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia lebih cenderung menggunakan static trade off yang didasarkan target adjusted model static trade off. Persamaan 8 digunakan dalam menguji hipotesis kedua. Hasil regresi hipotesis kedua (persamaan 8) dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,792 yang menunjukkan bahwa 79,2% variabel perubahan penggunaan hutang dapat dijelaskan oleh variabel target debt, sedangkan sisanya sebesar 20,8% dijelaskan oleh variabel lain. Nilai statistik F adalah sebesar 1819 dengan nilai signifikansi p-value = 0.000 < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien static trade off sebesar 0.890 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan target debt terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang. Dengan demikian, dalam penelitian ini pengaruh positif target terhadap perubahan penggunaan hutang terbukti sehingga, hipotesis kedua diterima. KESIMPULAN Berdasarkan analisis pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengujian hipotesis pertama yang bertujuan untuk menguji pecking order theory dalam menjelaskan kebijakan pendanaan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
perusahaan, pada hamper setiap persamaan dalam pengujian pecking order theory menunjukkan koefisien PO yang negatif dan signifikan yang berarti bahwa deficit pendanaan perusahaan berpengaruh negatif terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang perusahan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur di BEI tidak menggunakan pecking order theory dalam kebijakan pendanaan perusahaan. 2. Pengujian hipotesis kedua yang bertujuan untuk menguji static trade off dalam menjelaskan kebijakan pendanaan perusahaan, menunjukkan koefisien target debt yang positif dan signifikan. Hal ini berarti bahwa target debt berpengaruh positif terhadap perubahan penggunaan hutang jangka panjang perusahan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia menggunakan static trade off dalam kebijakan pendanaan perusahaan. Keterbatasan Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini tidak memasukkan variabelvariabel lain yang diharapkan berpengaruh terhadap kondisi struktur modal perusahaan seperti earnings volatility, tangibility, dividen, dan pajak. 2. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan yang pendek dan hanya terbatas pada sektor industri manufaktur saja. REKOMENDASI Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap kondisi struktur modal perusahaan seperti earnings volatility, tangibility, dividen, dan pajak. 2. Penelitian selanjutnya menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang dan menguji sektor industri lainnya untuk melihat kebijakan
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
struktur modal di sektor lain dikarenakan masing-masing sektor industri memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 77
Implikasi Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan untuk menentukan alternatif kebijakan
struktur modal perusahaan yang sesuai. Selain itu dapat menjadi masukan wawasan mengenai kebijakan perilaku pendanaan pada perusahaan manufaktur di BEI sehingga membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan mengenai stuktur modal khususnya yang berkaitan dengan static trade off dan pecking order theory.
REFERENSI
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta: Ekonisia
Hovakimian, A, Vulanovic, M, 2007, Corporate Financing of Maturing Long Term Debt, www.ssrn.com/abstract =1137972.
Chirinko, R., Singha, A., 2000. Testing Static Trade Off Againts Pecking Order Models of Capital Structure; A Critical Comment. Journal of Financial Economics 58, 417425. Christianti, Ari. 2006. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Christianti, Ari. 2008. Pengujian POT :Pengaruh Leverage terhadap Pendanaan Surplus dan Defisit Pada Industri Manufaktur Di BEI. The 2nd National Conference UKWMS. Cotei, Carmen., & Farhat Joseph. 2009. The Trade-Off Theory and The Pecking Order Theory: Are They Mutually Exclusive? Journal Finance and Banking Research, 3:40-56. Darminto. 2007. Pengujian Toeri Trade-Off dan Teori Pecking Order dengan satu model dinamis pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal yang tidak dipublikasikan. Fama, E. F., French, K. R., 2000. Testing TradeOff and Pecking Order Predictions about Dividends and Debt. Social Science Research Network, Working Paper No. 506. Frank, M., Goyal, V., 2003. Testing the Pecking Order Theory of Capital Structure. Journal of Financial Economics 67, 217-248. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang:
Indriantoro, Nur., Supomo, Bambang., 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM. Jensen, M.C. & Meckling, W.H. 1976. Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and capital structure. Journal of Financial Economics, 3: 306-65. Lemmon, M., Zender, J., 2004. Debt capacity and tests of capital structure theories. Unpublished working paper, University of Utah. Jong, Abe de., Verbeek, Marno., Verwijmeren, Patrick., 2005. Testing The Pecking Order Theory: The Impact of Finacing Surpluses and Large Financing Deficits. Unpublish working paper, RSM Erasmus University. Mayangsari, Sekar. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahan : Pengujian Pecking Order Hypothesis. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol. 1 No. 3 Desember 2001, Hal 1-26. Miller, M., 1977. Debt and taxes. Journal of Finance 32, 261-275. Modigliani, F., Miller, M., 1958. The Cost of Capital, Corporate Finance, and the Theory of Investment. American Economic Review 48, 261-297. Modigliani, F., Miller, M., 1963. Corporate income taxes and the cost of capital: A correction. American Economic Review 53, 433-443.
78 Eddy Suranta , Pratana Puspa...
Myers, S., 1984. The capital structure puzzle. Journal of Finance 39, 575–592. Myers, S. C., Majluf, N. S., 1984. Corporate financing and investment decisions when firms have information that investors do not have. Journal of Financial Economics 13, 187-221. Nugroho, Asih. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Properti yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta untuk Periode Tahun 1994 – 2004. Skripsi UNDIP. Indrianto, Nur., Supomo, Bambang., 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Management. BPFE: Yogyakarta. Prastowo, Nogroho., Chawwa, Tevy., 2009. Kondisi Pasar Keuangan dan Implikasinya Terhadap Animo Penerbitan Saham dan Obligasi Korporasi. Working Paper Bank Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Sanjoyo. 2008. Pelatihan Basic Econometrics. Jurnal tidak dipublikasikan Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE: Yogyakarta. Sembiring, Seniwati. 2008. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Bisnis Property di Bursa Efek Jakarta. Thesis USU. Sulistyowati, Wiwit. 2009. Penentuan Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal tidak dipublikasikan. Syam-Sunder, L., Myers, S., 1999. Testing Static Trade Off Againts Pecking Order Models of Capital Structure. Journal of Financial Economics 51, 219-244. Titman, S., Wessels, R., 1988. The Determinants of Capital Structure Choice. Journal of Finance 43, 1-19.
