JST Kesehatan, April 2016, Vol.6 No.2 : 185 – 192
ISSN 2252-5416
HUBUNGAN KADAR NITRIC OXIDE (NO) TERHADAP FREKUENSI SERANGAN, DURASI SERANGAN, INTENSITAS NYERI PADA MIGREN MENSTRUAL DAN NON MENSTRUAL FASE IKTAL The Correlation Between the Nitric Oxide (NO) and the Frequency, Duration, and Intensity of Pain Attack on Ictal Phase in Menstrual and Non-Menstrual Migrants
Citra Dewi, Yudy Goysal, Muhammad Akbar, dan Audry Devisanty Wuysang Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected])
ABSTRAK Migren adalah nyeri kepala neurovaskuler yang ditandai dengan episode-episode nyeri kepala yang berdenyut, unilateral dan kadang sampai intensitas nyeri berat. Penelitian ini bertujuan menentukan hubungan antara kadar nitric oxide (NO) dengan frekuensi serangan, durasi serangan dan intensitas nyeri pada penderita migren menstrual dan non menstrual fase iktal. Metode penelitian adalah secara potong lintang dengan desain kajian komparatif terhadap 16 penderita migren menstrual dan 17 penderita migren non menstrual, dengan rentang usia 18-50 tahun. Dari hasi pemeriksaan diperoleh penderita migren baik menstrual maupun migren non menstrual terbanyak di rentang usia 21 – 30 tahun. Hasil penelitian diperoleh kadar NO pada migren menstrual lebih tinggi secara bermakna (p = 0.002) dibanding migren non menstrual pada fase iktal, sedangkan diperoleh hasil yang tidak bermakna kadar NO terhadap frekuensi serangan, durasi, intensitas nyeri pada migren menstrual dan migren non menstrual (p>0.05) Kata Kunci: Nitric Oxide, Migren Menstrual, Migren Non Menstrual
ABSTRACT Migraine is a neurovascular headache characterized by episode of unilateral throbbing headache and sometimes lead to severe pain intensity. The research aimed to determine The correlation between the levels of the Nitric Oxide (NO) and the attacks frequency, attack duration, and Pain intensity in the patients with the Menstrual And Non-Menstrual migrants. This research method was the cross sectional method with the comparative study design on 16 patients with menstrual migraine and 17 patients with non-menstrual migrant. The research results indicated that the majority of the patients with both the menstrual migrant and the non menstrual migrant group were 21 – 30 years old. The research also revealed that the NO levels in the menstrual migrant was significantly higher (p=0.002) compared to the non menstrual group at the ictal phase, while the difference between the menstrual group and the control group was insignificant in terms of the NO levels, attacks frequency, attack duration, and Pain intensity (p>0.05) Keywords: Nitric Oxide, Menstrual Migrant, Non-Menstrual Migrant
dapat dimulai pada usia berapapun, dengan insidens puncak pada awal sampai pertengahan masa remaja. Dari seluruh keluhan nyeri kepala, nyeri kepala migren menempati urutan kedua terbanyak (29,5%) setelah nyeri kepala tipe tegang, dengan prevalensi 10-12% dari populasi dewasa, dan umumnya lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu 15-18% dibandingkan pada laki-laki 6%
PENDAHULUAN Migren adalah nyeri kepala neurovaskuler yang ditandai dengan episode – episode nyeri kepala yang berdenyut, unilateral, dan kadang sampai intensitas nyeri berat. Nyeri kepala umumnya disertai mual, muntah, atau sensitif terhadap cahaya, suara, atau gerakan. Tanpa penanganan/ pengobatan, nyeri secara khas berlangsung selama 4 - 72 jam. Usia onset migren 185
Nitric Oxide, Migren Menstrual, Migren Non Menstrual
(Lipton et al., 2006; Ropper et al., 2005). Di Amerika Serikat terdapat 23 juta penderita migren, dimana 2/3 sampai 3/4 kasus adalah perempuan, 70% adalah perempuan umur 12 tahun. Migren dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering pada usia pertengahan yaitu 2555 tahun dimana kelompok usia ini merupakan usia produktif terbesar. Migren tanpa aura umumnya lebih sering terjadi dibandingkan migren dengan aura dengan rasio perbandingan 5:1 (Lipton et al., 2006; Ropper et al., 2005). Pada usia reproduktif, menstruasi merupakan salah satu peristiwa yang bermakna dan berhubungan dengan munculnya serangan migren. Bila dibandingkan dengan seluruh