JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : 193 – 200
ISSN 2252-5416
HUBUNGAN KEJANG PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA YANG DIRAWAT DI PERAWATAN INTENSIF ANAK Relationship Between the Seizure in Children and the Anxiety Level of the Mother Patients Cared in the Pediatric Intensive Care Unit
Mahirina Marjani, Martira Maddeppungeng, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar (E-mail :
[email protected])
ABSTRAK Kejang merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan sesegera mungkin, dan sering membuat ibu atau pengasuh anak mengalami kecemasan. Penelitian ini bertuuan mengetahui hubungan kejang pada anak dengan tingkat kecemasan ibu penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Data diambil pada anak umur 29 hari sampai 18 tahun yang dirawat di perawatan intensif anak rumah sakit Dr Wahidin Sudirohudoso periode April – September 2014. Jumlah sampel yang diperoleh 133 anak yang terbagi 58 sampel pada kelompok kejang dan 75 sampel pada kelompok tidak kejang. Hasil penelitian diperoleh frekuensi ibu mengalami cemas berat pada kelompok kejang dibanding pada kelompok tidak kejang sangat berbeda bermakna dengan nilai odds ratio (OR) = 6,286, IK95% = 2,912 - 3,569 dan nilai p = 0,000 (p < 0,01). Selain itu juga didapatkan nilai rerata, nilai median, dan rentangan skor HARS pada kelompok kejang lebih tinggi dibanding kelompok tidak kejang yaitu berturut-turut sebesar 31,5 dibanding 26,02, 30,5 dibanding 26, dan 20 – 50 dibanding 18 – 34, dengan nilai p = 0,000 (p < 0,01). Kata Kunci: Kejang, tingkat kecemasan, Hamilton Anxiety Rating Scale
ABSTRACT Seizure is an emergency and a frequently clinical manifestation in emergency room condition that needs early intervention and frequently causing mother or care taker become anxious. This research aimed to analize the correlation between the seizure in children and the anxiety level of the mother patients cared in the Pediatric Intensive Care Unit. The design of the research was the cross-sectional study. The data were collected from the 29-day-old and 18-year-old children who treated in PICU of Dr Wahidin Sudirohusodo Hospital from April through September, 2014. The total samples comprised 133 children, who were devided into two groups: the group of 58 children with the seizure and the group of 75 children without the seizure.The research result revealed that there is a significant correlation between the seizure of the children and the anxiety level of the mothers as shown by the Odds Ratio (OR) value of 6.286 CI95% = 2,912 – 13,569 with p value of 0.000 (p < 0.01), and the mean, median, maximum and minimum values of HARS score were higher in seizure group: the values being 31.5 : 26.02, 30.5 : 26, and 20 – 50 : 18 – 24 respectively with p= 0,000 (p<0,01). Keywords: Seizure, anxiety degree, Hamilton Anxiety Rating Scale
193
Mahirina Marjani
ISSN 2252-5416
somatik yang diperlihatkan dengan hiperaktifitas sistim saraf otonom dan merupakan gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal (Shudy, 2006). Pandangan setiap orang dalam menghadapi suatu masalah yang sama berbeda, sehingga respon pun berbeda. Kejang pada anak merupakan salah satu faktor yang dapat memperberat kecemasan ibu. Hubungan emosional dan psikologis antara ibu dan anak sangat erat sehingga merupakan hal yang penting karena karena anak yang sakit akan dapat merasakan kecemasan orangtuanya sehingga anak ikut menjadi cemas yang dapat memperburuk penyakitnya. Hubungan psikologis ibu dan anak terjadi sejak bayi dalam kandungan. Ibu berperan dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan fisiologis anak (Pujianti, 2008). Dampak lainnya dari kecemasan yang berlebihan adalah timbulnya panik bahkan dapat terjadi syok berupa syok neurogenik pada ibu bahkan dapat menunjukkan penurunan kesehatan yang berpotensi mempunyai potensi kelainan menahun (Shudy, 2006). Kecemasan orangtua dapat dinilai dengan beberapa cara. Salah satu sistim penilaian yang paling sering digunakan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) atau sering juga disingkat dengan HAM-A. HAM-A menggunakan serangkaian pertanyaan dengan jawaban yang harus diisi oleh klinisi yang sudah berpengalaman terkait dengan kondisi pasien tertentu. Terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor dari 0 sampai 4 (Gabbard, 2005). Penelitian sebelumnya oleh Kartikahadi (2012), mengemukakan bahwa tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di PICU lebih tinggi dibanding ibu yang anaknya dirawat di bangsal. Hal yang sama dikemukakan oleh Board et al (2002), bahwa tingkat kecemasan ibu lebih tinggi pada ibu yang
PENDAHULUAN Kejang merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan sesegera mungkin, dan sering membuat ibu atau pengasuh anak mengalami kecemasan. Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Terdapat 4% sampai 10% anak berumur di bawah 16 tahun pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus. Pasien kejang berupa status epileptikus yang memerlukan perawatan di ruang intensif anak sebanyak 15% sampai 25% (Kania, 2007). Pelayanan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk memulihkan kesehatan pasien secara fisik tetapi juga mencakup menjaga emosi dan kondisi jasmani pasien menjadi nyaman, namun kemajuan yang pesat dalam bidang medis belum diiringi dengan kemajuan yang sama pada aspek kemanusiaan dari segi perawatan pasien. (Pinel, 2009). Proses perawatan di rumah sakit sering mengabaikan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi orangtua yang anaknya sedang dalam perawatan, termasuk salah satunya adalah kecemasan pada orang tua yang sering terabaikan sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis baik itu bersifat akut maupun kronik sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Penyebab kecemasan pada orang tua yang anaknya mengalami kejang antara lain khawatir akan mengancam jiwa anak dan khawatir dampak dari kejang seperti gangguan intelegensi dan dapat menimbulkan kecacatan (PPDGJ III, 1993). Gangguan cemas merupakan keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan keluhan 194
Kejang, tingkat kecemasan, Hamilton Anxiety Rating Scale
anaknya dirawat di PICU dibanding ibu yang anaknya dirawat di bangsal. Menurut referensi peneliti, penelitian mengenai tingkat kecemasan ibu pada ibu yang anaknya mengalami kejang belum pernah dilakukan di Makassar, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penatalaksaan kecemasan ibu yang anaknya mengalami kejang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kejang pada anak terhadap derajat kecemasan ibu penderita yang dirawat di perawatan intensif anak.
sedang, dan skor kecemasan berat.
ISSN 2252-5416
28 – 56 merupakan
Analisis Data Data yang diperoleh dengan mencatat umur anak, jenis kelamin anak, diagnosis penyakit anak, umur ibu, pendidikan terakhir ibu, cara bayar, penghasilan keluarga, jumlah anak, dan urutan anak, kemudian menilai skor kecemasan ibu. Selanjutnya dilakukan analisis data berdasarkan dengan metode statistik yang sesuai meliputi analisis univariat dan bivariat.
BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional untuk mengevaluasi tingkat kecemasan ibu pada penderita yang mengalami dan yang tidak mengalami kejang yang dirawat di perawatan intensif anak.