Rahmayanti, Hanindita. 2008. Pengaruh kepemilikan institutional dan Karakteristik keuangan terhadap Keputusan pendanaan. Tesis UNDIP.
Pithaloka, Nina. 2009. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang: Dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Skripsi UNILA.
Sa’diyah, Anisa’u. 2007. Pengaruh asset tangibility, size, growth, profitability, dan earning volatility terhadap leverage pada perusahaan manufaktur di BEJ: Dengan pengujian pecking order theory atau static trade off. Skripsi UII.
Yustiana. 2010. Analisis Pengaruh Peturn On Investment, Fixed Assets Ratio, Firm Size dan Rate of Growth terhadap Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007. Tesis UNDIP
Jurnal Akuntansi Keuangan2011 79 Volume 1, Nomordan 1, Februari
Volume 1 Akuntansi Jurnal Nomor 1, Februari dan2011 Keuangan ISSN: 2301-4717
p 79-92
PENGARUH PROFESIONALISME APARATUR TERHADAP KEEFEKTIFAN PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA INSTANSI PADA UNIVERSITAS MALIKUSSALEH KAMARIAH Dosen Jurusan Manajemen Bisnis Universitas Malikussaleh
This paper is aimed to know how the influence of human resources profesionalism toward effectiveness budgeting implementation in increasing efforts institution performance at Malikussaleh University Lhokseumawe and to know if there is any influence of human resources profesionalism toward effectiveness budgeting implementation in increasing efforts institution performance at Malikussaleh University with partial and simultan. The samples comprice 56 employees selected by using census method. The data were collected by questionnaires, which have been tested both for its validity and its reliability. The Product Moment Correlation is used to test the validity of the data with the degree of significance of 0.05 while the reliability is tested by using Alpha Cronbach Technique. The result of this research showns that : (1) Human resources profesionalism have weakness influence toward effectiveness budgeting implementation with the value of 14.36 percent. This indicated that human resources profesionalism in institution help financial implementation and planning process, but it is motivate to create the effectiveness of budgeting implementation. (2) Human resources profesionalism and effectiveness budgeting implementation by simultan test have medium influence toward institution performance with the value of 49.29 percent. This indicated Human resources profesionalism and effectiveness budgeting implementation at Malikussaleh University in the same time can influence institution performance. (3) t test by partial degree of human resources profesionalism toward the increasing efforts institution performance have weakness influence with the value of 10.18 percent. This indicated that human resources profesionalism can created staff afectiveness in institution performance outstanding, but not motivate the institution performance outstanding. (4) effectiveness budgeting implementation by partial has significant correlation toward institution performance with the value of 26.63 percent, this indicated that the budgeting implementation at Malikussaleh University is influenced of situation of that institution. Keywords: effectiveness of budgeting implementation, human resources profesionalism, institution performance. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan institusi pendidikan tinggi adalah menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi kepada masyarakat. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional membuka peluang yang luas bagi suatu institusi pendidikan tinggi untuk membangun dan mengembangkan institusinya sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing. Citacita mulia tersebut akan dapat terlaksana dengan baik apabila salah satunya didukung dengan aspek pendanaan yang memadai.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan penyediaan dana pendidikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Mengingat akan besarnya penyediaan dana tersebut maka institusi pendidikian tinggi yang merupakan salah satu organ dari sistem pendidikan nasional bertanggung jawab atas pengalokasian dana yang dimiliki dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat. Universitas Malikussaleh (Unimal) dalam sistem penganggaran yang membandingkan realisasi anggaran dengan anggaran tahunan
80 Kamariah
belum memperlihatkan hasil yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada serapan anggaran tahunan yang belum terealisasi secara maksimal. Karena serapan yang belum terealisasi secara maksimal mengakibatkan sejumlah program pengembangan tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga belum mengarah kepada perencanaan berbasis kinerja. Pelaksanaan DIPA Unimal setiap tahunnya belum terealisasi dengan baik, belum terealisasinya DIPA tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang sangat mempernaruhi adalah sumber daya manusia (SDM). `Hal ini sesuai dengan realita bahwa Unimal merupakan universitas yang baru dinegerikan yang dulunya swasta. Dimana tata kelola program kegiatan saat swasta sangat berbeda dengan negeri terutama dalam tata kelola program kegiatan dan keuangan. Hal ini berdampak pada persyaratan SDM untuk dapat menguasai sistem yang baru, ini merupakan kendala dan kelemahan dari aspek SDM atau tingkat profesionalisme aparatur saat ini. Selain itu aspek penguasaan pengetahuan secara terpadu diperlukan juga dalam penyusunan program kegiatan, karena penyusunan program kegiatan merupakan faktor kritis yang dapat mempengaruhi keefektifan pelaksanaan anggaran. Efektifitas pelaksanaan anggaran berkaitan seberapa jauh hasil realisasi anggaran dibandingkan dengan anggran yang telah ditetapkan yang dapat mencapai sasaran sesuai dengan skala prioritasnya dari suatu organisasi ataupun instansi. Kendala tersebut mengindikasikan bahwa profesionalisme aparatur (SDM) masih rendah dan dari hasil evaluasi sistem tata kelola Universitas Malikussaleh (2009), manajemen sumber daya manusia belum mampu menciptakan atmosfer kerja yang produktif. Penghargaan atas prestasi kerja belum tersedia secara memadai, sehingga dapat mempengaruhi capaian kinerja sesuai harapan. Sistem perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana diyakini masih merupakan kelemahan dalam manajemen sehingga dalam pencapaian kinerja tidak seperti yang diharapkan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi (Bastian, 2006). Seseorang yang memegang posisi menajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya yang bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks (Mulyadi dan Johny, 1999). Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/ program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur (Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006). Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial (Sardjito dan Muthaher, 2007). Profesionalisme menjadi suatu pendorong motivasi dalam memberikan kontribusi terhadap kinerja (Kalbers et al, 1995). Profesionalisme merupakan salah satu variabel yang berperan dalam menjelaskan efektivitas pelaksanaan anggaran. Profesionalisme sendiri diartikan sebagai kemampuan dalam menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumnya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu mempelajari kembali secara luas dan bantuan dari pihak lain (Tugiman, 1998). Pegawai dengan tingkat profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi organisasi individu (Rahmawati, 1997). Profesionalisme sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan menurut bidang tugas dan tingkatannya masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih ditinjau dari segala segi sesuai porsi, objek, bersifat terus-menerus dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun serta jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang relatif singkat (Almasdi, 2000:99). Hal di atas dipertegas kembali oleh Thoha (2000:1) bahwa untuk mempertahankan kehidupan dan kedinamisan organisasi, setiap organisasi mau tidak mau harus adaptif terhadap perubahan organisasi. Birokrasi yang mampu bersaing dimasa mendatang adalah birokrasi yang memiliki sumberdaya manusia