fase menstrual, insidensi migren tanpa aura (MwA) lebih besar selama 5 hari pertama dan dimulai 2 hari sebelum onset menstruasi dan berlanjut hingga 3 hari pertama saat menstruasi. Mac gregor EA dalam studinya menganalisa 155 perempuan, menemukan prevalensi migren 1.7 kali lebih sering muncul pada saat 2 hari sebelum menstruasi dan 2.1 kali lebih berat derajat intensitas nyerinya dan 2.5 kali lebih sering muncul pada 3 hari pertama onset menstruasi dengan derajat intensitas nyeri sebesar 3.4 kali. Patogenesis migren menstrual yang terkait dengan hormon belum sepenuhnya diketahui namun kehadirannya berhubungan dengan estrogen withdrawl. Estrogen bisa mengganggu eksitabilitas seluler ataupun pembuluh darah serebral. Hormon streroid ovarium melewati sawar darah otak melalui difusi passif dengan kadar yang sama dalam otak dan dalam darah dan juga diproduksi dalam sistem saraf pusat. Hormon estrogen dan progesteron bisa mempengaruhi jalur proses nyeri dan keterlibatan endothelium pada patofisiologi migren. Hubungan antara estrogen dan neurotransmitter di otak sudah dibuktikan termasuk serotonin, norepinephrine, dopamine dan endorphin. Secara khusus, estrogen memiliki efek poten pada sistem serotonergik dengan meningkatkan tonus serotonergik. Prostaglandin juga berimplikasi pada migren menstrual melalui masuknya prostaglandin ke dalam sirkulasi sistemik yang memicu terjadinya nyeri kepala berdenyut, nausea dan muntah. Estrogen memfasilitasi sistem glutaminergik dan berpotensi meningkatkan eksitabilitas neuron. Menginduksi terjadinya cortical spreading
ISSN 2252-5416
depression (CSD) yang terlibat pada patofisiologi migren dan bergantung pada transmisi glutamate. Hormon estrogen juga terlibat dalam patofisilogi migren dan juga mempengaruhi pembuluh darah melalui stimulasi pelepasan nitric oxide (NO). Reseptor α estrogen akan meningkatkan aktifitas NO synthase pada sel endothelium melalui aktivasi langsung protein phosphatidylinositol 3- OH kinase. Ketika Nitric oxide dan platelet- L-arginine pathway dibandingkan pada 60 perempuan dengan migren menstrual, migren non menstrual dan perempuan tanpa riwayat migren menunjukkan perempuan dengan riwayat migren menstrual menunjukkan aktivasi yang cukup tinggi pada nitric oxide dan L-Arginine pathway dan peningkatan kadar Nitric oxide khususnya selama fase luteal (Brandes, 2006). Dengan meninjau beberapa kajian di atas, telah banyak penelitian dari luar negeri mengenai migren menstrual, akan tetapi penelitian tentang hubungan nitric oxide (NO) dengan migren menstrual belum pernah dilakukan di Indonesia. Dengan melihat pemaparan di atas, kami tertarik untuk menganalisa perbedaan karekteristik migren pada perempuan, khususnya di kota Makassar, dengan mengkaji tinjauan terhadap frekuensi serangan, durasi serangan, intensitas nyeri dan kadar nitric oxide (NO) pada migren menstrual dan migren non menstrual fase iktal. Berdasarkan uraian latar belakang, maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara kadar nitric oxide (NO) dengan frekuensi serangan, durasi serangan dan intensitas nyeri pada penderita migren menstrual dan non menstrual. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kota Makassar, khususnya Poliklinik Saraf RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya, bulan Maret 2015 sampai September 2015. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian crosssectional dengan desain comparative study untuk mengetahui korelasi kadar Nitric oxide (NO) terhadap frekuensi serangan, durasi serangan dan intensitas nyeri pada penderita migren menstrual fase iktal. 186
Citra Dewi
ISSN 2252-5416
Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua perempuan penderita nyeri kepala migren yang datang berobat ke Poliklinik Saraf RSUP Dr. Wahidin Sudirohudoso dan RS jejaringnya dan berumur 18-50 tahun. Sampel penelitian yaitu seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian ini 35 penderita migren yang memenuhi kriteria inklusi, 2 sampel drop out sehingga jumlah sampel yang memenuhi syarat untuk dianalisis sebanyak 33 yang terbagi menjadi dua kelompok migren menstrual dan migren nonmenstrual.