HASIL Karakteristik Sampel Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel yang turut dinilai yaitu jenis kelamin anak yang terdiri dari 79 (59,4%) laki-laki dan 54 (40,6%) perempuan. Terdapat 58 subjek (43,6%) dengan kejang dan 75 subjek (56,4%) anak tidak kejang. Umur anak kurang dari 6 tahun sebanyak 96 subjek (72,2%) dan yang lebih atau sama dengan 6 tahun 37 subjek (27,8%). Subjek dengan diagnosis anak merupakan penyakit infeksi yaitu 81 (60,9%), sedangkan yang merupakan penyakit non infeksi 52 (39,1%). Umur ibu kurang dari 40 tahun sebanyak 108 subjek (81,2%), lebih atau sama dengan 40 tahun 25 subjek (18,8%). Urutan anak pertama sebanyak 71 subjek (53,4), anak kedua atau lebih 62 subjek (46,6%). Jumlah anak berupa anak tunggal sebanyak 47 subjek (35,3%), bukan anak tunggal sebanyak 86 subjek (64,7%). Pendidikan ibu non sarjana sebanyak 116 subjek (87,2%), sarjana 17 subjek (12,8%). Sampel penelitian dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak yang mengalami kejang dan kelompok anak yang tidak mengalami kejang. Sedangkan tingkat kecemasan ibu dikelompokkan menjadi tidak cemas dengan skor HARS kurang dari 14, cemas ringan sedang denga skor HARS 15 – 27, dan cemas berat denga skor HARS 28 – 56.
Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai September 2014. Populasi dan Sampel Sampel adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi. Subyek penelitian diperoleh berdasarkan urutan masuknya di rumah sakit (consecutive random sampling). Metode Pengumpulan Subyek penelitian yang memenuhi syarat penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak yang mengalami kejang dan kelompok anak yang tidak mengalami kejang. Selanjutnya pada saat bersamaan dilakukan pengukuran derajat kecemasan ibu penderita berdasarkan Hamilton Anxiety Rating Scale pada masingmasing kelompok. Derajat kecemasan ibu dikelompokkan menjadi skor < 14 merupakan tidak ada kecemasan, skor 14 – 27 merupakan kecemasan ringan
195
Mahirina Marjani
ISSN 2252-5416
Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Tingkat kecemasan ibu Karakteristik Sampel Cemas ringanCemas berat sedang Jenis Kelamin anak Laki-laki 33 (41,8%) 46 (58,2%) Perempuan 31 (57,4%) 23 (42,6%) Kelompok Kejang 14 (24,1%) 44 (75,9%) Tidak Kejang 50 (66,7%) 25 (33,3%) Umur anak < 6 tahun 44 (45,8%) 52 (54,2%) > 6 tahun 20 (54,1%) 17 (45,9%) Diagnosis penyakit anak Infeksi 36 (44,4%) 45 (55,6%) Non infeksi 28 (53,8%) 24 (46,2%) Umur ibu < 40 tahun 54 (50,0%) 54 (50,0%) > 40 tahun 10 (40,0%) 15 (60,0%) Urutan anak Pertama 40 (56,3%) 31 (43,7%) Kedua dst 24 (38,7%) 38 (61,3%) Jumlah anak Tunggal 28 (59,6%) 19 (40,4%) >1 36 (41,9%) 50 (58,1%) Pendidikan ibu Non sarjana 59 (50,9%) 57 (49,1%) Sarjana 5 (29,4%) 12 (70,6%) Penghasilan keluarga < 2 juta 17 (38,6%) 27 (61,4%) >2 juta 47 (52,8%) 42 (47,2%)
Total
79 (100%) 54 (100%) 58(100%) 75 (100%) 96 (100%) 37 (100%) 81 (100%) 52 (100%) 108 (100%) 25 (100%) 71 (100%) 62 (100%) 47 (100%) 86 (100%) 116 (100%) 17 (100%) 44 (100%) 89 (100%)
Tabel 2. Hubungan kelompok kejang pada anak dengan tingkat kecemasan ibu Tingkat kecemasan ibu Kelompok Total Cemas berat Cemas ringansedang Kejang 44 (75,9%) 14 (24,1%) 58 (100%) Tidak kejang 25 (33,3%) 50 (66,7%) 75 (100%) Total 69 (51,9%) 64 (48,1%) 133 (100%) Chi-square (X2) = 23,696 df = 1 p = 0,000 OR = 6,286 IK95% = 2,912-13,569 Tabel 2 memperlihatkan analisis hubungan kejang pada anak dengan tingkat kecemasan ibu, yang memperlihatkan terdapat perbedaan sangat bermakna antara kelompok anak yang mengalami kejang dan kelompok anak yang tidak mengalami kejang dengan tingkat kecemasan ibu dengan
nilai p=0.000 (p<0,01). Nilai OR = 6,286 dengan nilai 95% IC sebesar 2,91213,569. Hal ini berarti frekuensi ibu mengalami cemas berat pada kelompok kejang 6,28 kali dibanding ibu pada kelompok anak yang tidak mengalami kejang.