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
berbasis pengetahuan dengan memiliki berbagai keterampilan dan keahlian. Penguasaan pengetahuan secara terpadu sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran karena penyusunan anggaran merupakan faktor kritis yang dapat mempengaruhi keefektifan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Efek yang ditimbulkan secara umum adalah positif dengan mengacu pada moral, motivasi, inisiatif, kinerja dan prestasi kerja, serta sikap bawahan terhadap pekerjaaan supervisor dan organisasi itu sendiri. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa anggaran diartikan sebagai rencana kegiatan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah organisasi, Munandar (2001:1). Kompetensi keefektifan pelaksanaan anggaran hanya dibatasi pada proses pencatatan sampai tersedianya laporan keuangan (laporan realisasi anggaran) yang ada di Bagian Keuangan Universitas Malikussaleh. Laporan Realisasi Anggaran yang disusun menggambarkan tentang tingkat capaian kinerja dari anggaran yang telah digunakan selama satu periode. Jika penggunaan dana sesuai dengan yang dianggarkan maka kinerja suatu instansi akan baik. Namun apabila penggunaan dananya melebihi atau tidak sesuai dengan yang dianggarkan maka kinerja suatu instansi tidak akan baik. Sebagai alat manajemen untuk keperluan perencanaan dan pengawasan, anggaran mengalami perkembangan dari waktu kewaktu. Perkembangan ini diukur dari segi manfaat yang ingin diperoleh dari penggunaan sistem itu sendiri dalam pelaksanaannya. Semakin banyak dan rumit manfaat yang ingin dicapai, maka semakin banyak persyaratan yang dituntut didalam persiapan dan penyusunannya. Menurut (Basri : 2003) persyaratan tersebut meliputi : 1) jenis dan mutu data yang disediakan, 2) sistem akuntansi keuangan dan akuntansi biaya yang digunakan, 3) sikap dalam menghadapi adanya perubahan biaya dan harga, dan 4) tingkat kewenangan yang diberikan pimpinan pada bawahan untuk merubah anggaran. Penelitian tentang pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap prolaku, sikap dan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 81
kinerja sudah banyak dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya. Salah satunya penelitian Munawar (2006), menyimpulkan bahwa karakteristik tujuan anggaran berpengaruh dominan terhdap prilaku, sikap dan kunerja. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh arsyiati (2008), yang membedakannya adalah variabel yang digunakan dan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran yang dianggap penting dalam pencapaian kinerja instansi, sesuai dengan penelitian-peneliatian sebelumnya yang dilakukan oleh Nelly (2006), Suhartini (2008), Pramudji (2009) dan membatasi penelitian ini pada Universitas Malikussaleh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nelly (2006), Suhartini (2008), dan Pramudji (2009) menemukan bahawa ada hubungan yang positif dan signifikan antara profesinalisme aparatur dengan keefektifan pelaksanaan anggaran. Sementara hasil penelitian Arsyiati (2008) dan Munawar (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan terhadap kinerja instansi. Penelitian ini dilakukan pada Universitas Malikussaleh yang terdiri dari beberapa unit kerja yaitu fakultas, biro, lembaga dan unit pelaksana teknis (UPT) sebagai objek penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan (korelasional) profesionalisme aparatur terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran dalam upaya meningkatkan kinerja instansi. Menggunakan kinerja instansi sebagai variabel dependen, profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran sebagai variabel independen. Profesionalisme aparatur dalam penelitian ini adalah kualitas pegawai yang terlibat dalam perencanaan program kegiatan, keefektifan pelaksanaan anggaran adalah kualitas realisasi anggaran dan kinerja instansi adalah kinerja Universitas Malikussaleh. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat kontribusi (pengaruh) dari profesionalisme aparatur terhadap keefektifan pelaksaaan anggaran dalam upaya meningkatkan kinerja instansi Universitas Malikussaleh. Penelitian ini juga dibatasi pada keefektifan pelaksanaan
82 Kamariah
anggaran yang merupakan tanggung jawab aparatur. Penelitian tentang profesionalisme aparatur dipandang dari kriteria kelayakan dan aparatur dalam melaksanakan keefektifan pelaksanaan anggaran untuk meningkatkan kinerja instansi, sedangkan kriteria lain tidak diteliti. Kinerja instansi ditinjau dari efisiensi dan efektifitas anggaran yang terealisasi. Data yang dipergunakan adalah data dari unit-unit kerja yang berhubungan dengan proses keefektifan pelaksanaan anggaran pada Universitas Malikussaleh. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah profesionalisme aparatur berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran Universitas Malikussaleh. 2. Apakah profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran mempengaruhi kinerja instansi Universitas Malikussaleh baik secara simultan maupun parsial. Sesuai perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah profesionalisme aparatur berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran Universitas Malikussaleh. 2. Untuk mengetahui apakah profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran mempengaruhi kinerja instansi Universitas Malikussaleh baik secara simultan maupun parsial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Universitas Malikussaleh mengenai profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran dalam upaya peningkatan kinerja instansi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi dorongan untuk memperbaiki kondisi internal Universitas Malikussaleh serta melakukan tindakan perbaikan terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran. 3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terutama dalam bidang ilmu akuntansi sektor publik. Tinjauan TEORITIS Kinerja Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil dari suatu kegiatan dalam sebuah organisasi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak tertentu yang dihubungkan dengan visi dan misi organisasi. Menurut Komite Penyempurnaan Manajemen Keuangan, (2006) kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan dan kualitas serta kuantitas terukur. Hasibuan dalam Sujak (1990) dan Sutiadi (2003) mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seseorang. Penilaian kinerja juga merupakan uraian sistematik, tentang kekuatan/ kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang/kelompok. Penilaian kinerja menurut Siegel dan Marconi (1989 : 199) adalah performance evaluation is the periodic assessment of the operatonal effectiveness of organization, its subunits, and its personel in light of predeterminet goals, standards criteria. Tujuan pokok penilaian kinerja untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya, untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang diinginkan melalui umpan balik hasil kerja pada