HASIL Telah dilakukan penelitian cross-sectional dengan desain comparative study untuk mengetahui korelasi kadar Nitric oxide (NO) terhadap frekuensi serangan, durasi serangan dan intensitas nyeri pada penderita migren menstrual. Penelitian dilaksanakan di kota Makassar, khususnya Poliklinik Saraf RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya, bulan Maret 2015 sampai September 2015. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia. Dari 16 sampel migren menstrual diperoleh sampel yang terbanyak pada rentang usia 21-30 tahun sebanyak 56,2 % dan yang paling sedikit pada rentang usia < 20 tahun oleh karena tidak ditemukan sampel sama sekali pada kelompok umur tersebut. Dari 17 sampel migren non menstrual diperoleh sampel yang terbanyak pada rentang usia 21-30 tahun sebanyak 64,7 % dan paling sedikit pada rentang usia ≤ 20 tahun sebesar 5,9 %. Hubungan antara kadar nitric oxide (NO) dengan jenis migren pada migren menstrual dan migren non menstrual saat fase iktal. Proporsi kadar Nitric Oxide (NO) terbanyak ditemukan pada kelompok migren non menstrual terutama kelompok kadar NO tinggi sebesar 64,7 % dan proporsi kadar NO paling sedikit ditemukan pada kelompok migren non menstrual yaitu kelompok kadar NO tinggi sejumlah 5,9%. Tampak perbedaan bermakna kadar NO pada migren menstrual dibandingkan migren non menstrual pada fase iktal dengan nilai signifikansi secara statistik bermakna dengan nilai (p = 0,002) (Tabel 1).
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data terdiri dari : 1) Anamnesis, dilakukan guna memperoleh informasi tentang karakteristik dan keadaan umum subyek, misalnya umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, obat-obatan yang diminum, dan lain-lain yang dibutuhkan, dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan. 2) Pemeriksaan fisis umum dan neurologis. 3) Pemeriksaan laboratorium, dan 4) Pemeriksaan TCD dan CT Scan Kepala bila diperlukan. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik Program Statistikal Package for Social Sciences (SPSS) versi 19 dan dilakukan analisis: Untuk uji hubungan antara hubungan kadar Nitric Oxide ( NO ) terhadap frekwensi serangan,durasi serangan dan intensitas nyeri (NPIS) digunakan uji Krusskal- Wallis. Penilaian hasil uji hipotesis dinyatakan bermakna apabila p < 0,05.
Tabel 1. Hubungan antara kadar nitric oxide (NO) dengan jenis migren pada migren menstrual dan migren non-menstrual saat fase iktal
Migren Menstrual
Rendah (n %) 3 (18.8%)
Migren 5 (29.4%) Non-Menstrual Total 8 Nilai p dengan uji Krusskal- Wallis
Kadar Nitric Oxide (NO) Sedang (n % ) 3 (18.8%)
Tinggi (n %) 10 (62.5%)
11 (64.7%)
1 (5.9%)
14
11
187
P 0.010
Nitric Oxide, Migren Menstrual, Migren Non Menstrual
ISSN 2252-5416
Tabel 2. Hubungan antara kadar nitric oxide (NO) terhadap frekuensi migren pada migren menstruasi dan non menstruasi fase iktal
Migren Menstrual Frekuensi Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah (n %)
Kadar Nitric Oxide (NO ) Sedang (n %)
Tinggi (n %)
P
2 (50%) 1 (12.5%) 0 (0%) 3
1 (25%) 1 (12.5%) 1 (25%) 3
1 (25%) 6 (75%) 3 (75%) 10
0.197