196
Kejang, tingkat kecemasan, Hamilton Anxiety Rating Scale
ISSN 2252-5416
Tabel 3. Hubungan variabel moderator dengan tingkat kecemasan ibu Tingkat kecemasan ibu Cemas Cemas berat Variabel Total Nilai p ringansedang Jenis Kelamin anak Laki-laki 33 (41,8%) 46 (58,2%) 79 (100%) p = 0,076 Perempuan 31 (57,4%) 23 (42,6%) 54 (100%) IK95% = 0,264-1,072 Kelompok Kejang 14 (24,1%) 44 (75,9%) 58(100%) p = 0,000 Tidak Kejang 50 (66,7%) 25 (33,3%) 75 (100%) IK95% =2,912-13,569 Umur anak p= 0,395 < 6 tahun 44 (45,8%) 52 (54,2%) 96 (100%) IK95% = 0,336-1,540 > 6 tahun 20 (54,1%) 17 (45,9%) 37 (100%) Diagnosis penyakit anak p = 0,290 Infeksi 36 (44,4%) 45 (55,6%) 81 (100%) IK95% = 0,341-1,381 Non infeksi 28 (53,8%) 24 (46,2%) 52 (100%) Umur ibu p = 0,367 < 40 tahun 54 (50,0%) 54 (50,0%) 108 (100%) IK95% = 0,619-3,633 > 40 tahun 10 (40,0%) 15 (60,0%) 25 (100%) Urutan anak p = 0,042 Pertama 40 (56,3%) 31 (43,7%) 71 (100%) IK95% = 1,021-4,088 Kedua dst 24 (38,7%) 38 (61,3%) 62 (100%) Jumlah anak p = 0,051 Tunggal 28 (59,6%) 19 (40,4%) 47 (100%) IK95% = 0,993-4,215 >1 36 (41,9%) 50 (58,1%) 86 (100%) Pendidikan ibu p = 0,098 Non sarjana 59 (50,9%) 57 (49,1%) 116 (100%) IK95% = 0,823-7,500 Sarjana 5 (29,4%) 12 (70,6%) 17 (100%) Penghasilan keluarga p = 0,124 < 2 juta 17 (38,6%) 27 (61,4%) 44 (100%) IK95% = 0,270-1,174 >2 juta 47 (52,8%) 42 (47,2%) 89 (100%)
Tabel 4. Hubungan kejang dengan skor HARS Skor HARS Kejang Mean 31,15 Median 30,50 Minimum- Maksimum 20 - 50 Mann-Whitney U= 1071,0 Tabel 3 memperlihatkan analisis hubungan umur anak, jenis kelamin anak, diagnosis penyakit anak, umur ibu, jumlah anak, urutan anak, pendidikan ibu, dan pengfhasilan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang
Tidak kejang 26,02 26,00 18 - 34 p = 0,000 memperlihatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok anak umur kurang dari 6 tahun maupun anak umur lebih atau sama dengan 6 tahun terhadap tingkat kecemasan ibu dengan nilai p>0,05.