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
waktunya serta penghargaan, bersifat intristik maupun ekstrinsik (Mulyadi, 2001: 416). Kinerja Instansi Suatu organisasi, baik pemerintah maupun swasta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku yang terdapat pada organisasi. Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara kinerja karyawan dengan kinerja lembaga. Dengan kata lain, bila kinerja karyawan baik, maka kemungkinan besar kinerja organisasi juga akan baik. Kinerja karyawan akan lebih baik apabila mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji, mempunyai harapan masa depan lebih baik (Sedarmayanti : 2007). Menurut LAN RI (2003), kinerja instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijaksanaan yang ditetapkan. LAN RI (2003), mengemukan bahwa ada beberapa indikator dari kinerja diantaranya : 1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, tehnilogi, dan sebagainya. 2. Keluaran (output) adalah sebagai sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan. 3. Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcome adalah ukuran seberapa jauh setiap produk/ jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Indikator kinerja hendaknya : (1) spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif, (3) relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan (4) tidak bias.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 83
Dari beberapa pengertian diatas tentang kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja instansi merupakan tingkat pencapain hasil dari suatu rangkaian kegiatan dalam sebuah instansi pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan program sesuai dengan kuantitas dan kualitas terukur dengan menggunakan prinsip efisiensi dan efektifitas. Profesionalisme Aparatur Profesionalisme sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan menurut bidang tugas dan tingkatannya masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih ditinjau dari segala segi sesuai porsi, objek, bersifat terus-menerus dalam situasi dan kondisi dan jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang relatif singkat (Almasdi, 2000:99). Hal di atas dipertegas kembali oleh Thoha (2000:1) bahwa untuk mempertahankan kehidupan dan kedinamisan organisasi, setiap organisasi mau tidak mau harus adaptif terhadap perubahan organisasi. Birokrasi yang mampu bersaing dimasa mendatang adalah birokrasi yang memiliki sumberdaya manusia berbasis pengetahuan dengan memiliki berbagai keterampilan dan keahlian. Mengingat sangat pentingnya eksistensi sumberdaya manusia dalam bidang kegiatan pemerintahan disebutkan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada keahlian SDM atau aparatur sesuai profesinya. Oleh karena itu setiap aparatur dituntut untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya secara profesional. Menurut Christiawan. (2003:170), profesionalisme merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu. Konsep profesionalisme menurut Hall (1968) yang dikutip dari Rahmawati (1997) yaitu : 1. Afiliasi komunitas (Community affiliation) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, organisasi formal dan kelompok informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi para professional membangun kesadaran profesi. 2. Kebutuhan untuk mandiri (Autonomy demand) adalah suatu pandangan bahwa
84 Kamariah
seseorang yang professional harus mampu membuat suatu keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain pemerintah maupun klien mereka yang bukan anggota profesi. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut karyawan yang bersangkutan dalam situasi khusus. 3. Keyakinan terhadap peraturan sendiri/ profesi (belief self regulation) yaitu yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan professional adalah rekan sesama profesi bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. 4. Dedikasi pada profesi (dedication on profesion) merupakan dedikasi professional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini merupakan ekspresi pencurahan diri total terhadap pekerjaan karena pekerjaan merupakan suatu tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru materi. 5. Kewajiban sosial (social obligation) adalah pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun professional karena adanya pekerjaan tersebut. Keefektifan Pelaksanaan Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga tertentu untuk suatu periode di masa yang akan datang. Syamsi dalam Basri (2003) mendefinisikan, “anggaran adalah hasil perencanaan yang berkaitan dengan bermacam-macam kegiatan secara terpadu yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu”. Suparmoko dalam Basri (2003) mendefinisikan anggaran (budget) adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
jangka waktu satu tahun. Dipihak lain Matz dan Usry (2003:444) memberikan pengertian anggaran yaitu : A budget is simply a pla expressed in financial an other quantitative term. Beberapa defenisi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran dinyatakan dalam satuan mata uang secara kuantitatif dimana jangka waktu anggaran umumnya satu tahun. Anggaran juga merupakan rancangan keuangan tahunan pemerintah pusat maupun daerah yang berisi perincian penerimaan, pengeluaran dan pemebelanjaaan untuk periode tertentu. Menurut Garrson dalam Widiarsi (2006) yang menyatakan manfaat penyusunan anggaran adalah: a. Manajer diharuskan untuk lebih memprioritaskan penyusunan rencana dari pada kewajiban lainnya; b. Memungkinkan manajer untuk memformulasikan upaya perencanaannya; c. Menyajikan sasaran dan tujuan dengan pasti yang berfungsi sebagai benchmarks, untuk mengevaluasi prestasi berikutnya; d. Dapat menemukan gejala kemacetan yang potensial sebelum kemacetan tersebut terjadi; e. Dapat mengkoordinasikan aktivitas organisasi secara menyeluruh melalui integrasi rencana dan sasaran berbagai bagian dalam organisasi. Dipihak lain Anthony dan Reece (2004: 774776) mengemukakan bahwa anggaran memiliki banyak kegunaan diantaranya; (1) sebagai alat untuk mengkoordinir rencana dan tindakan unitunit organisasi dalam periode anggarn sehingga para anggota organisasi dapat bekerja sama untuk mencapai tujuannya; (2) sebagai alat ukur kominikasi karena apa yang terkandung dalam anggarn perlu disampaikan kepada para manajer pusat pertanggungjawaban, sehubungan dengan pelaksanaan anggaran; (3) sebagai alat motivasi bagi para manajer untuk mencapai sasaran pusat pertanggungjawaban yang mereka pimpin; (4) sebagai alat pengukur dalam pengendalian kegiatan yang sedang dilaksanakan; (5) sebagai alat evaluasi, dalam hal ni yang dievaluasi