3 (75%) 6 (85.7%) 2 (33.3%) 11
0 (0%) 1 (14.3%) 0 (0%) 1
0.218
Migren Non-Menstrual Frekuensi Rendah 1 (25%) Sedang 0 (0%) Tinggi 4 (66.7%) Total 5 Nilai p dengan uji Kruskal-Walli Proporsi kadar NO pada migren menstrual terbanyak pada kelompok kadar NO tinggi dengan frekuensi migren sedang sebanyak ( 75 % ) dan pada frekuensi migren tinggi (75 %) sedangkan proporsi kadar NO terkecil pada kelompok kadar NO rendah ( 0 % ) oleh karena tidak ditemukan kejadian migren sama sekali pada kelompok tersebut. Disamping itu terdapat kecenderungan proporsi kadar NO yang tinggi terhadap frekuensi migren pada kelompok migren menstrual. Walaupun dengan uji signifikansi tidak didapatkan hubungan bermakna ( p = 0,197 ) dan bisa disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara kadar nitric oxide (NO) dengan frekuensi migren pada migren menstrual. Proporsi kadar NO pada migren non menstrual terbanyak pada kelompok kadar NO sedang dengan frekuensi migren sedang sebanyak 85,7 % dan proporsi kadar NO migren non menstrual terkecil ditemukan pada kelompok kadar NO rendah dengan frekuensi migren sedang, kelompok kadar NO tinggi dengan frekuensi migren rendah dan kelompok kadar NO tinggi dengan frekuensi tinggi dimana pada ketiga kelompok tersebut tidak ditemukan sama sekali kejadian migren (0 %). Disamping itu terdapat kecenderungan proporsi kadar NO sedang terhadap frekuensi migren pada kelompok migren non menstrual. Walaupun
dengan uji signifikansi tidak didapatkan hubungan bermakna (p = 0,218) dan bisa disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara kadar nitric oxide (NO) dengan frekuensi migren pada migren non menstrual (Tabel 2). Hubungan kadar NO terhadap durasi migren pada migren menstrual dan non menstrual fase iktal. Proporsi kadar NO pada migren menstrual terbanyak pada kelompok kadar NO tinggi dengan kelompok durasi migren < 1 hari sebanyak ( 66,7 % ) sedangkan proporsi kadar NO terkecil pada kelompok kadar NO rendah dan sedang pada kelompok durasi migren 1-2 hari masing -masing sebesar (16,7 %). Disamping itu terdapat kecenderungan proporsi kadar NO yang tinggi pada durasi migren < 1 hari pada kelompok migren menstrual. Walaupun dengan uji signifikansi tidak didapatkan hubungan bermakna (p = 0,967) dan bisa disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara kadar nitric oxide (NO) dengan durasi migren pada migren menstrual. Proporsi kadar NO pada migren non menstrual terbanyak pada kelompok kadar NO sedang dengan durasi migren 1-2 hari sebesar ( 75 % ) dan distribusi kadar NO migren non menstrual terkecil ditemukan pada kelompok kadar NO tinggi dengan durasi migren 1- 2 hari dan > 2 hari karena tidak ditemukan kejadian migren pada kelompok tersebut. Disamping itu 188
Citra Dewi
ISSN 2252-5416
terdapat kecenderungan proporsi kadar NO sedang pada durasi migren 1-2 hari pada kelompok migren non menstrual. Walaupun dengan uji signifikansi tidak didapatkan
hubungan bermakna (p = 0,453) dan bisa disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara kadar nitric oxide (NO) dengan durasi migren pada migren non menstrual (Tabel 3).