197
Mahirina Marjani
ISSN 2252-5416
Tabel 4 memperlihatkan analisis hubungan kejang terhadap skor HARS yang menunjukkan nilai rerata, median, dan rentangan skor HARS pada anak yang mengalami kejang lebih tinggi dibanding skor HARS pada anak yang tidak mengalami kejang dengan nilai significancy 0.000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat bermakna skor HARS antara kelompok anak yang mengalami kejang dan anak yang tidak mengalami kejang dengan nilai p<0,01.
Dalam penelitian ini, sampel penelitian yang diambil adalah anak umur 29 hari sampai 18 tahun. Keuntungan pengambilan sampel dengan rentangan umur yang luas untuk dapat mendapatkan jumlah sampel yang besar dengan variasi sampel juga lebih besar. Umur anak dikelompokkan berdasarkan umur kurang dari 6 tahun dan lebih atau sama dengan 6 tahun. Menurut Commenius (1970), pembagian umur anak berdasarkan umur 0 – 6 tahun dan dan lebih dari 6 tahun. Dikatakan bahwa pada umur 0 – 6 tahun merupakan tahap sekolah ibu dimana pengembangan alatalat indera dan perolehan pengetahuan dasar di bawah asuhan ibu di lingkungan rumah tangga, sedangkan umur lebih dari 6 tahun adalah masa sekolah pada pendidikan formal. Berdasarkan hasil analisis statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara umur anak dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di PICU, Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Kartikahadi (2012) dan Merikangas (2005), yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna umur anak terhadap tingkat kecemasan ibu yang anaknya dirawat di PICU maupun bangsal. Analisis hubungan kejang pada anak dengan tingkat kecemasan ibu menunjukkan perbedaan sangat bermakna skor HARS ibu antara kelompok anak yang mengalami kejang dan anak yang tidak mengalami kejang dengan nilai OR 6,28. Hal ini berarti berarti frekuensi ibu mengalami cemas berat pada kelompok kejang 6,28 kali dibanding ibu pada kelompok anak yang tidak mengalami kejang. Skor HARS ibu yang anaknya mengalami kejang lebih tinggi dibanding skor HARS ibu yang anaknya tidak mengalami kejang. Hal ini sejalan dengan penelitian Board et al (2002), yang melaporkan bahwa beratnya penyakit yang dialami oleh anak mempunyai hubungan positif terhadap gejala stress yang diderita oleh ibu. Berbeda dengan penelitian oleh Youngblut (1992), yang menyatakan
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan hubungan antara kejang pada anak terhadap tingkat kecemasan ibu penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Kejang merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan sesegera mungkin, dan sering membuat ibu atau pengasuh anak mengalami kecemasan. Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Terdapat 4% sampai 10% anak berumur di bawah 16 tahun pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Pasien kejang berupa status epileptikus yang memerlukan perawatan di ruang intensif anak sebanyak 15% sampai 25%. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional untuk mengetahui pengaruh kejang pada anak terhadap derajat kecemasan ibu penderita yang dirawat di perawatan intensif anak yang dilaksanakan selama periode April sampai September 2014 dan didapatkan subjek penelitian sebanyak 133 subjek anak dan subjek ibu penderita. Analisis hubungan dilakukan antara kejang pada anak dengan tingkat kecemasan ibu penderita berdasarkan skor HARS. Selain itu juga dilakukan analisis hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan jenis kelamin anak, umur anak, diagnosis, umur ibu, urutan anak, jumlah anak, pendidikan ibu, dan penghasilan keluarga.
