JST Kesehatan, Januari 2016, Vol.6 No.1 : 83 – 90
ISSN 2252-5416
HUBUNGAN GANGGUAN KESADARAN ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA DI PERAWATAN INTENSIF ANAK The Correlation Between Consciousness Impairment of a Child and the Mother’sanxiety Degree at Pediatric Intensive Care Unit
Sri Juniarty, Martira Maddeppungeng, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar (E-mail:
[email protected])
ABSTRAK Gangguan kesadaran termasuk kegawatdaruratan anak yang memerlukan penanganan sesegera mungkin, dan dapat menyebabkan seorang ibu mengalami kecemasan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara gangguan kesadaran pada anak dan tingkat kecemasan ibu dari penderita yang dirawat di PICU dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale.Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Data diambil pada anak umur 1 bulan sampai 18 tahun yang dirawat di perawatan intensif anak rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo periode April 2014 sampai Januari 2015. Jumlah sampel sebanyak 243 anak gangguan kesadaran yang terdiri dari 112 anak gangguan kesadarankoma dan 131 anak gangguan kesadaran-tidak koma.Pada penelitian didapatkan frekuensi kejadian ibu mengalami kecemasan berat pada anak gangguan kesadaran-koma (83,9%) sangat berbeda bermakna dibanding kejadian ibu mengalami kecemasan berat pada anak gangguan kesadaran-tidak koma (26,7%), dengan nilai odds ratio (OR) 14,32, IK 95% 7,58-27,04 dan nilai p 0,00 ( p< 0,01). Ada hubungan korelasi antara tingkat gangguan kesadaran pada anak ( GCS ) dan skor HARS pada ibu yaitu semakin rendah tingkat gangguan kesadaran pada anak maka semakin tinggi skor HARS ibu, dengan nilai p< 0,01 dan nilai korelasi (r) sebesar - 0,156. Kata Kunci: Gangguan Kesadaran, Tingkat Kecemasan, Hamilton Anxiety Rating Scale
ABSTRACT Consciousness impairment of children is an emergency condition that makes mother or care take being anxious. The aims of study to investigate the correlation between child’s consciousness impairment and the mother’s the anxiety degree. The study was in cross-sectional design. The data were gathered from children of 1 month to 18 years old under treatment in the Pediatric intensive care unit of Dr Wahidin Sudirohusodo Hospital in the period between April 2014 and January 2015. The total samples consists of 243 children with consciousness impairment divided into two groups : 112 children with the consciousness impairment-coma and 131 children with consciousness impairment-without coma.The study indicates that there is a significant correlation between the consciousness impairment of the children and the mother’s level of anxiety as shown by the Odds Ratio (OR) value of 14,32 CI95% 7,58 – 27,04 with p value of 0.00 (p < 0.01). There is also a correlation between consciousness impairment degree in children and maternal HARS scores i.e. the lower the consciousness impairment degree, the higher the HARS score of mother with p< 0,01, correlation value of -0,156. Keywords: Consciousness Impairment, Anxiety Degree, Hamilton Anxiety Rating Scale
83
Sri Juniarty
ISSN 2252-5416
responnya adalah suatu kecemasan. Pada susunan saraf pusat, rangsangan ini akan menyebabkan hipotalamusmenghasilkan hormon yaitu corticotropin releasing factor (CRF) yang akan menstimuli kelenjar pituitary anterior untuk mengeluarkan adrenocorticotropic hormone (ACTH), selanjutnya akan merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi katekolamin (cortisol, adrenalin dan noradrenalin) yang akan memacu susunan saraf otonom. Hiperaktivitas susunan saraf otonom akan menimbulkan gangguan kecemasan (Gabbard, 2005; Hawari et al., 2011).Tenang atau tidaknya anak dipengaruhi oleh tenang atau tidaknya sang ibu. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa pola yang terekam dari aktivitas otak anak yang sedang disusui hampir identik dengan sang ibu. Pada umumnya ibu lebih memperhatikan anaknyadisbanding bapaknya, kecenderungan ini pula yang membedakan kualitas ikatan batin antara ibu dan anak dengan ayah dan anak (Pujianti, 2008). Pelayanan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk memulihkan kesehatan pasien secara fisik tetapi juga mencakup menjaga emosi dan kondisi jasmani pasien menjadi nyaman, namun kemajuan yang pesat dalam bidang medis belum diiringi dengan kemajuan yang sama pada aspek kemanusiaan dari segi perawatan pasien. Proses perawatan di rumah sakit cukup sering mengabaikan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi orangtua yang anaknya sedang dalam perawatan. Penyebab stres atau kecemasan yang umum dijumpai antara lain dampak fisik dan psikis dari penyakit, terpisah dari keluarga, rasa sakit dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi. Orangtua yang anaknya menjalani rawat inap di rumah sakit terancam dari hilangnya hidup dan kesehatan dari anak mereka (Woolston,1984). Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di PICU lebih tinggi dibanding ibu yang anaknya dirawat di bangsal (Board & Ryan, 2002). Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan antara gangguan kesadaran anak yang dirawat di PICU dengan tingkat kecemasan ibu penderita.