Tabel 3. Hubungan antara kadar nitric oxide (NO) dengan durasi migren pada migren menstruasl dan migren non menstrual fase iktal
Rendah (n %) Migren Menstrual Durasi <1 Hari 1-2 Hari
1 (16.7%) 2 (20.0%)
Total 3 Migren Non Menstrual Durasi <1 Hari 2 (33.3%) 1-2 Hari 2 (25%) >2 Hari 1 (33.3%) Total 5 Nilai p dengan uji Kruskal-Wallis
Kadar Nitric Oxide (NO) Sedang Tinggi (n %) (n %)
P
1 (16.7%) 2 (20.0%)
4 (66.7%) 6 (60.0%)
3
10
3 (50%) 6 (75%) 2 (66.7%) 12
1 (16.7%) 0 (0%) 0 (0%) 0
0.967
0.453
Tabel 4. Hubungan antara kadar NO dengan intensitas nyeri pada migren menstrual dan non menstrual saat fase iktal
Rendah (n %)
Kadar Nitric Oxide (NO) Sedang (n %)
Tinggi (n %)
P
0 (0%) 3 (21.4%) 3
0 (0%) 3 (21.4%) 3
2 (100%) 8 (57.1%) 10
0.526
0 (0%) 5 (33.3%) Total 5 Nilai p dengan uji Krusskal- Wallis
2 (100%) 9 (60%) 12
0 (0%) 1 (6.7%) 0
0.559
Migren Menstrual Intensitas nyeri Sedang Berat
Total Non-Menstrual Intensitas nyeri Sedang Berat
189
JST Kesehatan, April 2016, Vol.6 No.2 : 185 – 192
ISSN 2252-5416
Proporsi kadar NO pada migren menstrual terbanyak pada kelompok kadar NO tinggi dengan kelompok intensitas nyeri sedang sebanyak 100 % sedangkan distribusi kadar NO terkecil pada kelompok kadar NO rendah dan sedang pada kelompok intensitas nyeri sedang oleh karena tidak ditemukan sama sekali kejadian migren pada kelompok tersebut (0%). Disamping itu terdapat kecenderungan proporsi kadar NO yang tinggi pada intensitas nyeri sedang pada kelompok migren menstrual. Walaupun dengan uji signifikansi tidak didapatkan hubungan bermakna ( p = 0,526) dan bisa disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara kadar nitric oxide (NO) dengan intensitas pada migren menstrual. Distribusi kadar NO pada migren non menstrual terbanyak pada kelompok kadar NO sedang dengan intensitas nyeri sedang sebanyak ( 100 % ) dan distribusi kadar NO migren non menstrual terkecil ditemukan pada kelompok kadar NO rendah dan tinggi dengan intensitas nyeri sedang disebabkan tidak ada data dan kejadian migren non menstrual pada kedua kelompok tersebut ( 0 %). Terdapat adanya kecenderungan proporsi kadar NO sedang dengan intensitas nyeri pada kelompok migren menstrual. Walaupun dengan uji signifikansi tidak didapatkan hubungan bermakna ( p = 0,559 ) dan bisa disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara kadar nitric oxide (NO) dengan intensitas nyeri pada migren non menstrual (Tabel 4).
Pada penelitian ini diperoleh kadar NO yang secara signifikan lebih tinggi pada migren menstrual dibandingkan migren non menstrual saat fase iktal diantaranya disebabkan oleh peningkatan aktivasi jalur L-arginin / NO saat fase iktal maupun oleh karena kadar estrogen tinggi yang mengaktivasi langsung protein phosphatydylinositol 3-OH kinase Goysal (2012) menemukan kadar NO serum keadaan basal lebih tinggi pada migren (hiperaktivitas produksi NO) terutama pada migren tanpa aura dibandingkan dengan kontrol. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tambing (2012), yang memperoleh kadar NO plasma basal kelompok migren tanpa aura fase interiktal lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol dan selama stimulasi tahan napas. Estrogen dan progesteron merupakan neurosteroid yang mempengaruhi jalur proses nyeri dan endotel vaskular yang terlibat dalam patofisiologi migren. Estrogen memiliki efek poten pada sistem serotonergik, meningkatkan tonus serotonergik. Hal ini memfasilitasi sistem glutaminergik, secara potensial meningkatkan eksitabilitas neuron. Estrogen tidak mempengaruhi seluruh wanita dengan migren yang terkadang bisa dijelaskan dengan sensitifitas reseptor estrogen intrinsik pada neuron hipothalamus. Dan diduga memiliki dasar genetik (Berman et al., 2006). . Hiperagregasi platelet berperan penting dalam patofisiologi migren. Beberapa penelitian menemukan bukti secara tidak langsung peningkatan aktivasi platelet selama serangan migren dan periode bebas nyeri. Zeller dkk, 2004 meneliti aktivasi platelet pada darah vena pada penderita