198
Kejang, tingkat kecemasan, Hamilton Anxiety Rating Scale
bahwa reaksi orang tua yang anaknya dirawat di PICU dan stressor yang dialami oleh orang tua tidak berkorelasi dengan beratnya penyakit. Pada penelitian ini dilakukan uji urutan anak terhadap tingkat kecemasan ibu dan didapatkan hasil terdapat perbedaan bermakna antara urutan anak terhadap derajat kecemasan ibu namun setelah dilakukan analisis lebih lanjut hubungan urutan anak terhadap kejang pada anak didapatkan hasil analisis statistik tidak berbeda bermakna. Penelitian ini juga melakukan uji antara jenis kelamin, diagnosis penyakit anak, jumlah anak, penghasilan keluarga, pendidikan ibu terhadap tingkat kecemasan ibu. Sejalan dengan penelitian oleh Kartikahadi (2012), yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna. Pada penelitian ini menemukan kendala pada skor kecemasan yang digunakan yaitu skor HARS, yaitu penilaian skor tidak dinilai pada waktu yang bersamaan sehingga memerlukan waktu yang lebih banyak dalam penilaian. Beberapa pertanyaan dalam skor ini masih bersifat subyektif sehingga dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Kekuatan pada penelitian ini adalah merupakan penelitian dengan sampel yang besar dengan desain cross sectional yang mudah dan ekonomis, serta dapat dijadikan data bagi penelitian kohort prospektif yang menilai dampak kejang terhadap tingkat kecemasan ibu sebagai upaya pendekatan holistik terhadap pasien.
ISSN 2252-5416
perlu dilakukan konseling pada orang tua terutama ibu, yang memiliki hubungan emosional kuat dengan anak, sehingga kecemasan yang dirasakan ibu dapat berkurang yang selanjutnya memberikan dampak positif terhadap perawatan anak, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain kohort prospektif untuk menilai dampak psikologis jangka panjang pada ibu yang anaknya pernah mengalami kejang, perlu dipertimbangkan untuk menggunakan alat ukur lain dalam menilai tingkat kecemasan ibu yang bersifat lebih obyektif. DAFTAR PUSTAKA Board R, et al. (2002). Long-term effects of PICU hospitalization on families with young children. Heart Lung.;31:53-66. Commenius JM. (1970). Didactica magna in opera didactica omnia. London Scolar Press. Gabbard GO. (2005). Anxiety disorders, Dalam: Gabbard GO, penyunting. Psychodinamic Psychiatry in Clinical Practice. Edisi ke-4. Virginia: American Psychiatric Publishing;h.249-81. Kania N. (2007). Kejang pada Anak dalam Penanganan Kejang pada Anak. Bandung. 1-6. Kartikahadi L. (2012). Comparison of maternal anxiety scores in pediatric intensive care unit and general ward parents in Paediatrica Indonesiana. Vol 52: 95-8. Merikangas KR. (2005). Anxiety disorders: Epidemiology. Dalam Kaplan HI, Sadock BJ, penyunting. Edisi ke-8. Philadelphia:Lippincot Williams & Wilkins;h. 1720-28. Pinel JP. (2009). Gangguan kecemasan. Dalam El Rais H, penyunting.Biopsikologi. Edisi ke-7. Boston:Perason Education;h.587-90. PPDGJ III. (1993). Departemen Kesehatan RI, Direktorat jendral/Pelayanan Medik. Dalam: Gangguan Neurotik, Gangguan
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan frekuensi kejadian kecemasan berat pada ibu lebih tinggi pada anak yang mengalami kejang dibanding anak yang tidak mengalami kejang serta skor kecemasan ibu lebih tinggi pada anak yang mengalami kejang dibanding anak yang tidak mengalami kejang. Saran pada penelitian ini adalah 199
Mahirina Marjani
ISSN 2252-5416
Somatoform dan Gangguan yang berkaitan dengan Stres. Cetakan pertama;h. 179-81. Pujianti D. (2008). Hubungan interaksi anak dalam keluarga dengan kecerdasan emosional. Program studi gizi masyarakat dan sumber daya keluarga. IPB,;h.10-5. Shudy M. (2006). Impact of pediatric critical illness and injury on
families: a systematic literature review.Pediatrics;118:S203-18.Roth HI. 1998. Seizures in Clinical Neurology. 257-84. Youngblut JM. (1992). Shiao SP. Child and family reaction during and after pediatric ICU hospitalization: a pilot study. Heart Lung;22:46-54.
200