PENDAHULUAN Gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak berat yang dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf terganggu fungsi utamanya dalam mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan beraneka ragam penyebab baik primer intrakranial maupun ekstrakranial yang mengakibatkan kerusakan struktural ditingkat korteks cerebri dan batang otak/formatio retikularis atau keduanya (Passat, 2006). Gangguan kesadaran dapat berupa apati, delirium, somnolen, soporous atau koma tergantung pada beratnya kerusakan. Koma sebagai kegawatan fungsi susunan saraf pusat memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, sebab semakin lama berlangsung makin parah keadaan susunan saraf pusat sehingga kemungkinan makin kecil terjadinya penyembuhan sempurna (Anonymus, 2010). Sebanyak 3 % dari penderita yang datang ke unit gawat darurat merupakan penderita koma dan sebanyak 85 % dengan penyebab medikal dan 15 % dengan penyebab struktural. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wong et al (2001), penyebab terbanyak koma pada anak di Inggris pada tahun 1994-1995 adalah infeksi (38%), diikuti epilepsi dan kelainan kongenital (masing-masing berkisar antara 8-10 %), kecelakaan dan gangguan metabolik (masingmasing 6 %) dan selebihnya adalah akibat pendarahan non traumatik, asma dan penyakit keganasan (masing-masing 2 %) (Passat, 2006). Anak dengan kesadaran menurun memerlukan suatu perhatian dan penanganan yang lebih kompleks untuk menghindari efek samping, gangguan neurologis bahkan kematian.(Harsono,2005).Penanggulangan koma sangat tergantung pada patologi dasar serta patofisiologi gangguan kesadaran. Hal ini sangat sulit, apalagi jika riwayat penyakit dan perkembangan gejala fisik sebelumya tidak jelas (Passat, 2006). Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan lingkungan hidupnya, lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. Suatu kejadian di dalam lingkungan merupakan suatu rangsangan yang diterima oleh reseptor pada panca indera, kemudian rangsangan ini direspon dan dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Bila rangsangan yang dipersepsi adalah ancaman maka 84
Gangguan Kesadaran, Tingkat Kecemasan
ISSN 2252-5416
laki-laki dan 95 (39,1%) perempuan. Umur anak kurangdari 6 tahun sebanyak 178 subjek (73,25%) dan yang lebih atau sama dengan 6 tahun 65 subjek (26,75%). Status gizi anak terdiri dari gizi baik 116 (47,73%), gizi kurang 35 (14,40%) dan gizi buruk 92 (37,87%). Subjek dengan diagnosis anak merupakan penyakit infeksi yaitu 136 (55,96%), dan penyakit non infeksi 107 (44,04%). Umur ibu kurang dari 40 tahun sebanyak 204 subjek (83,95%), lebih atau sama dengan 40 tahun sebanyak 39 subjek (16,05%). Urutan anak pertama sebanyak 111 subjek (45,67%), anak kedua atau lebih 132 subjek (54,33%). Jumlah anak berupa anak tunggal sebanyak 80 subjek (32,92%), bukan anak tunggal sebanyak 163 subjek (67,08%). Pendidikan ibu non sarjana sebanyak 184 subjek (75,72%), sarjana 59 subjek (24,28%). Subjek dengan penghasilan keluarga lebih atau sama dengan 2 juta sebanyak 46 subjek (18,9%) dan yang kurang dari 2 juta sebanyak 197 subjek (81,1%).
BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian crosssectional untuk mengetahui hubungan gangguan kesadaran anak dan tingkat kecemasan pada ibu penderita gangguan kesadaran yang dirawat di PICU. Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di PICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai Januari 2015. Populasi dan sampel Populasi terjangkau adalah semua penderita/anak umur 1 bulan sampai 18 tahun yang mengalami gangguan kesadaran dan ibu dari penderita di PICU (Pediatric Intensive Care Unit). Metode Pengumpulan Sampel adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi berupa Semua penderita/anak yang mengalami gangguan kesadaran akibat penyakit infeksi dan non infeksi dan ibu dari penderita yang dirawat di PICU RS Wahidin Sudirohusodo, dalam perawatan 24 jam, umur anak 1 bulan sampai 18 tahun, bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent, ibu adalah orang tua biologik dari anak. Subyek penelitian diperoleh berdasarkan urutan masuknya di PICU (consecutive sampling).
Analisis uji validitas dalam mengidentifikasi skala kecemasan berdasarkan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) interexaminer. Pengukuran validitas dilakukan pada interexaminer yang menguji antara verifikator dan peneliti yang ditentukan dengan paired t test, uji korelasi Spearman, uji Mc Nemar dan nilai kappa. Dari hasil analisis didapatkan nilai mean antara peneliti dan verifikator masing-masing 31,77 dan 31,11 dengan paired t test p=0,165 yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna penilaian HARS antara peneliti dan verifikator (tabel 1). Uji korelasi Spearman didapatkan nilai p 0,000, yang menunjukkan korelasi antara peneliti dan verifikator sangat bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,975 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat (gambar 1 dan tabel 2). Sedangkan dengan uji Mc Nemar didapatkan nilai significancy sebesar 1,000 (p>0,05) dan nilai kappa=1, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian HARS antara peneliti dan verifikator tidak berbeda bermakna.
Analisis Data Seluruh data data yang dikelompokkan berdasarkan tujuan dan jenis data, kemudian dipilih metode statistik yang sesuai, yaitu : analisis univariat, Uji student T, Uji X2 (Chisquare), dan uji korelasi spearman. HASIL Karakteristik sampel Karakteristik sampel yang turut dinilai adalah jenis kelamin anak yang terdiri dari 148 (60,9%)
85
Sri Juniarty
ISSN 2252-5416
Tabel 1. Analisis validitas penilaian skor HARS interexaminer ( uji perbedaan nilai rata-rata skor HARS antara peneliti dan verifikator ) Skor HARS
Peneliti
Verifikator
Mean Median Minimum-Maksimal p= paired t test
31,77 32 15-40
31,11 31 15-40
p 0,165
Gambar 1 . Uji Korelasi Spearman Verifikator dan peneliti Tabel 2. Uji korelasi Spearman verifikator dan peneliti Peneliti
Verifikator r = 0,975 p = 0,000 n =9
Uji Spearman
yang anaknya mengalami gangguan kesadarantidak koma, p=0.00. Nilai OR = 14,32 dengan nilai 95% IK sebesar 7,58-27,04. Hal ini berarti frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu yang anaknya mengalami gangguan kesadarankoma (GCS≤ 8) adalah 14,32 kali dibanding kejadian kecemasan berat pada ibu yang anaknya mengalami gangguan kesadaran-tidak koma (GCS > 8).