migren dan didapatkan peningkatan aktivasi platelet dan agregasi platelet-leukosit yang bermakna pada penderita migren dibandingkan kontrol. Agregasi platelet menyebabkan produksi NO yang berguna untuk menghambat agregasi platelet. Penjelasan mengenai meningkatknya konsentrasi peroxynitrit bersamaan dengan produksi berlebih dari NO dan anion superoxide, ini dapat diakibatkan dari hiperagregasi platelet (Yilmaz et al., 2007). Keterkaitan tingginya kejadian stroke pada penderita migren fase iktal, diantaranya adalah vasospasme, hiperkoagulabilitas dan perubahan aliran darah terkait cortical spreading deppression. Pada fase interiktal patofisiologi yang dianggap
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa penderita migren baik menstrual maupun kontrol terbanyak di rentang usia 21 – 30 tahun. Hasil penelitian diperoleh kadar NO pada migren menstrual lebih tinggi secara bermakna (p = 0.002) dibanding kontrol pada fase iktal, sedangkan diperoleh hasil yang tidak bermakna kadar NO terhadap frekuensi serangan, durasi, intensitas nyeri pada migren menstrual dan kontrol (p>0.05). Serangan migren menstrual seringkali muncul tanpa aura bahkan pada pasien dengan aura sekalipun di luar siklus menstruasi. Pada wanita dengan “menstrually related migraine “ serangan migren saat menstrual lebih berat dan mengakibatkan disabilitas, durasi lebih lama dan kurang berespon terhadap obat-obatan simtomatik dibandingkan dengan serangan migren diluar siklus menstruasi. 190
Citra Dewi
ISSN 2252-5416
mendasari tingginya kejadian stroke adalah disfungsi endotel. Penelitian Wuysang (2014), menemukan adanya hubungan bermakna antara kadar NO serum dan intensitas nyeri. Mekanisme biologis utama NO adalah vasodilatasi, yang terjadi setelah mengikat guanylyl siklase dalam sel otot polos pembuluh darah, membentuk siklik monofosfat guanosin, yang pada gilirannya membentuk protein kinase-G yang terfosforilasi. Pada kultur ganglion trigeminal tikus, kadar estrogen yang tinggi mempengaruhi ekspresi gen dan sinyal intraselular melalui sinyal regulasi kinase ekstraselular. Sinyal intraselular melalui sinyal ekstraselular meregulasi kinase dan mengikuti ikatan pada ligan pada reseptor sel dan mempengaruhi inflamasi dan nyeri neuropatik . Bukti lainnya diduga bahwa kadar neuropeptide Y, suatu regulator dan nosisepsi sentral. Dan galanin, suatu modulator gonadotropin – releasing hormone dan luteinizing hormone akan memodulasi fluktuasi kadar estrogen selama siklus reproduksi. Data tersebut mendukung teori bimodal yang menyatakan penurunan estrogen tiba-tiba ataupun konsentrasi estrogen plasma yang meningkat secara kronik bisa memicu nyeri trigeminal. Beberapa studi menginvestigasi dasar biologis hormonal mempengaruhi sistem trigeminovaskular. Puri V dalam studinya menyelidiki efek kadar fisiologis estrogen pada ganglion trigeminal tikus betina secara in vitro. Analisis imunositokimiawi menunjukkan adanya estrogen reseptor- alpha pada lokasi sitoplasmik predominan dan dalam neurit (Puri et al., 2006). Pada penderita migren, disamping terdapat nyeri intrakranial juga disertai peninggian sensitivitas kulit, sehingga selain terjadi iritasi serabut nyeri perifer yang terdapat di pembuluh darah intrakranial, juga terjadi kenaikan sensitisasi sel saraf sentral terutama pada sistem trigeminal, yang memproses informasi yang berasal dari struktur intrakranial dan kulit. Pada saat serangan migren, akan terjadi fenomena pain pathway dari sistem trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi reseptor n-methyl d-aspartate (NMDA) yang kemudian diikuti peninggian kalsium sebagai penghantar yang menaikkan aktivasi proteinkinase seperti misalnya 5-HT, bradikinin, prostaglandin, dan juga mengaktivasi enzim nitric oxyde synthase (NOS). Proses