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
adalah manajer pusat pertanggungjawaban; dan (6) sebagai alat dalam mendidik para manajer mengenai pekerjaan mereka pada pusat pertanggungjawaban yang mereka pimpin. Dari penjelasan diatas yang dikemukan oleh para ahli, tampak betapa pentingnya anggaran sebagai alat bagi organisai dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan anggaran juga merupakan alat bagi manajemen untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi. Agar tujuan suatu organisasi tercapai, maka dalam pelaksanaan kegiatan/program anggaran yang telah ditetapkan harus dilaksanakan seefektif mungkin dengan demikian akan tercapai tujuan dalam suatu organisasi. Penganggaran adalah proses menyusun rencana keuangan yang didalamnya berisikan pendapatan dan pembiayaan, serta pendapatan tersebut dialokasikan kepada masing-masing kegiatan sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai. Di dalam pemerintahan tahaptahap di dalam penganggaran atau lebih dikenal sebagai “siklus anggaran” menurut Sabeni dalam Basri dkk (2003) merupakan masa atau jangka waktu mulai saat disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undangundang. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 bahwa siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Tahap penyusunan anggaran; b. Tahap pengesahan anggaran; c. Tahap pelaksanaan anggaran; d. Tahap pengawasan pelaksanaan anggaran; e. Tahap pengesahan perhitungan anggaran. Efektivitas diartikan sebagai pencapaian tujuan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan atau perbandingan terbaik antara hasil dengan tujuan. Gibson (1989) menyatakan efektivitas merupakan pencapaian sasaran dari upaya bersama. artinya konsep efektivitas harus dinilai terhadap tujuan yang bisa dilakukan, sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Efektivitas penggunaan anggaran berkaitan dengan menilai seberapa jauh realisasi anggaran dibandingkan dengan anggaran yang dibuat. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, berarti penggunaan dana anggaran telah efektif. Namun, jika hasilnya tidak sesuai, maka
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 85
akan terjadi dua kemungkinan, yaitu penyimpangan yang menguntungkan dan penyimpangan yang tidak menguntungkan. Penyimpangan menguntungkan harus diberi perhatian dan penghargaan, sedangkan yang tidak menguntungkan perlu dianalisis penyebabnya, sehingga dapat diperbaiki untuk mencegah tidak terulangnya kembali kesalahan yang sama di masa yang akan datang. Menurut Indra (2006) efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu. Efektifitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektifitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Disamping itu agar setiap anggaran dapat terealisasi dan efektif dalam pelaksanaan nya memerlukan sumber daya manusia yang professional sehingga akan mencapai target yang telah ditentukan dalam suatu organisasi. Apabila pelaksanaan anggaran telah efektif maka dengan sendirinya akan meningkatkan kinerja bagi instansi/ organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Baltol dan Martin, 1994 : 17) kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan yang baik harus dapat memenuhi dua dimensi yaitu : (1) efektifitas, merupakan ukuran kinerja untuk menilai apakah suatu aktifitas/kegiatan telah menghasilkan output yang diinginkan; dan (2) efisien, merupakan ukuran kinerja untuk memproduksi sejumlah output tertentu. Karea suatu aktifitas /kegiatan dapat menerapkan efektifitas dan efisien secara otomatis akan dapat memenuhi kinerja yang diinginkan. Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah atasan langsung, pembantu perencanaan program dan pengelola program pada 14 unit kerja yang ada pada Universitas Malikussaleh yaitu: fakultas, biro, lembaga dan unit pelaksana teknis (UPT) yang dijadikan sebagai objek penelitian, dengan alasan bahwa instansi tersebut merupakan satuan kerja (satker) pemerintah yang harus menyusun program kerja dan laporan kinerja. Pertimbangan pemilihan responden diatas karena mereka terlibat
86 Kamariah
dalam perencanaan program pada setiap unit kerja. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Penelitian lapangan (field research), yaitu data primer yang diperoleh dengan menggunakan survey kuesioner dalam bentuk pernyataanpernyataan secara terstruktur yang mana setiap responden dibatasi dalam memberikan jawaban pada alternatif jawaban tertentu saja. b. Wawancara singkat dengan responden tentang profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran guna memperoleh informasi relevan yang mungkin menjadi masukan bagi peneliti. c. Penelitian kepustakaan, merupakan data sekunder yang dikumpulkan berupa datadata teoritis yang mendukung penelitian ini, termasuk hasil riset terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Operasionalisasi Variabel Operasonal variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Profesionalisme aparatur (X1), merupakan keahlian yang dimiliki pada kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan sesuai sikap dan prilaku menurut profesinya, yang berdasarkan pada keahlian (skill), pengetahuan (knowledge), karakteristik (characteristick). Indikator dan alat ukur yang digunakan yaitu sesuai dengan yang diutarakan oleh Novin & Tucker dalam Machfoedz (1999:4), dengan menggunakan skala interval dan skala likert 5 poin. b. Keefektifan pelaksanaan anggaran (X2), merupakan pencapain sasaran dari upaya bersama, artinya konsep efektifitas harus dinilai terhadap tujuan yang bisa dilakukan sesuai dengan sumber daya tersedia yang dikembangkan oleh Gibson, (1989), menggunakan skala interval dan skala likert 5 poin. c. Kinerja Instansi (Y), merupakan tingkat pencapaian hasil dari suatu rangkaian kegiatan dalam sebuah instansi pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan program
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
sesuai dengan kuantitas dan kualitas terukur dengan menggunakan prinsip efesiensi dan efektifitas yaitu terdiri dari input, output dan outcome yang dikembangkan oleh LAN RI (2003), Indikator tersebut dikur dengan menggunakan skala interval yaitu skala likert 5 poin. Metode Analisis Data Analisis yang dilakukan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis jalur (path analysis), yaitu metode analisis data multivariat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa variabel eksogen (penyebab) terhadap variabel eksogen (akibat) dan semua variabel dapat diobservasi secara langsung, Kusnendi, (2004). Substruktur pertama sesuai dengan pengujian hipotesis pertama yaitu profesionalisme aparatur dalam perencanaan program (X1) berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran (X2). Pengaruh variabel tersebut ditentukan melalui jalur koefesien dengan persamaan struktural dengan sebagai berikut : X2 = ρX2 X1 X1 + ε1 Dimana: X1 = Profesionalisme aparatur X2 = Keefektifan pelaksanaan anggaran Variabel X2 tidak hanya dipengaruhi oleh X1, tetapi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini (ε1). Hipotesis operasional yang dilakukan adalah: Ho1 : (ρX2X1)2 = 0; Profesionalisme aparatur tidak berpengaruh terhadap Keefektifan pelaksanaan anggaran. Ha1 : ( ρX2X1)2≠ 0; Profesionalisme aparatur berpengaruh terhadap Keefektifan pelaksanaan anggaran. Substruktur kedua sesuai dengan hipotesis kedua yaitu profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap kinerja instansi baik secara simultan