Analisis hubungan tingkat kesadaran anak dengan tingkat kecemasan ibu Analisis hubungan tingkat kesadaran anak dengan tingkat kecemasan ibu dapat dilihat pada tabel 3, yang memperlihatkan terdapat perbedaan sangat bermakna antara frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu yang anaknya mengalami gangguan kesadaran-koma dibanding frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu
86
Gangguan Kesadaran, Tingkat Kecemasan
ISSN 2252-5416
Tabel 3. Hubungan Tingkat Kesadaran anak dengan tingkat kecemasan ibu Tingkat Kesadaran GCS ≤ 8 GCS > 8 Total Chi-square (X2) = 79,352
Tingkat kecemasan ibu Total Cemas berat Cemas ringan-sedang 94(83,9%) 18(16,1%) 112 (100%) 35(26,7%) 96(73,3%) 131 (100%) 129 (100%) 114 (100%) 243 (100%) df = 1 p = 0,00 OR = 14,32 IK 95% 7,58-27,04
Tabel 4. Korelasi antara tingkat kesadaran anak dengan skor HARS Tingkat kesadaran anak (GCS)
Nilai HARS ibu r = -0,156 p = 0,01 n = 243
Uji korelasi Spearman
Anxiety Rating Scale (HARS) dilakukan secara triplikat oleh peneliti kemudian hasil penilaian/pengukuran dibandingkan untuk mengetahui variasi intraexaminer, dan diperoleh nilai koefisien variasi (CoV) sebesar 6,3% (CoV <10%). Selain itupenilaian/pengukuran skor HARS juga dilakukan oleh verifikator, kemudian hasilnya penilaian peneliti dibandingkan dengan hasil penilaian verifikator untuk menentukan variasi interexaminer. Variasi interexaminer diperoleh dari hasil perhitungan simpang baku dibagi rerata nilai HARS. Pengukuran validitas dilakukan pada interexaminer yang menguji antara verifikator dan peneliti yang ditentukan dengan paired t test, uji korelasi Spearman, uji Mc Nemar dan nilai kappa. Dari hasil analisis dengan paired t test p=0,165 yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna penilaian HARS antara peneliti dan verifikator. Uji korelasi Spearman didapatkan nilai p= 0,000 yang menunjukkan korelasi antara peneliti dan verifikator sangat bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,975 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat. Sedangkan dengan uji Mc Nemar didapatkan p=1,000 dan nilai kappa=1, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian skor HARS antara peneliti dan verifikator tidak berbeda bermakna. Penilaian skor HARS oleh peneliti sesuai atau di benarkan oleh verifikator (korelasi linier). Dalam penelitian ini, sampel penelitian yang diambil adalah anak umur 1 bulan sampai 18 tahun.Keuntungan pengambilan sampel dengan rentangan umur yang luas untuk dapat
Analisis korelasi antara tingkat kesadaran pada anak dengan skor HARS Pada tabel 4 memperlihatkan korelasi antara tingkat gangguan kesadaran ( GCS ) pada anak dan skor HARS ibu diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = -0,156 dan nilai p = 0,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat gangguan kesadaran anak dengan skor HARS ibu adalah hubungan yang lemah dan berpola negatif, artinya semakin rendah tingkat gangguan kesadaran anak, maka semakin tinggi skor HARS ibu, hasil uji statistik ( korelasi spearman ) didapatkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat gangguan kesadaran anak dengan skor HARS ibu ( p<0,01). Koefisien determinan (R2)= 0,023, artinya kontribusi tingkat gangguan kesadaran anak mempengaruhi skor HARS ibu sebesar 2,3%, dan sisanya 97,7% skor HARS ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum diteliti pada penelitian ini. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi kecemasan berat pada ibu yang anaknya mengalami gangguan kesadaran-koma ( GCS ≤ 8 ) lebih tinggi dibanding frekuensi kecemasan berat pada ibu yang anaknya mengalami gangguan kesadaran-tidak koma ( GCS > 8 ) dan ada korelasi antara tingkat gangguan kesadaran anak ( GCS ) dengan tingkat kecemasan ibu ( skor HARS ) yaitu makin rendah GCS anak maka makin tinggi skor HARS ibu. Penilaian ketelitian pengukuran (quality control) tentang Hamilton
87
Sri Juniarty
ISSN 2252-5416
mendapatkan jumlah sampel yang besar dengan variasi sampel juga lebih besar. Pada umur 0 – 6 tahun merupakan tahap sekolah ibu dimana pengembangan alat-alat indera dan perolehan pengetahuan dasar di bawah asuhan ibu di lingkungan rumah tangga, sedangkan umur lebih dari 6 tahun adalah masa sekolah pada pendidikan formal. Penelitian ini, pembagian tingkat kecemasan ibu terdiri dari tidak cemas, cemas ringan sedang, dan cemas berat. Pembagian ini berdasarkan aplikasi klinis dari tingkat kecemasan. Tingkat cemas ringan sedang merupakan reaksi normal yang dapat ditoleransi pada individu akibat adanya suatu rangsangan atau ancaman yang diterima oleh panca indera sehingga tidak menimbulkan dampak yang serius pada ibu dan penderita. Sedangkan tingkat kecemasan berat dapat menimbulkan masalah psikologis berat pada ibu bahkan dapat menimbulkan kematian akibat respon sistim saraf otonom yang berlebihan (Freud, 2002). Pada penelitian ini dilakukan uji urutan anak terhadap tingkat kecemasan ibu dan didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna antara urutan anak terhadap derajat kecemasan ibu,hal ini disebabkan oleh faktor tempat perawatan anak di PICU sebagai stressor pada ibu Hal ini sejalan menurut penelitian oleh Kartikahadi (2012), yaitu urutan anak pertama merupakan faktor protektif terhadap tingkat kecemasan ibu. Penelitian ini juga melakukan uji jenis kelamin, diagnosis penyakit anak, status gizi, jumlah anak, penghasilan keluarga, pendidikan ibu dengan tingkat kecemasan ibu. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Kartikahadi (2012), faktor kecemasan dirasakan oleh ibu yang anaknya dirawat diperawatan intensif adalah melihat anak dalam kesakitan dan memperhatikan perubahan tingkah laku anak, tidak mengetahui berapa lama anak akan dirawat, tidak tahu bagaimana menolong anak, tidak tahu kondisi anak sebenarnya dan pemahaman orang tua terhadap penyakit anaknya masih kurang. Penghasilan keluarga tidak menjadi faktor yang menyebabkan kecemasan berat pada ibu, hal ini mungkin diakibatkan adanya jaminan kesehatan yang berlaku di masyarakat Indonesia yang memberikan jaminan kesehatan yang lebih baik pada semua lapisan masyarakat. Winthrop et al
(2005), melaporkan bahwa kecemasan dapat terjadi akibat stress finansial karena kehilangan pekerjaan yang berdampak negatif terhadap sosial ekonomi pada keluarga yang mempunyai anak yang mengalami sakit berat. Umur ibu dikelompokkan dalam kelompok kurang 40 tahun dan lebih atau sama dengan 40 tahun. Hal ini berdasarkan Hurlock (1991) dan Hooyman (1999), yang membagi umur kurang dari 40 tahun dan lebih atau sama dengan 40 tahun. Pada umur lebih atau sama dengan 40 tahun terjadi perubahan fisik dan psikologi karena berkurangnya efisiensi sistim organ tubuh manusia, sehingga akan terjadi penurunan respon serta fungsi motorik dan sensorik. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna umur ibu terhadap tingkat kecemasan ibu. Analisis hubungan gangguan kesadaran pada anak terhadap tingkat kecemasan ibu menunjukkan perbedaan sangat bermakna antara kelompok anak yang mengalami gangguan kesadaran-koma dan anak yang mengalami gangguan kesadaran-tidak koma dengan nilai OR 14,32. Hal ini berarti frekuensi ibu mengalami cemas berat pada kelompok anak yang mengalami gangguan kesadaran-koma 14,32 kali dibanding frekuensi ibu mengalami cemas berat pada kelompok anak yang mengalami gangguan kesadaran-tidak koma. Hal ini sejalan dengan penelitian Board & Ryan (2002), yang melaporkan beratnya penyakit yang dialami oleh anak mempunyai hubungan positif terhadap gejala stress yang diderita oleh ibu. Berbeda dengan penelitian oleh Youngblut & Shiao (1993), yang menyatakan bahwa reaksi orang tua yang anaknya dirawat di PICU dan stressor yang dialami oleh orang tua tidak berkorelasi dengan beratnya penyakit. Korelasi antara tingkat gangguan kesadaran pada anak dan skor HARS pada ibu ditemukan sangat bermakna dengan nilai p<0,01, nilai korelasi sebesar -0,156 menunjukkan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Pada penelitian ini skor untuk menilai kecemasan ibu menggunakan skor HARS dengan beberapa kendala, yaitu penilaian skor tidak dinilai pada waktu yang bersamaan sehingga memerlukan waktu yang lebih banyak dalam penilaian, beberapa pertanyaan yang masih 88
Gangguan Kesadaran, Tingkat Kecemasan
ISSN 2252-5416
bersifat subjektif dan tidak terukur secara tepat, sulit dipahami oleh orang awam, dan ada beberapa pertanyaan yang tidak relevan sehingga memberikan kendala dalam interpretasi dari skor HARS ini dan tidak membedakan apakah pasien sudah pernah dirawat sebelumnya atau merupakan perawatan yang pertama kali. Penelitian ini juga tidak membedakan apakah penyakit anak bersifat kronik atau bersifat akut. Selain itu beberapa variabel yang bisa mempengaruhi tingkat kecemasan ibu belum diikutkan dalam analisis seperti faktor kepribadian ibu, faktor lingkungan tempat tinggal, faktor dukungan keluarga baik dukungan moril maupun material, faktor budaya dan kekhawatiran kehilangan pekerjaan serta penghasilanyang belum dikaji. Desain pada penelitian ini adalah cross sectional sehingga tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat. Kekuatan pada penelitian ini adalah sampel yang diambil berada di lingkungan yang sama yaitu di ruang PICU dengan tingkat stressor yang sama sehingga pengaruh bias oleh tempat dapat disingkirkan. Selain itu pada penelitian ini, variabel-variabel lain yang dianggap dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu turut diperhitungkan antara lain jenis kelamin anak, umur anak, jenis penyakit anak, umur ibu, urutan anak, jumlah anak, pendidikan ibu dan penghasilan keluarga.