tersebut menyebabkan adanya penyebaran nyeri, allodinia, dan hiperalgesia pada penderita migren. Pada penderita migren mengalami nyeri kepala yang lebih berat dibandingkan dengan nonmigren. Hal ini mungkin berkaitan dengan hipersensitif pada jalur NO-cGMP pada migren. Dibandingkan dengan kontrol, migren lebih sensitif terjadinya dilatasi arteri intrakranial terhadap GTN. NO berperan dalam regulasi aliran darah melalui kerja enzimatik nitric oxide synthase (NOS). NO dibentuk dari asam amino Larginine melalui kerja enzimatik nitric oxide synthase (NOS). Terdapat tiga bentuk NOS yaitu eNOS, nNOS, dan iNOS. Pada kondisi basal di pembuluh darah, NO terus-menerus diproduksi oleh eNOS dan nNOS (Klabunde, 2008). iNOS distimulasi dari sitokin atau endotoksin, sedangkan eNOS dan nNOS distimulasi melalui peningkatan kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler melalui influx transmembran akan mengaktivkan eNOS dan nNOS. Stimulasi dari beberapa reseptor membran spesifik seperti glutamat, bradikinin, asetilkolin, histamin, endothelin-1, dan substansi P meningkatkan aktivitas eNOS dan nNOS. Aktivasi eNOS menghasilkan peningkatan produksi NO di dalam sel endotel yang menyebabkan vasodilatasi. Pelepasan NO juga menurunkan agregasi dan perlekatan trombosit dan leukosit (Klabunde, 2008). Sedangkan nNOS ditemukan pada neuron sentral dan perifer. Pada level sistem trigeminal, nNOS mengkoordinasi produksi NO yang mengaktivasi pelepasan CGRP dari serat trigeminal dan mencetuskan vasodilatasi. KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kadar Nitric Oxide (NO) dengan jenis migren baik pada kelompok migren menstrual dan migren non menstrual saat fase iktal. Tidak terdapat hubungan antara Kadar Nitric Oxide (NO) terhadap frekuensi serangan ( rendah, sedang, tinggi ) baik pada kelompok migren menstrual maupun migren non menstrual. Tidak terdapat hubungan antara Kadar Nitric Oxide (NO) terhadap durasi serangan baik pada kelompok migren menstrual maupun migren non menstrual. Tidak terdapat hubungan antara Kadar Nitric Oxide (NO) terhadap intensitas nyeri baik pada kelompok migren 191
Nitric Oxide, Migren Menstrual, Migren Non Menstrual
menstrual maupun migren non menstrual. Peneliti menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut yang mengkaji konstribusi neurotransmiter lainnya terhadap frekuensi serangan, durasi serangan, dan intensitas nyeri pada migren menstrual serta dibutuhkan penelitian lanjutan dengan sampel yang homogen terutama pada penderita migren menstrual tipe pure menstrual migren (PMM ).
ISSN 2252-5416
Lipton et al. (2006). The epidemiology and impact of migraine and other headache. Disorder, tailor &frncis graup. LLC. New York. MacGregror. (2008). Menstrual Migraine. Current Opinion in Neurology. Puri et al. (2006). Effects of oestrogen on trigeminal ganglia in culture: Implication for hormonal effects on migraine. Cephalagia. Ropper et al. (2005). Cerebrovascular Diseases. In: Adam And Victor’s Principles Of Neurology. Eighth Edition. Mcgraw-Hill Companies Inc. USA. Tambing. (2012). Analisis kadar Nitric Oxide (NO) plasma basal dan selama tahan napas penderita migren tanpa aura fase interiktal. Tesis. Fakultas Kedokteran Uniersitas Hasanuddin. Wuysang. (2014). Disfungsi Endotel, Inflamasi dan protrombosis pada migren: Kajian kadar Endothelin-1 (ET-1), High-sensitivity CReactive Protein (hs-CRP) dan Plasminogen Activator Inhibitor- 1 (PAI-1) terhadap gambaran klinis migren. Disertasi. Fakustas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Yilmaz et al. (2007). Increased nitrosative and oxidative stress in platelets of migraine patients. Tohoku J. Exp. Med.
DAFTAR PUSTAKA Berman et al. (2006). Serotonin in trigeminal ganglia of female rodents,relevance to menstrual migraine. Brandes. (2006). A Systematic Review, The Influence Of Estrogen On Migraine. JAMA. Goysal. (2012). Analisis dinamika kadar Nitrix Oxide dan kecepatan aliran darah otak selama stimulasi karbondioksida dan Cold Pressor Test pada penderita migren fase interiktal. Disertasi. Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin. Klabunde. (2008). Cardiovascular concepts, Nitric Oxide. In: http://www.cvphysiology.com/Blood Flow/BF011 - nitric oxide.gif
192