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
maupun parsial. Pengaruh variabel tersebut ditentukan melalui koefesien jalur dengan persamaan struktural dan digambarkan sebagai berikut : Y = ρyx1X1 + ρyx2X2+ ε2 Dimana: X2 = Profesionalisme aparatur X2 = Keefektifan pelaksanaan anggaran Y = Kinerja instansi Variabel Y tidak hanya dipengaruhi oleh X1 dan X2, tetapi juga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini (ε2). Secara Simultan Untuk menguji apakah profesionalisme aparatur berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan membandingkan nilai R2. Jika R2 = 0, Profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja instansi 2 Jika R ≠ 0 , Profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap kinerja instansi Secara Parsial H02 : (ρyx1)2 = 0; Profesionalisme aparatur tidak berpengaruh terhadap kinerja instansi Ha2: (ρyx1)2 ≠ 0; Profesionalisme aparatur berpengaruh terhadap kinerja instansi. 2 H02 : (ρyx2) = 0; Keefektifan pelaksanaan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja instansi. Ha2 : (ρyx2)2 ≠ 0; Keefektifan pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap kinerja instansi. Hasil-HASIL Penelitian Kualitas data yang diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 87
validitas dan uji reliabilitas. Kedua pengujian ini dilakukan secara statistik dengan bantuan program SPSS. Hasil Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing item dalam instrumen penelitian mampu mengukur variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini. Sebuah instrumen dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Ghozali, 2001:45). Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan tingkat signifikansi 5% untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan cara mengkorelasikan antara skor item pernyataan terhadap skor total. Apabila nilai total person correlation > 0,3 atau probabilitas kurang dari 0,05 maka item tersebut valid (Arikunto, 2002 : 146). Dari hasil uji validitas dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment syarat minimum suatu item dianggap valid adalah nilai r ≥ 0,3 (taraf signifikansi 5%) (Arikunto, 2002). Dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) dapat dilihat bahwa untuk item pernyataan variabel profesionalisme aparatur memperoleh nilai r hitung berkisar antara 0,363 – 0,608 yang dapat disimpulkan bahwa untuk item pernyataan variabel profesionalisme aparatur seluruhnya dinyatakan valid. Untuk item pernyataan variabel keefektifan pelaksanaan anggaran memperoleh nilai r hitung berkisar antara 0,438 – 0,900 dengan demikian seluruh item pernyataan variabel keefektifan pelaksanaan anggaran dinyatakan valid. Item pernyataan kinerja instansi memperoleh nilai r hitung berkisar antara 0,351-0,740 dengan demikian seluruh item pernyataan variabel kinerja instansi dinyatakan valid dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya. Hasil Uji Reliabilitas Konsep reliabilitas adalah konsistensi atau handal. Sekaran (2006) keandalan adalah suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (error free).
88 Kamariah
Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik Alfa Cronbach, yaitu koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Semakin dekat alfa cronbach dengan 1, semakin tinggi keandalan konsistensi internal. Secara umum, keandalan < 0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,60 - 0,70 bisa diterima dan > 0,80 adalah baik (Sekaran, 2006). Dengan menentukan reliabilitas, maka kualitas dari hasil penelitian ini akan lebih terjamin. Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil seperti yang menunjukkan bahwa instrumen dalam penelitian ini handal. Pembahasan Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah analisis terhadap instrumen penelitian dan data diolah untuk menganalisis serta menguji rumusan hipotesis berdasarkan pada struktur model hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. a. Pengaruh profesionalisme aparatur terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan analisis jalur atau path analysis untuk menguji pengaruh profesionalisme aparatur (X1) terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran (X2). Berdasarkan hasil perhitungan melalui program SPSS for Windows diperoleh hasil pengaruh variabel profesionalisme aparatur (X1) terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran (X2), total koefisien jalur yang diperoleh 0,3790, ternyata lebih kecil dari α 0,05 yang secara statistik berarti mempunyai pengaruh yang rendah. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa profesionalisme aparatur mempengaruhi keefektifan pelaksanaan anggaran. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa profesionalisme aparatur memberikan pengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran. Profesionalisme aparatur terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran memberikan pengaruh yang rendah. Besarnya pengaruh profesionalisme aparatur terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran adalah (0,379 x 0,379 x 100%) = 14,4% yang berarti keefektifan pelaksanaan anggaran
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
dipengaruhi oleh profesionalisme aparatur sebesar 14,4%, sementara 85,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Koefisien jalur 0,379 mempunyai arah positif, berarti jika profesionalisme aparatur naik satu satuan maka keefektifan pelaksanaan anggaran naik sebesar 0,379. b. Pengaruh profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran terhadap kinerja instansi baik secara simultan maupun parsial. Pengujian hipotesis kedua juga dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) dilakukan untuk menguji pengaruh profesionalisme aparatur (X1) dan keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) terhadap kinerja instansi (Y) baik secara simultan maupun parsial. Pada hipotesis kedua ini dilakukan dengan dua tahapan pengujian yaitu : (1) menguji pengaruh profesionalisme aparatur (X1) dan keefektifan pelaksanaan anggara (X2) secara simultan terhadap kinerja instansi (Y); dan (2) menguji pengaruh profesionalisme aparatur (X1) dan keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) secara parsial terhadap kinerja instansi (Y) yaitu : (a) pengaruh profesionalisme aparatur terhadap kinerja instansi; dan (b) pengaruh keefektifan pelaksanaan anggaran terhadap kinerja instansi. 1. Pengaruh variabel profesionalisme aparatur (X1) dan keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) secara simultan terhadap kinerja instansi (Y) Pengaruh profesionalisme aparatur (X1) dan keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) secara simultan terhadap kinerja instansi (Y) ditunjukkan oleh koefisien determinasi R2 = 0,4929, berarti lebih kecil dari α0,05 (Lampiran 7) secara statistik berarti berpengaruh sedang/cukup. Sehingga dapat dinyatakan bahwa profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran secara simultan mempengaruh kinerja instansi sebesar 49,29%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran berpengaruh secara simultan terhadap kinerja instansi. Besarnya pengaruh ini terhadap kinerja instansi adalah sebesar 49,29%