desain kohort prospektif untuk menilai dampak psikologis jangka panjang pada ibu yang anaknya pernah mengalami gangguan kesadaran, komponen pertanyaan pada HARS yang merupakan parameter penilaian pada skor HARS dipertimbangkan untuk direvisikarena sulit diterapkan secara objektif, serta perlu latihan berulang-ulang penggunaan skor HARS untukmengurangi kesalahan penilaian. DAFTAR PUSTAKA Anonymus. (2010).Coma and Impaired Consciousness. In Neurologic Disorders. Diakses tanggal 7 Juli 2010.Available from http://www.merck.com/mmpe/sec21/ch310/c h310a.html. Board R & Ryan WN. (2002). Long-term effects of PICU hospitalization on families with young children. Heart Lung.31:53-66. Freud S. (2002). Inhibitions, symptoms, and anxiety. Tr. James Strachey. New York: Norton. Gabbard GO.(2005). Anxiety disorders, Dalam: Gabbard GO, penyunting. Psychodinamic Psychiatry in Clinical Practice.Edisi ke-4. Virginia: American Psychiatric Publishing, 249-81. Hawari D. et al. (2011).Manajemen stres cemas dan depresi.Edisi ke 2. Jakarta: Balai penerbit Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Harsono. (2005). Buku Ajar Neurologi, Kesadaran Menurun, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Hurlock I. (1991). The relevance of 24 hour PRISM III score in predicting mortality in paediatric intensive care unit, 3(4), 214-219 Hooyman F. (1999). Nyamathi A. Parents of children in the pediatric intensive care unit: what are their needs? Heart Lung. 1988; 17:574–581 Kartikahadi L. (2012). Comparison of maternal anxiety scores in pediatricintensive care unit and general ward parents in Paediatrica Indonesiana. Vol 52: 95-8. Passat J. (2006). Datang Tidak Sadar, Apa yang Harus Dilakukan? Pediatric Neurology and Neuro Emergency in Daily Practice. DIKA FK. UI. RSCM. Jakarta Pujianti D. (2008). Hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan
KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum terdapat perbedaan bermakna frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu yang anaknya mengalami gangguan kesadaran-koma lebih tinggi dibanding frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu yang anaknya mengalami gangguan kesadaran-tidak koma dan terdapat korelasi antara tingkat gangguan kesadaran anak dengan skor HARS ibu yaitu semakin rendah tingkat gangguan kesadaran anak, maka semakin tinggi skor HARS ibu.Berdasarkan penelitian ini maka dapat disarankan yaitu penelitian ini memberikan gambaran kecemasan pada ibu yang anaknya dirawat di perawatan intensif yang mengalami gangguan kesadaran. Oleh karena itu perlu dilakukan konseling pada orang tua yang mengalami kecemasan berat sehingga kecemasan yang dirasakan ibu dapat berkurang yang selanjutnya memberikan dampak positif terhadap pengasuhan dan perawatan anak, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan 89
Sri Juniarty
ISSN 2252-5416
emosional.Program studi gizi masyarakat dan sumber daya keluarga. IPB,10-5 Wong CP., Forsyt RJ., Kelly TP., & Eyree JA (2001). Current topic: incidence, aetilogy, and outcome of non-traumatic coma: a population base study. Arch Dis Child. Woolston JL. (1984). Psyahiatric aspects of a Pediatric Intensive Care Unit. The Yale Journal of Biology and Medicine.57:97-110.
Winthrop AL., Brasel KJ., Stahovic L., Paulson J., Schneeberger B., & Kuhn E.(2005). Quality of life and functional outcome after pediatric trauma. J Trauma ;58:468–474 Youngblut JM, & Shiao SP. (1993). Child and family reaction during and after pediatric ICU hospitalization: a pilot study. Heart Lung.22:46-54.
90