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
yang berarti kinerja instansi dipengaruhi oleh profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran sebesar 49,29%. Sementara 50,71% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian. Pengaruh secara simultan tersebut dapat dikatakan sebagai pengaruh yang cukup/sedang. 2. Pengaruh variabel profesionalisme aparatur (X1) dan keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) secara parsial terhadap kinerja instansi (Y) a. Pengaruh profesionalisme aparatur (X1) terhadap kinerja instansi (Y) Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh maka pengaruh secara langsung variabel profesionalisme aparatur (X1) terhadap kinerja instansi (Y) maka total koefisien jalur yang diperoleh 0,319, ternyata lebih kecil dari α 0,05 yang secara statistik berarti berpengaruh. Sehingga dapat dinyatakan bahwa profesionalisme aparatur berpengaruh langsung terhadap kinerja instansi. Hasil dari perhitungan program SPSS for Windows ini dapat dihitung besarnya pengaruh secara langsung profesionalisme aparatur (X1) terhadap kinerja instansi (Y) yaitu : (0,319 x 0,319 x 100%) = 10,18%, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa profesionalisme aparatur (X1) berpengaruh secara langsung terhadap kinerja instansi (Y). Secara parsial hasil penelitian ini membuktikan bahwa profesionalisme aparatur berpengaruh terhadap kinerja instansi. Besarnya pengaruh profesionalisme aparatur terhadap kinerja instansi adalah 10,18%. Koefisien jalur 0,319 dan berarah positif, berarti jika profesionalisme aparatur naik satu satuan maka kinerja instansi akan naik sebesar 0.319. Pengaruh profesionalisme aparatur secara parsial dapat dikatakan pengaruh yang lemah. b. Pengaruh variabel keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) terhadap kinerja instansi (Y) Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh maka pengaruh secara langsung variabel keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) terhadap kinerja instansi (Y) total koefisien jalur yang
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 89
diperoleh 0,516, ternyata lebih kecil dari α 0,05 yang secara statistik berarti berpengaruh. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keefektifan pelaksanaan anggaran berpengaruh langsung terhadap kinerja instansi. Melalui program SPSS dapat dihitung besarnya pengaruh secara langsung keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) terhadap kinerja instansi (Y) yaitu : (0,516 x 0,516 x 100%) = 26,63%, sehingga dikatakan keefektifan pelaksanaan anggaran (X2) berpengaruh secara langsung terhadap kinerja instansi (Y). Secara parsial hasil ini membuktikan bahwa keefektifan pelaksanaan anggaran berpengaruh terhadap kinerja instansi. Besarnya pengaruh keefektifan pelaksanaan anggaran adalah 26,63%. Koefisien jalur 0,516 dan berarah positif, berarti jika keefektifan pelaksanaan anggaran naik satu satuan maka kinerja instansi akan naik 0.516. Pengaruh keefektifan pelaksanaan anggaran secara parsial tersebut dapat dikatakan sebagai pengaruh yang sedang/cukup. Kesimpulan Setelah dilakukan pengujian dan analisis data dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebagai berikut : 1. Profesionalisme aparatur memberikan pengaruh yang lemah/rendah terhadap keefektifan pelaksanaan anggaran dengan nilai sebesar 14,36%. Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme aparatur yang ada di dalam instansi membantu proses perencanaan dan pelaksaan anggaran, namun tidak memotivasi untuk menciptakan keefektifan pelaksanaan anggaran. 2. Profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran secara simultan memberikan pengaruh yang sedang/cukup terhadap kinerja instansi dengan nilai sebesar 49,29%. Hal ini menunjukkan Profesionalisme aparatur dan keefektifan pelaksanaan anggaran yang ada pada instansi Universitas Malikussaleh secara bersamasama dapat mempengaruhi kinerja instansi.
90 Kamariah
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
3. Profesionalisme aparatur secara parsial memberikan berpengaruh yang lemah terhadap kinerja instansi dengan nilai sebesar 10,18%. Hal ini berarti bahwa profesionalisme aparatur dapat membentuk sikap dan prilaku seseorang dalam pencapaian kinerja instansi, namun tidak memotivasi untuk pencapaian kinerja instansi. 4. Keefektifan pelaksanaan anggaran secara parsial cukup berpengaruh terhadap kinerja instansi dengan nilai sebesar 26,63%. Hal ini berarti keefektifan pelaksanaan anggaran yang ada di instansi dipengaruhi oleh keadaan instansi tersebut. Keadaan dalam instansi adalah efektivitas penggunaan anggaran berkaitan dengan menilai sampai seberapa jauh hasil-hasil yang terealisasi dibandingkan dengan anggaran yang telah direncanakan/dibuat. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan anggaran, berarti penggunaan dana anggaran telah efektif. Keefektifan pelaksanaan anggaran mempunyai pengaruh dan berperan terhadap hasil realisasi anggaran untuk motivasi pencapaian kinerja instansi. REKOMENDASI Berdasarkan
penelitian
yang
telah
REFERENSI Arsyiati (2008), Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Dalam Pengelolaan Keuangan Terhadap Kualitas Pertanggung Jawaban Keuangan PNBP Dalam Upaya Meningkatkan Kenerja Instansi, Tesis Magister Ilmu Akuntansi Program Pasca Sarjana Unsyiah, Banda Aceh. Attwood, Dimmock (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Rafika Aditama, Bandung. Anthony, R dan Govindarajan, V (2004), Management Control Systems. Elevent Edition, Boston McGraw-Hill Co Arikunto Suhaimi, (2002), Prosedur Penelitian
dilaksanakan, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Universitas Malikussaleh hendaknya dapat meningkatkan profesionalisme aparatur dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan yang spesifik sesuai dengan kebutuhan dari unit kerja masing-masing. 2. Melakukan perbaikan terhadap persepsi tingkat kepuasan stakeholders terhadap output capaian serta memberikan reward sesuai dengan prestasi kerja, demi pencapaian kinerja instansi yang lebih baik. 3. Mewujudkan keefektifan pelaksanaan anggaran harus dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan program kegiatan, sehingga realisasinya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Karena realisasi program kegiatan yang tidak tercapai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan juga dapat mempengaruhi capaian kinerja instansi. 4. Keefektifan pelaksanaan anggaran dapat direalisasikan melalui pembuatan program kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas SDM yang ada saat ini. Karena dengan kompleksitas program kegiatan yang dibuat akan membutuhkan tenaga pelaksana yang spesifik yang nantinya sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanaan program tersebut.
Suatu Pendekatan Praktek, Reneka Cipta Edisi V, Jakarta Bambang Sardjito dan Osmad Muthaher (2007), Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap kinerja Aparat Pemerintah Daerah : Budaya organisasi dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel. Simposium Nasional Akuntansi 10, Makasar. Basri, Yuswar Zainun dan Mulyadi Subri (2003), Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar negeri, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Brahmasari Ida Ayu, 2004. “Pengaruh Variabel Budaya Perusahaan terhadap Komitmen Karyawan dan Kinerja Perusahaan Kelompok”, Penerbitan Pers Jawa Pos, Disertasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Volume 1 Nomor 1, Februari 2011
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 91
Baltol, Kathryn M, dan David Martin C (1994), Management, USA MC Graw Hill.Inc
Akuntansi Perguruan Tinggi, JAAI, Vol.3, No.1.
Christiawan (2003), Profesionalisme dalam Era Industrialisasi. Majalah Manajemen dan Usahawan Indonesia, Lembaga Manajemen FE-UI, No. 03TH. XXIII, Jakarta.
Mulyadi dan Johny S. (1999), Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Aditya Media, Yogyakarta.
Darwanis (2005), Analisis Kausalitas Antara Budaya Perusahaan, Anggaran Partisipatif, Senjangan Anggaran, Kinerja Manajerial Dan Kinerja Perusahaan, Disertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Gibson, James. L, Ivancevich and James H Dinelly Jr. (1989), Organisasi : Perilaku Struktur dan Proses, Penerjemah : Nunuk Andriani, PT. Erlangga, Jakarta. Hall, Richard (1968), Profesionalisme and Bureaucratization, American Sosiological Review, 33: 92-103 Hasil Evaluasi Sistem Tata Kelola Universitas Malikussaleh, (2009), Lhokseumawe Bastian, Indra (2006), Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Komite Penyempurnaan Manajemen Keuangan (2006), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja, Penerbit Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta. Kusnendi, Drs.M.S (2004),” Konsep dan aplikasi Model persamaan struktural (SEM) Dengan program LISREL 8 “, Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas pendidikan Indonesia, Bandung. Keniss, Izzetin (1979) Effect of Budgetary oal Characteristissc on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review, Vol LVI, No 4 Rakhmat, Jalaluddin (1999), Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. Karbers, Lawrence P. dan Forgarty, Timothi J. (1995), Profesionalism and Its Consequences: A Study of Internal Auditors, Auditing: A Journal of Practice and Theory, 14: 64-86. LAN RI (2003), Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah, Jakarta. Machfoedz, Mas’ud. (1999), Studi Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesionalisme Dosen
Munawar (2006), Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Prilaku, Sikap dan Kinerja Aparatur Pemerintah daerah Kabupaten Kupang. Tesis Magister Ilmu Akuntansi Program Pasca Sarjana Unsyiah, Banda Aceh. Munandar (2001), Budgeting, BPFE, Jogjakarta. Muliati (2007), Pengaruh Manajemen Mutu Terpadu terhadap Kinerja Karyawan KPA Unsyiah, Banda Aceh. Mulyadi (2001), Balance Scorecard, Jakarta Salemba Empat Mulyadi (1993), Akuntansi Manajemen, STIEYKPN, Yogyakarta. Nelly Dikkifiana (2006), Korelasi Antara Aspek Motivasi Dalam Penyusunan Anggaran dengan Efektifitas Pelaksanaan program Kegiatan pada pemerintahan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Tesis Magister Ilmu Akuntansi Program Pasca Sarjana Unsyiah, Banda Aceh. Henry, Nicholas (1988), Administrasi Negara dan Masalah-masalah Kenegaraan, Rajawali Pers, Jakarta. Novisiya Rizal (2008), Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kesenjangan Anggaran, Tesis Magister Ilmu Akuntansi Program Pasca Sarjana Unsyiah, Banda Aceh. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, Tentang Pengukuran Kinerja Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, Tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah. Rahmawati (1997), Hubungan antara profesionalisme Internal Auditor dengan Kinerja, Kepuasan kerja, Komitmen dan keinginan untuk Pindah, Tesis Magister Ilmu Akuntansi Program Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta. Rinusu dan Sri Mastuti (2003), Panduan Praktis Mengontrol APBD, Civic Education and
92 Kamariah
Budget Transperency Advocation (CiBa) & Friedrich Ebert Shifting (FES), Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, Tentang Prinsip Penyusunan Anggaran. Robbins, P. Stephen (2003), Organization Behavior, Pearson Custom Publishng. Santoso Pramudji, (2009), Pengaruh Parsitipasi dan Profesionalisme Aparat terhadap Efektivitas Penggunaan Anggaran dengan Struktur Organisasi Desentralisasi sebagai Variabel Pemoderasi, Tesis Magister Ilmu Akuntansi Program Pasca Sarjana UNDIP, Semarang. Sedarmayanti (2007), Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Refika Aditama, Bandung. Simon, R. (2000), Performance Measurement & Control System for Implementing Strategy: Text & Cases, Prentice Hall, Upper Sadle River. Suhartini (2008), Pengaruh Profesionalisme Audit Terhadap Keefektifan Pelaksanaan Anggaran, Skipsi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Unsyiah, Banda Aceh. Suit, Y. dan Almasdi (2000), Aspek Sikap Mental dalam Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Thoha, Miftah (2000), Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, CV. Rajawali, Jakarta. Siegel, Gary dan Helene Ramanauskas, Marcni, (1989), Behavioural Accounting, Fransisco : Siouth Western Publishing Company.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Tika H. Moh. Pabundu, 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Cetakan Pertama, PT. Bhumi Aksara, Jakarta. Thoyib Armanu, 2005. Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi dan Kinerja: Pendekatan Konsep, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Uma Sekaran (2006), Research Methods For Business A Skill Building Approach, John Wiley & Sons, Inc. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999, Tentang Kelancaran Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Dengan Pengembangan Nasional. Undang-Undang No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dikti Universitas Malikussaleh (2009), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2009 Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe. Widiarsi, Tabita (2006), Pengaruh Komitmen Organisasional dan Ketidakpastian Lingkungan sebagai Variabel Moderating terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Semarang), Tesis Magister Ilmu Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Soegijapranata, Semarang Yohanes Harimurti (2004), Problematika Suatu Instansi Pemerintah Dalam Menyusun Indikator Kinerja Tinjauan dari Dimensi Value For Money, JAKSP, Vol. 05 No.02, Agustus 2004
KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN (JAK) FAKULTAS EKONOMI UNIMAL
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 1, Nomor 1, Februari 2011